Anda di halaman 1dari 128

|  |

Birokrat
Tekno Ekonomi Migas Indonesia

UMAR SAID
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia

Editor : Didin Kristinawati


Cover/Layout : Isman/Mufdi Firdaus
Dicetak oleh : Badan Litbang ESDM
Edisi : Pertama
Cetakan : Pertama

Hak cipta pada Badan Litbang ESDM, 2015

Data katalog dalam terbitan

Said, Umar
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia
Oleh Umar Said
- Jakarta, Badan Litbang ESDM,
2015
xiv, 108h., 24 cm

1. Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia 2. Judul

ISBN 978-602-71139-8-5

Badan Litbang ESDM, Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta,


Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968
Email: buletin@litbang.esdm.go.id

| ii |
Pengantar
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM

Pengetahuan adalah milik publik sehingga setiap orang


berhak memilikinya dan mengambil manfaat darinya. Pengetahuan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu tacit dan eksplisit. Pengetahuan
eksplisit merupakan pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau tersimpan dalam wujud nyata berupa media atau
semacamnya. Pengetahuan eksplisit tersebut hanya sebesar 20%,
sementara pengetahuan tacit sebesar 80%. Pengetahuan tacit ini
sangat sulit untuk dikomunikasikan dan disebarkan kepada orang
lain karena tersimpan pada masing-masing individu. Oleh karena
itu, manajemen pengetahuan (knowledge management) hadir
untuk menjawab persoalan ini, yaitu langkah-langkah sistematik
(mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarkan/menggunakan)
untuk mengelola aset pengetahuan sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja institusi secara berkelanjutan.
Badan Litbang ESDM sebagai suatu lembaga akademisi
yang memiliki “institusional memory” bertugas untuk melakukan
inventarisasi critical knowledge dan pemetaan knowledge source
yang terkait dengan kegiatan litbangyasa unggulan. Sebagai langkah
awal dalam pengelolaan pengetahuan dan inovasi, kami berupaya
untuk meng-capture pengetahuan tacit yang dimiliki oleh para
senior di lingkungan Badan Litbang ESDM menjadi pengetahuan
yang mudah dikomunikasikan dan didokumentasikan (eksplisit).

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Para senior tersebut merupakan para pelaku litbang (pakar)


di bidang migas, mineral, batubara, ketenagalistrikan, energi
baru terbarukan, maupun geologi kelautan yang telah dan akan
memasuki masa purnabakti.
Berbagai pengalaman berharga yang dimiliki para pelaku
litbang dapat dipakai seterusnya sebagai dasar dan secara
berkelanjutan oleh para peneliti, para penyelidik bumi, perekayasa,
para koordinator, jajaran manajemen dan pelaku litbang lainnya
sebagai sumber acuan, inspirasi, dan pembelajaran dalam
menyelesaikan berbagai persoalan kelitbangan, baik itu sifatnya
substansial keilmuan ataupun penyelenggaraan. Karenanya,
kami meminta kepada para senior tersebut untuk meninggalkan
“warisan” kepada generasi selanjutnya dengan menuliskan
pengalamannya selama berkiprah di Badan Litbang ESDM
dan diterbitkan dalam buku-buku yang disebut seri knowledge
management. Buku yang berjudul “Birokrat Tekno Ekonomi Migas
Indonseia” dan dituliskan oleh Umar Said adalah salah satu produk
awal dari gagasan tersebut.
Mendengar nama Umar Said, maka tergambarlah sosok
cerdas, tegas, lugas, dan penuh integritas dalam dunia energi di
Indonesia. Bapak Umar Said, seorang birokrat di bidang energi yang
meniti perjalanan karya pengabdiannya diawali dengan menjadi
peneliti di Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS), yang
kemudian berkiprah di Departemen Pertambangan dan Energi
dari mulai Kepala Biro Perencanaan hingga Sekretaris Jenderal
(Sekjen) Departemen Pertambangan dan Energi.
Dengan latar belakang pendidikan teknik kimia minyak
dan tekno-ekonomi energi, maka Bapak Umar Said sering
menggunakan perhitungan dan pemodelan dalam pengambilan
keputusan. Bagi beliau, berhitung dengan baik merupakan cara

| ii |
untuk mendapatkan dasar pertimbangan yang lebih obyektif
dalam pengambilan keputusan, untuk mengalahkan kepentingan
pribadi.
Tegas dan lugas merupakan karakter yang melekat pada
sosok Bapak Umar Said. Ketegasannya adalah karena sikap beliau
yang mentaati aturan. Lugas, tidak terlalu mengakomodasi bualan.
Siapapun yang bekerja bersama Pak Umar Said akan merasakan
aura tegas dan lugas ini, mampu katakan mampu, tidak bisa
katakan tidak bisa. Sehingga setiap orang bekerja pada tempatnya
dan pada fungsinya. Tidak berusaha untuk melakukan ABS (Asal
Bapak Senang) sebab Bapak Umar Said tidak mempunyai
perhatian untuk ABS.
Berintegritas, dikenal sebagai birokrat yang lurus dari cacat
integritas. Hal tersebut tak lepas dari prinsip hidup beliau untuk
menjauhkan kepentingan pribadi dalam pekerjaan. Kombinasi
dari kesemuanya terpatri dalam jejak karya dan pengabdian Bapak
Umar Said, yang tertuang dalam buku ditangan Saudara sekalian.
Buku ini dengan penuh kebanggaan dipersembahkan
oleh Badan Litbang ESDM sebagai sumbangsih kepada bangsa
Indonesia. Sebagai pewarisan pengetahuan tentang tekno-ekonomi
migas dari seorang pakar yaitu Bapak Umar Said. Sekaligus sebagai
pewarisan nilai-nilai luhur, karakter mulia, yang dapat diteladani
dari sosok Umar Said. Dengannya, semoga Saudara pembaca di
seluruh tanah air dapat memetik manfaat dan kebaikan-kebaikan
di dalamnya.
Jakarta,
Kepala Badan Litbang ESDM

| iii |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

| iv |
Prof. Dr. Ir Ginandjar Kartasasmita

Umar Said saya kenal sejak saya menjadi Menteri


Pertambangan dan Energi menggantikan Bapak Subroto di Kabinet
Pembangunan. Perkenalan itu diinisiasi oleh Pak Wijarso, Dirjen
Migas pada waktu itu. Umar Said adalah salah satu staf beliau. Umar
Said direkomendasikan sebagai ahli angka-angka dan perhitungan
khususnya yang terkait dengan migas dan energi. Kemudian saya
memberi kepercayaan kepada Umar Said untuk menjadi Kepala
Biro Perencanaan, sebuah jabatan yang vital pada masa itu.
Umar Said banyak membantu saya dalam menyiapkan
draft-draft tulisan, meskipun saya corat-coret disana-sini, Umar
Said selalu tekun, cermat, penuh perhitungan dalam argumen-
argumennya. Lama-kelamaan, dari bahasa tulis insinyur yang
lugu, Umar Said belajar bahasa politik, tidak untuk berbohong,
tapi belajar menyampaikan yang perlu disampaikan saja, sesuai
dengan audiens dan keperluannya. Makin lama corat-coret saya
makin sedikit.
Sebagai contoh, rapat kerja rutin saya sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi dengan DPR memerlukan persiapan
matang dan cermat. Laporan dan perhitungan dengan banyak
angka dan tidak boleh salah. Maka Umar Said bisa diandalkan,
tetapi resikonya, Umar Said menjadi kurang tidur, batuk-pilek, dan
sakit-sakitan.
Dalam pertemuan-pertemuan saya dengan pemuda dan
mahasiswa, saya banyak menjelaskan mengapa subsidi harus
dikendalikan. Konsumsi minyak naik terus, sementara kemampuan
produksi menurun. Dari kurva konsumsi dan produksi, saat itu

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

masih pertengahan dekade 90-an, saya sudah menyampaikan


bahwa jika tidak dipacu eksplorasi, maka kurva akan bertemu di
tahun 2012. Minyak bukannya habis, tetapi Indonesia sudah akan
menjadi net importer. Ternyata ramalan atau perkiraan atas dasar
perhitungan yang cermat itu benar terjadi, bahkan lebih cepat dari
perkiraan.
Setelah masa kami di Departemen Pertambangan dan
Energi, produksi minyak bumi Indonesia terus menurun, karena
Pemerintah tidak tangkas dalam mendorong dan memberi inisiatif
untuk eksplorasi. Akibatnya bertemunya kurva konsumsi dan
produksi menjadi lebih cepat.
Sejak waktu itu kami sudah menegaskan pula betapa
pentingnya Indonesia mengurangi ketergantungan pada BBM
impor dan membangun kemampuan pengolahan minyak di dalam
negeri. Kilang yang dewasa ini menjadi andalan utama kebutuhan
BBM dalam negeri adalah Kilang Balongan yang dibangun
pada masa itu. Sayangnya sejak saat itu sampai dewasa ini, 20
tahun kemudian, belum ada satupun kilang baru yang didirikan.
Akibatnya ketergantungan Indonesia pada BBM impor menjadi
semakin parah, dan menjadi beban anggaran serta devisa yang
amat besar.
Dengan kecerdasan, kecermatan, dan dedikasi Umar Said,
maka saya dengan penuh kebanggaan mensyukuri kehadiran
buku ini ke hadapan Saudara. Sosok dan kiprah Umar Said
berharga untuk diketahui dan dibaca masyarakat luas. Bangsa
ini memerlukan sosok-sosok seperti Umar Said, yang mumpuni
dalam pekerjaannya, dan mempunyai semangat tinggi dalam
pengabdian kepada bangsanya.

Jakarta, 24 Februari 2015

Ginandjar Kartasasmita

| vi |
Dr. Rachmat Sudibjo

Saya mengenal Pak Umar Said sejak kami dikirim untuk belajar
di Perancis tahun 1972. Waktu itu saya masih berstatus calon pegawai
dan dikirim sebagai kader spesialis LEMIGAS, sedangkan Pak Umar Said
sudah berstatus sebagai pegawai senior. Pak Umar Said mengambil
spesialisasi ekonomi migas sedangkan saya mengambil spesialisasi
produksi-reservoir migas. Pak Umar menyelesaikan program master
kemudian pulang ke tanah air, sedangkan saya terus melanjutkan sampai
program doktor.
Setelah kembali dari Perancis saya lebih banyak menangani
studi-studi reservoir lapangan migas di bawah kerja sama antara
LEMIGAS dan Pertamina, sedangkan Pak Umar Said sesuai
bidangnya menangani masalah tekno-ekonomi dan hilir migas
sehingga secara profesi agak jarang bertemu. Pak Umar Said adalah
seorang yang sangat cerdas sekaligus lugas, tidak mau bertele-
tele. Meskipun dari luar nampak tegas, beliau mempunyai selera
humor yang tinggi dan senang bercanda. Apabila memberikan
presentasi Pak Umar selalu menyampaikannya dengan cara yang
sederhana tetapi komprehensif dan tepat pada pokok substansi
yang ingin disampaikan. Hal ini juga tercermin dari tanggapan Pak
Umar Said apabila diminta pendapat tentang persoalan yang pelik
namun dapat beliau jawab langsung tepat ke inti permasalahan
yang dapat memberikan solusi dan jalan keluar yang praktis.
Tidak mengherankan apabila Pak Umar Said, yang walaupun
saat itu berstatus sebagai peneliti LEMIGAS tetapi sering berada di
kantor Pak Wiyarso, Dirjen Migas ketika itu, karena beliau sangat
dipercaya oleh Pak Wiyarso untuk memberikan masukan dan
perhitungan kuantitatif di bidang ekonomi migas dan energi. Karena
pemikirannya yang tajam, Pak Umar Said kemudian menjadi orang
kepercayaan dan dapat meladeni Pak Ginandjar Kartasasmita,

| vii |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Menteri Pertambangan dan Energi saat itu, yang terkenal sebagai


seseorang yang demanding dan perfectionist.
Ada peran Pak Umar Said dalam merubah jalan kehidupan
saya dari dunia penelitian dan pengembangan ke dunia birokrat.
Beliaulah yang meminta saya untuk pindah ke Departemen,
mungkin karena melihat pengalaman saya selama ini yang dapat
membantu merumuskan kebijakan dan melakukan analisis yang
bersifat kuantitatif. Walaupun mengalami sedikit keraguan, akhirnya
saya ‘loncat’ ke dalam kehidupan birokrasi setelah sekian lama
berkecimpung di bidang teknis.
Rupanya daya analisis Pak Umar yang tajam tidak saja
terbatas pada bidang teknis ekonomis, tapi juga melebar pada
bidang politik. Tidak banyak yang menyangka bahwa Pak Umar
Said termasuk tokoh pendiri Partai Demokrat dan menjadi Sekjen
Partai yang pertama dan menjadi orang kepercayaan Pak SBY
selaku Presiden RI ketika itu.
Pak Umar Said adalah orang yang sangat berjasa bagi
saya, baik dalam karir maupun dalam urusan pribadi. Pak Umar
Said mengayomi dan peduli kepada rekan-rekannya. Diantaranya
ketika saya mengalami persoalan pribadi yang rumit, Pak Umar
memberikan dukungan dan bantuan yang signifikan yang tidak
mungkin dapat saya lupakan. Di mata saya, Pak Umar Said adalah
seorang yang mempunyai karakter dan integritas tinggi. Beliau
tidak suka dan tidak berusaha untuk menutupi ketidaksukaannya
terhadap sesuatu hal yang bersifat negatif dan secara spontan
menentang segala sesuatu yang dianggapnya tidak benar.
Buku ini sangat penting untuk dinikmati baik oleh akademisi,
praktisi migas, maupun masyarakat yang lebih luas. Keilmuan dan
pengalaman Pak Umar Said yang tergambar dalam buku ini dapat
menjadi bahan pelajaran berharga bagi abdi negara dan berbagai
kalangan dari profesi apapun serta generasi penerus yang berniat
berkarya bagi bangsa dan negara, untuk dapat meneladani karakter
dan prestasi dari seorang yang bersahaja, Pak Umar Said.

Jakarta, Februari 2015


Dr. Ir. Rachmat Sudibjo

| viii |
Daftar Isi
Kata Pengantar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM i
Kata Pengantar Prof.Dr.Ir Ginandjar Kartasasmita ................................... v
Kata Pengantar Dr. Ir. Rachmat Sudibjo ........................................................ vii
Daftar Isi ................................................................................................................ ix
Daftar Gambar ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
Catatan Kronologis ............................................................................................ xiii

Jejak Langkah I
Pendidikan yang Tidak Direncanakan ........................................... 1
A. Lahir Hingga Bersekolah di Plaju (1959–1961) ........................... 1
B. Melanjutkan Sekolah ke Baku, Azerbaijan (1961-1967) ........... 6
C. Menjadi Korban Stigma “Eks Soviet”
Pasca Peristiwa G-30-S PKI (1967) .................................................. 12
D. Melanjutkan Pendidikan Master ke Ecole Nationale
Superieure du Petroles et Des Moteurs (ENSPM)
Rueil Malmaison, Perancis (1972-1974) ......................................... 16
E. Melanjutkan Pendidikan Doktor ke Madison,
Wisconsin (1982-1985) ....................................................................... 23

Jejak Langkah II
Karya-Karya Penelitian ............................................................................ 29
A. Penelitian Kelayakan Pabrik Pelumas dan Aspal
di Kilang Cepu ...................................................................................... 29
B. Keanehan pada Neraca Material di Kilang Cepu (1968) ......... 32
C. Penelitian Pendekatan Ekonomis Mengatasi
Pencemaran (1977) .............................................................................. 37

Jejak Langkah III


Kumpulan Makalah, Pemikiran-Pemikiran mengenai
Kebijakan Energi ......................................................................................... 41
A. Harga Komoditi Energi adalah Besaran Berdimensi Satu ......... 41
B. Pemikiran yang Mendasari Undang-Undang Migas 2001
(1994-1999) ............................................................................................ 52
C. Membangun Kembali Pengelolaan Energi Khususnya Migas
Indonesia: Energi Sebagai Sub-Sistem Ekonomi (2014) ......... 59

| ix |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Jejak Langkah IV
Hidup sebagai Pejabat dan Kenangan dari Kolega .............. 79
A. Papan Nama yang Tak Terpasang ..................................................... 79
B. Pemimpin yang Mengayomi Anak Buah ......................................... 80
C. Seorang Birokrat yang Cerdas, Tegas, Lugas, Berintegritas ....... 82
D. Pemimpin Yang Tegas dan Sangat Memperhatikan
Bawahannya. .............................................................................................. 89
E. Konseptor sekaligus Eksekutor ........................................................... 92

Jejak Langkah V
Penutup Mereka yang Mengubah Hidup Umar ...................... 93
A. Keluarga: Ibunda, Paman Narpo, dan Kakak Udiarti .................. 93
B. Pak Jack West ........................................................................................... 97
C. Pak Syarief Lubis ...................................................................................... 98
D. Pak Wijarso ................................................................................................ 100
E. Wesley Foel ................................................................................................ 104
F. Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita .................................................. 104

Daftar Referensi .................................................................................................. 108

|  |
Daftar Gambar
Gambar 1. Gedung utama LEMIGAS tempo dulu ........................... 17
Gambar 2. Umar Said sewaktu belajar di Perancis ......................... 18
Gambar 3. Monumen patung dua orang pekerja pemboran
minyak didirikan di depan gedung Akamigas ............. 33
Gambar 4. Dalam gedung LEMIGAS terdapat laboratorium
perminyakan ........................................................................... 35
Gambar 5. Harga ICP versus Dated Brent ......................................... 46
Gambar 6. Harga MOPS Gasoline 97 versus Dated Brent .......... 46
Gambar 7. Harga MOPS Gasoline 95 versus Dated Brent ......... 47
Gambar 8. Harga MOPS Gasoline 92 versus Dated Brent ........... 47
Gambar 9. Harga Diesel 0,05% versus Dated Brent ..................... 48
Gambar 10. Harga Propane (CP Aramco) versus Dated Brent ..... 48
Gambar 11. Harga Butane (CP Aramco) versus Dated Brent ........ 49
Gambar 12. Harga LPG 50/50 versus Dated Brent ......................... 49
Gambar 13. Harga Indonesia LNG Exp. FOB versus Dated Brent . 50
Gambar 14. Harga LNG Indonesia CIF Jepang versus Dated Brent 50
Gambar 15. Australian Coal versus Dated Brent .............................. 51
Gambar 16. Tahun 1996, Presiden Suharto memberikan petunjuk
kepada Umar Said, selaku Sekjen Departemen
Pertambangan dan Energi, tentang cara-cara
menyuburkan kembali lahan bekas tambang ............. 53
Gambar 17. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun 2000-2014 ................................................................. 59
Gambar 18. Grafik Indeks Gini Tahun 1976-2013 ............................. 60
Gambar 19. Grafik Jumlah Penduduk Miskin
Tahun 2000-2014 ................................................................. 60
Gambar 20. Grafik Obligasi Valas Pemerintah Indonesia ............... 73
Gambar 21. Bapak Syarif Lubis ................................................................ 98
Gambar 22. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Ir. Wijarso yang menandatangani dokumen .............. 101
Gambar 23. Tahun 1983 – Prof. Wesley Foell,
Universitas Wisconsin - Madison .................................... 104
Gambar 24. Prof.Ir.Drs.Ginandjar Kartasasmita ..................................... 105

| xi |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Daftar Tabel
Tabel 1. Ilustrasi Perbandingan Harga Komoditi Energi ..................... 43

| xii |
Catatan Kronologis

3 Januari 1940 Lahir di Ungaran, Semarang. Menempuh


pendidikan sekolah dasar di Sekolah Rakyat di
Ungaran, kemudian SMP-SMA di Kota Solo
1959 – 1961 Pendidikan Ahli Minyak (PAM), Plaju

1961 - 1967 S1 Teknik Kimia Minyak, Azerbaijan Institute


of Oil and Chemistry, Baku Azerbaijan (saat itu
masih wilayah Uni Soviet)
1968 – 1992 Peneliti Lembaga Minyak dan Gas Bumi
(LEMIGAS). Salah satu penelitian yang
dilakukan: Penelitian Kilang Minyak Cepu
1974 – 1976 S2 Ekonomi Minyak dari Ecole Nationale
Superieure du Petrole et des Moteurs, Perancis
1977 Penelitian Pendekatan Ekonomis Pencemaran
1982-1985 S3 Ekonomi Sumber Daya Alam/Energi dari
University of Wisconsin, Madison, Amerika
Serikat
1989-1992 Kepala Biro Perencanaan Departemen
Pertambangan dan Energi
1992-1993 Staf Ahli Menteri Pertambangan dan Energi.
1992-1993 Sekretaris Dewan Komisaris Pemerintah untuk
Pertamina (DKPP)
1993-1997 Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi
1995-1998 Komisaris PT PLN
1997-1999 Asisten Menteri Koordinator Bidang Produksi
dan Distribusi (Prodis)

1999-2000 Deputi Pengawasan Menteri Koordinator Bidang


Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan
Aparatur Negara (Menko Wasbangpan).
2005-2012 Komisaris Pertamina

| xiii |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

| xiv |
Jejak Langkah I

Pendidikan
yang tidak
Direncanakan

A. Lahir Hingga Bersekolah di Plaju (1959–1961)


Umar Said lahir di Ungaran, Semarang pada 3 Januari 1940. Umar
pernah tinggal sebentar di Kudus selama pengungsian pada masa
perang mempertahankan kemerdekaan. Di masa perang kemerdekaan
itu, Umar, sebagai anak-anak yang sudah tidak mempunyai ayah,
terkesan dengan kakak laki-lakinya sebagai sosok pejuang yang cerdik
dan hebat, menurut pandangan Umar. Dengan cara yang tidak dapat
dibayangkannya, sang kakak mampu mencuri perlengkapan seperti
kasur, selimut, dan persenjataan dari sebuah tangsi militer Belanda.
Suatu inisiatif keberanian berpadu dengan strategi yang meninggalkan
rasa kagum pada Umar kecil.

Ibunda Umar yang sudah menjanda memiliki tekad yang kuat agar
Umar terus melanjutkan sekolahnya. Karena kondisi ekonomi yang
tidak memungkinkan, setelah tamat Sekolah Rakyat (sekarang disebut
Sekolah Dasar), sang ibu terpaksa mengirim Umar untuk ikut pamannya,
agar Umar dapat meneruskan sekolah SMP dan SMA di Solo. Setiap hari,

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Umar menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah. Rumah pamannya


berada di luar wilayah kota Solo, sedangkan sekolahnya ada di pusat
kota.

Paman Umar yang berprofesi sebagai petugas pemberantasan penyakit


menular pada Dinas Kesehatan Pemda Solo selalu ditugaskan berkeliling
dari desa ke desa tempat terjadinya penyakit menular. Ini membuat
Umar banyak bergaul dengan orang-orang desa yang sederhana
dan bersahaja. Namun, Umar pun terbiasa bergaul dengan kalangan
bangsawan, karena teman-teman sekolahnya kebanyakan berasal dari
kalangan ini. Kehidupan pergaulan Umar membuatnya menjadi remaja
yang bisa menempatkan diri, baik di kalangan orang berpunya maupun
tak berpunya.

Tahun 1959 setelah tamat SMA, Umar yang bercita-cita menjadi insyinyur
pertanian mendaftar ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Meskipun terlambat
mendaftar, Umar berhasil diterima di IPB. Namun apa daya, ketiadaan
biaya kuliah kembali menjadi kendala. Akhirnya dengan terpaksa, ia
memutuskan untuk batal berkuliah di kampus idamannya itu.

Umar kemudian pindah ke Jakarta, menumpang hidup di rumah kakak


laki-lakinya yang berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai guru di sana.
Sang kakak dan istrinya baru saja menamatkan Sekolah Guru Atas (SGA).
Pada masa itu, tamatan SGA adalah guru-guru bergengsi. Untuk dapat
diterima di SGA, mereka harus melewati berbagai seleksi ketat dan
aneka persyaratan yang berat. Umar pun ikut menikmati fasilitas tempat
tinggal kakaknya yang diberikan pemerintah Bung Karno: sebuah hotel
kelas menengah bernama Hotel Jacatra. Umar muda sangat terkesan
dengan kebijakan ini. Meskipun bukan hotel berbintang, pemerintahan
Bung Karno menunjukkan penghargaan yang tinggi pada para guru dan
benar-benar memperhatikan kesejahteraan mereka.

Di Jakarta, Umar berusaha masuk sekolah apa pun sedapatnya,


karena kegiatan belajar tahun ajaran baru sudah dimulai. Umar masuk
Akademi Teknik Nasional (ATN), suatu sekolah yang gedungnya masih
menumpang pada sekolah lain. Belajarnya pun malam hari, karena siang

|  |
hari dosen-dosennya bekerja di Jawatan Kereta Api, Kantor Pekerjaan
Umum, atau instansi lainnya. Maka, tak heran bila setiap sore selalu saja
ada pengumuman bahwa dosennya berhalangan datang, dan mahasiswa
diminta menyalin isi buku pada halaman sekian hingga sekian. Pada masa
itu buku adalah barang yang sangat langka. Buku-buku yang dipelajari
di ATN adalah buku-buku teknik mesin, dan mahasiswa diminta mandiri
belajar dengan menyalin bagian buku tentang cara menghitung kekuatan
sambungan paku keling.

Hingga sebulan bersekolah di ATN, Umar mulai gelisah. Ia merasa


kecewa sampai detik itu belum pernah bertemu yang namanya dosen.
Ia juga merasa kasihan terhadap kakaknya yang harus membiayai
sekolah, sementara mereka berdua pasangan muda yang tentunya
harus memenuhi berbagai kebutuhan hidup.

Kegelisahan itu ia bawa sembari keluyuran naik sepeda di siang hari,


sambil menantikan waktunya kuliah di malam hari. Masa itu, naik sepeda
keliling Jakarta masih terasa nyaman. Jalanan masih lengang. Kendaraan
roda dua dan roda empat pun masih sedikit. Umar bersepeda untuk
mencari peluang pendidikan yang lain yang lebih baik sekaligus tanpa
harus membebani hidup kakaknya.

Hingga suatu saat, dengan mengenakan celana pendek dan wajah polos,
Umar mengajukan permohonan untuk bertemu Sekretaris Jenderal
(Sekjen) Departemen Pendidikan yang waktu itu dijabat Bapak Hutasoit.
Beruntunglah Umar, Pak Sekjen tidak memberlakukan prosedur maupun
urusan protokoler yang rumit, suatu hal yang tidak mungkin terjadi di
masa kini. Dengan mudah, ia langsung bisa bertemu Pak Hutasoit di
ruang kerjanya.

Dengan mengumpulkan segala keberanian, Umar memohon agar Bapak


Hutasoit dapat mengirimnya sekolah ke luar negeri secara gratis. Ia sadar,
permintaan ini bisa jadi akan membuat Pak Hutasoit menganggapnya
kurang waras. Bagaimana mungkin ia, dengan penampilan seadanya
dan hanya berbekal nekad, bisa mendapatkan peluang pendidikan
seideal itu? Namun Umar tak peduli. Dia tahu dia harus mencoba dan

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

berusaha. Dengan keyakinan diri dan keterampilannya berkata-kata,


Umar menyatakan permohonannya dengan lugas dan percaya diri.

Pak Hutasoit sempat tertegun beberapa saat, dan akhirnya memberikan


informasi bahwa memang ada sesekali program pengiriman mahasiswa
ke luar negeri. Namun sayang sekali, saat itu belum ada lagi kesempatan
tersebut. Mendapat jawaban demikian, Umar tidak kecewa. Yang penting
ia sudah berusaha. Pertemuan di Kementerian Pendidikan itupun dengan
cepat dilupakan Umar.

Suatu waktu ketika Umar sedang bersepeda di siang hari seperti biasanya,
dilihatnya pengumuman bahwa perusahaan minyak milik Belanda yang
mempunyai kegiatan eksplorasi, produksi, dan pengolahan di Indonesia
sedang mencari pemuda-pemuda lulusan SMA untuk dididik menjadi ahli
minyak. Perusahaan itu bernama Bataafsche Petroleum Maatschappij
(BPM) atau Perusahaan Minyak Batavia yang merupakan cabang dari
Royal Dutch Shell yang dibangun tahun 1907.

Tanpa menunda-nunda, Umar segera mengajukan lamaran. Puji syukur,


lamaran Umar diterima dan diperbolehkan untuk mengikuti serangkaian
tes masuk yang dilaksanakan di Gedung Adhuc Stat (sekarang Gedung
Bappenas) di Jalan Diponegoro, dan gedung Wanita di sebelah Gedung
Adhuc Stat. Tanpa ia sangka, jumlah pelamar ternyata luar biasa
membludak. Nyali Umar sempat menciut, merasa pesimis akan kalah
dalam persaingan.

Tes diselenggarakan selama beberapa hari. Setiap pagi hari, selalu


diumumkan nomor-nomor peserta tertentu yang diminta menghadap
panitia untuk mengambil uang jalan. Umar sempat tertarik dengan uang
jalan itu. Bukankah menguntungkan, diberi uang dengan cuma-cuma?
Apalagi Umar sangat membutuhkan uang. Kantongnya sangat tipis,
nyaris tak ada uang yang ia miliki saat itu. Namun, pada hari ketiga Umar
baru mengerti, mereka yang dipanggil untuk diberi uang jalan itu adalah
pelamar yang tidak lulus tes. Mereka tidak pernah muncul lagi setelah
menerima uang jalan.

|  |
Hingga hari terakhir tes, Umar sangat bersyukur ia tidak pernah dipanggil
untuk menerima uang jalan. Malah, justru ia terpilih untuk wawancara
lisan. Umar sempat merasa heran, kok bisa lulus, padahal saingannya
begitu banyak? Belakangan ia baru tahu, rupanya BPM bukan hanya
mencari pemuda yang semata-mata pandai, tapi juga mencari yang
keadaan ekonominya terbatas alias miskin. Menurut BPM, kalau calon
siswa mereka adalah pemuda miskin, maka setelah lulus pendidikan,
mereka tidak akan tergoda untuk pindah ke perusahaan lain, dengan
iming-iming gaji BPM yang lebih tinggi daripada gaji pegawai negeri.

Setelah lulus uji kesehatan, Umar diterima sebagai siswa Pendidikan


Ahli Minyak (PAM) atau disebut oleh orang Belanda dengan Petroleum
College. Selain dirinya, ada satu lagi yang diterima yaitu seorang siswa
dari Ambon. Persamaan dengan dirinya, siswa asal Ambon tersebut juga
miskin, tinggalnya di lingkungan tempat sampah.

Kampus PAM terletak di Plaju, Sumatera Selatan. Memasuki tahun kedua


sekolah, BPM kemudian diambil alih oleh Shell, dan kemudian menjadi
Shell Indonesia. Namun demikian, program PAM tetap dilanjutkan
karena kebutuhan pekerja yang cukup tinggi. Pendidikan ini ditujukan
untuk mencetak tenaga kerja terampil dengan posisi pertama sebagai
pengawas lapangan. Pengawas lapangan adalah jabatan di atas mandor,
sedang mandor sendiri adalah pekerjaan yang membawahi para pekerja
kasar. Tugas pengawas lapangan adalah membimbing mandor dan
pekerja kasar dalam membongkar peralatan kilang yang ada di Plaju.

Umar mengambil jurusan Pemeliharaan Peralatan Mekanik Kilang. Umar


sendiri tidak tahu pasti mengapa mengambil jurusan tersebut. Dia asal
pilih saja. Semuanya terasa serba kebetulan yang tidak direncanakan.
Selama sekolah di PAM, Umar sama sekali tidak mendapat pelajaran
teori. Semua proses belajar dilakukan di lapangan. Ia dan teman-teman
sekelas dilatih bagaimana membuka peralatan besar di Kilang Plaju.
Bentuk ujiannya adalah menggambar dan menyebut nama semua alat
yang digunakan untuk bekerja. Dengan demikian, mereka tidak akan
keliru saat bekerja di lapangan kelak.

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Pelajaran yang lain adalah sistem kodifikasi, yaitu sistem penomoran untuk
logistik. Semua barang diberi nomor kode dengan spesifik, sehingga jika
disebutkan kodenya, maka spesifikasi barangnya tidak mungkin salah.
Pengkodean ini bermanfaat untuk pemesanan barang yang datang dari
luar negeri. Saat ini mungkin hanya NATO yang masih memakai sistem
pengkodean tersebut yang dikenal dengan NATO Codification System
(NCS).

Selama pendidikan, Umar dan teman-temannya tinggal di asrama PAM


yang terletak di dalam kompleks perusahaan. Tinggal di sana telah
mengubah cara Umar dalam memandang dunia. Umar yang berasal dari
keluarga tak berpunya, kini tak lagi dihinggapi penyakit minder. Kepala
asrama, Bapak Jack West, telah berhasil mengikis rasa rendah diri murid-
murid. Beliau adalah keturunan Tionghoa-Belanda yang beristrikan
wanita Belanda. Pak West mengajarkan untuk menegakkan kepala ketika
berbicara dengan siapapun, termasuk kepada Belanda yang ada di Plaju.
Jika siswa minder, maka dia akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan
semua orang, baik dengan atasan maupun dengan bawahan.

Hal utama yang juga diterapkan di asrama dalam kehidupan sehari-hari


adalah kedisiplinan semi militer. Semua siswa harus disiplin mulai dari
kebiasaan makan, belajar, tidur, hingga olah-raga. Selain itu, setiap siswa
harus belajar menjadi pemimpin. Setiap siswa diberi tugas menjadi
komisaris asrama selama seminggu. Tugas komisaris adalah mengawasi
kepatuhan siswa pada peraturan sekolah maupun asrama. Di sini
semua siswa dilatih sekaligus kepemimpinannya. Semua harus mampu
memiliki kewibawaan dalam memimpin, memastikan bahwa instruksi-
instruksinya ditaati, dan sebagainya.

B. Melanjutkan Sekolah ke Baku, Azerbaijan


(1961-1967)
Setamat dari PAM tahun 1961, semua siswa mendapat jatah liburan
selama satu bulan. Umar berlibur ke tempat tinggal kakaknya di Hotel

|  |
Jacatra yang masih setia menjadi guru di Jakarta. Kebiasaan menyusuri
Jakarta di siang hari dengan sepeda pun kembali ia lanjutkan.

Suatu siang di Jalan Gajah Mada, nampak anak-anak muda sedang


bergerombol di depan kantor Departemen Perindustrian Dasar dan
Pertambangan (Perdatam). Umar yang penasaran mendekat untuk
mencari tahu ada keramaian apa gerangan. Ternyata, sedang ada
pembukaan lamaran untuk pengiriman sekolah ke luar negeri. Inilah
yang sedang dicari-cari Umar Said. Ia teringat upayanya dua tahun
lalu sebelum sekolah di Plaju, ketika menghadap Bapak Hutasoit di
Kementerian Pendidikan. Rupanya, keinginan untuk terus mencari ilmu
adalah hasrat terpendam yang tak pernah padam.

Dengan semangat, Umar segera kembali ke rumah kakaknya. Setelah


mengambil ijazah PAM dan ijazah SMA, Umar langsung kembali lagi ke
kantor Perdatam dan mencari petugas yang mengurus lamaran beasiswa
ke luar negeri. Sebetulnya, saat itu Umar belum tahu bidang studi apa
yang tersedia. Namun ia tidak peduli. Dalam batinnya, ini adalah tiket
emas untuk dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Setelah menemukan petugas tersebut, Umar segera memperlihatkan


ijazah PAM miliknya. Petugas itu pun langsung mengantarkan Umar
kepada atasannya, seorang bapak berperawakan pendek dan gemuk.
Setelah berbincang sebentar, bapak itu langsung mencatat nama Umar
Said sebagai salah satu pemuda yang diterima untuk diberangkatkan ke
luar negeri.

Bapak tersebut adalah Syarif Achmad Lubis, seorang insinyur tamatan


Teknik Kimia ITB. Bagi Umar Said, Pak Lubis adalah salah seorang yang
berjasa dalam mengubah perjalanan hidupnya. Kini, ketika Pak Lubis
sudah meninggal, sebagai bentuk terima kasih Umar Said hanya bisa
memanjatkan doa semoga Allah menerima semua amal ibadah Pak
Lubis, diberikan tempat terbaik disisi-Nya dan diampuni kesalahan-
kesalahannya.

Betapa gembiranya Umar diterima sekolah di luar negeri. Rupanya, ijazah


PAM di Plaju tersebut sangat berharga karena dianggap ada sangkut

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

pautnya dengan dunia pertambangan. Semuanya adalah jalan takdir


yang tidak direncanakan sebelumnya.

Beberapa hari kemudian, pemerintah mengumumkan pemuda-pemuda


yang diterima akan diberangkatkan ke Uni Soviet untuk belajar tentang
perminyakan. Pada saat itu Presiden Soekarno berencana agar putra-putri
Indonesia siap mengelola kekayaan alam Indonesia. Sebagai persiapan,
Soekarno mengirim banyak mahasiswa belajar ke berbagai negara.
Sedianya negara yang dituju untuk belajar perminyakan adalah Amerika
Serikat dan Italia. Tetapi Amerika menolak karena mencium rencana
Soekarno untuk nasionalisasi bisnis perminyakan dan pertambangan.
Karena Uni Soviet yang mau menerima, maka diberangkatkanlah calon
mahasiswa ke negeri Beruang Putih ini.

Menunggu proses pemberangkatan menjadi saat yang tidak mudah


bagi Umar. Liburan tamat sekolah PAM sudah habis, sudah waktunya
Umar harus kembali ke Shell di Plaju untuk bekerja sebagai pengawas
mandor. Hatinya gundah gulana. Tanggal keberangkatan ke luar negeri
belum keluar, tetapi panggilan tugas dari Shell sudah datang. Pihak PAM
memintanya bergegas ke Plaju. Akhirnya sebagai jalan keluar, Umar
berangkat kembali ke Plaju, seraya berpesan kepada kakaknya agar segera
mengirim telegram apabila ada panggilan untuk berangkat ke Soviet. Isi
telegram yang ia minta adalah kabar bahwa ayahnya meninggal dunia.
Apakah ini kebohongan? Tentu tidak, karena nyatanya sang ayah telah
meninggal dunia pada tahun 1945. Jadi Umar tidak berbohong, tetapi
“not telling the whole truth”.

Di Plaju, Umar ditempatkan di bagian inspeksi yang bertugas


memetakan tiang-tiang di dalam pabrik yang keropos terkena karat.
Umar menelusuri tiang demi tiang dan mencatat di area tertentu pabrik
yang terdapat serangan karat pada tiang dengan kategori sangat parah.
Umar menunjukkan hasil temuan pemetaan pada atasannya yang
berkebangsaan Inggris. Sang atasan puas dengan hasil kerja Umar. Ia
pun tidak terlampau terkejut dengan temuan tersebut, sebab di area
itu terdapat unit pembuatan asam sulfat. Tiupan angin membawa uap
asam sulfat yang memakan tiang-tiang besi. Pekerjaan pemetaan belum

|  |
lagi tuntas, Umar menerima telegram dari kakaknya yang mengabarkan
ayah Umar meninggal. Umar menunjukkan telegram tersebut kepada
atasannya. Sang atasan pun serta merta meminta kepada bagian
perjalanan untuk memberangkatkan Umar segera ke Jakarta dengan
pesawat kesempatan pertama.

Sudah satu bulan lamanya sejak telegram tersebut, Umar yang


diberangkatkan ke Jakarta tak kunjung kembali ke Plaju. Maka, dicarilah
Umar oleh pihak kantor Shell. Mereka tak tahu, Umar Said sudah tak ada
di negeri Indonesia. Nun jauh di sana, ia sedang menggigil kedinginan
di Kiev Ukraina, seraya bersusah payah belajar bahasa Rusia. Upayanya
ini membuahkan hasil. Baru tiga bulan saja belajar, Umar sudah fasih
berbahasa Rusia. Bahkan berkelahi dengan orang lokal pun, Umar
menggunakan bahasa Rusia. Ia berkelahi karena merasa benar dalam
sebuah perselisihan. Rupanya selain kemampuannya menyerap bahasa
asing, Umar juga memiliki bakat keberanian seperti kakaknya yang
seorang pejuang’45.

Dalam studinya, Umar mengambil jurusan Teknik Kimia Minyak.


Mahasiswa Indonesia mengambil berbagai jurusan berlainan; ada yang
geologi, geofisika, eksploitasi, kimia ataupun marketing, yang kesemuanya
dalam ruang lingkup dunia perminyakan. Umar memilih jurusan Teknik
Kimia Minyak sebab teringat fenomena bau-bauan yang khas di kilang
minyak Plaju. Dari dulu Umar penasaran setiap kali dari kilang-kilang
terkadang tercium bau wangi seperti nasi liwet, dan terkadang tercium
juga bau sengak tidak sedap. Intuisi Umar mengatakan bahwa bau-
bauan ini pastilah ada kaitannya dengan sifat-sifat kimiawi. Tetapi karena
di Akademi Plaju hanya praktek lapangan, Umar tidak menemukan
penjelasannya.

Di Uni Soviet, terdapat beberapa sekolah perminyakan. Sekolah yang


tertua adalah yang ada di Baku, Azerbaijan. Seluruh rombongan Indonesia
diberangkatkan untuk belajar perminyakan di Baku, setelah sebelumnya
belajar bahasa Rusia di Kiev Ukraina.

|  |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Selama lima tahun kehidupan mahasiswa, mahasiswa Indonesia


termasuk yang banyak inisiatif di kalangan mahasiswa asing. Barangkali
karena jumlahnya terbanyak setelah Vietnam. Pada suatu musim panas,
mahasiswa Indonesia menyelenggarakan Ganefo, meniru Ganefo-ya
Soekarno. Ganefo ini akronim dari Games of the Emerging Forces, yaitu
semacam acara olahraga antar negara, mirip seperti olimpiade, namun
pesertanya adalah negara-negara berkembang. Bung Karno sendiri juga
yang menyatakan bahwa pelaksanaan Ganefo ini untuk menandingi
Olimpiade.

Semua mahasiswa asing dan lokal diundang untuk ikut bertanding.


Upacara pembukaannya tidak lazim bagi penduduk lokal, karena mereka
belum pernah melihat bendera asing berbaris diiringi lagu Bridge on
The River Kwai. Semua kontingen tiap negara membawa bendera
negaranya, kecuali kontingen Soviet yang membawa bendera organisasi
pemudanya yaitu bendera Komsomol. Kontingen Indonesia sebagai
panitia penyelenggara mengikuti semua pertandingan, tetapi lucunya
tidak ada yang menang.

Mahasiswa Indonesia juga mempunyai band yang selalu tampil di


berbagai acara perayaan sekolah. Band ini sebenarnya sederhana, namun
selalu dinantikan oleh semua mahasiswa karena sering memainkan
lagu-lagu Barat dari band Amerika atau Inggris yang menjadi favorit
saat itu, misalnya The Beatles. Lagu-lagu Barat ini bisa jadi dianggap
kurang hormat pada pemerintah Soviet. Band mahasiswa Indonesia ini
tak kehilangan akal, mereka menggubah lagu-lagu Indonesia menjadi
berbahasa Rusia, misalnya Strana Radnaya Indoneziya (Rayuan Pulau
Kelapa). Tak ketinggalan, lagu-lagu asli Indonesia juga ternyata cukup
digemari, misalnya Butet dan Panon Hideung.

Lagu Strana Radnaya Indoneziya menjadi sangat terkenal dikalangan


mahasiwa. Mereka yang berjasa memperkenalkan Indonesia melalui
lagu-lagu ini adalah Yusmal Yusuf pemain gitar melodi, Aminuddin
(alm.) pemain gitar pengiring, Subijanto pemain gitar bas, Herlan Adim
(alm.) sebagai penyanyi, Daria Kartawirja (alm.) juga sebagai penyanyi,
Yahsan Asril memainkan kencrengan, Suminta memukul ketipung.

| 10 |
Ada pula Sukrisman tukang jahit yang membuatkan seragam untuk
band Indonesia. Sementara Hariadi dan kawan-kawan lainnya sebagai
pengelola peralatan. Umar Said sendiri bertindak sebagai master of
ceremony, pembawa acara yang sekaligus tukang pidato.

Mahasiswa Indonesia yang telah selesai masa studinya kembali ke


Indonesia tepat pada 20 Februari 1967, ketika Presiden Soekarno
menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana
Merdeka Jakarta. Surat tersebut keluar setelah serangkaian peristiwa
politik sejak pidato pertanggungjawaban Soekarno yang disebut
Nawaksara dibacakan pada sidang MPRS 22 Juni 1966. MPRS kemudian
meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato “Pelengkap
Nawaksara” pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967,
namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang
sama. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967, Soekarno menyerahkan
kekuasaan yang berarti Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan
Indonesia.

Sesampai di Jakarta, semua mahasiswa diminta pulang ke daerah asal


masing-masing. Umar kembali ke kediaman ibundanya. Karena Umar
tak sempat bekerja di Shell yang bergaji melimpah, sang ibunda tetap
dengan kondisi ekonomi terbatas seperti dulu. Baru saja sampai di
rumah ibunya, tetangga Umar memberitahukan bahwa dari siaran radio
nasional terdapat sejumlah nama yang dipanggil untuk segera kembali
ke Jakarta, salah satunya nama Umar Said sebagai mahasiswa alumni
Uni Soviet. Maka, bergegaslah Umar memenuhi panggilan negara, yaitu
ditempatkan di kilang minyak Cepu. Ternyata panggilan itu bukan untuk
segera disuruh bekerja tetapi dikarantina selama tiga bulan di Cepu,
karena mungkin dianggap berbahaya melepaskan sarjana tamatan Rusia
di tengah masyarakat.

| 11 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

C. Menjadi Korban Stigma “Eks Soviet” Pasca


Peristiwa G-30-S PKI (1967)
Ketika masih di Baku, suatu sore di hari-hari terakhir kelulusan, Umar
bertemu dengan salah seorang temannya mahasiswa dari Iran yang
juga mengambil studi di Baku sebagai kandidat doktor. “Umar, di negara
kamu ada coup d’etat, lho,” kata sang teman dengan singkat. Hanya
informasi itu saja yang dia dengar, tanpa ada informasi lebih jelas siapa
yang melakukan kudeta, siapa yang dikudeta. Dia mendengar informasi
tersebut dari radio Iran. Secara geografis, letak kota Baku dekat dengan
Iran, dan radio Iran termasuk saluran yang tidak diganggu oleh pemerintah
Soviet.

Karena informasinya teramat minim, maka Umar acuh saja. Dalam


benaknya, Presiden Soekarno sudah pernah menghadapi peristiwa-
peristiwa dalam negeri seperti PRRI, Permesta, dan sejenisnya. Ia pikir,
barangkali yang terjadi adalah peristiwa serupa itu.

Tetapi beberapa hari berikutnya, terjadi kehebohan di Kedutaan Republik


Indonesia di Moskow. Edaran resmi dari Atase Militer KBRI Moskow
mengabarkan, di Indonesia telah terjadi perebutan kekuasaan. Presiden
Republik Indonesia selamat, dan semua mahasiswa Indonesia diminta
menandatangani pernyataan tetap mendukung pemerintah RI dibawah
Presiden Soekarno. Umar dan semua kawan-kawannya dari Indonesia
pun ikut tanda tangan. Informasi-informasi yang berseliweran di Kedutaan
kemudian menjadi serba tak jelas dan simpang siur. Pihak KBRI pun
kelihatannya bingung dengan apa yang sebenarnya sedang berlangsung
di tanah air.

Setelah pulang ke Indonesia, baru Umar dan teman-teman sesama


mahasiswa yang pernah belajar di Rusia menyadari, bahwa memberikan
dukungan kepada Bung Karno menjadi “haram”. Mereka beruntung,
sepertinya lembar pernyataan yang pernah ramai-ramai ditandatangani
itu dan pasti disimpan di Kedutaan mungkin sudah dimusnahkan oleh
Kedutaan RI di Moskow sendiri, sehingga Umar dan kawan-kawannya
tidak pernah ditangkap. Para pegawai Kedutaan RI, termasuk atase militer

| 12 |
yang meminta semua tanda tangan pernyataan setia juga tandatangan.
Itu semua semata-mata karena bingung.

Sebelum pulang ke tanah air, mahasiswa dibekali surat bebas G-30-


S (clearance) oleh Atase Militer KBRI Moskow. Sepanjang karir Umar
kemudian, banyak sekali surat clearance yang harus ia urus, mulai dari
polisi, RT, kantor, Koramil, dan entah dari mana lagi, hanya karena Umar
pernah sekolah di Uni Soviet. Surat clearance itu pun ternyata bisa
terbit cepat bila ada “uang rokok” yang tidak begitu besar. Uang rokok
ini fungsinya hanya untuk mempercepat terbit surat, dan bukan untuk
mengubah yang tidak clear menjadi clear. Biasanya surat clearance ini
sangat ditunggu-tunggu, karena diperlukan sebagai pelengkap untuk
urusan administrasi lainnya.

Bagi Umar, surat clearance dari KBRI Moskow adalah yang paling
bermutu dan berkesan, karena surat itu dibuat berdasar catatan dan
pengetahuan yang obyektif dan benar-benar menunjukkan keadaan
yang sesungguhnya dari setiap mahasiswa. Hal ini wajar karena sebelum
terjadi peristiwa G-30-S PKI pun, KBRI Moskow sudah kenal betul semua
mahasiswa Indonesia yang jumlahnya sedikit itu.

Surat clearance lain yang berkesan adalah yang diperoleh dari Cepu
tahun 1967 setelah menjalani karantina selama 3 bulan. Umar dan
calon pekerja lainnya yang berjumlah sekitar 50 orang, harus menjawab
pertanyaan yang berlembar-lembar hingga kelelahan. Saking banyaknya
jawaban yang standar dan cenderung membosankan, Umar sampai
ragu apakah lembar-lembar jawaban itu nantinya benar-benar dibaca
oleh petugas keamanan ataukah tidak. Dugaannya, hanya orang-orang
tertentu yang sudah masuk daftar hitam saja yang benar-benar diamati
dan tidak akan mendapat clearance.

Karantina selama tiga bulan itu disebut “Kursus Penyesuaian Mental dan
Aptitute”, yang sepertinya menjadi cikal bakal Penataran P4. Kegiatannya
antara lain adalah pendidikan Pancasila, olah raga, baris-berbaris, serta
pembahasan tentang apa itu Orde Baru dan bagaimana kejahatan-
kejahatan yang dilakukan PKI.

| 13 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Kursus ini mendapat pengawasan ketat sepanjang siang dan malam


terus menerus oleh dua orang tentara berpangkat sersan. Tugas kedua
sersan ini adalah untuk melihat semua perilaku peserta karantina. Mereka
sampai mengetahui segala gerak-gerik Umar dan teman-temannya,
baik di dalam maupun di luar jam pendidikan. Hingga lagu apa yang
dinyanyikan Umar di kamar mandi pun, mereka pasti tahu.

Setelah tiga bulan berlalu dan persyaratan administratif terpenuhi,


akhirnya semua calon pekerja mendapatkan surat clearance karena
mereka semua dianggap tidak terindikasi memiliki kaitan dengan PKI.
Setelah surat clearance didapat, semua peserta mulai disebar ke berbagai
area kerja Pertamina. Umar sendiri ditempatkan di kilang minyak Cepu.

Masa-masa setelah G-30-S PKI adalah masa-masa yang berat bagi Umar
dan kawan-kawannya yang menyandang status alumsi sekolah Soviet.
Walaupun sudah mendapat surat-surat clearance, mereka terus dicurigai
membawa ideologi komunis. Setiap akan melakukan penugasan ke luar
negeri, mereka harus menjalani prosedur pemeriksaan (screening).
Sudah ratusan kali Umar menjalani screening, dan selalu lulus pula
karena memang dirinya tidak pernah ada keterkaitan aktivitas politik
selama menimba ilmu di Uni Soviet.

Banyak pihak yang tidak memahami, bahwa mahasiswa Indonesia seperti


Umar Said yang dikirim ke Soviet waktu itu adalah dalam program resmi
pemerintah Indonesia. Memang ada pengiriman mahasiswa aktivis
PKI yang bersekolah di Universitas Patrice Lumumba di Moskow yang
berangkat atas rekomendasi PKI. Tetapi karena gairah Bung Karno untuk
memajukan pendidikan tinggi anak muda Indonesia, Bung Karno pun
meminta tempat bagi mahasiswa non aktivis partai untuk bisa sekolah
di universitas tersebut. Sayangnya, masyarakat menyamaratakan bahwa
setiap tamatan perguruan tinggi di Soviet pastilah komunis. Padahal,
yang benar-benar mahasiswa kader PKI umumnya tidak pernah pulang
ke Indonesia. Mereka memilih eksodus dan tinggal di Eropa Barat.
Sedangkan mahasiswa lain yang pulang ke Indonesia umumnya bukan
kader PKI. Sayangnya, cap eks-Soviet ini sulit dihilangkan hingga berpuluh

| 14 |
tahun. Sampai lama-kelamaan Umar pun enjoy saja dengan stigma eks-
Soviet.

Di tengah masa karirnya, Umar pernah menghadapi fitnah terkait stigma


eks-Soviet. Suatu kali setelah mengabdi sekian tahun sebagai pegawai
negeri sipil, Umar diberi tugas untuk menetapkan pemenang lelang
pengadaan barang dan jasa. Umar sebenarnya tidak tertarik dengan
pekerjaan semacam itu. Ia lebih menyukai tantangan penelitian dan
analisa. Baginya, pekerjaan penentu pemenang lelang kurang ada sisi
ilmiahnya, dan tidak akan menambah kepandaiannya. Menurut Umar
apa pun hasil panitia lelang, maka itulah yang akan menjadi ketetapan
dasar hukum untuk proses lebih lanjut.

Di suatu hari jelang penentuan pemenang lelang, Umar mendapat


panggilan dari tim screening di Departemen Pertambangan dan Energi
(sekarang Kementerian ESDM) untuk memberikan penjelasan perihal
seorang saudara kandung Umar. Rupanya ada laporan yang yang
menyatakan bahwa ada seorang pejabat eks-Soviet yang memiliki
saudara di luar negeri dan tidak pernah pulang ke Indonesia. Setelah Umar
mencari informasi lebih lanjut, laporan tersebut ternyata bersumber dari
seorang pejabat di departemen yang sama yang sedang menjagokan
salah satu peserta lelang tetapi akhirnya kalah. Sehingga dicarilah dosa
Umar Said dengan delik adik Umar seorang pelarian politik. Tuduhan ini
sangat serius dan bisa membuat Umar diberhentikan seketika.

Laporan tuduhan itu sama sekali tidak berdasar. Umar memang


memiliki adik kandung perempuan yang bersuamikan seorang pegawai
Departemen Luar Negeri yang waktu itu sedang berdinas di KBRI
Australia. Dia tidak pulang selama bertahun-tahun karena dinasnya
belum selesai. Semuanya jelas dan tuntas. Meskipun diterpa tuduhan,
peristiwa tersebut tidak mengubah sikap dan pendirian Umar terhadap
keputusan pemenang lelang. Umar berpesan kepada tim lelang agar
tetap bekerja cermat mengikuti prosedur dan aturan yang ada, tidak
perlu mempersoalkan siapa di belakang peserta lelang, agar mudah
dalam bekerja, tepat dalam mengambil keputusan, dan tidak mudah
diprotes orang lain.

| 15 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

“Jika kita tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pekerjaan,


kita tidak perlu takut memutuskan berdasarkan aturan yang ada.
Di jaman reformasi ini, banyak sekali pejabat takut memutuskan
dan melempar pengambilan keputusan ke ‘atas’ dengan analisis
yang tidak konklusif. Pihak dari atas melempar lagi ke samping
atau ke bawah. Pengambilan keputusan menjadi terlalu lama,
dan akhirnya banyak pekerjaan birokrasi yang terbengkalai. Itu
semua terjadi karena takut dituduh berbuat menyimpang oleh
KPK, jaksa, atau polisi.

Karena manusia itu mempunyai sifat lupa akan hal-hal yang


sudah lama berlangsung, sebaiknya semua pertimbangan yang
pernah dipakai dalam pengambilan keputusan dituliskan dengan
jelas dan catatannya disimpan. Catatan seperti itu, suatu saat
akan berguna dalam hidup yang masih penuh dengan keraguan
ini.”

(Umar Said, 2014)

D. Melanjutkan Pendidikan Master ke Ecole


Nationale Superieure du Petroles et Des
Moteurs (ENSPM) Rueil Malmaison, Perancis
(1972-1974)
Tahun 70-an semasa mengabdi di LEMIGAS, seusai melakukan
kajian kelayakan kilang Cilacap, Umar mendapati pengetahuan tekno-
ekonominya sangat kurang. Pada saat yang sama LEMIGAS menjalin
kerjasama dengan Institute Francais du Petrole (IFP), salah satunya
dalam bidang pendidikan. Barangkali karena telah ikut dalam tim yang
membuat kajian kelayakan tekno-ekonomi kilang Cilacap, Umar diberi
penghargaan sebagai calon yang akan disekolahkan ke Perancis.

| 16 |
Sumber: 1 Tahun LEMIGAS Mengabdi

Gambar 1. Gedung utama LEMIGAS tempo dulu

Setelah wawancara dengan Monsieur Jean Masseron, Direktur Ecole


Nationale Superieure du Petroles et Des Moteurs (ENSPM), Umar
masuk dalam rombongan kedua yang dikirim ke sekolah tinggi minyak
di pinggiran kota Paris yaitu di ENSPM. Umar mengambil jurusan
Ekonomi dan Manajemen Perminyakan. Tentu itu bukan pilihan Umar
sendiri, tetapi sebagai konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan Umar
sebelumnya.

Jurusan Ekonomi dan Managemen Perminyakan di ENSPM


mempersiapkan para sarjana tingkat S1 bidang teknik dari Perancis
dan negara lain untuk menempuh pendidikan master yang selanjutnya
dipersiapkan menjadi calon eksekutif perusahaan minyak. Di jurusan
ini diajarkan semua bidang kegiatan minyak, mulai dari geologi hingga
marketing. Meskipun bukan bertujuan untuk membentuk tenaga ahli
teknik, namun semua mahasiswa harus paham keseluruhan proses
teknik tersebut, termasuk segala istilah dan bahasa teknik. Tujuannya
adalah agar mampu membuat analisis dalam pengambilan keputusan
sesuai dengan kondisi lapangan. Selain itu, mahasiswa juga belajar teori
ekonomi, analisa risiko, game theory, akuntansi dan cara menyampaikan
ide secara singkat dan jelas. Karena banyak yang harus dipelajari, masa
belajar di jurusan ini bisa mencapai dua puluh tiga bulan, sementara
jurusan lain cukup dua belas bulan.

| 17 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

ENSPM terletak di Rueil Malmaison, dipinggiran kota Paris. Di kota itu,


banyak yang bisa dilihat dan dikunjungi. Umar dapat menghabiskan
akhir pekan dengan nyaman, berkeliling Paris karena sistem sekolah di
ENSPM tidak ada pekerjaan rumah atau tugas kuliah. Sudah menjadi
kebiasaan, orang Paris menghindari bekerja pada hari Sabtu dan Minggu,
sehingga ENSPM pun tidak pernah memberi pekerjaan rumah untuk
akhir pekan. Semua tugas harus selesai di sekolah. Suatu hal baru yang
belum pernah Umar alami sebelumnya.

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 2. Umar Said sewaktu belajar di Perancis

Umar sempat mengalami kesulitan belajar di ENSPM karena belum mahir


berbahasa Perancis. Bulan-bulan awal, Umar sering salah menerima
penjelasan berupa angka karena cara orang Perancis menyebut tujuh
puluh adalah enam puluh-sepuluh. Menyebut delapan puluh adalah
empat kali dua puluh. Menyebut sembilan puluh adalah delapan puluh-
sepuluh. Kalau berbicara, orang Perancis suka menggunakan banyak anak
kalimat. Pendengar yang tidak memahami cara berpikir orang Perancis
bisa kehilangan arah. Umar juga sangat sering harus membuat esai yang
cukup memusingkan. Akan tetapi, semua tantangan ini ia hadapi, karena
ia yakin bahwa pengalaman-pengalaman tersebut sangat berharga dan
menjadi pelajaran penting tentang berbagai hal terkait kebijakan energi.

| 18 |
Bagi Umar, banyak sekali pelajaran yang bisa ia petik ketika mendalami
studi Ekonomi dan Manajemen Perminyakan, yang ia sebut sebagai
‘wisdom’. Wisdom yang masih relevan dan bermanfaat hingga sekarang
adalah:

Pertama, jangan percaya mentah-mentah terhadap angka-angka ramalan


ahli geologi, sebab ahli geologi selalu memberi harapan tinggi. Ini wajar,
karena jika tidak memberi harapan, tentu tidak akan ada perusahaan yang
bersedia memberi dana untuk eksplorasi minyak. Sehingga, terapkanlah
‘diskon’ dari angka yang disodorkan ahli geologi sebelum menjadi
bahan keputusan. Berapa besar diskon tersebut, tergantung profil ahli
geologinya. Jika ahli tersebut sudah terbukti sering menemukan minyak,
maka diskonnya kecil saja. Jika ahli geologi tersebut masih baru, maka
diskonnya diperbesar. Diskon dilakukan untuk melindungi kepentingan
perusahaan, agar jangan sampai dengan mudahnya dana investasi habis
tanpa mendapatkan minyak. Informasi geologi dari suatu wilayah sangat
penting untuk analisis pengambilan keputusan investasi. Akan tetapi,
minyak adalah barang yang tidak kelihatan di permukaan dan tidak
dapat dicari informasi pembanding dari sumber lain. Hanya ahli geologi
dan timnya yang paling tahu, mereka melakukan analisis berdasarkan
keilmuannya. Meski demikian, tidak ada seorang pun yang tahu persis
keadaan sebenarnya di dalam perut bumi.

Kedua, keputusan untuk mendanai kegiatan hulu tidak boleh


mendadak dan hanya dilakukan sekali, melainkan harus dilakukan
bertahap tergantung nilai expected monetary value yang didapat. Nilai
ini diperoleh sebagai hasil perkalian volume hidrokarbon perkiraan dari
ahli geologi, harga hidrokarbon (minyak atau gas), dan nilai probabilitas
angka geologi tersebut.

Ketiga, karena tingkat resiko yang cukup tinggi atau bahkan tidak bisa
dihitung, maka bagilah resiko kegagalan dengan perusahaan lain. Jika
gagal, maka resiko ini dibagi. Demikian pula sebaliknya, jika untung maka
keuntungan juga harus dibagi.

Keempat, apa pun teori atau teknologi mencari hidrokarbon, hanya


pemboran yang dapat membuktikan ada tidaknya minyak jauh di perut

| 19 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

bumi. Gambar satelit yang canggih sekalipun hanya mampu menemukan


kondisi geologi yang layak menjadi rumah bagi minyak atau gas. Rumah
itu ada isinya atau kosong, hanya bisa dibuktikan dengan pemboran.

Kelima, cadangan minyak di bawah tanah tidak seperti telaga, tetapi


berada dalam pori-pori kecil lapisan pasir atau lapisan lainnya. Sebagai
pembanding, bayangkan betapa sulitnya mengambil kembali minyak
yang sudah dituang ke dalam pasir. Jika minyak bisa diambil, tentu
pasirnya masih berbau minyak, menandakan sebagian besar minyak
masih tertinggal di pasir karena lengket. Cara mendapatkan minyak
yang lengket pada pasir adalah mencucinya dengan sabun, itu pun
tidak akan didapatkan seratus persen minyaknya. Begitulah gambaran
analogi proses produksi minyak. Kesulitan menambang minyak lebih
besar karena pasir ada di kedalaman tiga kilometer di perut bumi, dan
penambang hanya mempunyai satu lubang kecil untuk melakukan
segala upaya mengangkat minyak. Makin lama, makin sedikit jumlah
minyak yang bisa diangkat, tetapi biaya pengangkatan minyak semakin
mahal, sebab harus memakai bahan kimia untuk penyabunan tadi.

Keenam, minyak dalam tanah ibarat limun dalam botolnya. Jika botol itu
dibuka mendadak, limun akan menyembur keluar, tetapi semburan itu
akan cepat habis. Yang tertinggal adalah limun di dalam botol yang harus
dibuka sedikit demi sedikit agar sebanyak mungkin cairan bisa keluar. Ini
sebabnya produksi minyak tidak boleh digenjot sesuka kebutuhan APBN
misalnya. Ada aturan flow rate yang harus dipatuhi.

Ketujuh, teori ekonomi tentang pembentukan harga yang mengacu


pada marginal cost tidak berlaku dalam minyak. Harga minyak adalah
harga politik atau harga persekongkolan. Sejak jaman industri, minyak
didominasi oleh ‘The Seven Sisters’, yakni harga minyak ditetapkan oleh
manajemen tujuh perusahaan minyak raksasa. Kemudian penetapan
harga sempat diambil alih oleh OPEC. Moamar Khadafi dari Libya pernah
memanfaatkan penutupan terusan Suez oleh perang Yom Kippur untuk
menaikkan harga minyaknya. Selanjutnya, kendali harga diambil alih
oleh Saudi. Sekarang, harga minyak “basah” ditetapkan oleh pedagang
minyak “kertas”. Ekspektasi dan isu politik lebih kuat menentukan

| 20 |
harga. Minyak Brent dianggap yang menetapkan harga minyak dunia,
tetapi produsen minyak Brent sesungguhnya melihat ke kiri ke kanan
dalam menetapkan harga. Harga bisa tiba-tiba melambung atau anjlok
hanya karena isu politik. Isu dan ekspektasi sebenarnya hanya mampu
mengubah riaknya saja. Tetapi general price level minyak tidak jelas
siapa yang menetapkannya sekarang ini. Bukan OPEC dan bukan Saudi
lagi.

Kedelapan, investasi kilang minyak selalu memberikan return yang tipis,


akan tetapi kilang minyak selalu saja dibangun (oleh orang yang paham),
karena minyak mentah tidak dapat dipakai langsung oleh konsumen,
namun harus diolah atau ‘dimasak’ terlebih dahulu. Pembiayaan investasi
kilang menggunakan oblikasi (bond) yang ongkosnya selalu lebih rendah
dari return kilang. Makin kompleks suatu kilang, maka biaya (cost) akan
semakin tinggi, dan semakin tinggi pula return-nya. Pembuatan produk
petrokimia akan meningkatkan return kilang. Ongkos mengolah minyak
berat lebih tinggi dibanding ongkos mengolah minyak ringan. Minyak di
Indonesia adalah minyak ringan dan berkadar belerang rendah.

Kesembilan, kilang didirikan sedekat mungkin dengan konsumen


karena dua alasan. Satu, mengangkut minyak mentah dapat dilakukan
dalam jumlah sangat besar melalui laut dengan Very Large Crude Carrier
(VLCC) sehingga ongkosnya turun. Sedangkan kapal tanker pengangkutan
produk lebih kecil dan ongkos menjadi mahal. Dua, mendekatkan kilang
dengan konsumen akan menjaga mutu produk minyak, sebab mutu
produk mudah rusak dalam perjalanan jauh.

Kesepuluh, keuntungan pemasaran yang utama berasal dari produk


petrokimia dan minyak pelumas. BBM dan aspal merupakan produk
yang memberi keuntungan moderat saja. Penjualan bahan bakar kualitas
tinggi dapat mendongkrak profitabilitas. Tidak ada perusahaan minyak
menjual BBM yang sepenuhnya mengandalkan pasokan dari kilang
sendiri. Mereka selalu mengambil produk dari kilang terdekat, bahkan
mungkin dari kilang milik pesaingnya. Mereka menjual merek karena
konsumen kebanyakan melihat merek, bukan siapa yang membuatnya.

| 21 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Pesan Moral
“Dari beberapa pelajaran itu saya melihat banyak yang salah dalam
praktek pengusahaan minyak dan persepsi masyarakat di Indonesia.
Politisi di DPR masih sering ‘berbunyi aneh’ yang menunjukkan ketidak
tahuan mereka akan sifat alam. Politisi mempertanyakan mengapa
produksi turun tetapi ongkos naik (Wisdom Kelima). Mungkin saja
memang ada korupsi dalam produksi migas, tetapi memang sulit
menarik minyak yang makin sedikit tertinggal dalam pori-pori batuan.
Sifat alam memang seperti itu.
Kilang pengolahan minyak baru sering dikatakan tidak ekonomis
dan minta insentif berlebihan. Padahal dari jaman dahulu, return
kilang memang tipis (Wisdom Kedelapan). Semua kilang Pertamina
yang ada sekarang ini, dibangun oleh negara melalui APBN. Setelah
selesai dibangun, diserahkan ke Pertamina untuk dioperasikan. Kenapa
sekarang kita risau jika Pertamina tidak mau membangun kilang?
Pertamina oleh undang-undang BUMN diharuskan membuat laba.
Jadi kalau Pertamina menghindari melakukan investasi yang memberi
return kecil, itu akibat dari kemauan UU. Jika kita cukup cerdik, APBN
masih sangat mampu membiayai pembangunan kilang baru, seperti
dulu. Kilang baru adalah untuk meningkatkan ketahanan energi
nasional dan itu memang kewajiban pemerintah menjamin ketahanan
energi nasional.
Prof. M. Sadli (almarhum), Menteri Pertambangan dan Energi (1973-
1978), pernah berkunjung ke LEMIGAS dan meminta disiapkan
paparan tentang pembentukan harga minyak. Saya mendapat tugas
dari pimpinan LEMIGAS untuk menyiapkan bahan dan sekaligus
memaparkannya. Saya paparkan dengan data bahwa tidak ada
kaitan sama sekali antara marginal cost dengan harga minyak di pasar
(Wisdom Ketujuh).
Barangkali dengan fakta bahwa tidak ada teori di belakang
pembentukan harga minyak, beliau sebagai Menteri Pertambangan
dan Energi mengubah bagian kontraktor dari 40% menjadi hanya
15% dari nilai Net Operating Income (NOI)**. Beliau mengatakan
kepada para kontraktor bahwa yang menaikkan harga minyak kan
bukan kontaktor. Tetapi OPEC, termasuk pemerintah Indonesia, yang
menaikkan harga. Jadi wajar jika wind fall-nya untuk negara. Dengan
hanya 15% tetapi harga yang lebih tinggi, kontraktor juga mendapat
tambahan penghasilan dibanding 40% dengan harga lama. Kontrak
pun diamandemen untuk meningkatkan pendapatan negara.” (Umar
Said, 2014)
** NOI adalah sales revenue dikurangi ongkos mengangkat

| 22 |
E. Melanjutkan Pendidikan Doktor ke Madison,
Wisconsin (1982-1985)
Tahun 1978, di Departemen Pertambangan dan Energi dibentuk
direktorat jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Energi (DJE). Direktur
Jenderal (Dirjen) Energi yang pertama adalah Prof. DR. Samaun
Samadikun (alm.), seorang ahli listrik dan nuklir dari ITB. Salah satu
direkturnya adalah Prof. DR. Artono Arismunandar (alm.) yang juga ahli
listrik di PLN.

Belum begitu lama DJE terbentuk, berlangsung pertemuan Indonesia-


Amerika mengenai kebijakan energi nasional. Karena Prof. Samaun dan
Prof. Artono masih baru di bidang kebijakan energi, maka Pak Wijarso
yang diharapkan bisa hadir dalam pertemuan itu. Pak Wijarso adalah
Dirjen Migas, secara ex officio menjadi Ketua Panitia Tetap Energi (PTE),
suatu tim interdepartemen yang bertugas menyiapkan konsep-konsep
kebijakan energi untuk menteri dan kabinet. Karena sibuk, Pak Wijarso
tidak bisa hadir di pertemuan dan menugaskan Umar Said untuk
membantu Prof. Samaun. Umar sudah lama membantu Pak Wijarso
(alm.) menangani kebijakan energi. Pak Wijarso menganggap Umar Said
memahami kebijakan energi dan mengetahui isu-isu terkini di bidang
energi.

Singkat cerita, dalam pertemuan bilateral tersebut, dari pihak Amerika


ada seorang profesor dari Universitas Wisconsin yang bernama Prof.
Wesley Foell. Dia bersimpati dengan Indonesia, karena istrinya adalah
seorang Belanda yang lahir di kota Lahat, Sumatra Selatan. Prof. Wesley
Foell sendiri adalah keturunan Jerman. Orang tuanya pindah ke Amerika
sebelum Nazi berkuasa.

Setelah pertemuan formal berlalu, Prof. Foell masih terus berkomunikasi


dengan Umar Said dan banyak bertanya tentang kebijakan energi
Indonesia. Rupanya dia juga sedang mencari kandidat mahasiswa S2 dan
S3 untuk Universitas Wisconsin dengan biaya dari United States Agency
for International Development (USAID). Memang demikianlah cara
negara maju membantu negara berkembang. Mereka mengupayakan

| 23 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

agar belanja tunainya dinikmati oleh pihaknya sendiri. Pihak negara


berkembang hanya akan menerima manfaatnya saja. Contohnya dengan
memberi beasiswa USAID, sebetulnya pemerintah Amerika sedang
memutar anggaran belanjanya di perekonomian dalam negerinya
sendiri. Belanja yang dikeluarkan oleh USAID akan jatuh ke Universitas
Wisconsin. Biaya rutin yang dikeluarkan mahasiswa untuk sewa kamar,
makan, pakaian, transportasi, telekomunikasi, dan sebagainya akan
berputar dalam perekonomian lokal Amerika.

Umar menceritakan awal mula Umar melanjutkan pendidikan S3 di


Wisconsin:

“Tahun 1981, saya sudah mulai jenuh dengan kegiatan kebijakan


energi yang begini-begini saja. Saya berkecimpung bersama praktisi
terutama Pak Dirjen Migas, tugasnya cuma satu: apa pun kebijakannya,
pendapatan negara dari minyak harus naik. Pak Harto, selaku Presiden,
rupanya sangat memperhatikan penerimaan negara dari minyak itu.
Saya ingin sekolah lagi. Kebetulan dalam salah satu pertemuan energi
Indonesia Amerika saya berbicara banyak dengan salah satu anggota
delegasinya. Dia Profesor Wesley Foell namanya. Dia tanya apa saya
berminat mengambil “master”. Dia bisa usahakan bea siswa dari
USAID. Setelah setahun lebih melewati berbagai prosedur administrasi,
saya bisa diterima untuk mendapat beasiswa USAID. Tetapi karena
program master, beasiswa hanya dua tahun. Tapi it’s okay, saya bilang
bismillahirrahmirrahim saya berangkat. Eh, taunya saya tidak diijinkan
LEMIGAS. Saya menghadap Pak Wijarso, menyampaikan bahwa saya
dapat beasiswa dari USAID apa saya boleh berangkat. Saya tambahi
bumbu, dengan sekolah lagi, kalau saya pulang nanti dan membantu
pak Wi lagi, paper-paper Pak Wi akan menjadi lebih bagus.

“Aku melu sekolah entuk opo ora?” Jawab Pak Wi.

“Bapak itu tidak perlu sekolah lagi. Bapak sudah jadi dirjen, biar saya
saja.” Pungkas saya.

Saya bawa rekomendasi Pak Wi ke LEMIGAS. Jadi ini saya ditugaskan


oleh Dirjen untuk sekolah. Terus saya mohon Profesor Samaun untuk

| 24 |
juga memberikan rekomendasi. Profesor Artono Arismunandar juga
memberikan. Dapat dua rekomendasi dari orang profesor dan satu
Dirjen, lalu saya bawa ke USAID dan diterima, Jadilah saya berangkat.
(Umar Said, 2014)

Dalam sistem di Amerika, salah satu unsur penilaian kinerja seorang


profesor adalah kemampuannya mendatangkan sumber-sumber
pendanaan. Jadi Umar Said dicatatnya sebagai salah satu kandidat
Profesor Wesley Foell, untuk dibiayai USAID. Soal kemampuan akademis,
Prof. Foell mempunyai hak untuk kandidatnya. Ini yang disebut simbiose
mutualistis. Saling membantu. Profesor Foell membantu saya mendapat
beasiswa dan saya membantu Prof. Foell meningkatkan penerimaan
bagi universitasnya. Yang harus ditempuh dan tidak dapat dinegosiasikan
adalah nilai test bahasa Inggris (TOEFL/Test of English as a Foreign
Language). Umar pun terpaksa belajar TOEFL dulu. Lulus TOEFL, Umar
resmi menjadi mahasiswa Universitas Wisconsin.

Semua ilmu yang sudah pernah Umar pelajari di Paris ternyata tidak
diakui oleh sistem pendidikan di Amerika untuk S2, karena ENSPM
memang bukan universitas. Jadi, Umar dianggap lulusan S1 murni. Umar
diharuskan mengambil S2 terlebih dahulu sebelum mengambil S3, atau
boleh langsung mendaftar sebagai graduate student untuk S3 tetapi
tanpa jaminan akan mendapat S2. Umar memilih menempuh resiko
kedua. Ia cukup yakin akan bisa studi S3 dengan cukup baik karena
sudah pernah belajar di Paris. Hanya karena ENSPM tidak dikategorikan
universitas, maka kredit nilainya tidak dapat ditransfer.

Bertindak sebagai official major advisor Umar Said adalah Prof. Charles J.
Cicchetti, seorang profesor ekonomi dan lingkungan. Tetapi karena Prof.
Cicchetti juga menjabat Ketua Wisconsin Public Servive Commission,
maka aktivitasnya luar biasa sibuk. Umar lebih banyak konsultasi kepada
Prof. Wesley Foell.

Waktu berjalan, studi Umar di Wisconsin telah sampai di penghujungnya.


Ia telah selesai menyusun model menggunakan tabel input-output
Indonesia tahun 1980, untuk melakukan berbagai simulasi penggunaan
energi menggunakan model, dan menulis tesis. Tibalah saatnya Umar siap

| 25 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

untuk menempuh ujian akhir di hadapan Komite Penasehat. Celakanya,


Prof. Charles Cicchetti sudah pindah ke Boston. Dalam pemikiran Umar,
ganti advisor sama dengan bunuh diri karena harus mengulang dari
nol lagi. Jika berganti advisor, yang baru belum tentu setuju dengan
metode yang dipakainya dan apa yang Umar telah tuliskan. Umar pun
berkonsultasi dengan Prof. Wesley Foell dan anggota komite lainnya.
Umar menyatakan kesediaannya jika harus menempuh ujian dua kali.
Pertama di Boston untuk ujian dengan Prof. Cicchetti, dan kemudian
ujian lagi di hadapan anggota Komite Penasehat lainnya di Madison.

Tetapi “para dewa” dari universitas tidak menyetujui ujian dua kali, dengan
alasan apa yang ditanyakan oleh Prof. Cicchetti selaku major advisor Umar,
tidak akan bisa diketahui oleh advisor yang lain. Pertimbangan tersebut
cukup fair. Timbul pemikiran inisiatif dari Umar Said untuk menempuh
ujian secara teleconference. Prof. Cicchetti setuju asal angggota komite
lainnya juga setuju. Segera Umar menghubungi USAID selaku sponsor
yang membiayai sekolah untuk memfasilitasi biaya penyelenggaraan
teleconference. Umar berargumen jika USAID tidak menyetujui
pembiayaan teleconference, maka USAID harus mensponsori Umar
selama tiga tahun lagi. Lagi-lagi Umar memang jitu memberikan alasan
pertimbangan. Padahal dalam batin Umar, kalaupun USAID tidak setuju
melanjutkan pembiayaan, maka sebenarnya Umar tidak bisa menuntut
apa-apa. Bahkan kemungkinan terburuknya Umar harus pulang, tanpa
gelar S3, dan tanpa gelar S2 yang diambilnya dengan potong kompas.
Alhamdulillah, pihak USAID setuju, pihak administrasi Graduate School
di Universitas Wisconsin juga setuju, dan anggota komite juga setuju.

Maka suatu pagi di bulan Oktober 1985, Umar Said menempuh ujian
akhir di hadapan seluruh anggota Komite Penasehat kecuali Prof. Cicchetti
dan sebuah peralatan video conference untuk berhubungan dengan Prof.
Cicchetti di Boston. Umar mempertahankan disertasinya yang berjudul
Input-Output Energy Analysis: Energy Implications of The Fourth Five-
Year Development Plan for Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan sangat umum dan singkat. Sidang berlangsung lancar, Umar
pun lulus.

| 26 |
Selesai ujian, Umar melapor ke Graduate School. Mereka mengatakan
ini pertama dan terakhir bagi Universitas Wisconsin mengijinkan
pelaksanaan ujian secara teleconference. Dalam benak Umar, “Yo wis
embuh.”

| 27 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

| 28 |
Jejak Langkah II

Karya-Karya
Penelitian

A. Penelitian Kelayakan Pabrik Pelumas dan Aspal


di Kilang Cepu
Setelah tamat dari Baku pada 1967, Umar dan sebagian teman-temannya
ditempatkan di Cepu. Dari lima puluh lebih mahasiswa seangkatan Umar
yang dikirim ke Soviet, ada dua orang yang tidak pulang karena terindikasi
beraliran kiri dan satu orang karena menikah dengan penduduk lokal
dan istrinya keberatan meninggalkan negerinya.

Kilang Cepu dibangun pada tahun 1894 oleh De Dordtsche Petroleum


Maatschappij. Kilang Cepu berfungsi mengolah minyak mentah dari
lapangan-lapangan di sekitar Cepu dengan proses distilasi atmosfer.
Kilang Cepu kemudian diambil alih Bataafsche Petroleum Matschapij
BPM. Saat ini, kilang tersebut dikelola Pusat Pendidikan dan Latihan
Migas, Badan Diklat ESDM.

Umar Said bekerja di Cepu dari 1967 hingga akhir tahun 1968, dan awal
1969 dipindahkan ke Jakarta. Umar ditempatkan di bagian perencanaan

| 29 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

operasi kilang yang tugasnya adalah melakukan kajian tekno industri


migas. Umar berpikir ini pekerjaan yang amat penting. Bisa dibayangkan
betapa langkanya sarjana saat itu, sehingga seorang kimia teknik yang
tidak belajar ekonomi mikro, ekonomi makro, keuangan, dan sebagainya
yang berhubungan dengan tekno industri migas, harus menangani tekno
ekonomi migas. Tetapi pimpinan juga memahami, sehingga kajian yang
dibuat oleh tim di LEMIGAS umumnya untuk membantu pemerintah
tentang hal-hal yang belum ditangani pihak lain, yaitu masalah penyediaan
energi. Karena kajiannya terus menerus dan ada tim interdepartemen,
maka melakukan kajian-kajian seperti itu lama-lama menjadi tidak terlalu
sulit.

Saat pertama bertugas di Cepu, Umar mulai kecewa, karena menilai


pekerjaan yang dilakukan di kilang Cepu sangat tidak profesional
dan berbeda dengan pengalamannya ketika dididik di Plaju. Dalam
pengoperasian kilang, para pekerja tidak memiliki gambar apa pun.
Pekerja-pekerjanya memakai hafalan dan pengalaman saja: kalau ada
yang rusak dibeginikan, kalau ada kenaikan suhu dibegitukan. Semua
pekerjaan dilakukan berdasarkan intuisi dan kebiasaan. Beruntung,
mereka semua pekerjanya sangat berpengalaman sehingga tercapai
zero accident, alias tidak pernah terjadi insiden kecelakaan.

Akan tetapi, sebagai insinyur muda yang telah melalui pendidikan


akademis, Umar tidak mau menerima kondisi pekerjaan yang tidak
sistematis. Maka, mulailah Umar dan teman-temannya berusaha
mengumpulkan gambar. Kekecewaan Umar semakin bertambah,
karena ternyata baik di ruangan kerja ataupun di perpustakaan, tidak
ditemukan gambar pabrik. Yang ada adalah gambar minimalis buatan
serdadu-serdadu Jepang dengan tulisan-tulisan kanji Jepang yang tidak
memberi arti.

Umar dan insinyur lainnya menggambar ulang dengan menggunakan


penggaris dan meja biasa, karena tidak ada meja gambar. Tujuannya
adalah membuat gambar yang workable dan deskripsi yang lebih
baik. Gambar-gambar yang dimaksudkan pun selesai, sebagai reverse
engineering untuk memahami barang apa yang ada di kilang Cepu.

| 30 |
Saat di Cepu ini pula, Umar mendapat tugas membuat kajian kelayakan
pabrik minyak pelumas dan aspal. Penyediaan minyak pelumas dan
aspal sedang menjadi perhatian pemerintah, karena konsumsinya makin
meningkat sehingga impor semakin banyak. Sementara itu, pelaku bisnis
migas swasta belum memberi perhatian khusus pada produk-produk
ini.

Kajian kelayakan pabrik minyak pelumas dan aspal ini dilakukan di bawah
koordinasi Bapak Ir. Epi Jasjfi. Sementara itu, Pak Ir. Atung Kontawa yang
bekerja di laboratoritum minyak diminta mencarikan minyak Indonesia
yang sesuai untuk bahan baku pembuatan minyak pelumas. Dan
hasilnya nihil. Minyak Indonesia kebanyakan bersifat parafinis, sebagai
minyak pelumas unggul mutunya tetapi kadarnya terlalu sedikit. Untuk
aspal sama sekali tidak cocok, karena aspal memerlukan kadar aromatik
yang tinggi. Kesimpulannya untuk membuat minyak pelumas dan aspal,
harus menggunakan bahan baku minyak dari Timur Tengah. Akhirnya,
terpilihlah minyak Saudi.

Kajian kelayakan memang menunjukkan menguntungkan. Tetapi Pak


Lubis selaku pimpinan LEMIGAS tidak puas. Kajian tim Umar dianggap
terlalu dangkal. Namun, LEMIGAS tetap menggunakan kajian dangkal
itu untuk menunjukkan kepada Pemerintah/Pertamina bahwa membuat
minyak pelumas dan aspal di Indonesia dengan minyak mentah dari
Arab sebagai bahan baku akan menguntungkan.

Pada saat itu di bidang migas, antara pemerintah dan Pertamina sangat
tipis bedanya. Pertamina begitu erat dengan pemerintah. Pejabatnya pun
banyak yang merangkap. Begitu pemerintah tertarik dengan usulan Pak
Lubis, LEMIGAS mendapat penugasan dari Direktur Muda Pengolahan
Pertamina Bapak Ir. Sudarno Martosewoyo untuk melakukan kajian yang
lebih dalam.

LEMIGAS meminta bantuan Bureau d’Etudes Industrielles et Cooperation


de l’Institut Francais du Petrole (BEICIP/IFP) untuk melaksanakan tugas
tersebut. BEICIP mempunyai pengetahuan yang kuat untuk membuat
berbagai studi kelayakan industri migas, karena pemerintah Perancis

| 31 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

sangat mendukung pembangunan kemampuan minyaknya. Semua


kegiatan minyaknya selalu dikaitkan dengan IFP sebagai lembaga
penelitian. Umar termasuk yang beruntung karena ditugaskan untuk
masuk dalam tim bersama tim BEICIP. Hasil kajian itu menjadi dasar
pembangunan kilang Cilacap, yang membuat bahan minyak pelumas
dan aspal.

B. Keanehan pada Neraca Material di Kilang Cepu


(1968)
Masih tentang pengalaman Umar Said di Cepu seusai masa karantina
mahasiswa tamatan Soviet yang baru datang di tahun 1967. Insinyur yang
di Cepu dengan latar belakang kimia teknik ditempatkan di organisasi
kilang. Daria Kartawirya (almarhum) ditempatkan di laboratorium mutu,
Muchtisar Daeng Putra ditugaskan di gudang/pemasaran. Wiranto
Wiromartono dan Umar Said ditugaskan di bagian perencanaan operasi
kilang. Keempatnya menjadi tim yang solid berjuluk ‘Geng Empat’.

Suasana kerja memperbaiki keadaan di seluruh bidang setelah G-30-


S sangat terasa. Cepu masih merupakan bagian dari LEMIGAS dan
menjadi salah satu perhatian khusus Pak Ibnu Sutowo. Dengan visi besar,
beliau ingin secepatnya melakukan Indonesianisasi industri minyak.
Pak Ibnu menutup Akademi Perminyakan Permina (APP) di Bandung
dan membangun Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) di Cepu.
Pak Ibnu menggunakan Akamigas Cepu untuk mendidik tenaga migas
yang terampil. Pelajaran teori nomor dua. Yang penting dapat segera
menjalankan operasi perminyakan. Hampir tiap tahun beliau datang ke
Cepu menghadiri wisuda tamatan Akamigas.

Di samping bekerja di pabrik, tamatan Baku yang ditempatkan di Cepu


juga mengajar di Akamigas. Itulah keunggulan Cepu sebagai lembaga
pendidikan. Cepu mempunyai lapangan minyak dan kilang. Kapasitas
lapangan dan kilangnya tidak besar bahkan cenderung masuk kelas kecil
sekali, sehingga tidak akan mengganggu penyediaan BBM di masyarakat
jika berhenti beroperasi. Mahasiswa Akamigas mempunyai kemewahan

| 32 |
Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 322a/DD/Migas/1967 kepada keseluruhan
LEMIGAS dilakukan Peraturan Gaji Pegawai Perusahaan Minyak (PGP2M), dan
semua pegawai LEMIGAS diberi pangkat dan golongan gaji sesuai dengan PGP2M
tersebut.
Tenaga ahli LEMIGAS berkembang cukup pesat pada waktu itu, karena di
samping beberapa sarjana lulusan dalam negeri (ITB, UGM dan lain-lain) sudah ada
pula beberapa lulusan luar negeri (Australia, Austria, Belanda, Kanada, Cekoslowakia),
dapat belajar
dan mulai tahun menghentikan
1966 berpulangan operasi dan menjalankannya
pula sarjana-sarjana lulusan kembali
Uni Sovietsetiap
yang
saat.

Sumber: Monumen
40 Tahun LEMIGAS Mengabdi
patung dua orang pekerja pemboran minyak didirikan di depan gedung
Pendidikan Kejuruan MIGAS. Cepu.
Gambar 3. Monumen patung dua orang pekerja pemboran minyak didirikan di depan gedung
Akamigas
40 Tahun LEMIGAS Mengabdi 7
Bagi seorang insinyur kimia teknik, neraca material merupakan perhatian
utama. Neraca itu berguna untuk mencocokkan berat bahan baku yang
masuk pabrik dan berat produk yang dihasilkan. Jika berat produk berbeda
terlalu banyak dari berat bahan baku, itu menunjukkan bahwa pabrik
tidak bekerja dengan baik. Umar dan rekannya mencoba membuat
neraca material untuk kilang Cepu. Tetapi flow meter untuk mengukur
aliran volume produk tidak ada. Volume tangki penimbun juga tidak
terpercaya, karena banyak tangki yang sudah tidak bulat silindris lagi
sehingga kedalaman tangki tidak mencerminkan volume.

Untuk menghitung neraca material, terpaksa digunakan angka volume


penjualan rata-rata produk minyak dalam kurun waktu tertentu seperti
per satu minggu dan per satu bulan, karena penjualan tidak dilakukan
setiap hari. Neraca material yang ideal dibuat di laboratorium berdasarkan
tiga jenis minyak mentah yaitu minyak dari Ledok, Nglobo dan Semanggi
dengan perbandingan volume seperti yang diolah di kilang Cepu
sedangkan produk minyak yang diamati adalah minyak solar, residu
atau minyak bakar, minyak tanah dan bensin. Itu tugas Daria Kartawirya
yang bertugas di laboratorium. Data produk minyak dikumpulkan dari
penjualan dan dibuat neraca setiap minggu. Angka penjualan lebih
| 33 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

akurat karena untuk bensin dan minyak solar dijual melalui Pertamina
Cepu dan ada flow meter-nya. Penjualan minyak bakar langsung dimuat
ke tangki kereta api. Tangki kereta itu umumnya masih baik bentuknya
sehingga, jika penuh, dapat menjadi indikator volumenya.

Angka penjualan dalam seminggu dikumpulkan. Muchtisar yang bertugas


di gudang/marketing bertanggung jawab atas pengumpulan angka-
angka penjualan. Data volume minyak yang diolah dan stok produk
diperoleh dari Supanan, yang ditempatkan di operasi kilang. Supanan
adalah mantan pegawai Permigan, satu BUMN yang telah dibubarkan
sejak G-30-S PKI. Supanan oleh Permigan disekolahkan ke Baku bersama
Umar. Supanan mempunyai banyak kenalan lama di Cepu. Dia lebih tua
dari ‘Geng Empat’ dan cara perpikirnya sudah lebih ajeg sehingga tidak
begitu bergairah mencari perubahan. Oleh sebab itu, Supanan bukan
bagian dari ‘Geng Empat’. Namun kontribusi Supanan sangat penting,
karena dia kenal orang-orang lama yang praktis menjadi ‘penguasa’
kilang Cepu.

Data penjualan yang diperoleh disesuaikan dengan komposisi yang


seharusnya terjadi berdasar analisis di laboratorium. Perhitungan dikerjakan
oleh Umar dan Wiranto yang bertugas dalam bidang perencanaan kilang.
‘Geng Empat’ terkejut bahwa angka penjualan berbeda sekali dari data
laboratorium. Penjualan minyak bakar yang murah harganya melebihi
proporsi yang seharusnya, yaitu terlalu banyak, sedangkan penjualan
minyak solar yang mahal sangat kurang.

| 34 |
Dalam gedung
Sumber: 40 Tahun LEMIGAS inilah terdapat laboratorium perminyakan
Mengabdi
sebagai sarana pendidikan migas
Gambar 4. Dalam gedung LEMIGAS terdapat laboratorium perminyakan

‘Geng Empat’ sangat menghormati pegawai kilang yang sudah senior,


karena pengalaman mereka di operasi kilang sudah sangat panjang.
Mereka mampu mengoperasikan kilang tanpa instrumen. Mereka
mampu mengoperasikan kilang tanpa gambar teknis. Mestinya mereka
tidak membuat kesalahan. Akan tetapi, angka menunjukkan ada yang
tidak benar.

Pengumpulan data penjualan diulang dan diperpanjang, untuk


memperkecil pengaruh volume minyak dalam stok. Ternyata masih
ada perbedaan yang sangat mencolok. Hampir pasti perhitungan ‘Geng
Empat’ tidak Presiden
salah. Soeharto
Perhitungan neraca material
ketika mengunjungi sangatlah
Stand LEMIGAS pada sederhana.
Pameran Pembangunan Indonesi 1985
Volume dikalikan berat jenis diperoleh berat. Berat dijumlah dan
diakurkan.
dan bahkan Cuma
sebuahitu, tidak melibatkan
lapangan terbang kecilmatematika
untuk kelancaranyangkedatangan
sulit-sulit, hanya
tenaga
perkalian dan perjumlahan saja. Akhirnya ‘Geng Empat’ berembug untuk
pengajar dari Jakarta dan Bandung atau dari kota-kota lain, semuanya dengan
dukungan PERTAMINA.
mencari asal perbedaan. ‘Geng Empat’ mulai curiga ada sesuatu yang
Pada waktu Akamigas diresmikan pada tanggal 7 Februari 1967, terdapat 72
tidak diketahui.
mahasiswa Bahkan
untuk empat mungkin
jurusan, pimpinan
yaitu untuk tertinggi
studi eksplorasi, di Cepupengeboran
eksploitasi, maupun
LEMIGAS di Jakarta juga tidak tahu.
dan pengolahan/petrokimia. Jenis-jenis jurusan studi ini berkembang setiap tahun
sehingga pada waktu Pusdik Migas Cepu berdiri sendiri lepas dari LEMIGAS pada
tahun 1984
‘Geng sudah
Empat’ mencapai
mencatat 20 tatacara
ada jurusan, yang meliputi
operasi juga jurusan-jurusan
penjualan seperti
yang agak janggal.
teknik mesin, teknik sipil, logistik, akuntansi, personalia, dan sebagainya, khusus
Penjualan minyak
untuk industri migas.bakar melalui tangki kereta api hanya boleh dilakukan
malam hari, kira-kira diatas pukul 22.00. Penjelasannya adalah agar
kereta yang keluar-masuk lingkungan pabrik, tidak mengganggu operasi
40 Tahun LEMIGAS Mengabdi 9
harian. Cukup masuk akal dan adil. Namun, penjelasan tersebut terus

| 35 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

menimbulkan kecurigaan tambahan: mengapa setelah pukul 22.00


padahal kantor tutup pukul 16.00?

Secara diam-diam, ‘Geng Empat’ mengambil contoh minyak bakar yang


masuk ke tangki kereta siap untuk dijual. Kepada operator pelaksana,
‘Geng Empat’ mengatakan dari laboratorium perlu mengambil sampel
untuk kontrol mutu. Alangkah terkejut ketika hasil analisis laboratorium
atas contoh minyak bakar yang dijual melalui kereta api, menunjukkan
viskositas yang sangat encer. Ini berarti minyak bakar yang murah
dicampur dengan minyak solar yang mahal dan dijual sebagai minyak
bakar yang murah. Bahkan beberapa kali pemuatan ke tangki kereta
menunjukkan minyak solar murni yang dijual sebagai minyak bakar.
Harga sangat berbeda.

‘Geng Empat’ berembug lagi dan yakin bahwa telah terjadi pencurian
minyak secara terorganisir. Mereka membuat surat ke pimpinan
LEMIGAS ditandatangani oleh semua anggota ‘Geng Empat’. Setelah
surat meluncur, ada timbul kegalauan karena merasa kurang hati-hati.
Rasa khawatir mulai muncul. Waktu itu ‘Geng Empat’ adalah anak-
anak muda yang bermodal semangat untuk mencari perbaikan dan
menghilangkan pencurian. Mereka sama sekali tidak berpikir bahwa ada
kemungkinan pencurian dilakukan secara berjamaah dari bawah sampai
ke atas. Jika itu terjadi, maka mereka berempat dengan mudah akan
disingkirkan, misalnya dengan dicap PKI. Dengan menyandang sebutan
eks Soviet, mereka berada dalam status dalam pengawasan politik. Jika
saja pimpinan LEMIGAS saat itu menjadi bagian pencurian minyak solar
itu, habislah riwayat ‘Geng Empat’.

Alhamdulillah, rupanya pimpinan LEMIGAS bukan bagian dari pencurian.


Laporan ‘Geng Empat’ menjadi bahan untuk melakukan pembersihan.
Pimpinan LEMIGAS sangat bijaksana, tidak meneruskan kasus ini ke
aparat hukum karena bukti memang tidak ada. Bahwa minyak bakar
yang dijual di masa lalu sangat encer atau bahkan berupa minyak solar
sudah tidak ada buktinya. Semua sudah lewat. Pimpinan melakukan
pergeseran besar-besaran di organisasi kilang. Seluruh pejabat lama di-
non aktifkan.

| 36 |
Mereka segera diganti oleh Melalui buku ini, Umar Said
insinyur muda dari Kanada mewakili Geng Empat mohon maaf
dan Australia, sedang kepada mereka yang digeser. Pada tahun
2014, mereka sudah almarhum semua.
‘Geng Empat’ dipindahkan Terima kasih kepada Bapak Ir. Syarief Lubis
ke LEMIGAS Jakarta. (almarhum) sebagai Kepala LEMIGAS, saat
Barangkali ini merupakan itu, yang demikian bijak menyelesaikan
kasus tersebut.
kebijaksanaan lainnya Pesan kepada generasi muda,
dari pimpinan LEMIGAS “sesederhana apapun persoalannya,
untuk melindungi dan dengan bantuan perhitungan yang dibuat
secara profesional akan memberikan
mengamankan Umar gambaran yang lebih jernih tentang
dan ‘Geng Empat’ dari persoalan tersebut dan selanjutnya
kemungkinan balas membebaskan kita dari pengambilan
keputusan yang tidak obyektif”.
dendam.

C. Penelitian Pendekatan Ekonomis Mengatasi


Pencemaran (1977)
Sajian tulisan berikut adalah penggalan laporan penelitian Umar Said
yang dibuat pada tahun 1997 berjudul Pendekatan Ekonomis Mengenai
Efek-efek dari Pencemaran. Detail lengkapnya laporan ini dapat dibaca
di perpustakaan LEMIGAS Jakarta.

Energi dan perlindungan lingkungan merupakan dua masalah


yang kuat sekali mendapat sorotan akhir-akhir ini hampir di mana-mana,
pada setiap kesempatan diskusi. Kenaikan penduduk dan kenaikan taraf
hidup yang terjadi pada banyak negara menyebabkan bertambahnya
permintaan akan energi. Di sini, energi diperlukan untuk memperbaiki
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan menyediakan lebih
banyak barang-barang yang akan meningkatkan secara menyeluruh nilai
hidup manusia.

Hubungan antara pemakaian energi dengan peningkatan taraf hidup


di negeri-negeri maju sudah lama disadari orang. Di negeri-negeri
berkembang sendiri, di mana sebagian besar umat manusia tinggal,
energi juga akan dibutuhkan dalam jumlah yang makin besar, seiring

| 37 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

dengan tuntutan negara berkembang untuk mengejar ketertinggalan


dari negara maju.

Di sisi lain, dunia juga menyadari bahwa kerusakan alam lingkungan


merupakan efek negatif dari industrialisasi. Kesadaran ini telah muncul
di mana-mana, sehingga banyak pihak menyatakan keinginannya untuk
lebih baik lagi memperhatikan lingkungan dan menjaga kelestarian alam.
Keinginan semacam ini terdapat pula di Indonesia.

Pernyataan keinginan tersebut telah muncul dalam berbagai bentuk,


baik yang konkrit maupun yang konseptual. Pembentukan organisasi-
organisasi perlindungan alam, pertemuan-pertemuan profesional,
penelitian bidang peralatan untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
undang-undang perlindungan alam, semua itu tidak lain adalah wujud
hasrat manusia untuk hidup dalam alam yang bersih.

Suatu hal yang menghambat usaha perlindungan alam secara total


adalah bahwa energi dan pencemaran adalah dua hal yang tidak
terpisahkan. Dua persoalan itu saling berkaitan, bahkan dapat dikatakan
bahwa energi dan lingkungan adalah bagian dari suatu sistem yang lebih
kompleks.

Ekstensifikasi pemakaian energi akan meningkatkan taraf hidup manusia,


tetapi produksi, konversi dan pemakaian energi akan juga mempercepat
perubahan lingkungan. Perlindungan alam secara berlebihan, akan
menghambat produksi energi sehingga memperlambat tercapainya
taraf hidup yang baik. Bahkan, bisa jadi perlindungan alam itu sendiri
juga akan memerlukan lebih banyak energi.

Seluruh segi yang menyangkut penyediaan energi dan perlindungan


lingkungan harus dipertimbangkan bersama-sama sebelum dicapai
suatu kebijaksanaan yang dapat diterima. Kita dihadapkan pada dua
pilihan sulit: ‘kaya tetapi kotor’, atau ‘bersih tetapi miskin’.

Kompromi antara kedua titik ekstrim itu haruslah diambil. Titik pertengahan
mana yang akan diambil, ditentukan oleh sasaran nasional yang akan
dicapai dan sangat dipengaruhi oleh tingkatan hidup yang ingin dicapai
oleh suatu bangsa.

| 38 |
Bangsa-bangsa yang sudah maju lebih condong untuk memilih alternatif
yang mendekati ‘miskin tapi bersih’, sedangkan bangsa-bangsa yang
sedang membangun memilih alternatif yang lebih dekat ke arah ‘kaya
tapi kotor’, dan setahap demi setahap titik pilihan ini menggeser kearah
kebersihan lingkungan dengan mengorbankan laju kenaikan taraf hidup.
Konsekuensi ekonomi yang akan timbul dari alternatif yang dipilih, secara
kuantitatif akan sukar sekali dinilai karena kita belum menguasai seluruh
sistemnya.

Sesuai dengan tingkat perkembangan negara kita yang masih belum


dapat dikatakan sebagai negara maju, maka suatu titik kompromi yang
masih berat ke arah ‘kaya tapi kotor’, haruslah masih dapat diterima
sebagai konsensus nasional.

Ini berarti bahwa kita harus memilih cara-cara perlindungan alam dan
pencegahan pencemaran melalui jalan yang tidak terlalu mahal. Dalam
taraf sekarang ini, konsentrasi industri pencemaran lingkungan pada
umumnya belum terlalu tinggi sehingga belum dirasakan perlunya suatu
pengaturan tentang perlindungan lingkungan yang ketat.

Pada hakekatnya, alam itu sendiri akan mampu menerima dan


memusnahkan benda-benda pencemar yang terdapat di dalam air limbah,
selama konsentrasi bahan-bahan asing tersebut masih cukup rendah
dan tersedia waktu yang cukup untuk berlangsungnya proses degradasi
alamiah yang diperlukan. Mengingat kemampuan alam tersebut, maka
penurunan kadar benda-benda pencemar pada industri yang remote
letaknya harus dilakukan melalui proses dilution (pengenceran). Dilution
merupakan suatu proses yang paling murah, baik dalam investasi maupun
dalam ongkos operasinya. Proses pengenceran untuk kompleks industri
yang belum terlalu padat harus dipertimbangkan dengan disertai suatu
program perlindungan alam secara kolektif.

Program perlindungan kolektif ini ialah bahwa beberapa industri yang


terletak di dalam satu daerah tertentu harus membentuk dana bersama
di bawah bimbingan lembaga-lembaga pemerintah. Dana bersama ini
digunakan untuk melakukan monitoring secara teratur terhadap kualitas
lingkungan, terutama sumber-sumber air (sungai, danau, pantai) di
daerah bersangkutan.

| 39 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Program monitoring bersama ini akan jauh lebih murah biayanya,


dibandingkan bila setiap industri harus mengamati secara ketat air
buangannya masing-masing. Standar pembuangan air limbah yang terlalu
ketat itu bisa mengarah ke redundancy karena tidak diperhitungkannya
kemampuan alam untuk menyerap benda-benda pencemar. Melalui
pengamatan dalam waktu tertentu, ekosistem daerah yang bersangkutan
dipelajari dengan teliti, dan akhirnya akan dapat ditetapkan standar air
limbah yang setepat-tepatnya. Penelitian ekosistem akan lebih sempurna
apabila tiap-tiap industri juga melaporkan secara kontinu segala suatu
tentang air limbah, jumlahnya, konsentrasi bahan-bahan pencemar, PH,
dan lain-lainnya.

Pengawasan atas lingkungan tidak hanya ditanggung oleh industri yang


sudah berdiri, tetapi juga termasuk industri yang sedang dalam taraf
pembangunan. Bagaimanapun, industri tersebut akan menjadi bagian
dari masyarakat setempat. Proyek-proyek industri baru diwajibkan untuk
menyampaikan perkiraan kuantitas dan kualitas air limbah. Perkiraan
ini menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan standar air limbah
yang sedikit lebih ketat dari sekitarnya.

Demikianlah, sedikit demi sedikit kita dapat menggeser titik kompromi


dari arah ‘kaya tapi kotor’ ke arah ‘kaya dan bersih’. Cara-cara demikian
akan lebih dapat memenuhi tuntutan ekonomi dan ekologis.

Pesan Moral
“Tidak semua perilaku menyimpang dapat diproses secara hukum.
Namun jika pimpinan mempunyai keyakinan berdasarkan data yang
obyektif bahwa telah terjadi penyimpangan, maka pimpinan dapat
menggunakan kewenangan administrasi/ manajemennya untuk
melakukan perbaikan. Tahun 2014, situasi seperti itu masih relevan.
Kebanyakan korupsi tidak dapat dibuktikan, tetapi dapat dicium
akibatnya. Yang menjadikan keadaan lebih parah adalah karena
banyak pimpinan yang menjadi bagian dari penyimpangan.
Dalam segala hal, kaum muda jangan pernah menghindar dari
berhitung. Perhitungan yang dilakukan dengan baik, dengan dasar
yang baik, akan memberikan kesimpulan yang benar dan mengalahkan
perasaan. Itu yang dibutuhkan Indonesia ke depan.” (Umar Said,
2014)

| 40 |
Jejak Langkah III

Kumpulan Makalah,
Pemikiran-Pemikiran
mengenai Kebijakan
Energi

A. Harga Komoditi Energi adalah Besaran


Berdimensi Satu
Kebijakan energi Indonesia mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: (i)
intensifikasi atau terus-menerus melakukan pencarian sumber-sumber
energi secara intensif dan berkesinambungan; (ii) konservasi atau
penggunaan komoditi energi sehemat mungkin tanpa mengurangi
kegiatan utama yang memang perlu dilakukan; (iii) diversifikasi atau
penggunaan berbagai komoditi energi yang ada.

Beberapa tahun yang lalu, pemerintah pernah mencoba memasukkan


tujuan keempat yaitu indeksasi, atau menetapkan komoditi energi apa
yang sebaiknya dipakai untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Namun,
indeksasi kemudian dihilangkan karena hal itu bukan tujuan kebijakan
energi. Itu akibat rasional saja dari teknologi, ketersediaan dan harga
energi. Pemerintah juga pernah memasukkan tujuan melindungi
lingkungan dan tujuan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
Akan tetapi, hal-hal tersebut juga kurang pas karena memang bukan
tujuan kebijakan energi.

| 41 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Selain itu, ada beberapa upaya


lagi untuk memperluas tujuan “Dalam mengambil keputusan
mengenai diversifikasi energi, salah
kebijakan energi. Ilustrasi satu pertimbangan penting adalah
sederhana untuk ‘memaksakan’ mengenai harga. Akan sulit sekali
beberapa hal dalam meminta konsumen menggunakan
jenis komodiiti energi tertentu,
kebijakan energi adalah ibarat jika harga tidak menguntungkan
mempertanyakan mengapa baginya. Oleh sebab itu, harga
kendaraan harus meluncur di berbagai jenis komoditi energi harus
dapat dibandingkan.”
sebelah kiri jalan. Meluncur
sebelah kiri dan berkendaraan
memang terkait erat namun itu bukan tujuan berkendaraan. Tujuan
utama menjalankan kendaraan di sebelah kiri adalah menghindari
kecelakaan lalu lintas. Sedangkan tujuan berkendaraan adalah untuk
mencapai suatu tempat.

Dalam mengambil keputusan mengenai diversifikasi energi, salah satu


pertimbangan penting adalah mengenai harga. Akan sulit sekali meminta
konsumen menggunakan jenis komodiiti energi tertentu, jika harga tidak
menguntungkan baginya. Oleh sebab itu, harga berbagai jenis komoditi
energi harus dapat dibandingkan.

Dalam laporan bisnis, sering kita ikuti harga minyak mentah Arab sekian
dolar per barel, harga bensin sekian rupiah per liter, harga batu bara
sekian dolar per ton, harga gas sekian dolar per juta btu. Data itu bagi
orang awam seperti rimba saja. Ruwet dan tidak jelas, mana yang murah
dan mana yang mahal. Tetapi jika harga-harga itu dikorelasikan, maka
sesungguhnya semua itu terkait satu sama lain dan hanya satu harga
saja yang menjadi penentunya (price maker).

Logikanya adalah, jika satu perusahaan akan menjual produk baru ke pasar,
perusahaan itu pasti melihat ke kiri dan ke kanan, berapa harga barang
lain yang kegunaannya sama atau mirip dengan barangnya. Perusahaan
mempertimbangan harga yang sudah terbentuk di pasar, serta kelebihan
dan kekurangan pada produknya sendiri untuk menetapkan harga jual.
Itu harus dilakukan karena dunia ini tidak hampa. Dunia sudah penuh
dengan berbagai jenis barang dan masing-masing sudah mempunyai

| 42 |
tatanan harga. Demikian juga dengan komoditi energi. Oleh sebab itu,
harga energi yang kelihatannya lain-lain itu pasti berkorelasi.

Dengan mengumpulkan berbagai data harga yang terjadi selama


jangka waktu panjang dan mengkorelasikannya, akan diketahui fakta
keterkaitannya. Masa yang panjang diperlukan untuk memperkecil riak
masing-masing harga yang terjadi sesaat. Ilmu statistik mengajarkan
kepada kita bahwa makin banyak data yang kita miliki, makin baik
kesimpulannya.

Dahulu, yang dianggap sebagai price maker adalah harga minyak Arab
light. Setelah pemerintah Arab Saudi menyatakan tidak akan menetapkan
harga minyaknya secara independen tetapi akan mengikuti harga pasar,
yang kemudian dianggap menjadi price maker baru adalah minyak Brent
dari laut utara (Eropa) dan di pasar Amerika adalah minyak West Texas
Intermediate (WTI). Minyak-minyak Arab Light, Brent, WTI, memang
pantas menjadi acuan harga karena produksinya besar, diperdagangkan
dalam jumlah besar, dan ditawarkan di pasar minyak yang penting.

Dengan menggunakan persamaan korelasi, dapat dibuat tabel harga


berbagai jenis sumber energi yang utama. Sebagai ilustrasi, jika harga
dari Brent USD 100/Bbl dan nilai tukar Rp 1200/USD, harga-harga
komoditi energi lain adalah sebagai berikut ini:

Tabel 1. Ilustrasi Perbandingan Harga Komoditi Energi

Rp/Liter
KOMODITI ENERGI SATUAN HARGA setara
Minyak
BRENT (Dated) US$/Bbl 100  
ICP (Korelasi) US$/Bbl 99,90 7,493
Batubara Australia US$/Tonne    
LNG Indonesia FOB
$/mmbtu 11,99 4,994
Indonesia
LNG Indonesia CIF Jepang $/mmbtu 13,61 5,672
LPG 50/50, CP Aramco US$/Tonne 794.4 5,653

| 43 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

MOPS Minyak Solar Rp/liter 8,700


MOPS Bensin 97 US$/Bbl 8,336
MOPS Bensin 95
US$/Bbl   8,122
(Pertamax Plus)
MOPS Bensin 92
US$/Bbl   7,949
(Pertamax)
MOPS Bensin 88
US$/Bbl   7,719
(Premium)

CPO (dalam satuan USD/


Ton rata-rata harganya
US$/Tonne 885 9,091
mencapai 8.85 kali
ICP(dalam satuan US/Bbl)

Catatan :
1. Tonne = 1000 kg = ton metrik.
2. LPG 50/50 adalah campuran yang terdiri dari 50% berat propana
(gas) dan 50% berat butana (gas).
3. Mean of Platts Singapore (MOPS) yaitu harga rata-rata produk
minyak yang diperdagangkan di pasar minyak curah Singapura dan
dilaporkan oleh perusahaan Platts.
4. Bensin 88, 92, 95, 97 artinya bensin dengan nilai oktana 88
(buruk), 92, 95 dan 97 (bagus sekali).
5. CPO bukan komoditi energi, tetapi merupakan bahan dasar
pembuatan biodiesel bersaing dengan biodiesel dari minyak
kedele sehingga harganya sangat sering terkait harga minyak bumi.

Dengan mengungkapkan perbandingan harga-harga tersebut di atas, kita


akan menyadari bahwa terus-menerus mengekspor gas adalah salah.
Harga gas yang kita ekspor lebih murah dibandingkan harga minyak
solar yang kita impor. Mengapa kita menggunakan minyak solar dan
mengekspor gas? Meskipun minyak solar untuk industri tidak bersubsidi,
tetapi dengan menggunakan minyak solar maka industri kita mengalami

| 44 |
biaya tinggi. Impor minyak solar dalam jumlah banyak juga melemahkan
neraca perdagangan dan melemahkan rupiah.

Ekspor gas dimulai pada saat Indonesia masih mempunyai banyak


minyak dan gas, dalam jumlah yang melebihi kebutuhan sendiri.
Sementara untuk mengejar pembangunan yang sangat tertinggal
selama Orde Baru, diperlukan sumber pendanaan yang relatif besar dan
kuat. Itulah fungsi ekspor minyak dan gas pada saat itu. Lama kelamaan,
kebetulan bersamaan dengan datangnya reformasi, produksi minyak
dan gas makin merosot, antara lain, karena sulitnya melakukan kegiatan
eksplorasi. Paradigma migas untuk mencari dana pembangunan masih
tetap dipakai, padahal keadaan sudah berubah. Terlambat mengubah
pikiran dan sikap itu menyebabkan kita terlalu banyak bersandar pada
penggunaan minyak untuk memenuhi kebutuhan energi impornya.
Impor minyak membengkak dan subsidinya tidak terjangkau lagi oleh
APBN.

Kita juga mengekpor energi bersih (gas) dengan harga murah,


sementara mengimpor yang lebih kotor (minyak solar) dengan harga
lebih mahal. Wakil Presiden dalam pidato pembukaan salah satu
konvensi tahunan Indonesian Petroleum Association (IPA) tahun
2010, telah memperingatkan bahwa gas tidak boleh lagi diekspor, jika
kontrak penjualan gas sudah selesai. Gas dipakai untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Namun setelah pidato itu, beberapa
kontrak penjualan yang habis tetap diperpanjang. Alasannya karena
prasarana gas belum ada. Ketiadaan prasarana gas bukan diselesaikan
dengan membangunnya, tetapi dipakai alasan untuk mengekspor gas.
Terlambat mengubah pikiran dan sikap itulah menjadi salah satu sebab
subsidi BBM tidak terpikul lagi oleh APBN.

Dalam membuat korelasi harga komoditi energi, saya sering meminta


bantuan Sdr. Ir. Bambang Surono. Lebih rinci, korelasi harga berbagai
jenis komoditi energi penting dengan harga Dated Brent (USD/Bbl),
memberikan hasil sebagai berikut:

| 45 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

komoditi energi penting dengan harga Dated Brent (USD/Bbl), memberikan


1. Harga Rata-rata
hasil sebagai berikut:Minyak Indonesia – ICP (USD/Bbl)= 0,9942 x
Dated BrentRata-rata
1. Harga (USD/Bbl)
Minyak +Indonesia
0,1655 2
dengan
– ICP R2 0,996.
(USD/Bbl)= 0,9934 x Dated
Brent (USD/Bbl) + 0,1742 dengan R 0,996.
ICP sangat lengket
ICP sangat lengketdengan Dated
dengan Dated Brent.
Brent. Nilai selalu
Nilai hampir hampirsama,selalu
dengan sama,
alpha 0,9942. Nilai R2nya juga tinggi sekali.
dengan alpha 0,9942. Nilai R2nya juga tinggi sekali. R Square (R2)
sering disebut dengan koefisien determinasi, adalah mengukur
R Square (R2) sering disebut dengan koefisien determinasi, adalah
kesesuaian
mengukur(goodness of fit)of fit)
kesesuaian (goodness daridaripersamaan regresi;
persamaan regresi; yaitu yaitu
memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel
memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel terikat
yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2 terletak antara 02– 1. Pendek
terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R terletak antara
kata, kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R2 semakin mendekati
0 – 1. Pendek kata, kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R2
1.

semakin mendekati 1.
140
120
100
ICP, US$/Bbl

80
60
40 y = 0.9934x + 0.1742
R² = 0.996
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar Said
Gambar 1. ICP versus Dated Brent
Gambar 5. Harga ICP versus Dated Brent

Harga bensin 97 (USD/Bbl) = 1,0724 x Dated Brent (USD/Bbl) + 3,9096


2
Hargadengan
bensinR =97
0,9744
(USD/Bbl) = 1,0724 x Dated Brent (USD/Bbl) +
3,9096 dengan R2 = 0,9744
160
MOPS GASOLINE 97, US$/Bbl

140
120 2
100
80
60
40 y = 1.0724x + 3.9096
20 R² = 0.9744
0
0 20 40 60 80 100 120 140

DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar Said


Gambar 2. MOPS Gasoline 97 versus Dated Brent
Gambar 6. Harga MOPS Gasoline 97 versus Dated Brent

| 46 |
Gambar 2. MOPS Gasoline 97 versus Dated Brent

2. Harga
2. Hargabensin 95 (USD/Bbl)
bensin = 1,0509
95 (USD/Bbl) = x1,0509
Dated Brent (USD/Bbl
x Dated + (USD/Bbl
Brent
2
3,1987 dengan R = 0,9757
+3,1987 dengan R2 = 0,9757
160
MOPS GASOLINE 95, US$/Bbl

140
120
100
80
60
40 y = 1.0509x + 3.1987
20 R² = 0.9757
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi
Gambar Umar Said Gasoline 95 versus Dated Brent
3. MOPS

Gambar 7. Harga MOPS Gasoline 95 versus Dated Brent

3. HargaBensin
3. Harga Bensin 92 (USD/Bbl)
92 (USD/Bbl) = x1,0379
= 1,0379 x Dated
Dated Brent Brent
(USD/Bbl) + (USD/Bbl) +
3
2,1993
2,1993 dengan
dengan 2
R = 0,9742
2
R = 0,9742

160
MOPS GASOLINE 92, US$/Bbl

140
120
100
80
60
40
y = 1.0379x + 2.1993
R² = 0.9742
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Gambar
Simulasi4.Umar SaidGasoline 92 versus Dated Brent
MOPS

Gambar 8. Harga MOPS Gasoline 92 versus Dated Brent

4. Harga Bensin 88
4. Harga Bensin 88

Karena
Karenapasar
pasarbensin 88 tidak
bensin terbuka,
88 tidak harga harga
terbuka, curah bensin
curah 88 bensin 88
diperkirakan dengan ekstrapolasi dari persamaan korelasi bensin 95 dan
diperkirakan
92. dengan ekstrapolasi
Proses ini menghasilkan persamaan untukdari persamaan
bensin korelasi bensin
88 sebagai berikut:
95 dan
Bensin 92. Proses
88 (USD/Bbl) ini menghasilkan
= 1,0206 persamaan
x DATED BRENT (USD/Bbl) untuk bensin
+ 0,8668 88
sebagai berikut:
5. Harga minyak solar dengan kadar belerang 0,05% (USD/Bbl) = 1,1534
x Dated Brent (USD/Bbl) + 0,6625| dengan
47 R| 2 = 0,9470
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Bensin 88 (USD/Bbl) = 1,0206 x Dated Brent (USD/Bbl) +


0,8668

5. Harga minyak solar dengan kadar belerang 0,05% (USD/Bbl) =


1,1534 x Dated Brent (USD/Bbl) + 0,6625 dengan R2 = 0,9470

180
160
140
DIESEL, US$/Bbl

120
100
80
60 y = 1.1534x + 0.6625
40 R² = 0.947
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar5.SaidDiesel 0.05% vs Dated Brent
Gambar

Gambar 9. Harga Diesel 0,05% versus Dated Brent

6. Harga Propan Aramco (USD/Ton) = 6,8068 x Dated Brent (USD/


bbl) + 95,229

1400
PROPANE, US$/TONNE

1200
1000
6. Harga Propan Aramco (USD/Ton)
y = 6.8068x = 6,8068 x Dated Brent (USD/bbl) +
+ 95.229
800
95,229 dengan R2 = 0,8806
R² = 0.8806
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar Said
Gambar 6. Propane (CP Aramco) vs Dated Brent
5
Gambar 10. Harga Propane (CP Aramco) versus Dated Brent

7. Harga Butan Aramco (USD/Ton) = 7,3008 x Dated Brent (USD/Bbl) +


72,573 dengan R2 = 0,8994

1400
1200
, US$/TONNE

1000 | 48 |
y = 7.3008x + 72.573
800
R² = 0.8994
600
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Gambar 6. Propane (CP Aramco) vs Dated Brent

7. Harga Butan Aramco (USD/Ton) = 7,3008 x Dated Brent (USD/


7. Harga Butan Aramco (USD/Ton) = 7,3008 x Dated Brent (USD/Bbl) +
Bbl) + 72,573 dengan R2 = 0,8994
72,573 dengan R2 = 0,8994

1400
1200
BUTANE, US$/TONNE

1000
y = 7.3008x + 72.573
800
R² = 0.8994
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140

DATED BRENT, US$/Bbl



Sumber: Hasil Simulasi Umar Said
Gambar 7. Butane (CP Aramco) vs Dated Brent
Gambar 11. Harga Butane (CP Aramco) versus Dated Brent

8. Harga
8. Harga LPG
LPG 50/50
50/50 (USD/ton)
(USD/ton) = x7,1489
= 7,1489 x Dated
Dated Brent Brent+( USD/Bbl)
( USD/Bbl)
+ 79,495
79,495 dengandengan
2
R =0,9145
2
R =0,9145

1400 6
1200
LPG 50/50, US$/Tonne

1000
y = 7.1489x + 79.495
800
R² = 0.9145
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar Said
Gambar 8. LPG 50/50 vs Dated Brent
Gambar 12.Harga Indonesia LNG Exp. FOB versus Dated Brent

9. Harga LNG Indonesia, FOB, (USD/Ton) = 0.0943 x Dated Brent


(USD/Bbl) + 2.5557

| 49 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said Gambar 13.
diganti dengan
ini
9. HargaLNG
8. Harga LNG Indonesia,
Indonesia, FOB,FOB, (USD/Ton)= =
(USD/MMBTU) 0.0943
0,0833 Dated Brent
x Brent
x Dated
(USD/Bbl)
(USD/Bbl) + 2.5557
+ 3,0626 dengan R2 = 0,8551

14
FOB LNG INDONESIA, US$/MMBTU

12
10
8
6
y = 0.0833x + 3.0626
4 R² = 0.8551
2
0
0 20 40 60 80 100 120
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi
Gambar 1. Umar Said LNG Exp. FOB versus Dated Brent
Indonesia
Gambar 19
Gambar 13. Harga Indonesia LNG Exp. FOB versus Dated Brent diganti
dengan ini

7
10. HargaLNG
10. Harga LNGIndonesia,CIF
Indonesia,CIFJepang
Jepang =0,129
=0,129 x Dated
x Dated Brent Brent (USD/Bbl)
(USD/Bbl) +
PERTUMBUHAN EKONOMI (%)

2
1,0411
6 dengan R = 0,9033
+ 2,5557
5
25
INDONESIA LNG, CIF
JAPAN, US$/mmbtu

4
20
y = 0.1293x + 1.0411
3
15 R² = 0.9033
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

10 TAHUN

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
1
DATED BRENT, US$/Barrel

Sumber: Hasil Gambar
Simulasi Umar Said
10. Indonesia LNG CIF (Japan) versus Dated Brent
Gambar 14. Harga LNG Indonesia CIF Jepang versus Dated Brent

11. Harga Batubara Australia (USD/ton) = 0,8699 x Dated Brent (USD/Bbl)


+ 14,199 dengan R2 =0,7927

200
180
y = 0.8699x +|14.199
50 |
160
S$/TON

140
R² = 0.7927
120
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
DATED BRENT, US$/Barrel

Gambar 10. Indonesia LNG CIF (Japan) versus Dated Brent

11. Harga Batubara Australia (USD/ton = 1,0189 x Dated Brent (USD/


11. Harga Batubara Australia (USD/ton) = 0,8699 x Dated Brent (USD/Bbl)
+ Bbl) + dengan
9,897Rdengan
=0,7927R =0,8476
2
2
14,199

200
180
160
y = 0.8699x + 14.199
AUST. COAL, US$/TON

140
R² = 0.7927
120
100
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
DATED BRENT, US$/Bbl

Sumber: Hasil Simulasi Umar Said
Gambar 11. Australian Coal versus Dated Brent
Gambar 15. Australian Coal versus Dated Brent

Dalam catatan Umar, korelasi harga batubara acuan (HBA) yang


8
diterbitkan Indonesia, tidak terlalu berkorelasi dengan Dated Brent.
Mungkin karena data statistiknya kurang panjang, mengingat sistem HBA
memang belum terlalu lama dipakai.

12. Harga CPO

Harga CPO adalah harga pasar komoditi di Kuala Lumpur, jadi


barangkali lebih pas jika dikorelasikan bukan dengan Dated Brent
tetapi dengan ICP. Korelasi harga CPO dengan Dated Brent tidak
terlalu bagus. Nilai R2 rendah - hanya 0,6861. Dengan menggunakan
harga CPO dua bulan di belakang ICP, korelasinya membaik dengan
R2 menjadi0,7636. Ini juga belum begitu baik. Penggunaan “lag” dua
bulan akan menyulitkan penggunaan persamaan korelasi dalam
model energi. Ini semua karena CPO memang bukan turunan
minyak bumi. CPO masih sangat sedikit dipakai sebagai bahan
bakar nabati. Di Amerika, minyak kedelai dan minyak jagung lebih
banyak dipakai untuk membuat biodiesel. Di sisi lain, melalui jalur
minyak goreng, CPO menjadi pesaing minyak kedelai. Oleh sebab
itu, harga CPO lebih banyak dikontrol oleh harga minyak kedelai.

| 51 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Yang menarik terkait CPO


Pesan Moral:
adalah, harganya (Kuala
“Dalam pembuatan keputusan, banyak hal
tidak pasti. Menunggu kepastian berarti Lumpur) dalam satuan
terlambat mengambil keputusan. Salah satu USD/ton sekitar 8,85
bahan dasar untuk keputusan/kebijakan harga Dated Brent dalam
adalah data dan informasi. Oleh sebab itu,
data dan informasi harus selalu dikumpulkan USD/Bbl.
dengan tertib. Dunia ini tidak hampa. Data
dan informasi selalu tersedia dan banyak, Semua orang dapat
namun sering tersebar dan sepotong- membuat korelasi se-
sepotong. Data dan informasi yang tidak perti tersebut diatas,
pernah komplit itu harus dirangkai dan
dianalisis agar keluar faktanya. Data harga dengan data dan periode
komoditi energi tidak terkecuali. Jika data yang berbeda. Hasilnya
yang tersebar dan tidak lengkap itu dirangkai, secara numeris pasti
akan keluar faktanya bahwa sesungguhnya
harga energi itu hanya berdimensi satu, juga berbeda. Namun
artinya jika harga salah satu komoditi gambaran perbandingan
diketahui, maka yang lain akan diketahui harga pasti tidak
juga. Kuncinya, jangan takut membuat data
base dan analisis terkait data itu.” (Umar berbeda.
Said, 2014)

B. Pemikiran yang Mendasari Undang-Undang


Migas 2001(1994-1999)
Tahun 1994, Indonesia menjadi tuan rumah konferensi APEC. Konferensi
itu diadakan di Bogor dan menghasilkan Deklarasi Bogor yang bertujuan
untuk menurunkan bea masuk hingga nol dan lima persen di lingkungan
Asia Pasifik. Hal itu berlaku untuk negara maju paling lambat tahun 2010,
dan untuk negara berkembang tahun 2020.

Konferensi itu juga berarti bahwa Indonesia telah mengukuhkan dirinya


memasuki sistem ekonomi global yang mestinya akan menguntungkan
Indonesia. Ada orang yang mengkritik kebijakan ikut sistem global itu
sebagai kehilangan kedaulatan, sebagai wujud bahwa kita telah tunduk
pada neolib, dan lain-lain. Akan tetapi, kita juga melihat negara yang tidak
masuk sistem ekonomi global menjadi negara tertinggal. Di Asia ada

| 52 |
satu negara, di Amerika ada satu negara juga. Tiongkok yang komunis,
berjuang keras untuk ikut sistem ekonomi global itu. Tiongkok berhasil.
Tiongkok menikmati dan bahkan menunggangi sistem itu.

Kembali ke Bogor, pada akhir perhelatan APEC tersebut, diadakan


konferensi pers. Presiden Soeharto sebagai tuan rumah, memberikan
penjelasan dan menjawab pertanyaan wartawan. Para pemimpin
ekonomi APEC lainnya mendampingi beliau. Presiden Clinton dan
Perdana Menteri Malaysia Mahathir juga hadir.

Tetapi lepas maghrib pada hari yang sama, Perdana Menteri Mahathir
mengadakan koferensi pers. Intinya Mahathir menyatakan tidak setuju
dengan isi Deklarasi Bogor. Beliau ikut menandatangani Deklarasi karena
menghormati Indonesia dan menghormati Pak Harto.

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 16. Tahun 1996, Presiden Suharto memberikan petunjuk kepada Umar Said, selaku
Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi, tentang cara-cara menyuburkan kembali
lahan bekas tambang.

Rupanya pernyataan Mahathir Muhammad merupakan tamparan bagi


Indonesia. Besok paginya, Pak Harto memanggil Menteri Pertambangan

| 53 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

dan Energi serta Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg). Menurut


penuturan Menteri Pertambangan dan Energi kepada Umar Said,
Presiden mengatakan bahwa komitmen Indonesia di APEC sudah sangat
jauh. Indonesia tidak mungkin mundur lagi, Presiden mengingatkan
kepada dua menteri tersebut, bahwa salah satu sektor yang masih
sangat tertutup dan monopolis adalah migas. Presiden meminta agar
migas dipelajari dan dicarikan jalan agar tetap dikelola sesuai amanat
UUD 1945 tetapi tidak tabrakan dengan kesepakatan APEC. Presiden
juga berpesan agar dalam mempelajari hal itu tidak perlu gembar-
gembor. Selanjutnya Menteri Pertambangan dan Energi menugaskan
Umar Said selaku Sekjen Deptamben dan Dirut Pertamina, sementara
Mensesneg dan Menteri Keuangan menugaskan Eselon I-nya untuk
bersama melaksanakan permintaan Presiden. Semua tidak diijinkan
gembar-gembor.

Semua proses memang dilakukan tanpa gembar-gembor dan tidak


pernah ada di media. Yang penting bekerja dengan tenang, tekun,
cermat dan tidak terpengaruh oleh hiruk pikuk di media.

Kami mulai membaca dan mencermati UUD’45. Barangkali kami,


khususnya saya belum pernah membaca UUD berkali-kali seperti saat
melaksanakan penugasan ini. Ada beberapa pesan politik yang sulit
kami pahami dan kelihatannya akan sulit pula untuk untuk disandingkan
dengan kesepakatan APEC yaitu (1) dikuasai negara; (2) untuk sebesar
besar kemakmuran rakyat; (3) penting dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak.

Tentang pengertian “dikuasai negara” ada beberapa acuan yaitu:


Pertama, apa yang disampaikan Bung Hatta dekade 1930-an, yang
tertuang dalam tulisan berjudul Ekonomi Rakyat dalam Bahaya. Negara
harus mengusahakan sendiri cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Pemikiran tahun
1934 ini masih sering diacu orang sebagai pemikiran tunggal Bung Hatta.
Berbagai pihak, pada tahun 2014 ini, juga masih sering menyuarakan
keinginannya agar negara yang menjadi pengusaha migas.

Kedua, pidato Bung Hatta pada peringatan Hari Koperasi, 12 Juli 1977.

| 54 |
Pada kesempatan itu Bung Hatta menyampaikan makna “dikuasai oleh
negara”. Menurut beliau, “dikuasai” oleh negara dalam pasal 33 UUD
1945 tidak berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawan, atau
ondernemer. Menurut Bung Hatta, kekuasaan negara terdapat pada
pembuatan peraturan guna melancarkan jalan ekonomi. Yang penting
negara mempunyai kewenangan untuk mengatur. Peraturan harus juga
melarang “penghisapan” orang yang lemah oleh orang yang bermodal.

Kelihatan sekali bahwa antara tahun 1934 dan 1977, pemikiran Bung
Hatta sudah berubah. Beliau menyesuaikan dengan perkembangan
jaman. Seperti diketahui, tahun 1930-an lahir aliran Keynes yang
menyarankan peran negara dalam ekonomi karena kegagalan peran
swasta. Sedangkan pada tahun 1977, mulai kelihatan kegagalan sistem
semua oleh negara yang berlaku di blok Timur dan keunggulan sistem
ekonomi barat. Barangkali Bung Hatta, sebagai cendekiawan, mencermati
perubahan keadaan itu.

Tentang amanat “untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”,


ada yang menarik terkait amanat yaitu diletakkan di ayat (3) Pasal 33
tentang bumi dan air dan kekayaan alam. Bukan di ayat (1) tentang
ekonomi. Pasti ada maksudnya. Praktek yang terjadi di banyak negara
adalah, semua kegiatan usaha yang tidak mengenai kekayaan alam
cukup membayar pajak penghasilan. Namun kegiatan yang menggali
kekayaan alam, harus membayar pajak penghasilan dan pungutan lain
yang di banyak negara disebut royalti. Di Indonesia, royalti ini disebut
iuran atau sekarang disebut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Barangkali dalam kaitan membayar lebih dari sekedar pajak penghasilan
(PPh) itulah maksud pesan politik “untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat,” dan diletakkannya di ayat (3). Jadi kelihatannya, jika di atas PPh
ada PNBP, maka pengelolaan bumi dan air dan kekayaan alam sudah
memenuhi amanat Pasal 33 ayat (3).

Hari ini, beberapa orang, bahkan ada juga tokoh terpelajar, yang masih
berpendapat bahwa “untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” di
sektor migas harus diterjemahkan sebagai subsidi BBM. Padahal pesan
konstitusi sangat jelas, yaitu “untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

| 55 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

dan bukan “untuk sebesar-besar kemakmuran RAKYAT PEMAKAI BBM.”

Rakyat di daerah terpencil, jauh dari pusat kekuasaan di Jawa, masih


banyak yang tidak menggunakan BBM atau menggunakan dalam
jumlah yang sedikit sekali. Mereka juga berhak mendapat kemakmuran
yang dihasilkan oleh migas. Mungkin dalam bentuk sekolah yang baik,
puskesmas atau rumah sakit yang baik, jembatan atau sarana publik
lainnya. Jadi lebih penting menyalurkan kemakmuran yang berasal dari
kekayaan alam itu ke semua orang dibanding kepada sekelompok orang
saja.

Tentang pengertian “penting bagi negara dan menguasai hajat


hidup orang banyak”, kita terbiasa dengan praktek bahwa minyak
menguasai hidup orang banyak. Kelihatannya itu memang tidak
terbantahkan. Setiap hari kita bersentuhan dengan minyak. Jadi minyak
harus dikuasai negara, yang menurut para penganut paham nasionalisme
“sempit” harus diusahakan sendiri oleh negara. Bahkan banyak yang
mengira, bahwa praktek seperti itu sudah merupakan hukum alam.
Memang agak sulit menjabarkan makna “menguasai hajat hidup orang
banyak”. Rujukan yang ada tidak memberikan definisi yang jelas dan
operasional. Tidak heran karena pesan itu memang suatu politik ekonomi
konstitusi. Kita yang harus mencari jabaran operasionalnya.

Untuk mengerti kadar “menguasai hajat hidup orang banyak” yang


dikandung oleh minyak, terpaksa dilakukan perbandingan empiris.
Dibuat perbandingan minyak dan air. Ternyata banyak orang memilih
tidak mempunyai minyak daripada tidak mempunyai air. Jadi, kadar
“mengusasi hidup orang” yang dibawa oleh minyak tidak setinggi yang
dibawa oleh air. Sebagian besar air bahkan lepas dari bisnis PDAM artinya
lepas dari bisnis yang diusahakan sendiri oleh negara. Itu mungkin
karena air jumlahnya banyak sedang minyak terbatas. Kemudian minyak
dibandingkan dengan beras yang kelangkaan atau kelimpahannya
kira-kira setara dengan minyak. Kebanyakan orang memilih tidak
mempunyai minyak dibanding tidak mempunyai beras. Kesimpulannya
tidak berubah. Minyak dibawah beras. Ternyata kadar menguasai hajat
orang banyak yang dibawa oleh minyak tidak tinggi-tinggi amat, kalah

| 56 |
dibanding banyak komoditi lain.

Kesimpulannya adalah bahwa selama ini kita mungkin terbiasa dengan


rumusan bahwa minyak adalah komoditi vital sehingga pertimbangan
politiknya sangat tinggi. Bahkan cenderung hanya pertimbangan itu saja
yang dipakai untuk mengatur usaha migas.

Masih ada pesan politik lain yang tidak terlalu cermat dibaca oleh
kebanyakan dari kita. Pasal 33 Ayat (3) UUD berbunyi “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-­besar kemakmuran rakyat”. Kita tidak
cermat membaca anak kalimat “yang terkandung di dalamnya”.

Kita berpendapat setiap tetes minyak harus dikuasai negara. Minyak Arab
yang kita impor, tidak pernah terkandung di dalam bumi dan air Indonesia,
jadi mestinya tidak terkena amanat itu. Para perumus konstitusi sudah
sangat bijak dengan tidak ingin menguasai minyak impor ini. Tetapi
perdagangan BBM-nya harus diatur oleh pemerintah.

Di dalam kalimat “yang terkandung di dalamnya” inilah ditemukan


peluang mengatur sektor migas (dan sumber daya alam lainnya) agar
tetap menjunjung tinggi pesan konstitusi tetapi tidak tabrakan dengan
kesepakatan ekonomi global. Itu baru ditemukan tahun 1997, artinya
setelah sekitar tiga tahun “tim” sangat kecil ini bekerja, membaca
berbagai rujukan dan berulang kali membaca UUD.

Peluang tersebut disampaikan kepada para menteri yang ditugasi oleh


Presiden untuk menyelaraskan pengaturan sektor migas dengan amanat
UUD dan kesepakatan ekonomi global. Usulannya sangat sederhana yaitu
kegiatan hulu karena terkait dengan “kekayaaan alam yang terkandung
di dalamnya” tetap dikuasai negara, sedangkan kegiatan hilir yang pada
hakekatnya merupakan perdagangan biasa, meskipun penting, dibuka.
Itulah sesungguhnya inti sari pemikiran yang mendasari dari perubahan
UU No. 8 tahun 1971 tentang Pertamina menjadi UU Migas 22 Tahun
2001.

Para menteri melaporkan hasil kerja kepada Presiden, dan alhamdulillah


Presiden menyetujui usulan yang diajukan. Persetujuan Pak Harto terjadi

| 57 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

tahun 1997. Presiden memberikan pengarahan bahwa setuju dengan


pemikiran yang diajukan dan agar dituangkan dalam format undang-
undang untuk diberlakukan tahun 2003.

Pertanyaannya adalah, mengapa baru tahun 2003 akan dijadikan


undang-undang migas yang baru? Artinya baru 6 tahun kemudian.
Mengapa terlalu lama? Ini tidak lumrah. Biasanya semua harus serba
cepat. Presiden menjelaskan perkiraan beliau bahwa banyak dari kita
belum siap dengan paradigma baru tentang migas tersebut. Partai politik
belum siap, politisi belum siap, media belum siap, mahasiswa belum
siap. Bahkan pejabat pemerintahpun belum siap. Perlu sosialisasi yang
halus dan pelan-pelan karena akan banyak merombak pemikiran yang
sudah mapan.

Belum sampai permintaan Presiden menjadi format undang-undang


terlaksana, tahun 1998 Pak Harto mengundurkan diri dan terjadi
pergantian Presiden. Sebagai konsekuensinya terbentuk kabinet baru.
Menteri Pertambangan dan Energi yang baru agak tergesa-gesa dengan
mengatakan akan merombak tatanan migas, serta akan merombak
dominasi Pertamina. Apa yang diperkirakan pak Harto benar-benar
terjadi. Partai belum siap. DPR belum siap. RUU migas yang diajukan
Pemerintah langsung gugur di DPR.

Terjadi pergantian kabinet lagi. RUU migas diajukan lagi dengan lebih
hati-hati. Belajar dari pengamalan yang baru lewat, RUU lolos menjadi UU
No 22 tahun 2001. Barangkali tanpa UU 22/2001 tersebut, Pertamina
masih terus hidup hanya dengan uang upah pungut atau retensi sebesar
2 persen saja. Dengan retensi sekecil itu, Pertamina tidak akan mati
tetapi juga tidak mampu hidup layaknya suatu perusahaan minyak.
Pertamina akan tetap kumuh.

Dalam hal BBM, kita masih terjebak dengan interpretasi sempit “untuk
sebesar besar kemakmuran rakyat.” Sepertinya, kekayaan migas bisa
sampai ke rakyat hanya melalui subsidi. Tiba-tiba sistem pasar BBM
menjadi haram. Padahal UUD tidak sekali pun mengharamkan sistem
pasar. Padahal sebelum penjajah datang, penduduk nusantara telah
mengenal sistem pasar termasuk harga pasar. Padahal, akan lebih mulia

| 58 |
bangsa ini jika kesejahteraannya meningkat sehingga tidak perlu disubsidi,
karena pendidikan kaum mudanya unggul, karena kesehatannya prima,
karena semua mendapat pekerjaan yang layak.

Pesan Moral:
Gambar 13.
“Keadaan selalu berubah. Jika kita kaku berpegang pada apa yang diganti dengan
sudah biasa kita lakukan dan tidak pandai menyesuaikan diri dengan ini
keadaan yang terus berubah itu, kita akan tertinggal dari bangsa lain.
Prinsip 8. Harga
dasar LNG Indonesia,
nilai-nilai bangsa FOB,harus(USD/MMBTU) = 0,0833
tetap dipegang teguh,x tetapi
Dated Brent
2
(USD/Bbl)
implementasi + 3,0626tanpa
bisa berubah dengan R = 0,8551
harus meninggalkan prinsip dasar
dan nilai bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa banyak negara tidak
maju dengan menutup
14 diri. Demikian juga suku bangsa yang sulit
FOB LNG INDONESIA, US$/MMBTU

menerima perubahan12 akan selalu terdesak ke pinggir.” (Umar Said,


2014)
10
8

C. Membangun6 Kembali Pengelolaan Energi


y = 0.0833x + 3.0626
4
Khususnya Migas Indonesia: Energi Sebagai
R² = 0.8551

Sub-Sistem 2Ekonomi (2014)


0
1. Prestasi Ekonomi
0 2000-2013
20 40 60 80 100 120
DATED BRENT, US$/Bbl
Dalam periode 2000-2013, pertumbuhan ekonomi relatif baik,
mencapai sekitar 6% per tahun. Pertumbuhan itu dianggap
Gambar 1. Indonesia LNG Exp. FOB versus Dated Brent
Gambar 19
belum cukup tinggi untuk mengejar ketinggalan Indonesia dari
diganti
beberapa negara tetangga. dengan ini

7
PERTUMBUHAN EKONOMI (%)

3
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

TAHUN

Sumber: Umar Said

Gambar 17. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2000-2014

| 59 |
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2000-2014

Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said Gambar 20


diganti
dengan ini

0,42

0,40
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2000-2014

0,38
INDEKS GINI
0,36 Gambar 20
0,34 diganti
0,32 dengan ini
0,30
0,42
1976 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0,40 TAHUN

0,38
INDEKS GINI

Sumber: Umar Said Gambar 3. Indeks Gini Tahun 1976-2013


0,36 Gambar 21
Gambar 18. Grafik Indeks Gini Tahun 1976-2013 diganti
0,34 dengan ini
Jumlah 45
0,32 orang miskin memang turun tetapi kesenjangan
JUMLAH PENDUDUK MISKIN

pendapatan40 melebar. Kesenjangan yang diukur dengan Indeks


0,30
35
Gini, meningkat dari 0,35 pada tahun 2003 menjadi 0,42
(Juta Jiwa)

1976 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 2009 2010 2011 2012 2013
pada tahun30 2013. Semakin tinggi Indeks Gini, semakin lebar
TAHUN
kesejangan25 pendapatan penduduk. Nilai 0,42, oleh banyak
ekonom, 20sudah dianggap sebagai batas tertinggi. Kesenjangan
yang melebar2000 dan 2002 2004Indeks
Gambar 3.
terjadi dalam Gini Tahun
2006 jangka1976-2013
2008 2010 cukup
yang 2012 panjang
2014
Gambar 21
bisa mengancam kerukunan sosial TAHUNdan kohesi NKRI. diganti
dengan ini
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2000-2014
45 Gambar 4.
JUMLAH PENDUDUK MISKIN

40
35
(Juta Jiwa)

2
30
25
20
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
TAHUN

Sumber: Umar Said


Gambar 4. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2000-2014
Gambar 19. Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2000-2014

| 60 |
2
2. Dua Wajah Ekonomi Indonesia

Ekonomi Indonesia merupakan dual economy, yaitu ada


sektor modern dan sektor tradisional yang berdampingan.
Dua sektor tersebut masing-masing mempunyai peran dalam
ekonomi secara keseluruhan.

Sektor modern terdiri dari industri manufaktur, usaha-usaha


besar lain, keuangan dan perbankan, dll. Sektor ini menjadi
pendukung pertumbuhan ekonomi nasional, yang sangat
diperlukan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
membuka lapangan kerja.

Sektor tradisional terdiri dari sektor primer yaitu pertanian


rakyat, perkebunan rakyat, peternakan rakyat, perikanan rakyat
dan usaha mikro. Orang-orang yang merasa tidak mampu
bertahan di sektor primer, banyak yang kemudian pergi ke
kota, membuat usaha mikro atau bekerja sebagai tenaga kasar
seadanya. Segala kegiatan di sektor tradisional ini dikerjakan
sendiri oleh rakyat, bukan oleh korporasi.

Sektor tradisional ini memberi makan dan pekerjaan kepada


lebih banyak orang dibanding sektor modern, tetapi sektor ini
juga menjadi kantong-kantong kemiskinan. Orang menjadi
miskin karena tidak mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan dengan pendapatan yang memadai.
Sektor tradisional umumnya tidak dapat berfungsi optimum
karena serba kekurangan.

Kedua sektor tersebut, harus diatur dan dibantu oleh


pemerintah agar berkembang, namun cara mengatur dan
membantunya sangat berbeda.

3. Membantu dan Mengatur Sektor Modern

Sektor modern memerlukan dua hal utama yaitu: (i) iklim


usaha dan (ii) infrastruktur yang baik. Iklim usaha yang baik

| 61 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

adalah kecepatan pelayanan, kejelasan dan stabilitas peraturan,


keadilan perlakuan, hak dan kewajiban yang setara dengan
yang ada di negara lain, dsb.

Infrastruktur yang dibutuhkan, meliputi jalan, terutama jalan tol,


jaringan kereta api, pelabuhan dengan kapal-kapal modernnya,
bandara dengan armada pesawatnya, listrik dan jaringan
komunikasi data. Sekarang ini, infrastruktur sudah mencekik
dunia usaha. Dunia usaha sulit bergerak karena infrastruktur
yang kurang.

Infrastruktur itu sendiri akan dibangun oleh swasta apabila


iklim usahanya baik. Tarif penggunaannya memberikan
keuntungan yang setara dengan investasi di sektor lain, bahkan
dengan investasi di negara tetangga. Infrastruktur modern ini
tidak diperlukan oleh sektor tradisional ataupun kelompok
masyarakat yang memang belum mampu. Bagi sektor
tradisional yang lebih penting adalah tersedianya alternatif,
yang lebih murah, yang dapat mereka pakai dengan cukup
nyaman. Membangun dan mengoperasikan infrastruktur
alternatif itulah kewajiban pemerintah. Pembangunan iklim
usaha dan infrastruktur yang baik tidak dapat terjadi sekaligus,
tetapi harus diupayakan secepatnya.

Selanjutnya, jika dengan iklim usaha dan infrastruktur yang


baik sudah tersedia, sektor modern jangan diganggu. Ini
penting ditekankan, karena banyak pejabat dan politisi yang
belum menyadari fungsi besar dunia usaha modern ini,
yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menghasilkan
pajak guna membiayai pemerintahan/negara dan membuka
lapangan kerja baru.

Prinsip pasar sudah sangat layak diterapkan untuk sektor


modern agar mereka bekerja efisien. Selanjutnya, sektor
modern harus diawasi kepatuhannya pada peraturan dan
perundangan, khususnya terkait dua hal yang sering dilanggar
oleh sektor ini yaitu pajak dan lingkungan.

| 62 |
Perlu kita catat bahwa tanpa didukung oleh iklim usaha dan
infrastruktur yang baik, sektor ini telah mampu menumbuhkan
ekonomi Indonesia sekitar 6% per tahun. Dengan iklim usaha
dan infrastruktur yang baik dan tidak diganggu, ke depan sektor
modern pasti akan mampu tumbuh jauh di atas 6%.

4. Membantu dan Mengatur Sektor Tradisional untuk


Mengurangi Kesenjangan Pendapatan

Mengurangi kesenjangan pendapatan nasional dilakukan


dengan membantu sektor tradisional yang menjadi kantong
kemiskinan. Sektor ini harus dibantu dalam mengatasi
berbagai kekurangan yang membelitnya agar dapat bekerja
optimum sehingga penghasilannya dapat menyejahterakan
para pelakunya.

Sektor primer memerlukan bantuan pemerintah berupa


sarana produksi, modal kerja, akses pasar, jaminan harga yang
menyejahterakan, teknologi, manajemen, dan asuransi gagal
produksi. Meskipun sama jenis bantuan yang dibutuhkan,
namun berbeda-beda rincian bantuan untuk tiap kegiatan di
sektor ini.

Usaha mikro memerlukan bantuan pemerintah agar


tersambung menjadi satu mata rantai dengan sektor modern.
Contohnya, usaha mikro penjual makanan di sekitar gedung
bisnis dan perkantoran, dapat disambung oleh Pemda dengan
memasukkannya ke dalam gedung dan menjadi penyedia
makan bagi pekerja gedung tersebut. Sesungguhnya, jika
diamati, pengguna jasa makanan kaki lima adalah pegawai
gedung itu sendiri. Pegawai biasa yang bekerja dalam gedung
banyak yang tidak makan di restoran tetapi makan di kaki lima
sekitarnya. Bagaimana pemda dapat memaksa pengelola
gedung menerima pedagang kaki lima? Pemda mempunyai
kewenangan dalam memberikan Ijin Membuat Bangunan

| 63 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

(IMB). Di IMB itulah sudah mulai diatur berbagai public


services yang dapat menghilangkan kesenjangan. Usaha parkir,
layanan kebersihan, penyediaan makanan adalah sarana untuk
menbantu menghilangkan kesenjangan. Hampir semua kota
besar di dunia, yang sangat kapitalis sekalipun, melakukan hal
seperti itu. Lihat kota besar yang terdekat dengan kita, Singapura.
Tidak ada lagi kaki lima karena semua sudah dimasukkan ke
dalam gedung. Tugas pemda selanjutnya adalah agar di sekitar
gedung tidak tumbuh usaha kecil baru. Pemda mencari mata
rantai lain dimana usaha kecil dapat melayani usaha besar/
modern. Banyak kegiatan sektor tradisional yang berpotensi
disambung dengan kegiatan modern.

Terkait bantuan pemerintah, prinsip pasar belum layak


diterapkan untuk sektor tradisional ini. Para ahli sudah banyak
menulis bagaimana persisnya bentuk bantuan yang harus
diberikan kepada sektor tradisional ini.

5. Kenaikan Harga BBM untuk Pendanaan Program


Kesenjangan

Pendanaan program-program mengikis kesenjangan/


kemiskinan itu harus bersumber dari APBN. Namun ke depan,
APBN 2015 misalnya, tidak memberi ruang fiskal yang cukup
untuk program tersebut. Gaji tidak mungkin dikurangi, belanja
pendidikan tidak mungkin dikurangi. Pembayaran bunga dan
cicilan pinjaman tidak mungkin dikurangi. Demikian juga
belanja lainnya. Peluang yang ada adalah mengalihkan subsidi
BBM yang mencapai Rp 246,5 triliun (2014) dan Rp 219
triliun (2015) menjadi pendanaan program membantu sektor
tradisional. Artinya, harga BBM harus dinaikkan bertahap
untuk mengumpulkan pendanaan guna membiayai progam
kemiskinan/pengurangan kesenjangan.

| 64 |
Oleh pemerintah, siapa pun yang menjadi pemimpin,
pengalihan subsidi BBM ke program sektor tradisional
harus dilakukan bertahap, tetapi dengan sangat cepat agar
segera kelihatan manfaatnya. Jika pengalihan lambat, partai
non pemerintah akan mengejek dan jika media serta rakyat
sempat terpengaruh, akan menyulitkan pelaksanaan program
lebih lanjut. Mengapa bertahap, karena menaikkan harga
BBM mudah, tetapi mengalihkan dana yang diselamatkan
menjadi program nyata tidaklah gampang. Pengalihan subsidi
BBM harus dilakukan one to one, artinya satu rupiah subsidi
dihemat, maka satu rupiah pula sektor tradisional mendapat
bantuan. Yang sangat penting diperhatikan adalah pengalihan
subsidi harus benar-benar dikawal agar tidak bocor. Sebagai
gambaran, apabila harga bensin premium dan minyak solar
dinaikkan Rp 1000 per liter akan dihemat subsidi BBM
sebanyak Rp 46 triliun. Ini suatu jumlah yang bermakna guna
membantu sektor tradisional.

Program-program kesenjangan yang dapat diselesaikan dalam


tempo kurang dari satu tahun harus dirumuskan dengan cermat
mencakup semua aspeknya seperti bentuk program, di mana
dilakukan, bagaimana organisasi pelaksanaannya, bagaimana
pengawasannya, dll. Akan banyak sekali program untuk
mempersempit kesenjangan pendapatan ini yang masing-
masing akan berbeda. Sesungguhnya untuk tiap-tiap kasus,
para ahli sudah banyak menguraikannya. Untuk pertanian,
misalnya, program-program quick wins berupa kios saprotan
di tiap desa, pompanisasi air irigasi khususnya untuk daerah
lumbung beras, pembelian gabah oleh pemerintah dengan
jaminan harga yang menyejahterakan petani, penyediaan alat
pengeringan gabah secara mekanis dll.

| 65 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

6. Upaya Lain

Berbagai program energi, khususnya di bidang migas yang


mendesak untuk dilakukan oleh pemerintahan baru antara
lain adalah:

a) Menggunakan Lebih Banyak Gas, Batubara dan Sumber


Energi Lain

Bersamaan dengan kenaikan harga BBM, harus dilakukan


usaha untuk mengurangi biaya pengadaan energi
pada umumnya. Penggunaan lebih banyak gas (dalam
berbagai bentuknya seperti gas pipa, LPG, LNG, CNG)
akan bisa membantu mengurangi biaya pengadaan
energi. Demikian juga penggunaan batubara dan sumber
energi lain. Untuk itu semua, berbagai inisiatif untuk
mengganti BBM bersubsidi harus didorong dan proses
implementasinya dipermudah.

Meskipun demikian, gas, batubara, dan sumber energi


lain tidak akan mampu menggantikan BBM dengan cepat
dan dalam skala yang besar. Kebutuhan energi masih
akan bersandar pada BBM. Oleh sebab itu, kenaikan harga
BBM menjadi tumpuan utama untuk mengurangi beban
subsidi BBN dalam APBN dan memperoleh pendanaan
guna menjalankan program mengurangi kesenjangan
yang melebar.

b) LPG (Liquified Petroleum Gas)

Mengurangi biaya menyediaan energi dengan penggunan


LPG misalnya dapat dilakukan untuk trasanportasi. LPG
dapat dipakai di sektor angkutan dengan modifikasi
mesin yang relatif mudah. Teknologinya sudah ada di
masyarakat.

Harga LPG (Pertamina) tanpa subsidi sekitar Rp 12.000


per kg atau setara dengan sekitar Rp 6.000 per liter

| 66 |
bensin. Ini lebih murah dibanding harga bensin premium
sekarang, apalagi jika harga bensin premium dinaikkan.
Konsumen pasti berminat menggunakan LPG untuk
kendaraannya. APBN pasti juga senang karena LPG yang
dipakai mengganti bensin premium itu tidak memerlukan
subsidi sama sekali.

Namun, konsumen masih harus menanggung beban


lain yaitu membeli peralatan konversi agar bisa beralih
dari bensin ke LPG. Jika harga bensin premium dinaikkan
menjadi Rp 7.500 per liter dan LPG untuk angkutan dijual
Rp 7.000 per liter setara bensin, LPG masih tetapi menarik.
Dana tambahan sebesar Rp 1.000 per liter itu digunakan
untuk cicilan peralatan konversi. Cicilan akan selesai dalam
waktu 22 bulan. Meskipun ini menguntungkan konsumen
dan juga APBN, penetrasi LPG di sektor transportasi tidak
akan cepat. Melihat pengalaman penggantian minyak
tanah dengan LPG, volume bensin yang bisa digantikan
dalam tempo satu tahun paling tinggi hanya 1,6 juta
kiloliter saja dari konsumsi bensin sebesar 16 juta kiloliter.
Pasokan LPG tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena
banyak. Tambahan impor LPG tidak akan menambah
dosa karena selama ini bensin premium juga diimpor.
Biaya impor LPG akan lebih ringan. Jadi manfaatnya lebih
banyak dibanding mudaratnya.

c) CNG (Compressed Natural Gas)

Demikian juga CNG dapat menggantikan bensin premium


untuk angkot dan taksi. Namun, penggantian ini lebih
sulit. Lebih banyak modifikasi mesin harus dilakukan
dibanding LPG. Jika harga gas bumi di lapangan US$ 7
per juta btu, CNG dapat dijual dengan harga Rp 5.500
per liter setara bensin, di tingkat konsumen (SPBG). Bagi
konsumen, ini harga yang lebih menguntungkan, lebih

| 67 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

murah dibanding harga bensin sekarang. Untuk APBN


juga menguntungkan karena subsidi berkurang.

Untuk cicilan peralatan konversi, CNG harus dijual dengan


harga lebih tinggi dari Rp 5.500. Jika cicilan ditetapkan
sebesar Rp 1.000 per liter setara premium, peralatan
konversi akan dapat dilunasi dalam waktu sekitar tiga
tahun.

Kemudahan kepada BUMN/swasta dalam negeri untuk


mengembangkan jaringan penjualan LPG dan CNG harus
diberikan. Ini akan mempercepat penggantian (konversi)
bensin dan minyak solar bersubsidi ke gas.

d) Gas Pipa

Gas bumi dalam bentuk gas pipa juga sangat prospektif


dipakai menggantikan minyak solar nonsubsidi. Pada
harga minyak mentah US$100/barel dan dengan nilai
tukar Rp 12.000 per dolar, harga Liquified Natural Gas
(LNG) yang kita ekspor sekitar Rp 5.000 per liter setara
minyak solar. Padahal, harga minyak solar sudah sekitar
Rp 8.700 per liter. Jadi akan lebih baik menggunakan
LNG untuk keperluan dalam negeri dibandingkan eskpor.
Dengan tidak mengekspor LNG, akan diperoleh berbagai
keuntungan.

Konsumen industri, yang tidak berhak menggunakan


minyak solar bersubsdi, akan menikmati penurunan
harga energi lebih dari Rp 3.000/liter setara minyak
solar. Ini akan lebih menurunkan biaya perusahaan. Laba
perusahaan meningkat dan APBN akan menerima lebih
banyak PPh badan. Penerimaan negara dari ekspor gas
akan berkurang, jika yang dipakai adalah gas alam. Namun,
masih banyak gas skala kecil yang belum diproduksi.
Dalam hal ini, penerimaan negara akan meningkat dari
pemasaran gas baru tersebut. Dari manapun sumber

| 68 |
gasnya, baru atau lama, pengeluaran untuk impor minyak
solar akan berkurang juga.

Meskipun tidak mengurangi subsidi BBM, impor minyak


solar untuk memenuhi kebutuhan industri akan menurun.
Neraca perdagangan akan membaik dan rupiah akan
menguat. Jika dalam satu tahun pertama pengalihan
subsidi BBM berhasil membantu sektor tradisional, maka
program-program sejenis yang lebih mendasar dan
memerlukan waktu lebih panjang, seperti membangun
bendungan untuk irigasi, pembuatan kapal besar untuk
nelayan, dll harus digulirkan.

Pembiayaan program lanjutan harus tetap dari hasil


pengalihan subsidi BBM. Kenaikan harga BBM akan lebih
mudah dilakukan karena: (i) sektor tradisional sudah
lebih mampu sehingga juga lebih mampu membeli
BBM dengan subsidi lebih sedikit; (ii) rakyat sudah
melihat keseriusan pemerintah melaksanakan program
kemiskinan; (iii) partai oposisi akan berpikir ulang
sebelum mengkritik, karena jika salah langkah dapat
berakibat jarak mereka dengan rakyat akan melebar. Ini
bisa membahayakan perolehan suara mereka dalam
pemilu 2019 nanti.

e) Menaikkan Produksi Minyak dan Gas

Menaikkan produksi migas dapat dilakukan dengan


tiga cara yaitu: (i) mendorong kegiatan eksplorasi baru,
(ii) menggunakan teknologi pengurasan minyak yang
lebih baik, (iii) meminta Pertamina melakukan ekslorasi
kembali di wilayah kerjanya. Mendorong eksplorasi baru
dilakukan dengan memperbaiki iklim usaha eksplorasi,
memperbaiki aturan terkait PBB dan PPN eksplorasi,
mempermudah ijin kegiatan eksplorasi, dll.

| 69 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Di samping itu, Kementerian ESDM harus memegang


kembali leadership terkait koordinasi dengan kementerian,
lembaga dan pemda untuk melancarkan kegiatan
eksplorasi. Pada hakikatnya, melakukan eksplorasi
adalah tugas pemerintah. Tugas melalukan eskplorasi
selama ini dilakukan oleh kontraktor. Kontraktor harus
berjuang sendirian menyelesaikan persoalan yang
timbul terkait dengan berbagai tingkatan pemerintahan.
Hasilnya pekerjaan eksplorasi sangat lambat dan banyak
pemerasan. Cadangan merosot, produksi merosot. Akibat
lebih lanjut adalah perusahaan minyak memindahkan
kegiatan eksplorasi di kawasan atau negara lain yang
memberikan kemudahan berbisnis.

Penggunaan teknologi pengurasan yang lebih baik


(Enhanced Oil Recovery atau EOR) akan membantu
melepaskan lebih banyak minyak dari reservoirnya.
Produksi akan meningkat. Karena EOR menggunakan
bahan bahan kimia atau bahan lainnya dan juga peralatan
tambahan, biaya lifting akan meningkat pula. Akan tetapi,
ini lebih menguntungkan dibandingkan membiarkan
minyak tertinggal di lapisan bawah tanah. Para politisi
harus dibuat mengerti karakter bisnis seperti ini. Jangan
sampai mereka, karena tidak faham, berbunyi aneh dan
mematikan minat operator EOR yang serius.

Malaysia sudah sangat aktif dengan teknologi ini. Saudi


yang produksinya sudah sangat besar, juga menggunakan
teknologi EOR secara intensif. Semua operasi minyak
telah menggunakannya. Indonesia termasuk masih
ketinggalan. Salah satu sebab Indonesia ketinggalan
adalah karena politisi masih sering tidak mengerti karakter
proses produksi, mengapa produksi turun tetapi biaya
naik, dsb. Padahal, hal seperti itu terjadi di semua proses
produksi. Dengan peralatan yang makin uzur, biaya
produksi per unit pasti naik. Ini juga terjadi pada mobil

| 70 |
para politisi itu sendiri. Semakin tua mobil itu, semakin
mahal ongkosnya.

Saya pribadi mencurigai bahwa sesungguhnya beberapa


politisi yang gencar mempersoalkan produksi dan
biaya lifting itu juga sudah mengerti. Namun, mereka
mempunyai agenda lain di belakangnya. Dengan EOR,
biaya lifting lebih tinggi lagi, tingkat produksi lebih tinggi
dan pendapatan negara juga akan lebih tinggi.

Berbeda dengan kontraktor migas lainnya, wilayah


kerja Pertamina meliputi wilayah yang sudah dikerjakan
sebelum terbitnya UU Migas 22/2001. Jadi wilayah kerja
Pertamina ada dimana-mana. Namun banyak wilayah
itu tidak dipelihara dengan cermat. Eksplorasi kembali
(re-exploration) tidak dilakukan, padahal teknologi
menemukan minyak terus berkembang. Wilayah yang
dulunya dianggap kosong bisa saja dengan teknologi
baru/eksplorasi baru bisa ada isinya. Pemerintah harus
meminta (lebih tepat memerintahkan) Pertamina untuk
melakukan re-exploration di wilayah kerjanya. Banyak ahli
eksplorasi berpendapat bahwa masih bisa ditemukan
hidrokarbon di wilayah yang ditidurkan itu. Modal untuk
itu tidak masalah, banyak yang ingin bekerjasama dengan
Pertamina dengan pola bagi hasil yang dirumuskan oleh
Pertamina sendiri yang disebut Kerja Sama Operasi
(KSO).

f) Membangun Kilang Baru

Kemampuan kilang Indonesia dalam memproduksi BBM


sudah tidak memadai lagi. Impor BBM terus meningkat.
Membangun kilang baru selalu dikatakan memberi marjin
kecil. Dari jaman dahulu memang begitu. Sejak saya
belajar ekonomi minyak, lebih dari 40 tahun yang lalu,
saya sudah diajari tentang marjin kilang BBM yang kecil.

| 71 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Namun orang terus membangun kilang dengan kapasitas


yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Mengapa itu
terjadi? Ada dua sebab. Pertama, karena minyak mentah
tidak dapat dipakai langsung oleh konsumen, sehingga
harus ‘dimasak’ terlebih dahulu dan itu membutuhkan
kilang. Kedua, meskipun marjin kecil, tetapi marjin itu
selalu diatas biaya modal dipasar uang (cost of money).
Jadi, orang membangun kilang selalu dengan uang milik
orang lain.

Perusahaan minyak hulu, tidak terlalu tertarik membangun


kilang karena marjin di hulu jauh lebih tinggi. Pertamina,
dapat dikatakan, tidak pernah membangun kilang. Semua
kilang Pertamina yang ada sekarang yaitu Dumai, Sungai
Pakning, Cilacap, Balikpapan dan Balongan, dibangun
dengan dana pemerintah. Kilang Plaju, Sungai Gerong
dan Balikpapan lama, dibeli pemerintah dan diserahkan
kepada Pertamina.

Kalau sekarang pemerintah mengharap swasta atau


Pertamina membangun kilang, rasanya itu agak keliru.
Mungkin pemerintah tidak mengerti, atau mungkin juga
pemerintah ikut-ikutan tidak mau menambah kapasitas
kilang. Kilang BBM adalah ketahanan energi jadi itu
memang urusan pemerintah.

Mungkinkah sekarang ini membangun kilang baru


dengan pendanaan dari APBN? Saya berpendapat sangat
mungkin, jika kita perhatikan hasil kajian kelayakan dan
prestasi pemerintah dalam menerbitkan obligasi valas.

| 72 |
12
10
8

KUPON, %
6
4
2
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014
TAHUN

Sumber: Umar Said
Gambar 5. Obligasi Valas Pemerintah Indonesia
Gambar 20. Grafik Obligasi Valas Pemerintah Indonesia

Hasil kajian keekonomian kilang menunjukkan rate of


return kilang baru sebesar 8 % lebih sedikit. Ini sangat
kurang bagi swasta maupun Pertamina. Oleh sebab
itu, baik Saudi maupun Kuwait, minta berbagai fasilitas
pajak dan fasilitas lain yang tidak mungkin diberikan oleh
pemerintah. Pertamina juga menyatakan tidak mau
membangun kilang.

Sementara itu, jika diperhatikan prestasi emisi obligasi


valas pemerintah, dapat dicatat bahwa hanya satu kali
kuponnya diatas 11%. Itu terjadi tahun 2009 pada saat
pemerintah panik. Selebihnya kuponnya selalu kurang
dari 7% dan menurun. Suku bunga pemerintah bahkan 3
lebih rendah lagi. Membangun kilang tidak akan selesai
satu tahun, tetapi empat tahun atau lebih. Pembiayaan
APBN tidak perlu sekaligus. Penerbitan obligasi valas
Pemerintah untuk kilang dapat dilakukan bertahap, sesuai
kemajuan pembangunan kilang.

g) Membangun Jaringan Gas

Membangun terminal LNG konvensional maupun


FSRU (Floating Storage Regasification Unit) untuk
mendatangkan gas LNG dari pusat produksi ke pusat-

| 73 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

pusat kegiatan ekonomi perlu dilakukan untuk membuat


gas mendekati konsumen. Selanjutnya harus dibangun
jaringan pipa yang menghubungkan terminal LNG dengan
kawasan industri. BUMN maupun swasta sangat mampu
membangun jaringan gas tersebut asalkan didukung oleh
iklim usaha yang baik. Pengoperasian pipa gas adalah
obyek dari monopoli alami (natural monopoly), oleh
sebab itu harus menjadi obyek pengaturan, terutama tarif
dan akses. Pengaturan itu bukan hal sulit karena tinggal
mencontoh saja dari tempat lain.

h) Meningkatkan Transparansi dan Kinerja Unit-Unit Kerja


Pengelola Migas

Kinerja dan transparansi unit-unit pengelola migas sangat


perlu ditingkatkan untuk membuat sektor ini menjadi
lebih efisien. Transparansi dibantu oleh teknologi
informasi, dengan menetapkan aturan main dan
menyerahkan pelaksanaan aturan pada sistem untuk
mengurangi intervensi manusia. Perubahan itu relatif
mudah dilakukan dengan mencontoh best practice yang
sudah dipakai oleh negara/perusahaan lain. Negara-
negara Skandinavia mendapat indeks persepsi korupsi
yang paling baik. Norwegia mengelola sumber daya
migas. Negara itu melakukan evaluasi sumber daya,
mengatur dan memantau bisnis hulu migas. Norwegia
juga mempunyai perusahaan minyak yang akuntabel
dan menguntungkan. Seluruh sistem pengelolaan migas
Indonesia dapat menyempurnakan transparansi dan
kinerjanya dengan mencontoh tatakelola yang dipakai
Norwegia misalnya.

i) Meningkatkan Peran Perusahaan Jasa Migas Dalam


Negeri

 Perusahaan jasa migas disebut “dalam negeri” jika kepemilikan Indonesia merupakan
mayoritas.

| 74 |
Industri minyak Indonesia sudah berumur lebih dari
100 tahun. Namun, peran perusahaan dalam negeri
dalam menyediakan berbagai jasa untuk industri migas
masih memprihatinkan. Tidak ada keberpihakan nyata
dari pengelola sektor migas kepada perusahaan jasa
migas dalam negeri. Peraturan perundangannya sudah
menunjukkan keberpihakan, namun implementasi dan
pengawasan kepatuhan para kontraktor migas masih
sangat lemah. Pelanggaran sangat kasat mata dan
semuanya berlindung di balik ketentuan lelang.

Perusahaan jasa migas dari negara barat umumnya


menguasai teknologi. Dengan penguasaan teknologi itu,
mereka lebih mudah memenangkan lelang. Sebaliknya,
perusahaan jasa dari negeri Tiongkok menguasai
pendanaan murah yang disediakan oleh pemerintahnya.
Mereka juga menjadi lebih mudah memenangkan
lelang.

Perusahaan dalam negeri Indonesia banyak yang sekarat


di negerinya sendiri. Mereka tidak mendapat dukungan
dana murah dan juga tidak menguasai teknologi. Padahal
cost recovery migas adalah jelas-jelas merupakan belanja
pemerintah (government procurement), yang tidak dapat
diatur oleh siapapun kecuali oleh pemerintah Indonesia
sendiri. Ini merupakan peluang emas untuk memperkuat
industri dalam negeri, jika disadari.

Pengembangan berbagai teknologi yang tidak terlalu


canggih sangat mungkin dilakukan di dalam negeri.
Pengembangan teknologi tersebut memerlukan pasar
untuk mengembalikan biaya awal, namun perusahaan
jasa dalam negeri tidak mendapat pasar. Itulah yang terjadi
setelah lebih dari 100 tahun industri minyak beroperasi
di Indonesia. Nilai tambah pekerjaan jasa migas yang

| 75 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

relatif mudah masih terus mengalir ke luar negeri melalui


perusahaan jasa asing atau perusahaan jasa nasional.

Pemboran dangkal, perawatan sumur, penyemenan,


adalah pekerjaan yang seharusnya hanya dikhususkan
bagi perusahaan dalam negeri.

j) Membangun PLTU Mikro

Di luar pengelolaan migas, namun sangat erat kaitan


dengan penghematan penggunaan minyak solar adalah
pembangkitan listrik di daerah. Sampai sekarang, banyak
daerah khususnya daerah yang jauh dari pusat-pusat
pemerintahan belum mendapat listrik. Ini bisa dipandang
sebagai ketidak-adilan dan berpotensi mengganggu
kohesi NKRI. Di samping itu, ekonomi di daerah tidak
bisa berkembang karena tidak ada listrik atau listriknya
‘byar pet’.

Oleh sebab itu, untuk mempercepat penyediaan listrik


di daerah seperti tersebut diatas, PLTU mikro (di bawah
5 MW) akan dapat menjadi jembatan penolong. Melihat
ketersediaan dan kemudahan logistiknya, batubara
merupakan bahan bakar yang paling logis untuk dipakai
dalam PLTU mikro tersebut. Penyediaan listrik sesuai
kebutuhan daerah, akan meningkatkan kohesi NKRI dan
mendorong penyebaran kegiatan ekonomi.

Apakah keekonomian PLTU Mikro dapat bersaing?


Peralatan PLTU mikro seperti itu, sudah dapat sepenuhnya
dibuat di dalam negeri sehingga industri manufaktur akan
bisa lebih berkembang.

 Perusahaan disebut asing jika seluruh kepemilikannya dipegang asing.


 Perusahaan disebut “perusahaan nasional” jika minoritas dipegang Indonesia dan
mayoritas dipegang asing. Ini semua adalah istilah tipu-tipuan oleh sementara
pejabat yang sedang dipercaya oleh negara untuk melayani. Akibatnya nilai TKDN
jasa migas bisa dilaporkan tinggi karena ada perusahaan nasional itu tadi.

| 76 |
Investasi PLTU Mikro, per MW, memang jauh lebih
mahal dibandingkan dengan PLTU besar atau PLTD,
bisa mencapai empat kalinya. Tetapi harga listrik PLTU
batubara mikro jauh lebih murah dibanding harga listrik
yang dihasilkan dengan mesin diesel dan minyak solar.
Dari kajian singkat yang sudah dilakukan, harga listrik
PLTU mikro batubara, tidak akan lebih dari US 20 cent
per kWh sedangkan dengan minyak solar bisa mencapai
US 30 cent atau bahkan lebih.

7. Harapan Atas Semua Jerih Payah

Jika semua upaya itu dilakukan dengan tulus, maka produksi


migas akan meningkat, biaya pengadaan BBM akan turun,
impor BBM akan turun. Meskipun impor minyak mentah
akan meningkat karena kilang baru, tetapi kilang baru itu
akan membawa nilai tambah, pengelolaan sektor migas akan
menjadi lebih transparan dan efisien. Yang paling utama,
Indonesia akan terbebas dari mafia minyak yang selama ini
sangat merusak.

8. Kunci Utama Keberhasilan

Kunci utama keberhasilan pembangunan kembali Indonesia


adalah niat yang teguh dan perbaikan perilaku para
pelaksananya. Ini tantangan kita yang terberat.

Makalah ini disampaikan pada Rembug Nasional


“Memperbaiki Tata Kelola Migas”, Jakarta, 8
September 2014.

| 77 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

| 78 |
Jejak Langkah IV

Hidup sebagai
Pejabat dan
Kenangan dari
Kolega

A. Papan Nama yang Tak Terpasang


Sosok Umar Said terkenal dengan kebersahajaannya, meskipun Umar
menduduki jabatan-jabatan penting baik di birokrasi pemerintahan
maupun di perusahaan. Salah satu contohnya adalah ketika Umar
Said dipercaya sebagai salah satu Dewan Komisaris Pertamina untuk
yang kedua kali. Ketika komisaris yang lain memasang papan nama di
pintu ruangan masing-masing, Umar justru menolak papan namanya
terpasang.

Hal tersebut tak lepas dari pengalamannya sewaktu Umar bertandang ke


kantor urusan Migas di suatu negara di Eropa. Disitulah tempat penting
yang mengendalikan minyak negara tersebut. Siapapun tamu yang masuk
ke kantor itu tidak diperkenankan membawa tas, membawa disk, USB,
kertas, atau apapun. Jadi masuk hanya orangnya saja demikian pula
ketika keluar tidak akan membawa apapun. Karena disitulah informasi
kekayaan minyak negara tersebut di simpan dan dianalisis. Di pintu-

| 79 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

pintu pejabatnya pun tidak ada nama. Jadi jika ada orang masuk dan
celingukan tidak jelas, dapat dipastikan orang tersebut bukan tamu yang
benar.

Atas dasar itulah Umar tidak ingin ada papan namanya di pintu
komisaris, yang menemui Umar di kantor adalah benar-benar orang yang
berkepentingan, sudah tahu orang yang hendak dituju, tidak celingukan.
Umar benar-benar menjaga kepentingan informasi Pertamina. Sebab
sebagaimana di Norwegia, kantor Pertamina juga amat berharga. Bahkan,
tempat sampah Pertamina juga diburu orang. Untuk mendapatkan
informasi-informasi berharga, misalnya konsep-konsep yang pernah
ditulis, rencana-rencana strategis Pertamina.

Menurut Umar, saat ini kelemahan Pertamina terbesar adalah banyak


sekretarisnya diambil dari outsource, dari pihak diluar Pertamina.
Mereka diburu oleh ‘pihak lain’ yang ingin mengetahui isi ‘otak’
Pertamina. Untuk itu Umar benar-benar menjaga aspek kerahasiaan
Pertamina, sebagaimana yang dilakukan Umar ketika menjabat Sekjen
di Departemen Pertambangan dan Energi.

B. Pemimpin yang Mengayomi Anak Buah


Sebagai pejabat penting, Umar dikenal tidak protokoler dan
memperjuangkan kepentingan bawahannya. Seperti ketika Umar
Said memperjuangkan perumahan untuk pegawai negeri sipil (PNS).
Pada masa itu PNS tidak seperti saat ini yang relatif lebih terjamin
kesejahteraannya. PNS masa itu miskin sekali, karena kenaikan gaji PNS
yang amat jarang dilakukan pada masa Orde Baru.

PNS Departemen Pertambangan dan Energi ada beribu-ribu yang


kebanyakan tidak mempunyai rumah tinggal sendiri. Umar menghubungi
pengusaha-pengusaha kaya untuk meminjam uang. Selama ini banyak
pengusaha ingin menghadiahi Umar uang, tetapi selalu berakhir
dengan penolakan. Pengusaha tersebut keheranan, kapan Umar akan
mengembalikan hutangnya, wong cuman PNS. Dengan argumentasinya

| 80 |
yang cerdas Umar menyatakan ini bukan pinjaman pribadi, kalau bisa
dikembalikan ya dikembalikan, kalau tidak sanggup mengembalikan
dicatat saja sebagai hutang. Umar pun mendapatkan pinjaman dari
pengusaha. Uang tersebut diturunkan ke koperasi pegawai negeri atau
Korpri. Anggota koperasi yang ingin mencicil rumah dapat meminjam ke
koperasi dengan berbagai kemudahan dan bunga cicilan yang sangat
ringan yaitu tiga persen. Pegawai negeri sangat menikmati program
ini dan berterima kasih kepada Umar Said. Bahkan dari tiga persen
itu terakumulasi menjadi dana yang cukup banyak. Pengusaha yang
meminjamkan uang pun tidak pernah menagih piutangnya.

Demikian pula pada waktu Umar menjabat, diberlakukan kebijakan


jika ada keluarga pegawai negeri yang sakit akan diberikan bantuan
yang nilainya 25 ribu rupiah waktu itu. Untuk tunjangan kematian juga
disediakan. Kebijakan ini amat membantu PNS terutama yang golongan
bawah.

Setiap acara 17 Agustusan Umar juga meminta sumbangan kepada


pengusaha. Pengusaha yang selalu ditolak jika memberikan uang untuk
pribadi Umar. Apalagi jabatan bergengsi Umar yang kala itu membawahi
PLN, Pertamina, PTBA, PT Timah, PGN, dan satu lagi yang dibubarkan
oleh Umar karena terus merugi yaitu Angkutan Pertambangan.
Pemenang lelang-lelang pada masa itu sangat antusias hendak memberi
uang kepada Umar. Integritasnya yang selalu terjaga tidak memberikan
ruang kepada pengusaha untuk memberi secara pribadi kepada Umar.
Tetapi Umar menagih komitmen pengusaha tersebut untuk menjadi
sponsor pada acara-acara 17 Agustusan di Departemen Pertambangan
dan Energi. Umar tidak mau menerima sumbangan dalam bentuk uang
apalagi langsung ke pribadi Umar. Maka pengusaha-pengusaha tersebut
diminta membelikan aneka hadiah-hadian perlombaan seperti sepatu
dan sebagainya. Karena kebaikan-kebaikan Umar kepada bawahannya,
maka Umar yang tegas mendapat penghormatan dan kecintaan dari
anak buahnya.

| 81 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

C. Seorang Birokrat yang Cerdas, Tegas, Lugas,


Berintegritas.
Bapak Efwizen Chaniago, atau yang dikenal dengan panggilan Pak Zen,
masuk Biro Perencanaan pada tahun 1985, kurang lebih satu atau dua
tahun lebih dahulu dibanding Pak Umar Said, dimana Pak Umar masuk
ke Biro Perencanaan langsung sebagai pimpinan. Meski orang baru di
Biro, pembawaan beliau nampak tenang. Waktu itu Pak Umar sudah
selesai mengambil Doktor di Amerika.

Di Kabinet Pembangunan jaman dulu, yang paling terkenal ada tiga


menteri yaitu: Pak Habibie, Pak Ginandjar, Pak Emil Salim. Masing-
masing orang punya kelas tersendiri. Pak Habibie seorang teknolog,
Pak Ginandjar birokrat ulung, dan Pak Emil ini teknokrat. Ada cerita yang
sampai ke telinga Pak Zen, suatu kali Pak Habibie menceritakan panjang
lebar tentang suatu persoalan yang berhubungan dengan blok Natuna.
Kemudian ada seorang yang berani menyanggah pendapat Pak Habibie,
yang argumennya seolah-olah mementahkan argumentasi Pak Habibie.
Sampai Pak Habibie bertanya ke Pak Ginandjar siapa itu yang punya
argumentasi solid. Pak Ginandjar mengatakan itulah yang namanya
Doktor Umar Said.

Pak Ginandjar adalah birokrat ulung yang sangat jeli memilih orang yang
akan mengelola birokrasi. Pak Ginandjar paham betul tugas dan fungsi
birokrasi. Seperti semua konsep yang masuk meja beliau dibaca dengan
seksama. Salah satu tugas Pak Umar adalah membuat draft untuk
dibaca Pak Ginandjar. Pernah, Pak Umar mengirim draft tebal sekitar jam
Maghrib, dan jam 10 malam draft sudah turun keluar dengan koreksian
coret-coretan Pak Ginandjar. Hebatnya, Pak Ginandjar mampu membuat
sinkron tema demi tema, konsep demi konsep. Dengan “selera” Pak
Ginandjar yang setinggi itu, maka yang pas sebagai Kepala Biro adalah
Pak Umar Said. Terlihat Pak Ginandjar memilih orang tidak sembarangan,
orang dengan kualifikasi setinggi Pak Umar.

Pak Ginandjar seperti ayahandanya Husen Kartasasmita yang penuh


pengabidan kepada Negara. Pak Ginandjar merombak Departemen

| 82 |
Pertambangan dan Energi dari departemen yang sangat tertutup menjadi
lebih terbuka. Pak Ginandjar membawa nuansa baru di pemerintahan
yaitu reformasi birokrasi. Perubahan tatanan dari kerja birokrasi yang
awalnya agak lamban menjadi lebih cepat.

Reformasi birokrasi ini tercermin dari cara kerja Pak Umar Said memimpin
Biro Perencanaan. Pak Umar cepat dalam mengambil keputusan, tidak
dilama-lama. Setiap rapat berlangsung efektif, antara 10 hingga 20 menit
rapat selesai dengan taktis. Rapat dibuka Pak Umar, ditanyakan siapa
saja yang hadir, apa agenda yang hendak dibahas, kemudian membagi
pekerjaan kepada yang hadir rapat sebagai penugasan. Pada rapat
selanjutnya dibahas kemajuan dan evaluasi dari penugasan-penugasan
tersebut.

Gaya rapat ini tidak hanya berlaku untuk pegawai internal Biro, tetapi
juga untuk rapat-rapat yang melibatkan pihak eksternal. Seperti ketika
mengumpulkan pimpinan proyek dari seluruh Indonesia, Pak Umar Said
tetap bisa menyelenggarakan rapat dengan efektif. Tidak berlama-lama
dalam rapat, dan cepat mengambil keputusan. Membagi pekerjaan
untuk setiap wilayah kerja pimpinan proyek tersebut. Karakter Pak
Umar, jika beliau yakin terhadap suatu keputusan, beliau cepat ambil
keputusan, anak buah dibawah menjadi tidak ragu melakukan pekerjaan
yang diputuskan Pak Umar Said.

Pak Zen menghormati dan mengagumi, Pak Umar Said karena dalam
kesehariannya Pak Umar adalah seorang pekerja keras, jujur, sederhana,
tegas, punya integritas, dan setia kawannya tinggi. Kualitas istimewa yang
berhimpun pada satu orang Umar Said.

Contoh kejujuran Pak Umar Said, jika perjalanan dinas ke Bandung


satu hari, maka beliau hanya satu hari ke Bandung. Konsisten dan jujur,
apa yang beliau katakan itulah yang beliau lakukan. Untuk penugasan
perjalanan dinas, jika anak buahnya bisa menangani ke daerah, maka
beliau belum turun dan tetap ada di kantor. Beliau juga makan siang di
kantor, tidak menggunakan jam kantor untuk keluyuran atau kepentingan
tidak jelas di luar kantor.

| 83 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Sementara itu birokrat yang ‘melanggar’ beliau didik dengan sikap


beliau, keteladanan beliau, orang akhirnya malu sendiri. Beliau akan
mengapresiasi orang yang mau bekerja. Yang beliau pegang adalah
kejujuran orang. Sekali berbohong kepada beliau maka habislah sudah.
Beliau tidak mau mengganggu orang-orang yang kerap melanggar aturan,
tetapi beliau didik saja dengan sikap beliau. Misalnya saja, birokrat yang
memakai perjalanan dinas dengan tidak benar, maka beliau tidak akan
mau berangkat dengan orang tersebut.

Jika Pak Umar menugaskan pegawai untuk kunjungan ke daerah, maka


sepulangnya disuruh presentasi kondisi yang terjadi di daerah itu. Pak
Umar tidak main-main, beliau mencontohkan dirinya sendiri. Contohnya
sewaktu Pak Zen ada kunjungan kerja ke Aceh, maka Pak Umar meminta
pertanggung-jawaban, diberikan laporan secara tertulis untuk beliau dan
presentasi untuk orang banyak.

Pak Umar Said adalah seorang pemimpin yang tegas. Salah satu contoh
ketegasan Pak Umar, dulu waktu pembangunan listrik pedesaan, beliau
kumpulkan pimpinan proyek di seluruh Indonesia, beliau tanyakan desa
mana saja yang belum masuk listrik. Beliau meminta pimpinan proyek
untuk memasukkan ke dalam daftar isian proyek saat itu juga, untuk
bisa Pak Umar proses ke Bappenas selekasnya. Pak Umar juga tidak
menaruh kepentingan pribadi sedikitpun dalam pekerjaan, sehingga
tidak mempunyai beban dalam mengambil keputusan-keputusan.

Kecepatan Pak Umar dalam mengenali persoalan dan mengambil


keputusan, serta ketegasan beliau dalam tindakan-tindakannya, adalah
karena Pak Umar selalu belajar. Beliau seolah tidak kelihatan baca koran,
pantang liat orang baca koran di kantor saat jam bekerja. Pantang juga
lihat orang tidak belajar. Tapi beliau adalah pemburu informasi, tidak
pernah ketinggalan informasi.

Dalam memimpin pekerjaan, staf diberi kelonggaran berpikir dahulu,


menuangkan kemampuannya, nanti beliau bimbing. Apa yang bisa
dilakukan seorang pegawai, apa yang bisa diberikan pegawai itu untuk
berkembang, walaupun pegawai di tingkat bawah. Beliau acak memanggil,
“tolong sebentar sini, kamu bisa bikin ini?” Dengan demikian Pak Umar

| 84 |
mengetahui kemampuan dan kinerja pegawai-pegawainya. Letih itu
tidak terasa. Beliau datang ke ruangan tanpa menganggu anak buahnya,
beliau ketuk meja, “Ada yang sulit ga?”

Menurut Pak Zen, jaman kepemimpinan Pak Umar staf bekerja dengan
enjoy. Sebab setiap ada masalah selalu dicarikan jalan keluar. Pak Umar
memotivasi orang sekaligus menjadi teladan, sehingga orang tidak
terbebani, sebab ketulusannya terlihat untuk menyelesaikan pekerjaan.
Beliau membuka cakrawala orang, memberikan pandangan dan
pendidikan. Pak Zen sendiri belajar aplikasi WordStar dari Pak Umar.

Kerendahan hati beliau meminta tolong orang untuk membantu beliau.


Kalau untuk pekerjaan, beliau sudah kebayang minta tolong ke siapa.
Dan kalau Pak Umar sudah minta tolong, maka staf bisa pulang pagi
dengan beliau. Kalau minta tolong itu seolah tidak ada batas waktunya,
harus sampai selesai. Pada saat yang sama, penghargaan beliau ke
anak buah luar biasa lebih dari menghargai dirinya. Tamu-tamu dari
daerah itu, kadang-kadang menaruh amplop untuk beliau. Oleh Pak
Umar Said amplop-amplop dari mana-mana ditaruh di atas meja, tidak
dibawa pulang. Nanti, pegawai-pegawai yang kerja lembur sampai malam
dipanggil. Disuruh mengambil amplop tersebut terserah saja, disuruh
ambil sendiri. Jadi beliau tidak pernah tahu isi amplop-amplop tersebut.
Kadang-kadang pesuruh kantor terkejut senang karena mendapat
amplop lebih banyak.

Dalam kacamata Pak Zen, Pak Umar adalah sosok birokrat yang akademis.
Perjalanan beliau memahami birokrasi beliau gabung dengan perjalanan
beliau memahami akademik. Beliau memimpin birokrat dengan cara
seperti itu. Sehingga cepat berpikir dan mengambil keputusan.

Diceritakan Pak Zen, dulu ada rapat konsultasi pembangunan nasional


di Bappenas yang dihadiri ketua-ketua Bappeda seluruh Indonesia. Yang
memimpin rapat konsultasi biasanya satu diantara dua orang, kalau
tidak Pak Ginandjar, lainnya adalah Pak Rahardi Ramelan. Pada masa itu,
terlihat hebatnya Pak Harto dalam memilih pejabat negara. Ketua-ketua
Bappeda dipilih rata-rata profesor dari perguruan tinggi lokal. Maka staf
Biro Perencanaan juga harus maju menghadapi pertanyaan-pertanyaan

| 85 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

dari ketua Bappeda daerah. Kebiasaan Pak Umar adalah duduk di


belakang, dan yang maju bicara di depan adalah stafnya. Tanya-jawab
yang kadang berlangsung sengit dan alot. Pak Umar tidak banyak
menjawab, stafnya dilatih untuk bisa menjawab. Dan apabila staf yang di
depan kesulitan, beliau mengirim memo jawaban dari belakang. Tetapi
jika ada pertanyaan kebijakan tingkat tinggi yang sulit dijawab oleh staf,
maka dari belakang beliau pencet microphone dengan menyebut nama
Umar Said, tidak pernah menyebut Departemen Pertambangan dan
Energi, hanya Umar Said. Beliau menjawab dengan ringkas dan akurat.
Seusai rapat Pak Umar berujar, “Orang itu dulu seperti kamu, bedanya
belajarnya ga terputus sehingga jadi profesor, makanya jangan cepat
puas, belajar terus.”

Beliau adalah pejabat yang setiap surat dibaca, apapun dikomentari,


ditindaklanjuti. Ada kisah, sebelum rapat dengar dengan DPR staf Biro
Perencanaan dikirimi pertanyaan dulu oleh DPR, lebih banyak pertanyaan
politis daripada substansi. Beliau baca dulu pertanyaannya kemudian staf
dikumpulkan, apabila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh staf
akan beliau kosongkan dulu. Yang kosong beliau sendiri yang menulis,
dengan bahasa yang ringkas tapi tajam. Beliau adalah birokrat yang
paham dengan bahasa. Kalau ada kata yang tidak dipahami beliau akan
buka kamus.

Suatu kali, Pak Zen diminta memeriksa draft tulisan Pak Umar, pada
kalimat penutup “Kalau seandainya terjadi kesalahan akan dirubah
sebagaimana mestinya di kemudian hari.” Kata “rubah” itu dilingkari
oleh Pak Zen dengan tanda panah keatas diberi komentar “binatang”.
Maksud Pak Zen rubah itu binatang, bukan yang nulis draft yang
dimaksud binatang. Serta merta Pak Zen dipanggil oleh Pak Umar untuk
menjelaskan maksud komentar binatang tersebut. Pak Zen memberi
argumen kepada beliau bahwa rubah adalah nama binatang, seharusnya
bukan dirubah tapi diubah. Pak Umar menjawab, “Ah selama ini begitu.”
Maka Pak Zen mengambilkan kamus Bahasa Indonesia, menunjukkan
yang benar adalah diubah. Beliau diam, diamati serius, Pak Umar kalau
mengamati itu serius.

| 86 |
Dengan berkelakar, Pak Zen mengatakan, “Dulu SD nya negeri loh Pak
Umar, dapat pelajaran Bahasa Indonesianya juga sesuai kamus.” Sejak
itu timbul kelakar yang dipopulerkan Pak Umar, “Kepala bagian yang
tidak bisa Bahasa Indonesia itu SD nya ga negeri.” Kepada semua
Kepala Bagian dipesankan agar konsep surat diminta diperhatikan
dengan benar.

Menurut Pak Zen, kalau staf dimarahi Pak Umar, maka marah beliau itu
membentuk pola kerja yang baru, yang lebih baik. Ibarat tukang kayu,
untuk menghaluskan kayu itu dengan diserut. Ya seperti itulah beliau.
Pernah, suatu kali Pak Zen diminta Pak Umar membuat draft tulisan. Pak
Zen menunggu-nunggu komentar dari beliau. Begitu muncul Pak Umar,
“kurangi sedikit. kurangi bodomu itu, biar yang muncul pinternya.”

Tapi bagi orang yang pernah dimarahi Pak Umar tidak timbul atau
menyimpan jengkel. Marahnya Pak Umar akumulatif, bukan sekali
langsung nembak marah-marah. Beliau melihat perkembangan
perbaikannya. Beliau lihat orang merokok di kantor marah. Waktu itu
Pak Zen foto kopi bawa rokok. Lihat Pak Umar Said datang maka rokok
ditaruh belakang punggung Pak Zen. Pak Umar menegur, “Zen disini
jangan merokok, ini saya ganti rokokmu.” Beliau keluarkan uang 1000
padahal waktu itu rokok 600 sebungkus, “Nanti merokok di ruangan
lain ya, jangan disini, disini ga merokok.”

Pak Umar melarang merokok dalam waktu bekerja, karena prinsipnya


jangan satu pekerjaan terganggu oleh pekerjaan lain, harus konsentrasi.
Inginnya beliau sesuatu berjalan lurus tanpa gangguan. Kalau orang
merokok dalam ruangan, barangkali ada temannya lain yang tidak
merokok terganggu. Orang merokok kadang berhenti bekerja, malah
banyak waktu merokoknya daripada bekerjanya. Di mata Pak Zen, Pak
Umar itu orangnya sederhana, bersih, dan tegas. Beliau marah ke orang
yang tidak jujur atau tidak disiplin dan tidak bertanggung jawab.

Dalam ingatan Pak Zen, Pak Umar Said itu kalau minta tolong orang,
keringatnya belum kering sudah beliau bayar duluan. Pak Umar tidak
cuek melihat stafnya lembur, tidak diam-diam saja. Beliau keliling dari

| 87 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

ruangannya hingga ruang-ruang ujung. Kalau masih ada orang lembur


beliau tidak pulang. Atau beliau bertanya, “Masih perlu saya tidak disini?
Ya udah kalau ga perlu saya pulang ya.”

Pak Zen juga mengingat Pak Umar dengan selera humornya yang
tinggi, kalau bercanda kena dan lucu. Contohnya, pernah dulu PLN di
Indonesia timur akan memasang listrik di NTT. Pimpinan proyeknya dari
pembangkit Jawa dan Bali. Jadi pengadaan tiang beton yang besar-besar
itu dari Jawa Timur. Ketika dipanggil rapat pencapaian target oleh Pak
Umar Said, pimpinan proyek menjelaskan bahwa transportasi peralatan-
peralatan ke NTT itu harus melewati transportasi laut, ini yang agak
susah dan menyebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan. Pak Umar
Said komentar singkat,”Ingat ya menurut pemikiran kalian orang-orang
teknik, kalau tahun depan laut itu tidak akan pindah, tolong dihitung
dalam rencana proyek kalian.” Peserta tertawa seusai rapat. Begitulah
cara beliau mengingatkan, dengan sindiran yang humoris, tapi berdaya
sangat tajam.

Pak Umar adalah birokrat dengan ide-ide segar, inovasi layanan yang
baru dan bermanfaat. Dulu, ide ruang aduan publik untuk layanan
pemerintah itu ide Pak Umar. Setiap Departemen Pertambangan
dan Energi di setiap provinsi itu harus membuat ruangan informasi,
jangan sampai masyarakat tidak terlayani. Untuk pengaduan PLN dan
berbagai layanan masyarakat. Pembangunan PLTA, microhydro itu juga
berlangsung pada jaman beliau. Kegiatan berlangsung rapi karena beliau
perintahkan untuk berkoordinasi dengan orang-orang yang terlibat sejak
awal melangkah, sejak awal proyek dijalankan. Jangan sampai ketika
sudah jalan nantinya tersandung oleh orang-orang yang tidak dilibatkan.
Kalau tidak pandai berpikir, pandailah bergaul, demikian ajaran beliau
kepada anak buahnya.

Secara hubungan struktural vertikal Pak Umar adalah seorang staf yang
loyal kepada atasan, taat kepada asas, dan patuh kepada hukum. Sesuatu
yang dikerjakan dilihat dasarnya dulu, jangan sampai salah berpandangan
nantinya. Karena peraturan yang menjadi dasar itu bagi beliau adalah
kekuatan, pijakan untuk melangkah. Dengan ketaatan kepada aturan,
maka jika seorang Umar Said sudah mengambil keputusan sulit diubah,
| 88 |
karena landasan hukumnya kuat. Beliau loyal kepada atasan sepanjang
berjalan dari koridor yang benar. Demikian pula kesetiakawanannya
terlihat manakala Pak Umar membela Pak Kuntoro pada kasus Busang
tempo dulu. Demikian pula ketika Pak Rachmat terkena masalah, maka
Pak Umar juga membantu.

Terakhir, berikut ucapan Pak Umar sebagai seorang birokrat yang tidak
pernah Pak Zen dengar lagi dari birokrat lainnya, “Dulukan pekerjaan
rutin, nanti pekerjaan lain mengikuti. Karena rutin inilah pemerintahan
birokrasi yang sesungguhnya. Sampai di meja kerjakan, jangan nunggu-
nunggu.” Bagi Pak Zen, Pak Umar itu pertama kali menata diri, dirinya
yang dia tata, sebelum menata orang, leading by example, itulah yang
membuat orang segan sendiri. Segenap penghormatan takzim kepada
Bapak Umar Said yang telah memberikan keteladanan dalam bekerja,
berkarya, dan mengabdi kepada negara.

D. Pemimpin yang tegas dan sangat


memperhatikan bawahannya.
Setamat SMA, Pak Suratmin masuk Biro Perencanaan pada tahun 1994
sebagai tenaga honorer. Waktu itu Biro Perencanaan dipimpin oleh Pak
Umar Said. Dalam perasaan Pak Suratmin, Pak Umar Said ini selektif
dalam menerima pegawai. Sambil ngobrol-ngobrol beliau tanya-tanya,
“kamu bisa ini ndak?” Jadi secara implisit ngetes.

Kesan pertama terhadap Pak Umar adalah beliau ini tegas. Pak Umar
tidak suka orang membual, bicara macam-macam, pandai membuat
alasan. Bagi Pak Umar kalau bisa maka buktikan, sebaliknya kalau tidak
bisa lebih baik menyatakan tidak bisa.

Pak Suratmin sendiri pernah dua kali kena marah Pak Umar. Pertama,
dulu ketika masih berstatus honorer, seorang kolega kantor menyarankan
agar Pak Suratmin bicara menghadap Pak Umar mengenai status
honorernya, apakah ada kemungkinan untuk diangkat menjadi pegawai
tetap. Sebenarnya Pak Suratmin ragu-ragu dengan ide ini, koleganya

| 89 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

meyakinkan bahwa kelihatannya Pak Suratmin ‘spesial’ dekat dengan


Pak Umar. Padahal itu sebenarnya karena Pak Umar sering meminta
bantuan Pak Suratmin soal komputer.

Maka dengan tidak yakin Pak Suratmin menghadap Pak Umar, menyatakan
maksud tentang status pekerjaannya. Pak Umar memandang sambil
berkata, “jadi saya harus berbuat apa?” Sebaris kalimat saja sudah
membuat hati Pak Suratmin menjadi kecut karena merasa melakukan
kesalahan. Pak Umar adalah birokrat yang taat asas taat aturan, tidak
mungkin Pak Umar melakukan tindakan yang menyalahi prosedur.

Kesalahan kedua, sewaktu Pak Purnomo Yusgiantoro masih menjabat


penasehat Menteri Pertambangan dan Energi, Pak Suratmin disuruh
langsung oleh Pak Umar untuk mengirim komputer ke Pak Purnomo.
Pak Suratmin tidak segera mengirim karena atasannya menyampaikan
untuk tunda dulu nanti kalau sudah datang komputer-komputer yang
baru, bisa dikirim ke Pak Purnomo. Barangkali karena tidak datang-
datang komputer untuk Pak Purnomo, maka Pak Umar Said mendatangi
Pak Suratmin, “Ini banyak komputer disini kenapa ga dikirim, kamu
jangan main-main ya.” Akhirnya atasannya mendatangi Pak Umar
dan menjelaskan duduk perkaranya sehingga Pak Umar tahu itu bukan
kesalahan Pak Suratmin dan tidak marah lagi kepadanya.

Kesan lainnya yang sangat mendalam bagi semua staf beliau adalah
Pak Umar Said itu sangat memperhatikan bawahannya. Beliau kerap
keliling menanyakan, “kamu lagi ngerjain apa?” Staf yang rajin diberikan
tambahan-tambahan, diikutkan kegiatan-kegiatan yang ada insentifnya,
seperti Pak Suratmin dulu masih suka dipanggil jika ada kegiatan di
Dewan Komisaris Pertamina. Tunjangan operasional pribadi Pak Umar
dibagikan kepada staf. Beliau selalu perhatian kepada staf, yang lembur
kerap ditanya sudah makan apa belum. Beliau dengan ringannya
menggunakan uang pribadi membelikan makanan staf.

Begitu perhatiannya Pak Umar Said kepada bawahannya. Peristiwa ketika


Pak Suratmin menanyakan status kepegawaian dulu itu, dikemudian
hari ketika meninggalkan Biro Perencanaan untuk mengisi jabatan lain,

| 90 |
Pak Umar memanggil kepala bagian yang baru dan mengatakan, “ini
ada beberapa karyawan honorer, siapa yang ingin diangkat, tolong
diberikan lowongan kerjaan”.

Tidak hanya kesejahteraan, Pak Umar Said juga memperhatikan


pengembangan diri staf-stafnya. Pak Umar senang dengan orang yang
gemar belajar, meningkatkan kemampuan diri. Pak Umar senang dengan
Pak Suratmin barangkali karena Pak Suratmin secara otodidak semangat
untuk belajar aplikasi komputer waktu itu. Dulu Pak Umar suka bilang ke
staf Setjen Departemen Pertambangan dan Energi,”tuh belajar komputer
ke Suratmin.”

Hingga sekarang, Pak Suratmin merasa ada ganjalan, malu punya


‘utang’ ke Pak Umar. Suatu kali Pak Umar bertanya mengapa dia
tidak melanjutkan kuliah. Pak Suratmin menjawab karena faktor biaya.
Maka Pak Umar memintanya mencari informasi biaya kuliah di bidang
komputer. Dan Pak Umar pun memberikan bantuan untuk mendaftar.
Tetapi Pak Suratmin malu karena kuliah cuma satu tahun, kemudian cuti,
dan akhirnya tidak lanjut.

Pak Umar selalu ‘istimewa’ dalam hal-hal yang ditanganinya. Jaman


Pak Umar memimpin biro, komputer baru dipakai oleh staf bukan
oleh pimpinan, komputer dipakai oleh fungsi-fungsi pekerjaan yang
banyak menggunakan komputer. Peralatan-peralatan kerja lain juga
diprioritaskan untuk digunakan bekerja. Kemudian di Setjen Departemen
Pertambangan dan Energi, Pak Umarlah yang dulu menginisiasi perapian
sistem kepegawaian dengan menggunakan sistem informasi jaringan,
memakai LAN. Dulu masih jarang sekali yang memakai sistem informasi
untuk kepegawaian, tetapi Pak Umar sudah menyadari pentingannya
data pegawai yang rapi terdokumentasi dan mudah diakses.

Demikianlah meski Pak Umar tegas, tetapi anak buahnya mencintainya.


Pak Umar bukan orang yang menyimpan dendam kepada yang
dimarahinya. Dan yang dimarahin juga tidak dendam kepada Pak Umar.
Sebab kemarahannya karena memang ada kesalahan, bukan karena
sentimen atau nyinyir. Sampai sekarang jika ada undangan berkumpul

| 91 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

untuk reuni, maka akan kumpul semua. Meskipun bagi orang yang
belum begitu mengenal Pak Umar akan mendapat kesan “menakutkan”,
tetapi sebenarnya tidak, Pak Umar kocak, suka humor, dan yang sangat
berkesan Pak Umar memperhatikan bawahan, maka Pak Umar dicintai
oleh staf-stafnya, bahkan ketika sudah tidak menjadi pejabat lagi.

E. Konseptor sekaligus Eksekutor


Pak Maizar Rahman dan Pak Bangun Harahap adalah junior Pak Umar
Said di LEMIGAS dan di Departemen Pertambangan dan Energi. Bagi
beliau berdua, Pak Umar Said adalah sosok yang mempunyai kekuatan
akademis, dalam arti mumpuni di bidangnya yaitu ekonomi energi.
Dengan kekuatan dan latar belakang akademis itulah Pak Umar dapat
mengidentifikasi persoalan-persoalan di bidangnya dan jitu memberikan
solusi. Sehingga ketika Pak Umar menjadi perumus kebijakan, maka
keputusan yang dihasilkan didasari oleh perhitungan dan pertimbangan
yang solid.

Pak Umar Said juga seorang yang tegas, lurus karena tidak memasukkan
kepentingan pribadi ke dalam agenda pekerjaan. Meski tegas, Pak
Umar tidak dibenci, sebaliknya menumbuhkan rasa segan. Segan jika
melakukan perbuatan tidak benar, segan jika tidak memenuhi tugas
yang diberikan Pak Umar. Di organisasi manapun beliau berkarya, akan
menumbuhkan penghormatan dan disegani. Ketika menjadi komisaris
Pertamina, beliau juga disegani direksi Pertamina. Beliau menjadi orang
yang dapat dipercaya dan diandalkan, dapat dipercaya karena tidak
ada kepentingan pribadi dalam pekerjaannya, tidak mengambil fasilitas
dengan memanfaatkan posisi.

Seorang birokrat yang mempunyai kemampuan visioner, merumuskan


masalah, sekaligus sebagai eksekutornya. Jika suatu keputusan perlu
ditindaklanjuti, maka beliau dengan ringan dapat langsung ke lapangan
mengerjakan tugas paling teknis sekalipun. Visioner dan eksekutor, ini
kombinasi yang langka yang terdapat dalam satu orang.

| 92 |
Jejak Langkah V
Penutup

Mereka yang
Mengubah Hidup
Umar

A. Keluarga: Ibunda, Paman Narpo, dan Kakak


Udiarti
Di luar orangtua kandung, terutama ibu Umar, ada beberapa orang yang
berjasa dan telah mengubah jalan hidupnya. Praktis Umar hanya diasuh
sang ibu, karena ayahnya sudah berpulang saat Umar berumur 5 tahun.
Ibunya harus mengurus anak-anak sekaligus mencari nafkah. Mereka
semua miskin. Rasanya memang saat itu, 1945-1960, kebanyakan
keluarga kondisinya miskin.

Umar Said menggambarkan ibunya dalam satu kata wonderful. Semasa


Umar masih kecil, ibundanya kerap menceritakan tentang Dewaruci.
Kisah Dewaruci bertutur tentang tokoh Bima (atau dikenal juga
dengan Bratasena) yang memiliki seorang guru bernama Resi Durna .
Diceritakan bahwa suatu hari Bima, bertanya kepada gurunya apakah

| 93 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Tuhan benar ada dan kalau ada dimana kedudukannya. Resi terkejut
mendengar pertanyaan itu, tetapi sekaligus melihat kesempatan untuk
menghilangkan Bima selamanya, agar nantinya Bima tidak ikut perang
Baratayuda. Bima ditakuti karena akan memenangkan perang itu. Sang
Guru mengatakan bahwa kedudukan ada di dalam sarangnya angin
yang ada di atas gunung. Resi menyuruh Bima pergi mencari Tuhan ke
sana. Resi Durna tahu sarang angin itu tidak ada dan gunung itu penuh
bahaya. Ketaatan Bima sebagai seorang murid, menjalankan perintah
guru dan menempuh bahaya mencari sarang angin. Pohon besar telah
dicabuti tetapi tidak ada sarang angin disana. Bima kembali kepada Resi
Durna untuk melaporkan bahwa gagal menemukan sarang angin. Resi
Durna pun memerintahkan Bima untuk menuju samudra demi menemui
Tuhan. Semua kerabat Bima sudah melarang dan memperingatkan
bahwa itu hanyalah jebakan saja. Namun Bima tetap bertekad pergi,
bahkan jika menemui kebinasaan pun dia siap, sebab Bima memiliki
keyakinan bahwa semua kejadian sudah ada yang mengaturnya. 

Sesampai di laut, Bima mengatur segala emosi, ragu, takut dalam dirinya.
Dengan kesaktian aji Jalasegara yang didapatnya dari Batara Bayu, Bima
menyibak air dan sanggup bernafas dalam air. Bima dihadang naga sakti,
Bima mengeluarkan kuku Pancanaka sehingga naga binasa. Akhirnya Bima
bertemu dengan sosok mini, kecil, yang berwajah serupa persis dengan
Bima sendiri, itulah sosok Dewaruci. Dewaruci meminta Bima masuk
ke telinga Dewaruci. Dengan sangat ragu bagaimana Bima yang besar
bisa masuk ke telinga mahluk kecil itu. Akhirnya Bima memang masuk
ke telinga Dewaruci dan terjadilah dialog antara Bima dengan Dewaruci
tentang ketuhanan, tentang perilaku baik, dll. Kisah ini diceritakan oleh
ibunda Umar berulang-ulang, bahwa pada hakikatnya Tuhan itu ada di
dalam dada manusia, dia ada di dalam diri manusia sendiri, di dalam diri
Umar Said. Maka dimanapun, kapanpun, bersikaplah jujur. Sebab disana,
di dalam dada ada Tuhan yang senantiasa mengawasi dan menyertai.
Ajaran ibunda melalui kisah Bima mencari Tuhan ini melekat dalam pikir
dan laku Umar Said. Sehingga integritas diri, kejujuran, menjadi bagian
yang melekat dalam kepribadian Umar Said.

| 94 |
Paman Umar adalah salah seorang yang berjasa dalam perjalanan
hidup Umar. Namanya Bapak Narpowiyono. Dia adalah adik ayahanda
Umar. Pak Narpo, begitu beliau dipanggil oleh teman-temannya, adalah
seorang mantri kesehatan dari Dinas Kesehatan Daerah, ditempatkan di
kecamatan di manapun, di sekitar Solo, ada penyakit menular. Jadi beliau
selalu pindah-pindah. Beliau tidak mempunyai keturunan. Setelah tamat
Sekolah Rakyat (sekarang SD), oleh ibu, Umar dititipkan kepadanya. Titip
anak ke famili adalah lumrah saat itu.

Karena Pak Narpo adalah seorang pegawai negeri sipil, otomatis dia
anggota PNI. Memang begitu budaya politik saat itu. Beliau secara tidak
langsung mengajarkan pikiran Bung Karno kepada Umar. Pemikiran yang
kemudian menjadi haram selama Orde Baru dan mulai dihidupkan
kembali di masa reformasi. Beliau sering membawa buku tentang pikiran
Bung Karno, tentang kaum Marhaen yang serba kecil. Umar sering ikut
membacanya.

Jika saja Umar tidak dititipkan kepada Pak Narpo, mungkin Umar tidak
bisa melanjutkan sekolah dan tidak menamatkan SMP dan SMA. Setamat
SMA, Umar ikut kakak kandung yaitu Udiarti dan suaminya Sutarso.
Mereka adalah guru, pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mereka ditempatkan di Jakarta. Sutarso bekerja keras. Pagi sampai siang
dia mengajar dan malam hari sekolah di UI. Untuk mobilitasnya, dia
membeli sepeda motor tua merk Jawa. Sepeda motor memang sudah
tua jadi sering harus dibongkar dan dibetulkan. Itu dilakukan sendiri
oleh Sutarso di hari Minggu. Semangatnya untuk menambah ilmu dan
bekerja membuat Umar malu ikut dia. Umar tidak sekolah dan juga tidak
bekerja.

Udiarti, kakak perempuan Umar, dari sejak Umar masih duduk di bangku
di Sekolah Rakyat, sudah mendorong Umar untuk membaca buku.
Mungkin karena dia guru. Karena dorongan itu, Umar menjadi gemar
membaca. Banyak buku cerita saat itu, seperti Tom Sawyer, Huckelberry
Fin, Di Sudut-Sudut Balkan, Layar Terkembang, Malin Kundang dan
banyak lagi sudah Umar baca semua. Padahal ia belum tamat kelas 6.
Semua buku itu milik perpustakaan Jawatan Penerangan yang ada di

| 95 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Ungaran, tempat tinggal Umar. Kebiasaan membaca itu terus berlanjut


sampai saat ini. Dari dulu Umar selalu bangun selama 2-3 jam tengah
malam untuk membaca. Apa saja ia baca. Kebiasaan membaca malam
hari itu terhenti saat Umar menjadi Kepala Biro Perencanaan Departemen
Pertambangan dan Energi, karena begitu banyak pekerjaan diberikan
oleh Pak Ginandjar, selaku Menteri Pertambangan dan Energi saat itu.
Setelah pergantian kabinet, Umar menjabat sebagai Sekjen Departemen.
Waktu yang 2-3 jam di malam hari itu juga tidak dapat Umar pakai
untuk membaca, karena tersita seluruhnya untuk menyelesaikan tugas
administrasi dan membaca surat serta laporan. Kebiasaan membaca
kembali dapat ia nikmati setelah pensiun.

Waktu Umar menjadi mahasiswa, kebiasaan membaca itu sangat


menolong. Untuk beberapa mata pelajaran, Umar berada di depan
rencana pelajaran. Jadi baginya, kuliah untuk pelajaran itu hanyalah
konfirmasi mengenai apa yang sudah ia baca sebelumnya. Mata kuliah
S1 di Soviet terprogram dengan disiplin tinggi. Jadi jelas apa yang
akan diajarkan pada setiap semester dan apa bukunya. Karena Umar
membaca buku, ia sering mengajari kawan kuliah yang ketinggalan di
sana sini. Ternyata membantu kawan itu sangat menolong Umar sendiri.
Dia menjadi hafal substansinya. Bahkan ada juga kawan dari negara lain
yang belajar kepadanya.

Umar aktif di kepengurusan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) cabang


Baku Azerbaijan. Umar sebenarnya tahu bahwa Pak Rektor kurang suka
jika Umar aktif di PPI, tetapi tidak bisa melarang. Pak Rektor mau Umar
fokus belajar saja.

Di samping jabatannya sebagai rektor, beliau mengajar instrumentasi


dan kontrol. Pada saat itu ada alat kontrol baru yang merupakan
kebanggaan beliau. Mungkin karena beliau ikut menciptakannya. Pak
Rektor menjelaskan secara cepat cara kerja alat itu, tetapi penjelasan itu
sangat kurang menurut Umar. Tidak tahu mengapa, tetapi Umar merasa
pada pertemuan berikutnya Pak Rektor akan menyuruh Umar maju ke
depan kelas dan menjelaskan cara kerja alat baru itu.

| 96 |
Umar tahu alat baru itu sudah dipasang di laboratorium instrumentasi.
Maka, ia pun pergi ke sana dan mempelajarinya dengan mendalam.
Uraiannya ia baca dengan sungguh-sungguh. Dihafalkannya gambar
beserta deskripsinya. Dugaan Umar ternyata benar. Pada pertemuan
kelas berikutnya, Pak Rektor langsung menunjuknya untuk maju ke depan
kelas dan menjelaskan cara kerja alat baru itu. Karena sudah ia hafalkan,
dengan penuh percaya diri, Umar menggambar alat itu di papan tulis
dan dijelaskannya pula cara kerjanya dengan rinci. Umar sendiri heran,
kok dirinya bisa hafal? Ia yakin Pak Rektor juga heran, bagaimana Umar
bisa hafal sedetail itu. Sejak itu, Pak Rektor tidak keberatan lagi Umar aktif
di PPI. Mereka makin saling menghormati. Apalagi beliau makin paham
bahwa PPI bukan organisasi anti pemerintah Soviet maupun pro-Barat.
Dalam sistem Soviet, seorang rektor haruslah cendekiawan dan kader
partai. Saat itu, di Baku, hanya mahasiswa Indonesia yang mempunyai
organisasi formal. Jadi kegiatan PPI selalu menarik perhatian Rektor dan
para pembantunya. Kebiasaan membaca ternyata telah menyelamatkan
Umar dan PPI. Umar merasa berterima kasih sekali atas dorongan Udiarti
untuk rajin membaca.

B. Pak Jack West


Sebelum belajar ke Soviet, saat sekolah di Pendidikan Ahli Minyak (PAM)
di Plaju, Umar berkesempatan mengenal Jack West, kepala asrama PAM
Plaju. Lelaki keturunan Cina-Belanda itu juga seniman lukis. Istri Pak Wes
seorang perempuan Belanda. Lewat Pak West lah, Umar belajar untuk
tidak merasa rendah diri di hadapan bangsa Eropa. Saat itu di kilang
Plaju dan Sungai Gerong masih banyak orang Belanda, Inggris, Amerika,
dan orang-orang hitam yang menjadi staf. Pak West telah mengubah
pandangan Umar mengenai orang Barat. Dan berkat ajaran Pak West
pula, Umar menjadi orang yang lebih percaya diri yang sangat membantu
dalam hidup dan pekerjaan Umar selanjutnya.

| 97 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

C. Pak Syarief Lubis


Pada tahun 1961 setelah tamat PAM, Umar bertemu dengan Pak Syarief
Lubis yang merupakan seorang insinyur kimia teknik dari ITB. Pak Lubis
adalah salah satu pegawai Biro Minyak yang mencetuskan pemikiran
untuk membangun pendidikan dan penelitian minyak di Indonesia.
Beliau yang mengurus pemberangkatan pemuda-pemuda Indonesia
tamatan SMA untuk belajar ke Soviet. Lamaran Umar diterima beliau
karena ia mempunyai ijazah Pendidikan Ahli Minyak (PAM). Seandainya
beliau tidak mengenal PAM dan seandainya saat itu Umar bertemu
pejabat lain, belum tentu Umar diterima menjadi salah satu mahasiswa
Indonesia yang dikirim. Jalan hidupnya pasti berbeda. Pak Lubis telah
mengubah jalan hidupnya.

Sumber: 40 TahunPada
LEMIGAS Mengabdi
awal kepemimpinan Ir. Sjarif A. Loebis jumlah karyawan
masih berjumlah tidak lebih dari 100 orang
Gambar 21. Bapak Syarif Lubis
dikirim pada tahun 1962, serta sarjana/pascasarjana dari Jerman dan negara-negara
Tahun
lain. 1967, setelah
Sarjana-sarjana yang tamat dari sebagai
baru diterima pendidikan minyak
pegawai, di perguruan
baik dari Soviet, Umar
tinggi
di dalam negeri maupun dari universitas luar negeri ditempatkan
bertemu lagi dengan Pak Lubis karena beliau sudah menjadi untuk memulai
Kepala
kariernya di Cepu. Mereka ditugaskan di lapangan-lapangan dan kilang minyak dan
LEMIGAS.tenaga
menjadi Lembaga itu pada
pengajar memang sudahdan
Akamigas beliau perjuangkan
kursus-kursus lain lama.
yang
Tugas yang beliau
diselenggarakan emban
di Pusdik Migassebenarnya
Cepu. berat: membangun lembaga
perminyakan yang bertugas
Bersamaan dengan itu LEMIGASmelakukan penelitian,
segera melakukan pendidikan
perubahan dan
besar untuk
membuat kilang minyak Cepu dan lapangan-lapangan minyak di sekitarnya, seperti
menyediakan
Lapangan informasi
Kawengan, bidangdanminyak.
Ledok, Nglobo SemanggiBarangkali kekuatan
menjadi sarana pendidikanyang
dan
mendukung
pelatihan keberhasilan
lapangan. Daerah CepuPakmemang
Lubis melaksanakan penugasan
terletak di tengah-tengah tersebut
suatu cekungan
sedimentasi (Cekungan Jawa Timur Utara) dengan data geologi yang tersingkap
ada tiga.
baik, mudah Pertama,
dijangkau,membangun penelitian
dan dapat dihayati dan pendidikan
dan dijelaskan migas
dengan mudah. yang
Demikian
sudah
juga lama penambangan
terdapat ia cita-citakan.minyak
Jadi, beliau melaksanakan
tradisional di Wonocolo, pekerjaan ini pun
termasuk cara-cara
pengolahan dan perdagangannya, adanya singkapan batuan reservoir minyak dan
gas, singkapan batuan induk dan berbagai struktur geologi dan patahan yang
tersingkap dengan baik, semuanya |merupakan98 | peraga pendidikan dan pelatihan
yang baik.
Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) didirikan di Cepu berdasarkan Surat
dengan senang hati. Kedua, dukungan pemerintah yang sangat kuat
dan sangat jelas, terutama dari Pak Ibnu Sutowo, yang juga ingin agar
kegiatan minyak dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Ketiga, Pak
Lubis mempunyai cara menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan
kekuatan dan kemampuan bersama, sehingga segala hal menjadi lebih
ringan dan tidak dipikul sendirian.

Meskipun dukungan Pak Ibnu kuat, tetapi antara Pak Lubis dan Pak Ibnu
ada banyak pejabat yang bisa jadi juga ingin mendapat penugasan seperti
Pak Lubis. Jadi tidak mudah. Pak Lubis juga senang kalau orang-orang
disekitarnya menjadi problem solver. Beliau berusaha keras agar Umar
dan teman-temannya bisa belajar dari para ahli. Saat itu, Pertamina dan
LEMIGAS sangat erat bekerja sama, karena Pak Ibnu pernah menjadi Dirut
Permina selama satu periode dan juga juga menjabat sebagai Direktur
Jenderal Migas, lalu akhirnya menjadi Menteri. Sebagai catatan, tahun
1971 PN Permina digabung dengan PN Pertamin menjadi Pertamina,
kemudian tahun 2003 berubah lagi menjadi PT. Pertamina (Persero).

Pak Lubis mengirim Umar sekolah ke Paris. Hasil pendidikan Umar di


Paris sangat berguna baginya dalam membantu pemerintah melalui
Pak Wijarso dan Pak Ginandjar Kartasasmita dalam menyelesaikan
berbagai kebijakan migas dan energi nasional. Peran Umar lebih banyak
membantu menyiapkan konsep, menghitung, dan lain-lain.

Pak Lubis sering memanggil Umar dan rekan-rekannya untuk


mendiskusikan berbagai tugas dan cara menyelesaikannya. Dari situ,
Umar berkesimpulan bahwa Pak Lubis suka menggunakan kekuatan
bersama untuk bekerja. Dalam diskusi-diskusi tersebut Pak Lubis sangat
demokratis, tidak bersikap bossy dan sok berkuasa. Umar dan rekan-
rekannya menjadi bebas menyampaikan pendapat. Mereka sangat
menikmati suasana itu dan banyak belajar dalam hal problem solving.
Saat itu komputer belum ada, teknik modeling belum ada. Bahkan
kalkulator elektronik pun belum ada. Semua dihitung dengan mesin
hitung putar. Mereka, para insinyur masih membawa slide rule.

| 99 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

D. Pak Wijarso
Di LEMIGAS, Umar mendapat tugas bidang tekno ekonomi migas. Ia
harus banyak membantu Direktorat Jenderal Migas. Malahan kegiatan
Umar lebih banyak untuk kepentingan pemerintah dibandingkan untuk
kepentingan LEMIGAS sendiri. Tetapi itu memang fungsi LEMIGAS. Suatu
hari, Pak Dirjen Migas yakni Pak Wijarso, merencanakan untuk membuat
makalah yang memaparkan keadaan energi Indonesia. Beliau akan
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan energi Indonesia terlalu
tergantung pada minyak. Ini tidak baik, karena pada saat itu, fungsi minyak
adalah untuk membiayai pembangunan sektor lain. Beliau mencari staf
yang bisa membantu beliau dengan angka dan penghitungan.

Pak Widartomo, salah satu Kepala Sub Direktorat di Ditjen Migas


menyodorkan nama Umar kepada Pak Wijarso. Karena membantu Pak
Dirjen, Umar mendapat akses sangat mudah ke beliau, umumnya setelah
jam kantor. Umar bertugas mencari data dan membuat penghitungan.
Energi dari berbagai sumber, harus bisa dijumlahkan dan dihitung peran
masing-masing. Energi yang ada di statistik harus dinyatakan dalam satuan
yang sama. Karena Umar insinyur, jadi jumlah energi harus dinyatakan
dalam kilo kalori. Tetapi bagi Pak Dirjen, meskipun beliau juga insinyur,
kilo kalori tidak mempunyai makna sama sekali dalam kebijakan energi.
Beliau tidak bisa merasakan bagaimana hubungan kilo kalori dengan
APBN. Beliau mau semua energi dinyatakan dengan berapa barel
minyak. Dari situlah muncul untuk pertama kali, setidaknya di Indonesia,
istilah satuan SBM (Setara Barel Minyak) untuk menyatakan jumlah
energi. Di negara lain, satuan energi adalah ton setara batubara atau
ton coal equivalent – TCE. Satuan itu sudah lumrah dipakai. Seandainya
Pak Wijarso bukan dirjen yang mengurusi minyak dan seandainya APBN
tidak tergantung pada minyak tetapi pada batubara, barangkali TSB atau
TCE yang akan dipakai sebagai satuan energi di Indonesia.

| 100 |
Sumber: 40 Tahun
Direktur LEMIGAS
Jenderal MinyakMengabdi
dan Gas Bumi Ir. Wijarso tampak menandatangani penyaksian
serah terima para siswa dari PT. Arun dan PT. Badak yang telah mengikuti pendidikan di
Gambar 22. Direktur Jenderal Minyak dan
Pusdik Gas Bumi Ir. Wijarso
Migas-LEMIGAS, Cepuyang menandatangani dokumen

Umar kagum pada Pak Wijarso karena, tidak seperti pejabat lain, beliau
selalu melakukan penghitungan rinci sendiri untuk mendukung seluruh
pemikirannya. Beliau masih memegang slide rule. Maka wajar jika
pejabat lain kalau berdebat soal energi dengan pak Wijarso banyak yang
kalah. Pak Wijarso selalu menuliskan narasi yang menjadi jalan pemikiran
beliau. Di tempat yang harus ada angka, beliau kosongkan, diganti titik-
titik. Itu yang kemudian menjadi tugas Umar untuk mengisinya. Setelah
Umar isi, ia harus diskusikan dengan beliau. Tidak jarang Umar kalah
dalam sebuah argumen karena salah. Tetapi Umar selalu senang karena
beliau tidak marah, melainkan mengajari Umar. Beliau menggunakan
wordstar untuk menuangkan pemikirannya. Dengan menjadi tukang
cari angka seperti ini, Umar membaca konsep-konsep beliau dan makin
menguasai persoalan pengelolaan migas dan energi.

Pak Wijarso adalah Ketua Panitia Tetap Energi (PTE) suatu panitia
interdepartemen yang membahas masalah energi. Semua instansi
yangKapus
terkait dengan
LEMIGAS Prof. energi dan
Dr. Wahyudi perguruan
Wisaksono tinggiDiklat
dan Asisten adaPusat
di dalam
Intendans tim itu.
Angkatan Darat Jakarta, Kolonel Sujono saling bertukar “Plaquet” sehubungan praktek-
Pertamina, PLN,Kursus
kerja peserta perusahaan Batubara, Pekerjaan
Perwira Perminyakan-TNI-AD di LEMIGAS Umum, Kehutanan
(1 April 1976)
dan banyak lagi instansi ada semua di sana. ITB, UI dan Gajah Mada juga
40 Tahun LEMIGAS Mengabdi 51
ada disana. Dengan membantu Pak Wijarso, Umar ikut hanyut dalam
jaringan energi tersebut. Jaringan Umar meluas.

| 101 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Suatu saat, Pak Wijarso sebagai Dirjen Migas yang menjadi nakhoda
penerimaan migas untuk APBN merasa risau karena makin banyak
minyak bakar dipakai PLN. Meskipun harga minyak bakar rendah,
tetapi jika yang dibakar oleh PLN terus meningkat tentu menggerogoti
penerimaan negara. Padahal penerimaan migas merupakan penerimaan
pemerintah yang terpenting, saat itu. Beliau ingin menghemat minyak
dan menggunakan sumber energi yang tidak dapat dijual ke luar negeri,
yaitu batubara dan tenaga air untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Umar kemudian menghitung berapa jumlah batubara dibutuhkan untuk
mengganti satu barel minyak bakar yang diselamatkan. Itu soal efisiensi
pembangkit listrik dan nilai kalori bahan bakar saja. Pak Wijarso langsung
menerima hasil penghitungan Umar.

Pada penghitungan penggantian minyak bakar dengan tenaga air, timbul


perbedaan. Penggunaan angka kesetaraan energi listrik 1 MWh = 0,860
juta Kkal = 0,613 BOE menimbulkan masalah. Angka itu dipakai oleh World
Energy Congres atau sekarang World Enery Council -WEC. Indonesia,
yang menjadi anggota WEC, juga memakai angka kesetaraan itu. Namun
kesetaraan listrik itu tidak bermakna sama sekali bagi kebutuhan Pak
Wijarso. Beliau tidak memperoleh jawaban atas kerisauan beliau, yaitu
kalau, karena sesuatu sebab, PLTA berhenti beroperasi, berapa minyak
akan diperlukan untuk menggantinya? Dengan kasus itu, Indonesia tidak
lagi menggunakan cara WEC, Indonesia mulai memakai kesetaraan
tiap 1 MWh listrik tenaga air memerlukan 1,5937 atau 1,6 BOE energi
primer. Energi panas bumi dan angin diperlakukan seperti itu juga.

Karena Pak Wijarso sangat cermat, Umar mulai suka mengumpulkan


berbagai data energi. Ia menyusun data-data dengan tertib agar mudah
mencarinya kembali. Koleksinya masih dalam bentuk hard copy karena
belum ada komputer meja, apalagi laptop. Sistem database masih jauh
dari jangkauan. Data dari berbagai sumber sebenarnya banyak, tetapi
masing-masing dengan definisinya sendiri-sendiri. Kawan-kawan Umar
banyak yang mengeluhkan data yang berubah-ubah. Sebenarnya datanya
tidak berubah, hanya mereka kurang menyadari bahwa definisi berbagai
data memang berbeda. Dengan Pak Wijarso, Umar tidak boleh tidak

| 102 |
tahu data. Kalau dia menyampaikan data, dia harus tahu apa makna data
itu dan apa definisinya.

Daya ingat Pak Wijarso juga luar biasa. Beliau ingat data yang pernah
Umar masukkan ke beliau. Padahal Umar sendiri sudah lupa. Beliau
suka kalau pemikirannya ada yang mendebat sebelum beliau sampaikan
ke publik. Itu mungkin keuntungan Umar dibanding kawan-kawan lain,
yang menjadi staf Ditjen Migas. Mereka sangat menghormati Pak Wijarso
selaku Dirjen sehingga tidak terlalu berani mendebat beliau. Sedangkan
Umar bukan anak buah langsung beliau. Umar tetap staf LEMIGAS, jadi
Umar merasa nyaman berdebat dengan beliau. Padahal kalau Pak Dirjen
mau pecat Umar ya mudah saja. Ia tahu beliau membutuhkan oposisi
untuk menguji pemikiran beliau. Umar selalu menganggap beliau
sebagai guru saja.

Pelajaran hidup yang Umar peroleh dari pak Wijarso adalah: (i)
jangan bicara kalau tidak paham, (ii) selalu berhitung, berhitung dan
berhitung, (iii) jangan pernah menyelipkan kepentingan kita sendiri
dalam penghitungan, (iv) harus percaya pada staf, tetapi harus selalu
menggunakan perasaan dan wisdom kita sendiri untuk menilai apakah
masukan staf sesuai dengan nalar atau tidak.

Pelajaran tentang pengelolaan migas dan energi banyak Umar dapat dari
beliau. Bukan dari ceramah, tetapi dari bekerja membantu beliau. Banyak
aspek pengelolaan migas yang duduk perkaranya dan asal muasalnya,
tidak banyak diketahui oleh publik, dilahirkan pada masa Pak Wijarso
menjadi Dirjen Migas. Dalam era reformasi, banyak pengamat migas
dan politisi mengeluarkan pendapat terkait migas yang sering tidak pas.
Mungkin di migas ada korupsi, tetapi tidak semua kebijakan yang dibuat
di era sebelumnya ada korupsinya.

| 103 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

E. Wesley Foel
Seperti telah diceritakan di atas,
Umar dibantu oleh Prof. Wesley Foell
mendapat beasiswa dari USAID
untuk melanjutkan pendidikannya
di Universitas Wisconsin di Madison.
USAID melarang mahasiswa yang
dibiayainya membawa keluarganya
ke Amerika sebelum 3 bulan. Prof
Wesley Foell meyakinkan USAID
bahwa Umar sebaiknya diijinkan
membawa keluarganya sejak hari
pertama, supaya bisa konsentrasi
belajar, tidak memikirkan
keluarganya di Indonesia. USAID
Sumber: Dokumen Pribadi
setuju. Hubungan Wes dan Umar
Gambar 23. Tahun 1983 – Prof. Wesley Foell, selanjutnya bukan saja hubungan
Universitas Wisconsin - Madison
seorang profesor dan muridnya.
Hubungannya lebih dari itu. Mereka menjadi sahabat. Keluarga Wesley
Foell dan keluarga Umar menjadi seperti saudara. Kemudian, pada waktu
harus menempuh ujian akhir, atas bantuan Prof Wesley Foell pula Umar
diijinkan oleh Universitas untuk menempuh ujian secara teleconference.
Ujian dengan teleconference Umar menjadi yang pertama dan terakhir
di universitas itu. Umar mencatat Prof. Wesley Foell sebagai salah satu
yang mengubah hidup Umar.

F. Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita


Pada waktu terjadi pergantian kabinet, Pak Subroto sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi diganti oleh Pak Ginandjar Kartasasmita,
Pak Wijarso mengenalkan Umar kepada Pak Ginandjar. Dikatakannya
bahwa Umar dari LEMIGAS dan selama ini membantu dengan angka
dan penghitungan, khususnya terkait migas dan energi. Pak Ginandjar

| 104 |
menerima tawaran Pak Wijarso
dan memberi tugas kepada Umar
untuk menyiapkan pidato beliau
menyangkut kebijakan energi yang
akan beliau sampaikan di ITB.

Berbeda dengan Pak Wijarso,


Pak Ginandjar biasanya meminta
Umar yang memulai tulisan dan
kemudian beliau coret di sana-sini,
sesuai dengan tata pikir dan selera
politik seorang menteri. Coret di
sana-sini itu bisa juga berarti coret
seluruhnya. Setelah beberapa kali Sumber: 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi
dicoret, pernah terjadi konsep Gambar 24. Prof.Ir.Drs.Ginandjar Kartasasmita
Umar masuk keranjang sampah
seluruhnya dan koreksi beliau yang harus Umar ketik dan akhirnya
menjadi makalah. Tetapi pernah juga terjadi, setelah beberapa kali
dicoret akhirnya kembali ke kalimat Umar. Tetapi dengan Pak Ginandjar,
harus ada yang mulai menyiapkan tulisan untuk dicoret.

Setelah pidato energi di Bandung, Umar diangkat menjadi Kepala


Biro Perencanaan. Umar semakin dalam terlibat dalam energy policy
making di Departemen. Mungkin Pak Ginandjar senang dengan pidato
Bandung, karenanya Umar yang diberi hadiah menjadi Kepala Biro.
Padahal sesungguhnya beliau sendiri yang membuat makalah. Kalimat
buatan Umar sudah habis tercoret. Membuat paper ITB itu merupakan
“penderitaan” Umar pertama membantu Pak Ginandjar. Umar dibantu
oleh Anna Widarukmi yang Umar pinjam dari LEMIGAS untuk mengetik
dan mencetaknya. Saat itu, printer laser belum ada. Yang ada printer
dot matrix dengan komputer yang monitornya masih berwarna ijo. Bisa
dibayangkan bagaimana wajahnya dan bentuk kurva yang dibuat dengan
dot matrix. Kalau tidak salah, makalah ITB itu sudah pernah dicetak.

Dalam membantu Pak Ginandjar, Umar belajar bahasa politik. Suatu


saat beliau mengatakan bahwa kalimat-kalimat Umar adalah kalimat

| 105 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

insinyur banget. Memang benar. Kalimat bikinan Umar sangat lugu. Pak
Ginandjar mengajarinya bahwa kita tidak boleh bohong, tetapi juga tidak
perlu menceritakan semua. Umar ingat benar pesan itu. Dan memang
dengan mengikuti selera beliau, yang makin ia pahami, coretan beliau
atas konsep Umar makin sedikit, meskipun tetap banyak.

Umar suka menonton film Holywood tentang kejahatan dan pengadilan


di Amerika. Sebelum menyampaikan kesaksiannya, seorang saksi
biasanya selalu disumpah: “Tell the truth, the whole truth and nothing
but the truth”. Pesan Pak Ginandjar tersebut Umar plesetkan menjadi
“Tell the truth. nothing but the truth, but not the whole truth”. Memang
lain cara beliau menyampaikan sesuatu kepada publik. Tidak bohong
tetapi yang perlu saja.

Pelajaran kedua yang Umar dapat dari Pak Ginandjar adalah dalam
menulis sesuatu pikiran harus mengalir. Jangan lompat-lompat pikirannya.
Karena sering membantu beliau dengan pidato, Umar makin paham
yang beliau maksud pikiran harus mengalir itu seperti apa.

Secara rutin, DPR selalu mengadakan rapat kerja dengan para menteri
yang menjadi mitranya. Pak Ginandjar sangat memperhatikan bahan
rapat kerja ini. Harus dengan banyak angka dan tidak boleh salah. Ini
yang membuat Umar selalu sakit-sakitan. Ia kurang tidur. Sering batuk
pilek.

Menghadapi rapat kerja DPR, seluruh Biro Perencanaan sibuk. Angka


mengalir dari Direktorat Jenderal. Cek dan ricek. Ketik dan coret. Itu
berulang sampai Pak Ginandjar puas. Beliau mirip Pak Wijarso, memori
angkanya hebat. Ada beda angka, meskipun sedikit, antara yang di
halaman sekian dengan yang di halaman lain, bisa beliau temukan.
Umar sangat berterima kasih untuk seluruh rekan-rekannya di Biro
Perencanaan saat itu.

Pak Ginandjar juga suka bertemu pemuda dan mahasiswa. Beliau


mengambil posisi depan dalam menjelaskan mengapa subsidi harus
dikendalikan. Konsumsi minyak naik terus, sementara kemampuan
produksi menurun. Dari kurva konsumsi dan produksi, saat itu masih

| 106 |
dipertengahan dekade 90-an, beliau menyampaikan bahwa jika eksplorasi
tidak dipacu, maka kurva produksi dan konsumsi akan bertemu di tahun
2012. Minyak bukannya habis, tetapi Indonesia sudah akan menjadi net
importer. Ada seorang tokoh yang mengatakan bahwa Pak Ginandjar
mencoba mengelabui publik dengan cerita net importer itu. Kata tokoh
itu, maksud sebenarnya adalah menyiapkan iklim untuk menaikkan
harga. Dengan kaum muda/mahasiwa, untuk banyak hal, Pak Ginandjar
mengatakan ini konsep kami. “Kalau Saudara mahasiwa ada konsep
lain, mari kita taruh di meja dan kita diskusikan,” demikian beliau selalu
mengatakan. Dan umumnya memang tidak ada konsep lain.

Di bawah Pak Ginandjar, Umar dan rekan-rekannya bekerja dengan


tekanan ekstra tinggi tetapi bersemangat. Bukan karena uang, tetapi
karena ada rasa kebersamaan yang mendalam. Pak Ginandjar pun
melengkapi Umar dengan peralatan kerja yang lebih memadai.

Itulah sekelumit kisah perjalanan dan interaksi Umar Said bersama orang-
orang istimewa yang telah banyak memberi peran dalam sepanjang karir
dan kehidupannya. Semuanya memberi warna, inspirasi, dan motivasi
tinggi hingga Umar Said menjadi salah seorang tokoh penting dalam
dunia perminyakan, sebagai seorang birokrat tekno ekonomi migas
Indonesia.

Pesan Moral:

“Membaca dan membaca agar tidak salah arah. Belajar dan belajar
agar tetap tajam. Jangan takut pada orang lain tetapi hormati mereka
selayaknya. Kepentingan pribadi jangan dibawa ke urusan kantor.
Kerjakan dengan senang, cermat, tepat dan secara kolegial apa yang
menjadi tugas kita.”

(Umar Said, 2014)

| 107 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

Daftar Referensi
LEMIGAS. (2005). “40 Tahun LEMIGAS Mengabdi 1965-2005”.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
LEMIGAS.

| 108 |
| 109 |
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said

ISBN 978-602-711

9786027113985

Badan Litbang ESDM

| 110 |

Anda mungkin juga menyukai