1. Latar Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat
belakang ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari
hewan yang sudah terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan
zoonosis. Penyakit rabies ini bersifat akut dan dapat menularkan dengan
secara cepat kepada satu penderita dengan penderita lain melalui saliva (air
liur) penderita yang sudah terkena virus rabies. Penyakit rabies disebabkan
oleh virus rabies dan penularannya kepada manusia dapat terjadi melalui
gigitan hewan penular rabies (HPR) terutama anjing, kucing dan kera.
Timbulnya penyakit ini pada manusia dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) setelah digigit
hewan yang menderita rabies (Soeharsono,2002).
Seperti kita ketahui bersama bahwa kebiasaan memelihara anjing,
kucing atau pun kera yang sebenarnya memiliki suatu resiko yang cukup
besar bagi kehidupan terutama dalam bidang kesehatan yakni berkaitan
dengan penularan penyakit rabies. Kasus klinis rabies pada hewan maupun
manusia selalu berakhir dengan kematian. Penyakit rabies menimbulkan
dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan
dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi
yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan,
pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya postexposure treatment.
Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama
di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Bali, dapat
saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat tinggi.