EKSPLORASI
ELEKTROMAGNETIK
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PERSAMAAN MAXWELL................................................... 4
BAB II. METODE GEORADAR
I. Pendahuluan........................................................................ 29
II. Peralatan GPR..................................................................... 37
III. Akuisisi GPR....................................................................... 39
IV. Pengolahan dan Interpretasi Data GPR............................... 42
V. Aplikasi Metode GPR......................................................... 46
BAB III. METODE VERY LOW FREQUENCY (VLF)
I. Pendahuluan........................................................................ 50
II. Peralatan Metode VLF........................................................ 53
III. Akuisisi VLF....................................................................... 55
IV. Pengolahan dan Interpretasi Data VLF............................... 56
V. Aplikasi Metode VLF......................................................... 60
BAB IV. METODE MAGNETOTELURIK
I. Pendahuluan........................................................................ 63
II. Peralatan Metode Magnetotelurik....................................... 72
III. Akuisisi Magnetotelurik...................................................... 73
IV. Pengolahan dan Interpretasi Data MT................................. 76
V. Aplikasi Metode Magnetotelurik........................................ 82
BAB V. METODE CSAMT
I. Pendahuluan........................................................................ 85
II. Peralatan Metode Magnetotelurik....................................... 88
III. Akuisisi Magnetotelurik...................................................... 89
IV. Pengolahan dan Interpretasi Data MT................................. 92
V. Aplikasi Metode Magnetotelurik........................................ 95
DAFTAR PUSTAKA
Ekplorasi Elektromagnetik
1 Persamaan Maxwell
Persamaan Maxwell terdiri dari empat persamaan antara lain hukum Gauss
untuk listrik (persamaan nomor 1), hukum Gauss untuk magnet (persamaan
nomor 2), hokum Ampere dipermumum (persamaan nomor 3), dan hokum
Faraday (persamaan nomor 4) yang kesemuanya dapat dituliskan sebagai
berikut:
4
Persamaan Maxwell
5
Ekplorasi Elektromagnetik
6
Persamaan Maxwell
yang ia buat karena Maxwell telah meninggal satu tahun sebelum penemuan
Hertz. Maxwell meninggal dalam usia yang cukup muda, 47 tahun dengan
meninggalkan seorang istri, Kathrine Mary, dan seekor anjing kesayangan-
nya.
Gelombang Elektromagnetik
Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Hertz telah memberikan bukti yang
kuat bahwa medan listrik dan medan magnet dapat merambat melalui ruang
dalambentuk gelombang. Dihasilkannya percikan pada rangkaian (2) juga
membuktikan bahwa medan listrik dan medan magnet tersebut mentrasmisi-
kan sejumlah energi dan momentum. Dari persamaan Maxwell nomor (3) dan
(4), kita dapat menarik kesimpulan bahwa medan magnet dan medan listrik
kedua-duanya bergantung waktu dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Keadaan semacam itu disebut dengan medan listrik dan medan magnet terko-
pel.
Namun, bagaimana mekanisme terbentuknya gelombang elektromagnetik
tersebut? Apa logika yang mendasari sehingga Maxwell membuat hipotesis
bahwa medan listrik dan medan magnet merambat pada ruang dalam bentuk
gelombang? Ilustrasi sederhana berikut ini diharapkan dapat membantu dalam
memahami mekanisme terbentuknya gelombang elektromagnetik yang di-
hasilkan dari medan listrik dan medan magnet. Perhatikan sebuah kawat lurus
yang diberi arus listrik. Kawat diletakkan sejajar dengan sumbu x. Arus listrik
dialirkan pada kawat tersebut sehingga medan magnet B dihasilkan pada ka-
wat dimana arah medan magnet tersebut dapat ditentukan dengan mengguna-
kan aturan tangan kanan. Jika arus listrik yang diberikan pada kawat berubah-
ubah terhadap waktu maka medan magnet yang dihasilkan juga berubah.
Berdasarkan konsep Faraday, perubahan medan magnet menghasilkan pe-
rubahan fluks magnet pada sembarang area, pada Gambar 11.2 dipilih area
7
Ekplorasi Elektromagnetik
A1. Pemilihan area ini sebenarnya bisa dimana saja dan bentuknya bisa ber-
macam-macam. Perubahan fluks magnet tersebut menginduksi GGL induksi
pada luas area A1 dimana GGL tersebut berkaitan dengan medan listrik yang
dihasilkan pada luasan A1, lihat kembali pembahasan pada Bab 9. Dengan
menggunakan hukum Lenz, kita dapat mengetahu bahwa medan listrik yang
dihasilkan oleh perubahan fluks magnetik tersebut adalah sejajar dengan arah
arus listrik.
Gambar 11.2a Medan listrik dan medan magnet terkopel yang dihasilkan
oleh kawat berarus listrik I.
Perhatikan sekali lagi bahwa jika arus listrik yang mengalir pada kawat
berubah-ubah maka medan magnet yang dihasilkan juga berubah. Jika arus
listrik semakin lama semakin besar maka medan magnet juga semakin lama
semakin besar. Akibatnya fluks magnetik yang menembus luasan A1 juga se-
makin besar. Perubahan fluks magnetik ini menghasilkan GGL induksi pada
loop A1 sehingga pada loop tersebut dihasilkkan medan listrik. Karena fluks
magnetik selalu berubah-ubah maka medan listrik yang dihasilkan juga
berubah-ubah. Perubahan medan listrik ini menghasilkan medan magnet
8
Persamaan Maxwell
lainnya pada loop A1, perhatikan area yang ditandai dengan garis putus-putus
berwarna pada Gambar 11.2a.
Medan listrik pada area tersebut menghasilkan medan magnet seperti tam-
pak pada Gambar 11.2b berikut ini:
9
Ekplorasi Elektromagnetik
10
Persamaan Maxwell
oleh arus sumber berbentuk silinder dengan vektor normal permukaan sejajar
sumbu x. Jadi, dari sudut pandang persamaan Maxwell nomor (3), kita da-
pat menyatakan bahwa arus listrik perpindahan menghasilkan medan magnet
pada arah z dimana medan magnet tersebut akan menghasilkan GGL induksi
dan dengan demikian sama juga menghasilkan medan listrik, demikian seter-
usnya.
Pola rambatan yang terbentuk adalah silinder, menyerupai bentuk medan
magnet sumber yang dihasilkan oleh arus listrik pada kawat. Medan magnet
selalu tegak lurus terhadap arah rambat arus listrik sumber. Karena vector
bidang area A1 … An selalu sejajar dengan arah rambat arus pada kawat maka
medan listrik pada bidang tersebut selalu tegak lurus terhadap medan magnet.
Walaupun pada
proses yang berlangsung pada area A1 … An tidak dibutuhkan adanya pe-
rubahan arus listrik namun medan magnet yang dihasilkan mula-mula berasal
dari perubahan arus listrik pada kawat dan dengan demikian pola tersebut
bergantung pada arus sumber. Untuk menghasilkan perubahan arus listrik
diperlukan muatan pembawa arus yang bergerak dengan kecepatan berubah-
ubah, dengan kata lain agar terjadi perubahan arus listrik maka muatan pem-
bawa arus listrik tersebut harus mengalami percepatan. Demikianlah logika
sederhana yang dapat digunakan untuk merasionalkan hipotesis terbentuknya
gelombang elektromagnetik. Hipotesis Maxwell yang telah dikonfirmasi oleh
Hertz melalui eksperimennya ternyata tidak melanggar asas ilmiah ketika di-
uji secara teoretik.
Pada sub bab berikutnya kita akan melanjutkan analisis terhadap gelom-
bang eketromagnetik terkait pola rambatan, ekspresi matematis dan dinamika
energetiknya. 11 – 2 Gelombang Datar Elektromagnetik Kita telah memba-
has mengenai gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh kawat tung-
gal. Gelombang yang terbentuk memiliki konfigurasi silindris yang secara
teknis agak sulit untuk dibayangkan, apalagi dianalisis secara matematis. Ber-
11
Ekplorasi Elektromagnetik
ikut ini kita akan menggunakan model gelombang datar untuk menjelaskan
pola rambatan gelombang elektromagnetik. Untuk menghasilkan gelombang
elektromagnetik datar dibutuhkan arus listrik berbentuk bidang. Arus listrik
semacam ini dapat dibuat dengan cara menyusun banyak kawat dalam formasi
sejajar, seperti terlihat pada Gambar 11.3.
Gambar 11.3 Arus listrik bidang yang dibentuk dari kawatkawat yang dis-
usun secara sejajar.Arus listrik mengalir sejajar dengan sumbu (–x).
Medan magnet yang dihasilkan setiap kawat, dilihat pada bidang xy daerah
z (+), adalah sejajar dengan sumbu y (+). Jika kawat berada pada jarak yang
sangat dekat satu sama lain maka medan magnet yang dihasilkan akan men-
galami superposisi, lihat kembali pembahasan tentang medan magnet pada
kawat lurus Bab 1.
Seperti kita ketahui bahwa medan magnet yang dihasilkan kawat berben-
tuk silinder sehingga superposisi yang terjadi antara medan magnet yang satu
dengan yang lain adalah superposisi medan magnet yang berbentuk silinder.
Karena kawat berada pada jarak yang sangat dekat satu dengan yang lainnya
maka superposisi tersebut dapat dianggap sebagai bidang yang mengnadung
medan magnet dimana arah medan magnet tersebut adalah sejajar dengan
sumbu y (+), seperti terlihat pada Gambar 11.5.
12
Persamaan Maxwell
Perhatikan bahwa medan magnet bidang ini dihasilkan untuk dua permu-
kaan yaitu pada bidang xy di daerah z (+) dan z (–). Sekarang kita akan fokus
pada bidang xy daerah z (+). Pada daerah ini perubahan arus listrik menyebab-
kan perubahan fluks magnetik yang menginduksi medan listrik E. Medan lis-
trik ini juga terletak pada bidang arus listrik yaitu xy dimana vektor arahnya
sejajar dengan arah arus listrik. Dengan menerapkan logika yang sama ketika
kita menganalisis medan listrik dan medan magnet pada kawat tunggal maka
kita dapat menyimpulkan bahwa pola medan magnet – medan listrik – medan
magnet dan seterusnya akan dihasilkan pada arah z.
Walaupun sama-sama terletak pada satu bidang namun vektor medan mag-
net dan medan listrik tidaklah sejajar melainkan saling tegak lurus satu sama
lain. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa medan magnet memiliki ori-
entasi pad asumbu y (+) sedangkan medan listrik memiliki orientasi sejajar
dengan arus listrik atau sejajar sumbu x (–). Pola gelombang elektromagnetik
datar ini dihasilkan baik pada arah z (+) maupun z (–). Gelombang elektromag-
13
Ekplorasi Elektromagnetik
netik merambat sepanjang sumbu z, dengan kata lain sejajar dengan bidang
xy dimana arus listrik berada. Arus listrik dibuat sedemikian rupa sehingga
berosilasi dan menghasilkan perubahan arus listrik. Osilasi arus listrik terjadi
pada, tentu saja, sumbu x. Dalam ilustrasi yang lebih eksplisit, gelombang
datar ini dapat kita gambar sebagai berikut:
Arah getar atau osilasi baik medan listrik dan medan magnet tegak lu-
rus terhadap arah rambanya. Secara kualitatif kita telah memperoleh gamba-
ran mengenai kebenaran hipotesis Maxwell bahwa medan listrik dan medan
magnet dapat merambat melalui ruang dalam bentuk gelombang. Hipotesis
tersebut didasarkan pada penyatuan persamaan dan hukum-hukum listrik–
magnet yang telah dicetuskan sebelumnya. Karena dideduksi dari persamaan
dan hukum-hukum yang terangkum dalam persamaan Maxwell maka perilaku
gelombang elektromagnetik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya harus koheren dengan tinjauan kuantitatif
dari persamaan Maxwell.
14
Persamaan Maxwell
15
Ekplorasi Elektromagnetik
Ruas kiri pada persamaan (11–9) sama dengan ruas kiri pada persamaan
(11–10), urutan turunan tidak menjadi persoalan. Dari haril tersebut dapat kita
simpulkan bahwa:
16
Persamaan Maxwell
Dengan mendefinisikan
17
Ekplorasi Elektromagnetik
sebagai amplitude medan magnet B0 maka hasil akhirnya dari penurunan per-
samaan di atas dapat dituliskan sebagai:
Yang mana memiliki bentuk yang sama dengan persamaan (11–14). Kita
telah mempelajari mengenai gelombang pada Bab Gelombang. Persamaan
gelombang secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ini tidak lain adalah kecepatan cahaya. Hal yang sangat mengejutkan pada
18
Persamaan Maxwell
saat itu adalah bahwa ternyata fenomena cahaya dapat dijelaskan melalui
teori listrikmagnet. Hal ini benar-benar mencengangkan. Apa yang berikutnya
muncul adalah pertanyaan mengenai apa sebenarnya hakikat cahaya. Namun
sebelum kita beranjak ke pertanyaan tersebut, masih ada sesuatu lagi yang
perlu kita ketahui. Kecepatan cahaya c dapat diturunkan dari konstanta permi-
sivitas dan permeabilitas ruang hampa. Definisi kecepatan cahaya adalah:
19
Ekplorasi Elektromagnetik
Elektromagnetik
Sepert yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumny bahwa energi
dapat disimpan dalam bentuk medan listrik dan medan magnet. Gelombang
elektromagnetik terdiri atas komponen medan listrik dan medan magnet se-
hingga dapat kita simpulkan bahwa gelombang elektromagnetik merupakan
suatu mekanisme transfer energi dari satu tempat ke tempat lain. Dengan de-
mikian, gelombang electromagnet sendiri mengandung atau membawa sejum-
lah energi tertentu. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 9, energi total per
satuan volume dari suatu sistem yang mengandung medan listrik dan medan
magnet dapat dinyatakan dalam persamaan (10–18), dituliskan ulang:
20
Persamaan Maxwell
Atau
Persamaan (11–24) adalah persamaan untuk energi per satuan volume pada
gelombang elektromagnetik. Karena bersifat sinusoidal, dalam prakteknya
kadang lebih mudah untuk menyatakan besar energi rata-rata dari gelombang
tersebut. Nilai rata-rata dari persamaan (11–24) adalah:
21
Ekplorasi Elektromagnetik
Kita dapat menurunkan berbagai besaran yang terkait energi dari persamaan
tersebut. Energi total yang dijalarkan per detik, atau daya, dapat kita tentukan
sebagai berikut:
Yang mana, p adalah daya (watt), uT adalah eergi persatuan volume selama
waktu dt (J/m3), A menyatakan luas bidang yang disapu oleh gelombang elek-
tormagnetik (m2) dan c adalah cepat rambat cahaya (m/s). Jika medan magnet
yang mengenai suatu luasan kita sebut sebagi fluks magnet maka besarnya
daya yang mengenai luasan tertentu kita sebut sebagai fluks energi atau fluks
daya. Fluks energi disimbolkan dengan huruf S:
22
Persamaan Maxwell
Perhatikan bahwa fluks energi ini memiliki arah kerja yaitu terhadap suatu
bidang tertentu. Jika normal bidang tegak lurus dengan arah kerja daya maka
pada permukaan tersebut, fluks energi akan nol. Dengan demikian S didefi-
nisikan sebagai besaran vektor dan dalam bentuk vektornya besaram S disebut
sebagai pointing vector S.
Karena medan magnet selalu tegak lurus terhadap medan listrik maka hasil
dari persamaan di atas dapat ditulis dengan:
23
Ekplorasi Elektromagnetik
ingga setelah partikel bergerak dengan kecepatan tertentu maka partikel akan
dipengaruhi oleh medan magnet dan geraknya akan dibelokkan sesuai dengan
persamaan (6–1). Gaya total yang bekerja pada muatan Q dengan demikian
adalah penjumlahan dari gaya oleh medan listrik dan medan magnet, lihat
persamaan (6–4), dituliskan ulang:
Dari persamaan (11–28), kita dapat menurunkan besaran lainnya yaitu te-
kanan radiasi. Gaya berkaitan dengan perubahan momentum dan berdasarkan
persamaan (11–28) perubahan momentum dapat kita nyatakan sebagai:
24
Persamaan Maxwell
11 – 4 Radiasi Dipol
25
Ekplorasi Elektromagnetik
26
Persamaan Maxwell
27
Ekplorasi Elektromagnetik
Hal ini berarti bahwa amplitude gelombang pada komponen sumbu x dan y
adalah sama, demikian juga dengan fasenya. Kedua amplitude mencapai nilai
maksimum dan minimum dalam waktu yang sama pula. Keadaan semacam itu
disebut sebagai gelombang terpolarisasi linier. Perhatikan diagram sederhana
pada Gambar 11.9.
28
Ekplorasi Georadar
2 METODE Georadar
I. Pendahuluan
29
Ekplorasi Elektromagnetik
A. Pengertian
GPR adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah
permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik yang mempunyai rentang
frekuensi antara 1-1000 MHz dan dapat mendeteksi parameter permitivitas
listrik (ε), konduktivitas (σ) dan permeabilitas magnetik (μ). GPR dapat dis-
ebut juga dengan metode refleksi elektromagnetik karena memanfaatkan sifat
radiasi elektromagnetik yang memperlihatkan refleksi separti pada metode
gelombang seismik. GPR digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk strati-
grafi tanah, studi air tanah, pemetaan fracture bedrock dan penentuan kedala-
man dari permukaan air tanah (Annan dan Davis, 1989). Seperti pada sistem
radar pada umumnya, sistem GPR terdiri atas pengirim (trasmiter), antena
yang terhubung ke sumber pulsa, dan penerima (receiver), antena yang ter-
hubung ke unit pengolahan sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe
antena yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan
sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu:
• Jenis objek yang akan dideteksi
• Kedalaman Objek, dan
• Karakteristik elektrik medium tanah
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra
dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau dipermukaan
tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus
memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:
1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi.
4. Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.
30
Ekplorasi Georadar
B. Gelombang Elektromagnetik
31
Ekplorasi Elektromagnetik
tan cahaya (c), konstanta relatif dielektrik (εr) dan permeabilitas magnetic
(μr = 1 untuk material non magnetik). Persamaan kecepatan gelombang EM
dalam suatu medium adalah:
dimana:
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
εr = konstanta dielektrik relatif
μr = permeabilitas magnetik relative
P = loss factor, dimana P = σ / ωε, σ adalah konduktifitas
ω = 2πf, f adalah frekuensi
ε = permitifitas dielektrik
f = frekuensi gelombang EM
εo = permitifitas ruang bebas (8,854 x 10-12 F/m)
Loss factor menunjukkan sejumlah energi yang hilang penjalaran (propa-
gasi) muatan atau sinyal karena terjadi penyerpan oleh medium yang dile-
wati. Energi tersebut sebenarnya tidak lenyap tetapi bertransformasi menjadi
suatu bantuk yang berbeda, misalnya dari energi EM menjadi energi termal
(panas) sama halnya seperti yang berlaku pada alat masak oven microwave.
Tetapi terkadang energi tersebut tidak berubah bentuk melainkan mengalami
multiphating. Penyebaran geometrik dan penghamburan (scattering) yang
berlebihan, sehingga tidak dapat lagi diobservasi oleh antena.
C. Koefisien Refleksi
Suatu gelombang aan mengalami efek snellius. Dari efek snellius itu da-
pat dicari suatu koefisien refleksi. Koefesien refleksi (R) didefinisikan sebagai
32
Ekplorasi Georadar
33
Ekplorasi Elektromagnetik
34
Ekplorasi Georadar
E. Atenuasi Gelombang
2
w e r mr s
a = 1+ −1
c 2 e w
F. Skin Depth
1 c
d = =
a 2
mr e r s
w 1+ -1
2 e w
35
Ekplorasi Elektromagnetik
dimana:
δ = Skin Depth (m)
εr = konstanta dielektrik relatif
σ = konduktifitas tanah/material
μr = permeabilitas magnetik relative
ω = 2πf, f adalah frekuensi
Tabel 2.1. Permitivitas relatif, konduktivitas,kecepatan, dan atenuasi media geologi (Annan, 1992)
Koef.
Permitivitas Konduktivitas Kecepatan n
Material Atenuasi α
relatif (mS/m) (m/ns)
(dB/m)
Udara 1 0 0.3 0
Air terdistilasi 80 0.01 0.033 2x10-3
Air segar 80 0.5 0.033 0.1
Air laut 80 3x103 0.01 103
Pasir kering 3-5 0.01 0.15 0.01
Pasir jenuh 20-30 0.1-1 0.08 0.03-0.3
Batugamping 4-8 0.5-2 0.12 0.4-1
Serpih 5-15 1-100 0.09 1-100
Lanau 5-30 1-100 0.07 1-100
Lempung 5-40 2-1000 0.06 1-300
Granit 4-6 0.01-1 0.13 0.01-1
Garam kering 5-6 0.01-1 0.13 0.01-1
Es 3-4 0.01 0.16 0.01
36
Ekplorasi Georadar
Alat utama yang digunakan adalah Ground Penetrating Radar sendiri yang
terdiri dari beberapa komponen yang penting.
37
Ekplorasi Elektromagnetik
Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang ter-
hubung ke sumber pulsa (generator pulsa) dengan adanya pengaturan timing
circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA
dan ADC yang kemudian terhubung ke unit pengolahan (data processing) ser-
ta display sebagai tampilan outputnya.
Sistem GPR yang digunakan untuk mengukur keadaan di bawah permu-
kaan tanah terdiri dari unit kontrol, antenna pengirim dan antena penerima,
penyimpanan data yang sesuai dan peralatan display. Unit kontrol radar meng-
hasilkan pulsa trigger tersinkronasi ke pengirim dan penerima elektronik di
antena. Pulsa ini mengendalikan pengirim dan penerima elektronik untuk
menghasilkan sample gelombang dari pulsa radar yang dipantulkan.
Antena merupakan tranduser yang mengkonversikan arus elektrik pada
elemen-elemen antena logam (biasanya antenna bowtie-dipole sederhana) un-
tuk mengirimkan gelombang elektromagnetik yang akan dipropagasikan ke
dalam material. Antena memancarkan energy elektromagnetik ketika terjadi
perubahan percepatan arus pada antena. Radiasi terjadi sepanjang garis, dan
radisi terjadi sepanjang waktu ketika terjadi perubahan arah arus (misalnya
pada ujung elemen antena). Mengendalikan dan mengarahkan energy elek-
tromagnetik dari antena merupakan tujuan dari perancangan antena. Antena
juga mengubah gelombang elektromagnetik ke arus pada suatu elemen an-
tena, bertindak sebagai suatu penerima energy elektromagnetik dengan cara
menangkap bagian gelombang elektromagnetik.
Sistem GPR dikendalikan secara digital, dan data selalu direkam secara
digital untuk kebutuhan pemrosesan survey akhir dan display. Kendali digital
dan display bagian dari sistem GPR secara umum terdiri dari sebuah mikro-
prosesor, memori, dan mass storage yaitu medium untuk menyimpan bidang
pengukuran.
Sebuah mikrokomputer yang kecil dan operating sistem standard kerapkali
digunakan untuk mengendalikan proses pengukuran, menyimpan data, dan
38
Ekplorasi Georadar
Ada beberapa metode berbeda untuk memperoleh data GPR, salah satunya
yang paling umum digunakan adalah mendorong suatu unit GPR sepanjang
lintasan atau menyeret suatu GPR unit di belakang suatu kendaraan, seperti
ditunjukkan gambar berikut :
39
Ekplorasi Elektromagnetik
Ketika unit GPR bergerak di sepanjang garis survey, pulsa energi dipan-
carkan dari antena pemancar dan pantulannya diterima oleh antena penerima.
Antena penerima mengirimkan sinyal ke recorder. Komponen utama untuk
di pertimbangkan dalam memperoleh data GPR adalah jenis transmisi dan
antena penerima yang menggunakan cakupan frekuensi yang tersedia untuk
pulsa elektromagnetik. Sinyal atau gelombang yang dipancarkan akan segera
dipantulkan kembali setelah menempuh two-way traval time tertentu, hasil-
nya akan terekam pada alat grafik recorder yaitu radargram yang berbentuk
penampang yang menerus, konfigurasi inilah yang merupakan cerminan per-
bedaan litologi dari reflektor di bawah permukaan.
Terdapat tiga model untuk memperoleh data penyelidikan GPR yakni :
a. Reflection Profiling (antena monostatik maupun bistatik),
Cara ini dilakukan dengan membawa antena bergerak secara simultan di
atas permukaan tanah dimana nantinya hasil tampilan pada radargram
akan merupakan kumpulan dari tiap-tiap pengamatan. Cara ini serupa
dengan cara countinous seismik reflection profiling pada metode seis-
mik. Kedalaman target atau reflektor dapat diketahui jika cepat rambat
gelombang diketahui.
b. Wide Angel Reflection and Refraction (WARR)
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan meletakkan sumber pe-
40
Ekplorasi Georadar
mancar atau transmitter pada suatu posisi yang tetap, sedangkan re-
ceiver dipindah-pindah sepanjang lintasan penyelidikan (Gambar
4.3.). Cara ini umumnya digunakan untuk reflektor yang relatif datar
atau memiliki kemiringan yang rendah. Tetapi asumsi bahwa reflek-
tor cenderung datar adalah tidak selalu benar, maka untuk mengatasi
kelemahan ini digunakan cara CMP, yang hanya sedikit berbeda dengan
cara WARR, pada CMP sounding, kedua antena bergerak menjauhi satu
sama lainnya dengan titik tengah pada titik yang tetap, kedua cara ini
merupakan cara yang paling umum digunakan.
41
Ekplorasi Elektromagnetik
Pada banyak kasus, survei GPR dengan prosesing yang sangat minim
mungkin saja dapat dipakai hasilnya. Dalam kasus ini, penyesuaian yang
perlu untuk dibuat adalah konversi data ke suatu penggunaan format digital,
melakukan penyesuaian penguatan data, dan menentukan kedalaman setiap
reflektor di bawah permukaan. Berikut adalah langkah yang diperlukan untuk
memproses data survei GPR:
a. Konversi data ke penggunaan format digital
Pada kebanyakan unit GPR, data secara otomatis direkam dalam for-
mat digital atau data unit GPR yang diperoleh dimasukan ke kom-
puter dan diproses dengan perangkat lunak.
42
Ekplorasi Georadar
Kontras yang tinggi antara daya konduktivitas udara dan tanah dapat
menciptakan gelombang direct dan gelombang udara yang dapat meng-
aburkan refleksi dari objek penting di bawah permukaan. Gelombang
direct dan gelombang udara ini dapat dihilangkan dengan komputasi
waktu tempuh dan panjang gelombang, kemudian dengan mengurangkan
gelombangteoritis sepanjang lebar panjang gelombang dari gelombang
aslinya pada setiap trace GPR.
e. Penyesuaian statis.
Penyesuaian ini menghilangkan efek yang disebabkan oleh perubahan
elevasi dan peningkatan antena GPR.
f. Filtering data.
Tujuan dari filtering adalah menghilangkan noise background yang tidak
43
Ekplorasi Elektromagnetik
g. Velocity analisis.
Velocity analisis melibatkan penentuan kecepatan gelombang pada mate-
rial bawah permukaan, kemudian mengubah travel time ke kedalaman.
dengan pengujian konstanta dielektrik relatif, lalu kedalaman tiap reflek-
si di bawah permukaan ditentukan dari persamaan :
dr : kedalaman reflektor
v : cepat rambat energi elektromagnet pada material
t : waktu tempuh ke reflektor dalam two-way travel time
h. Migrasi.
Migrasi adalah suatu prosedur untuk mengubah permukaan yang telah
terekam dalam data GPR ke data dengan lokasi heterogenetis bawah per-
mukaan pada posisi yang benar.
44
Ekplorasi Georadar
a. Interpretasi grafik
Kecepatan gelombang dapat diketahui dengan berasumsi pada suatu
konstanta dielektrik relative yang mendekati atau sesuai dengan nilai ma-
terial yang diselidiki, dengan cara demikian two-way travel time (TWT)
dapat diterjemahkan menjadi kedalaman, dan jika ditambahkan dengan
pengidentifikasian sinyal pantulan dari target (refleksi), maka peta TWT
dapat dihasilkan guna menunjukkan kedalaman, ketebalan, perlapisan, dll.
Dari sini dapat diketahui nilai sebenarnya dari kecepatan gelombang.
45
Ekplorasi Elektromagnetik
b. Analisa kuantitatif
Dengan menggunakan beberapa analisa, kedalaman interpretasi sin-
yal juga kedalaman target atau reflektor dapat dideterminasi tergantung
kepada cukup tidaknya nilai yang diketahui dari analisa kecepatan juga
variasi konstanta dielektrik relatif material yang dilewati, juga kepada
analisa amplitude dan koefisian refleksi.
c. Kegagalan interpretasi
Dua hal yang paling sering ditemui dan dianggap sebagai kelemahan
dalam interpretasi radar adalah tidak mampu mengindentifikasi permu-
kaan tanah dan misi identifikasi strata hitam-putih pada radargram. Hal ini
dapat disebabkan oleh perlakuan yang dialami oleh sinyal selama menem-
puh perjalanan melewati medium.
46
Ekplorasi Georadar
47
Ekplorasi Elektromagnetik
48
Ekplorasi Georadar
49
Ekplorasi Elektromagnetik
I. Pendahuluan
A. Prinsip Kerja
50
Eksplorasi Very Low Frequency
Untuk metode VLF ada dua mode yaitu mode tilt angle dengan parameter
yang dipakai adalah sudut tilt dan parameter resistivitas sedangkan mode re-
sistivitas dengan parameter tahanan jenis medium dan sudut fase medium.
Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle α yaitu sudut utama
polarisasi ellip dari horizontal (dalam derajat atau persen), dan eliptisitas Ɛ
adalah perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu besarnya (dalam
persen). Tilt angle α dan eliptisitas Ɛ, berkaitan dengan komponen medan
magnetik horizontal, vertikal dan fasanya Secara matematis dapat diperlihat-
kan bahwa tilt angle α mirip dengan bagian in phase (komponen real) dari
komponen vertikal dan eliptisitas Ɛ mirip dengan bagian quadrature (kom-
ponen imaginer) dari komponen vertikal. Kedua parameter tersebut diukur
dalam prosentase terhadap medan primer horizontal
Harga rapat arus terhadap kedalaman dapat ditentukan dengan menggu-
nakan filter dari Karous dan Hjelt (1983). Untuk dapat memperkirakan harga
resistivitas dan fasanya, maka harus diketahui hubungan dari medan listrik Ex
dan medan magnetik Hy dan resistivitas semu ρa. Hubungan ini biasa ditulis-
kan dalam bentuk dibawah ini :
51
Ekplorasi Elektromagnetik
dimana:
ρa = Resistivitas semu
µ = µo = Permeabilitas magnetik di ruang hampa
z = Frekuensi sudut = 4πf
b. Pengaruh Atmosfer
Sumber noise yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik aki-
bat kilat atmosfer baik di tempat dekat atau jauh dari lokasi pengukuran.
Pada frekuensi VLF radiasi medan ini cukup dapat melemahkan sinyal
yang dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup banyak badai
tersebut adalah Amerika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia.
Noise kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi di-
mana terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat yang terjadi mu-
lai siang hingga sore hampir malam.
52
Eksplorasi Very Low Frequency
rata-rata cukup kecil dan konduktivitas target biasanya > 10-2 S/m. hal
ini menunjukkan efek medan akibat arus konduksi memegang peranan
penting ketika terjadi perumbahan konduktivitas batuan.
kedalaman =
Peralatan yang digunakan daam pengambilan data metode VLF adalah se-
bagai berikut :
a. Alat VLF-EM
b. Aki charger 12 V 2,2 A
c. GPS
d. Kompas
e. Peralatan pendukung lainnya.
53
Ekplorasi Elektromagnetik
54
Eksplorasi Very Low Frequency
Untuk memperoleh data VLF, yang pertama harus disiapkan adalah me-
nyiapkan peralatan dan menentukan lokasi penelitian yang akan diambil data
VLF-nya. Setelah itu proses akuisisi dilakukan sebagai berikut :
Data lapangan diambil menggunakan T-VLF IRIS instrumen dan the-
odolit atau GPS untuk menentukan titik ukur.
Sumber gelombang EM frekuensi sangat rendah dari stasiun peman-
car gelombang. Contohnya andalah VLF NWC Australia, dimana sta-
siun ini memiliki daya pancar yang mencakup hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Lintasan survei harus memanjang dengan spasi untuk setiap stasiun.
Lintasan yang dibuat diperkirakan memotong daerah anomali. Arah
pengukuran harus tegak lurus dengan pemancar (Australia) atau
menghadap kepemancar.
Pengambilan data VLF menggunakan alat penangkap gelombang.
Akuisisi data dari masing-masing titik pengukuran dilakukan da-
lam dua posisi, duduk dan berdiri.
55
Ekplorasi Elektromagnetik
56
Eksplorasi Very Low Frequency
57
Ekplorasi Elektromagnetik
2. Filter Fraser
Dengan menggunakan filter ini, titik potong dari anomali menjadi op-
timal (mencapai puncaknya), maka hasil filter ini akan membuat proses
analisis lebih mudah. Filter Fraser diaplikasikan untuk setiap lintasan den-
gan menempatkan lokasi pengukuran pada (x, y) dan anomali di (z), kar-
ena itu kontur dapat dibuat. Kontur menunjukkan anomali tersebar di suatu
daerah.
58
Eksplorasi Very Low Frequency
3. Filter Karous-Hjelt
Interpretasi kualitatif VLF-EM dapat dilakukan dengan menggunakan
filter Karous- Hjelt. Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan
arus yang dapat memberi informasi mengenai daerah konduktif.
59
Ekplorasi Elektromagnetik
60
Eksplorasi Very Low Frequency
61
Ekplorasi Elektromagnetik
62
Eksplorasi Magnetotellurik
4 METODE
Magnetotellurik
I. Pendahuluan
63
Ekplorasi Elektromagnetik
kan model-model yang relatif sederhana. Pada dekade 50-an untuk pertama
kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov (1950),
Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953) dan
Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian me-
toda ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lain-
nya.
64
Eksplorasi Magnetotellurik
Sumber medan EM frekuensi tinggi (>1 Hz) berasal dari aktivitas mete-
orologis berupa kilat. Kilat terjadi karena perbedaan potensial antara awan
yang satu dengan awan yang lainnya atau antara awan dengan bumi. Proses
terjadinya muatan pada awan disebabkan oleh pergerakan awan yang terus
65
Ekplorasi Elektromagnetik
B. Persamaan Maxwell
66
Eksplorasi Magnetotellurik
dimana
E : medan listrik (Volt/m)
B : fluks atau induksi magnetik (We
ber/m2 atau Tesla)
H : medan magnet (Ampere/m)
j : rapat arus (Ampere/m2)
D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)
q : rapat muatan listrik (Coulomb/m3)
Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium
dinyatakan oleh persamaan berikut,
dimana
µ : permeabilitas magnetik (Henry/m)
ε : permitivitas listrik (Farad/m)
σ : konduktivitas (Ohm-1/m atau Siemens/m)
ρ : tahanan-jenis (Ohm.m)
67
Ekplorasi Elektromagnetik
harga ωµσ >> ω2µε untuk µ = µ0 = 4π . 10-7 H/m. Pendekatan tersebut adalah
aproksimasi keadaan kuasi-stasioner dimana waktu tempuh gelombang dia-
baikan.
Eliminasi kebergantungan medan terhadap waktu seperti dilakukan untuk
menyederhanakan persamaan, selain itu juga untuk lebih mengeksplisitkan
aproksimasi keadaan kuasi-stasioner tersebut. Dengan demikian, didapatkan
persamaan difusi,
∇2E = k 2E ∇2H = k 2H
dimana k = ± √(iω µ0σ) adalah bilangan gelombang.
C. Impedansi Bumi
a. Impedansi Bumi Homogen
Gelombang elektromagnetik yang merambat ke permukaan bumi
diasumsikan bahwa permukaan bumi hanya mengabsorpsi gelombang
elektromagnetik tersebut. Perambatan gelombang elektromagnetik di
bawah permukaan bumi dapat diketahui dengan suatu model medium.
Model bumi yang paling sederhana adalah medium homogen setengah
ruang (half-space) dimana diskontinyuitas resistivitas hanya terdap-
at pada batas udara dengan bumi. Pada medium homogen tidak ada
variasi lateral medan listrik dan medan magnet serta gelombang EM
dianggap sebagai gelombang bidang (plane wave) yang merambat se-
cara vertikal. Sehingga dalam hal ini, setiap komponen horisontal me-
dan listrik dan medan magnet hanya bervariasi terhadap kedalaman.
Impedansi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara komponen
medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus dapat diper-
oleh dari persamaan,
68
Eksplorasi Magnetotellurik
69
Ekplorasi Elektromagnetik
D. Tensor Impedansi
Dalam pengukuran yang dilakukan pada metode MT, sensor yang dileta-
kan berupa dua buah coil yang saling tegak lurus untuk mengukur medan
magnet dan dua pasang porouspot yang saling tegak lurus untuk mengukur
medan lisrik. Data MT berupa deret waktu (time series) komponen horizontal
medan elektromagnetik (Ex, Ey, Hx, Hy) yang diukur pada permukaan bumi.
Sinyal yang terekam mempunyai rentang frekuensi yang sangat lebar, yang
berisi informasi mengenai variasi medan listrik dan magnetik terhadap waktu.
Tujuan dari pengolahan data MT yaitu untuk mendapatkan fungsi transfer MT
yang dinyatakan oleh tensor impedansi. Tensor impedansi merupakan hubun-
gan antara medan listrik dan medan magnet dalam domain frekuensi. Dengan
asumsi bahwa gelombang bidang (plane wave) merambat tegak lurus ke per-
70
Eksplorasi Magnetotellurik
mukaan bumi dan ditangkap oleh sensor, maka persamaan tensor impedansi
(Z) dinyatakan dengan :
71
Ekplorasi Elektromagnetik
72
Eksplorasi Magnetotellurik
73
Ekplorasi Elektromagnetik
menjadi empat kuadran, dimana sumbu x berimpit dengan arah utara dan se-
latan; sumbu y berimpit dengan arah barat dan timur.
74
Eksplorasi Magnetotellurik
75
Ekplorasi Elektromagnetik
1. Pra-pengolahan data
Pada tahap ini, data mentah yang telah direkam mengalami pros-
es editing dan demultiplexing untuk menggabungkan data dari set-
iap kanal yang sama (elektrik atau magnetik) untuk masing-masing
jangkah frekuensi (LF, MF dan HF). Data tersebut adalah keluaran
dari sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan
listrik terukur. Proses gain recovery ditujukan untuk mengembalikan
76
Eksplorasi Magnetotellurik
2. Pengolahan Data
Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual
(seleksi visual) maupun otomatis dengan menetapkan nilai minimal
korelasi data yang dapat diterima. Korelasi yang dimaksud adalah ko-
relasi silang (cross-correlation) antara medan listrik dan medan mag-
net yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu (time
series) disimpan dalam file.
Pada tahap analisa spektral, transformasi seri waktu tiap kanal ke
dalam domain frekuensi menghasilkan spektrum daya dan juga spek-
trum silang (power- dan cross-spectra). Seleksi data dalam domain
frekuensi didasarkan pada koherensinya.
Dalam domain frekuensi, hubungan antara komponen horisontal
medan listrik dan medan magnet dinyatakan oleh persamaan berikut,
E=Z×H
dimana Z adalah tensor impedansi dengan elemen-elemen bilangan
kompleks yang dapat pula dinyakan sebagai tahanan-jenis semu dan
fasa. Disamping itu, antara medan magnet horisontal dan medan mag-
net vertikal terdapat hubungan sebagai berikut :
Hz = T × H
dimana T adalah vektor induksi yang dapat digunakan untuk menghi-
tung parameter yang dikenal sebagai tipper. Dari besaran impedansi
dan tipper inilah dapat diperkirakan informasi mengenai distribusi
77
Ekplorasi Elektromagnetik
3. Analisa Tensor
Jika medium homogen atau berlapis horizontal (1-D) maka Zxx =
Zyy = 0 dan Zxy = -Zyx = Z, dimana Z adalah impedansi yang diper-
oleh dari komponen horisontal medan listrik dan medan magnet yang
saling tegak lurus. Dengan kata lain, hubungan antara komponen hor-
isontal medan listrik dan medan magnet tidak lagi dinyatakan oleh
suatu tensor melainkan suatu bilangan skalar kompleks.
Untuk medium 2-D dengan sumbu x atau sumbu y searah dengan
jurus (strike) maka Zxx = Zyy = 0, namun Zxy ≠ -Zyx. Secara matematis,
kita bisa menghitung tensor impedansi yang seolah-oleh diperoleh
dengan sistem koordinat pengukuran lain melalui rotasi. Hal ini san-
gat berguna karena arah jurus struktur tidak diketahui saat pengukuran
dilakukan.
Jika sumbu x dalam sistem koordimat pengukuran searah dengan
jurus maka elemen tensor hasil rotasi Zxy dan Zyx merupakan im-
pedansi yang berkaitan dengan pengukuran medan listrik sejajar jurus
atau TE-mode (Transverse Electric) dan tegak lurus jurus atau TM-
mode (Transverse Magnetic).
Cara lain untuk menentukan arah kecenderungan struktur (trend)
adalah dengan menggunakan diagram polar yang menggambarkan el-
emen tensor impedansi sebagai fungsi rotasi θ. Berdasarkan asumsi
bahwa impedansi medium 1-D merupakan besaran skalar yang tidak
bergantung arah sistem koordinat pengukuran (invariant), maka dari
tensor impedansi diturunkan parameter yang disebut invarian. Imped-
ansi invarian sangat berguna untuk memperkirakan struktur secara
garis besar jika medium tidak terlalu jauh menyimpang dari kondisi
78
Eksplorasi Magnetotellurik
79
Ekplorasi Elektromagnetik
lah fungsi umum dari forward modeling yang diperoleh dengan metode
finite difference.
Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada
data yang memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan asum-
si tertentu pemodelan 1-D dapat pula diterapkan pada data yang di-
anggap mewakili kecenderungan lokal atau struktur secara garis besar,
misalnya impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode. Pemodelan
1-D menggunakan kurva sounding TE-mode didasarkan atas anggapan
bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak terlalu dipengaruhi
oleh diskontinuitas lateral tegak lurus jurus.
Teknik forward modelling dilakukan dengan menghitung respons
dari suatu model untuk dibandingkan dengan data impedansi (tahanan-
jenis semu dan fasa) pengamatan. Dengan cara coba-coba (trial and er-
ror) dapat diperoleh suatu model yang responsnya paling cocok dengan
data, sehingga model tersebut dapat dianggap mewakili kondisi bawah
permukaan. Teknik inverse modelling memungkinkan kita memperoleh
parameter model langsung dari data.
2. Pemodelan 2-D
Parameter model 2-D adalah nilai tahanan jenis dari tiap blok yang
berdimensi lateral (x) dan dimensi vertikal (z). Algoritma non-linier
conjugate gradient (NLCG) digunakan untuk memperoleh solusi yang
meminimumkan fungsi objektif ψ, yang didefinisikan oleh:
dimana adalah bilangan positif sebagai bobot relatif antara kedua faktor
yang diminimumkan, dan W adalah faktor smoothness berupa fungsi
80
Eksplorasi Magnetotellurik
81
Ekplorasi Elektromagnetik
82
Eksplorasi Magnetotellurik
83
Ekplorasi Elektromagnetik
Salah satu lapangan minyak tua yang pernah berproduksi pada jaman
belanda dengan kapsitas produksi 400 ton selama kurun waktu 1903 sid
1912 adalah lapangan minyak Cipluk. Lapangan minyak Cipluk yang
merupakan bagian dari sub Cekungan Kendal telah terbukti sebagai
lapangan lapangan minyak, namun hal yang berkaitan dengan sistem
petroleum belum terungkap secara tuntas . Hal ini disebabkan oleh kon-
disi tatanan geologinya yang komplek atau berada pada daerah yang
terpatahkan dan terlipatkan ( thrust fold belt zone). Disamping itu be-
lum adanya informasi geologi permukaan dan bawah permukaan yang
baru. Melalui kegiatan riset yang didukung oleh program peningkatan
kemampuan peneliti dan perekayasa tahun anggaran 2010 diharapkan
dapat memberikan solusi masalah terse but di atas.
Tujuan penelitian adalah membuat model sub sistem petroleum
lapangan minyak skala kecil Cipluk, Kendal Jawa tengah. Sasaran dari
kegiatan ini terwujudnya informasi geologi permukaan informasi nilai
tahanan jenis bawah permukaan. Sasaran akhir adalah gambaran model
sub sistem petroleum daerah lapangan minyak Cipluk hasil kompilasi
informasi geologi dan geofisika dan konsep baru sistem petroleum.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah me-
tode pengamatan dan pengukuran unsur -unsur geologi permukaan dan
pengukuran geofisika dengan menggunakan metode audio magnetotel-
lurik.
Hasil studi ini secara teknis akan memberikan pemahaman tentang
kondisi struktur geologi bawah permukaan dalam sistem petroleum.
Secara ekonomis, daerah yang telah terdeliniasi kemungkinan berpros-
pek hidrokarbon dapat dipakai sebagai acuanl model untuk eksplorasi
ditempat lain yang sama kondisi geologi dan tektoniknya dan secara
khusus bermanfaat sebagai bahan pendidikan dan latihan bagi penye-
lenggara diklat migas. (Handayani, 2010).
84
Ekplorasi CSAMT
5 METODE CSAMT
I. Pendahuluan
85
Ekplorasi Elektromagnetik
A. Sumber CSAMT
86
Ekplorasi CSAMT
87
Ekplorasi Elektromagnetik
dimana:
ρa = resistivitas semu
f = frekuensi
E/H = Impedansi Listrik
Peralatan yang digunakan dalam metode CSAMT ini adalah sebagai berikut :
1. Satu set Stratagem versi 2671-01 REV.D atau versi 26716 Rev. D.
2. Sumber daya , dapat berupa baterai atau aki
3. Multi Channel Receiver
4. Antena medan magnet
5. Antena medan listrik
6. Kabel
88
Ekplorasi CSAMT
89
Ekplorasi Elektromagnetik
lar dan CSAMT skalar. Jenis pengukuran tersebut dapat dilihat pada gambar
4.2.
90
Ekplorasi CSAMT
91
Ekplorasi Elektromagnetik
92
Ekplorasi CSAMT
2. Static Effect
Efek statis ini disebabkan oleh adanya body yang berada di dekat
permukaan , terbatas , dan tidak homogen secara elektrik . Permasala-
han ini dapat terlihat sebagai hasil persebaran muatan statis yang tera-
kumulasi pada permukaan body .
3. Koreksi near-field
Koreksi near-field, sehingga data CSAMT memiliki karakteristik
yang mirip dengan data MT. Teknik relatif sederhana untuk koreksi
near-field effect dengan memotong data CSAMT sehingga hanya terda-
pat data far-field. Generalisasi hasil untuk medium homogen terhadap
data CSAMT yang benar. Untuk medium homogen, resistivitas semu
dan data near-field yang merepresentasikan resistivitas sebenrnya dari
medium dapat dikalkulasi.
93
Ekplorasi Elektromagnetik
94
Ekplorasi CSAMT
95
Ekplorasi Elektromagnetik
96
Ekplorasi CSAMT
DAFTAR PUSTAKA
Arsana, Kadek. 2012. Makalah Elektromagnetik. http://www.scribd.com/
doc/96233633/40451299-Makalah-Elektromagnetik. Diakses pada
tanggal 10 Juni 2012, Pukul 13.05 WIB.
97
Ekplorasi Elektromagnetik
Handayani, Lina. 2010. Model Sub Sistem Petroleum Berdasarkan Data Ge-
ologiPermukaan Dan BawahPermukaanDenganPendekatanMetode
Audio Magnetotelurik (AMT): StudiKasusLapanganMinyakCipluk,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. LaporanAkhir Program Insentif-
PenelitidanPerekayasa LIPI Tahun 2010.
Hadi, Arif Ismul. 2007. Identifikasi Lithologi Batuan Bawah Permukaan Den-
gan Metode Csamt Di Daerah Kasihan, Tegalombo, Pacitan. Jurnal
Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 243-246 ISSN 0216-2393.
98
Ekplorasi CSAMT
Sumargana, Lena., Budi Sulistijo. 2010. Penggunaan Metode Very Low Fre-
quency (VLF) untuk Pemetaan Penyebaran Kontaminan di TPA Pa-
sir Impun, Kota Bandung. Vol 1, No 1 : INDONESIAN JOURNAL
OF GEOSCIENCE & TECHNOLOGY
Sutaji, Hadi Imam. 2011. Penerapan Metode Very Low Frequency Vertical
99
Ekplorasi Elektromagnetik
100