Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KULIAH

ELEKTRODINAMIKA (FI 5001)

RINGKASAN MATERI KULIAH

- HAMBURAN DAN DIFRAKSI

- RADIASI

DISUSUN OLEH:

NAMA : ABDUL MUID


NIM : 20210010

DEPARTEMEN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2010

HAMBURAN DAN DIFRAKSI

A. Hamburan Gelombang Datar Oleh Silinder


Hamburan dapat dipandang sebagai akibat pengaruh interaksi antara
gelombang dengan materi yang terjadi dalam volume terbatas, atau pengaruh
interupsi homogenitas medium. Pengaruh tersebut dapat dirumuskan sebagai efek
volume atau efek permukaan.
1. Uraian Gelombang Dalam Koordinat Silinder
x2

ei ( kx1 t ) 
r
x1
x3

Misalnya gelombang datar terpolarisasi linear datang tegak lurus sumbu silinder
(searah sumbu x1). Gelombang datang ini dapat dinyatakan oleh

 d ( x , t )   0ei ( kx1 t ) (1.1)
Selanjutnya, persamaan Laplace dalam koordinat silinder:
 2 1  1 2 2 
 2   2    0 (1.2)
 r r r r  2 z 2 

Dengan separasi variabel:


 (r , , z )  R (r ) ( ) Z ( z )
(1.3)
maka
 dR  2 d 2R
 Z  2  Z 2 (1.4a)
r dr r dr
 d  2 d 2
 RZ   RZ (1.4b)
 d  2
d 2

 dZ  2 d 2Z
 R  2  R 2 (1.4c)
z dz z dz
Masukkan (1.4) ke (1.2) dan hasilnya dibagi oleh (1.3) maka diperoleh
1 d 2R 1 dR 1 d 2 1 d 2 Z
   0 (1.5)
R dr 2 Rr dr r 2 d 2 Z dz 2
Persamaan (1.5) dipenuhi jika setiap sukunya adalah konstanta. Dengan demikian,
diperoleh tiga persamaan diferensial biasa sebagai berikut.
 d2 
 2  k 2  Z  0 (1.6a)
 dz 

 d2 
 2  m 2   0 (1.6b)
 d 
 d2 1 d m
 2   k 2  2  R  0 (1.6c)
 dr r dr r 

Pada kasus di atas, karena gelombang datang terpolarisasi linear, medan


gelombang dapat dipandang sebagai medan skalar. Dari simetri konfigurasi
hamburan, persoalan hamburan tersebut dapat direduksi menjadi persamaan
Hemholtz berdimensi dua dengan syarat batas pada bidang x1-x2, yakni persamaan
(1.6b) dan (1.6c). Solusi umum dari persamaan (1.6b) dan (1.6c) masing-masing
adalah
 m ( )  Aeim  Be  im (1.7a)
Rm (r )  Am H m(1) (kr )  Bm H m( 2 ) ( kr ) (1.7b)
Selanjutnya, dari persamaan

e ( ix 3 cos  )   (i)
m  
m
eim J m ( x3 ) (1.8)

maka

e (ikx1 )  eikr cos    (i )
m  
m
eim J m ( kr ) (1.9)

sehingga gelombang datang {persamaan (1.1)} dapat diungkapkan dalam


koordinat silinder sebagai berikut.


 d ( x, t )   0  (i )
m  
m
e i ( m  t ) J m ( kr ) (1.10)

Berkaitan dengan kehadiran silinder, bentuk gelombang pada (1.10) tidak


memenuhi syarat batas permukaan silinder. Agar memenuhi syarat batas
Hemholtz, perlu ditambahkan solusi lain dari persamaan Hemholtz (gelombang
terhambur) pada gelombang datang tersebut. Dengan kata lain, solusi lengkap dari
persamaan Hemholtz dengan syarat batas berupa fungsi:
  
 ( x , t )   d ( x , t )   S ( x , t )   0ei ( kx1 t )   S (r , )e it (1.11)

Agar memenuhi syarat batas nontrivial, diperlukan fungsi S yang berbentuk


umum. Berdasarkan persamaan (1.7), bentuk umum yang diperlukan dapat
dituliskan sebagai berikut.

e   A 

 S ( r , )  im
m H m(1) ( kr )  Bm H m( 2 ) ( kr ) (1.12)
m  

Karena S harus mengungkapkan gelombang sferis yang dipancarkan keluar dari


(1)
r = 0 untuk gelombang berdimensi dua, hanya H m (kr ) yang relevan sehingga
persamaan (1.12) dapat direduksi menjadi

 S (r , )  A
m  
m H m(1) ( kr )eim (1.13)

Dengan demikian, gelombang totalnya memenuhi persamaan

  


 ( x, t )  0 i m J m ( kr )  Am H m(1) ( kr ) e i ( m  t ) (1.14)
m  

2. Penerapan Syarat Batas


Untuk gelombang akustik yang dihamburkan oleh silinder tegar akan
berlaku syarat batas Neuman:

ˆ  
n r a
0 (1.15)
Mengacu pada persamaan (1.14) maka
d
  
 
nˆ   r a
  0 i m J 'm ( ka)  Am H m(1)' ( ka) ei ( m t )  0
dr r a m  

 0i m J 'm (ka)  Am H m(1)' (ka)  0


sehingga diperoleh
 0i m J 'm (ka )
Am   (1.16)
H m(1)' (ka )
Selanjutnya, dengan menggunakan parameterisasi
J m ( kr )  Cm ( kr ) sin  m (kr ) , J 'm ( kr )  C 'm ( kr ) sin  'm ( kr )
(1.17a)
H m(1) (kr )  iCm (kr ) exp[i m (kr )] , H m(1)' ( kr )  iC 'm (kr ) exp[i 'm (kr )]
(1.17b)
maka persamaan (1.16) dapat ditulis menjadi
 0i m J 'm (ka)
Am   (1)'
  0i m1e i 'm sin  'm
H m (ka)
(1.18)
dengan  'm   'm (ka ) .
Dengan memasukkan persamaan (1.17) dan (1.18) ke persamaan (1.13),
gelombang terhambur memenuhi persamaan
 
 S (r ,  )  A
m 
m H m(1) ( kr )eim   0 i
m 
e i 'm sin  'm H m(1) ( kr )e im
m 1

(1.19)
Untuk daerah asimtotis (r → ), berlaku
2 i ( kr  m2  4 ) 2  m 1 ikr
H m(1) ( kr )  e  i e (1.20)
kr kr i

   e 
i 2  m
 i 4 i 2  2
1
1
(Catatan: e  i m2
 e i m dan e  ).
i
Selanjutnya, masukkan persamaan (1.20) ke persamaan (1.19) sebagai berikut.

 S ( r ,  )   0 i
m 
m 1
e i 'm sin  'm H m(1) ( kr )e im

  2 m 1 ikr 
0 i m1 i 'm
e sin  'm e im  i e 
m   kr i 
sehingga diperoleh
 e 

2i i 'm
 S (r , )   0 sin  'm e im (Q.E.D)
kr m 

(1.21)

Selanjutnya, intensitas gelombang terhambur yang dinormalisasikan terhadap


intensitas gelombang datang memenuhi:
2
S
S ( )  2 (1.22)
d

Karena  d   0 e 1 maka  d   02 . Sementara itu,


ikx 2

S) 
2 02   i 'm
2
 e
kr m

sin  'm eim   

2 02   
   e  i ' m sin  'm eim   ei ' n sin  'n e  in 
kr  m  n 
2 02

kr
e
m, n
 i (  ' m  ' n )
sin  'm sin  'n ei ( m  n )

2 02

kr
 sin  '
m, n
m sin  'n ei[( ' m  ' n )  ( m  n ) ]

sehingga persamaan (1.22) menjadi

2
S (r , ) 
kr
 sin  '
m, n
m sin  'n ei[( ' n  ' m )  ( m  n ) ] (Q.E.D)
(1.23)

Energi total yang dihambur per satuan waktu per satuan panjang dalam arah
sumbu silinder (x3) diberikan oleh
2
Q  0
S ( r ,  )rdr

2 2

k
 sin  '
m, n
m sin  'n e  i ( ' m  ' n ) 
0
e i ( m  n )  d

2 2

k
 sin  '
m, n
m sin  'n e  i ( ' m  ' n ) 
0
ei ( m  n ) d

(1.22)
Bagian integralnya dihitung dahulu sebagai berikut.
 Untuk m = n:
2 2

0
e i ( m  n ) d   
0
d  2
 Untuk m  n:

0
2
ei ( m  n ) d 
1
mn

ei ( m  n )  2
0 0

Hasil integral di atas dapat dirangkum dalam persaman


2 2
 0
e i ( m  n ) d  0
d  2 m , n
(1.23)
dengan  m, n adalah delta kroneker. Selanjutnya, masukkan persamaan (1.23) ke
persamaan (1.22), diperoleh

sin  'n e  i ( ' m  ' n )  2 m , n 


2
Q
k
 sin  '
m, n
m

(1.24)
Persamaan (1.24) hanya bernilai jika m = n sehingga dapat ditulis menjadi

4
Q 
k m
sin 2  'm (Q.E.D) (1.25)

3. Analisis Asimtotis Hamburan Gelombang


1. Representasi asimtotis dari gelombang datang
Representasi asimtotis untuk intensitas memenuhi persamaan
2
S (r , ) 
kr
 sin  '
m, n
m sin  'n ei[( ' n  ' m )  ( m  n ) ] (2.1)

Untuk kasus syarat batas Neumann, digunakan rumus asimtotis:


1
 '0   (ka) 2   '1   '1
4
Dalam kasus di atas, hanya m = 0, 1 yang diperhitungkan karena untuk m yang
besar  'm  0 . Persamaan (2.1) dapat ditulis
1 1
2
S (r ,  ) 
kr
 sin  '
m  1
m e i 'm eim  sin  'n ei 'n e in
n  1


2
kr

sin  '1 e  i ' 1 e  i  sin  '0 e  i '0  sin  '1 e  i '1 ei 

 sin  '1 ei ' 1 ei  sin  '0 ei '0  sin  '1 ei '1 e  i 

2
kr

 sin  '0 ei '0 e  i  sin  '0 e  i ' 0  sin  '0 ei ' 0 ei 

  sin  '0 e  i ' 0 ei  sin  '0 ei '0  sin  '0 e  i '0 e  i 

2
kr

sin  '0 e  i '0  sin  '0 ei ' 0 (ei  e  i ) 

 sin  '0 ei ' 0  sin  '0 e  i '0 (ei  e  i ) 

2
kr
 
sin  '0 e  i '0  2 sin  '0 ei '0 cos  sin  '0 ei '0  2 sin  '0 e  i '0 cos  

2
kr
 
sin 2  '0 e i '0  2ei '0 cos  ei '0  2e i '0 cos  
(2.2)
Untuk  '0 sangat kecil maka
2
sin 2  '0   '02  ( ka ) 4 dan e  i '0  1  ei '0
16
sehingga persamaan (2.2) dapat ditulis
2  2 4
S (r , ) 
kr  16 (ka) 1  2 cos  1  2 cos  
 
atau

 a
S (r , )  ( ka)3  (1  2 cos  ) 2 (Q.E.D)
8 r
(2.3)

Selanjutnya, telah diperoleh pula energi gelombang terhambur:


4
Q  sin 2  'm
k m
(2.4)

Karena hanya m = 0, 1 yang diperhitungkan, persamaan (2.4) dapat ditulis


menjadi

Q
4 1

k m  1
4
 12

sin 2  'm  sin 2  '1  sin 2  '0  sin 2  '1  sin 3  '0
k k
2


12
 '0  2  12  1  (ka) 2   3  2 a(ka)3
k k 4  4

Dengan demikian diperoleh

3 2
Q  a (ka)3 (Q.E.D) (2.5)
4

Gelombang datar yang datang dalam arah x3 diungkapkan oleh fungsi:



 d ( x , t )   0ei ( kx3 t )   0eikr cos  e it (3.1)
Rumus fungsi pembangkit untuk koordinat bola:

eikr cos    ( 2n  1)i n Pn (cos ) jn ( kr ) (3.2)
n0

Masukkan (3.2) ke (3.1) maka diperoleh representasi gelombang datang dalam


koordinat bola:


 d ( x , t )   0  ( 2n  1)i n Pn (cos ) jn ( kr )e  it
n 0

(3.3)
dengan jn (kr ) adalah fungsi Bessel sferis yang didefinisikan sebagai
1

  2
jn ( kr )    J n  12 ( kr ) (3.4)
 2kr 
Selanjutnya, gelombang terhambur untuk kasus ini memenuhi

 S ( x , t )   S (r , )e it (3.5)
dengan

 S ( r , )   An Pn (cos ) hn(1) ( kr )
n0

(3.6)
dan, dari definisi,

 
1

  2
h (kr )  
(1)
n  J n  12 (kr )  iN n  12 (kr )
 2kr 
(3.7)
1 ikr
yang dipilih untuk memenuhi sifat asimtotis hn (kr ) 
(1)
e agar sesuai dengan
kr
gambaran gelombang sferis yang terpancar keluar dari pusat bola (  ei ( kr t ) / kr ).

Dengan demikian, gelombang totalnya

 ( x , t )   d   S    0 ( 2n  1)i n jn (kr )  An hn(1) (kr )Pn (cos )e  it




n0

(3.9)
Dengan menerapkan syarat batas Dirichlet:  (r  a )  0 maka dari persamaan
(3.9) diperoleh
 0 (2n  1)i n jn (ka)
An  (3.10)
hn(1) (ka)
Selanjutnya, dengan menggunakan parameterisasi:
jn (kr )  Dn ( kr ) sin  n ( kr )
(3.11)
hn(1, 2 ) ( kr )  iDn (kr )e  i n ( kr ) (3.12)
persamaan (3.10) dapat ditulis menjadi
 0 (2n  1)i n Dn (ka) sin  n
An  i n
  0 (2n  1)i n 1 sin  ne  n
 iDn (ka )e
(3.13)
dengan  n   n (ka ) . Selanjutnya, dengan memasukkan (3.13) ke (3.6),
persamaan gelombang terhambur dapat ditulis menjadi

 S (r , )   0  ( 2n  1)i n 1 sin  n e  i Pn (cos )hn(1) ( kr )
n

n0

(3.11)
(1)
Untuk r → , hn ( kr ) oleh pendekatan asimtotis:
e ikr
hn(1) ( kr )  (i ) n 1 (3.12)
kr
sehingga persamaan (3.11) dapat ditulis menjadi

eikr
 S ( r , )   0
kr
 (2n  1) sin 
n0
n e  i n Pn (cos ) (3.13)

Intensitas hamburan
2
S
S ( r , )  2 (3.14)
d

Dari persamaan (3.11):

 
1
 (2m  1) sin  e  i m Pm (cos  ) (2n  1) sin  n ei n Pn (cos  )
2
S   02 n
k r2
2
m 0 n 0

dan dari persamaan (3.1):


2
d   02

sehingga persamaan (3.14) menjadi



1
S ( r , ) 
k r2
2  (2m  1)(2n  1) sin
m, n  0
m sin  n e  i ( m  n ) Pm (cos ) Pn (cos )

(3.15)
Kasus gelombang pendek (ka >> 1) berlaku sifat asimtotis

 m ( ka )  ka  (m  12 ) , m < ka (3.16)
2
dan
m
1 1  1  ( ka / m) 2  2 m  ( ka ) 2
tan  m ( ka )    e , m > ka (3.17)
2 1  1  ( ka / m) 2 

Untuk ka >>, ruas kanan pada persamaan (3.17) menuju nol. Ini berarti
 m ( ka )  0 untuk m > ka. Oleh karena itu, sumasi terhadap m pada persamaan
(3.15) hanya perlu dilakukan untuk m = 0 s.d. m = ka sehingga diperoleh
2 2
1a 1a 2   2
S ( )       cot   J1 ( ka sin  )
4 r  4 r  2
Kesimpulan:
Telah diperoleh bahwa, dalam koordinat silinder, gelombang datang,
gelombang terhambur, dan gelombang total berturut-turut diungkapkan sebagai
berikut:


 d ( x, t )   0  (i )
m  
m
ei ( m t ) J m ( kr )

(11.1)

 S (r , )  A
m  
m H m(1) ( kr )eim

(11.2)

  


 ( x, t )  0 i m J m ( kr )  Am H m(1) ( kr ) ei ( m  t )
m  

(11.3)
Jika persamaan (11.3) dianggap mengungkapkan medan listrik dari sebuah
gelombang elektromagnet dan silinder dianggap sebagai konduktor, syarat
batas pada permukaan silinder adalah syarat batas Dirichlet:
 (r  R)  0 (11.4)
Terapkan syarat ini pada persamaan (11.3) maka
 0i m J m (kR)  Am H m(1) (kR)  0
sehingga diperoleh
 0i m J m (kR )
Am   (11.5)
H m(1) (kR )
Selanjutnya, dengan menggunakan parameterisasi
J m ( kr )  Cm ( kr ) sin  m (kr ) (11.6a)
H m(1) (kr )  iCm (kr ) exp[i m (kr )] (11.6b)
maka persamaan (11.5) dapat ditulis menjadi
 0i m J m ( kR)
Am   (1)
  0i m 1e  i m sin  m (11.7)
H m (kR)
dengan  m   m (kR) .
Dengan memasukkan persamaan (11.6) dan (11.7) ke (11.2), gelombang
terhambur memenuhi persamaan
 
 S (r ,  )  A
m 
m H m(1) (kr )eim   0 i
m
m1
e i m sin  m H m(1) ( kr )eim

(11.8)
Untuk daerah asimtotis (r → ), berlaku
2 i ( kr  m2  4 ) 2  m 1 ikr
H m(1) ( kr )  e  i e (11.9)
kr kr i

    i 2  2 1
1
 i 4
i 2  m  e 
dan e
m
(Catatan: e i 2
 e i m ).
i
Selanjutnya, masukkan persamaan (11.9) ke persamaan (11.8) sebagai berikut.

 S (r , )   0 i
m 
m1
e i m sin  m H m(1) ( kr )e im

  2  m 1 ikr 
 0 i m 1  i m
e sin  m eim  i e 
m    kr i 

1  i m  2 1 ikr 
 0  e sin  m eim  e 
m   i  kr i 
  2 1 ikr 
  0  ie i m
sin  m eim  e 
m    kr i 
sehingga diperoleh

 S (r ,  )   0
2i  i m

 e sin  m eim
kr m

(11.20)
Selanjutnya, intensitas gelombang terhambur yang dinormalisasikan terhadap
intensitas gelombang datang memenuhi:
2
S
S ( )  2 (11.21)
d

Karena  d   0 e 1 maka  d   02 . Sementara itu,


ikx 2

2
2 02   i m 
S) 
2
 e
kr  m
sin  m e im  

2 02   
   e i m sin  m eim   e i n sin  n e in 
kr  m  n 
2 02

kr
e
m, n
 i ( m   n )
sin  m sin  n ei ( m  n )

2 02

kr
 sin 
m, n
m sin  n ei[( m  n )  ( m  n ) ]

sehingga persamaan (11.21) menjadi


2
S (r , )   sin  m sin  nei[( n  m )  ( m  n ) ]
kr m, n
(11.22)
Untuk kasus gelombang panjang (kR << 1): dipenuhi syarat asimtotis kR <<
2m+1 dan ungkapan asimtotis:
   1 
 m  tan 1    , m = 0 (11.21)
 2  ln kR 
2
m  kR 
m     0 , m ≥ 1, kR → 0 (11.22)
(m!) 2  2 

Ini berarti hanya suku m = n = 0 yang perlu dipertahankan pada persamaan


(11.22) sehingga persamaan (11.22) tereduksi menjadi
2
S (r ,  )  sin 2  0 (11.23)
kr
Untuk kR yang kecil,  0  0 maka

sin  0  tan  0  
2 ln kR
dan jika hasil di atas dimasukkan ke persamaan (11.23):
2 2
2 2      1 
S (r , )  sin 2  0   
kr kr  2 ln kR  2kr  ln kR 
(11.24)
Persamaan (11.24) menunjukkan bahwa intensitas gelombang terhambur
terdistribusi secara isotropis.
(a) Untuk kasus gelombang pendek (kR >> 1): sifat asimtotisnya memenuhi

 m (kR)  kR  (m  12 ) , m < kR (11.25)
2
m
1 1  1  (kR / m) 2  2 m  ( kR ) 2
tan  m (kR)    e , m > kR (11.26)
2 1  1  (kR / m) 2 

Untuk kR >> 1, ruas kanan pada persamaan (11.26) menuju nol. Ini berarti
 m ( kR)  0 untuk m > kR. Oleh karena itu, sumasi terhadap m pada
persamaan (11.22) hanya perlu dilakukan untuk m = 0 s.d. m = kR sehingga
diperoleh
 R  1 
S (r ,  )    sin( / 2)    cot ( / 2) sin ( kR )
2 2

 2r   2kr 

Pada kasus gelombang pendek (kR << 1), intensitas gelombang yang
terhambur terdistribusi secara isotropik. Sementara itu, pada kasus gelombang
pendek (kR >> 1), intensitas gelombang yang terhambur terdiri dari dua suku:
suku pertama mengungkapkan intensitas gelombang pantul dan suku kedua
mengungkapkan gelombang terhambur atau transmisi. Intensitas gelombang
pantul maksimum pada  = , sedangkan intensitas gelombang terhambur
memiliki maksimum tajam pada  = 0.
RADIASI

A. Rapat daya radiasi antena dipol


Sistem antena linear yang berupa susunan antena dipol diilustrasikan
pada gambar di bawah ini.
z
Untuk susunan antena dengan pergeseran
fasa arus umpan secara progresif:
d xp = pd, d = jarak antarelemen (uniform)
y
2l = panjang tiap elemen
x0
Ip = I0 (sama untuk setiap elemen)
x
xp n = jumlah elemen
γp = pγ0, γ0 = beda fase arus umpan
antarelemen.
Rapat arus untuk masing-masing unsur antena (untuk  l  z  l dan
kl   / 2) .
 
J p ( x )  kˆI p ( x  x p ) ( y ) sin[kl  z ]  kˆI p ( x  x p ) ( y ) cos(kz )
(12.1)
Rapat arus untuk seluruh sistem antena:
   
J ( x )   J p ( x )  kˆ ( y ) cos(kz ) I p ( x  x p ) (12.2)
p 1 p 1

Selanjutnya, vektor radiasi:


     
e
 ik  x
N  J ( x )d 3 x

 kˆ  e  iky sin  sin  ( y ) dy   e  ikz cos  cos k ( z   )dz    I p e p


 ikx sin  cos   
 ( x  x p )dx
p

2 cos 2 cos 
 kˆ    I pe p
 i ( kx sin  cos    p )

k sin  2
p
(12.3)
Rapat daya rata-rata per satuan sudut ruang:
dP k2  
  | kˆ  N |2  | F ( ) A( , ) |2 (12.4)
dA 32 r
2 2
8 2 r 2
dengan
cos 2 cos 
F ( )  (12.5)
sin 
A( , )   I p e
 i ( kx p sin  cos    p )
(12.6)
p

Untuk n-elemen identik, persamaan (12.6) menjadi


A( , )  I 0  e  i ( kpd sin  cos   p 0 ) (12.7)
p

Misalnya z  e  ikd sin  cos    0 maka (12.7) dapat ditulis menjadi


zn 1
A( , )  I 0  z p  I 0
p z 1

atau
e  in ( kd sin  cos    0 )  1
A( , )  I 0
e  i ( kd sin  cos    0 )  1
i  k2 ( n 1) d sin  cos   12 ( n 1) 0  sin[n( kd sin  cos   0 ) / 2]
A( ,  )  I 0e
sin[(kd sin  cos   0 ) / 2]
sehingga diperoleh
sin[n(kd sin  cos   0 ) / 2]
| A( ,  ) | I 0
sin[(kd sin  cos    0 ) / 2]
Dengan demikian, rapat daya rata-ratanya adalah

dP I 2 cos 2  2 cos  sin 2 [n(kd sin  cos   0 ) / 2]


 20 2 (12.8)
dA 8 r sin 2  sin 2 [n(kd sin  cos   0 ) / 2]
(a) Maksimum utama (major lobe) dalam selubung modulasi |F(θ)| terjadi pada
kondisi
kd sin  cos    0  0

Persamaan di atas menunjukkan bahwa arah radiasi ditentukan oleh γ0. Khusus
untuk γ0 = 0, pola radiasi memiliki maksimum utama dalam arah tegak lurus
sumbu sistem antena (φ =  π/2). Sistem ini dikenal sebagai broad-side linear
array. Di lain pihak, bila γ0 = kd, maksimum utama akan terarah sepanjang
sumbu sistem linear tersebut ( cos   1;  0,  ). Sistem ini dikenal sebagai
end-fire linear array.
(b) Untuk broad-side linear array system dengan kl << 1 berlaku
F ( )  12 (kl ) 2 sin 
Khusus untuk bidang    / 2 ,
| A( ,  / 2) |2  n 2 I 0

Dengan demikian, rapat daya rata-ratanya menjadi


dP n 2 I 02 1  l  2 n2 K 2 2
   sin   sin 
dA 4 r2    r2

Directivity gain
dP
4r 2
dA maks
g (12.9)
dP 2
 dA
r d

Hitung dahulu:
dP n2 K 2

dA maks r2

dP 2 n2 K 2 2
 dA
r d  
r2
r sin 2  sin dd

 2n 2 K 2  sin 3 d

 4  8n K
2 2
 2n 2 K 2   
3 3
Dengan demikian (12.9) menjadi
dP  n2 K 2 
4r 2 4r 2  2 
g
dA maks
  r   3  1,5 (12.10)
dP 2 8n 2 K 2 2
 dA
r d
3

Laju radiasi
Tinjau suatu partikel bermuatan
 
q yang

dipercepat searah dengan

 
kecepatan gerakya,  //  dengan R '  R  R , telah diperoleh bahwa

 q 1  R    
E  3 (1   ) R ' 3  ( R ' )
2

4 0  s cs 
(13.1)
Selain itu, dengan langkah serupa dapat diturunkan persamaan untuk medan
magnet
 q 1    Rˆ     
B 3 
(1   2 )   R   ( R  ( R ' ))
4 0 cs  c 
(13.2)
Untuk kasus partikel bermuatan yang dipercepat sejajar dengan arah geraknya
berlaku
    

R'  R   dan medan radiasi (suku kedua) dari persamaan (13.1) dan (13.2)
menjadi
 q    
E R  (R   ) (13.3)
4 0cs 3

 q   
B R( R   ) (13.4)
4 0c s
2 3

Distribusi sudut daya radiasi sesaat


dP  q2R2   
 R 2 0c | E |2  | R  ( R   ) |2
d 16 cs
2 6

q2R2  2 q2 sin 2 
 R 4
|  | sin 2
  2
 (13.5)
16 2cs 6 16 2 0c (1   cos )6

dengan  |  |

dan s / R    1   cos .
Distribusi dari laju pengurangan energi partikel akibat pemancaran radiasi
memenuhi
d 2W dt dP R dP q2 2 sin 2 
    
dt ' d dt ' d s d 16 2 0 c (1   cos )5
(13.6)
Laju radiasi total:
dW d 2W q2 sin 2 
   d    
 2
sin dd
dt ' dt ' d 16 2 0c (1   cos ) 5
(13.7)
Bagian integral pada (13.7) dihitung sebagai berikut. Misalnya x  1   cos
maka dx    sin d .
sin 2  1  (1  x) 2 /  2  dx 
 (1   cos )5 sin dd  2  x5
  
  
2 [  2  (1  x ) 2 ]

3  x5
dx

1 
2  2 1 2 1 
  4 x 4  x 4  3x 3  2 x 2 
3  1 

8

3(1   2 )3
(13.8)
Dengan memasukkan (13.8) ke (13.7) diperoleh
dW q2 
  8  q2  2 1
  |  |2  3(1   2 )3  6 2 c |  | (1   2 ) 6
 
dt ' 16  0c
2
  0

atau
dW q2
   2 6 (13.9)
dt ' 6  0c
2

dengan
1
 
1  2

Sudut maksimum terjadi jika


d  d 2W  d  sin 2  
d  dt ' d   0 →
d  (1   cos )5   0
   
2 sin  cos  (1   cos  )5  5 sin 3  (1   cos  ) 4
0
(1   cos  )10
sin  (1   cos  ) 4 ( 2 cos   2  cos 2   5 sin 2  )  0

Diperoleh tiga kemungkinan solusi:


1 
(2) 1   cos  0    cos 
1
(1) sin   0    0 
 
(3) 2 cos  2 cos 2   5 (1  cos 2  )  0 → 3 cos 2   2 cos  5  0
Kemungkinan ke-1 tidak memenuhi syarat karena pada  = 0, laju pengurangan
energi menjadi nol. Kemungkinan ke-2 juga tidak memenuhi syarat karena untuk
  1 , sedangkan –1  cos   1. Selanjutnya, kemungkinan ke-3 juga memiliki
dua solusi. Dengan menggunakan rumus abc diperoleh
2 4  4(3 )(5 ) 1 1
(cos )1, 2    1  15 2
6 3 3

Karena jika  besar cos  kecil (untuk 0 <  < 90) maka dipilih solusi:

cos  
1

3 3
1
1  15 2 
1
3
 1  15 2  1
 1
 m  cos 1 
 3
 
1  15 2  1 


(13.10)
Hasil di atas menunjukkan bahwa  m makin kecil jika  mendekati
maksimumnya (maks = 1).
Untuk kasus ultrarelativistik ( u  c) ,


u
c
 1
 1 →  m  cos1 
 3
 

1  15 2  1   0o

Radiasi Medan EM
Medan listrik yang dihasilkan muatan bergerak memenuhi:

  A
E    (14.1)
t
Dari bentuk potensial Lienard-Wiechert:
 q 1
 ( x, t )  (14.2a)
4 0 s
  
q u
A( x , t )  (14.2b)
4 0c 2 s
persamaan (14.1) menjadi
 
q  1  q  u 
E     
4 0  s  4 0c 2 t  s 

q 1  q  1 u u s 
 s    
4 0 s 2 4 0c 2  s t s 2 t 

q 1  1  1 u u s 
 s  2   
4 0  s 2 c  s t s 2 t 
(14.3)
Selanjutnya, dari hubungan:
 R 
 (14.4a)
t 
x s t ' 
x

  R 
  x  (14.4b)
cs t '
persamaan (14.3) menjadi
  
 q 1  R   1  R u Ru s 
E  2   x  s  2  2  3 
4 0  s  cs t '  c  s t ' s t ' 
 
1 
q R s R    Ru s 
   s   u 
4 0  s 2
x
cs 3 t ' c 2 s 2 c 2 s 3 t ' 
(14.5)
   
Karena s  R  R  R  
   
dan
 
u tidak
  
bergantung
  
pada
x , dan berdasarkan
persamaan ( A  B )  ( B  A) A  ( A  ) B  B  (  A)  A  (  B ) maka
        
 x s   x ( R  R   )   x R   x ( R   )  R̂  
(14.6)
Masukkan persamaan (14.6) ke (14.5) maka
 
 q 1 ˆ  R    R   Ru   
E  2 (R   )  3 (R  R   )  2 2 u  2 3 ( R  R   )
4 0 s cs t ' c s c s t ' 

  
 1  R  R R    
 2 (Rˆ   )  3      R  
q s cs  t' t' t' 
    
40 R  Ru  R R    
 u       R   
 c2s2 c2s3  t' t' t'  

 1 ˆ  R   ˆ   1   
 2 (R   )  3   c  R  u    R  u 
q s cs  c 
 
40  R  Ru   ˆ   1    
 2 2 u  2 3   c  R  u    R  u  
 cs cs  c 

 1 ˆ  R  s 2 1   
 2 (R   )  3   c(1  )  c  R  u 
q s cs  R c 
 
40  R  Ru  s 2 1    
 2 2 u  2 3   c(1  )  c  R  u  
 cs cs  R c 
 2 
 1 ˆ  R Rˆ R R   
 (R   )  3  2  3  2 3 R  u 
q s 2
s s s cs 
     
40  R  Ru u Ru 2 Ru  
 c2s2 u  cs3  cs2  cs3   c3s3 R  u 

q 1   R   

  3 ( R  R )(1   )  2 3  [( R  R )  u 
2

4 0 s c s 
atau

 q 1  R    
E  3 (1   ) R ' 3  ( R ' ) 
2

4 0  s cs 
(14.7)
  
dengan R '  R  R .

Persamaan (14.7) terdiri dari dua suku; suku pertama tidak bergantung pada

percepatan (  ) dan suku kedua bergantung pada percepatan. Suku pertama
bersifat kuasi-statik atau induktif dengan ciri E ~ 1 / R 2 . Dengan kata lain, partikel

yang bergerak dengan kecepatan tetap (   0 ) tidak memancarkan gelombang
elektromagnetik. Di lain pihak, suku kedua
  
mengungkapkan medan radiasi dengan
ciri E ~ 1 / R dan transversalitas E  R  B  E . Jadi, muatan yang bergerak
dipercepat akan memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik.

Laju radiation loss partikel dengan percepatan kolinear memenuhi persamaan:


2
dW q2  dp 
  2 3  
dt ' 6 0 m c  dt 

sedangkan laju radiation loss partikel dengan percepatan transversal memenuhi


persamaan
2
dW q2  dp 
   2 
dt ' 6 0 m c
2 3
 dt 
Dari kedua persamaan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut. Dengan
gaya yang sama, percepatan transversal akan menimbulkan laju radiasi yang lebih
besar dengan faktor perkalian γ2 >> 1 (untuk kasus gerak relativistik). Selain itu,
laju radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat massa partikel. Ini berarti,
semakin ringan partikel, semakin besar radiation loss. Dengan kedua alasan di
atas, akselerator elektron atau partikel-partikel ringan lainnya selalu
menggunakan akselerator linear (agar radiation loss-nya kecil).
Partikel yang bergerak dengan kecepatan tetap di dalam ruang hampa tidak
dapat memancarkan gelombang elektromagnetik. Akan tetapi, jika partikel
tersebut bergerak dalam medium dielektrik, meskipun ia bergerak dengan
kecepatan tetap, radiasi gelombang elektromagnetik akan dipancarkan jika
kecepatannya melebihi kecepatan fase gelombang. Gejala ini dikenal sebagai
radiasi Vavilov-Cherenkov. Pada hakikatnya, radiasi berasal dari elektron-
elektron yang dipercepat oleh medan yang ditimbulkan partikel yang bergerak
tadi.

Anda mungkin juga menyukai