- RADIASI
DISUSUN OLEH:
DEPARTEMEN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2010
ei ( kx1 t )
r
x1
x3
Misalnya gelombang datar terpolarisasi linear datang tegak lurus sumbu silinder
(searah sumbu x1). Gelombang datang ini dapat dinyatakan oleh
d ( x , t ) 0ei ( kx1 t ) (1.1)
Selanjutnya, persamaan Laplace dalam koordinat silinder:
2 1 1 2 2
2 2 0 (1.2)
r r r r 2 z 2
dZ 2 d 2Z
R 2 R 2 (1.4c)
z dz z dz
Masukkan (1.4) ke (1.2) dan hasilnya dibagi oleh (1.3) maka diperoleh
1 d 2R 1 dR 1 d 2 1 d 2 Z
0 (1.5)
R dr 2 Rr dr r 2 d 2 Z dz 2
Persamaan (1.5) dipenuhi jika setiap sukunya adalah konstanta. Dengan demikian,
diperoleh tiga persamaan diferensial biasa sebagai berikut.
d2
2 k 2 Z 0 (1.6a)
dz
d2
2 m 2 0 (1.6b)
d
d2 1 d m
2 k 2 2 R 0 (1.6c)
dr r dr r
maka
e (ikx1 ) eikr cos (i )
m
m
eim J m ( kr ) (1.9)
e A
S ( r , ) im
m H m(1) ( kr ) Bm H m( 2 ) ( kr ) (1.12)
m
( x, t ) 0 i m J m ( kr ) Am H m(1) ( kr ) e i ( m t ) (1.14)
m
(1.19)
Untuk daerah asimtotis (r → ), berlaku
2 i ( kr m2 4 ) 2 m 1 ikr
H m(1) ( kr ) e i e (1.20)
kr kr i
e
i 2 m
i 4 i 2 2
1
1
(Catatan: e i m2
e i m dan e ).
i
Selanjutnya, masukkan persamaan (1.20) ke persamaan (1.19) sebagai berikut.
S ( r , ) 0 i
m
m 1
e i 'm sin 'm H m(1) ( kr )e im
2 m 1 ikr
0 i m1 i 'm
e sin 'm e im i e
m kr i
sehingga diperoleh
e
2i i 'm
S (r , ) 0 sin 'm e im (Q.E.D)
kr m
(1.21)
S)
2 02 i 'm
2
e
kr m
sin 'm eim
2 02
e i ' m sin 'm eim ei ' n sin 'n e in
kr m n
2 02
kr
e
m, n
i ( ' m ' n )
sin 'm sin 'n ei ( m n )
2 02
kr
sin '
m, n
m sin 'n ei[( ' m ' n ) ( m n ) ]
2
S (r , )
kr
sin '
m, n
m sin 'n ei[( ' n ' m ) ( m n ) ] (Q.E.D)
(1.23)
Energi total yang dihambur per satuan waktu per satuan panjang dalam arah
sumbu silinder (x3) diberikan oleh
2
Q 0
S ( r , )rdr
2 2
k
sin '
m, n
m sin 'n e i ( ' m ' n )
0
e i ( m n ) d
2 2
k
sin '
m, n
m sin 'n e i ( ' m ' n )
0
ei ( m n ) d
(1.22)
Bagian integralnya dihitung dahulu sebagai berikut.
Untuk m = n:
2 2
0
e i ( m n ) d
0
d 2
Untuk m n:
0
2
ei ( m n ) d
1
mn
ei ( m n ) 2
0 0
(1.24)
Persamaan (1.24) hanya bernilai jika m = n sehingga dapat ditulis menjadi
4
Q
k m
sin 2 'm (Q.E.D) (1.25)
2
kr
sin '1 e i ' 1 e i sin '0 e i '0 sin '1 e i '1 ei
sin '1 ei ' 1 ei sin '0 ei '0 sin '1 ei '1 e i
2
kr
sin '0 ei '0 e i sin '0 e i ' 0 sin '0 ei ' 0 ei
sin '0 e i ' 0 ei sin '0 ei '0 sin '0 e i '0 e i
2
kr
sin '0 e i '0 sin '0 ei ' 0 (ei e i )
sin '0 ei ' 0 sin '0 e i '0 (ei e i )
2
kr
sin '0 e i '0 2 sin '0 ei '0 cos sin '0 ei '0 2 sin '0 e i '0 cos
2
kr
sin 2 '0 e i '0 2ei '0 cos ei '0 2e i '0 cos
(2.2)
Untuk '0 sangat kecil maka
2
sin 2 '0 '02 ( ka ) 4 dan e i '0 1 ei '0
16
sehingga persamaan (2.2) dapat ditulis
2 2 4
S (r , )
kr 16 (ka) 1 2 cos 1 2 cos
atau
a
S (r , ) ( ka)3 (1 2 cos ) 2 (Q.E.D)
8 r
(2.3)
Q
4 1
k m 1
4
12
sin 2 'm sin 2 '1 sin 2 '0 sin 2 '1 sin 3 '0
k k
2
12
'0 2 12 1 (ka) 2 3 2 a(ka)3
k k 4 4
3 2
Q a (ka)3 (Q.E.D) (2.5)
4
(3.3)
dengan jn (kr ) adalah fungsi Bessel sferis yang didefinisikan sebagai
1
2
jn ( kr ) J n 12 ( kr ) (3.4)
2kr
Selanjutnya, gelombang terhambur untuk kasus ini memenuhi
S ( x , t ) S (r , )e it (3.5)
dengan
S ( r , ) An Pn (cos ) hn(1) ( kr )
n0
(3.6)
dan, dari definisi,
1
2
h (kr )
(1)
n J n 12 (kr ) iN n 12 (kr )
2kr
(3.7)
1 ikr
yang dipilih untuk memenuhi sifat asimtotis hn (kr )
(1)
e agar sesuai dengan
kr
gambaran gelombang sferis yang terpancar keluar dari pusat bola ( ei ( kr t ) / kr ).
(3.9)
Dengan menerapkan syarat batas Dirichlet: (r a ) 0 maka dari persamaan
(3.9) diperoleh
0 (2n 1)i n jn (ka)
An (3.10)
hn(1) (ka)
Selanjutnya, dengan menggunakan parameterisasi:
jn (kr ) Dn ( kr ) sin n ( kr )
(3.11)
hn(1, 2 ) ( kr ) iDn (kr )e i n ( kr ) (3.12)
persamaan (3.10) dapat ditulis menjadi
0 (2n 1)i n Dn (ka) sin n
An i n
0 (2n 1)i n 1 sin ne n
iDn (ka )e
(3.13)
dengan n n (ka ) . Selanjutnya, dengan memasukkan (3.13) ke (3.6),
persamaan gelombang terhambur dapat ditulis menjadi
S (r , ) 0 ( 2n 1)i n 1 sin n e i Pn (cos )hn(1) ( kr )
n
n0
(3.11)
(1)
Untuk r → , hn ( kr ) oleh pendekatan asimtotis:
e ikr
hn(1) ( kr ) (i ) n 1 (3.12)
kr
sehingga persamaan (3.11) dapat ditulis menjadi
eikr
S ( r , ) 0
kr
(2n 1) sin
n0
n e i n Pn (cos ) (3.13)
Intensitas hamburan
2
S
S ( r , ) 2 (3.14)
d
1
(2m 1) sin e i m Pm (cos ) (2n 1) sin n ei n Pn (cos )
2
S 02 n
k r2
2
m 0 n 0
(3.15)
Kasus gelombang pendek (ka >> 1) berlaku sifat asimtotis
m ( ka ) ka (m 12 ) , m < ka (3.16)
2
dan
m
1 1 1 ( ka / m) 2 2 m ( ka ) 2
tan m ( ka ) e , m > ka (3.17)
2 1 1 ( ka / m) 2
Untuk ka >>, ruas kanan pada persamaan (3.17) menuju nol. Ini berarti
m ( ka ) 0 untuk m > ka. Oleh karena itu, sumasi terhadap m pada persamaan
(3.15) hanya perlu dilakukan untuk m = 0 s.d. m = ka sehingga diperoleh
2 2
1a 1a 2 2
S ( ) cot J1 ( ka sin )
4 r 4 r 2
Kesimpulan:
Telah diperoleh bahwa, dalam koordinat silinder, gelombang datang,
gelombang terhambur, dan gelombang total berturut-turut diungkapkan sebagai
berikut:
d ( x, t ) 0 (i )
m
m
ei ( m t ) J m ( kr )
(11.1)
S (r , ) A
m
m H m(1) ( kr )eim
(11.2)
( x, t ) 0 i m J m ( kr ) Am H m(1) ( kr ) ei ( m t )
m
(11.3)
Jika persamaan (11.3) dianggap mengungkapkan medan listrik dari sebuah
gelombang elektromagnet dan silinder dianggap sebagai konduktor, syarat
batas pada permukaan silinder adalah syarat batas Dirichlet:
(r R) 0 (11.4)
Terapkan syarat ini pada persamaan (11.3) maka
0i m J m (kR) Am H m(1) (kR) 0
sehingga diperoleh
0i m J m (kR )
Am (11.5)
H m(1) (kR )
Selanjutnya, dengan menggunakan parameterisasi
J m ( kr ) Cm ( kr ) sin m (kr ) (11.6a)
H m(1) (kr ) iCm (kr ) exp[i m (kr )] (11.6b)
maka persamaan (11.5) dapat ditulis menjadi
0i m J m ( kR)
Am (1)
0i m 1e i m sin m (11.7)
H m (kR)
dengan m m (kR) .
Dengan memasukkan persamaan (11.6) dan (11.7) ke (11.2), gelombang
terhambur memenuhi persamaan
S (r , ) A
m
m H m(1) (kr )eim 0 i
m
m1
e i m sin m H m(1) ( kr )eim
(11.8)
Untuk daerah asimtotis (r → ), berlaku
2 i ( kr m2 4 ) 2 m 1 ikr
H m(1) ( kr ) e i e (11.9)
kr kr i
i 2 2 1
1
i 4
i 2 m e
dan e
m
(Catatan: e i 2
e i m ).
i
Selanjutnya, masukkan persamaan (11.9) ke persamaan (11.8) sebagai berikut.
S (r , ) 0 i
m
m1
e i m sin m H m(1) ( kr )e im
2 m 1 ikr
0 i m 1 i m
e sin m eim i e
m kr i
1 i m 2 1 ikr
0 e sin m eim e
m i kr i
2 1 ikr
0 ie i m
sin m eim e
m kr i
sehingga diperoleh
S (r , ) 0
2i i m
e sin m eim
kr m
(11.20)
Selanjutnya, intensitas gelombang terhambur yang dinormalisasikan terhadap
intensitas gelombang datang memenuhi:
2
S
S ( ) 2 (11.21)
d
2
2 02 i m
S)
2
e
kr m
sin m e im
2 02
e i m sin m eim e i n sin n e in
kr m n
2 02
kr
e
m, n
i ( m n )
sin m sin n ei ( m n )
2 02
kr
sin
m, n
m sin n ei[( m n ) ( m n ) ]
Untuk kR >> 1, ruas kanan pada persamaan (11.26) menuju nol. Ini berarti
m ( kR) 0 untuk m > kR. Oleh karena itu, sumasi terhadap m pada
persamaan (11.22) hanya perlu dilakukan untuk m = 0 s.d. m = kR sehingga
diperoleh
R 1
S (r , ) sin( / 2) cot ( / 2) sin ( kR )
2 2
2r 2kr
Pada kasus gelombang pendek (kR << 1), intensitas gelombang yang
terhambur terdistribusi secara isotropik. Sementara itu, pada kasus gelombang
pendek (kR >> 1), intensitas gelombang yang terhambur terdiri dari dua suku:
suku pertama mengungkapkan intensitas gelombang pantul dan suku kedua
mengungkapkan gelombang terhambur atau transmisi. Intensitas gelombang
pantul maksimum pada = , sedangkan intensitas gelombang terhambur
memiliki maksimum tajam pada = 0.
RADIASI
2 cos 2 cos
kˆ I pe p
i ( kx sin cos p )
k sin 2
p
(12.3)
Rapat daya rata-rata per satuan sudut ruang:
dP k2
| kˆ N |2 | F ( ) A( , ) |2 (12.4)
dA 32 r
2 2
8 2 r 2
dengan
cos 2 cos
F ( ) (12.5)
sin
A( , ) I p e
i ( kx p sin cos p )
(12.6)
p
atau
e in ( kd sin cos 0 ) 1
A( , ) I 0
e i ( kd sin cos 0 ) 1
i k2 ( n 1) d sin cos 12 ( n 1) 0 sin[n( kd sin cos 0 ) / 2]
A( , ) I 0e
sin[(kd sin cos 0 ) / 2]
sehingga diperoleh
sin[n(kd sin cos 0 ) / 2]
| A( , ) | I 0
sin[(kd sin cos 0 ) / 2]
Dengan demikian, rapat daya rata-ratanya adalah
Persamaan di atas menunjukkan bahwa arah radiasi ditentukan oleh γ0. Khusus
untuk γ0 = 0, pola radiasi memiliki maksimum utama dalam arah tegak lurus
sumbu sistem antena (φ = π/2). Sistem ini dikenal sebagai broad-side linear
array. Di lain pihak, bila γ0 = kd, maksimum utama akan terarah sepanjang
sumbu sistem linear tersebut ( cos 1; 0, ). Sistem ini dikenal sebagai
end-fire linear array.
(b) Untuk broad-side linear array system dengan kl << 1 berlaku
F ( ) 12 (kl ) 2 sin
Khusus untuk bidang / 2 ,
| A( , / 2) |2 n 2 I 0
Directivity gain
dP
4r 2
dA maks
g (12.9)
dP 2
dA
r d
Hitung dahulu:
dP n2 K 2
dA maks r2
dP 2 n2 K 2 2
dA
r d
r2
r sin 2 sin dd
4 8n K
2 2
2n 2 K 2
3 3
Dengan demikian (12.9) menjadi
dP n2 K 2
4r 2 4r 2 2
g
dA maks
r 3 1,5 (12.10)
dP 2 8n 2 K 2 2
dA
r d
3
Laju radiasi
Tinjau suatu partikel bermuatan
q yang
dipercepat searah dengan
kecepatan gerakya, // dengan R ' R R , telah diperoleh bahwa
q 1 R
E 3 (1 ) R ' 3 ( R ' )
2
4 0 s cs
(13.1)
Selain itu, dengan langkah serupa dapat diturunkan persamaan untuk medan
magnet
q 1 Rˆ
B 3
(1 2 ) R ( R ( R ' ))
4 0 cs c
(13.2)
Untuk kasus partikel bermuatan yang dipercepat sejajar dengan arah geraknya
berlaku
R' R dan medan radiasi (suku kedua) dari persamaan (13.1) dan (13.2)
menjadi
q
E R (R ) (13.3)
4 0cs 3
q
B R( R ) (13.4)
4 0c s
2 3
q2R2 2 q2 sin 2
R 4
| | sin 2
2
(13.5)
16 2cs 6 16 2 0c (1 cos )6
dengan | |
dan s / R 1 cos .
Distribusi dari laju pengurangan energi partikel akibat pemancaran radiasi
memenuhi
d 2W dt dP R dP q2 2 sin 2
dt ' d dt ' d s d 16 2 0 c (1 cos )5
(13.6)
Laju radiasi total:
dW d 2W q2 sin 2
d
2
sin dd
dt ' dt ' d 16 2 0c (1 cos ) 5
(13.7)
Bagian integral pada (13.7) dihitung sebagai berikut. Misalnya x 1 cos
maka dx sin d .
sin 2 1 (1 x) 2 / 2 dx
(1 cos )5 sin dd 2 x5
2 [ 2 (1 x ) 2 ]
3 x5
dx
1
2 2 1 2 1
4 x 4 x 4 3x 3 2 x 2
3 1
8
3(1 2 )3
(13.8)
Dengan memasukkan (13.8) ke (13.7) diperoleh
dW q2
8 q2 2 1
| |2 3(1 2 )3 6 2 c | | (1 2 ) 6
dt ' 16 0c
2
0
atau
dW q2
2 6 (13.9)
dt ' 6 0c
2
dengan
1
1 2
Karena jika besar cos kecil (untuk 0 < < 90) maka dipilih solusi:
cos
1
3 3
1
1 15 2
1
3
1 15 2 1
1
m cos 1
3
1 15 2 1
(13.10)
Hasil di atas menunjukkan bahwa m makin kecil jika mendekati
maksimumnya (maks = 1).
Untuk kasus ultrarelativistik ( u c) ,
u
c
1
1 → m cos1
3
1 15 2 1 0o
Radiasi Medan EM
Medan listrik yang dihasilkan muatan bergerak memenuhi:
A
E (14.1)
t
Dari bentuk potensial Lienard-Wiechert:
q 1
( x, t ) (14.2a)
4 0 s
q u
A( x , t ) (14.2b)
4 0c 2 s
persamaan (14.1) menjadi
q 1 q u
E
4 0 s 4 0c 2 t s
q 1 q 1 u u s
s
4 0 s 2 4 0c 2 s t s 2 t
q 1 1 1 u u s
s 2
4 0 s 2 c s t s 2 t
(14.3)
Selanjutnya, dari hubungan:
R
(14.4a)
t
x s t '
x
R
x (14.4b)
cs t '
persamaan (14.3) menjadi
q 1 R 1 R u Ru s
E 2 x s 2 2 3
4 0 s cs t ' c s t ' s t '
1
q R s R Ru s
s u
4 0 s 2
x
cs 3 t ' c 2 s 2 c 2 s 3 t '
(14.5)
Karena s R R R
dan
u tidak
bergantung
pada
x , dan berdasarkan
persamaan ( A B ) ( B A) A ( A ) B B ( A) A ( B ) maka
x s x ( R R ) x R x ( R ) R̂
(14.6)
Masukkan persamaan (14.6) ke (14.5) maka
q 1 ˆ R R Ru
E 2 (R ) 3 (R R ) 2 2 u 2 3 ( R R )
4 0 s cs t ' c s c s t '
1 R R R
2 (Rˆ ) 3 R
q s cs t' t' t'
40 R Ru R R
u R
c2s2 c2s3 t' t' t'
1 ˆ R ˆ 1
2 (R ) 3 c R u R u
q s cs c
40 R Ru ˆ 1
2 2 u 2 3 c R u R u
cs cs c
1 ˆ R s 2 1
2 (R ) 3 c(1 ) c R u
q s cs R c
40 R Ru s 2 1
2 2 u 2 3 c(1 ) c R u
cs cs R c
2
1 ˆ R Rˆ R R
(R ) 3 2 3 2 3 R u
q s 2
s s s cs
40 R Ru u Ru 2 Ru
c2s2 u cs3 cs2 cs3 c3s3 R u
q 1 R
3 ( R R )(1 ) 2 3 [( R R ) u
2
4 0 s c s
atau
q 1 R
E 3 (1 ) R ' 3 ( R ' )
2
4 0 s cs
(14.7)
dengan R ' R R .
Persamaan (14.7) terdiri dari dua suku; suku pertama tidak bergantung pada
percepatan ( ) dan suku kedua bergantung pada percepatan. Suku pertama
bersifat kuasi-statik atau induktif dengan ciri E ~ 1 / R 2 . Dengan kata lain, partikel
yang bergerak dengan kecepatan tetap ( 0 ) tidak memancarkan gelombang
elektromagnetik. Di lain pihak, suku kedua
mengungkapkan medan radiasi dengan
ciri E ~ 1 / R dan transversalitas E R B E . Jadi, muatan yang bergerak
dipercepat akan memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik.