LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Dusun Ayeum Mata Pasi Ara Kec. Woyla, Kab Aceh
Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
No. RM : 83-96-92
TM RS : 14 Februari 2018
1
B. ANAMNESIS
Bedah.
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
BAB keras, nyeri saat BAB, BAB darah (-), lendir (-).
benjolan keluar pada saat BAB dan tidak bisa masuk lagi kecuali dibantu dengan
menggunakan jari pasien. Sebelumnya benjolan ini selalu keluar saat pasien
BAB yang dirasakan pasien sudah sejak ±4 tahun yang lalu, namun biasanya
benjolan tersebut dapat masuk kembali secara spontan setelah pasien selesai
BAB.
Pasien mengatakan BAB satu kali sehari pada pagi hari. Setiap kali BAB
sering keras sehingga pasien harus mengedan lama-lama dan disertai nyeri yang
pada anus ke dokter spesialis bedah saat 1 tahun yang lalu. Dokter menganjurkan
membahayakannya.
2
BAK pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak nyeri
saat berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak
merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak
mengalami perubahan.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
seperti pasien.
6. Riwayat Kebiasaan
Setiap kali makan pasien selalu mengkonsumsi sayur dan buah. Pasien
3
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
c. Vital Sign
- Suhu : 37,2 0C
d. Status Generalisata
- Kepala
- Mata
- Hidung
- Telinga
- Mulut
- Leher
4
- Thoraks
Paru
Jantung
sinistra
Perkusi :
- Abdomen
Inspeksi : Datar
- Ekstremitas
5
e. Satus Lokalis
Regio anus
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hematologi
a. HB : 15,0 g/dL%
b. Eritrosit : 5,30 x 103/µl
c. Leukosit : 12,36 x 10 3/µl
d. trombosit : 298 X 103/µl
e. HT : 44,0 gt %
f. KGDS : 80 mg/dl
- Faal hemostatis
g. CT (Slide test) : 3/ menit
h. BT (Duke) : 3/menit
3. RESUME
Pasien laki-laki usia 39 tahun datang dengan keluhan keluar benjolan di anus
sejak ± 3 bulan, benjolan keluar pada saat BAB dan tidak bisa masuk lagi
selalu keluar saat pasien BAB yang dirasakan pasien sudah sejak ±4 tahun yang
lalu, namun biasanya benjolan tersebut dapat masuk kembali secara spontan
6
Pasien mengatakan BAB satu kali sehari pada pagi hari. Setiap kali BAB
sering keras sehingga pasien harus mengedan lama-lama dan disertai nyeri yang
Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang berolahraga dan
jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal. Pada region anus
4. DIAGNOSIS
5. DIAGNOSIS BANDING
- Polip anal
- Fistula anal
6. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
7
Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/i
Hemoroidektomi
7. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
8
D. FOLLOW UP
Tanggal Follow Up S.O.A. P
15 Februari 2018 S: Th/
R. Bedah - Nyeri di anus
IVFD RL 20 gtt/i
O : TD : 120/80 mmHg
Inj. Ceftriaxone 1
HR : 80x/i
RR : 20 x/i gr/12 jam
Temp : 36,5°C
Inj. Ranitidin 1 A/
A : post hemoroidectomy ec
12 jam
hemoroid interna grade III
Inj. Ketorolac 1 A/
12 jam
GV
Inj. Ketorolac 1 A/
12 jam
GV
PBJ
9
BAB l
PENDAHULUAN
dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa, penyakit ini dapat
hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna
timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid
ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria
10
Gambar 1.1 : Lokasi Hemoroid
perasaan yang sangat tidak nyaman. Ditilik dari sejarahnya, hemoroid sudah
dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk salah satu penyakit
dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk; paling banyak
pada umur 45-65 tahun. Namun sayangnya frekuensi pasti dari hemoroid sulit
penyakit nya dan takut membayangkan tindakan yang mungkin akan dilakukan
Gejalanya dapat hilang timbul, dan pada sebagian besar kasus gejala hemoroid
11
Menurut data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun 2008
mencapai lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 350
Depkes tahun 2008, prevalensi hemoroid di Indonesia adalah 5,7 persen, namun
hanya 1,5 persen saja yang terdiagnosa. Jika data Riskesdas (riset kesehatan
dasar) 2007 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami he-
penderita penyakit hemoroid pada tahun 2009 sebanyak 424 orang penderita,
sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 427 penderita dan pada tahun 2011
diketahui bahwa jumlah penderita penyakit hemoroid pada tahun 2009 sebanyak
329 orang penderita, sedangkan pada tahun2010 sebanyak 325 penderita dan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ectoderm, sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus
dan rectum ini, maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya
berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rectum dilapisi oleh
mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan
lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus.
Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik
13
Daerah vena di atas garis anorektum mengalir melalui system porta,
sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke system kava melalui cabang vena
iliaka. Distribusi ini menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran
keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. System limf dari rectum
superior ke arah kelenjar limf para aorta melalui kelenjar limf iliaka interna,
sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar
inguinal.2
Kanalis analis berukuran panjang sekitar 1,5 inci (4 cm) dan berjalan ke
bawah dan kebelakang dari ampulla recti untuk membuka ke permukaan anus,
14
Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata atau linea dentate. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara
kelenjar anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini dapat
sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok
dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis
Hilton).2
15
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari
fusi sfingter intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator
atas serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot
lurik.2
2.1.1 Batas-batas
16
Anterior pada perempuan : corpus perineal, diafragma urogenitale, urethra
dihubungakan satu dengan yang lain pada ujung bawahnya oleh plica
bagian bawah canalis analis halus dan bergabung dengan kulit anus. Linea
17
Tunica muscularis tebal pada ujung atas canalis membentuk musculus
sphincter ani internus yang involunter. Di sekitar otot polos sphincter ani
terdapat otot lurik yang melingkar di sebut musculus sphincter ani externus
yang volunter. Musculus sphincter ani externus dibagi dalam tiga bagian : pars
Pada perbatasan antara rectum dab canalis analis, musculus sphincter ani
puborectalis membentuk cincin yang di sebut cincin anorectal, yang dapat diraba
18
2.1.2 Sistem Arteri
Arteri rectalis superior mendarahi setengah bagian atas rectum, dan arteri
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.
Cabang yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini
19
Anastomosis antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi
kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah ata sumbatan
dan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan
darah segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan.2
mesentrica inferior , setengah bagian bawah di alirkan oleh vena rectalis inferior
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan
menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat
dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan system kava.
20
Gambar 2.8 : Aliran Vena
menyalirkan isinya menuju ke kelenjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan
limf terus mengalir sampai ke kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
superior dan melanjut ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi
radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi
21
Gambar 2.9 : Aliran kelenjar limf
2.1.5 Persarafan
Tunica mucosa setengah bagian atas canalis analis peka terhadap regangan
hypogastricus. Setengah bagian bawah peka terhadap nyeri, suhu, dan raba dan
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat.
Unsure simpatis pleksus ini menuju kearah struktus genital dan serabut otot
polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik
(nervi erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini
menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan
cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf
22
yang terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum
atau uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan
fungsi seksual.2
mengendur.2
2.1.6 Kontinensia
tekanan dalam rectum, dan sudut anorectal. Makin encer feses, makin sukar
berkisar antara 25-100 mmHg dan di dalam rectum antara 5-20 mmHg. Jika
sudut antara rctum dan anus lebih dari 80 derajat, feses sukar di pertahankan.4
23
2.1.7 Defekasi
bayi. Bila isi sigmoid masuk ke dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang
peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu
oleh mengedan dan relaksasi sfingter anus eksternus. Syarat untuk defekasi
normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan persarafan sfingter
4
anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
24
2.2 HEMOROID
aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah
5
yang mengalir keluar.
25
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus
dilakukan tindakan.5
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah
submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga
yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid
di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua
pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah
paha ke v.iliaka.5
26
Gambar 2.12 : Hemoroid
2.2.2 Epidemiologi
adalah 45-65 tahun. Pada populasi yang berumur lebih dari 50 tahun
mengalami hemoroid.4
total populasi. Pasien yang menderita hemoroid lebih sering ditemukan pada ras
kelamin belum diketahui, walaupun laki laki lebih umumnya lebih sering datang
27
dan umur pertengahan dibandingkan dengan usia lebih lanjut. Prevalensi
45-65 tahun.6
Menurut data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun 2008
mencapai lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 350
A. Etiologi
Kehamilan
Obesitas
terjadi apabila feses menjadi terlalu kering, yang timbul karena defekasi yang
tertunda terlalu lama. Jika isi kolon tertahan dalam aktu lebih lama dari normal
jumlah H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses menjadi kering
dan keras.7
28
B. Faktor Resiko
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
sirosis hepatis. 7
29
2.2.4 Klasifikasi dan Derajat
dan interna :
1. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang berada dibawah
kulit (subkutan) terdapat di bawah atau diluar linea dentata dan ditutupi oleh
epitel gepeng.
• Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna
akut
• Kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. 7
30
2. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior yang
berada dibawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea dentata dan
ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi
primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang
lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. hemoroid interna juga
dapat dibagi dalam 4 derajat.
Derajat 1
Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus.
Derajat 2
Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
Derajat 4
31
Gambar 2.14 : Derajat Hemoroid Interna
2.2.5 Patofisiologi
aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini
antara lain dapat di sebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Apabila
aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran
vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan
nyeri dan feses berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh
vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini di salurkan ke vena anorectal.
32
Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya
terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh
darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal
dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, hal ini akan menyebabkan
perdarahan dalam feces. Jumlah darah yang hilang sedikit tetapi apabila dalam
waktu yang lama bisa menyebabkan anemi. Hemproid eksterna akan ditandai di
perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
33
2.2.6 Manifestasi Klinis
2. Rasa tidak nyaman di daerah anus dan nyeri yang semakin di perberat oleh
3. Prolaps hemorhoidalis
4. Perdarahan rectal. 5
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungan dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada
trauna oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
34
bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan intensif di pleksus
luar dan menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
sewaktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi pada
stadium lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu di dorong kembali setelah
mengalami bentuk yang prolaps menetap dan tidak dapat di dorong masuk lagi.
Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus, dan ini disebabkan
oleh kelembapan yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.5
35
2.2.7 Diagnosa
1. Anamnesis
segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya
gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan
merasakan adanya masa pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien
trombosis.7
terjadi ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa
gejala atau dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan
2. Pemeriksaan
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna tidak dapat
diraba sebab tekanan di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak lagi
rectum.5
36
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
ukuran hemoroid akan membesar dan enonjolan atau prolaps akan lebih nyata.5
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang
lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan
Prolaps rectum harus juga di bedakan dari prolaps mukos akibat hemoroid
interna.5
dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak
37
kenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut
2.2.9 Penatalaksanaan
dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan
sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan
isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar
Skleroterapi
38
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam prostat dan rekasi hipersensitifitas
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.
dengan ligasi dengan gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop,
mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam
tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligatir dan ditempatkan secara
39
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia
terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis
dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi,
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi.
40
Bedah beku
rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh
karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih
Hemoroidektomi
dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid
derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan hemoroidektomi.5
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
41
Gambar 2.18 : Hemoroidektomi
sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan, pada hemoroid
III dan IV tidak usah dilakukan hemoroidektomi, tetapi cukup menarik mukosa
hemoroidopeksi dengan stapler, dan nyeri pasca bedah pada tindakan ini sangat
minimal.5
42
Tindak bedah lain
memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan ke luar anus
Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan inkontinensia sehingga
tidak dianjurkan.
yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi
dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid.
2.2.10 Komplikasi
dan strangulasi. Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar.
Perdarahan akut umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pendarahan maka darah dapat keluar sangat banyak, yang lebih sering terjadi
yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada
43
penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme kompensasi.
prolapsus dimana suplai darah di halangi oleh sfingter ani. Keadaan trombosis
karena hemoroid keluar lama-lama sehingga darah akan membeku dan terjadi
Peradangan terjadi akibat lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi
infeksi dan meradang karena di sana terdapat banyak kotoran yang terdapat
2.2.11 Prognosis
yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi
dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid. 5
44
DAFTAR PUSTAKA
2. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
hal 587-90.
5. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005.
hal 672-75.
45