Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi kelopak mata atau blepharitis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak mata ataupun pada
tepian kelopak. Blepharitis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang
biasanya berjalan kronis ataupun menahun. Blepharitis alergi dapat terjadi akibat
debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik, sedangkan
blepharitis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus, pneumococcus,
pseudomonas, dan lain sebagainya.1

Buruknya korelasi antara tanda dan gejala pada blepharitis, etiologi serta
patofisiologi yang tidak jelas mengakibatkan kesulitan dalam menentukan
penatalaksaan. Hanya terdapat sedikit bukti yang mendukung prosedur
penatalaksaan dari blepharitis. Pasien harus tahu bahwa terapi jangka mungkin
diperlukan dan kesembuhan permanen jarang terjadi tetapi semua gejala yang
timbul sangat mungkin untuk dikendalikan. Pengobatan sendiri tidak akan cukup
untuk mengendalikan gejala, menjaga kebersihan dari kelopak dan bulu mata
menggunakan air hangat juga merupakan kunci pengobatan pada blepharitis,
walapun remisi daat tercapai, rekurensi sering timbul terutama jika perwatan dan
terapi di hentikan.2

Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan


pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.2

1
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya
dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya
blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul
adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta


mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea
serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3 4

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata

3
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.3

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:


1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan
ikat yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan
mudah dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema
dan perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga
menimbulkanpembengkakan palpebra.
2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat,
kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan
bermuara pada tepi kelopak mata.3
3. Otot seperti:
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facialis.
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo
palpebra. Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk
menutup mata.
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo
pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbicularis Oculi menuju kulit
kelopak bagian tengah. Bagian kulit yang tempat insersi M. Levator
palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n.
III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia tua
menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae.
Inervasinya oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M.
Mulleri adalah untuk mengangkat kelopak mata.3,4

4
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang
merupaka jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40
buah dikelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah ).
7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.
8. Persarafan sensorik kelopaka matas atas didapatkan dari ramus frontal
n.V, sedangkan kelopaka bawah oleh cabang ke II saraf ke V.3

Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat


dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsl melalui forniks menutupi
bulbus okuli. Konjungtiva merupaka membrane mukosa yang mempunyai sel
goblet yang menghasilkan musin.5

2.2 Histologi dan Fisiologi Palpebra

Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior,
ditutup oleh kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya merapat bertemu
pada fissura palpebra. Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat
pada bagian tepinya yang kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan
di superior dan inferior disebut fornix konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup
terbentuk sakus konjungtiva, merupakan ruang sebelah anterior mata dan terisi
sedikit cairan.6

5
Tiap kelopak mata terdiri atas lempeng jaringan ikat dan otot skelet di
tengah sebagai penyokong, disebelah luar dilapisi oleh kulit dan disebelah dalam
dilapisi oleh membran mukosa (konjungtiva palpebra). Kulit disini tipis
mempunyai rambut halus, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan dermis yang
mengadung banyak serat elastin yang halus. Dermis sedikit menebal di tepi
kelopak mata dan mengandung tiga atau empat deretan rambut-rambut yang kaku
disebut bulu mata, folikelnya terdapat sampai dermis. Bulu mata mengalami
pergantian setiap 100 150 hari. Terdapat kelenjar sebasea kecil berhubungan
dengan bulu mata, sedangkan M. Arektor pili tidak ada.6
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian
terbesar) dan lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra)
yang merupakan lanjutan tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot
polos yang tipis di tepi atas palpebra superior yaitu M. Tarsalis superior Mller,
melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu mata terdapat M. Siliaris
Riolani (muskular skelet).6

Gambar 2 : Histologi palpebra

6
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian
perifer disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng
jaringan ikat yang padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk
seperti huruf D yang bagian horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus
pada palpebra superior lebarnya 10 -12 mm, sedangkan tarsus pada palpebra
inferior lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam sebaris kelenjar sebasea
yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis Meibom. Permukaan posterior tarsus
menjadi satu dengan konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahankan oleh
tarsus ini.6
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel sel goblet, ketebalannya
bervariasi tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya
menjadi berlapis gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva
epitelnya lebih tebal.6
M. Orbicularis oculi jalannya melingkar, mendapat persarafan dari N. VII
dan berfungsi untuk menutup kelopak mata. M. Levator palpebra dipersarafi oleh
N. III melekat pada tarsus dan kulit, berfungsi untuk mengangkat palpebra
superior. M. Tarsalis superior Mller dipersarafi oleh saraf simpatis. 6
Ada 3 jenis kelenjar pada palpebra, yaitu Kelenjar Meibom adalah kelenjar
sebasea yang panjang dalam lempeng tarsus. Kelenjar ini tidak berhubungan
dengan folikel rambut. Pada palpebra superior ada sekitar 25 dan pada palpebra
inferior ada sekitar 20, tampak sebagai garis vertikal warna kuning di sebelah
dalam konjungtiva palpebra. Saluran keluar kelenjar Meibom bermuara ke tepi
palpebra, merupakan satu deretan pada peralihan antara kulit dan konjungtiva. Ke
dalam saluran utama ini bermuara beberapa saluran yang pendek dari alveoli
kelenjar sebasea. Kelenjar Meibom menghasilkan sebum yang membentuk apisan
berminyak pada permukaan air mata, berfungsi untuk mencegah penguapan air
mata.6

7
Kelenjar Moll merupakan kelenjar apokrin tak bercabang, terletak di antara
dan di belakang folikel folikel bulu mata. Pars terminalis kelenjar Moll tidak
berkelok-kelok dan saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut. Fungsi kelenjar
ini tidak diketahui. Kelenjar Zeiss lebih kecil, merupakan modifikasi kelenjar
sebasea dan berhubungan dengan folikel rambut mata.6

2.3 Definisi
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan
dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel - sel darah putih dan zat kimia yang
diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat - zat asing, cedera, atau infeksi.
Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat
pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi. 1
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi
kelopak. Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap,
bahkan bahan kosmetik, sedangkan blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman
sterptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum
dan staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor). 3

8
2.4 Epidemiologi

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan seluruh
di dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahu, tetapi
penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus
sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan.
Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat
mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan,
jarinagan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan
penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi kornea dapat
terjadi. 7

Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan


dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih
sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua rata-rata adlah 50 tahun. Akan
tetapi dibandingan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada
usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah anita (80%) 7

Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian
blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih, meskipun temuan
ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5 % dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekita 2-5 % penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.8

9
2.5 Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri virus, jamur, alergi,


kondisi lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik. 3

1) Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit disekitar


kelopak. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman blefaritis infeksi bisa
disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui
demodex folliculorum sebagai vektor)
2) Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif dan
bahkan bahan kosmetik, atau dengan banyak pbat, baik mata atau
sistemik. Pada banyak orang juga dapat disebabkan oleh karena paparan
hean seperti anjing atau kucing.
3) Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya
sekret kuning atau kehijauan.
4) Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis atau kanker kulit dari
berbagai jenis.

Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis)


atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat
terjadi karena kombinasi faktor atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu
mata. Blefaritis posterior dapat disebebkan oleh produksi minyak tidak teratur
oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan
lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan
ketombe kepala.7
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan
pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada
keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau
dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.
Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa

10
menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak
mata. 1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di
kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika
kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis
minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal. 8

2.6 Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena


adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung
pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan
enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya
dermatitis seboroik dan kelianan fungsi kelenjar meibom. 9

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar
meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas.
Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin

11
memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang
bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan
osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film. 9
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan
disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk
mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan
struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar
sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah
diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi
sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi
meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah
terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi
dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya
muara kelenjar. 9

12
2.7 Klasifikasi Dan Gambaran Klinis

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi :


1) Blefaritis Anterior : blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,
tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di
kepala danalis mata (blefaritis sebore). Walaupun jarang, dapat juga
disebabkan karena alergi. 2

Gambar 3 : Blefaritis Anterior

2) Blefaritis Posterior : blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian


dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis
posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di
kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk
bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain
seperti jerawat atau ketombe. 2

13
Gambar 4 : Blefaritis Posterior

Berdasarkan penyebab, blefaritis dibagi menjadi :


1) Blefaritis Bakterial
Blefaritis bakterial adalah infeksi bakteri pada kelopak mata dapat
ringan sampai berat, diduga sebagian besar infrksi kulit superfisial
kelopak diakibatkan streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal
sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eksematoid
Pengobatan pada infeksi ringan adalah dengan memberikan
antibiotik lokal dan kompres basah dengan asam borat. Pada blefaritis
sering diperlukan kompres hangat, pada infeksi berat perlu diberikan
antibiotik sistemik. 3
a) Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti
sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta
diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar meibom untuk mengeluarkan
nanah dari kelenjar meibom (meibomianitis), yang biasanya
menyertainya 3
b) Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret
yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kasus lateral,

14
hiperemia dan hipertrofi papil pada konjungtiva. Pada kelopak mata dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan
keropeng. 3
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan
dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1 %
salep sulfonamid berguna pada aksi keratolitiknya.3
Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi. Pada blefaritis sebore antibiotik
diberikan lokal dan sistemik seperti tetrasiklin oarl 4 kali 250 mg.
Penyulit yang dapat timbul berua flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis. 3

Gambar 5 : Blefaritis sebore

15
c) Blefraitis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mangakibatkan terjadinya luka kuli. Merupakan peradangan tepi kelopak
terutama yang mengenai kelenjar kulit berminyak. Blefaritis ini berjalan
bersama dermatitis serbore. Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan
metabolik ataupun oleh jamur. 3
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal.
Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan
penebalan margo palpebra disertai dengan madarosis. Sisik ini mudah
dikuas dari dasarnya tanpa mengakibatkan perdarahan. 3
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai
dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi
pada blefaritis skuamosa adalah keratitis dan konjungtivitis. 3

Gambar 6 : Blefraitis Skuamosa

16
d) Blefaritis Ulseratif
Blefaritis Ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau
blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis
ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila
diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat
infeksius, ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis). 3
Pengobatan dengan antibiotik dan hygiene yang baik.
Pengobatannya dapat dengan sulfasetamid, gentamisin, atau basitrasin.
Biasanya disebabkan stafilokok maka diberikan obat staphylococcus.
Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan
diberi roboransia. 3
Penyulinya adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis, kerartitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum, dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan
terjadi tarikan jaringan parut yang juga mengakibatkan trikiasis. 3

Gambar 7 : blefaritis ulceratif

17
e) Blefaritis Angularis
Blefaritis Angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi
kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai
sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pungtum lakrimal. Blepharitis angularis
disebabkan staphylococcus aureus atau Morax axenfel. Biasanya kelainan
ini bersifar recurrent. 3

Pengobatan blefaritis angularis dengan sulfa, tetrasiklin dan


sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut balik
mata yang akan menyubat ductus lakrimal. 3

Gambar 8 : Blefaritis angularis

18
f) Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan
dan pengeluaran nanah dari dalamnya berulangan kali disertai antibiotik
lokal. 3

Gambar 9 : Meibomianitis

g) Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak
mata, hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dan diberi hanya
kompres hangat.3
Dikenal ada 2 bentuk hordeolum internum dan eksternum.
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll,
sedangkan hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom
yang teletak didalam tarsus. 3
Hordeolum eksternum atau radang kelenjer Zeis atau Moll akan
menunjukan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada
hordeolum ekternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut.3

19
Gambar 10 : Hordeolum Eksternum

Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan


penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal, hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibandingankan hordeolum eksternum.3

Gambar 11 : Hordeolum Internum

Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya


kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar
preaurikel biasanya turut memberat, sering hordeolum ini memebentuk
abses dan pecah dengan sendirinya.3
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres
hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.Pengangkat
bulu mata dapat memberikan jalan untk drainase nanah. Diberi antibiotik

20
lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran
kelenjar preurikel.3
Antibiotik sistemik yang diberikan ciprofloksaxim 250-500 mg
atau amoksilin 3 kali sehari, dapat juga diberi tetraksiklin. Bila terdapat
infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga
bersama-sama.3
Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan
insisi. Pada hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-
kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi
terbesar.Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebradi depan septum orbita
dan abses palpebra. Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis
preseptal, konjungtivitis adenovirus, dan granuloma pyogenik. 3

h) Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar
tersebut. Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada
kelopak, tidak hperemis, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis.
Kelenjar preurikel tidak membesar, kadang-kadang mengakibatkan
perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan
refraksi pada mata tersebut 2
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya
akibat diabsorpsi. Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan
kompres hangat, antibiotik setempat dan sistemik. Untuk mengurangkan
gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan
ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada
hordeolum internum. 3

21
Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya
dilakukan pememriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan
diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.3

2) Blefaritis Virus
1) Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri


saraf trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan
usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.3

Gejala tidak melampaui garus median kepala dengan tanda-tanda


yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat
pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf
trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpez
zoster mata.3

Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya


simptomatik. Pengobatan steroid superfisial tanpa masuk kedalam mata
akan mengurangkan gejala radang. Terdapat berbagai pendapat mengenai
pengobatan steroid sistemik. Pengobatan steroid dosis tinggi akan
mengurangkan gejala yang berat. Hati-hati kemungkinan terjadinya
viremia pada penderita dengan penyakit menahun.3

Gambar 12 : Herpes Zoster Ophthalmica

22
Infeksi herpes zoster diberikan analgesik untuk mengurangkan rasa
sakit. Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoster oftalmik adalah
uveitis, parese otot pergerakan mata, glaukoma dan neuritis optik.3

2) Herpes simpleks

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan


keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simplek kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simplek yang merupakan radang pada tepi
kelopak ringan dangan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu
mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.3

Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder


dapat diberi antibiotik sistemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid
merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya
herpes pada kornea. Asiklovir dan IDU dapat diberikan terutama pada
infeksi dini.3

Gambar 13 : Herpes simplek

23
3) Vaksinia

Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa


pustula dengan identasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan
spesifik pada kelainan ini.3

Gambar 14 : Vaksinia

4) Moluskum kontagisum

Moluskum kontagisum pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan


dengan penggaungan di tengah yang biasanya terletak ditepi kelopak.
Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti
konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum
kontagiosum tidak ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan,
antibiotik lokal diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.3

Gambar 15 : Moluskum kontagiosum

24
3) Blefaritis jamur
a) Infeksi superfisial

Infeksi jamur pada kelopak superfisial biasanya diobati dengan


griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis. Diberikan 0,5-1
gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan
1-2 minggu setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi kandida diberi
pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per gram. 3

b) Infeksi jamur dalam

Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi


Actinomyces dan Nocardia efektif diobati dengan sulfonamid, penisilin
atau antibiotik spektrum luas. Amfoterisin B dipergunakan untuk
pengobatan Histoplasmosis, sporotrikosis, asperligosis, torulosis,
kriptokokosis, dan blastomikosis. 3

Pengobatan amferoterisin B dimulai dengan 0,05-0,1 mg / Kgbb,


yang diberikan intravena lambat selama 6-8 jam. Dilarutkan dalam
dekstrose 5 % dalam air. Dosis dinaikkan sampai 1 mg/Kgbb, dosis total
tidak boleh melebihi 2 gram. Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3
minggu setelah gejala berkurang. Penyulit yang terberat adalah kerusakan
ginjal yang akan membuat urea darah meningkat dan terdapatnya cast
dan darah dalam urin. Bila terjadi peningkatan urea nitrogen darah
melebihi 50 atau kreatininn lebih 2 maka pengobatan harus dihentikan.
Obat ini toksik dan memerlukan penentuan indikasi pemakaian yang
tepat. 3

25
4) Blefaritis pedikulosis

Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang


biasanya menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki
higinitas yang buruk.8

Gambar 16 : Blefaritis pedikulosis

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai
oleh kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan
kulitnya yang kosong muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan
seperti mutiara dan melekat pada dasar cilia. Kunjungtivitis tidak lazim
ditemukan.8
Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan
menggunakan pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1%
atau petroleum jelly pada bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari
selama 10 hari. Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga, baju dan
tempat tidur penting untuk menghindari kekambuhan.8

26
2.8 Diagnosis

Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.


Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan
depan bola mata, termasuk : 10
a) Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata.
b) Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.
c) Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
d) Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:8


1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin
sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid
dari tear film memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan
tear film biasanya berkurang.
2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi
terutama pada pasien dengan blefaritis posterior.
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk
oleh blepharitis posterior.
4. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular
untuk blefaritis kronis.
5. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis
stafilokokus. Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis
alergi dan sebaliknya.
6. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak
berhubungan dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior.
Penghambatan gerakan tutup dan ekspresi normal dari minyak

27
meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada juga mungkin terkait
konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa tidak nyaman.
Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteriterkait lensa
kontak.8

2.9 Penatalaksanaan

Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga


kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.7
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk
variasi dari 3 langkah penting 7
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting.
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan
menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa
direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat
digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas
yang berlebihan.
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa.
Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat
untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-
gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit
kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan
dan mungkin berbahaya.

28
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik
kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang
tepat untuk pengelolaan jangka panjang.7

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus


refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau
dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada
pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk
mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan
mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.7
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan,
salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes
simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan
terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering
ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun
penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon
terapi kortikosteroid topikal.
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis.
Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus
tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar,
parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan
untuk kultur dan pengujian sensitivitas.
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching
kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan
pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau
dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan

29
mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah
oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi
seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin
atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas
dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi
kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500
mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit
blefaritis ulseratif.
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan
tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita
hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat
menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif).
Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir
produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan minimum
antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis
berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan mungkin diperlukan.
Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100
mg selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu,
Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat
berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari
atau b.d digunakan untuk anak-anak.7

30
2.10 Komplikasi

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang


paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.11
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air matayang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini
bisa menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome
mata kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis
seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena
kualitas air mata yang kurang baik

3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di
kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun


defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan
berbagai derajat penglihatan berfluktuasi sepanjang hari.11

31
2. 11 Prognosis

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat


mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.11

32
BAB III

KESIMPULAN

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit.
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi


Umum. Edisis 5. Jakarta: EGC; 2009.
2. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Melalui
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. (30-9-2017)
3. Ilyas. Sidarta. Prof. Dr. H. Sp M. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI : 2009

4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. Blackwell publishing,


Australia: 2013 ; page 52-4.
5. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic
Surgery. Melalui : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. (30-9-2017)
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar : Teks dan Atlas. . Jakarta:
EGC; 2004.
7. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation Blepharitis
Melalui http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis
/.html (1-9-2017)
8. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April
26, 2013. Melalui : http://emedicine.medscape.com/article/1211763.overvi
ewa0104. (1-9-2017)
9. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British
Medicine Journal. Last updated: July 26, 2013.
10. Kanski, Jack J. MD MS, FRCS, FRCOph. Clinical opthalmology, a
systematic appoach. Edition . Elsevier. Limited : 2007

11. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21,


2013. Melalui : http://emedicine.medscape.com/article. 1-9-2017)
.

34

Anda mungkin juga menyukai