Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

ndikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dari proses geologi (asosiasi batuan,
tektonik, dan siklus geologi) yang mengontrol pembentukan endapan, yang kemudian dikaji dalam
konteks genesa endapan berupa komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola tekstur
mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe endapan), dan lain-lain, menghasilkan elemen-
elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan melalui penerapan metode (teknologi) eksplorasi yang
sesuai, sehingga dapat menjadi petunjuk untuk mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to
ore).
Endapan mineral (bahan tambang ) merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam
perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui kuantitas dan kualitas endapan
mineral itu hendaknya selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan
tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat keyakinan akan
kuantitas dan kualitas sumber daya mineral dan cadangan.
Berdasarkan tahapan eksplorasi, yang menggambarkan pula tingkat keyakinan akan potensinya,
dilakukan usaha pengelompokan atau klasifikas sumber daya mineral dan cadangan. Dasar atau kriteria
klasifikasi di sejumlah negara terutama adalah tingkat keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Di
Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan
yang baku sehingga berbagai pihak baik instansi pemerintah maupun perusahaan pertambangan
menggunakan klasifikasi secara sendiri-sendiri, klasifikasi yang dianggap paling sesuai dengan sifat-sifat
endapan mineralnya dan kebijakasanaan yang ada di perusahaan tersebut. Akibatnya adalah pernyataan
mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya mineral atau cadangan sering menimbulkan kerancuan.

Maksud dan tujuan

Waktu dan kesampaian di lokasi pengamatan

Pengamataan di lakukan pada hari minggu tanggal 15 juli 2018 pada pukul 08.00 wita sampai dengan
selesai, akses perjalanan ke lokasi di tempuh menggunakan kendaraan bermotor dan di tempuh dengan
waktu kurang lebih 45 menit dengan medan yang cukup ekstrim karena melewati alur sungai untuk
mencapai lokasi pengamatan.
BAB II

DEFINISI
a. Ore adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara
ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan,
kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.

b. Gangue Minerals adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai hasil
sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup

c. By product: adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses manufaktur,
suatu reaksi kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama atau jasa yang dihasilkan. By
product dapat bermanfaat dan berharga, atau dapat dianggap limbah. Air juga bisa menjadi
produk sampingan ketika reaksi menyebabkan karbon dioksida.

d. Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila kandungan
logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain disebut mineral bijih (ore-
minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat logam dan sebagian bersifat non logam
(bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua, yaitu logam murni dan logam campuran. Logam
murni digunakan dalam kondisi murni tanpa campuran. Contoh logam murni adalah emas, timah,
seng, dan aluminium. Biasanya kaleng minuman menggunakan aluminium murni. Sementara
kabel listrik terbuat dari tembaga murni.

e. Waste Minerals adalah mineral non logam yang tidak ekonomis

f. Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung
jika ditambang.. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila
harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai
bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan
limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan
timbunan limbah (tailing).

PEMBAGIAN KELOMPOK MINERAL BIJIH:

a. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi dalam
batuan tersilisifikasi.
b. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.
c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena,
barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta
sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.
d. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh
yang terpisah- pisah.
e. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)
f. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

FESE PEMBENTUKAN ENDAPAN PRIMER

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi
magma), misalnya dengan cara gravitational settling

• Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), (CO2),
(SO2), (S) dan (Cl).
• Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan
yang mengelilingi reservoir magma.
• Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan
potasium.
• Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma.
• Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi
magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah
dalam membeku terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang
lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.

b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi
pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan
terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan
magma. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma
kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain :
wolastonit, amfibol, kuarsa, epidot, garnet, aktinolit, dll.

d. Fasa Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
• Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
• Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-
5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-
mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS),
pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida
(MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara
lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-
silikat).

e. Fasa Vulkanik
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
• Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
• Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-
5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-
mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.

TIPE-TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK SECARA SEKUNDER

Proses pembentukan endapan ini sangat di dominasi oleh media air permukaan, sehingga jejak-
jejak pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul menggambarkan
manifestasi tersebut.
Tipe endapan ini terbagi atas:
a. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan
dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara
kimia penyebab suatu dispers. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di
permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang
biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan.
Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan
pada suatu tempat.
b. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu.
Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat
jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb
c. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
• Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe
dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi elemen logam dekat
permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi
konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air
tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh
penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung
itu sendiri.
• Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi dibandingkan
kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut
untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat
terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus

TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK KARENA AKTIVITAS VULKANIK\

Aktivitas vulkanik dapat menghasilkan endapan mineral baik logam maupun non logam.
Endapan tersebut terbentuk karena proses sublimasi gas atau uap yang dikeluarkan oleh aktivitas
vulkanik. Air tanah dan air meteoric disekitar daerah vulkanik juga dapat menghasilkan endapan
mineral tertentu. Contoh mineral : belerang, fosfor, dan mineral logam Pb, Zn, Bi, Fe.

Disamping menghasilkan mineral, aktivitas vulkanik juga menghasilkan panas bumi yang
dimanfaatkan untuk energi panas bumi (geothermal energy).

TIPE ENDAPAN YANG BERASOSIASI DENGAN BATUAN INTRUSI DAN TIPE


ENDAPAN

Deposit Kuroko merupakan salah satu wakil dari deposit sulfida volcanogenic besar di dunia.
Hal ini ditandai oleh logam simpanan kelas dasar yang tinggi untuk mengandung cukup jumlah
emas dan perak. Deposito tersebut telah dieksplorasi sebagai sumber utama logam mulia dan
logam mulia di dunia.
Dalam kasus Jepang, hampir semua deposito dihasilkan dalam berumur Miosen sehingga ada
banyak. contoh dan unmetamorphosed pelat badan kaku.Kuroko mengacu pada model endapan
yang terdapat di salah satu distrik yang terdapat di Jepang bagian Utara yang mengandung
kumpulan dari karakteristik horizon bijih dalam suatu tatanan geologi khusus

KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL
KARAKTERISTIK DAN TIPE ENDAPAN DI SANGKAROPI

a. Bijih hitam (Kuroko) percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena, barite,
dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta sejumlah mineral
lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil
b. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko) yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh yang
terpisah- pisah.
BAB III

3.1 GEOLOGI UMUM WILAYAH STUDI


Pulau Sulawesi dan sekitarnya terbagi mejadi beberapa Mandala Geologi (Geologic
Province), yaitu Mandala Geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi Sulawesi Tengah,
Mandala Geologi Sulawesi Timur, Mandala Geologi Sulawesi Tengah, Banggai-Sula dan
Tukang Besi (Surono dan Hartono, 2013). Secara regional, daerah Palu dan sekitarnya
termasuk Mendala Geologi Sulawesi Barat atau Busur Sulawesi Barat atau Lajur Sulawesi
Barat disebut sebagai volcanic arc, yang terdiri atas Lengan Selatan Sulawesi, Bagian
Tengah, Leher Sulawesi, dan Lengan Utara Sulawesi (Surono dan Hartono, 2013) (Gambar
2.1).

Gambar 2.1. Peta geologi regional Palu dan sekitarnya. Modifikasi dari Sukamto (1973)
dan Van Leeuwen & Muhardjo (2005) dalam Van Leeuwen et al. (2016).
Geologi regional daerah penelitian mengacu pada Peta Geologi Tinjau Lembar Palu
sekala 1 : 250.000 (Sukamto, 1973). Peta Lembar Palu ini berbatasan dengan Lembar Toli
Toli pada bagian utara, Lembar Pasangkayu dan Lembar Poso pada bagian selatan.

Anda mungkin juga menyukai