Tekstur tanah
Ilmu tanah dapat menjelaskan bagaimana tanah yang padat, kuat, dan diduduki
bangunan bisa menghanyutkan ribuan rumah. Tanah terdiri dari partikel-partikel
berbagai ukuran yang lebih kecil dari 2 milimeter. Partikel-partikel tersebut
dikelompokkan berdasarkan ukurannnya: yang terbesar adalah pasir (diameter 0,05
sampai ≤ 2 mm), debu (2 mikron sampai ≤ 0,05 mm), dan yang paling halus disebut
liat (≤ 2 mikron).
Di antara partikel tadi atau agregat tanah, terdapat rongga atau kita sebut pori
tanah. Pori-pori tanah tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan air dan
udara kepada akar tanaman. Semakin halus ukuran pori semakin kuat daya pegang
airnya. Sebaliknya pori yang besar mudah kehilangan air.
Tanah menjadi kering jika tidak ada air yang tersimpan pada pori tanah.
Ketika hujan, butiran air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi pori tersebut. Jika
seluruh pori terisi air maka tanah akan jenuh air dan selanjutnya tergenang. Saat pori-
pori tanah jenuh dengan air, maka kekuatan tanah akan berkurang. Molekul air
mengisi pori-pori tanah dan membentuk lapisan-lapisan dengan partikel tanah.
Semakin banyak lapisan air yang terbentuk, maka ikatan antar partikel tanah
menjadi lemah. Liat sebagai partikel tanah terhalus akan terdispersi atau terpisah dan
menyebabkan air hujan yang bening menjadi keruh.
Dalam bentuk yang sederhana dapat kita amati pada kehidupan sehari-hari
misalnya setelah hujan, tanah menjadi becek dan berlumpur. Tanah sawah sesudah
digenangi air dan dibajak akan menjadi lumpur. Bencana tanah longsor terjadi setelah
hujan lebat karena tanah jenuh air dan kehilangan kekuatan daya ikatnya.
Para ahli melaporkan bahwa potensi likuifaksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
Tanah yang terdapat di daerah Palu berasal dari batuan Kuarter aluvium yang
masih tergolong muda, yang disebut tanah aluvial. Tanah lapisan atas (1-7 m)
terutama bertekstur pasir, lempung di lapisan tengah, dan liat di lapisan bawah. Peta
muka air tanah menunjukkan air tanah yang dangkal (< 12 m) di daerah tersebut. Dari
kesaksian masyarakat, Perumahan Bolaroa sebelumnya adalah daerah rawa, kemudian
diurug dan ditimbun untuk dijadikan perkampungan baru. Semua hasil kajian tahun
2012 tersebut menunjukkan daerah Palu rentan likuifikasi.
Pada bagian akhir laporan tersebut, ada peta zonasi bahaya likuifaksi dengan
zonasi bahaya mulai dari potensi sangat rendah dan rendah, potensi tinggi dan sangat
tinggi. Desa Petobo dan perumahan Balaroa ternyata berada di perbatasan zona sangat
tinggi.
Seperti umumnya terjadi di Indonesia, dan banyak negara lain, temuan para ahli
banyak yang tidak ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan. Pengalaman bencana
Palu harus menjadi pembelajaran agar hasil penelitian tidak hanya disimpan rapi di
rak buku perpustakaan setelah penelitian selesai. Diseminasi hasil penelitian yang
penting seperti potensi likuifaksi suatu daerah harus sampai kepada pembuat
kebijakan.
Musibah ini bisa dihindari jika kita waspada dan mempertimbangkan keadaan,
kondisi dan perilaku alami dari lapisan litosfir dari bumi ini ketika membangun
infrastruktur diatasnya. Dalam pembangunan pemukiman baru pascabencana, para
pembuat kebijakan dan perencana kota perlu memperhatikan peta zonasi bahaya
likuifaksi agar bencana ini tidak terulang lagi.
Pada daerah yang berpotensi terjadi likuifaksi siklik, utamanya yang terletak pada
daerah yang berdekatan dengan jalur patahan, sebaiknya digunakan sebagai ruang
terbuka hijau dan bila akan didirikan bangunan bukan merupakan hunian tetap
Pada daerah yang berpotensi terjadi likuifaksi tipe aliran dengan ditandai kemunculan
pasir ke permukaan, dan permukaan tanahnya masih rata, masih dapat digunakan
untuk hunian sementara atau hunian tetap berupa bangunan ringan (contoh rumah
panggung) atau bangunan permanen dengan melibatkan rekayasa teknik sipil
tentunya.
Kalau kita lihat peta lokasi-lokasi terdampak likuifaksi, maka daerah yang mengalami
amblesan yang mencakup area yang luas, sebaiknya digunakan sebagai ruang terbuka
hijau. Misal taman kota, lokasi olah raga atau perkebunan dan pertanian.
Berikut adalah focal mechanism yang terjadi pada sesar Palu – Koro sebagai pelaku utama
terjadinya gempa di Palu dan sekitarnya :