Anda di halaman 1dari 8

EKSPOSE MENGENAI BENCANA DI PASIGALA

DI DAERAH PETOBO DAN BALAROA

Pulau sulawesi merupakan daerah yang kompleks karena merupakan tempat


pertemuan tiga lempeng besar, Proses tumbukan keempat lempeng tersebut menyebabkan
Pulau Sulawesi memiliki empat buah lengan dengan proses tektonik yang berbeda-beda
membentuk satu kesatuan mosaik geologi. Pulau ini seakan dirobek oleh berbagai sesar
seperti sesar Palu-Koro, sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar
Gorontalo, sesar Batui, sesar Tolo, sesar Makassar dan lain-lain.
Wilayah kota palu dicirikan oleh bentuk utama berupa lembah dimana pusat kota
terletak di bagian tengah dari lembah tersebut. Orientasi lembah ini mengikuti arah utama
jalur pegunungan dikedua sisinya yaitu berarah relatif utara selatan. Di daerah palu ini
terdapat sesar aktif Palu-Koro yang merupakan sesar utama di Sulawesi Tengah,
dijumpai memanjang dengan arah hampir utaraselatan mulai dari Donggala di ujung
Teluk Palu hingga Teluk Bone. Secara keseluruhan sesar ini panjangnya lebih kurang 250
km (Soehaimi, 1985).
Sesar palu-koro merupakan salah satu penyebab utama sering terjadinya gempa
disulawesi tengah khususnya kota palu dan sekitarnya yang merupakan jalur dari sesar
tersebut. Kejadian gempa baru-baru ini dipalu tak lepas dari pergerakan dari sesar
tersebut dengan magnitudo 7,4 SR yang menyebabkan tsunami dan juga terjadinya
liquifaksi. Dalam tulisan ini akan membahas tentang titik lokasi yang menunjukan bukti
dari pergerakan sesar palu-koro yang tersingkap dipermukaan serta proses dari
pergerakan sesar ini.
Permukaan bumi dikenal sebagai permukaan yang kasar. Hal ini terjadi karena muka
bumi memiliki relief. Relief- relief ini memiliki bentuk berbeda dengan ukuran yang
berbeda pula. Salah satu penyebab permukaan bumi memiliki bentuk yang berbeda- beda
adalah tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga endogen, membuat permukaan bumi menjadi tidak rata. SeLain itu, tenaga
endogen juga menjadi salah satu penyebab perbedaan tinggi dan rendah permukaan bumi.
Tenaga endogen terjadi di darat dan laut, sehingga menyebabkan keanekaragaman bentuk
muka Salah satu dampak dari adanya tenaga ini adalah munculnya patahan. Patahan bumi
adalah perubahan bentuk bumi akibat adanya tekanan tenaga endogen yang cepat,
sehingga permukaan bumi tidak sempat melipat). Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya patahan. Tekanan ini dapat berupa tekanan vertikal maupun horizontal.
Patahan di bumi, memiliki banyak jenis, dan setiap jenis memiliki karakter sendiri-
sendiri).
Di dalam patahan tersebut terdapat batas bidang. Batas bidang tahan tersebut
dinamakan sesar. Patahan biasanya terjadi pada daerah yang berbentuk batuan. Sesar
membagi batuan menjadi dua, yaitu Hanging Wall dan Foot Wall. Hanging Wall adalah
batuan yang terletak di atas sesar. Sedangkan Foot Wall adalah batuan yang berada di
bawah sesar.

Foto wilayah palu yang terkena likuifaksi (peta citra satelit)


Gempa dasyat mengguncang donggala dan palu memperlihatkan fenomena
mengejutkan. Beberapa daratan di palu dan sigi tiba-tiba berubah seperti “bubur”,
menelan apa saja yang berada di permukaan.
Sebagian daerah di daratan itu bergerak seperti air lumpur sungai, menyeret apa saja
yang ada dipermukaan dari beberapa meter hingga ada yang berkilometer. Dua
permukiman di palu, balaroa dan petobo mengalami kejadian itu.
Petobo ini berbatasan langsung dengan sigi donggala. Letaknya agak jauh dari pesisir.
Ada ribuan rumah/bangunan di kedua wilayah ini tertelan daratan. Fenomena gempa
bumi ini di sebut soil liquefaction atau likuifaksi tanah.
Penjelasan tentang fenomena ini di sampaikan mantan ketua ikatan ahli Geologi
Indonesia (IAGI),roviccky Dwi Putrohari dan praktisi geologi Lesto Prabhancana. Di
dapatkan dari foto satelit dan peta gempa serta peta sesar palu daerah petobo dan balaroa
ternyata persis berada di atas garis merah sesar palu-koro. Gempa dasyat yang menyulut
stunami berpusat di donggala,ujung dari sesar palu-koro yang membelah kota palu.
Karena berada tepat disesar itulah, guncangan kuat gempa mengubah daratan yang
diatasnya padat permukiman,seketika jadi lunak dan bergerak. Ketika terguncang,lapisan
tanah seperti teraduk dan otomatis merusaak lapisan kedap air di bawahnya. Ketika
lapisan kedap air atas terkoyak,maka air tanah akan terbuka dan bercampur tanah yang
teraduk oleh guncangan gempa. Lapisan padat yang teraduk itulah bercampur air tepat
berada di bidang gelincir miring. Ketika sudah lunak,otomatis akan bergerak mengikuti
bidang gelincirnya.

likuifaksi umumnya terjadi pada gempa di atas 5 SR dengan kedalaman sumber


gempanya termasuk dalam kategori dangkal. Material yang terlikuifaksi umumnya berada
pada kedalaman skitar 20 meteran, meskipun terkadang bisa lebih, tergantung penyebaran
tanahnya. Likuifaksi hanya terjadi di bawah muka air tanah setempat, tidak tejadi di atas
muka air tanah.
Dari pemotretan satelit digital globe terbaru di wilayah petobo,sekaligus dibandingkan
sebelum dan sesudah gempa 28 september 2018,dampaknya memang sangat mengerikan.
Separo wilayah petobo bergerak, berubah dan dihempas likuifaksi.
Dari posisinya, wilayah ini berada di jalur padat penduduk karena terletak di
sepanjang jalan HM soeharto, jalan raya dari kota palu menuju bumi perkemahan ngata
baru,pasar dan terminal bulili di palu selatan.
Pergerakan dari timur ke barat yang dipengaruhi oleh kontur petobo yang menurun ke
arah barat di lembah palu. Menurut peneliti jenis litologi sedimen lembah palu ini berupa
pasir lempung. Jika dilihat dari foto satelit,ini tipe likuifaksi siklik di daerah bermorfologi
landai. Dan daerah ini sudah tidak aman lagi untuk area permukiman.

Kondisi permukiman di balaroa

Tekstur tanah

Ilmu tanah dapat menjelaskan bagaimana tanah yang padat, kuat, dan diduduki
bangunan bisa menghanyutkan ribuan rumah. Tanah terdiri dari partikel-partikel
berbagai ukuran yang lebih kecil dari 2 milimeter. Partikel-partikel tersebut
dikelompokkan berdasarkan ukurannnya: yang terbesar adalah pasir (diameter 0,05
sampai ≤ 2 mm), debu (2 mikron sampai ≤ 0,05 mm), dan yang paling halus disebut
liat (≤ 2 mikron).

Kombinasi kadar ketiga kelompok tanah tersebut menentukan tekstur atau


jenis tanah. Ada tanah yang mempunyai tekstur kasar bila pasir lebih dominan
dibandingkan liat dan debu dalam pasir tersebut. Ada tanah yang dikelompokkan
bertekstur sedang dan bertekstur halus. Semakin kasar tekstur tanah maka semakin
rentan tanah tersebut mengalami likuifasi.
Partikel liat berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah yang lebih besar
sehingga mereka bersatu membentuk agregat. Agregat tanah yang kuat dan mantap
akan menyokong pertumbuhan akar. Pohon menjadi besar dan tinggi karena tumbuh
dengan baik pada tanah beragregat kuat sehingga bisa mendukung perkembangan akar
dan batangnya kokoh. Tanah beragregat kuat dan mantap menjadi tapak dan fondasi
untuk rumah dan bangunan lain yang ada di atasnya.

Di antara partikel tadi atau agregat tanah, terdapat rongga atau kita sebut pori
tanah. Pori-pori tanah tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan air dan
udara kepada akar tanaman. Semakin halus ukuran pori semakin kuat daya pegang
airnya. Sebaliknya pori yang besar mudah kehilangan air.

Tanah menjadi kering jika tidak ada air yang tersimpan pada pori tanah.
Ketika hujan, butiran air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi pori tersebut. Jika
seluruh pori terisi air maka tanah akan jenuh air dan selanjutnya tergenang. Saat pori-
pori tanah jenuh dengan air, maka kekuatan tanah akan berkurang. Molekul air
mengisi pori-pori tanah dan membentuk lapisan-lapisan dengan partikel tanah.

Semakin banyak lapisan air yang terbentuk, maka ikatan antar partikel tanah
menjadi lemah. Liat sebagai partikel tanah terhalus akan terdispersi atau terpisah dan
menyebabkan air hujan yang bening menjadi keruh.

Dalam bentuk yang sederhana dapat kita amati pada kehidupan sehari-hari
misalnya setelah hujan, tanah menjadi becek dan berlumpur. Tanah sawah sesudah
digenangi air dan dibajak akan menjadi lumpur. Bencana tanah longsor terjadi setelah
hujan lebat karena tanah jenuh air dan kehilangan kekuatan daya ikatnya.

Penelitian yang diabaikan

Para ahli melaporkan bahwa potensi likuifaksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Di bawah permukaan tanah terdapat lapisan berpasir kurang dari 12 meter.


2. Kedalaman muka air tanah < 10 m.
3. Kekuatan gempa.
Likuifaksi yang dipicu gempa 7,4 skala Richter di Palu mengakibatkan rumah
roboh dan tenggelam di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10).
[Antara/Mohamad Hamzah]

Laporan hasil penelitian Risna Widyaningrum, memaparkan geologi, dan


kegempaan yang sering berulang di kawasan sesar Palu Koro ini. Sesar Palu Koro
memanjang sampai 60 kilometer dari utara ke selatan melintasi Kota Palu dan masuk
ke teluk Palu bersisian dengan Kota Donggala. Sesar Palu Koro ini dilaporkan para
ahli geologi bergerak 40 milimeter per tahun ke arah utara dan termasuk yang tercepat
bila dibandingkan sesar Semangko Sumatra yang bergerak 15 milimeter ke Tenggara.

Tanah yang terdapat di daerah Palu berasal dari batuan Kuarter aluvium yang
masih tergolong muda, yang disebut tanah aluvial. Tanah lapisan atas (1-7 m)
terutama bertekstur pasir, lempung di lapisan tengah, dan liat di lapisan bawah. Peta
muka air tanah menunjukkan air tanah yang dangkal (< 12 m) di daerah tersebut. Dari
kesaksian masyarakat, Perumahan Bolaroa sebelumnya adalah daerah rawa, kemudian
diurug dan ditimbun untuk dijadikan perkampungan baru. Semua hasil kajian tahun
2012 tersebut menunjukkan daerah Palu rentan likuifikasi.

Pada bagian akhir laporan tersebut, ada peta zonasi bahaya likuifaksi dengan
zonasi bahaya mulai dari potensi sangat rendah dan rendah, potensi tinggi dan sangat
tinggi. Desa Petobo dan perumahan Balaroa ternyata berada di perbatasan zona sangat
tinggi.

Risna menyarankan fondasi bangunan sebaiknya tidak diletakkan pada lapisan


pasir, sehingga lebih aman terhadap liquifaksi. Dan penataan ruang terhadap kawasan
pemukiman, industri dan bangunan vital lainnya sebaiknya ditempatkan pada area
yang memiliki indeks potensi likuifaksi (LPI) < 5.

Seperti umumnya terjadi di Indonesia, dan banyak negara lain, temuan para ahli
banyak yang tidak ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan. Pengalaman bencana
Palu harus menjadi pembelajaran agar hasil penelitian tidak hanya disimpan rapi di
rak buku perpustakaan setelah penelitian selesai. Diseminasi hasil penelitian yang
penting seperti potensi likuifaksi suatu daerah harus sampai kepada pembuat
kebijakan.
Musibah ini bisa dihindari jika kita waspada dan mempertimbangkan keadaan,
kondisi dan perilaku alami dari lapisan litosfir dari bumi ini ketika membangun
infrastruktur diatasnya. Dalam pembangunan pemukiman baru pascabencana, para
pembuat kebijakan dan perencana kota perlu memperhatikan peta zonasi bahaya
likuifaksi agar bencana ini tidak terulang lagi.

Pengurangan dampak di masa mendatang:

 Pada daerah yang berpotensi terjadi likuifaksi siklik, utamanya yang terletak pada
daerah yang berdekatan dengan jalur patahan, sebaiknya digunakan sebagai ruang
terbuka hijau dan bila akan didirikan bangunan bukan merupakan hunian tetap
 Pada daerah yang berpotensi terjadi likuifaksi tipe aliran dengan ditandai kemunculan
pasir ke permukaan, dan permukaan tanahnya masih rata, masih dapat digunakan
untuk hunian sementara atau hunian tetap berupa bangunan ringan (contoh rumah
panggung) atau bangunan permanen dengan melibatkan rekayasa teknik sipil
tentunya.
 Kalau kita lihat peta lokasi-lokasi terdampak likuifaksi, maka daerah yang mengalami
amblesan yang mencakup area yang luas, sebaiknya digunakan sebagai ruang terbuka
hijau. Misal taman kota, lokasi olah raga atau perkebunan dan pertanian.
Berikut adalah focal mechanism yang terjadi pada sesar Palu – Koro sebagai pelaku utama
terjadinya gempa di Palu dan sekitarnya :

Anda mungkin juga menyukai