PENDAHULUAN
1
mitigasi berhasil dengan baik, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
potensi dan karakteristik sumber gempa bumi di wilayah tersebut untuk
membuat prediksi bahaya serta risiko yang ditimbulkan. Salah satu usaha
mitigasi dilakukan dengan melakukan analisis kegempaan untuk melihat
keaktifan sesar dan mekanisme sumber gempa bumi yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aktivitas kegempaan untuk
mengetahui tingkat aktivitas dan kegempaan di zona Sesar Palu Koro. Adapun
tahapan penelitiannya meliputi analisa data gempa bumi yang diperoleh dari
BMKG Kota Palu dan data geologi yang berada di sekitar daerah penelitian
yang akan digunakan untuk menentukan mitigasi bencana alam di daerah
sekitarnya.
1.2 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi aktivitas kegempaan untuk mengetahui tingkat
aktivitas dan kegempaan di zona Sesar Palu Koro. Adapun tahapan
penelitiannya meliputi analisa data gempa bumi yang diperoleh dari BMKG
Kota Palu dan data geologi yang berada di sekitar daerah penelitian yang akan
digunakan untuk menentukan mitigasi bencana alam di daerah sekitarnya
1.3 Batasan Masalah
Analisis data gempa bumi dan geologi yang ada di daerah penelitian
untuk digunakan pada mitigasi bencana alam.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian
penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
2
a. Suliyanti (2015), melakukan penelitian tentang “Kegempaan di Zona
Sesar Palu Koro, Sulawesi Tengah” dengan hasil mengindikasikan bahwa
sesar Palu Koro masih sangat aktif. Selain itu, lokasi dan mekanisme
sumber terbagi menjadi beberapa segmen. Seismisitas di wilayah ini tidak
mengindikasikan lineasi yang utuh, tetapi terbagi dalam beberapa klaster
yang diduga disebabkan oleh aktivitas segmen-segmen sesar Palu Koro
dan sesar-sesar minor di sekitarnya. Ada tiga segmen sesar Palu Koro
yang teridentifikasi, yaitu segmen Lindu, Toro, dan Balaroa.
b. Ainiyatul (2014), melakukan penelitian tentang “Relokasi hiposenter
gempa bumi 18 agustus 2012 (6,2 mb) dan susulannya di daerah palu,
sulawesi tengah menggunakan metode Modified Joint Hypocenter
Determination ( MJHD )” dengan hasil Kedalaman awal dari hiposenter
gempa bumi utama sebelum relokasi bernilai 10 km, tetapi setelah
direlokasi kedalamannya berubah menjadi 17,47 km. Posisi gempa bumi
utama pada tanggal 18 Agustus 2012 dan susulannya sampai tanggal 30
Agustus 2012 mengalami pergeseran tidak terlalu besar dan mendekati
jalur sesar Palu Koro. Nilai rata-rata RMS waktu tempuh BMKG sebesar
0,38146 dan MJHD bernilai -0,07593, dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini data gempa bumi sesudah hasil relokasi menjadi lebih
akurat. Zona sumber gempa yang mempengaruhi peristiwa kegempaan di
kota Palu dan sekitarnya adalah Sesar Palu Koro, Sesar Matano, subduksi
Sulawesi Utara, Sesar Majene-Bulukumba, dan zona difusi Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur.
c. Supartoyo (2014), melakukan penelitian tentang Kelas tektonik sesar Palu
Koro, Sulawesi Tengah dengan hasil Tulisan ini akan membahas tentang
kelas tektonik Sesar Palu Koro berdasarkan analisis morfometri. Hasil
analisis morfometri ini akan diverifikasi dengan kenampakan
morfotektonik dan pengamatan lapangan. Dengan mengetahui pada bagian
mana atau segmen mana dari Sesar Palu Koro yang memiliki kelas
3
tektonik yang lebih tinggi akan membantu untuk melakukan kegiatan
mitigasi gempa bumi di sepanjang Zona Sesar Palu Koro. Kelas tektonik
lebih tinggi memiliki kecenderungan potensi bahaya tektonik
(kegempaan) lebih tinggi (El Hamdouni et al., 2008; Dehbozorgi et al.,
2010). Berdasarkan analisis morfometri menggunakan dua parameter
tersebut terlihat bahwa semua segmen Sesar Palu Koro tergolong kelas
tektonik tinggi dan menengah, dan pada segmen bagian selatan, yaitu
segmen S0, S1, S2, dan S3 kelas tektoniknya cenderung lebih tinggi
dibandingkan segmen pada bagian utara, yaitu S4, S5, dan S6.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.1 Jenis-jenis gempa Berdasarkan kepada penyebabnya, gempa bumi
dapat dikelompokkan sebagai berikut (Badrul Mustafa,2010):
a. Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa yang di sebabkan oleh
pergeseran lempeng tektonik. Lempeng tektonik bumi kita ini
terus bergerak, ada yang saling mendekat saling menjauh, atau
saling menggeser secara horizontal. Karena tepian lempeng yang
tidak rata, jika terjadi gesekan, maka timbullah friksi. Friksi ini
kemudian mengakumulasi enersi yang kemudian dapat
melepaskan energi goncangan menjadi sebuah gempa.
b. Gempa Vulkanik
Gempa Vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh
kegiatan gunung api. Magma yang berada pada kantong di bawah
gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya
secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Gempa ini
disebabkan oleh kegiatan vulkanik (gunungapi). Magma yang
berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan
dan melepaskan energinya secara tiba-tiba sehingga menimbulkan
getaran tanah. Gempa vulkanik dapat menjadi gejala/petunjuk
akan terjadinya letusan gunung berapi. Namun gempa vulkanik ini
biasanya tidak merusak karena kekuatannya cukup kecil, sehingga
hanya dirasakan oleh orang-orang yang berada dalam radius yang
kecil saja dari sebuah gunungapi.
c. Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan adalah gempa lokal yang terjadi apabila
suatu gua di daerah topografi karst atau di daerah pertambangan
runtuh atau massa batuan yang cukup besar di sebuah lereng bukit
runtuh/longsor. Kekuatan gempa akibat runtuhan massa batuan
ini juga kecil sehingga tidak berbahaya.
6
d. Gempa Buatan
Gempa buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, misalnya dalam kegiatan eksplorasi bahan
tambang atau untuk keperluan teknik sipil dalam rangka mencari
batuan dasar (bedrock) sebagai dasar fondasi bangunan.
Kekuatannya juga kecil sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi
manusia dan bangunan.
7
dapat pula digolongkan ke dalam 4 (empat) kelompok, yakni (Badrul
Mustafa, 2010), yaitu :
a. Gempa lemah dengan Magnitudo < 3,5 SR
b. Gempa sedang dengan Magnitudo antara 3,5 sampai 5,5 SR
c. Gempa kuat dengan Magnitudo 5,5 sampai 7 SR
d. Gempa sangat kuat dengan Magnitudo > 7 SR
Berdasarkan parameter di atas, maka yang paling
membahayakan kehidupan manusia adalah apabila terjadi gempa
kuat/sangat kuat dengan fokus gempa yang sangat dangkal.
Selain itu terdapat parameter gempa yang penting, yang lebih
penting untuk diketahui oleh masyarakat umum adalah intensitas
gempa. Intensitas gempa adalah parameter yang bersifat relatif,
yakni berdasarkan apa yang dirasakan oleh manusia dan kerusakan
yang terjadi. Skala intensitas diukur melalui MMI (Modified
Mercally Intensity) dengan skala I sampai XII menggunakan angka
Romawi (C.F. Richter, 1958 dan Markus Bath, 1973).
2.2 Sesar
2.2.1 Mekanime Sesar
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah
mengalami “pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu
sesar dapat berupa bidang sesar ( Fault Plain ) atau rekahan tunggal.
Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai semacam jalur yang terdiri
dari beberapa sesar minor. Jalur sesar atau jalur penggerusan,
mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala minor
sampai puluhan kilometer. Kekar yang memperlihatkan pergeseran
bisa juga disebut sebagai sesar minor.
8
2.2.2 Klasifikasi Sesar
a. Slip (pergeseran relatif)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari jarak blok pada
bidang pergeseran titik-titik yang sebelumnya berhimpit. Jarak
total dari pergeseran disebut dengan Net Slip. Slip Fault terbagi
atas (Sukendar. 1979) :
1. Strike Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif paralel
dengan strike bidang sesar. (Pitch 00 - 100). Sesar ini disebut
juga sebagai Sesar Mendatar. Sesar mendatar terbagi lagi atas :
a. Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang blok
batuan kirinya lebih mendekati pengamat.
b. Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang blok
batuan kanannya lebih mendekati pengamat.
2. Dip Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif tegak
lurus strike bidang sesar dan berada pada dip bidang sesar.
(Pitch 800 - 900). Dip Slip Fault terbagi lagi atas :
a. Sesar Normal, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wall -
nya relatif turun terhadap Foot-Wall.
b. Sesar Naik, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wall- nya
relatif naik terhadap Foot-Wall.
c. Strike-Dip Slip Fault atau (Oblique Fault), yaitu sesar yang
vektor pergerakannya terpengaruh arah strike dan dip
bidang sesar. (Pitch 100 - 800). Strike-Dip Slip Fault
terbagi lagi atas kombinasikombinasi Strike Slip Fault dan
Dip Slip Fault, yaitu:
- Sesar Normal Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan
HangingWall - nya relatif turun dan sinistral terhadap
Foot-Wall.
9
- Sesar Normal Dextral, yaitu sesar yang pergerakan
HangingWallnya - relatif turun dan dextral terhadap
Foot-Wall.
- Sesar Naik Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging Wall- nya relatif naik dan sinistral terhadap
Foot-Wall.
- Sesar Naik Dextral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging Wall - nya relatif naik dan dextral terhadap
Foot-Wall.
b. Separation (Pergeseran Relatif Semu) Bila pitch tidak dapat
ditemukan, maka pergeseran tidak dapat ditentukan, maka
pergeseran disebut separation.
10
populasi penduduknya lebih padat dan infrastrukturnya lebih
berkembang (Natawidjaya dan Triyoso, 2007). Salah satu sesar aktif di
Sulawesi adalah sesar Palu Koro yang memanjang kurang lebih 240
km dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili) hingga Teluk Bone. Sesar
ini merupakan sesar sinistral aktif dengan kecepatan pergeseran sekitar
25 - 30 mm/tahun (Kaharuddin dkk., 2011). Sesar Palu Koro
berhubungan dengan Sesar Matano-Sorong dan Lawanoppo-Kendari,
sedangkan di ujung utara melalui selat Makasar berpotongan dengan
zona subduksi lempeng Laut Sulawesi (Kaharuddin dkk., 2011). Pada
umumnya potensi kerusakan akibat gempa bumi yang bersumber dari
sesar aktif menimbulkan kerugian dan kerusakan lebih parah
dibandingkan gempa bumi yang bersumber di lautan pada skala
magnitudo yang sama. Contohnya adalah gempa bumi di Bantul
(Yogyakarta) dengan magnitudo 6,3 SR pada tahun 2006 akibat
aktivitas sesar aktif (Sesar Opak). Gempa bumi ini menimbulkan
kerusakan bangunan dan menelan ribuan korban jiwa. Gempa bumi
belum dapat diprediksi kapan akan terjadi, sehingga usaha mitigasi
menjadi penting dilakukan untuk menekan kerugian korban jiwa,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Mitigasi bencana
gempa bumi mencakup segala aspek persiapan terkait bencana di suatu
wilayah dalam rangka meminimalisasi korban dan efek kerusakan.
Agar usaha mitigasi berhasil dengan baik, diperlukan pengetahuan
yang cukup tentang potensi dan karakteristik sumber gempa bumi di
wilayah tersebut untuk membuat prediksi dan skenario potensi bahaya
serta risikonya. Salah satu usaha mitigasi dilakukan dengan melakukan
analisis kegempaan untuk melihat keaktifan sesar dan mekanisme
sumber gempa bumi yang terjadi.
11
2.3 Mitigasi Bencana Alam
Indonesia berada pada daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yang
aktif (Pasifik, Eurasia, Indo-Australia) menjadikan kawasan Indonesia
memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah
Indonesia ini kaya akan sumber daya alam, salah satu konsekuensi logis dari
kondisi ini adalah menjadikan wilayah Indonesia rawan bencana alam.
Indonesia berada di daerah cincin gunung api asia pasifik. Secara geologi,
didaerah seperti itu akan banyak dijumpai struktur geologi, seperti patah dan
sesar. Konsekuensi lainya berada pada lempeng yang aktif adalah berada di
daerah rawan bencana gempabumi. Gempabumi merupakan salah satu
bencana alam terbesar manusia, gempa bumi terjadi begitu mendadak dan
mengejutkan. Sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa.
Untuk memahami definisi dari mitigasi bencana, sebaiknya mengetahui
tentang etimologi dari mitigasi. Berdasarkan asalkatanya, kata mitigasi dalam
bahasa Indonesia dipungut dari kata mitigation dalam bahasa Inggris. Mitigasi
bencana merupakan suatu tahapan dalam manajemen kebencanaan. Dalam
UU RI No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merupakan
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalu
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapai ancaman bencana (UU No. 4 tahun 2007). Menurut UU RI No
24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam atau manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Gempabumi besar karena keberadaan Sesar Palu - Koro semestinya
sudah mulai diperhitungkan. Selain sebagai media rambat gelombang
gempabumi dari sesar-sesar aktif lainnya disulawesi, Sesar Palu – Koro dapat
juga menjadi sumber gempabumi itu sendiri. Ketika kita sulit menentukan
12
kapan datangnya gempa bumi, maka usaha terbaik adalah bagaimana kita
mempersiapkan diri jika gempa itu benar-benar datang. Itulah usaha mitigasi
bencana, yaitu usaha untuk meminimalkan resiko atau akibat dari bencana.
Mitigasi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu secara struktural berupa penataan
ruang atau kode bangunan, dan secara non-struktural berupa pendidikan dan
pelatihan kepada masyarakat bagaimana selamat dari bencana. Saran-saran
arsitek perlu diperhatikan dalam membangun bangunan di kawasan rawan
bencana akibat gempabumi. Di antaranya adalah tiang yang kuat, struktur
yang sederhana, bahan yang ringan, dan lokasi yang aman (misalnya tidak di
tebing atau pada jalur sesar aktif. Adapun mitigasi non-struktural adalah kiat-
kiat bagaimana selamat dari bencana gempa. Kiat - kiat Jepang atau Chile
perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak
gempabumi di sekitar Sesar Palu – Koro perlu dilakukan:
1. Sosialisasi terhadap masyarakat sekitar sesar Palu - Koro
2. Pemetaan sesar secara lebih komprehensif
3. Pencabutan izin mendirikan bangunan di sekitar sesar
4. Bila diizinkan membangun rumah, gunakan pondasi dan struktur tahan
gempa
5. Pemanfatan lahan sesar yang aman dan nyaman untuk masyarakat
6. Pembuatan peta evakuasi, tempat berkumpul serta posko-posko
perlindungan bila terjadi gempa.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.2 Waktu Pelaksanaan
15
DAFTAR PUSTAKA (pakai nomor)
16
Kawasan Pulau Sulawesi, Proceeding JCM Makassar 2011, 1-10,
Makassar: The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and
Exhibition, 26-29 September 2011.
Ibrahim, Gunawan., dan Subardjo. 2004. Seismologi. Jakarta: BMKG
17
Mulai
Selesai
18