Anda di halaman 1dari 8

1.

SUNGAI

Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, sungai


lurus (straight), sungai teranyam (braided), sungai anastomasing, dan sungai kekelok
(meandering).

1. Sungai Lurus (Straight)

Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran
kuat atau deras.Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi,
jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya.Kondisi seperti itu membuat sungai
jenis ini mempunyai pengendapan sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak
berbelok-belok (low sinuosity).Karena kemampuan sedimentasi yang kecil inilah maka
sungai tipe ini jarang yang meninggalakan endapan tebal.Sungai tipe ini biasanya
dijumpai pada daerah pegunungan, yang mempunyai topografi tajam.Sungai lurus ini
sangat jarang dijumpai dan biasanya dijumpai pada jarak yang sangat pendek.

2. Sungai Kekelok (Meandering)

Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau berbelok-belok


.Leopold dan Wolman (1957) dalam Reineck dan Singh (1980) menyebut sungai
meandering jika sinuosity-nya lebih dari 1.5.Pada sungai tipe ini erosi secara umum
lemah sehingga pengendapan sedimen kuat.Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan
erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir.Hal ini menyebabkan aliran
sungai sering berpindah tempat secara mendatar.Ini terjadi karena adanya pengikisan tepi
sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai pinggir luar dan
pengendapan pada kelokan tepi dalam. Kalau proses ini berlangsung lama akan
mengakibatkan aliran sungai semakin bengkok. Pada kondisi tertentu bengkokan ini
terputus, sehingga terjadinya danau bekas aliran sungai yang berbentuk tapal kuda atau
oxbow lake.

3. Sungai Teranyam (Braided)

Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus alirannya
lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan
pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok
karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama.

Tipe sungai teranyam dapat dibedakan dari sungai kekelok dengan sedikitnya jumlah
lengkungan sungai, dan banyaknya pulau-pulau kecil di tengah sungai yang disebut
gosong. Sungai teranyam akan terbentuk dalam kondisi dimana sungai mempunyai
fluktuasi dischard besar dan cepat, kecepatan pasokan sedimen yang tinggi yang
umumnya berbutir kasar, tebing mudah tererosi dan tidak kohesif (Cant, 1982). Biasanya
tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit di kiri dan kanannya.Endapannya selain berasal
dari material sungai juga berasal dari hasil erosi pada bukit-bukit yang mengapitnya yang
kemudian terbawa masuk ke dalam sungai.Runtunan endapan sungai teranyam ini
biasanya dengan pemilahan dan kelulusan yang baik, sehingga bagus sekali untuk batuan
waduk (reservoir).

Umumnya tipe sungai teranyam didominasi oleh pulau-pulau kecil (gosong) berbagai
ukuran yang dibentuk oleh pasir dan krikil.Pola aliran sungai teranyam terkonsentrasi
pada zona aliran utama.Jika sedang banjir sungai ini banyak material yang terbawa
terhambat pada tengah sungai baik berupa batang pepohonan ataupun ranting-ranting
pepohonan.Akibat sering terjadinya banjir maka di sepanjang bantaran sungai terdapat
lumpur yang mendominasi hampir di sepanjang bantaran sungai.

4. Sungai Anastomasing

Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-cabang,
dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali pada titik dan
kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran. Energi alir sungai
tipe ini rendah.Ada perbedaan yang jelas antara sungai teranyam dan sungai
anastomosing. Pada sungai teranyam (braided), aliran sungai menyebar dan kemudian
bersatu kembali menyatu masih dalam lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan
untuk sungai anastomasing adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang
sungai kecil dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu .Pada daerah
onggokan sungai sering diendapkan material halus dan biasanya ditutupi oleh vegetasi.
2. DANAU

Lacustrin atau danau adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air


yang tidak berhubungan dengan laut.Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman,
lebar dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline.Pada lingkungan
ini juga dijumpai adanya delta, barried island hingga kipas bawah air yang
diendapkan dengan arus turbidit.Danau juga mengendapkan klastika dan endapan
karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga.Pada daerah beriklim kering dapat
terbentuk endapan evaporit.Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari
kandungan fosil dan aspek geokimianya.

Danau dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa


pergerakan tektonik sebagai pensesaran dan pemekaran; proses glasiasi seperti ice
scouring, ice damming dan moraine damming (penyumbatan oleh batu);
pergerakan tanah atau hasil dari aktifitas volkanik sebagai penyumbatan lava atau
danau kawah hasil peledakan.

Visher (1965) dan Kukal (1971) dalam selley (1988) membagi lingkungan
lacustrin menjadi dua yaitu danau permanen dan danau ephemeral .Danau
permanen mempunyai 4 model dan danau ephemeral mempunyai 2 model seperti
yang terlihat pada gambar.

1. Danau Permanen

Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan
klastika yang terletak di daerah pegunungan.Danau ini mempunyai hubungan
dengan lingkungan delta sungai yang berkembang ke arah danau dengan
mengendapkan pasir dan sedimen suspensi berukuran halus.Ciri dari endapan
danau ini dan juga endapan model lainnya adalah berupa varve yaitu laminasi
lempung yang reguler.Pada endapan danau periglasial, varves berbentuk
perselingan antara lempung dan lanau. Lanau diendapkan pada saat mencairnya
es, sedangkan lempung diendapkan pada musim dingin dimana tidak ada air
sungai yang mengallir ke danau. Contoh danau ini adalah Danau Costance dan
Danau Zug di Pegunungan Alpen.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran
rendah dengan iklim yang hangat.Material yang dibawa oleh sungai dalam jumlah
yang sedikit.Endapan karbonat terbentuk pada daerah yang jauh dari mulut sungai
disekitar pantai.Cangkang-cangkang molluska dijumpai pada endapan pantai,
yang dapat membentuk kalkarenit jika energi gelombang cukup besar.Kearah
dalam dijumpai adanya ganggang merah berkomposisi gampingan.Contoh danau
ini adalah Danau Schonau di Jerman dan Danau Great Ploner di Kanada Selatan.

Gambar : Danau permanen

Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite


(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh karbonat di
daerah dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska.

Danau permanen model ke empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah
dangkal yang kearah dalam menjadi sapropelite.Contoh dari danau ini adalah
Danau Gytta di Utara Kanada.

Gambar : Danau permanen model 4 (Danau Gytta)


2. Danau Ephermal

Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang
pendek di daerah gurun dengan iklim yang panas.Hujan hanya terjadi sesekali
dalam setahun.

Danau playa antar-gunung pada bagian dekat pegunungan berupa fan


alluvial piedmont yang kearah luar berubah menjadi pasir dan lempung. Ciri dari
danau playa ini adalah lempung berwarna merah-coklat yang setempat disisipi
oleh lanau dan gamping.Contoh danau ini adalah Danau Qa Saleb dan Qa Disi di
Jordania.

Karena adanya pengaruh evaporasi, danau ephemeral ini dapat membentuk


endapan evaporite pada lingkungan sabkha.Contoh dari danau ini adalah Danau
Soda di Amerika Utara dan di Gurun Sahara dan Arab.

Gambar : Danau Ephermal

3.LAGOON

Lagun adalah suatu kawasan berair dangkal yang masih berhubungan dengan laut
lepas, dibatasi oleh suatupunggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar dengan
pantai Maka dari itu lagun umumnya tidak luas dan dangkal dengan energy rendah.
Beberapa lagun yang dianggap besar ,misalnya ward Lagoon di Bahama luasnya hanya
10.000 km dengan kedalaman + 10 m (Jordan, 1978, dalam Bruce W. Sellwood,1990).
Akibat terhalang oleh tanggul,maka pergerakan air di lagun dipengaruhi oleh arus
pasang surut yang keluar / masuk lewat celah tanggul ( inlet ). Kawasan tersebut secara
klasik dikelompokkan sebagi daerah peralihan darat - laut (Pettijohn, 1957), dengan
salinitas air dari tawar (fresh water) sampai sangat asin (hypersalin). Keragaman salinitas
tersebut akibat adanya pengaruh kondisi hidrologi, iklim dan jenis material batuan yang
diendapkan di lagun. Lagun di daerah kering memiliki salinitas yang lebih tinggi
dibanding dengan lagun di daerah basah (humid), hal ini dikarenakan kurangnya air tawar
yang masuk ke daerah itu.

Berdasarkan batasan – batasan tersebut diatas maka batuan sedimen lagun sepintas
kurang berarti dalam aspek geologi. Akan tetapi bila diamati lebih rinci mengenai
aspek lingkungan pengendapannya, lagun akan dapat bertindak sebagai penyekat
perangkap stratigrafi minyak.

Transportasi material sedimen di lagun dilakukan oleh, air pasang energy ombak,
angin yang dengan sendirinya di kendalikan iklim sehingga akan mempengaruhi kondisi
biologi dan kimia lagun. Endapan delta ( tidal delta ) dapat terbentuk dibagian ujung
alur pemisah tanggul , yaitu didalam lagun atau dibagian laut terbuka (Boggs,1995).
Material delta tersebut agak kasar sebagai sisipan pada fraksi halus, yaitu bila terjadi
aktifitas gelombang besar yang mengerosi tanggul dan terendapkan di lagun melalui
celah tersebut. Lingkungan lagun karena ada tanggul maka berenergi rendah sehingga
material yang diendapkan berupa fraksi halus, kadang juga dijumpai batupasir dan
batulumpur. Beberapa lagun yang tidak bertindak sebagai muara sungai, maka material
yang diendapkan didominasi oleh material marin.

4.DELTA

Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial ( sungai )
pada “ lacustrine ” atau “ marine coast line ”. Delta merupakan sebuah lingkungan yang
sangat komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi sedimen
dan morfologi delta, faktor - faktor tersebut adalah regime sungai, pasang surut (tide) ,
gelombang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker,1981). Untuk membentuk
sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara cukup untuk membentuk
akumulasiaktif, dalam hal ini prograding system. Secara sederhana ini berarti bahwa
jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak dibandingkan dengan sedimen
yang terkena dampak gelombang dan pasang surut. Dalam beberapa kasus,
pengendapan sedimen fluvial ini banyak berubah karena faktor diatas, sehingga banyak
ditemukan variasi karakteristik pengendapan sedimennya, meliputi distributary
channels, river-mouthbars, interdistributary bays, tidalflat, tidal ridges, beaches, eolian
dunes, swamps, marshes dan evavorites flats (Coleman, 1982).

5. ESTUARIN

Ada dua faktor penting yang mengontrol aktivitas diestuarin, yaitu volume air pada
saat pasang surut dan volume air tawar ( freshwater ) serta bentuk estuarin. Endapan
sedimen pada lingkungan estuarin dibawa dua aktivitas, yaitu oleh arus sungai dan dari
laut terbuka. Transpor sedimen dari laut lepasakan sangat tergantung dari rasio besaran
tidal dan disharge sungai.

6. TIDALFLAT

Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk pada energy gelombang laut yang
rendah dan umumnya terjadi pada daerah dengan daerah pantai mesotidal dan
makrotidal. Pasang surut dengan amplitude yang besar umumnya terjadi pada pantai
dengan permukaan air yang sangat besar / luas. Danau dan cekungan laut kecil yang
terpisah dari laut terbuka biasanya hanya mengalami efek yang kecil dari pasang surut
ini, seperti pada laut mediterania yang ketinggian pasang surutnya hanya berkisar dari
10 – 20 cm. Luas dari daerah tidal flat ini berkisar antara beberapa kilometer sampai 25
km ( Boggs, 1995 ) . Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi rendahnya pasang
surut, lingkungan tidal flat dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu subtidal, intertidal dan
supratidal.

7. MARINE

Lingkungan pengendapan laut adalah lingkungan pengendapan yang berlokasi di


daerah laut atau samudera. Secara sistematis, subklasifikasi lingkungan pengendapan laut
dibedakan berdasarkan morfologi dasar laut, yaitu :

1. Paparan benua (continental shelf)

2. Terumbu (reef)

3. Lembah dasar laut (continental slope & continental rise)

4. Dasar samudera (oceanic basin/abyssal plain)

Anda mungkin juga menyukai