Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH GEMPA DI PALU

Palu merupakan salah satu daerah yang sering terjadi Gempa dan mempunyai
seismisitas tinggi. Geologi regional daerah Palu dan sekitarnya didominasi oleh
endapan kuarter yang terdiri atas endapan fluviatil dan alluvium.

Gempa dengan magnitudo 7,4 SR mengguncang wilayah Palu, Sigi Dan


Donggala, Sulawesi Tengah pada hari jumat (28/9/2018) sore. Gempa ini disusul
dengan tsunamisetinggi 1,5 meter yang menghantam pesisir kota palu. Akibat dari
bencana ini, ribuan korban meninggal dunia dan ribuan pula yang luka-luka. Gempa
besar ini juga meluluhlantakkan berbagai bangunan di Donggala, Sigi dan Palu.
Mulai dari perumahan warga, pusat-pusat perbelanjaan, hotel, rumah ibadah, hingga
rumah sakit.

Sumber gempa besar ini tercatat berasal dari pergeseran sesar Palu koro.
Patahan ini merupakan salah satu yang memiliki pergerakan terbesar di indonesia,
setelah sesar yapen, papua barat. Badan penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat,
pergeseran palu koro sering mengakibatkan gempa berkuatan besar. Pasalnya,
pergerakan formasi batuan mencapai 35 sampai 44 milimeter/tahun. Sebelum gempa
besar yang terjadi pada jumat 28/9/2018 lalu, sejumlah gempa besar pernah tercatat
melanda Palu, Sigi dan Donggala sejak 1927.

Berikut 10 sejarah gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Palu dan
Donggala SERTA BEBERAPA WILAYAH DISULAWESI.

1. Tanggal 1 Desember 1927


Gempa terjadi si Teluk Palu mengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan 50
orang luka-luka.
2. Tanggal 30 Januari 1930
Gempa di pantai barat kabupaten Donggala disusul tsunami 2 meter yang
berlangsung selama 2 menit.
3. Tanggal 14 Agustus 1938
Gempa melanda Teluk Tambu Kecamatan Balaesang, Donggala, Diikuti
tsunami setinggi 8-10 meter. Sedikitnya 200 orang meninggal dunia dan 790
rumah mengalami kerusakan. Akibat gempa dan tsunami ini, wilayah pesisit
pantai barat Donggala nyaris tenggelam.
4. Gempa tahun 1994
Wilayah sausu, kabupaten Donggala juga dilanda gempa.
5. Tanggal 1 Januari 1996
Gempa terjadi di selat makassar diikuti tsunami yang menyapu pantai barat
kabupaten Donggala dan Toli-Toli.
6. Tahun 1996
Gempa kedua di tahun 1996 terjadi di Desa Bangkir, Tonggolobibi dan
Donggala disertai tsunami setinggi 3-4 meter. Akibatnya, air laut tumpah
sejauh 300 meter ke daratan. Sedikitnya 9 orang meninggal dunia dan
bangunan di desa tersebut rusak parah.
7. Tanggal 11 november 1998
Gempa melanda kabupaten Donggala mengakibatkan ratusan rumah rusak
parah.
8. Tanggal 24 Januari 2005
Gempa terjadi berpusat 16 km di tenggara kota Palu mengakibatkan 1 orang
meninggal dunia dan 4 orang luka-luka serta rumah warga mengalami
kerusakan.
9. Tanggal 17 November 2008
Gempa terjadi di laut sulawesi, mengakibatkan 4 orang asal kabupaten Buol
meninggal dunia.
10. Tanggal 18 Agustus 2012
Gempa terjadi di kabupaten Sigi dan Parigi Moutong mengakibatkan
sedikitnya 8 orang meninggal dunia.

MORFOLOGI

Morfologi Kota Palu dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan, seperti terlihat pada
gambar 2-1, yaitu :

A. Morfologi Daratan
Kenampakan morfologi berupa topografi tidak teratur, lemah,
merupakan wilayah dengan banjir musiman, dasar sungai umumnya meninggi
akibat sedimentasi fluvial. Morfologi ini disusun oleh material utama berupa
aluvial sungai dan pantai dengan bentukan morfologi berupa dataran dan
kemiringan lereng 0-5 %. Wilayah tengah Kota Palu didominasi oleh satuan
geomorfologi ini.
B. Morfologi Denudasi Dan Perbukitan
Kenampakan berupa morfologi bergelombang lemah sampai
bergelombang kuat. Wilayah kipas aluvial (aluvial fan) termasuk dalam
satuan morfologi ini. Bantuk morfologinya berupa perbukitan berelief halus
dengan kemiringan lereng 5-15 %. Di wilayah Palu morfologi ini meluas di
wilayah Palu Timur, Palu Utara, membatasi antara wilayah morfologi dataran
dengan morfologi pegunungan.

GEOLOGI

Berdasarkan Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Skala 1:250.000


(Rab Sukamto, dkk, 1973) daerah penyelidikan terdiri dari 2 (dua) Formasi batuan,
yaitu Aluvium dan endapan pantai (Qap) dan Molasa Celebes Serasin dan Serasin
(QTms) seperti terlihat pada gambar 2-2.

A. Aluvium dan endapan pantai (Qap)

Terdiri dari kerikil, pasir, lumpur, dan batugamping koral. Terbentuk dalam
lingkungan sungai, delta, dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah
ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labea
dan Tombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah. Kondisi batuan pada
Formasi ini umumnya berupa material yang belum mengalami kompaksi.

B. Molasa Celebes Serasin dan Serasin (QTms)


Batuan ini terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi-sisi kedua
pematang, menindidh secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks
batuan metamorf, mengandung rombakan yang berasal dari formasi- formasi
lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping koral,
dan napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Di dekat Kompleks batuan
metamorf pada bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri dari
bongkah-bongkah kasar dan agaknya diendapkan di dekat sesar. Batuan-batuan
itu ke arah laut beralih-alih jadi Sebatuan klastika berbutir lebih halus. Di dekat
Donggala sebelah utara Enu dan sebelah barat Labea batuannya terutama terdiri
dari batugamping dan napal mengandung Operculina sp, Cycloclypeus sp, Rotalia
sp, Orbulina universa, Amphistegina sp, Miliolidae, Globigerina, Foraminifera
pasiran, ganggang gampingan, pelesipoda, dan gastropoda. Sebuah contoh yang
diambil dari tenggara Laebago selain fosil-fosil tersebut mengandung Miogypsina
sp dan Lepidocyclina sp yang menunjukkan umur Pliosen – Plistosen (Rab
Sukamto dkk, 1973)
STRUKTUR GEOLOGI

Berdasarkan hasil studi dari tim revisi peta gempa Indonesia (dalam Irsyam,
M, dkk, 2010) struktur geologi aktif yang melewati Kota Palu adalah berupa PKF
(Palu Koro Fault) dan MF (Matano Fault) keduanya merupakan sesar aktif yang
banyak dijumpai disekitar lembah Palu. Sesar Palu-Koro (PKF) berarah Utara –
Selatan sedang beberapa diantaranya ada yang berarah Baratdaya – Timurlaut. Sesar
– sesar aktif tersebut yang berarah Utara – Selatan adalah merupakan sesar-sesar aktif
akibat peremajaan dari struktur tua yang dapat teraktifkan kembali, sedangkan sesar-
sesar yang berarah Baratdaya – Timurlaut adalah merupakan struktur yang sangat
aktif pada masa kini. Secara geologi, fisiografi Kota Palu berhubungan dengan proses
strukturyang terjadi serta jenis batuan yang menyusun Kota Palu, dimana sisi kiri dan
kanan Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro serta
wilayahnya disusun oleh batuan yang lebih keras dibanding material penyusun bagian
lembah.

Anda mungkin juga menyukai