Handling The Vehicle Overloading PDF
Handling The Vehicle Overloading PDF
2
FAKTOR KUNCI PENYELENGGARAAN JALAN
Faktor 1 :
Jaringan Jalan
mendukung
Faktor 7: Pengelolaan Tata
Penegakan Ruang dan Tata
Guna Lahan
Faktor 2:
Hukum dan Alokasi Anggaran
Peraturan Tepat Sasaran
Penggunaan Kinerja
Jalan
Faktor 6 : Faktor 3:
Delivery Sistem
Pemeliharaan yang Mendukung
Jalan Bersifat Strategi
Responsif dan Pencapaian
Kinerja Jalan
Preventif
Faktor 5: Faktor 4:
Pelaksanaan Pendekatan Desain
tepat Mutu, dan Penerapan
Waktu dan Teknologi Menjamin
Target Minimum Life Cycle
Cost
Anggaran.
3
KEGAGALAN KINERJA JALAN DALAM BENTUK KERUSAKAN DINI
Sumber : Indii 4
Faktor Terkait Kerusakan Dini
5
BEBAN LALU LINTAS
15.0 Ton
18.0 Ton
7
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN /
VEHICLE DAMAGE FACTOR (VDF)
4 P
P
VDF =
5.4
P
4
P
VDF =
8.16
8
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN /
VEHICLE DAMAGE FACTOR (VDF)
P
4 4
P P
VDF = = 0.086
15 8.16
P
4 4
P P
VDF = = 0.053
18 8.16
Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi 2 kali Beban
Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusak sebanyak 16 kali. Jika
Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusak menjadi 81 kali.
Konfigurasi beban standar yang diadopsi oleh Ausroad :
Single axle single wheel = 5.4 ton
Single axle dual wheel = 8.2 ton
Tandem axle dual wheel = 13.6 ton
Triple axle dual wheel = 18.1 ton
9
CONTOH PERHITUNGAN VDF
4
P
VDF =
5.4
Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda dari satu sumbu kendaraan
terhadap jalan; Beban tersebut selanjutnya didistribusikan ke fondasi jalan, dan
bila daya dukung jalan tidak mampu menahan muatan sumbu, maka jalan akan
rusak
Muatan berlebih (overloading) secara signifikan akan meningkatkan daya rusak
kendaraan, yang selanjutnya akan memperpendek umur pelayanan jalan.
Untuk pengendalian beban berlebih, diperlukan pengaturan melalui
pembatasan beban lalu lintas dengan konsep Muatan Sumbu Terberat (MST).
Muatan Sumbu Terberat (MST) adalah beban gandar maksimum yang diijinkan
pada jalan raya.
MST dipakai sebagai Dasar Hukum (Legal Aspect) dalam pengendalian dan
pengawasan muatan kendaraan di jalan dan ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
12
MUATAN SUMBU TERBERAT (MST)
13
MUATAN SUMBU TERBERAT (MST)
Khusus
14
MST DI BEBERAPA NEGARA
15
KONFIGURASI BEBAN UNTUK MST 8 TON
6B
(trailer 2 sumbu) 3.898
1.2H 6 ton 10 ton
7A
(trailer 3 sumbu) 3.679
1.2.2
6 ton 18 ton
7C1
(trailer 4 sumbu) 5.934
1.2+2.2
6 ton 10 ton 18 ton
7C2
(trailer 5 sumbu) 6.222
1.2+2.2.2 6 ton 10 ton 21 ton
7C3
(trailer 6 sumbu) 6.003
1.2.2+2.2.2 6 ton 18 ton 21 ton
17
KAJIAN PENINGKATAN MST
Untuk melakukan perubahan berupa peningkatan legal limit (MST)
kendaraan, perlu dilakukan penelitian yang mendalam.
Perubahan ini akan mempengaruhi banyak hal, diantaranya akan
dibutuhkan perubahan pada kekuatan jalan dan jembatan yang telah ada
dan akan membutuhkan investasi besar untuk melakukan perubahan ini
yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya penanganan jalan secara
umum.
18
PENINGKATAN KEBUTUHAN ANGGARAN UNTUK PENANGANAN JALAN
Aspal Hotmix
Aspal Hotmix
tebal 20 cm Aspal Hotmix
tebal 22 cm Aspal Hotmix
tebal 27 cm
tebal 32 cm
Semakin besar beban yang dipikul jalan semakin tebal perkerasan yang
dibutuhkan sehingga semakin meningkat pula kebutuhan anggaran untuk
penanganan jalan
Sumber : WSDOT 2006
19
PENINGKATAN TRANSPORT COST
Biaya
(Cost)
Penurunan
RUC
20
21
PERMASALAHAN BEBAN BERLEBIH KENDARAAN
• Untuk komoditi semen
Semua kendaraan pengangkut semen mengangkut dengan MST lebih dari 100% dari yang diijinkan
atau mengangkut dengan beban gandar lebih dari 20 ton (padahal maksimum 10Ton).
• Untuk komoditi baja
Untuk kendaraan pengangkut baja terdapat kelebihan muatan antara 85 s/d 100% dari yang
diijinkan atau mengangkut dengan beban gandar 18 – 20 Ton (padahal maksimum 10 Ton).
• Untuk komoditi kimia
Untuk kendaraan pengangkut bahan kimia terdapat kelebihan muatan sebesar 20 %, atau
mengangkut dengan beban gandar 12 Ton, namun dalam hal desain konstruksi Tangki tidak
memenuhi keselamatan lalu lintas jalan raya.
• Untuk komoditi pasir
Untuk kendaraan pengangkut pasir terdapat kelebihan muatan lebih dari 125%, atau mengangkut
dengan beban gandar lebih dari 26 ton (maksimum 10 Ton) baik mobil Tandem maupun mobil
Trailler.
23
SURVEI WIM PANTURA
24
NILAI VDF AKTUAL HASIL SURVEI DI PANTURA
7A (1.2.2)
2 64,549 6,785 14,161 3,679
7C1 (1.2+2.2)
3 47,143 29,162 39,368 5,934
7C2 (1.2+2.2.2)
4 99,516 69,692 82,917 6,222
7C3 (1.2.2+2.2.2)
5 56,819 64,234 52,991 6,003
25
PERBANDINGAN MST IJIN DAN AKTUAL DI PANTURA
PERBANDINGAN MST IJIN DAN MST AKTUAL PERBANDINGAN MST IJIN DAN MST AKTUAL
DI SEGMEN JAKARTA - SEMARANG, PANTURA JAWA DI SEGMEN SEMARANG - SURABAYA, PANTURA JAWA
UNTUK (MST 10 TON) UNTUK (MST 10 TON)
50 50
48.88
45.55
40 40
38.10 37.56
30 30
20 21.00 20 21.00
20.58 20.14
18.00 18.00
10 10
10.00 10.00
0 0
Single Axle Tandem Triple Single Axle Tandem Triple
30 30 31.77
Muatan Sumbu (ton)
23.05
20 20 21.73
21.00 21.00
18.00 18.00
12.86 12.04
10 10
10.00 10.00
0 0
Single Axle Tandem Triple Single Axle Tandem Triple
200,00 178,67
150,00
CESAL Aktual 2011
100,00 78,31 70,62
57,85 CESAL Design 2011
50,00 33,31
0,00
CESAL Rata2 CESAL Rata2 CESAL Seluruh
Pantura Jalintim Ruas
4 7C2 (1.2+2.2.2) 6.22 60.80 352 0.5 1.0 3.0 10 4.58 44.78
43.10 512.43
3 7C1 (1.2+2.2) 5.93 32.00 143 0.5 1.0 3.0 10 1.77 9.57
4 7C2 (1.2+2.2.2) 6.22 80.50 384 0.5 1.0 3.0 10 5.00 64.67
26.90 306.65
29
ILUSTRASI PENGARUH OVERLOADING
30
KESEPAKATAN AWAL 4 KEMENTERIAN
KEMENTERIAN
No. Langkah - Langkah Mengatasi Overloading
PEKERJAAN UMUM PERHUBUNGAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN
Perubahan ijin laik jalan untuk ban dalam hal kekuatan ban
3.
sehingga dapat memenuhi SNI
- √ - -
31
KESEPAKATAN AWAL 4 KEMENTERIAN
KEMENTERIAN
No. Langkah - Langkah Mengatasi Overloading
PEKERJAAN UMUM PERHUBUNGAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN
angkutan
Sosialisasilaut.
dan penegakkan hukum untuk komoditas yang
8.
mengakibatkan beban lebih pada kendaraan (besi, batubara,
- - √ -
32
KESIMPULAN
33
KESIMPULAN
34
TERIMA KASIH
35