Anda di halaman 1dari 4

PUISI MERAH PUTIH

Dulu,
Ku rebut merah putih dengan pekik merdeka
Melawan mitraliur tanpa senjata
Korbankan nyawa demi dwi warna

Masa itu,
Ku tumpahkan darah 'tuk merdeka, 'tuk proklamasi tujuhbelas agustus empat lima

Merdeka!
Ku wariskan alam kaya raya
Ku bangun manusia seutuhnya
Ku maknai merah putih sepenuh jiwa

Kini,
Di usia renta nan lara
Merah putih luntur demi kapitalisme semata

Ingat,
Pahlawan tanpa nama bertabur di atas pusara
Perjuangan mengantarnya ke penjara, pergerakan Boedi Oetomo cikal bakalnya

Hari ini tujuhpuluh tahun lalu


Patriotisme membara di sanubari

Hai, putra putri ibu pertiwi


Demi gilang gemilang tanah air
Demi jayalah Indonesia kini
Ku tunggu janjimu, kibarkan symphony merah putihku
NASKAH TENTANG MERAH PUTIH

Engkau Berkibar dengan gagah di setiap sudut penjuru negeri ini, ketika hari
bersejarah Kemerdekaan 17 Agustus 1945, selalu kita peringati di tanggal 17
Agustus.

Merah Putih, mengingatkan kami ( kita semua) atas jasa para pahlawan dari segenap
pelosok negeri menumpas, mengusir, membela negeri ini dari penjajahan.

Mengingatkan kami akan pengorbanan darah dan tulang dari ketulusan para
perjuangan dengan kerelaan berkorban demi lahirnya bangsa ini. Raga dan dan jiwa
menjadi taruhan hanya untuk Sang Saka Merah Putih yang menjadi tanda bahwa kita
merdeka dari penjajahan.

Keberanian dan kesucian dari para pejuang menjadi semboyan untuk menumpas para
penjajah hingga terpatri menjadi merah putih.

Merah putih berkibar hingga kini menginjak usia 71 tahun Indonesia Merdeka,
Indonesia Raya untuk menyempurnakan jiwa dan raga, untuk membangun Indonesia
yang lebih baik, semakin baik.

Berkibar sebagai pengingat, penguat rasa bersama bahwa sang saka merah putih,
bendera merah putih akan selalu, terus boleh berkibar untuk selamanya di Negeri
ini, Indonesia , negeri yang raya, kaya akan kebhinekaan semoga terus tertanam
dan tersemai di setiap sanubari pada bumi pertiwi.

Sang saka merah putih, bendera merah putih menjadi tanda menuju merdeka dari
segala hal.

Semangat sang saka merah putih menjadi tanda melaksana bagi semua generasi saat
ini untuk bersama membangun dalam bingkai cipta, karya dan karsa yang nyata di
mata dunia.

Damai negeriku, Selamat ulang tahun negeriku yang ke-71, semoga sang saka merah
putih terus berkibar hingga selamanya. Merdeka!!!...
[MERAH PUTIH RTC]

Pagi ini… Merah putihmu berkibar di seluruh negeri…


Pagi ini… rakyatmu dengan bangga, menyanyikan lagu kebangsaanmu…
Pagi ini… calon generasi penerus bangsamu, dididik menghargai tetes darah dan jiwa
para pendahulunya…

Aku duduk tepekur menginami rasa ini…


Rasa bangga menjadi bangsa yang disebut generasi garuda…
Menjadi pagar betis penjaga tunas muda… memastikannya tumbuh, dan berkembang
sesuai dengan cita-cita pendahulunya…
Menengok nasionalime… melirik patriotisme… menepekuri Indonesiaku…

Indonesiaku,
Sembilan derajad lintang utara hingga sebelas derajad lintang selatan…

Indonesiaku,
Sembilan puluh lima derajad bujur timur hingga seratus empat puluh satu derajad
bujur timur

Indonesiaku,
Pangkuan ibu pertiwi…

Indonesiaku,
Hanya mampu merefleksikan apa yang mampu kuberi…

Jika para pendahuluku berjuang dengan darah dan harta, agar kelak aku dan anak
cucuku mampu menghirup udara pagi, mampu makan nasi, dan mampu berdiri diatas
tanah leluhurnya sendiri…

Jika mereka yang tertanam jasadnya tanpa mampu menyuarakan dengan lantang
tentang hakekat kemerdekaan, rela berkalang tanah agar kelak anak cucunya mampu
mengibarkan bendera sebagai bangsa yang telah berdaulat

Jika mereka yang tak tersebut namanya, rela menyumbangkan darahnya sebagai
upeti kemerdekaan, agar nanti, bangsa ini mampu menyanyikan lagu kebangsaan
dengan penuh bangga, sebagai bangsa sejati tanpa intervensi…
Aku menatap cermin…
Lalu, apa yang telah kuberi…?

Apa arti nasionalisme…?


Apa arti patriotism….?
Jika, saat ini bangsa dan Negara ini tergadai oleh kepentingan diri yang penuh
ambisi…
Apa yang mampu kuberi…?
Jika tetes keringatpun berharap termaknai materi

Aku tertunduk…
Aku malu…
Tak layak aku hanya menatap bentangan merah putih di hadapanku…
Tak layak aku menjadi barisan yang menyuarakan arti nasionalisme…
jika segala suara kebenaran hanya sampai di tenggorokan saja…
jika segala suara terbungkam oleh absurb-nya kemerdekaan

Indonesiaku…

Sumber Gambar Ilust

Anda mungkin juga menyukai