Anda di halaman 1dari 59

RINGKASAN

Alfiza Yuliana Muhti. Nim. 1305122873. Pengaruh Permainan Roda


Putar Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. Berdasarkan
pengamatan dilapangan di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar pada kelompok B dengan usia 5-6 tahun, terdapat permasalahan
pada anak yaitu 1) sebagian anak belum mengetahui nama dan fungsi serta cara
merawat anggota tubuh, 2) sebagian anak perempuan belum mengetahui bahwa
memakai pakaian dalam (underwear rules) itu sangat penting, 3) anak laki-laki belum
mengetahui bahwa bermain sambil memeluk, mencium dan mengimpit teman
perempuannya tersebut tidak boleh dilakukan, 4) anak perempuan belum mengetahui
pakaian mana yang baik dan sopan yang boleh dikenakan, 5) sebagian anak
perempuan pada saat menggunakan rok masih suka duduk dengan kaki terbuka, 6)
anak laki-laki suka memeluk anak perempuan lain, 7) sebagian anak masih banyak
yang tidak mengetahui bagian mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang
lain.
Tujuan penelitian ini 1) Untuk mengetahui pengetahuan seks pada anak usia
5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
sebelum penerapan permainan roda putar. 2) Untuk mengetahui pengetahuan seks
pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar sesudah penerapan permainan roda putar. 3) Untuk mengetahui
pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK
Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sebelum dan
sesudah penerapan bermain roda putar.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B usia 5-6 tahun
yang ada di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 anak yang terdiri dari 8 anak perempuan
dan 9 anak laki-laki di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten
Kampar. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes sebelum (Pretest) dan sesudah (Posttest).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan


penelitian pra eksperimen One-group pretest-posttest design. Berdasarkan analisis
data dan hasil presentase terdapat pengaruh yang signifikan. Dapat dilihat dari hasil
pretest (sebelum dilakukannya perlakuan) diperoleh nilai sebesar 281 dengan rata-
rata 16,53. Kemudian setelah diberi perlakuan dengan menggunakan permainan roda
putar diperoleh nilaiposttest sebesar434 dengan rata-rata 25,53. Jika dilihat dari
kategori perorangan sebelum diberi perlakuan maka pengetahuan seks pada anak usia
5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
sebelum perlakuan permainan roda putar tidak terdapat anak dalam kategori baik,
sedangkan pada kategori cukup sebanyak 11 orang anak atau 64,70% dan pada
kategori kurang sebanyak 6 orang anak atau 35,30%. Dapat dilihat bahwa setelah
diberi perlakuan (treatment) pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar setelah perlakuan pada
permainan roda putar bahwa, pada kategori baik terdapat 14 orang anak atau 82.35%,
dan pada kategori cukup terdapat 3 orang anak atau 17.65% dan tidak terdapat anak
pada kategori kurang.

Untuk mencari seberapa besar pengaruh permainan roda putar terhadap


pengetahuan seks pada anak digunakan skor ideal dimana penggunaan permainan
roda putar terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sebesar 66,81% dan
33,19% dipengaruhi oleh faktor lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan
roda putar efektif untuk meningkatkan pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di
TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat yang
dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai
cobaan dan ujian selama proses penyelesaian kripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Guru PAUD di Universitas Riau.

Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih ditunjukkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang telah memberikan fasilitas kepada
penulis dalam mengikuti perkuliahan.
2. Bapak Drs. Raja Arizon, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
dalam mengikuti perkuliahan.
3. Ibu Ria Novianti, S.Pd, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Guru PAUD sekaligus menjadi selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan saran, bimbingan, kemudahan serta
masukan yang sangat berarti sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Febrialismanto, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dalam memberi saran, bimbingan serta semangat kepada penulis dalam
masa penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen PG PAUD FKIP Universitas Riau yang telah banyak
memberikan bekal ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis selama
dibangku perkuliahan.
6. Kepala Sekolah dan Guru-Guru di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang
yang telah memberikan izin dan membantu penulis ketika melakukan penelitian.
7. Orang tua tercinta Ibunda Ermawati, SE dan Ayahanda Muslim, yang selalu
memberikan doa, dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayang yang tulus
sepanjang hidup penulis, yang tidak pernah lelah bating tulang sehingga penulis
bisa seperti saat sekarang ini. Semoga penulis bisa memenuhi harapan ibupapa
dan menjadi kebanggan keluarga.
8. Keluarga tercinta kak Wenny Rachmita Muhti dan adek Amrina Rosada Muhti
yang selalu memberikan dukungan dan semangat agar penulis menyelesaikan
skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan PAUD 2013 terkhusus teman-teman kelas A yang
selalu memberikan semangat kepada penulis.
10. Rahmawati, Maya Putri Yani, Hesty Ikhwani S, yang selalu memberikan
semangat, motivasi dan banyak membatu dan mengajarkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Tiara, Ayu, Oneng, Imel yang selalu memberi semangat, motivasi, dukungan
agar penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Dimas Bayu satrio dan Hary Suherdi yang selalu memberikan dukungan,arahan,
inspirasi, membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi serta selalu sedia
terepotkan kapanpun dan dimanapun.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan


baik, namun penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dari skripsi ini. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Amin Ya Robbal Allamin.

Pekanbaru, 2017

Alfiza Yuliana Muhti


DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 5
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... 8
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. 10
BAB I ........................................................................................................................................ 12
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 12
A. Latar Belakang............................................................................................................. 13
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 17
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 17
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................... 18
E. Definisi Operasional .................................................................................................... 19
BAB II ....................................................................................................................................... 19
KAJIAN TEORETIS..................................................................................................................... 19
A. Pengetahuan Seks Pada Anak ..................................................................................... 20
1. Pengertian Pengetahuan......................................................................................... 20
2. Pengertian Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini ............................................... 22
3. Tujuan Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini ...................................................... 23
4. Tahapan Dalam Pendidikan Seks Pada Anak .......................................................... 26
5. Indikator Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun ........................................ 29
B. Permainan ................................................................................................................... 29
1. Pengertian Permainan ............................................................................................ 29
2. Karakteristik Permainan .......................................................................................... 30
3. Jenis-Jenis Permainan ............................................................................................. 31
4. Tahap Perkembangan Permainan ........................................................................... 32
C. Permainan Roda Putar ................................................................................................ 33
1. Pengertian Permainan Roda Putar.......................................................................... 33
a) Pengertian Roda .................................................................................................. 33
b) Pengertian Putar ................................................................................................. 33
c) Langkah-Langkah Menggunakan Media Permainan Roda Putar ........................ 33
A. Hipotesis...................................................................................................................... 34
BAB III ...................................................................................................................................... 34
METODE PENELITIAN .............................................................................................................. 35
F. Rancangan Penelitian.................................................................................................. 35
G. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 36
H. Data Dan Instrumen .................................................................................................... 37
I. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 38
J. Teknik Analisis Data .................................................................................................... 39
BAB IV...................................................................................................................................... 40
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 41
A. Hasil Penelitian............................................................................................................ 41
1. Orientasi Lapangan Penelitian ................................................................................ 41
2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................... 41
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian................................................................................ 42
a. Gambaran umum Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Pembina
Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Sebelum Penerapan Permainan
Roda Putar (Pretest) .................................................................................................... 43
b. Gambaran umum Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Pembina
Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Sesudah Penerapan Permainan
Roda Putar (Posttest) .................................................................................................. 45
c. Perbandingan Data Pretest dan Posttest ............................................................ 48
4. Analisis Data ................................................................................................................... 49
a. Uji Prasyarat ................................................................................................................ 49
1) Uji linearitas ........................................................................................................ 49
2) Uji Homogenitas.................................................................................................. 50
3) Uji Normalitas ..................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

PAUD (Pendidikan anak usia dini) merupakan jenjang pendidikan


sebelum dilaksanakannya pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
secara optimal agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting seperti
yang tertuang dalam UU PA (Undang - Undang Pendidikan Anak), yaitu anak
mempunyai hak untuk tumbuh, berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi
dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi belajar adalah hak, bukan suatu
kewajiban. Karena belajar adalah hak, maka belajar harus menyenangkan,
kondusif, dan menjadikan anak termotivasi, antusias serta selalu bersemangat,
agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Belajar pada anak adalah melalui bermain. Dengan bermain anak


mengalami proses pembelajaran tentang sesuatu hal. Karena bermain melatih
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak yang meliputi: aspek bahasa,
kognitif, fisik motorik, sosial emosi, serta moral dan nilai-nilai agama.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara. Pendidikan seks pada anak usia dini adalah untuk mengenalkan pada
anak anggota tubuh, menjelaskan fungsi serta cara melindungi alat reproduksi,
perbedaan jenis kelamin, perilaku seksual, berpakain yang sopan, serta
menanamkan akhlak dan moral pada anak. Agar anak terhindar dari perilaku
menyimpang, bingung akan identitas dirinya (identitas gender), homoseksual
(tertarik sesama jenis), pelaku pedofilia, serta terhindar dari pelecehan seksual.

Meningkatnya kasus-kasus kekerasan seksual merupakan bukti nyata


pengetahuan dan pemahaman anak tentang pendidikan seks sangat kurang. Anak
hendaknya memperoleh pendidikan seks sejak usia dini. Hal ini penting untuk
mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak, terutama bila anak
sudah mulai mengenal informasi dari media seperti televisi, internet, buku dan
sebagainya. Menurut pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan
anak kota pekanbaru selama tahun 2015 terdapat 240 anak dibawah umur
menjadi korban pelecehan seksual di Riau. Tercatat, hingga November 2015,
Kepolisian Daerah (Polda) Riau dan jajaran menangani 240 kasus pencabulan.
Dari jumlah itu, kasus yang diselesaikan hingga ke pengadilan sebanyak 189
kasus. Jumlah itu meningkat tajam dari tahun sebelumnya, yakni pada tahun
2014 Polda Riau dan jajaran menerima 148 kasus pelecehan seksual yang terjadi
di kota pekanbaru. Sedangkan, sepanjang tahun 2016 dari bulan januari hingga
desember pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak kota
pekanbaru menyebutkan pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur
mencapai 229 kasus, sedangkan, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
selama lima tahun terakhir menemukan 646 kasus di Riau. Dari data tersebut
dapat dilihat peningkatan terhadap pelecehan seksual pada anak usia dini.
Sehingga, orang tua dan guru harus membekali anak sejak dini pentingnya
pendidikan seks.

Pendidikan seks untuk anak usia dini sudah seharusnya dilakukan,


karena akan mempengaruhi kehidupan anak ketika remaja. Di Indonesia banyak
anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seks yang benar dan cukup. Orangtua
dan masyarakat memandang pendidikan seks tidak dapat diajarkan sejak dini
karena pemahaman tentang pendidikan seks itu sendiri cenderung mengarah pada
aktivitas hubungan seksual semata sehingga orangtua menganggap pendidikan
seks tidak patut (sex tabu) diajarkan pada anak sejak dini. Sehingga, anak justru
mendapat informasi tentang seks dari teman sebaya, internet, dan majalah.
Padahal sumber informasi tersebut belum tentu benar dan dapat dipertanggung
jawabkan. Pemberian pendidikan atau informasi mengenai masalah seks masih
menjadi pro dan kontra di masyarakat Indonesia.

Pandangan yang kurang setuju dengan pendidikan seks mengkhawatirkan


bahwa pendidikan seks yang diberikan kepada anak akan mendorong mereka
melakukan hubungan seks lebih dini. Sementara pandangan yang setuju pada
pendidikan seks beranggapan dengan semakin dini mereka mendapatkan
informasi mereka akan lebih siap menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya dan mampu menghindarkan diri dari kemungkinan yang bisa
terjadi.

Menurut Muslik Nawita (2013) pendidikan seks tidak lain adalah


penyampaian informasi mengenai pengenalan (nama dan fungsi) anggota tubuh,
pemahaman perbedaan jenis kelamin, penjabaran perilaku (hubungan dan
keintiman) seksual, serta pengetahuan tentang nilai dan norma pada masyarakat
berkaitan dengan gender. Pendidikan seks juga mengajarkan cara membangun
sikap.

Agar anak dapat mengetahui tentang pendidikan seks dan terhindar dari
pelecehan seksual butuh stimulasi yang tepat dari lingkungan keluarga dan
sekolah. Oleh karena itu peneliti ingin menggunakan bermain roda putar, karena
dengan bermain roda putar yang menarik dan telah dimodifikasi dapat menarik
minat anak. Permainan roda yang telah dimodifikasi tersebut dibuat dalam
bentuk pembelajaran semenarik mungkin untuk mengenalkan pendidikan seks
pada anak. Dalam satu permainan papan roda putar terdiri dari 12 kotak dan
disetiap kotak terdapat sebuah misi, setiap misi dicocokkan dengan kartu yang
sesuai yang memperkenalkan pada anak tentang pendidikan seks. Anak diminta
untuk melakukan dan mengerjakan misi yang telah di dapat. Dengan anak
melaksanakan dan melakukan kegiatan bermain tersebut anak belajar tentang
pendidikan seks. Sehingga, anak dapat mengerti dan memahami pendidikan seks
sejak dini.

Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan penulis pada anak


usia dini di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar pada kelompok B dengan usia 5-6 tahun, terdapat
permasalahan pada anak yaitu dengan gejala-gejala bahwa anak kurang
mengetahui dan mengenal apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak
diperbolehkan dilakukan oleh anak. Hal ini dapat dilihat dari 1) sebagian anak
belum mengetahui nama dan fungsi serta cara merawat anggota tubuh, 2)
sebagian anak perempuan belum mengetahui bahwa memakai pakaian dalam
(underwear rules) itu sangat penting, hal ini terlihat anak perempuan masih perlu
diingatkan oleh orang tua atau guru untuk memakai pakaian dalam, 3) anak laki-
laki belum mengetahui bahwa bermain sambil memeluk, mencium dan
mengimpit teman perempuannya tersebut tidak boleh dilakukan, hal ini terlihat
pada saat bermain anak laki-laki masih sering berperilaku kasar seperti
mengimpit teman perempuannya pada saat bermain, 4) anak perempuan belum
mengetahui pakaian mana yang baik dan sopan yang boleh dikenakan, 5)
sebagian anak perempuan pada saat menggunakan rok masih suka duduk dengan
kaki terbuka, 6) anak laki-laki suka memeluk anak perempuan lain, 7) sebagian
anak masih banyak yang tidak mengetahui bagian mana saja yang boleh dan
tidak boleh disentuh orang lain. Setelah peneliti amati ternyata hal ini terjadi
hampir sebagian besar anak atau setiap anak di TK Negeri Pembina Kecamatan
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.

Dari permasalahan di atas dalam pengamatan yang peneliti lakukan


permasalahan tersebut adalah masalah kurangnya pengetahuan anak tentang
pendidikan seks sejak dini. Dalam masalah ini peneliti ingin menggunakan roda
putar. Dari masalah ini peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Permainan Roda Putar Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6
Tahun Di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten
Kampar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat disusun rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri


Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sebelum
penerapan permainan roda putar?
2. Bagaimanakah pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sesudah penerapan
roda putar?
3. Adakah pengaruh permainan roda putar terhadap pengetahuan seks pada anak
usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini


sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sebelum
penerapan permainan roda putar.
2. Untuk mengetahui pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sesudah penerapan
permainan roda putar.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan seks pada
anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar sebelum dan sesudah penerapan bermain roda putar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
keilmuan yang terkait dan juga sebagai wacana pengetahuan dan
pembelajaran khususnya dalam mengembangkan seks pada anak usia 5-6
tahun, umumnya dalam dunia pendidikan anak usia dini.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat bagi
guru, lembaga dan peneliti yang lain.

a. Manfaat Bagi Guru


Sebagai panduan untuk bahan acuan dan pertimbangan bagi guru
untuk memahami tentang pendidikan seks untuk anak usia dini.
b. Manfaat Bagi Sekolah (TK)
Sebagai masukkan dalam melakukan suatu kegiatan yang menarik
bagi anak agar mengetahui tentang pentingnya pengetahuan
pendidikan seks sejak dini.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang
pentingnya mengenalkan pendidikan seks pada anak sejak dini
melalui bermain serta dijadikan pedoman dan masukkan melakukan
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pendidikan seks pada
anak sejak dini.
d. Manfaat Bagi Anak
Dengan permainan roda putar di harapkan dapat meningkatkan
pengetahuan seks pada anak.

E. Definisi Operasional

1. Pengetahuan seks adalah kemampuan mengenal, menjelaskan fungsi dan


cara melindungi anggota tubuh, mengetahui cara berpakaian yang sopan
dan sesuai jenis kelamin, serta pemahaman terhadap perbedaan jenis
kelamin.
2. Permainan roda putar adalah suatu alat yang berbentuk bundar yang bisa
bergerak dan dapat berputar-putar atau berkeliling yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.

BAB II

KAJIAN TEORETIS
A. Pengetahuan Seks Pada Anak
1. Pengertian Pengetahuan

Secara terminologi, Menurut Gazalba (dalam Hasnah Faizah, 2011)


Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai.Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian,
pengetahuan adalah hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan diartikan


sebagai segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian ataupun segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah.

Manusia memperoleh pengetahuan melalui berbagai cara. Bila hanya


sekedar ingin tahu tentang sesuatu, cukup dengan menggunakan pertanyaan
secara sederhana.Namun disamping itu, adakalanya pengetahuan itu diperoleh
melalui pengalaman yang berulang-ulang terhadap suatu peristiwa atau
kejadian. Proses memperoleh pengetahuan ini sangat terkesan sangat
sederhana. Dimulai dari pengamatan terhadap gejala alam ataupun peristiwa
yang terjadi disekitar.

Menurut Salam (dalam Hasnah Faizah, 2011) bahwa dalam kehidupan


manusia, pengetahuan terdiri atas :

Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat


disebut dengan istilah common sense, dan sering diartikan sebagai good sense,
karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik.
Pengetahuan biasa (common sense) diperoleh dari pengalaman sehari-hari,
seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga dan sebagainya.

Kedua, pengetahuan ilmu, diartikan untuk menunjukkan ilmu


pengetahuan alam, yang bersifat kuantitatif dan objektif. Ketiga, pengetahuan
filsafat, pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang
pengetahuan yang sempit, filsafat membahas hal yang lebih luas dan
mendalam.

Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya


diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Menurut Notoadmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) model


taksonomi bloom tentang tingkat pengetahuan terdiri dari enam tingkat
perilaku kognitif yaitu sebagai berikut:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalahmengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehention)
Adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
pada situasi ataupun kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis
Kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Dengan demikian, berdasarkan beberapa penjelasan diatas


pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadarai oleh seseorang.

2. Pengertian Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini

Pengetahuan seks pada anak adalah penyampaian informasi mengenai


pengenalan (nama dan fungsi) anggota tubuh, pemahaman perbedaan jenis
kelamin, penjabaran perilaku (hubungan dan keintiman) seksual, serta
pengetahuan tentang nilai dan norma pada masyarakat berkaitan dengan
gender. Pendidikan seks juga mengajarkan cara membangun sikap (Muslik
Nawita, 2013).

Pengetahuan pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-


unsur hak asasi manusia serta nilai-nilai kultur dan agama. Dengan demikian,
pendidikan seksual dapat juga dikatakan sebagai pendidikan akhlak dan
moral.

Pengertian seks dalam islam adalah pendidikan tentang tingkah laku


yang baik (berakhlak) berhubungan dengan seks, yang terpenting dalam
pandangan islam adalah bagaimana penanaman nilai-nilai moral agama, serta
akidah yang kuat dalam pendidikan seks tersebut. Harapannya, anak mampu
tumbuh dengan kematangan seksual yang dilandaskan pada kekuatan iman,
kebersihan jiwa, dan ketinggian akhlak (Yusuf Madani, 2003).

Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi


organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan akibat-
akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat
istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.

Sekspada anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya dan


terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi
anak.Pendidikan seks untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian
informasi berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua, guru dan anak.

Abdullah Nashih Ulwan (dalam Yusuf Madani, 2003) mendefinisikan


seks pada anak adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti
masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan.
Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-
masalah yang diharamkan dan dihalalkan, bahkan mampu menerapkan
perilaku sesuai dengan agamanya dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya
dengan cara-cara yang tidak diizinkan oleh agamanya.

Dengan demikian, Seks untuk anak usia dini adalah untuk


memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan anggota tubuh
lainnya, termasuk fungsi serta cara melindunginya dan memberitahukan pada
anak agar memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
Dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan seks anak-anak akan
lebih peka pada berbagai kondisi mengenai seks terutama pada dirinya sendiri
dan individu lain disekitarnya. Selain itu pendidikan seks dapat membuka
wawasan positif anak-anak dan menghindarkan mereka dari berbagai ancaman
kejahatan seksualitas.

3. Tujuan Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini

Pendidikan seks tidak selalu berbicara tentang alat vital atau hubungan
badan.Zainudin Mutadin (dalam Muslik Nawita, 2013) menegaskan bahwa
selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomi dan biologis, pendidikan
seksual juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologi dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi
manusia serta nilai-nilai kultur dan agama. Dengan demikian, pendidikan
seksual dapat juga dikatakan sebagai pendidikan akhlak dan moral.

Pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan


dan mendidik anak agar berprilaku yang baik dalam hal seksual sesuai dengan
norma agama, sosial, dan kesusilaan.

Pentingnya pengetahuan seks sejak dini juga disebabkan karena


karakter dasar manusia di(ter)bentuk pada masa kanak-kanak, dan ahli
psikoanalisa telah membuktikan tentang pengaruh yang baik atau tidak baik
pada tahun-tahun pertama terhadap pertumbuhan karakter dasar anak.
Pendidikan yang salah dapat mempengaruhi perkembangan berbagai bentuk
penyimpangan seksual pada masa-masa berikutnya. Pendidikan seks pada
anak usia dini ini dimungkinkan dapat meluruskan pemahaman dan perilaku
seks anak-anak sehingga bisa lebih positif (Moh. Roqib, 2009).

Dalam buku Muslik Nawita (2013) menyatakan bahwa paling tidak


ada lima tujuan yang dapat dicapai orangtua atau manfaat yang bisa dirasakan
anak berkenaan dengan pendidikan seks. Manfaat-manfaat tersebut antara lain
sebagai berikut.
1) Anak mengerti dan paham akan peran jenis kelaminnya. Dengan
diberikannya pendidikan seksual pada anak, seorang anak laki-laki
diharpakan tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya. Begitu
pula dengan anak perempuan yang diharapkan tumbuh dan berkembang
menjadi seorang perempuan seutuhnya sehingga tidak ada lagi yang
merasa tidak nyaman dengan peran jenis kelamin yang dimilikinya.
2) Menerima setiap perubahan fisik dengan wajar dan apa adanya. Masa
kanak-kanak adalah masa saat seorang manusia sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis.
Terutama, saat mereka mulai memasuki masa pubertas, dimana
perubahan fisik dan psikis mengalami tahap paling cepat dibandingkan
sebelum dan sesudahnya.
Diberikannya pendidikan seksualitas menjadikan anak-anak mengerti dan
paham tentang bagaimana mereka menyikapi perubahan-perubahan
tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa asing, kaget, bingung, dan
takut saat menghadapinya.
3) Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat. Sebaiknya, orang-orang
terdekat seperti orangtua dan guru bisa menjadi sosok yang
menyenangkan bagi anak untuk bisa memenuhi rasa ingin tahunya yang
menggebu tentang banyak hal, termasuk tentang seksualitas. Ini
dimaksudkan agar anak tidak memutuskan untuk mencari tahu jawaban
akan pertanyaan-pertanyaannya melalui teman, komik, VCD/DVD,
ataupun media lainnya yang tidak menjamin anak mendapatkan informasi
yang sebenar-benarnya.
4) Memperkuat rasa percaya diri dan tanggung jawab pada dirinya. Percaya
diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman dengan dirinya.
Anak akan merasa nyaman pada dirinya jika telah mengetahui setiap
bagian dari dirinya, juga fungsi dan bagian-bagian tersebut. Dengan
demikian, anak akan mengetahui apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan. Pada akhirnya, anak akan mulai belajar untuk bertanggung
jawab atas dirinya sendiri.
5) Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa sang pencipta.
Pemahaman tentang bagian-bagian dan fungsi-fungsi yang ada pada
tubuhnya akan membuat anak semakin mengeti dan memahami betapa
luar biasanya ciptaan Tuhan YME.
Jadi, tujuan pendidikan seks yang paling penting menghindarkan anak
dari pelecehan seksual, baik yang dilakukan teman sebaya atau orang lain
yang lebih tua. Ini sangat penting mengingat dari hari ke hari semakin banyak
kasus pelecehan terhadap anak, baik yang dilakukan orang yang dikenal
maupun tidak. Pelecehan seksual terhadap anak tidak bisa diabaikan karena
hal itu akan mempengaruhi perkembangan anak di masa depannya.

4. Tahapan Dalam Pendidikan Seks Pada Anak

Ketika anak sudah mulai mengenal anggota tubuhnya, pada saat itulah
pendidikan seks harus sudah dimulai. Menurut Singgih D. Gunarsa (dalam
buku psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 2004) penyampaian materi
pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah
mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain.
Lakukan dengan berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan
kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak.

Muslik Nawita (2013) membagi tahapan pendidikan seks berdasarkan


kelompok usia anak.
1) Balita, Usia 1-5 Tahun
Pada usia ini, orangtua dan guru bisa mulai menanamkan pendidikan
seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada
si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi
penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek.
Misalnya, saat memandikan si kecil, orang tua atau guru bisa
memberitahu berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala, tangan,
kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu, terangkan
perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil
memiliki adik yang berlawan jenis.
Selain itu, tangaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh
dipertontonkan dengan sembarangan. Terangkan juga jika ada yang
menyentuhnya tanpa diketahui orangtua, maka si kecil harus berteriak
keras-keras dan melaporkan kepada orangtuanya. Dengan demikian,
anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual
dan pelecehan seksual terhadap anak.
2) Usia 5-10 Tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks.
Misalnya, anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau, pertanyaan yang
umum, seperti asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus
terang biasanya akan efektif.
3) Usia Mejelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya orangtua
menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Orang tua bisa
terangkan bahwa gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk
payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat
kelaminnya.
4) Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan
secara seksual. Orangtua perlu lebih intensif menanamkan nilai moral
yang baik kepada anak. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks
bebas, misalnya penyakit yang ditularkan dan akibatnya secra emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindarkan
kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak tumbuh menjadi remaja dan
saat dewasa kelak.

Secara edukatif, anak bisa diberi pendidikan seks semenjak anak


bertanya seputar seks.Bisa jadi pertanyaan anak tidak terucap lewat kata-kata
sehingga orang tua harus peka terhadap ekspresi anak. Menurut Clara
Kriswanto (dalam Moh. Roqib, 2009) pendidikan seks untuk anak usia 0-5
tahun bisa dilakukan dengan teknik atau strategi berikut:

1) Membantuanak agar anak merasa nyaman dengan tubuhnya.


2) Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar anak merasakan
kasih sayang dari orang tuanya secara tulus.
3) Membantu anak agar memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak
boleh dilakukan di depan umum, seperti anak pada saat selesai mandi
harus kembali mengenakan baju didalam kamar mandi atau di dalam
kamar. Anak diberi tahu tentang organ-organ pribadi yang tidak boleh
disentuh dan dilihat orang lain.
4) Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan
perempuan.
5) Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh manusia,
seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat yang sederhana sesuai
tingkat kognitif anak.
6) Memberi pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang
mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk
serta fungsi tubuhnya sendiri.
7) Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yag benar pada setiap
bagian tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan
dan penis adalah alat kelamin laki-laki.
8) Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada anak
kalau pembicaraan tentang seks adalah bersifat pribadi.
9) Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi
kepada orang tua menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan seks.
10) Teknik pendidikan seks juga bisa ditambahkan dengan meberiakan
pemahaman kepada anak tentang susunan keluarga sehingga anak
memahami struktur sosial dan ajaran agama yang berkaitan dengan
pergaulan laki-laki dan perempuan.
11) Membiasakan menggunakan pakaian yang sesuai dengan jenis
kelaminnya dalam kehidupan sehari-hari dan juga saat melaksanakan
shalat sehingga akan mempermudah anak memahami dan menghormati
anggota tubuhnya.

Berdasarkan teknik pendidikan seks diatas pendidikan seks harus


dilakukan dengan menyesuaikan kemampuan dan pemahaman anak sehingga
teknik penyampaian dan bahasa sangat perlu diperhatiakan.

5. Indikator Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun

Sehubungan dengan penelitian ini, maka indikator pengetahuan seks


pada anak yang penulis terapkan adalah berdasarkan pendapat Muslik Nawita
Tentang Pendidikan Seks (2013) yaitu :
a) Mampu mengenal anggota tubuh.
b) Menjelaskan fungsi anggota tubuh.
c) Menjelaskan tentang cara melindungi alat kelamin.
d) Mengetahui perbedaan fisik berdasarkan jenis kelamin.
e) Mengetahui tentang sikap terhadap lawan jenis berbeda.
f) Menyebutkan tentang ciri-ciri laki-laki.
g) Menyebutkan tentang ciri-ciri perempuan.
h) Berpakaian sesuai dengan jenis kelamin.
i) Mengetahui pakaian yang sopan.
j) Berperilaku santun terhadap jenis kelamin berbeda.

B. Permainan
1. Pengertian Permainan
Menurut Santrock (2006) permainan (play) adalah suatu kegiatan
menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri.

Menurut Freud dan Erickson (dalam Santrock, 2006) permainan


adalah suatu bentuk penyesuainan diri manusia yang sangat berguna,
menolong anak menguasai kecemasan dan konflik.Karena tekanan tekanan
terlepaskan didalam permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah
kehidupan. Permainan memungkinkan anak melepasakan energi fisik yang
berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan terpendam. Menurut Daniel
Berlyne (dalam Santrock, 2006) menyatakan permainan sebagai suatu yang
mengasyikan dan menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan
penjelajahan anak. Dorongan ini meliputi keingintahuan dan hasrat akan
informasi tentang suatu yang baru atau yang tidak biasa. Permainan adalah
suatu alat bagi anak-anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru
secara aman, sesuatu yang mungkin mereka tidak lakukan bila tidak ada suatu
permainan.

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan


adalah suatu kegiatan menyenangkan dan memuaskan bagi anak untuk
mempelajari sesuatu, dengan permainan anak belajar suatu hal tanpa disadari
namun selalu diingat dan disimpan dalam memorinya karena sifatnya
menyenangkan dan membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik
fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

2. Karakteristik Permainan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanna Miliaret


Vendenberg (dalam Rahardjo, 2007) mengungkapkan adanya beberapa ciri
kegiatan permainan, yaitu : 1) Dilakukan berdasarkan motivasi instrinstik,
maksudnya muncul ataskeinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri. 2)
Perasaan dari orang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-
emosi positif. 3) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari
satu aktifitas ke aktivitas lain. 4) Lebih menekankan pada proses yang
berlangsung dibandingkan hasil akhirnya. 5) Bebas memilih, ciri ini
merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak kecil
6) Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka
tertentu yang memisahkan dari kehidupan nyata sehari-hari.

Berdasrkan uraian diatas karakteristik permainan dapat dikatakan


bahwa segala kegiatan anak dapat dikatakan sebagai bermain atau bukan
dengan memuji apakah hal itu dilakukan atas dasar motivasi instrinsik anak,
sesuai dengan realitas anak, dan diatur oleh anak sendiri.

3. Jenis-Jenis Permainan

Usia dini merupakan usia efektif untuk mengembangkan berbagai


potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara termasuk melalui permainan. Kegiatan bermain menurut
jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif (Agung Triharso, 2013).
Permainan Aktif yaitu yaitu permainan yang menuntut anak agar aktif
bergerak dan berperan sertayang termasuk dalam kategori permainan ini1)
Permainan bebas dan spontan atau eksplorasi, 2) Drama, 3) Bermain musik, 4)
Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu, 5) Permainan olahraga.
Permainan Pasif yaitu merupakan permainan dimana anak hanya
melihat atau mendengarkan saja tanpa dapat berpartisipasi dalam permainan
tersebut yang termasuk dalam kategori permainan ini adalah 1) Membaca,
2).Mendengar radio, 3) Menonton televisi dan film, 4) mendengar musik.
Berdasarkan uraian diatas jenis permainan dapat dibagi dua yaitu
bermain aktif dan bermain pasif. Permaian aktif adalah kegiatan yang
memberi kesenangan dan kepuasan kepada anak yang dilakukan melalui
aktivitas langsung oleh anak sendiri. Sedangkan permainan pasif aktivitas
fisik anak tidak banyak dimanfaatkan, tetapi aspek lainnya seperti penglihatan
dan pendengaran yang berkembang.

4. Tahap Perkembangan Permainan

Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget (dalam komariyah,


2010) adalah sebagai berikut: 1) Permainan sensori kegiatan bermain.
Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti
kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari
hal-hal sebelumnya dandisebut reproductive assimilation. 2) Permainan
simbolik. Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia
dua sampai – tujuh tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-
pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan,
mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan
sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu
memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak
akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau
representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas
sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk
mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak.
Setiap hal yangberkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan
bermainnya. 3) Permainan sosial yang memiliki aturan. Pada usia delapan
sampai sebelas tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with
rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan
permainan. 4) Permainan yang memiliki aturan dan olahraga (sebelas tahun
keatas). Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak
meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku.Anak
senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-
baiknya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
permainan merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan semakin lama
semakin kompleks (rumit) yang ditandai dengan penggunaan peraturan dalam
permainan yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan.

C. Permainan Roda Putar


1. Pengertian Permainan Roda Putar
a) Pengertian Roda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Roda adalah


barang bundar (berlingkar dan biasanya berjeruji), barang bundar yang
bisa bergerak maju dan mundur, biasa digunakan untuk menjalankan
suatu kendaraan.
Sedangkan menurut Wikipedia, Roda merupakan obyek
berbentuk lingkaran, yang bersama dengan sumbu, dapat menghasilkan
suatu gerakan dengan gesekan kecil dengan cara bergulir.

b) Pengertian Putar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), putar
mempunyai defenisi gerakan berpusing atau berputar, berkitar, berganti
arah, berkeliling.

Sehingga, berdasarkan uraian diatas roda berputar adalah suatu


alat yang berbentuk bundar yang bisa bergerak dan dapat berputar-putar
atau berkeliling yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
c) Langkah-Langkah Menggunakan Media Permainan Roda Putar
Langkah-langkah penggunaan permainan roda putar di dalam
KBM (kegiatan belajar mengajar), yaitu sebagai berikut:
1. Setiap anak diminta untuk memutar papan roda putar.
2. Setelah roda diputar, roda akan berhenti dengan sendirinya.
3. Anak melihat misi yang ditunjuk jarum ketika putaran roda
berhenti.
4. Setelah roda berhenti berputar, anak mendapatkan misi sesuai yang
didapat.
5. Setelah anak mendapatkan misi, anak diminta mencocokkan misi
yang ada pada roda putar dengan jawaban yang sesuai pada kartu
yang telah disediakan.
6. Permainan akan berhenti setelah semua anak selesai menyelesaikan
misi yang ada pada roda putar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-


langkah permianan roda putar terdapat ketentuan-ketentuan yang harus
dipahami agar pengetahuan seks pada anak dapat berkembang dengan
baik.

A. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat


pengaruh permainan roda putar terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6
tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang


Kota Kabupaten Kampar pada kelompok B. Waktu penelitian ini di laksanakan
pada bulan April sampai Mei 2017.

F. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan


rancangan penelitian pra eksperimen One-group pretest-posttest design. Menurut
Suharsimi Arikunto (2013) pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 One-group pretest-posttest design


Pretest Treatment Post-test
O1 X O2
Keterangan :

O1 : Nilai pretest sebelum diberikan perlakuan


X : Perlakuan bermain roda putar
O2 : Nilai posttest sesudah diberikan perlakuan

Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes sebelum
eksperimen disebut pretest dan tes sesudah eksperimen disebut posttest.
1. Tahapan Pelaksanaan Penelitiaan
a. Pre Test
Sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu dilakukan
pengukuran awal (pretest). Pretest dimaksud untuk mengetahui pengetahuan
pendidikan seks pada anak. Hasil pretest akan dibandingkan dengan hasil
posttest setelah diberikan perlakuan. Pretest dilakukan pada saat kegiatan di
dalam kelas dengan menggunakan tes pengetahuan seks pada anak.

b. Pelaksanaan Treatment atau Perlakuan


Pelaksanaan treatment atau perlakuan menggunakan permainan roda
putar terhadap pengetahuan anak tentang pendidikan seks anak usia 5-6
tahun di TK Negeri Pembina Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.
Treatment ini dilakukan pada kegiatan inti. Treatment (X) dilakukan selama
2 kali perlakuan oleh peneliti selama 2 minggu. Pada kegiatan treatment
pertama peneliti melakukan kegiatan permainan roda putar dengan kartu
gambar, pada treatment kedua peneliti melakukan permainan roda putar
dengan kartu serta gambar anggota tubuh. Pengumpulan data pelaksanaan
eksperimen ini dilaksanakan dengan melakukan tes, pelaksanaan tes tersebut
dilakukan dengan cara mengamati indikator-indikator pendidikan seks untuk
anak usia dini berdasarkan Muslik Nawita (2013).

c. Post Test
Pelaksanaan posttest akan dilakukan setelah eksperimen selesai
dilakukan yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah eksperimen ini
benar-benar efektif diterapkan untuk pengetahuan seks pada anak usia 5-6
tahun. Hasil pretest akan dibandingkan dengan hasil posttest dilakukan pada
saat kegiatan inti. Pengumpulan data pelaksanaan ekspeimen ini dilakukan
dengan menggunakan tes dari indikator-indikator mengenai pendidikan seks
anak usia dini menurut Muslik Nawita (2013).
G. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel sekelompok yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
dengan masalah penelitian (Anas, 2004). Dengan kata lain, populasi disebut juga
sekelompok objek atau subjek yang dijadikan sumber data yang memenuhi
syarat-syarat tertentu untuk suatu penelitian. Populasi yang dijadikan objek
penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B yang ada TK Negeri Pembina
Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.

Menurut SuharsimiArikunto (2013) sampel adalah sebagian atau wakil


populasi yang diteliti. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 17
anak yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 9 anak laki-laki di TK Negeri
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.

H. Data Dan Instrumen

Dalam penelitian ini data yang di gunakan adalah data perimer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari sumbernya melalui tes terhadap anak untuk
mengetahui pengeruh permainan roda putar terhadap pengetahuan seks pada anak
usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten
Kampar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes pengetahuan anak (pengetahuandan pemahaman) tentang
pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun dan dokumentasi yang disusun dan
dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK
Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
Menurut Muslik Nawita Tahun 2013
Penilaian
Variabel Indikator
Y T
1. Mampu mengenal nama
anggota tubuh
2. Mampu mengetahui fungsi
Pengetahuan seks pada anggota tubuh.
anak usia dini 3. Mengetahui perbedaan fisik
berdasarkan jenis kelamin
4. Mengetahui tentang sikap
terhadap lawan jenis berbeda.
5. Mengetahui pakaian yang
sopan.
Sumber: Muslik Nawita (2013)

Kereteria Penilaian:

1. Y : YA, apabila anak mampu menjawab pertanyaan yang


diberikan (skor 1)
2. T : TIDAK, apabila anak tidak mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan (skor 0)

I. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006) teknik pengumpulan data adalah cara


yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam
penggunaan tenik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu alat
bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes


terhadap pretest dan posttest yang dilakukan untuk mengamati pengetahuan seks
pada anak sebelum dan sesudah perlakuan yang diberikan kepada sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013) untuk mengukur ada atau tidaknya serta
besarnya kemampuan objek yang diteliti, maka digunakanlah yang dinamakan
tes. Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau
prestasi. Adapun kriteria penilaian dalam tes mengguakan skor. Dimana setiap
indikator terdapat sebuah tes berupa lembar kerja anak (LKA), dimana setiap
indikator di jabarkan dalam 6 pertanyaan. Setiap anak akan diberi skor 1 apabila
menjawab benar, sedangkan yang menjawab salah diberi skor 0.

J. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisi uji t,
teknik ini sesuai dengan metode yang digunakan oleh peneliti yakni metode
eksperimen yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2013), adapun
rumusnya adalah sebagai berikut:

Md
𝑡=
∑x 2 𝑑

N(N − 1 )

Keterangan :

Md = Mean dari devisiasi (d) antara posttest dan pretest


Xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi (d-Md)
Df = atau db adalah N-1
N = Banyaknya subjek penelitian

Setelah analisis statistik, agar dapat dapat menggambarkan keadaan


subjek berdasarkan data yang diperoleh, maka dilakukan pengelompokkan atas 3
kriteria penilaian presentase menurut Suharsimi Arikunto (dalam Wawan dan
Dewi, 2010) yaitu:

Tabel 3.3 Kriteria Deskripsi Persentase


Nilai Presentase Kriteria Penilaian
76% - 100% Baik
56% - 75% Cukup
0% - 55% Kurang

Untuk mengetahui seberapa besar efektif pengaruh permainan roda putar


terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun maka dilakukan uji Gain
ternormalisasi (N-Gain) dengan rumus Gain menurut David E.Meltzer (dalam
Yanti Herlanti, 2006) sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡)−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)


G= 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Keterangan :
G = Selisih antara nilai Pretest dan Posttest
Posttest = Nilai setelah dilakukan eksperimen
Pretest = Nilai sebelum eksperimen
100% = Angka tetap

Untuk melihat klasifikasi nilai N-Gain ternormalisasi dapat dilihat pada


tabel berikut:

Tabel 3.4 Kategori Gain Ternormalisasi

Gain Ternormalisasi Kriteria Peningkatan


G < 30% Rendah
30% ≤ G ≤ 70% Sedang
G ≥ 70% Tinggi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Orientasi Lapangan Penelitian

Taman Kanak - kanak Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota


Kabupaten Kampar berdiri pada tahun 1995 dengan kepala sekolahnya adalah
Nurmiwati, M.Pd. Jumlah tenaga pendidik di TK negeri Pembina Kecamatan
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar adalah 22 orang termasuk kepala
sekolah. Jumlah subjek penelitian sebanyak 17 orang anak terdiri dari 8 anak
perempuan dan 9 anak laki-laki.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data eksperimen dilakukan sebanyak 6 kali, yaitu


observasi 1 kali, pretest 1 kali, treatment 2 kali, dan posttest 2 kali. Observasi
dilakukan pada 17 anak didik dan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
observer. Pretest dilakukan 1 kali pada tanggal 02 Mei 2017, dan posttest
dilakukan pada tanggal 06 Mei 2017. Pretest dan posttest melibatkan semua
sampel yaitu 17 anak didik. Eksperimen dilakukan dengan memberi perlakuan
kepada anak didik dengan menggunakan permainan roda putar. Pemberian
perlakuan dengan penggunaan permainan roda putar dilakukan sebanyak 2
kali dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya, peneliti telah memaparkan
jadwalnya seperti yang tertera di tabel berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Pemberian Perlakuan


Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
Sabtu, 29 April 2017 Observasi Sekolah
Selasa, 02 Mei 2017 Pretest Sekolah
Rabu, 03 Mei 2017 Treatment 1 Sekolah
Kamis, 04 Mei 2017 Treatment 2 Sekolah
Jum’at, 05 Mei 2017 Posttest Sekolah
Senin, 08 Mei 2017 Posttest Sekolah

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Analisis data dilakukan dengan teknik statistik t-test dengan bantuan SPSS
17. Teknik statistik t-test digunakan untuk menguji perbedaan sebelum dan
sesudah perlakuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Permainan Roda Putar Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di
TK Negeri Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. Penelitian
ini terdiri dari dua tes yaitu pretest dan posttest pada kelompok eksperimen yaitu
anak usia 5-6 tahun yang terdiri dari 17 orang anak.
Agar dapat dapat menggambarkan keadaan subjek berdasarkan data yang
diperoleh, maka dilakukan pengelompokkan atas 3 kriteria penilaian presentase
menurut Suharsimi Arikunto (dalam Wawan dan Dewi, 2010) yaitu:

Baik : 76% – 100%

Cukup : 56% – 75%

Kurang : 0% – 55%
a. Gambaran umum Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK
Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Sebelum
Penerapan Permainan Roda Putar (Pretest)

Pengukuran terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di tk


pembina kecamatan bangkinang kota kabupaten kampar dilakukan menggunakan
teknik tes dengan 5 indikator pengetahuan yang diberikan kepada 17 anak.
Berdasarkan hasil pretest dapat dilihat bahwa pengetahuan seks pada anak usia 5-6
tahun di tk pembina kecamatan bangkinang kota kabupaten kampar pada kategori
rendah. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun
sebelum perlakuan permainan roda putar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Tingkat Keberhasilan Indikator Pengetahuan Seks Pada Anak


Sebelum Perlakuan (Pretest)
No Indikator Skor Skor % Kriteria
Akhir Ideal

1 Anak mampu mengenal nama


80 102 78,43 B
anggota tubuh
2 Anak mampu mengetahui fungsi
78 102 76,47 B
anggota tubuh
3 Anak mampu mengetahui
perbedaan fisik berdasarkan jenis 70 102 68,63 C
kelamin
4 Anak mampu mengetahui tentang
sikap terhadap lawan jenis 24 102 23,53 K
berbeda
5 Anak mampu mengetahui pakaian
29 102 28,43 K
yang sopan
Jumlah 281 510 275,49
Rata-rata 16,53 55,098 K
Sumber : Olah data penelitian (Lampiran 3 halaman 53)

Berdasarkan tabel kriteria 4.3 diatas maka dapat diketahui bahwa pada skor
akhir tertinggi terdapat pada indikator 1 yaitu anak mampu mengenal nama anggota
tubuh dengan skor akhir 80, presentase 78,43% yang berada pada kriteria baik, anak
mampu mengetahui fungsi anggota tubuh dengan skor akhir 78, presentase 76,47%
yang berada pada kriteria baik, anak mampu mengetahui perbedaan fisik berdasarkan
jenis kelamin dengan skor akhir 70, presentase 68,63% yang berada pada kriteria
cukup, anak mampu mengetahui tentang sikap terhadap lawan jenis berbeda dengan
skor akhir 24, presentase 23,53% yang berada pada kriteria kurang, anak mampu
mengetahui pakaian yang sopan dengan skor akhir 29, presentase 28,43% yang
berada pada kriteria kurang.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan seks pada anak sebelum diberikan


perlakuan (treatment) menggunakan permainan roda putar maka dapat dilihat pada
tebel dibawah ini:

Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Seks Pada Anak Sebelum Perlakuan


Permainan Roda Putar (Pretest)
Persentase
No. Kategori Skor F
(%)
1 Baik 76% – 100 % 0 0
2 Cukup 56% – 75 % 11 64.70
3 Kurang 0% – 55 % 6 35.30
Jumlah 17 100
Sumber : Olah data penelitian (Lampiran 3 halaman 53)

Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa


pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Pembina Kecamatan bangkinang
Kota Kabupaten Kampar sebelum perlakuan permainan roda putar tidak terdapat anak
dalam kategori baik, sedangkan pada kategori cukup sebanyak 11 orang anak atau
64,70% dan pada kategori kurang sebanyak 6 orang anak atau 35,30%. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dalam grafik berikut:
64.70%

70%
60%
50% 35.30%

40%
30%
20% 0%
10%
0%
BAIK CUKUP KURANG

SEBELUM PERMAINAN RODA PUTAR

Grafik 4.1 Gambaran Pengetahuan Seks Pada Anak Sebelum Perlakuan


Permainan Roda Putar (Pretest)

b. Gambaran umum Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK


Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Sesudah
Penerapan Permainan Roda Putar (Posttest)

Penelitian selanjutnya dengan memberikan treatment dengan penerapan


permainan roda putar. Pada penelitian ini peneliti sebagai pemateri pemberi treatment
penerapan permainan roda putar. Kegiatan pemberian perlakuan (treatment) pada
tanggal 03-04 Mei 2017. Setelah treatment dilakukan peneliti melakukan posttest
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Indikator Pengetahuan Seks Pada Anak Setelah
Perlakuan (Posttest)
No Indikator Skor Skor % Kritera
Akhir Ideal
1 Anak mampu mengenal nama
anggota tubuh 99 102 97.06 B
2 Anak mampu mengetahui fungsi
anggota tubuh 95 102 93.14 B
3 Anak mampu mengetahui
perbedaan fisik berdasarkan jenis 91 102 89.22 B
kelamin
4 Anak mampu mengetahui tentang
75 102 73.53 C
sikap terhadap lawan jenis berbeda
5 Anak mampu mengetahui pakaian
yang sopan 74 102 72.55 C

Jumlah 434 510 425.49


Rata-rata 25.53 85.09 B
Sumber :Olah data penelitian (Lampiran 4 halaman 54)

Berdasarkan tabel kriteria 4.5 diatas maka dapat diketahui bahwa pada skor
akhir tertinggi terdapat pada indikator 1 yaitu anak mampu mengenal nama anggota
tubuh dengan skor akhir 99, presentase 97,06% yang berada pada kriteria baik, anak
mampu mengetahui fungsi anggota tubuh dengan skor akhir 95, presentase presentase
93,14% yang berada pada kriteria baik, anak mampu mengetahui perbedaan fisik
berdasarkan jenis kelamin dengan skor akhir 91, presentase 89,22% yang berada pada
kriteria baik, anak mampu mengetahui tentang sikap terhadap lawan jenis berbeda
dengan skor akhir 75, presentase 73,53% yang berada pada kriteria cukup, anak
mampu mengetahui pakaian yang sopan dengan skor akhir 74, presentase 72,55%
yang berada pada kriteria cukup.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan seks pada anak sebelum diberikan


perlakuan (treatment) menggunakan permainan roda putar maka dapat dilihat pada
tebel dibawah ini:
Tabel 4.5 Gambaran Pengetahuan Seks Pada Anak Sesudah Perlakuan
Permainan Roda Putar (Posttest)
Persentase
No. Kategori Skor F
(%)
1 Baik 76% – 100 % 14 82.35
2 Cukup 56% – 75 % 3 17.65
3 Kurang 0% – 55 % 0 0
Jumlah 17 100
Sumber : Olah data penelitian (Lampiran 4 halaman 54)

Berdasarkan perhitungan tabel 4.6 maka dapat diketahui bahwa Pengetahuan


Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar setelah perlakuan pada permainan roda putar bahwa, pada
kategori baik terdapat 14 orang anak atau 82.35%, dan pada kategori cukup terdapat 3
orang anak atau 17.65% dan tidak terdapat anak pada kategori kurang. Adapun
gambaran yang lebih jelas mengenai pengetahuan seks pada anak setelah perlakuan
permainan roda putar dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

82.35%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00% 17.65%
0%
20.00%
0.00%
BAIK CUKUP KURANG

SESUDAH PERMAINAN RODA PUTAR

Grafik 4.2 Gambaran Pengetahuan Seks Pada Anak Sesudah Perlakuan


Permainan Roda Putar (Posttest)
c. Perbandingan Data Pretest dan Posttest

Adapun hasil pretest dan posttest pada penelitian ini dapat dilihat pada hasil
rekapitulasi dan grafik dibawah ini:

Table 4.6 Perbandingan Data Pretest dan Posttest


Pretest Posttest
No. Kategori Skor
F (%) F (%)
1 Baik 76 – 100 % 0 0 14 82.35
2 Cukup 56 – 75 % 11 64.70 3 17.65
3 Kurang 0 – 55 % 6 35.30 0 0
JUMLAH 17 100 17 100

Berdasarkan perbandingan sebelum dan sesudah treatment dapat diketahui


bahwa seluruh anak mengalami peningkatan pengetahuan seks pada anak usia 5-6
tahun yaitu dilihat dari tidak ada anak pada kategori baik setelah diberi treatment
(perlakuan) menjadi 14 orang anak atau 82.35%. Pada kategori cukup sebanyak 11
orang anak atau 64,70% setelah perlakuan menjadi 3 orang anak atau 17.65% dan
pada kategori kurang sebanyak 6 orang anak atau 35,30% setelah diberi perlakuan
tidak terdapat satu orang anak yang berada pada kategori kurang atau menjadi 0%.
Artinya setelah perlakuan tidak terdapat satu orang anak pun yang berada pada
kategori kurang. Adapun gambaran yang lebih jelas mengenai perbandingan sebelum
dan sesudah diberi perlakuan (treatment) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
82.35%
90%
80% 64.70%
70%
60%
50% 35.30%
40%
30% 17.65%
20%
10% 0% 0%
0%
BAIK CUKUP KURANG

PRETEST POSTTSET

Grafik 4.3 Perbandingan Data Pretest dan Posttest

4. Analisis Data
a. Uji Prasyarat
1) Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki


sesuai dengan garis linear atau tidak (apakah ada hubungan antara variabel
hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak). Uji linearitas pada
penelitian ini menggunakan uji stratistik SPSS 17. Untuk mengetahui lebih
lanjut dapat dilihat daritabel berikut ini.
Tabel 4.7 Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
PRETEST * Between (Combined) 142.485 9 15.832 9.432 .004
POSTTEST Groups Linearity 51.838 1 51.838 30.88 .001
2
Deviation from 90.648 8 11.331 6.750 .010
Linearity
Within Groups 11.750 7 1.679
Total 154.235 16
Sumber : (Lampiran 7 halaman 58)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil pengujian linearitas data


pengetahuan seks pada anak dengan penggunaan permainan roda putar sebesar 0,004.
Artinya adalah nilai sig combined lebih kecil dari pada 0,05 (0,004 < 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan hubungan antara sebelum dan sesudah penggunaan roda putar
adalah linear.

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa


sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal dari
populasi yang tidak jauh bebeda dengan keragamannya. Analisis homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Chi-square test dengan bantuan program SPSS 17.
Kolom yang dilihat dalam printout ialah kolom Sig. jika nilai pada kolom Sig. > 0,05
maka Ho diterima.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Homogenitas

Test Statistics

PRETEST POSTTEST
a
Chi-Square 6.824 4.765b
df 8 9
Asymp. Sig. .556 .854
Sumber : (Lampiran 7 halaman 58)

Berdasarkan dari tabel 4.9 diatas diperoleh nilai Asimp Sig. sebelum perlakuan
0,556 dan setelah perlakuan 0,854 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen atau
mempunyai varians yang sama.

3) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah sebaran data berdistribusi


normal atau tidak. Penelitian menggunakan uji normalitas dengan cara Kolmogorof
(uji K-S satu sample) pada SPSS 17. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat dari tabel
berikut ini:

Tabel 4.9 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PRETEST POSTTEST
N 17 17
Normal Parametersa,,b Mean 16.53 25.53
Std. Deviation 3.105 4.244
Most Extreme Differences Absolute .207 .156
Positive .154 .146
Negative -.207 -.156
Kolmogorov-Smirnov Z .855 .644
Asymp. Sig. (2-tailed) .458 .801
a. Test distribution is Normal.
Sumber : (Lampiran 8 halaman 59)
Data dikatakan normal jika tingkat Sig. pada Kolmogorov-Smirnov lebih besar
dari 0,05 maka data didistribusikan normal, jika kurang dari 0,05 maka data
didistribusikan tidak normal. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat nilai Kolmogorov-
Smirnov Z sebelum perlakuan sebesar 0,458 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z
sesudah perlakuan sebesar 0,801 nilai tersebut menunjukkan bahwa Kolmogorov-
Smirnov Z > 0,05 maka Ho diterima, data tersebut berdistribusi normal.

a. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk melihat
perbedaan pada sebelum dan sesudah perlakuan serta untuk melihat seberapa besar
pengaruh permainan roda putar terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun.
Data dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan jika Sig. < 0,05. Jika Sig. >
0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima.

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair PRETEST - -9.000 3.518 .853 -10.809 -7.191 -10.549 16 .000
1 POSTTEST
Sumber: (Lampiran 8 halaman 59)

Berdasarkan tabel 4.11 diatas menunjukkan nilai uji statistic t hitung sebesar
-10.549 uji dua pihak berarti harga mutlak, sehingga nilai (-) tidak dipakai (Sugiyono,
2010) sehingga t hitung (10.549). karena nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05. Maka
dapat peneliti simpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan seks pada anak yang
sangat signifikan setelah penerapan permainan roda putar, jadi artinya Ho= ditolak
dan Ha= diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
setelah menggunakan permainan roda putar.

Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan data SPSS 17


dapat dilihat dari hasil t hitung dengan nilai t tabel yaitu hasil dari perhitungan uji
t,terlihat bahwa hasil t hitung sebesar 10,549 dengan dk yaitu:

Dk = (n-1)
= 17-1
= 16

Dengan dk = 16, maka dapat dilihat harga t hitung = 10,549 lebih besar dari
pada t tabel = 2.120 dengan demikian Ho = ditolak dan Ha = diterima.berarti dalam
penelitian ini terdapat pengaruh pengetahuan seks pada sebelum dan sesudah
menggunakan permainan roda putar di TK Pembina Kecamatan Bangkinang Kota
Kabupaten Kampar.
Untuk membuat keputusan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima
atau ditolak, maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Ha = Terdapat pengaruh signifikan penerapan permainan roda putar terhadap
pengetahuan seks pada anak.
Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan penerapan permainan roda putar terhadap
pengetahuan seks pada anak.
b. Pengaruh Permainan Roda Putar Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak
Usia 5-6 Tahun Di TK Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten
Kampar

Untuk mengetahui seberapa besar efektif pangaruh cara menghitung rumus


gain menurut David E.Meltzer (dalam Yanti Herlanti, 2006) sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡)−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)


G= 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

434−281
G = 510−281 𝑥 100%

153
G = 229 𝑥 100%

G = 66,81%

Keterangan :

G = Selisih antara nilai Pretest dan Posttest

Posttest = Nilai setelah dilakukan eksperimen

Pretest = Nilai sebelum eksperimen

100% = Angka tetap

Untuk melihat klasifikasi nilai N-Gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.11 Kategori Gain Ternormalisasi

Gain Ternormalisasi Kriteria Peningkatan


G < 30% Rendah
30% ≤ G ≤ 70% Sedang
G ≥ 70% Tinggi

Berdasarkan rumus diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh permainan roda


putar terhadap pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Pembina Kecamatan
Bangkinang Kota Kabupaten Kampar sebesar 66,81% terdapat pada kategori sedang
G ≥ 66,81%.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan melalui hasil analisis perbandingan


pada penelitian dengan jenis penlitian eksperimen terhadap variabel bebas yaitu
permainan roda putar (X) dan variabel terikat yaitu pengetahuan seks pada anak (Y).
Untuk melihat perbedaan dan perubahan sebelum dan sesudah dilakukannya
perlakuan (treatment) terhadap sampel. Setelah menentukan hasil perbedaan nilai
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dari perlakuan, langkah selanjutnya melihat
pengetahuan seks pada anak dengan perlakuan yang telah diberikan kepada anak.

Muslik Nawita (2013) menyatakan pengetahuan seks pada anak adalah


penyampaian informasi mengenai pengenalan (nama dan fungsi) anggota tubuh,
pemahaman perbedaan jenis kelamin, penjabaran perilaku (hubungan dan keintiman)
seksual, serta pengetahuan tentang nilai dan norma pada masyarakat berkaitan dengan
gender. Pendidikan seks juga mengajarkan cara membangun sikap.

Penggunaan permainan roda putar dalam meningkatkan pengetahuan seks


pada anak usia 5-6 tahun di TK Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten
Kampar dilakukan sebanyak 2 kali perlakuan (treatment). Perkembangan anak didik
dalam pengetahuan seks pada anak dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Sebelum Penggunaan
Permainan Roda Putar (Pretest)

Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan melalui hasil analisis perbandingan


pada penelitian dengan jenis penelitian eksperimen terhadap variable bebas yatu
permainan roda putar (X) dan variabel terikat yaitu pengetahuan seks pada anak (Y).
untuk melihat perubahan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (treatment)
terhadap sampel. Setelah melakukan hasil perbedaan nilai sebelum (pretest) dan
setelah (posttest) dari perlakuan, langkah selanjut yaitu melihat pengetahuan seks
dengan perlakuan yang telah diberikan kepada anak. Menurut Tri Endang
Jatmikowati (2015) pendidikan pengetahuan seks anak usia dini lebih ditekankan
bagaimana memberikan pemahaman pada anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman
akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual.
Pengetahuan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas
diri dan keluarga, mengenal anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri
tubuh.

Berdasarkan analisis deskripsi pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di
TK Pembina Bangkinang Kota Kabupaten Kampar dilihat pada hasil pretest
diperoleh jumlah nilai 281 dengan rata-rata 16,53. Skor akhir tertinggi terdapat pada
indikator “anak mampu mengenal nama anggota tubuh” dengan jumlah skor 80,
indikator ini mendapat nilai tertinggi karena hampir semua anak sudah mulai
mengenal nama anggota tubuh. Kemudian skor terendah terdapat pada indikator
“anak mampu mengetahui tentang sikap terhadap lawan jenis berbeda” dengan
jumlah skor 24. Indikator ini mendapat nilai terendah dikarenkan anak belum mampu
mengetahui tetang sikap terhadap lawan jenis berbeda. Jika dilihat dari masing-
masing anak sebelum diberi perlakuan maka berada pada kategori kurang 6 orang
anak dengan presentase 35,30%, pada kategori cukup 11 orang anak dengan
persentase 64,70% dan tidak ada anak pada kategori baik.
2. Pengetahuan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Setelah Penggunaan
Permainan Roda Putar (Posttes)

Pada hasil posttest atau setelah diberi perlakuan diperoleh nilai 434 dengan
rata-rata 25,53. Skor akhir tertinggi terdapat pada indikator “anak mampu mengenal
nama anggota tubuh, dengan jumlah skor yaitu 99 dengan presentase 97,06% dengan
kategori baik, indikator ini mendapat nilai tertinggi karena indikator ini telah diberi
perlakuan. Kemudian indikator terendah terdapat pada indikator “anak mampu
mengetahui pakaian yang sopan” dengan jumlah skor 74 dengan presentase 72,55%
dalam kategori cukup. Indikator ini menjadi indikator dengan skor rendah sebelum
diberi perlakuan namun indikator ini juga mengalami peningkatan. Menurut Zainudin
Mutadin (dalam Muslik Nawita, 2013) menegaskan bahwa selain menerangkan
tentang aspek-aspek anatomi dan biologis, pendidikan seksual juga menerangkan
tentang aspek-aspek psikologi dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus
memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia serta nilai-nilai kultur dan agama.
Dengan demikian, pendidikan seksual dapat juga dikatakan sebagai pendidikan
akhlak dan moral.

Berdasarkan analisis deskripsi pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di
TK Pembina Bangkinang Kota Kabupaten Kampar dilihat pada hasil setelah diberi
perlakuan atau (treatment) pengetahuan seks pada anak mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu terdapat beberapa orang anak pada kategori baik sebanyak 14 orang
anak dengan presentase 82,35% dan terdapat beberapa orang anak yang masih dalam
kategori cukup dengan jumlah 3 orang anak dengan presentase 17,65% dan tidak ada
anak yang berada pada kategori kurang. Pengetahuan seks untuk anak usia dini adalah
untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan anggota tubuh
lainnya, termasuk fungsi serta cara melindunginya dan memberitahukan pada anak
agar memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Dengan
memberikan pemahaman tentang pendidikan seks anak-anak akan lebih peka pada
berbagai kondisi mengenai seks terutama pada dirinya sendiri dan individu lain
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi Irwan (2015), mengatakan bahwa
pengetahuan pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan mempermudah anak
dalam mengembangkan potensi dirinya, meningkatkan harga dan kepercayaan diri,
memiliki kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif serta pertahanan
diri dari marabahaya. Dapat dilihat pada perubahan pengetahuan seks pada anak
menggunakan permainan roda putar ditunjukkan dengan anak sudah mampu
mengetahui nama dan fungsi anggota tubuh. Anak juga mampu mengetahui
perbedaan jenis kelamin dan anak juga mampu mengetahui cara melindungi diri.

3. Pengaruh Penggunaan Permainan Roda Putar Terhadap Pengetahuan Seks


Pada Anak Usia 5-6 Tahun

Penelitian eksperimen ini dilakuakan untuk mengetahui adanya pengaruh


signifikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan menggunakan permainan roda putar.
Uji signifikan perbedaan ini dengan t statistik diperoleh t hitung = 10,549 dengan Sig =
0,000. Karena nilai Sig < 0,05 berarti signifikan. Jadi ada perbedaan perubahan
pengetahuan seks pada anak yang signifikan antara sebelum dan sesudah permainan
roda putar. Dimana setelah perlakuan mempunyai perubahan lebih besar
dibandingkan sebelum perlakuan. Hal ini berarti bahwa salah satu cara untuk
meningkatkan pengetahuan seks pada anak dengan permainan roda putar yang pada
akhirnya akan meningkatkan pengetahuan seks pada anak didik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sumbangan efektif penggunaan permainan roda putar terhadap
pengetahuan seks pada anak didik sebesar 66,81% dan 33,19% dipengaruhi oleh
faktor lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Paul Ginnis (2008) mengatakan bahwa
strategi roda putar merupakan strategi permainan dengan keunggulan yang
menantang, yang mendorong anak untuk ikut serta dalam menyelesaikan
permasalahan atau soal dari roda putar. Kartu modifikasi yang di isi pertanyaan dapat
meningkatkan keaktifan menjawab anak dalam pembelajaran, meningkatkan
kemampuan memahami konsep materi pembelajaran yang sulit dan membantu
meningkatkan hasil belajar (Sari dan Supardi, 2013).

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Nurul Chotimah (2015) dengan judul Peningkatan Kemampuan
Kognitif Melalui Permainan Roda Putar Pada Anak Kelompok A Di TK PKK 01
Sentul Kota Blitar, berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
penerapan permainan roda putar kegiatan pembelajaran menjadi lebih maksimal,
sebab anak lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya peningkatan kemampuan kognitif anak dari pra tindakan sebesar 38,1% pada
siklus I menjadi 49,9% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,%

Berdasarkan hasil penelitian diatas dengan adanya permainan roda putar dapat
digunakan dalam meningkatkan pengetahuan seks pada anak dan membuat anak didik
lebih aktif pada proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya permainan untuk
mengajarkan anak tentang pengetahuan seks ini maka anak dapat secara langsung
mau melakukan kegiatan pemebelajaran pengetahuan seks melalui permainan roda
putar. Secara sederhana penelitian ini telah berhasil dalam meningkatkan
pengetahuan seks pada anak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan
roda putar efektif untuk meningkatkan pengetahuan seks pada anak usia 5-6 tahun di
TK Pembina Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar.

Anda mungkin juga menyukai