JURNAL 11 Wadan - Compressed 2
JURNAL 11 Wadan - Compressed 2
I-1
kondisi damai maupun kritis atau perang. merumuskan rancangan sistem
Dengan demikian, IS/IT kemaritiman yang IS/IT TNI AL yang mampu
seharusnya dimiliki oleh TNI AL memiliki mendukung dan selaras dengan
peranan penting dan mampu mendukung SPLN.
penyelenggaraan SPLN. b. Memberikan kontribusi
Tampak IS/IT tidak lagi menjadi akademis dalam pengembangan
sebuah fungsi yang taktikal atau bersifat teori-teori yang terkait
hanya dukungan semata tetapi sudah pengembangan kekuatan dan
memasuki ranah peran strategis dari sebuah kemampuan IS/IT TNI AL yang
organisasi. Sampai saat ini fungsi IS/IT TNI perlu dibangun sesuai dengan hasil
AL dalam struktur organisasi TNI AL masih rancangan sistem IS/IT TNI AL
terbatas dalam naungan kedinasan guna mendukung tugas pokok pada
perencanaan Informasi ditambah dengan kegiatan dan pelaksanaan tugas
beberapa sub fungsi IS/IT dijalankan oleh militer.
Komando Utama (Kotama)/ Satuan Kerja c. Memberikan kontribusi
(Satker) pada Komando Angkatan Barat akademis dalam perumusan dan
(Koarmabar) dan Timur (Koarmatim) beserta penelitian design Model Sistem
Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Informasi Pertahanan Negara di
Berkaitan dengan perlunya melakukan Laut sebagai pendukung tugas
transformasi fungsi IS/IT untuk menjadi lebih kegiatan tersetruktur dalam
bersifat strategis dalam organisasi maka penyusunan disertasi penulis.
menjadi tantangan bagi organisasi TNI AL,
khususnya fungsi IS/IT TNI AL untuk 2. LANDASAN TEORI
mengkaji fungsi IS/IT yang mampu 2.1 Lingkungan Strategis dan Keamanan
mendukung penyelenggaraan SPLN. Maritim
Yarger (2006) menjelaskan bahwa
lingkungan strategis merupakan berbagai
1.1 Perumusan Masalah. konteks, kondisi, hubungan, tren, isu,
Berdasarkan pemaparan diatas, ancaman, peluang, interaksi, dan dampak
penulis berupaya untuk meninjau ulang terhadap internal maupun eksternal suatu
fungsi IS/IT TNI AL dalam konteks strategis entitas Negara yang mempengaruhi
dan berkenaan dengan penyelenggaraan keberhasilannya dalam menjalin hubungan
SPLN. Dengan demikian penulisan karya dengan dunia fisik, entitas Negara-negara
ilmiah ini berusaha menjawab dua lain (state actors), aktor non-negara (non-
permasalahan utama, yaitu: state actors), kesempatan dan
a. Bagaiamana menyusun kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
rancangan sistem IS/IT TNI AL yang Aktor non-negara tersebut dapat berupa
mampu mendukung dan selaras organisasi-organisasi di sektor privat baik
dengan SPLN? yang berorientasi profit maupun non-profit.
b. Bagaimana rancangan kekuatan Oleh karena itu, lingkungan strategis
dan kemampuan IS/IT TNI AL yang menjadi ruang dan waktu dimana entitas
perlu dibangun sesuai dengan hasil Negara tumbuh, berkembang, ataupun
rancangan sistem IS/IT TNI AL? mengalami kehancuran.
Apa yang terjadi ataupun akan
terjadi pada lingkungan strategis pada
1.2 Tujuan Penulisan. dasarnya bersifat mungkin terjadi, dapat
a. Mengetahui rancangan sistem diprediksi, masuk akal, dan tidak/belum
IS/IT TNI AL yang mampu diketahui (Bandoro, 2013). Akan tetapi,
mendukung dan selaras dengan lingkungan strategis menunjukkan dua
SPLN? karakteristik sekaligus yaitu keteracakan
(randomness) maupun keteraturuan (order)
b. Mengetahui rancangan kekuatan sehingga tidak sepenuhnya tidak dapat
dan kemampuan IS/IT TNI AL yang terprediksi, acak atau tidak terkontrol
perlu dibangun sesuai dengan hasil (Yarger, 2006). Situasi tersebut diatas
rancangan sistem IS/IT TNI AL? menjadikan lingkungan strategis sebuah
fenomena dengan kekompleksitas yang
tinggi.
1.3 Manfaat Penulisan. Owen Jacobs (dalam Gerras, 2010)
a. Memberikan sumbangan mengungkapkan lingkungan strategis
pemikiran dan saran kepada memiliki sifat VUCA, yaitu volatil (volatility),
Pemimpin TNI/TNI Angkatan Laut penuh dengan ketidakpastian (uncertainty),
dalam menentukan kebijakan dalam
I-2
sangat kompleks (complexity), dan ambigu keamanan telah dikembangkan oleh para
(ambiguity). Volatil (Volatility) merupakan ahli, mulai dari pedekatan realisme,
sifat lingkungan strategis yang begitu cepat liberalisme, sosial kontruktifisme, keamanan
berubah. Ketika sifat perubahan yang begitu manusia, dan lain sebagainya. Collins
cepat melahirkan sifat ketidakpastian (2010), menyatakan bahwa sekalipun telah
(Uncertainty) dalam lingkungan strategis. dirumuskan berbagai macam pendekatan
Hubungan antar elemen dalam lingkungan dalam ‘keamanan’ tetapi secara garis besar,
strategis begitu kompleks (Complexity). keamanan adalah sesuatu yang berkaitan
Perencanaan dan pengambilan keputusan dengan kebertahanan diri (survival)
menjadi semakin tidak mudah dalam terhadan berbagai ancaman. Berdasarkan
lingkungan strategis karena sifat kebiasan hal tersebut maka keamanan memiliki dua
(Ambiguity). komponen utama, yaitu sumber ancaman
Perubahan dan perkembangan dan obyek ancaman suatu obyek yang
lingkungan strategis mempunyai implikasi dapat terancam sehingga perlu dilindungi
pada output kebijakan dan arah orientasi serta dijaga.
institusi politik. Hal ini akan membawa Hakikat ancaman sendiri dapat
implikasi, baik positif maupun negatif ditinjau dari berbagai macam sudut pandang
sekaligus secara bersamaan. Implikasi dimana sangat tergantung kepada
positif akan membawa manfaat dalam bagaimana cara pandang suatu entitas
mendukung cita-cita, tujuan dan memandangnya. Bandoro (2013) menyebut
kepentingan politik, sedangkan implikasi ancaman sebagai segala jenis hal baik yang
negatif menyebabkan peningkatan potensi bersifat masih dalam potensi maupun
ancaman bagi keberlangsungan politik. Oleh bentuk aktifitas yang mengancam kedaulatan,
karenanya, perkembangan lingkungan keutuhaan, dan termasuk upaya mengubah
strategis, perlu dicermati oleh para analis, hakikat suatu negara berdaulat baik yang
perancang, pembuat dan pengambil datang dari luar maupun dalam wilayah
keputusan politik dalam rangka untuk negara. Sementara itu Buzan (2007) melihat
mencapai survival of the fittest (Bhakti, ancaman sebagai segala sesuatu yang
2004). Perubahan lingkungan strategis, memungkinkan terganggunya dan
menurut Yarger (2006), mungkin hasil dari terpengaruhinya obyek tereferensi. Sehingga
kesempatan perubahan itu sendiri (by bersama dengan Wilde dan Waever, Buzan
chance) atau bias juga karena direkasaya (dalam Buerger, 2014) menjelaskan ‘ancaman’
atau dirancang (by design). Yang pasti, dapat dikonstruksi kedalam rangkaian
setiap satu elemen mengalami perubahan pengakuan (a series of claims) yang
ataupun aktor tertentu dalam lingkungan menyatakan suatu pernyataan yang generik
strategis melakukan perubahan maka akan terkait dengan perlindungan terhadap suatu
berdampak kepada seluruh lingkungan rujukan obyek tertentu. Oleh karena itu,
strategis. konstruksi ancaman biasanya disertai dengan
Lingkungan Strategis dapat dipindai usulan upaya untuk mengatasinya dalam
melalui berbagai dimensi. Bandoro (2013) kondisi ekstrem usulan upaya tersebut akan
menyatakan dimensi keamanan (security), melibatkan kekuatan militer yang dapat
ekonomi (economics), politik (politics), sosial mengurangi bahkan menghapuskan hak-hak
(societal), teknologi (technology), dan lain kebebasan sipil. David (2013) menyatakan
sebagainya dikaji untuk memindai ancaman merupakan sesuatu yang
lingkungan strategis. Sementara, David direferensikan oleh suatu organisasi oleh
(2013) menjelaskan dimensi politik- karena dapat
pemerintah-hukum, ekonomi, sosial-budaya, mempengaruhi keberlanjutan suatu
lingkungan, teknologi, dan persaingan antar eksistensi maupun operasi organisasi
entitas perlu dipindai dalam lingkungan sehingga menjadi pusat perhatian dan perlu
strategis. diatasi secara seksama.
Keamanan (security) pada Selain ancaman, maka suatu entitas
dasarnya merupakan upaya mengelola perlu memperhatikan pula peluang
elemen ancaman (threat elements) dengan (opportunity) yang muncul dari lingkungan
suatu tujuan akhir terciptanya lingkungan strategis yang melingkupinya. Ohmae
kehidupan pada negara maupun tataran (2005) mengaitkan peluang dengan proses
individu yang terbebas dari segala bentuk globalisasi sehingga memandang peluang
ancaman (Buzan, 2007). Worfer (dalam sebagai terbukanya berbagai kesempatan
Baldwin, 1997) secara singkat akibat proses global yang seyogyanya
menyampaikan bahwa keamanan bermakna ditangkap oleh Negara-bangsa untuk
ketidaannya ancaman. Sementara itu mencapai kepentingan nasional dan
berbagai macam pendekatan dan rumusan memperkuat komposisi kekuatan
I-3
nasionalnya. Sedangkan David (2013) Kerangka sekuritisasi maritim
menjelaskan peluang sebagai berbagai mencoba untuk mendefinisikan konsep
kesempatan yang muncul dan bersifat keamanan maritim melalui bagaimana suatu
potensi pada suatu kurun waktu tertentu entitas atau aktor mengkaitkan dan
dan sangat perlu disikapi oleh suatu merumuskan hakikat ancamannya dirinya
organisasi secara seksama. dengan lingkup maritim. Kerangka
Burger (2014) menyarankan 3 kelompok pengguna praktek keamanan
kerangka penting untuk merumuskan menjelaskan konsep keamanan maritim
konsep keamanan maritim yaitu : keamanan bisa didekati dengan melihat bagaimana
maritim matriks (maritime security matrix), entitas atau aktor tertentu melakukan
kerangka sekuritisasi maritim (securitization aktifitas-aktifitas berkaitan apa yang mereka
framework) , kelompok pengguna praktek sebut dengan keamanan maritim.
keamanan (Security Practice and
Communities of Practice). Melalui kerangka 2.2 Kepentingan Nasional
keamanan maritim matriks, suatu entitas Kepentingan nasional (national
dapat dipetakan bagaimana akan interest) merupakan sesuatu yang harus
merumuskan keamanan maritimnya pada dicapai, dipelihara, dan dijaga oleh entitas
empat dimensi, yaitu keamanan nasional Negara. Drew dan Snow (1988)
(national security), keamanan ekonomi membedakan kepentingan nasional menjadi
(economy security), keamanan manusia bertahan hidup (survival), vital (vital),
(human security), dan lingkungan maritime terutama (major), dan sisi luar (peripheral).
(marine environment). Dimensi keamanan Nuechterlein (dalam Drew dan Snow, 1988)
nasional bertumpu pada perspektif menjelaskan kepentingan survival merupakan
tradisional yang memandang keamanan kepentingan nasional pada tingkat intensitas
nasional (national security) sebagai upaya pertama yang hadir untuk mempertahankan
melindungi keberlangsungan negara eksistensi fisik sebuah bangsa dari bahaya
sehingga kekuatan laut (sea power) yang akan serangan (attack) ataupun ancaman
diwakili oleh kekuatan angkatan laut (naval serangan (threat of attack). Pada tingkat
forces) sebagai kekuatan yang dominan intensitas kedua, kepentingan vital terjadi
terkait maritim. Dengan demikian, dalam ketika sebuah bangsa melindungi kepentingan
dimensi ini keamanan maritim identik atau nasionalnya dengan menggunakan berbagai
berkaitan dengan penggunaan kekuatan upaya kekuatan dari keadaan-keadaan yang
angkatan laut. dipertimbangkan serius untuk dihadapi. Ada
Dimensi lainnya, keamanan dua karakteristik dari kepentingan vital , yaitu
ekonomi memusatkan perhatian lautan pertama,. ketika sebuah bangsa merasa tidak
sebagai salah satu sumber utama pada ingin berkompromi kepada sesuatu hal.
pengembangan ekonomi sehingga bersifat Kedua, ketika sebuah bangsa memutuskan
vital. Jalur perdagangan, manfaat hasil laut, akan menempuh jalur perang. Biasanya,
tambang bawah laut, dan lain sebagainya kepentingan vital berkaitan dengan kedaulatan
memiliki nilai komersialisasi yang sangat sebuah Negara-bangsa kepada Negara-
besar sehingga berperan penting dalam bangsa lainnya.
perkembangan ekonomi tidak hanya suatu
entitas negara tetapi juga dunia. Dimensi ini Pada tingkat intensitas ketiga
menitik-beratkan keamanan maritim adalah kepentingan major merupakan suatu
berkorelasi erat dengan keamanan maritim. kepentingan terganggu atau terpengaruh
Pada dimensi keamanan manusia, maritim yang tidak memerlukan penggunaan
berkaitan erat sebagai pusat bahan pangan kekuatan kepada bangsa seperti politik
manusia juga populasi manusia yang hidup negara, ekonomi dan sosial. Pada batas
dipesisir perairan maupun di tengah intensitas kepentingan antara vital dan
perairan (pulau). Melalui dimensi ini, major inilah wilayah yang paling sulit
keamanan maritim dapat dipertimbangkan dimana menentukan waktu yang tepat atas
berkaitan erat dengan keamanan manusia. penggunaan kekuatan militer saat berbagai
Dimensi terakhir, lingkungan maritim, kepentingan terkait politik, ekonomi, dan
memberikan perhatian pada konsep sosial telah terngaggu oleh pihak lawan
kesalamatan maritim (marine safety) yang tertentu. Pada tingkat intensitas keempat,
melingkupi unsur kesalamatan lalu-lintas yaitu peripheral merupakan beberapa
kapal, instalasi pendukung, sampai dengan kepentingan nasional yang dipengaruhi oleh
perlindungan lingkungan hidup maritim suatu dampak situasi tetapi tidak
akibat dari bencana yang timbul akibat mempengaruhi keseluruhan kepentingan
proses alam ataupun buatan manusisa nasional.
seperti tumpahnya minyak di lautan.
I-4
2.3 Hirarki Strategi, Doktrin, dan Strategi untuk mencapai obyektif-obyektifnya yang
Militer Maritim/Angkatan Laut berkontribusi kepada keamanan nasional.
Menurut Yarger (2006), strategi Strategi militer adalah seni dan ilmu
dalam pengertian yang sederhana adalah pengetahuan dalam mendistribusikan dan
kalkulasi dari obyektif, konsep, dan sumber menggunakan kekuatan militer untuk
daya dalam lingkup risiko yang masih dapat mencapai tujuan nasional baik dalam
diterima untuk mencapai hasil yang suasana damai maupun perang. Sedangkan
diinginkan. Diungkapkan olehnya lebih strategi teater adalah seni dan ilmu
lanjut, strategi didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan dalam membangun konsep
seni dan ilmu dalam membangun dan strategi terintegrasi dan berbagai tindakan
menggunakan berbagai instrumen kekuatan yg dimaksudkan untuk mengamankan
nasional (national power) dengan tujuan nasional dan aliansi atau koalisi
tersinkronisasi dan terintegrasi untuk kebijakan keamanan dan strategi dengan
mencapai tujuan nasional baik yang bersifat penggunaan kekuatan, penggunaan
tunggal maupun beragam (multi) juga kekuatan untuk pengancaman, ataupun
obyektif daerah operasi militer (theatre). operasi di dalam teater yang tidak
Strategi juga berarti jembatan yang menggunakan kekuatan.
menghubungkan kekuatan militer dengan Hal terpenting lainnya berkenaan
tujuan politik sehingga bukan hanya dengan strategi militer adalah keberadaan
kekuatan militer ataupun kekuatan politik doktrin yang sangat mempengaruhi proses
semata. Oleh karena itu, strategi merupakan strategi tersebut. Drew dan Snow (2002)
penggunaan hasil dari kekuatan dan mendefinisikan doktrin militer (military
ancaman melalui kekuatan untuk tujuan doctrine) sebagai apa yang dipercayai
akhir kebijakan (politik) (Gray, 1999). mengenai cara terbaik dalam melakukan
Bagi Yarger (2006), strategi pada berbagai aktifitas terkait dengan kemiliteran.
tingkat negara adalah penggunakan spesifik Dengan kata lain, doktrin adalah apa yang
instrumen kekuatan nasional baik kita percaya mengenai cara terbaik untuk
politik/diplomasi, ekonomi, militer, dan melakukan sesuatu. Ditekankan oleh Drew
informasi, untuk mencapai tujuan politik dan Snow, doktrin seharusnya bukanlah
negara dalam bekerjasama maupun sesuatu yang statis tetapi merupakan
bersaing dengan aktor-aktor lainnya yang sebuah bentuk interpretasi dinamis atas
memiliki tujuannya sendiri yang mungkin perubahan peristiwa. Selanjutnya
bertentangan. Perlu ditekankan, tujuan disampaikan, ada tiga fungsi dari doktrin,
negara tertuang dalam kebijakan yang yaitu fungsi pertama, menyediakan
merupakan ekspresi atas harapan keadaan karakteristik analisis pengalaman
akhir yang ingin dicapai oleh sebuah (experience) yang pernah ditempuh dan
pemerintahan negara. sebagai determinasi dari kepercayaan
Dengan memperhatikan bahasan (beliefs). Fungsi kedua, mentrasnfer
yang telah disampaikan sebelumnya, kepercayaan tersebut kepada generasi
Yarger (2006) berpendapat strategi selanjutnya. Terakhir, doktrin berfungsi
keamanan nasional haruslah memberikan sebapgai penyedia basis pengetahuan dan
cakupan obyektif yang luas dan arah bagi pemahaman bersama sehingga dapat
penggunaan keseluruhan instrument menjadikannya panduan bagi berbagai
kekuatan nasional. Seperti tergambarkan macam aksi yang akan dilaksanakan.
oleh modelnya dibawah berikut, strategi Secara garis besar doktrin terbagi
keamanan nasional adalah turunan dari ke dalam tiga tipe, yaitu fundamental
kebijakan nasional yang pada dasarnya (fundamental doctrine), lingkungan
adalah tujuan-tujuan politik negara. (environmental doctrine), dan organisasi
Kebijakan nasional ini berinduk pada (organizational doctrine) (Drew dan Snow,
kepentingan-kepentingan nasional sebuah 2002). Doktrin fundamental akan
negara dalam responnya terhadap mendefinisikan sifat peperangan, berbagai
lingkungan strategisnya baik ekternal tujuan dari kekuatan militer, hubungan
maupun domestiknya. Pada akhirnya, kekuatan militer dengan instrumen kekuatan
Yarger (2006) menyimpulkan bahwa strategi lainnya, dan kesamaan subyek yang
keamanan nasional (national security menunjukkan kepercayaan (beliefs) yang
strategy) adalah seni dan ilmu dalam masih cukup abstrak. Oleh karena itu,
membangun, menggunakan, dan doktrin fundamental memiliki dua karakteristik
mengkoordinasikan keseluruhan instrumen utama, yaitu pertama, tidak lekang terhadap
dari kekuatan nasional yang meliputi waktu (timeless nature) dan kedua, sebagai
diplomasi, ekonomi, militer dan informasi, basis karakteristik pertama, relatif bersifat
intensif pada filosofi politik
I-5
atau perubahan teknologi. Dengan menggunakan keseluruhan ataupun
demikian, doktrin ini adalah fondasi bagi sebagian dari elemen kekuatan nasionalnya
tipe-tipe doktrin lainnya. (national power) secara cepat dan efektif
Doktrin lingkungan merupakan dalam penggunaan kekuatan di lokasi
kompilasi dari berbagai kepercayaan tertentu ataupun di berbagai lokasi dalam
mengenai penerapan kekuatan militer dalam rangka merespon krisis, upaya membangun
médium operasi tertentu. Oleh karena itu, penangkalan (deterrence) dan mencapai
doktrin ini cukup dipengaruhi oleh geografi kestabilan regional (U.S Navy and Marine
dan teknologi. Beberapa karakteristik dari Corps, 2010).
doktrin lingkungan adalah cakupannya yang Beberapa pemikiran utama Mahan
lebih kecil dibanding doktrin fundamental seperti prinsip nilai strategis (strategic
karena lebih berkaitan erat dengan olah values), konsentrasi kekuatan (power
yuda dalam médium tertentu seperti concentration), komunikasi laut (sea
kekuatan udara (air power), laut (sea communications), dan metode utama
power), darat (land power), dan luar penguasaan laut (command of the sea)
angkasa (space power). (1890; 1911; Vego, 2009). Menurut Mahan
Doktrin organisasi merupakan nilai strategis suatu tempat tergantung dari
kepercayaan dasar mengenai operasi dalan tiga kondisi utama, yaitu posisi dalam hal ini
organisasi militer sehingga lebih bersifat situasi yang melingkupi tempat tersebut,
sempit cakupannya dibanding dua doktrin kekuatan militer baik untuk menyerang
sebelumnya. Contoh doktrin ini seperti (offensive) maupun bertahan (defensive),
membahas peran dan misi organisasi, dan sumber daya di tempat tersebut
sasaran saat ini, administrasi organisasi, maupun tempat lain disekitarnya. Melalui
taktik, dan lain sebagainya. Dengan kata hal tersebut maka memiliki kekuatan militer
lain, doktrin organisasi sangat bersifat saat yang tinggi tapi tidak mempunyai posisi
ini dan harus selalu berubah untuk yang baik maka kekuatan tersebut menjadi
menyesuaikan dengan situasi kekinian. tidak terlalu berguna atau memiliki dampak
Pada médium maritim atau laut, ada yang signifikan. Selanjutnya Mahan sangat
dua aliran pemikiran klasik (classical school menekankan kepada konsentrasi kekuatan
of thoutghs) mengenai strategi militer kapal (fleet concentration) yang dimiliki
maritim/angkatan laut, yaitu pemikiran laut dalam peperangan laut dalam menyerang
biru (blue-water school) dan kontinental kapal-kapal lawan. Komunikasi laut (sea
(continental school) (Vego, 2009). Dua communication) yang artikan oleh Mahan
pemikir utama pada aliran pemikiran laut sebagai sebuah garis rantai koneksi
biru adalah Alfred T. Mahan (1840-1914) komunikasi antara militer dengan kekuatan
dan Julian Corbett (1854-1922). Militer nasional, merupakan sangatlah penting
maritim/angkatan laut blue-water merujuk karena berbagai komunikasi tersebut
kepada klasifikasi geografi maritim. Namun mendominasi dari jalannya perang. Bagi
demikian, klasifikasi tersebut tidak ada Mahan, angkatan laut harus menggunakan
kesepatakan diantara para ahli (Till, 2004). pendekatan menyerang (offensive) baik
Korps Angkatan Laut dan Marinir Amerika secara strategis maupun taktikal. Dengan
Serikat dalam Naval Operations Concept demikian, metode penguasaan laut
2010 mengklasifikasikan blue water sebagai (command of the sea) yang utama adalah
samudera terbuka (open ocean), green pertempuran yang menentukan (decisive
water sebagai peairan pesisir dan battle) dan blockade (blockade). Kekuatan
pelabuhan (coastal waters), dan brown- militer angkatan laut harus mampu
water sebagai aliran sungai yg dapat dilayari dikonsentrasikan untuk melakukan
(navigable rivers) dan estuary. Sementara pertempuran yang menentukan dalam
itu Todd dan Lindberg (1996 sebagaimana menghancurkan kekuatan militer angkatan
dikutip dalam Kinchberger, 2015) laut lawan. Metode blokade perlu dilakukan
membedakan angkatan laut blue-water dan untuk mencegah keluar-masuknya kapal
non-blue water melalui kemampuan perdagangan maupun perang di pelabuhan
proyeksi kekuatan (power projection) mulai sehingga kapal-kapal tersebut yang
dari kemampuan operasi secara global berusaha untuk melarikan diri dapat segera
sampai ke wilayah perairan terkecil. dihancurkan.
Dilanjutkan olehn Todd dan Lindberg, Disisi lain, Corbett memiliki
Kekuatan Angkatan laut disebut blue-water pandangan yang cukup berbeda dengan
jika mampu melakukan operasi secara Mahan (Corbett, 1911; Vego, 2009; Widden,
global sampai dengan regional. Maksud dari 2012). Corbett dapat disebut sebagai ahli
proyeksi kekuatan (power projection) adalah teori angkatan laut blue-water yang
kemampuan dari sebuah negara untuk merumuskan strategi kekuatan maritim
I-6
dalam perang dengan dukungan kepada strategi sebagai secara keseluruhan
superioritas kekuatan daratan sehingga dengan apa yang disebutnya sebagai
strategi maritim dapat juga melakukan strategi umum (general strategy) yang berisi
perang di daratan (Vego, 2009). Corbett kesatuan antara aksi kekuatan darat dan
membagi dua jenis strategi maritim, yaitu laut dibanding hanya melihat strategi
strategi mayor (major strategy/grand angkatan laut (naval strategy) saja.
strategy) dan strategi minor (minor strategy) Sementara itu Wegener dikenal dengan
(Corbett, 1911; Vego, 2009). Strategi mayor teori resiko (risk theory) yang menyatakan
berkaitan dengan tujuan dari perang pembangunan kekuatan laut yang besar
termasuk didalamnya aspek hubungan tidak ada banyak berguna jika tidak meiliki
internasional dan fungsi ekonomi, cukup akses bebas ke lautan lepas (open
sedangkan strategi minor berkenaan waters). Dengan demikian untuk menghalau
dengan bagaimana melakukan blokade perlu dilakukan semacam perang-
perang/pertempuran baik mencakup perang kecil (small wars, kleinkrieg) sampai
perencanaan kekuatan angkatan darat, laut, pada titik tertntu terciptanya kesetimbangan
atau operasi gabungan. Bagi dirinya, kekuatan.
perhatian utama dari strategi maritim adalah Akan tetapi Vego (2009) mengkritisi
perencanaan perang yang melibatkan bahwa kedua aliran pemikiran klasik strategi
hubungan mutual antara angkatan laut dan maritim/angkatan laut tersebut masih belum
darat. Dengan demikian, strategi angkatan cukup mengenali arti penting dari seni
laut berkonsentrasi bagaimana membuat operasi (operational art). Zeilinski (2009)
pergerakan dari kapal-kapal perang menjelaskan Seni operasi angkatan laut
sedangkan strategi maritim mengenai (naval operational art) merujuk kepada
bagaimana kapal-kapal perang memainkan berbagai macam persiapan peperangan laut
perannya bersama kekuatan angkatan baik secara teoritis dan praktis yang
darat. (Corbett, 1911; Vego, 2009). melibatkan berbagai operasi angkatan laut
Selanjutnya Corbett menaruh perhatian (naval operations) dan aktifitas pertempuran
besarnya pada komunikasi maritim tersistematis (systematic combat
sehingga tercipta rantai komunikasi yang activities/SCA). Dengan kata lain, seni
baik antara operasi di lapangan dengan operasi angkatan laut merupakan gabungan
pengambilan keputusan. Disebutkan bahwa dari berbagai bentuk persiapan dan prinsip
peperangan lautan (naval warfare) pada bagaimana mengggunakan berbagai
dasarnya adalah berkaitan dengan kekuatan dan sarana pertempuran dalam
pengendalian komunikasi (control of sebuah lingkungan histroris nyata.
communications) dimana sangat berbeda Dilanjutkan oleh Zeilinski, tugas
dengan peperangan daratan (land warfare) utama dari seni operasi angkatan laut
yang bertujuan melakukan penaklukan adalah menguji kondisi operasi maritim saat
wilayah. Untuk mencapai penguasaan laut ini dan menentukan kondisi awal operasi,
(command of the sea), Corbett menggunakan berbagai kekuatan operasi
menggunakan dua pendekatan baik maritim dan SCA secara efektif, merancang
menyerang (offensive) maupun bertahan bentuk efektif kooperasi dengan berbagai
(defensive) terutama perlu dilakukan cabang kekuatan angkatan laut,
pertahanan terhadap invasi lawan, menggunakan secara efektif berbagai
menyerang dan mempertahankan metode penguasaan kekuatan sarana
perdagangan maritim, dan mendukung modern, merancang berbagai bentuk
ekspedisi militer (Corbett, 1911; Vego, asistensi dalam operasi angkatan laut,
2009). Berbeda dengan Mahan, Corbett merancang standardisasi penggunaan
menjelaskan dua metode utama dalam kekuatan angkatan laut selama operasi dan
pengendalian laut adalah melalui ketepatan SCA, merancang revisi dan arah
pengambilan keputusan dan blokade. pengembangan kekuatan di masa depan,
Peperangan yang menentukan seperti melakukan perbaikan berbagai metode
anjuran Mahan tidak menjadi hal yang perencanaan operasi angkatan laut yang
utama bagai Corbett. (Vego, 2009; Widden, diperlukan dengan metode riset terkini dan
2012). teknik komputerisasi.
Vego (2009) menjelaskan bahwa Kaitan antara strategi maritim militer
dua pemikir utama pada aliran pemikiran dan sipil dijelaskan oleh Till (2004) dengan
kontinental adalah Raoul Castex (1878- sebutan kekuatan laut (Seapower). Menurut
1968) dan Wolfgang Wegener (1875-1956). Till, kekuatan laut tercipta jika terjadinya
Pada dasarnya aliran pemikiran ini penggabungan dan keselarasan antara
berusaha menggabungkan dua kekuatan kapabilitas militer angkatan laut (maritime
laut dan daratan Castex lebih berfokus capability-military) yang kemudian
I-7
dituangkan dalam operasi angkatan laut seperti serangan yang presisi (precision
(naval operations) dengan kapabilitis strike), peperangan informasi (information
maritim sektor sipil (maritime capability-civil) warfare), pendominasian manuver
melalui operasi komersil (comercial (dominating manuveur), dan peperangan di
operations). Pada dasarnya pembentuk angkasa (space warfare). Taktik yang
kekuatan laut tersebut berawal dari dipergunakan lebih menekankan kepada
kebijakan nasional (national policy) yang infiltrasi untuk memotong dan meruntuhkan
berbentuk kebijakan luar negeri (foreign kekuatan bertempur lawan dibandingkan
policy) dan kebijakan ekonomi (economy untuk mendekat dan menghancurkan lawan.
policy). Pada sisi kebijakan luar negeri, akan Contoh dari peperangan generasi ini adalah
diturunkan ke dalam kebijakan pertahanan Perang Teluk (1991). Generasi peperangan
(defence policy) lalu menjadi strategi militer keempat (4GW) merupakan bentuk
(miltary strategy) sampai kepada perasi peperangan yang asimetris (assymetric war)
militer (military operations). Sedangkan yang lebih menekankan tujuan untuk
pada sisi kebijakan ekonomi, akan menundukkan kemauan bertempur lawan
diturunkan kedalam kebijakan maritim sektor dengan berbagai macam sarana-prasarana
sipil (maritime policy-civil) lalu menjadi dan sistem persenjataan. Pada 4GW pihak
maritim strategi sektor sipil (maritime lawan adalah aktor non-negara, seperti
strategy-civil) sampai kepada operasi teroris yang menggunakan beragam taktik
komersial (comercial operations). improvisasi dan persenjataan diri (individual
weaponry). Pertempuran pun menggunakan
2.4 Perkembangan Berbagai Bentuk area dalam lingkup terbatas (rear-area
Peperangan operation) dan serangan teror. Dinyatakan
Generasi peperangan telah oleh Hammes (2010 sebagaimana dikutip
berkembang setidaknya sampai empat dalam Barnett, 2010) bahwa 4GW
macam generasi (Octavian, 2012; Prabowo, menggunakan berbagai bentuk jaringan
2002; Lind, et al., 1989) dan bahkan (network) yang tersedia baik dari politik,
beberapa ahli menenggarai telah ekonomi, social, dan militer dengan tujuan
berkembang sampai ke bentuk generasi memberikan pesan untuk meyakinkan
kelima (Octavian, 2012; Williams, 2010). keputusan politik lawan bahwa tujuan
Generasi peperangan pertama (1GW) strategis mereka tidak akan tercapai
merupakan bentuk peperangan yang diikuti ataupun terlalu besar risiko dan biayanya
oleh banyak orang atau dengan kata lain dibanding manfaat yang akan mereka
mengadalkan kekuatan manusia. Peralatan terima. Pada titik ini Hammes melanjutkan
yang dipergunakan masih sederhana seperti bahwa hanya informasi yang merupakan
senapan laras licin (smoothbore musket), satu-satunya medium untuk merubah
taktik dengan menggunakan garis dan pandangan seseorang sehingga kunci
kolom (the tactics of line and coloumn) elemen dari 4GW strategi adalah informasi.
sehingga berada di medan terbuka dan di Contoh peperangan bentuk ini adalah
luar pemukiman (no man’s land). Contoh serangan 11 September 2001 di Amerika
dari bentuk peperangan ini adalah Perang Serikat yang meruntuhkan menara kembar
Napoleon (1803-1815). Generasi World Trade Center.
peperangan kedua (2GW) merupakan Generasi peperangan kelima
pengembangan dari 1GW dimana teknologi (5GW), pada dasarnya adalah kelanjutan
senjata baru telah banyak ditemukan seperti dari bentuk 4GW akan tetapi kelompok
peningkatan pada teknologi meriam dan aktor non-negara tersebut
senjata laras panjang yang semakin efektif mengkombinasikan aktifitasnya dengan
mengenai sasaran dalam jarak tembak dan kegiatan kriminal yangn ditujukan untuk
kerapatan. Bentuk dari peperangan 2GW ini mencapai rencana mereka. Dengan
pada mulanya dinisiasi oleh militer Prusia. demikian ada penggabungan bentuk antara
Taktik yang dipergunakan merupakan serangan militer dan perbuatan melanggar
kombinasi dari tembakan dan gerak. Contoh hukum, kriminal. Oleh karena 5GW memiliki
dari bentuk peperangan ini adalah titik isu yang hampir sama dengan 4GW
penggunaan dalam perang parit (Thrench maka pernyataan Hammes dapat pula
War) baik di Perang Dunia ke-1 (1914-1918) menjelaskan mengenai médium informasi
maupun ke-2 (1939-1945). yang menjadi elemen yang sangat kritikal.
Generasi peperangan ketiga (3GW), Bentuk generasi peperangan
ditandai dengan perkembangan secara 4GW/5GW berkaitan erat dengan
masif teknologi persenjataan yang diwarnai perkembangan dari zaman informasi
dengan konsep Revolution in Military Affairs (information age) yang sedang berlangsung.
(RMA). Konsep ini ditandai dengan elemen Pada kondisi tersebut para ahli
I-8
menyebutkan diperlukannya tinjau-ulang dibandingkan dengan tradicional militer
cara (revisit the ways) bagaimana yang lebih terbatas. Pada pengambilan
pertahanan dan operasi militer akan keputusan, tradicional militer lebh bersifat
dilakukan. Pendekatan peperangan yg tersentralisasi dan dalam cakupan luas atau
berpusat pada jaringan (Network Centric global sedangkan pada NCW, keputusan
Warfare / NCW) merupakan pendekatan terdistrobusi dan sangat bersituasi konteks
yang memberikan posisi keunggulan lokal. Dari sisi proses, tradisional militer
bersaing melalui pengupayaan superioritas bersifat hirarkial, siklikal, kolobarasi pada
informasi (information superiority) untuk tingkat sedang, dan dilakukan pendekatan
pencapaian tujuan akhir (ends). Superioritas pemisahan antara perencanaan dan
informasi adalah suatu keadaan dimana eksekusi. Sedangkan dalam NCW, proses
tercapainya keunggulan bersaing lebih bersifar dinamis, kolaborasi yang
(competitive advantage) yang didapatkan ekstensif, pararel, berlanjut, dan interaktif
dari kemampuan eksploitasi posisi superior antara perencanaan dan eksekusi. Dari sisi
informasi (Smith, 2010; RAND, 2002; tujuan, pada dasarnya tradisional militer
Alberts, Gartska, dan Stein, 2000). bersifat optimasi hasil sedangkan pada
Oleh karena itu, NCW bukanlah NCW pada agilitas atau ketangkasan dalam
suatu pola peperangan yang dimaksudkan berhadapan dengan situasi yang dinamis.
bertumpu pada jaringan dalam pengertian Secara garis besar kerangka
teknologi elektronika tetapi merupakan penerapan NCW dalam operasi militer adalah
bentuk memanfaatkan hakikat dari jaringan dimulai dengan pembangunan struktur
itu sendiri yaitu diseminasi pengetahuan. informasi (infostructure) rangkaian metode
Melalui jaringan pengetahuan maka maupun perlengkapan untuk memperoleh
kemampuan bertempur dalam berbagai maupun menerima informasi (enabler).
medan operasi dan hirarki dapat Dilanjutkan dengan proses membangun
ditingkatkan. Berdasarkan pemahaman kesadaran (awareness) melalui penyebaran
tersebut pula, pendekatan NCW tidak pengetahuan (knowledge) pada situasi di
dimaksudkan untuk mengalami otomatisasi medan pertempuran (battlespace). Kesadaran
dalam pengertian elektronika. dan pengetahuan mengenai medan
Dengan demikian, Alberts, Gartska, pertempuran tersebut kemudian dieksploitasi
dan Stein (2000) mendefinisikan NCW sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan
sebagai sebuah konsep operasi yang efektifitas melalui pendekatan baru terhadap
memanfaatkan superioritas informasi perintah dan kendali (command and control)
(information superiority-enabled concept) dan sinkronisasi mandiri (self-synchronizing).
yang menghasilkan peningkatan Pada akhirnya adalah peningkatan tempo
kemampuan bertempur dengan operasi dan kemampuan respon, resiko
menggunakan berbagai jaringan sensor, operasi yang lebih kecil, biaya yang lebih
pengambilan keputusan, dan penembak rendah, dan peningkatan efektifitas
untuk mencapai pengetahuan bersama pertempuran.
(shared-awareness), peningkatan kecepatan
komando (speed of command), semakin
tingginya tempo operasi (tempo of 2.5 Sistem Informasi (IS), Teknologi
operations), tingginya tingkat akurasi Informasi (IT), dan Manajemen Strategik
sasaran (greater lethality), tingginya Teknologi Informasi (SMIT)
keselamatan (survivability), dan tingkat Sistem informasi merupakan
sinkronisasi misi dalam operasi (self- kumpulan komponen yang saling
synchornization). Atau dengan kata lain berhubungan dari proses pengumpulan,
pula, Alberts, Gartska, dan Stein menyebut penyimpanan, dan distribusi informasi yang
NCW mentranslasikan superioritas informasi ditujukan untuk membantu pengambilan
ke dalam kemampuan tempur dengan keputusan dan pengendalian organisasi
memanfaatkan jaringan entitas pengetahuan (Laudon dan Laudon, 2014). Turban, et al.
dalam medan tempur secara efektif. (2006) menambahkan kegiatan analisis
dalam IS dan penitikberatan pada tujuan
NCW memiliki perbedaan yang spesifik.
cukup signifikan dengan tradisional militer Sedangkan Teknologi informasi
mulai dari dimensi informasi, pengambilan (IT) merupakan gabungan antara perangkat
keputusan, proses, fokus, perencanaan, keras (hardware) dan lunak (software) yang
tujuan, penerapan pada situasi, dan dibutuhkan organisasi untuk mencapai
berbagai asumsi yang digunakan. Sebagai tujuannya (Laudon dan Laudon, 2014).
contoh pada NCW sumber informasi begitu Turban, et al. (2006) menyebut IT dalam
beragam dan tersebar dengan sangat luas pengertian luas sebagai kumpulan sistem
I-9
komputer dalam organisasi tetapi titik operasi organisasi akan membentuk
beratnya adalah pada penggambaran bagaimana IT dioperasikan. Operasi IT
bagaimana organisasi melakuka tersebut pada akhirny akan memberikan
pengumpulan informasi. Davis (1991 umpan balik kepada operasi organisasi dan
sebagaimana dikutip dalam Flodstrom, strategi IT yang ada.
2006) bahwa IT merupakan penyedia dan Alcuaz, JR. (1989) menjelasan lebih
pemproses informasi melalui system mesin jauh keterkaitan pengaruh lingkungan
atau pengguna terintegrasi ditujukan untuk organisasi bisnis (business environment)
mendukung strategi, operasi, pengelolaan, dan teknologi dalam keterkaitan antara
analisis, dan fungsi pengambilan keputusan sistem bisnis dengan IS. Dilanjutkan oleh
organisasi. Para ahli menyatakan Alcuaz yang menyatakan keunggulan
pemaknaan antara IS dan IT adalah saling bersaing dapat dicapai jika adanya
bertukar sehingga sering dinyatakan hubungan yang erat antara strategi bisnis
sebagai IS/IT (Laudon dan Laudon, 2014; dengan strategi IS. Elemen utama sistem
Flodstrom, 2006; Turban, et al., 2006; Warth bisnis adalah misi organisasi dan
dan Griffiths, 1996) sasarannya yang menjadi panduan dalam
Sementara itu pada tataran membangun strategi sebagai kumpulan
strategis, pengelolaan IS/IT dirumuskan berbagai cara untuk mencapai tujuan
sebagai manajemen strategik teknologi tersebut. Strategi ini kemudian akan
informasi (SMIT) yang disebut oleh membentuk organisasi dalam membangun
Flodstrom (2006) sangat berkaitan dengan struktur organisasi dalam yang kemudian
upaya pencapaian tujuan organisasi tertuang kedalaman bagaiaman organisasi
sehingga menjadi unggul dalam lingkungan dalam melakukan operasinya. Rangkaian
kompetitif melalui perencanaan dan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan
perancangan strategi penggunaan IS/IT. organisasi. Elemen utama IS adalah misi
Penyelarasan (alignment) antara tujuan, dan dan sasaran dari IS yang harus selaras
organisasi dengan strategi IS/IT menjadi hal dengan misi dan sararan sistema bisnis yg
yang kritikal untuk diperhatikan (A.T. kemudian menjadi arahan dalam
Kerney, 2011; McKeen, 2008; Alcuaz, pembangunan strategi IS. Arsitektur IS
1989). Seperti digambarkan pada skema terbanguan dalam rangka mewujudkan
dibawah ini dimana strategi organisasi harus strategi IS yang pada akhirnya menjadi
menjadi arah bagi pembangunan strategi IT sebuah operasi IS sebagai bagian dari
dan operasi orgaisasi. Disaat yang operasi organisasi. Tentu saja arsitetuktur
bersamaan, keduanya memberikan umpan IS harus erat kaitannya dengan struktur
balik kepada strategi organisasi sebagai organisasi. Elemen utama IS tersebut
salah satu input penting bagi perubahan dipengaruhi erat oleh teknologi khususnya
ataupun penyesuain strategi (strategy IT yang akan dipergunakan atau menjadi
shifting) dalam konteks yang berubah bagian integral dari IS. Lihat gambar berikut.
dinamis (context changing). Strategi IT dan
Mission/ Mission/
Objectives Objectives
Strategy Strategy
Business
Technology
Environment
Organization
Architecture
Structure
Operational Applications
Plans/Tactics
I-10
Sementara itu, Henderson dan menyampaikan fenomena pengelolaan
Venkatraman (1990) membangun model modern (modern management) yang
penyelarasan strategis (strategic alignment) membuat perbedaan posisi kepemilikan
transformasi organisasi (transformational (ownership) dan kepengelolaan perusahaan
organization) melalui IT dengan (managerialship). Definisi tata kelola
memperhatikan tiga fungsi utama, yaitu korporat dapat dipandang melalui cakupan
kesesuaian strategis (strategic fit), integrasi sempit (narrow definition) maupun luas
fungsional (functional integration), dan (broad definition) (Bessire, Chatelin, Onnee,
penyelarasan silang dimensi (cross- 2010; OECD, 2004; Clarke, 1999; WGITA,
dimension alignment). Di dalam proses tanpa tahun). Pada cakupan sempit, tata
bisnis menghasilkan strategi yang kelola korporat dipandang hanya melibatkan
melibatkan berbagai dimensi mulai dari aktifitas check and balances kepada dewan
keunggulan pembeda, cakupan dan tata direksi (board of directors) oleh, utamanya,
kelola bisnis yang kemudian akan melalui pemegang saham (shareholders).
sebuah proses kesesuaian strategis dalam Sedangkan secara luas, tata kelola
membangun infrastruktur administrasi, perusahaan mencakup setiap aspek yang
proses, dan keahlian yang diperlukan. berkaitan dengan perilaku perusahaan
Begitu pula pada proses IT sebab perusahaan dipandang sebagai
menghasilkan strategi IT akan melibatkan jaringan kompleks dari berbagai pemangku
cakupan teknologi, tata kelola IT, dan kepentingan (stakeholders). Dengan
kompetensi sistemik. Dimensi-dimensi demikian, sebuah tata kelola korporat yang
tersebut akan diturunkan ke dalam efektif dapat membuat organisasi mengelola
pembangunan infrastruktur IT, proses, dan seluruh aspek dalam proses bisnis untuk
keahlian yang diperlukan. Berbagai dimensi mencapai sasaran organisasi (Kaen, 2003;
dari kedua sisi tersebut baik sisi bisnis OECD, 2004; Clarke, 1999; WGITA, tanpa
maupun IT harus terjadi integrasi fungsional tahun)
dan keselarasan antar dimensi untuk Crauford (2007 sebagaimana
mencapai penyelerasan strategis. Dengan dikutip dalam Djohanputro, 2013) tata kelola
demikian maka transformasi organisasi korporat memiliki empat pilar, yaitu
melalui IT akan dapat tercapai (lihat gambar penetapan tujuan dan strategi
dibawah ini). Hu, Zhang, dan Su (2014) (determination of purpose and strategy),
menyebut model serupa ini dengan sebutan penerapan tanggung jawab (holding to
kerangka kerja kapabilitas IT berbasis account), budaya tata kelola (governance
kompetisi strategis (strategic competition). culture), serta kepatuhan dan risiko
(compliance and risk). Pilar keempat, terkait
2.6 Tata Kelola Teknologi Informasi (IT risiko, diturunkan kemudian menjadi tata
governance) dan Risiko IT (IT Risk) kelola risiko (risk governance) yang menjadi
Tata kelola organisasi (organization pedoman dalam pengelolaan dan
governance) pada dasarnya adalah pengendalian risiko organisasi (risk
perluasan dari pemahaman konsep tata management and control). Risiko (risk) itu
kelola korporat (corporate governance). sendiri adalah kemungkinan ancaman
Clarke (1999) menjelaskan tata kelola terhadap kemungkinan kerentanan yang
korporat adalah sistem dimana perusahaan ada sehingga memiliki dampak dari kejadian
diarahkan (directed) dan dikendalikan dimana dapat dikatakan potensi dari
(controled). Kaen (2003) menyatakan tata penyimpangan dari sasaran yang diakibatkan
kelola korporat adalah mengenai siapa oleh kejadian yang tidak direncanakan
(who) yang mengendalikan perusahaan dan (Djohanputro, 2013); potensi menimbukan
mengapa (why). Sementara itu The kerugian akibat suatu peristiwa (Hanggraeni,
INTOSAI Working Group on IT Audit 2010). Akan tetapi yang membedakan antara
(WGITA) (tanpa tahun) mengambarkan tata risiko (risk) dengan ketidakpastian
kelola korporat sebagai kumpulan berbagai (uncertainty) adalah pada wilayah pengukuran
proses, kebiasan-kebiasan, kebijakan, tingkat probabilitas
aturan, praktek manajemen, dan institusi (Djohanputro, 2013). Risiko (risk)
yang mempengaruhi cara sebuah entitas merupakan ketidakpastian yang dapat atau
organisasi dikendalikan dan dikelola. bahkan telah diketahui tingkat
Dilanjutkan oleh Clarke (1999), dua probabilitasnya, sebaliknya tingkat tersebut
pertanyaan penting yang menjadi pusat tidak dapat diketahui pada ketidakpastian
perhatian terkait tata kelola korporat adalah (uncertainty) (Djohanputro, 2013).
“apa yang dilakukan” dan “bagaimana Sebagaimana disampaikan
melakukannya”. Baik Kaen (2003) , Clarke sebelumnya, tata kelola risiko (risk
(1999), dan WGITA (tapa tahun) governance) merupakan turunan dari tata
I-11
kelola organisasi. Menurut Treadstone kepemimpinan dan struktur organisasi
(2011 sebagaimana dikutip dalam termasuk proses didalamnya.
Djohanputro, 2013) : Tata kelola IT menjadi penting
Tata kelola risiko mengacu pada karena beberapa alasan berikut, yaitu
“struktur organisasi, pemgawasan kesadaran manajemen keterkaitan risiko
manajemen, peran, tanggung organisasi dengan IT meningkat, investasi
jawab, dan akuntabiitas organisasi atau biaya kepemilikan IT yang besar,
untuk mendorong pengembangan, peningkatan kebutuhan komitmen
penerapan, dan pengembangan manajemen dan realisasi untuk aktifitas
manajemen risiko berdasarkan pengelolaan dan pengendalian kegiatan IT,
prinsip keberlanjutan (going serta skandal-skandal organisasi yang
concern), yaitu pertumbuhan dan terkuak karena tidak terpenuhinya tata
kelanggengan (growth kelola yang baik (The National Computing
sustainability) (p.63) Centre, 2005). Perkembangan organisasi
semakin membutuhkan kehadiran IT dan
Prinsip tata kelola risiko tidak jauh tingkat kritikal yang tinggi untuk melakukan
berbeda dengan tata kelola korporat yaitu eksekusi strategi (IT Governance Institute,
keterbukaan (openness), keterlibatan 2003).
(involvement), independensi Ada lima cakupan tata kelola IT,
(independency), dan integrasi (integration) yaitu penyelarasan (alignment), penawaran
(Djohanputro, 2013). Sementara itu nilai (value delivery), manajemen risiko (risk
Manajemen risiko (risk management) management), manajemen sumber daya
merupakan rangkaian menyeluruh dalam (resource management), dan pengukuran
mengindentifikasi, mengukur, memonitor kinerja (performance measurement).
dan mengontrol risiko yang timbul dari Penyelerasan (alignment) berkaitan dengan
kegiatan operasional suatu organisasi penyediaan arah IT strategis dan
dengan menggunakan suatu prosedur dan penyelarasan dengan bisnis baik setiap
metodologi tertentu (Hanggraeni, 2010); pelayanan dan proyek yang dimilikinya.
dilakukan untuk meningkatkan kepastian Penawaran nilai (value delivery) berkaitan
pencapaian tujuan organisasi (Djohanputro, dengan memastikan rancangan organisasi
2013). Dilanjutkan Hanggraeni bahwa IT/bisnis dalam penggunaan IT yang dapat
strategi pengendalian manajemen risiko mendorong nilai maksimum bisnis.
mencakup identifikasi dan pemetaan risiko Manajemen risiko (risk management)
(risk mapping), kuantifikasi dan pengukuran berkaitan dengan pembangunan proses
risiko (risk measurement and assessment) yang seksama sehingga menjamin berbagai
penanganan risiko (risk treatment), serta risiko terkelola dengan baik, termasuk
kebijakan manajemen risiko (risk didalamnya penilaian risiko terhadap
management policy). investasi IT. Pengukuran kinerja
Melalui konsep tata kelola korporat (performance measurement) berkaitan
tersebut diturunkan kedalam konsep-konsep dengan berbagai pengukuran dari
yang lebih fungsional didalam organisasi pencapaian sasaran strategis IT termasuk
korporat, salah satunya pada fungsi menelaah kinerja IT dan kontribusi IT
teknologi informasi (IT) (The National terhadap bisnis. Lima cakupan tata kelola
Computing Centre, 2005; De Haes dan Van tersebut merupakan suatu siklus kontinyu
Grembergen, 2005; WGITA, tanpa tahun). sehingga bisa dimulai atau dirancang dari
Tata kelola teknologi informasi (IT titik manapun.
governance) adalah pengendalian formulasi Siklus hidup tata kelola IT bukanlah
dan impelementasi strategi IT sehingga berada diruang hampa udara sebab setiap
terjadi sebuah bentuk fusi antara proses organisasi beroperasi dalam sebuah
bisnis dengan IT melalui penggunaan lingkungan yang dipengaruhi oleh berbagai
kapasitas organisasi oleh dewan direksi, faktor mulai dari nilai-nilai pemangku
manajemen eksekutif, dan manajemen IT kepentingan; visi dan misi organisasi;
(Van Grembergen, 2005). Sedangkan IT komunitas, budaya dan etika didalam
Governance Institute (2003) organisasi; berbagai aturan, hukum,
mendefinisikannya sebagai sebuah regulasi, dan kebijakan; praktek industri
tanggung jawab dari dewan direksi dan dimana organisasi berada.
manajemen eksekutif sebagai bagian Berdasarakan ISACA (2013; 2009)
integral dari tata kelola korporat. Hal ini risiko IT (IT risk) merupakan sebuah bentuk
merupakan keberlanjutan organisasi IT dan dari resiko bisnis atau organisasi (business
perpanjangan dari strategi maupun sasaran risk) yg terkait dengan penggunaan,
organisasi yang dijamin melalui kepemilikan, operasi, keterlibatan,
I-12
pengaruh, dan adopsi IT dalam organisasi. pengelolaan risiko IT dengan pengelolaan
Risiko IT muncul ketika organisasi risiko organisasi. Prinsip ketiga, risiko IT
berhadapan dengan berbagai peristiwa atau harus berkenaan dengan kestimbangan
kegiatan baik yang datang dari luar maupun antara biaya dan kemanfaatan. Prinsip
dalam organisasi. Oleh karena itu, risiko IT keempat, risiko IT harus mempromosikan
disebut juga dengan risiko terkait IT (IT- komunikasi yang terbuka dan adil. Prinsip
related risk) yang terdiri dari berbagai kelima, pengelolaan risiko IT yang efektif
peristiwa terkait IT (IT-related events) yang menekankan tekanan yang tepat dari posisi
secara potensial dapat berdampak kepada puncak dan mendorong akuntabilitas.
pencapaian tujuan organisasi. Risiko IT Prinsip terakhir adalah risiko IT merupakan
akan selalu ada walaupun organisasi sebuah proses peningkatan yang
mampu mengenalinya ataupun tidak. Risiko berkelanjutan dan harus menjadi bagian
organisasi merentang mulai dari risiko yang dari aktifitasi operasi keseharian.
bersifat strategis sampai operasional. Risiko
terkait IT (IT-related risk) dapat 2.7 Kapabilitas Teknologi Informasi
berhubungan dengan keseluruhan risiko (IT Capabilities)
organisasi tersebut. Kapabilitas organisasi adalah
Risiko IT terdiri dari tiga kategori, kemampuan organisasi untuk menggunakan
yaitu kemanfaat IT dalam pencapaian nilai atau mengeksploitasi sumber daya yang
(IT benefit/value enablement), program IT dimilikinya (Grant, 2010; Gerry, Scholes,
dan penyelesaian proyek (IT program and dan Whittington, 2008). Sedangkan
project delivery), dan operasi IT dan Willcocks dan Feeny (2006) mendefinisikan
penyediaan pelayanan (IT operations and kapabilitias sebagai sekumpulan keahlian
service delivery) (ISACA, 2013; 2009). berbasis sumber daya manusia, berbagai
Kategori risiko pertama, kemanfaatan IT orientasi, sikap, motivasi, dan perilaku yang
dalam pencapaian nilai merupakan risiko sangat membedakan atau khusus sehingga
yang timbul terkait dengan peluang dalam konteks tertentu memiliki potensi
penggunaan teknologi untuk meningkatkan untuk berkontribusi dan mempengaruhi
efisiensi dan efektifitas proses bisnis atau kinerja bisnis. Dengan demikian, kapabilitas
sebagai alat pencapai dihasilkannya inisitiaf organisasi merujuk kepada aplikasi strategis
bisnis baru, contohnya perangkat teknologi kompetensi organisasi untuk mencapai
untuk inisiatif bisnis baru dan efisiensi tujuan organisasi yang telah ditetapkan
operasi . Kategori risiko kedua, program IT (Kangas, 1999; Moingeon, et al., 1998
dan penyelesaian proyek berkaitan dengan sebagaimana dikutip dalam Peppard dan
risiko IT terhadap solusi bisnis baik bersifat Ward, 2004).
peningkatan ataupun baru yang biasanya Akan tetapi, kapabilitas organisasi
dalam bentuk berbagai macam proyek merupakan bentuk konstruksi pada tataran
ataupun program, contohnya kualitas, meta (meta-level) (Peppard dan Ward,
relevansi, dan waktu penyelesaian proyek 2004). Kapabilitas yang sama, misalkan
yang melebihi waktu perencanaan. Kategori kapabilitas manufakturing, pada organisasi
risiko ketiga, operasi IT dan penyediaan yang berbeda akan memberikan bentuk
pelayanan berkaitan dengan risiko IT yang penggunaan sumber daya yang berbeda.
muncul dari berbagai aspek kinerja IT dan Fenomena tersebut mungkin terjadi pada
pelayanan yang berpotensi mengurangi organisasi, oleh karena setiap organisasi
atau bahkan menghancurkan nilai memiliki konteks, sejarah, sumber daya
organisasi, contohnya permasalahan manusia, proses pengambilan keputusan
keamanan informasi, terputusnya layanan yang berbeda satu dengan lainnya.
IT, dan lain sebagainya. Sementara itu kompetensi
Ketiga kategori risiko IT tersebut organisasi adalah akumulasi pengetahuan
memiliki dua sifat baik positif maupun dan kemampuan yang dimiliki organisasi
negatif. Ketika risiko IT berhasil dikelola dimana dilakukan secara menerus dalam
akan memberikan manfaat dan menjaga waktu yang cukup panjang sehingga
nilai organisasi tetapi sebaliknya jika gagal kemampuan tersebut menjadi bagian yang
dikelola maka akan terjadi penghancuran tidak terpisahkan dari organisasi tersebut
nilai dan tidak mampu memberikan manfaat (Gerry, Scholes, dan Whittington, 2008).
bagi organisasi. Sedangkan Amit dan Schoemaker (1993
ISACA (2013; 2009) menyebut sebagaimana dikutip dalam Peppard dan
enam prinsip utama dari risiko IT. Prinsip Ward, 2004) merujuk kompetensi organisasi
pertama, risiko IT harus selalu berhubungan sebagai kapasitas organisasi dalam
dengan pencapaian tujuan organisasi. menggunakan sumber dayanya dalam
Prinsip kedua, adanya keselarasan antara berbagai kombinasi melalui proses
I-13
organisasi untuk mencapai hasil akhir yang Bronzin, 2013) menyatakan tiga kategori
diinginkan. Dengan kata lain, kapabilitas kapabilitas IT, yaitu infrastruktur IT, sumber
organisasi menunjukkan indikasi daya manusia IT, dan aset tak-berwujud
kemampuan organisasi untuk melakukan (intagible) IT.
sesuatu sedangkan kompetensi organisasi Para ahli berupaya membangun
merefleksikan seberapa baik organisasi kerangka kapabilitas IT sebagai upaya
tersebut melakukannya (McKeen, 2008). meningkatkan daya saing organisasi. Hu,
IT sebagai pembentuk penting dari Zhang, dan Su (2014) menunjukkan
kapabilitas organisasi juga menjadi salah kerangka kapabilitas IT yang didasarkan
satu elemen kapabilitas yang biasa disebut pada teori Resource-Based View (RBV).
kapabilitas IT (IT Capability). Pintaric dan Berdasarkan kerangka tersebut, kapabilitas
Bronzin (2013) mendefinisikan kapabilitas IT IT pada dasarnya dibangun melalui sumber
sebagai kumpulan kompetensi (keahlian dan daya yang berwujud (explicit resource) dan
pengetahuan) dan sumber daya infrastruktur kapabilitas terbatinkan (tacit capabilities).
IT (IT resources-Infrastructure) yg Sumber daya berwujud mencakup
dirancang, dibangun, dan diimplementasi infrastruktur IT, sumber daya manusia IT,
sedemikian rupa oleh sebuah organisasi dan hubungan berbagai sumber daya IT
melalui berbagai aktifitas untuk mencapai yang ada. Lalu, kapabilitas terbatinkan IT
tujuan organisasi. Sedangkan Henderson dibentuk dari pengalaman dan pengetahuan
dan Varkatraman (1990) mengkaitkan IT dalam proses organisasi, serta umpan
transformasi bisnis dengan kapabilitas IT balik dinamis dari proses IT. Kapabilitas IT
dimana kapabilitas IT merupakan kumpulan akan mempengaruhi bagaimana organisasi
berbagai faktor yang membuat organisasi akan membangun infratsrukturnya dan
menjadi berbeda karena keefektifan proses didalamnya. Situasi tersebut
penggunaan IT dalam transformasi bisnis. membentuk bagaimana organisasi akan
Stoel dan Muhanna (2009 sebagaimana merumuskan strateginya dan kinerja
dikutip dalam Pintaric dan Bronzin, 2013) organisasi. Pembelajaran dari hasil
menyatakan kapabilitas IT merupakan suatu implementasi strategi akan memberikan
kumpulan kompleks yang melibatkan umpan balik yang sangat bernilai sehingga
sumber daya, keahlian, dan pengetahuan akan memperkaya kapabilitas terbatinkan.
yang dapat dihasilkan oleh IT dalam proses Willcocks dan Fenny (2006, 1998)
bisnis sedemikian rupa organisasi mampu menjelaskan sembilan kapabilitas inti IS
melakukan koordinasi berbagai aktifitas dan yang dibutuhkan dalam mengeksplotasi IT,
mencapai hasil yang diharapkan. pengukuran berbagai aktifitas yang
A.T Kerney (2011) membuat tiga didukung IT, dan hasil kinerja bisnis.
area besar dari kapabilitas IT yang harus McKeen (2008) menyebut sembilan
dimiliki oleh organisasi IT, yaitu keunggulan kapabilitas inti IS dari Willcocks dan Fenny
operasional IT (IT operational excellence), tersebut sebagai kapabilitas IT yang
pencapai sasaran bisnis dan peningkatan diperlukan oleh organisasi IT. Sembilan
process (business enablement and process kapablitas inti IS/IT itu sendiri merupakan
improvement), dan inovasi IT (innovation upaya inti untuk dapat mencapai tiga
IT). Area pertama, keunggulan operasional keselarasan antara visi bisnis dan visi IT
IT, merupakan kapabilitas kritikal yang (business and IT vision), dengan
membuat asset IT mampu mengelola perancangan arsitektur IT (design of IT
system informasi dengan keefektifitasan architecture) dan bagaimana IT dapat
tinggi dan melakukan efisiensi biaya. Area memberikan pelayanan sepanjang proses
kedua, pencapai sasaran bisnis dan bisnis (delivery of IT services). Kesembilan
peningkatan process, adalah kemampuan IT kapabilitas inti IS/IT tersebut adalah
untuk berkontribusi mentransformasi proses kapabilitas yang berkenaan dengan
inti organisasi sehingga mampu kepemimpinan (leadership), sistem berpikir
meningkatkan rantai nilai dan proses bisnis bisnis/organisasi (business systems
ketingkat yang tertinggi. Pada area ini thinking), pembangunan konstruksi bisnis
pengukuran keberhasilan bukan terletak yang terhubungkan dengan IS/IT
pada efisiensi biaya tetapi peningkatan (relationship building), perencanaan arsitektur
proses berbagai kunci bisnis. Area ketiga, IT (IT architecture planning), kecepatan
inovasi IT, merupakan kapabilitas untuk mencapai kemajuan teknikal atau memastikan
memberikan solusi bisnis dalam mencapai teknologi bekerja dengan semestinya (making
terobosan inovasi sehingga meningkatkan technology work), pengelolaan strategi
nilai kebersaingan organisasi di dalam pencarian sumber daya IS/IT yang sesuai atau
lingkungan persaingan. Bharadwaj (2000 daoat dipergunakan untuk kepentingan
sebagaimana dikutip dalam Pintaric dan organisasi (informed
I-14
buying), penjaminan kotrak pelayanan IS/IT mengindentifikasikan pemasok pelayanan
yang dimiliki pada periode waktu tertentu IS/IT yang berpotensi memberikan nilai
(contract facilitation) dan pemantauan tambah bagi organisasi (vendor
kontrak tersebut (contract monitoring), development). Lihat gambar skema berikut.
terakhir adalah kapabilitas
PeluangdanA
ncaman
TNI AL
digambarkan melalui skema análisis dan
pembahasan sebagai berikut. IS/IT TNI AL
Sub-Organisasi :
Kekuatan dan
Kelemahan
I-15
3.1 Kepentingan Nasional Indonesia dalam perwujudan kepentingan nasional
dalam Lingkup Keamanan Maritim ditunjukkan melalui kesatuan tata nilai
Putra (2016) dalam kajiannya dengan berlandaskan Pancasila dan UUD
menyebutkan bahwa kepentingan nasional 1945 yang berketuhanan Yang Maha Esa
Indonesia dapat ditemukan dalam dokumen serta menjunjung tinggi kebhinekaan dalam
Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun interaksi sosial yang harmonis.
2015 yang dinyatakan sebagai menjaga Perencanaan dan pelaksanaan
tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila pembangunan yang memiliki sifat
dan UUD NRI 1945 serta terjaminnya keberlanjutan, berwawasan lingkungan, dan
kelancaran pembangunan nasional guna berketahanan nasional yang berdasarkan
mewujudkan tujuan nasional. Kepentingan wawasan nusantara merupakan titik berat
nasional tersebut merupakan kelanjutan dari dari Kaidah upaya pencapaian tujuan.
tujuan nasional seperti tercantum dalam Sementara itu, kaidah pokok sarana yang
Pembukaan UUD NRI 1945, yaitu digunakan lebih bertolak pada perhatian
melindungi segenap bangsa Indonesia dan penggunaan seluruh potensi dan kekuatan
seluruh tumpah darah Indonesia, nasional dilakukan dengan menyeluruh dan
memajukan kesejahteraan umum, terpadu.
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut Putra (2016) menjelaskan dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang kajiannya bahwa melalui kedua dokumen
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian tersebut tampak unsur kepentingan nasional
abadi, dan keadilan sosial. yang bersifat survival, vital, dan mayor
Kajian Putra (2016) menemukan dalam kategori Nuechterlein telah dipenuhi
perbedaan antara Buku Putih Pertahanan kepentingan nasional Indonesia. Akan
Indonesia tahun 2015 dengan dokumen tetapi, kepentingan nasional yang telah
sebelumnya yang diterbutkan pada tahun dinyatakan dalam dokumen tersebut lebih
2008 berkenaan dengan kategorisasi condong berorientasi ke dalam negeri
kepentingan nasional Indonesia. Pada disbanding ke luar negeri. Satu elemen
dokumen Buku Putih Pertahanan tahun yang sangat jelas menunjukkan orientasi
2015 tidak lagi disebutkan kategorisasi keluar adalah “ikut melaksanakan ketertiban
tersebut padahal hal ini cukup kritikan dunia” dengan tingkat partisipasi dalam
sebagai pijakan pembangunan strategi kategori yang bersifat penting. Putra (2016)
seperti disampaikan oleh Yarger (2006) dan berpendapat kondisi ini kemungkinan besar
Nuechterlein (sebagaimana dikutip dalam dipengaruhi oleh karena NKRI belum lama
Drew dan Snow, 1988). Disebutkan dalam mencapai kemerdekaannya yaitu masih
dokumen Buku Putih Pertahanan Indonesia dibawah 100 tahun sehingga tugas
tahun 2008 bahwa kepentingan nasional terbesarnya adalah melaksanakan
Indonesia disusun dalam tiga kategori, yaitu pembangunan nasional di segala bidang.
bersifat mutlak, vital, dan penting. Tetap Namun demikian, pemerintah NKRI
tegaknya Negara Kesatuan Republik menyadari bahwa pencapaian tujuan
Indonesia (NKRI) merupakan kepentingan nasional tidak bisa terlepas dari kondisi dan
nasional yang bersifat mutlak sehingga interaksi dengan lingkungan regional
segala daya upaya perlu dilakukan untuk maupun global.
kepentingan tersebut. Sementara itu Putra (2016) menyampaikan
memastikan tetap berlanjutnya kepentingan nasional Indonesia dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan dokumen tersebut pada akhirnya akan
masyarakat Indonesia yang Bhinneka menentukan penterjemahan keamanan
Tunggal Ika, sejahtera, adil, makmur, dan maritim Indonesia. Ditenggarai keamanan
demokratis merupakan kepentingan maritim Indonesia lebih bercorak kepada
nasional yang bersifat vital. Sedangkan kemanan nasional (national security),
kepentingan nasional memiliki kategori keamanan manusia (human security), dan
bersifat penting ketika Indonesia keamanan ekonomi (economy security)
berkepentingan untuk turut menciptakan dalam sudut pandang matriks keamanan
perdamaian dunia dan stabilitas regional. maritim yang dipergunakan Buerger (2014).
Namun demikian, Putra (2016) Sedangkan penekanan masih kurang
mencatat Buku Putih Pertahanan Indonesia terlihat pada elemen lingkungan maritim
tahun 2015 tetap mencantumkan kaidah- (marine environment) yang penjelasannya
kaidah pokok untuk mewujudkan hanya pada tingkat kaidah-kaidah pokok
kepentingan nasional Indonesia yang terdiri bukan dalam pernyataan kepentingan
dari tiga kaidah pokok yaitu tata kehidupan, nasional itu sendiri.
upaya pencapaian tujuan, dan sarana yang
digunakan. Kaidah pokok tata kehidupan
I-16
3.2 Peluang dan Ancaman dalam kawasan Asia menunjukkan pada tingkat
Keamanan Maritim Indonesia pengaruh sedang diatas rata-rata. Sesuai
Berdasarkan dari hasil kajian dengan garis kebijakan luar negeri
penulis sebelumnya, peluang dan ancaman Indonesia yang bebas aktif maka Indonesia
yang melingkupi keamanan maritim tidak dalam posisi terlibat dalam kontestasi
Indonesia dapat ditinjau dari berbagai faktor kekuatan militer yang dipicu oleh konflik
mulai dari politik-hukum, ekonomi, perairan di Asia.
pertahanan-keamanan, sosial budaya, Namun demikian, bukan berarti
lingkungan, dan teknologi (Putra, 2016). keadaan tersebut tidak mungkin
Seperti telah disebutkan, keamanan maritim berekskalasi menjadi lebih tinggi tingkat
Indonesia cenderung berada pada unsur pengaruhnya terhadap keamanan maritim
matriks kemanan nasional (national Indonesia. Jika kepentingan nasional
security), keamanan manusia (human semakin terancam oleh elemen tersebut
security), dan keamanan ekonomi (economy maka tingkat pengaruhnya pun akan
security) melaui matriks keamanan maritim semakin meningkat. Satu elemen yang
Buerger (2014). Keseluruhan faktor tersebut menjadi peluang adalah kekuatan angkatan
saling mempengaruhi dan berdampak laut Indonesia saat ini yang semakin
kepada kepentingan nasional Indonesia meningkat seiring dengan program
yang pada akhirnya mempengaruhi strategi Minimum Essential Force (MEF) yang telah
pembangunan kekuatan dan kemampuan dijalankan sejak era pemerintahan Susilo
militer Indonesia, TNI, khususnya dalam Bambang Yudhoyono. Lihat table berikut.
kajian ini lebih lanjut adalah TNI AL. Setiap Jenis ancaman keamanan maritim
faktor-faktor tersebut memiliki elemen- Indonesia yang telah diidentifikasi oleh hasil
elemen pembentuk yang memiliki tingkat kajian Putra (2016) sejalan dengan bentuk
pengaruh tertentu kepada keamanan dan jenis ancaman yang tertuang dalam
maritim Indonesia baik yang berkategori Doktrin TNI AL, Eka Sasana Jaya, yaitu
peluang ataupun ancaman. ancaman dengan kekerasan (mulai dari
Khusus pada faktor pertahanan- agresi sampai dengan konlik kepentingan
keamanan, hampir semua elemen-elemen yang bersumber dari Sea Lane of
pembentuk berkategori ancaman dengan Communication/SLOC), ancaman terhadap
tingkat pengaruh yang besar kepada sumber daya laut dan lingkungan (mulai dari
keamanan maritim Indonesia seperti konflik perebutan sumber daya alam di laut sampai
di perairan Asia, anggaran pertahanan dengan perusakan ekosistem laut),
Indonesia, tingkat insiden pembajakan dan ancaman pelanggaran hukum (mulai dari
perampokan di perairan Indonesia, pembajakan di laut sampai dengan
kejahatan lintas negara, dan penangkapan kejahatan lintas negara), serta ancaman
ikan ilegal. Satu elemen ancaman yaitu bahaya navigasi.
peningkatan kontestasi kekuatan militer di
Tabel 3.1 Rekapitulasi Lingkungan Strategis & Pengaruhnya kepada Keamanan Maritim
Kategori Skala Tingkat Pengaruh Kepada Keamanan Maritim
Sangat kecil Sangat besar Keterangan
pengaruhnya
PeluangAncaman pengaruhnya
1 2 3 4 5 6
Faktor Politik-Hukum
Kebijakan Luar Negeri US : Re-Balancing Asia dan Meningkatnya ketegangan kawasan. Potensi konflik terbuka
2
kehadiran the great powers lainnya di perairan Asia
tinggi.
4 Terfragmentasinya kebijakan mairtim nasional Kebijkan yang kompleks dan banyak tumpang tindih
Faktor Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia yang tinggi secara Mendorong perekonomian nasional. Kerjasama antar negara
1 meningkat.
ke seluruhan
5 Sumber daya alam Laut di permukaan dan bawah laut Sumber perekonomian nasional
6 Anggaran Belanja Fungsi Pertahanan Sumber daya fungsi keamanan maritim aspek keamanan
nasional
Faktor Pertahanan-Keamanan
3 Pengeluaran Anggaran belanja pertahanan nasional Berkaitan dengan sumber daya dan kapabiitas TNI AL
4 Kekuatan angkatan laut Indonesia Tugas Pokok terkait menjaga kepentingan nasional
I-17
Tabel 3.1 Rekapitulasi Lingkungan Strategis & Pengaruhnya kepada Keamanan
Maritim (lanjutan)
Faktor Sosial-Budaya
Faktor Lingkungan
Faktor Teknologi
Pokok-pokok penyelenggaraan SPLN dirancang dalam dua kondisi yaitu damai dan
krisis atau perang. Pada kondisi damai, tujuan (ends) yang ingin dicapai oleh SPLN meliputi dua
hal, yaitu menimbulkan dampak penangkalan dan menciptakan kondisi perairan yuridiksi
nasional yang terkendali. Tujuan tersebut dicapai penataan gelar operasi laut yang berkaitan
dengan strategi penangkalan dan pengendalian laut baik melalui diplomasi AL, kehadiran di laut,
operasi siga tempur, dan operasi laut sehari-hari (ways). Secara keseluruhan berbagai macam
cara dalam strategi tersebut dipenuhi dengan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
(means) dari dalam TNI yang mencakup Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), Kapal
Angkatan Laut (KAL), pesawat udara TNI AL, marinir, dan pangkalan TNI AL. Lihat gambar
berikut.
I-26
Gambar 3.3 Pokok-Pokok Penyelenggaraan SPLN pada masa damai
(Sumber : Hasil olah data Penulis; Mabes TNI AL, 2004)
I-27
Gambar 3.4 Pokok-Pokok Penyelenggaraan SPLN pada masa krisis atau Perang
(Sumber : Hasil olah data Penulis; Mabes TNI AL, 2004)
I-30
Gambar 3.5 Struktur Organisasi TNI AL
(Sumber : Mabes TNI AL, 2004)
Dari sudut fungsi bisnis yang dilakukan dalam struktur organisasi TNI AL, fungsi bisnis
sistem dan teknologi informasi (IS/IT) dimasukan kedalam kategori area fungsi bisnis-
manajemen dan organisasi. Fungsi IS/IT TNI AL terdiri dari beberapa sub fungsi bisnis yang
meliputi pengembangan kebijakan TI, pengembangan aplikasi, pengolahan data, pemeliharaan
aplikasi, pemeliharaan hardware dan jaringan, dukungan teknis (help desk). Dalam struktur
organisasi TNI AL, keseluruhan sub fungsi IS/IT berada dalam lingkup kelompok kedinasan, sub
kelompok perencanaan (Ren) khususnya fungsi organisasi : informasi (Info). Namun demikian
sub fungsi bisnis pengolahan data, pemeliharaan aplikasi dan pemeliharaan hardware beserta
jaringan juga dilakukan oleh kelompok organisasi Kotama/Satker khususnya Koarmatim,
Koarmabar, dan Kolinlamil. Sementara itu, sub fungsi bisnis dukungan teknis (help desk)
dilakukan oleh Komlek. Lihat gambar berikut.
I-32
Tabel 3.2 Perbandingan Armada Maritim Indonesia dengan Negara Lain
Unit Pelaksana
Peluang Ancaman Kedinasan Logistik Personil Perencanaan Layanan Lapangan &
Satker
Pola Operasi
(Sumber : hasil kajian dan olah data penulis) Strategi Pengendalian Laut
di Laut Penyanggah Utama Perlawanan
Sumber Daya
Kekuatan Non-TNI AL
I-34
Langkah selanjutnya adalah memerlukan suatu kesinergian dalam
merancang sistem IS/IT TNI AL yang harus melakukan berbagai bentuk operasi baik
mendukung atau selaras dengan sistem dalam kondisi damai maupun kritis/perang.
SPLN. Berdasarkan pendekatan Henderson Hampir tidak ada sebuah operasi yang
dan Venkartraman (1990) dan Alcuaz, JR berdiri sendiri dan tidak berkaitan dengan
(1989), setiap susunan dari sistem bentuk operasi lainnya sehingga perlu
organisasi/bisnis akan mempengaruhi dan adanya sistem antar-operasi.
menentukan susunan dari sistem IS/IT Dampak lain dari sasaran kedua
organisasi/bisnis tersebut. Oleh karena itu, tersebut adalah terjadinya peningkatan daya
setiap susunan dalam sistem SPLN akan jangkau pengawasan dan kendali dari
dibangun sistem IS/IT TNI AL yang dimulai kawasan litoral karena semakin
dari sasaran, strategi, arsitektur, aplikasi, meningkatnya koneksi keterhubungan titik
dan infrastruktur IS/IT TNI AL. Kondisi referensi antara perairan dengan daratan
perkembangan dan tren teknologi IS/IT sesuai dengan yang disampaikan oleh
khususnya yang berkaitan dengan Fitton et al. (2015).
kemaritiman akan mempengaruhi setiap Dengan demikian, teknologi
susunan dalam rancangan sistem IS/IT TNI informasi yang disusun dalam sistem IS/IT
AL. Selain itu, sasaran dan strategi IS/IT TNI TNI AL harus dapat membuat sistem antar-
AL dirumuskan melalui pencocokan antara operasi yang dilakukan menjadi lebih efisien
peluang dan ancaman dalam lingkungan dan efektif sehingga mampu mencapai
strategis dengan kekuatan dan kelemahan ketiga sasaran SPLN.
dari organisasi TNI AL khususnya sub Sasaran ketiga dalam sistem IS/IT
organisasi atau sistem dan teknologi TNI AL yang dirancang penulis adalah
infromasinya, sesuai dengan metode yang terbangunnya sistem manajemen organisasi
disampaikan oleh David (2013). terintegrasi. Hal ini perlu dicapai untuk
organisasi TNI AL yang semakin modern
Untuk mencapai keselarasan dan membantu tercapainya ketiga sasaran
dengan sasaran sistem SPLN maka akan dalam SPLN. Dalam kondisi damai, sangat
akan dirumuskan tiga sasaran IS/IT TNI AL, diperlukan lalu lintas informasi maupun
yaitu terbangunnya sistem Komando, proses organisasi yang sangat
Kendali, Komunikasi, dan Informasi (K3I) membutuhkan dan bahkan sangat
yang andal, terbangunnya sistem antar- ditentukan keefektifannya oleh pemanfaatan
operasi (inter-operability) andal berbasis IT, teknologi informasi. Melalui sasaran ini,
dan terbangunnya sistem manajemen proses pengelolaan organisasi maupun
organisasi terintegrasi. Ditetapkannya proses dan hasil pengambilan keputusan
sistem K3I sebagai sasaran dalam dalam organisasi akan menjadi lebih baik.
rancangan ini karena ketiga sasaran SPLN Dalam Kondisi
hanya bisa tercapai dengan baik jika sistem Sasaran IS/IT TNI AL yang telah
K3I mencapai tingkat keandalan yang tinggi. dirancang dan selaras dengan sasaran
Sangat tidak memungkinkan upaya SPLN akan diturunkan kedalam strategi
pencegahan pihak penggangu, ancaman yg IS/IT yang dirumuskan untuk mencapai
tertanggulangi, maupun terkendalinya sasaran tersebut. Saat bersamaan strategi
situasi laut nasional tanpa adanya K3I yang IS/IT yang dirancang perlu selaras dengan
andal. Terjadi kekacauan ataupun tidak strategi yang ditetapkan dalam SPLN.
mencapai hasil yang maksimal dari Setelah melalui dua kajian tersebut maka
pelaksanaan strategi melalui berbagai dibangun dua strategi IS/IT TNI AL yaitu
rangkaian operasi jika sistem K3I tidak pembangunan Sembilan kapabilitas inti
berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, IS/IT dan pengadopsian system Cobit 5
sasaran terbangunnya sistem K3I yang untuk tata kelola IT dan resiko. Dua strategi
andal dalam rancangan sistem IS/IT TNI AL yang telah dirumuskan akan mempengaruhi
menjadi hal yang kritikal. rancangan arsitektur IS/IT TNI AL. Pada
Sasaran kedua, terbangunnya saat bersamaan, arsitektur IS/IT yang
sistem antar-operasi (inter-operability) andal dirancang harus selaras dengan struktur
berbasis IT pada dasarnya adalah organisasi yang berarti arsitektur IS/IT TNI
kelanjutan dari sasaran pertama. Dengan AL harus mampu selaras dengan proses
berbagai kekuatan yang dimiliki TNI AL organisasi yang dilakukan TNI AL.
mulai dari kapal perang, pesawat udara, Rancangan arsitektur IS/IT TNI AL
marinir, pangkalan, sampai dengan terdiri dari tujuh kelompok besar, yaitu data
kekuatan non-TNI AL mulai dari matra arsitektur, sistem sensor dan receiver,
lainnya seperti TNI AU dan TNI AD sampai sistem data analitik, sistem integrasi data,
dengan kekuatan nasional lainnya sistem pelaporan, manajemen master data,
I-35
dan pengamanan data. Arsitektur data perlu langkah yang kritikal. Terakhir, arsitektur
dibangun baik pada data yang berasal atau IS/IT TNI AL yang perlu dibangun
akan digunakan dalam kelompok berkenaan dua strategi IS/IT TNI AL adalah
pengelolaan organisasi sehari-hari, sistem pelaporan yang menjamin sekaligus
keperluan berbagai bentuk operasi baik menjaga lalu lintas aktifitas organisasi TNI
OMP maupun OMSP, dan monitoring AL berjalan sesuai dalam kerangka SPLN.
kondisi lingkungan strategis. Data yang ada Rancangan arsitektur IS/IT TNI AL
sangat kritikal dibangun arsitekturnya diturunkan kedalam lima aplikasi utama
sebelum masuk kedalam proses yang harus selaras dengan pola operasi
pengolahan data selanjutnya untuk menjadi dalam SPLN, yaitu sistem K3I terintegrasi,
informasi yang dapat dipergunakan dengan manajemen organisasi terintegrasi berbasis
baik oleh berbagai pengguna (users) dalam IS/I, manajemen rantai-suplai (termasuk
organisasi TNI AL. Arsitektur sistem sensor logistick), sistem manajemen pertempuran
dan receiver pada dasarnya adalah terintegrasi (Combat Management System)
bagaimana organisasi dapat mengumpulkan dan bermuara kepada aplikasi operasi yang
berbagai macam data dari keseluruhan berpusat pada jaringan (network-centric
aktifitas yang terkait dengan struktur operations). Keseluruhan aplikasi utama
organisasi TNI AL. Arsitektur sistem data pada akhirnya membutuhkan sumber daya
analitik merupakan sistem untuk mengolah berupa infrastruktur IS/IT TNI AL.
data dan informasi menjadi bentuk intelejen Infrastruktur tersebut harus pula selaras
bagi kepentingan organisasi baik yang dengan sumber daya yang dimiliki sistem
bersifat strategis maupun taktikal. Arsitektur SPLN. Paling tidak ada lima infrastruktur
sistem integrasi data perlu dibangun utama yang perlu dibangun, yaitu berbagai
sehingga berbagai macam sistem mikro peralatan komputasi (termasuk perangkat
disetiap bagian struktur organisasi TNI AL bergerak, mobile divices), penyimpanan
memiliki sinergitas ke dalam satu sistem data (server and storage), perangkat lunak
besar sebagai langkah penting memberikan terpilih (selected softwares) untuk berbagai
kontribusi kepada pencapaian sasaran tujuan mulai dari keperluan adminstrasi
SPLN. Membangun arsiktektur manajemen yang sederhana sampai dengan
master data merupakan langkah pengambilan keputusan yang kompleks baik
komplementer dari sistem integrasi data. yang berkategori rutin maupun kondisi
Keseluruhan data dan informasi yang kritis/perang, berbagai peralatan berkenaan
dimiliki dalam struktur organisasi TNI AL dengan keperluan sensor dan receiver, dan
dalam menyokong SPLN perlu sistem jaringan internal dan eksternal baik
mendapatkan pengamanan data yang baik. yang berbasis analog maupun digital. Lihat
Oleh karena itu membangun arsitektur gambar berikut.
pengamanan master data merupakan
I-36
Sasaran IS/IT TNI AL*
Teknologi berkaitan
Teknologi Alat Utama
dengan pengelolaan
Sistem Persenjataan
organisasi
Aplikasi IS/IT TNI AL* Teknologi
Teknologi
Persenjataan
Penginderaan & Satelit
Manajemen organisasi Manajemen rantai-suplai Pendukung
terintegrasi berbasis IS/IT terintegrasi
Sistem Manajemen
Pertempuran Terintegrasi Sistem K3I terintegrasi
(CMS)
Network-Centric Operations
I-37
Keseluruhan sistem IS/IT TNI AL Keseluruhan elemen tersebut akan
yang telah dirancang, tidak terlepas dari mempengaruhi penyusunan sasaran,
perkembangan dan tren teknologi informasi strategi, arsitektur, aplikasi dan infrastruktur
dan komunikasi. Hal ini juga telah dibahas IS/IT TNI AL.
sebagian besar dalam análisis lingkungan Dengan membangun keselarasan
strategis pada elemen teknologi (Putra, antara Sistem SPLN dengan rancangan
2016). Cakupan perkembangan dan tren penulis berkenaan dengan sistem IS/IT TNI
teknologi informasi dan komunikasi yang AL maka dapat dikatakan rancangan sistem
perlu menjadi perhatian adalah teknologi IS/IT tersebut mendukungan
maritim, teknologi alat utama sistem penyelenggaraan SPLN sehingga terjadi
persenjataan, teknologi persenjataan penyelarasan strategis (strategic alignment)
pendukung, teknologi berkenaan dengan diantara kedua sistem sebagaimana yang
sistem pertempuran (misalkan CMS, NCO, dimaksud oleh Henderson dan
dan lain sebaginya), teknologi berkaitan Venkartraman (1990) dan Alcuaz, JR
dengan pengelolaan organisasi, dan (1989). Keselarasan strategis dituangkan
teknologi penginderaan serta satelit. dalam gambar berikut.
Lingkungan Strategis Blok Struktur Organisasi TNI AL Blok Arsitektur IS/IT TNI AL*
Teknologi
Politik – Hukum – Ekonomi - Pertahanan/Keamanan Data Sistem Sensor Sistem Data Sistem
- Sosial/Budaya- Lingkungan - Teknologi
Pimpinan (Khususnya IS/IT termasuk Teknologi Komuikasi)
Arsitektur dan Receiver Analitik Integrasi Data
Teknologi berkaitan
Unit Pelaksana
Manajemen Sistem Pengamanan Master dengan Sistem
Peluang Ancaman Kedinasan Logistik Personil Perencanaan Teknologi maritim Pertempuran
Layanan Lapangan & Master Data Pelaporan Data (CMS, Network Centric
Satker Operations, dll)
Teknologi berkaitan
Teknologi Alat Utama
dengan pengelolaan
Sistem Persenjataan
organisasi
Sistem Manajemen
Strategi Penangkalan Laut
Strategi Pertahanan Berlapis Pertempuran Terintegrasi Sistem K3I terintegrasi
Kehadiran Medi a
Diplomasi A L Media Daerah
di Laut Peny anggah
Pert ahanan
Perlawanan
(CMS)
Utama
I-38
Kelas Dunia (2014) tidak dinyatakan secara
3.7.2 Pembangunan kapabilitas IS/IT persis. Sedikit bisa terlihat dan masih
TNI Angkatan Laut berkaitan dengan makna kompetensi
tertuang dalam pernyataan mengenai
Melalui pendekatan Jones dan Hill makna kapabilitas TNI AL dalam dokumen
(2010) serta Barney (2007), terminologi Paradigma Baru TNI AL Kelas Dunia
kekuatan yang dipergunakan dalam TNI AL (2014), sebagai berikut :
tidak lain adalah bentuk dari sumber daya Kapabilitas TNI Angkatan Laut
(resources) baik yang bersifat nyata dalam hal ini adalah kemampuan
(tangible) maupun tidak nyata (intangible). melaksanakan semua tugas yang
Sementara itu di dalam dokumen doktrin diemban secara tuntas dan sukses
TNI AL-Eka Sasana Jaya dan SPLN tidak (p.72)
terlalu tegas mengenai apa yang dimaksud
dengan kemampuan TNI AL. Hanya pada Pernyataan tersebut paling tidak memiliki
dokumen Paradigma Baru TNI AL Kelas unsur mengenai kompetensi jika merujuk
Dunia (2014), terminologi kemampuan pandangan McKeen (2008) yang
diartikan secara jelas sebagai kapabilitas, menyatakan kompetensi organisasi
selengkapnya sebagai berikut : merefleksikan seberapa baik organisasi
Berkemampuan (Capable). Yang tersebut melakukan sesuatu.
dimaksud berkemampuan adalah Berdasarkan pembahasan diatas
memiliki kapabilitas, ketangguhan, maka pembangunan kekuatan dan
atau kualitas yang diperlukan untuk kemampuan IS/IT TNI AL pada dasarnya
mengerjakan atau mencapai suatu adalah upaya membangun sumber daya
tujuan. (p.72) dan kapabilitas TNI AL dalam IS/IT.
Sebagaimana disampaikan dalam sub
Sesuai dengan yang disampaikan oleh para bagian 3.7.1 terkait dengan rancangan
ahli bahwa kapabilitas organisasi sistem IS/IT TNI AL dalam mendukung
merupakan kemampuan organisasi penyelenggaraan SPLN, salah satu strategi
menggunakan sumber daya yang IS/IT yang akan disusun adalah
dimilikinya (Grant, 2010; Gerry Scholes, dan pembangunan sembilan kapabilitas IS/IT.
Whittington, 2008); bertitik tolak pada Pendekatan Wilcocks dan Fenny (2006;
sekumpulan keahlian berbasis sumber daya 1998) mengenai Sembilan kapabilitas inti
manusia (Willcocks dan Feeny, 2006), dan IS/IT akan dipergunakan sebagai landasan
ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi perumusan kapabilitas IS/IT TNI AL.
yang telah ditetapkan (Kangas, 1999; Dengan mempertimbangkan
Moingeon, et al.1998 sebagaimana dikutip kemampuan dan postur kekuatan organisasi
dalam Peppard dan Ward, 2004). TNI AL, SPLN, dan rancangan sistem IS/IT
Namun demikian, penggunaan TNI AL disusunlah rancangan sembilan
terminologi kompetensi di dalam berbagai kapabilitas inti IS/IT TNI AL. Lihat gambar
dokumen doktrin TNI AL-Eka Sasana Jaya, berikut.
SPLN maupun Paradigma Baru TNI AL
I-39
Gambar 3.11 Pembangungan Rancangan Sembilan Kapablitas Inti IS/IT TNI AL
(Sumber : hasil olah data penulis)
Gambar 3.12 Katalog Rancangan Kapabilitas Inti dan Kapabilitas utama pembetuk IS/IT TNI AL (Sumber :
hasil kajian penulis)
I-42
Sebagaimana telah di bahas pada Pertahanan Negara, UU No. 34 tahun 2004
bagian awal sub bab 3.7.2, pembangunan tentang TNI, Doktrin Pertahanan Negara RI,
kekuatan IS/IT TNI AL untuk mendukung Doktrin TNI Tridek, Doktrin Eka Sasana
SPLN meliputi sumber daya yang bersifat Jaya, dan SPLN. Keselarasan lima produk
nyata (tangible) yang dituangkan oleh strategis tersebut perlu dituntaskan
penulis dalam rancangan sistem IS/IT TNI sehingga strategi, taktik, maupun
AL pada pembangunan lima infrastruktur operasional bidang fungsional dalam
utama dalam menyokong rancangan organisasi, dalam kajian ini dapat
sasaran, strategi, arsitektur, dan aplikasi memberikan hasil yang signifikan dan
IS/IT TNI AL, yaitu berbagai peralatan mencapai sasaran yang telah ditentukan
komputasi (termasuk perangkat bergerak, organisasi, khususnya pada kajian ini
mobile divices), penyimpanan data (server adalah TNI AL. Pada akhirnya, pencapaian
and storage), perangkat lunak terpilih tujuan tertinggi dari keselarasan strategis itu
(selected softwares) untuk berbagai tujuan adalah tercapainya Tujuan Nasional dan
mulai dari keperluan adminstrasi yang Kepentingan Nasional NKRI.
sederhana sampai dengan pengambilan Selanjutnya, kelima produk strategis
keputusan yang kompleks baik yang tersebut perlu kiranya kembali diperbaharui
berkategori rutin maupun kondisi análisis lingkungan strategis yang
kritis/perang, berbagai peralatan berkenaan melingkupinya. Oleh karena, hasil análisis
dengan keperluan sensor dan receiver, dan lingkungan strategi akan menjadi dasar
sistem jaringan internal dan eksternal baik penting dalam pembentukan strategis.
yang berbasis analog maupun digital. Strategi Pertahanan Laut Nusantara
Sedangkan sumber daya tidak nyata sebagai output strategis dari organisasi TNI
(intangible) IS/IT TNI AL adalah kemampuan AL sangat perlu memperbaharui análisis
setiap entitas organisasi TNI lingkungan strategisnya. Dalam kajian ini
AL dalam menggunakan atau penulis menggunakan acuan análisis
memanfaatkan secara maksimal rancangan lingkungan strategis hasil dari kajian penulis
infrastruktur IS/IT TNI AL untuk mencapai sebelumnya : “Analisis Peluang dan
visi, misi, tujuan organisasi TNI AL dan Ancaman Keamanan Maritim Indonesia
sasaran SPLN. Sebagai Dampak Perkembangan
Sementara itu, pembangunan Lingkungan Strategis” (2016) ditambahkan
kemampuan IS/IT TNI AL dilakukan melalui dengan berbagai landasan teori mengenai
rancangan sembilan kapabilitas inti IS/IT keamanan maritim, bentuk peperangan di
TNI AL beserta delapan belas kapabilitas dekade terakhir, dan topik terkait IS/IT
utama pembentuk kapabilitas inti seperti strategis maupun tata kelola IT. Pada
yang telah dibahas sebelumnya dan kondisi itulah kajian pembangungan
tergambarkan dalam katalog kapabilitas inti kekuatan dan kemampuan IS/IT TNI AL
IS/IT TNI AL. dalam mendukung penyelenggaraan SPLN
disusun.
4. PENUTUP Untuk menciptakan keselarasan
Sebagai bentuk fungsional, IS/IT strategis maka SPLN akan dipandang
TNI AL dari suatu organisasi TNI AL, sebagai suatu sistem yang kemudian di
kemudian merupakan bagian dari organisasi dekomposisi ke dalam susunan –susunan
yang lebih besar, yaitu TNI maka pembentuknya. Berdasarkan hasil análisis
keselarasan antara strategi fungsional lingkungan strategis kemaritiman Indonesia,
dengan strategi organisasi merupakan análisis sistem SPLN, hasil análisis
sesuatu yang kritikal. Strategi Pertahanan kekuatan dan kelemahan fungsi IS/IT TNI
Laut Nusantara (SPLN) sebagai salah satu AL saat ini maka disusunlah rancangan
output dari organisasi TNI AL memerlukan pembangunan kekuatan dan kemampuan
keselarasan dengan berbagai strategi, IS/IT TNI AL dalam mendukung
taktik, maupun operasionalisasi setiap penyeleggaraan SPLN.
entitas fungsional organisasi. Hasil dari pertimbangan ketiga
Berdasarkan hasil analisis dan bentuk análisis diatas akan membentuk
pembahasan terlihat tantangan besar untuk rancangan IS/IT TNI AL yang terdiri dari
menciptakan keselarasan strategi sasaran, strategi, arsitektur, aplikasi sampai
pertahanan pada tingkat negara, NKRI dengan infrastruktur IS/IT yang juga
sampai kepada fungsional organisasi matra, dipengaruhi oleh perkembangan dan
dalam hal ini IS/IT TNI AL. Tampak adanya kecenderungan teknologi informasi-
celah kemungkinan ketidakselarasan antara komunikasi. Melalui rangkaian tahapan
kebijakan setingkat undang-undang analisis tersebut, keselarasan antara sistem
khususnya UU No. 3 tahun 2002 tentang SPLN dengan hasil rancangan IS/IT TNI AL
I-43
dapat terbentuk. Bersama dengan struktur Barney, Jay B. and Delwyn N. Clark. (2007).
kemampuan dan kekuatan organisasi TNI Resource-based theory: creating and
AL, sistem SPLN, dan rancangan sistem sustaining competitive advantage.
IS/IT disusunlah rancangan sembilan Oxford University Press. New York
kapabilitas inti dan kapabilitas utama
pembentuk IS/IT TNI AL. Saling Bermas-Atrigenio, Nancy. 2007.
keterpaduan rancangan sistem IS/IT, Goverments in Disaster Risk Reduction.
kapabilitas inti dan kapabilitas pembentuk Tropical Coasts vol 14, no.2 December
utama dari IS/IT TNI AL yang dihasilkan 2007
dalam dari kajian tulisan ini diharapkan
mampu membangun kekuatan dan
kemampuan IS/IT TNI AL dalam mendukung Bessire, Dominique., Celine Chateline., and
penyelenggaraan Strategi Pertahanan Laut Stephanie Onnee. 2003. What is ‘Good
Nusantara. Corporate Governance? (in Aras, Guler.
Kajian dalam tulisan ini perlu And David Crowther. 2010., A
dilanjutkan dan diperdalam lebih lanjut Handbook of Corporate Governance
dengan dukungan data yang lebih and Social Responsibility). Gower
komprehensif sehingga semakin Publishing. England
memberikan kontribusi dan usulan yang
efektif bagi pembangunan kekuatan dan Buzan, Barry. 2007. What is national
kemampuan IS/IT TNI AL dalam security in the age of globalisation?.
mendukung penyelenggaraan Strategi London School of Economics and
Pertahanan Laut Nusantara. Political Science. London
Forster, Robert. 2011. Trouble at Sea: Ikrar Nusa Bhakti. 2004. “Geopolitik,
Maritime Threats and Regional Security Lingkungan Strategis Asia Pasifik, dan
Integration in Southeast Asia Arah Kebijakan Pertahanan Indonesia di
Masa Mendatang”, dalam Sri Yanuarti
Grant, Robert M. 2010. Contemporary (ed.) Kaji Ulang Pertahanan Indonesia,
Strategy Analysis (7th edition). John (Jakarta: Pusat Penelitian Politik-LIPI
Wiley & Sons Ltd. Barcelona (P2P-LIPI)
Gonzales, Daniel., et al. 2005. Network- International Institure for Strategic Studies,
Centric Operations Case Study : The The. 2014. The Military Balance: The
Stryker Brigade Combat Team. RAND Annual Assessment of Global Military
Coorporatin. California Capabilities and Defence Economics.
London
Hanggaraeni, Dewi. 2010. Pengelolaan
Risiko Usaha. Lembaga Penerbit Innovation Value Institute. 2012. IT
Fakultas Ekonomi UI. Jakarta Organizational Performance
Improvement for Business Value:
Helfat, Constance E., et.al. 2007. Dynamic Introducing the IT Capability Maturity
Capabilities : Understanding Strategic Framework (IT-CMF). Innovation Value
Change in Organization. Blackwell Institute.Maynootht
Publishing. Oxford
ISACA. 2009.
Henderson John, Venkatraman N. 1990. The Risk IT
Strategic Alignment: A model for Framework.
organizational transformation via ISACA. Illinois.
Information Technology. Center for
Information Systems Research, MIT. ISACA. 2013. Cobit 5 for Risk. ISACA.
Massachusetts Illinois
Jones, Gareth R., and Charles W. L. Hill. Mauna, Boer, 2005. Hukum Internasional,
2010. Theory of Strategic Management : Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam
with cases (9th edition). Cengage Era Dinamika Global, Bandung: PT
Learning. Boston Alumni.
Kaen, Fred R. 2003. A Blueprint for Mahnken, Thomas G., and Joseph A.
Corporate Governance: Strategy, Maiolo. 2008. Strategic Studies: A
Accountability, and the Preservation of Reader. Routledge. New York
Shareholder Value. AMACOM. New
York Mahan, Alfred Thayer. 1911. Naval
Strategy: Compared and Contrasted
Kirchberger, Sarah. 2015. Assessing with The Principles and Practice of
China’s Naval Power: Technological Military Operations on Land. The
Innovation, Economic Constraints, and University Press. Cambridge.
Strategic Implications. Springer. Berlin
MarkPlus Insight. 2014. Consumer Survey
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Update : Youth, Women, Netizen In
Negara dan Reformasi Birokrasi. 2014. Indonesia 2014. Jakarta
Kelembagaan dalam Kerangka
Kelautan/Kemaritiman. Jakarta Marsetio, Boer, 2014. Manajemen Strategis
Negara Maritim dalam Persepektif
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun. 2012. Ekonomi dan Pertahanan. Wisuda ke
Menerawang Indonesia Pada XXVI Program Pasca Sarjana STIMA
Dasawarsa Ketiga Abad 21. Alvabet. IMMI di TMII. Jakarta.
Jakarta
McKeen, James D. 2008. IT Strategy in
Kusumaatmadja, Mochtar, 1978. Hukum Action. Pearson Prentice Hall. New
Laut Internasional, Bandung: Binacipta. Jersey
Lai, Hongyi. 2009. Asian Energy Security Molander, Roger C., Andrew S Riddile, and
The Maritime Dimension. Palgrave- Peter A. Wilson. 1996. Strategic
MacMillan. Information Warfare: A new face of war.
RAND Corporation. California
Lai, David. 2013. Asia-Pacific : A Strategic
Assesment. U.S Aarmy War College National Intelligence Council (NIC). 2012.
Press. Carlisle Barracks Global Trends 2030: Alternative Worlds.
Laudon, Kenneth C. and Jane P. Laudon. Octavian, Amarulla. 2012. Militer dan
2014. Management Information Globalisasi : Studi sosiologi Militer
Systems: Managing the Digital Firm Dalam Konteks Globalisasi dan
(13th edition). Pearson Education Kontribusinya Bagi Transformasi TNI.
Limited. Essex Universitas Indonesia Press. Jakara
Lind, William S. et al. 1989. The Changing OECD. 2004. OECD Principles of Corporate
Face of War: Into the Fourth Governance. OECD Publications
Generation. Marine Corps Gazzete, Service. France
73(10):22-26
Ohmae, Kenichi. 2005. The Next Global
Liss, Caroline. 2007. The Privatisation of Stage : Tantangan dan Peluang di
Maritime Security-Maritime Security in Dunia yang Tidak Mengenal Batas
Southeast Asia: Between a rock and a Wilayah. Indeks. Jakarta
hard place? Murdoch University.
Pandoyo, S Toto. 1985. Wawasan
Mahmahit, Desi Albert. 2015. Tata Kelola Nusantara dan Implementasinya Dalam
Keamanan Laut Indonesia dalam UUD 1945 Serta Pembangunan
Mendukung Program Pengembangan Nasional. PT. Bina Aksara. Jakarta
Poros Maritim Dunia (Perteuan Forum
Peppard, Joe., and John Ward. 2004.
I-46
Beyond strategic information system: Teece, D.J. 2007. Dynamic Capabilities and
towards am IS Capability. Journal of Strategic Management. Oxford
Strategic Information System, University Press. Oxford
13(2004):167-194
Teo, Yun Yun. (2007). Target Malacca
Pintaric, Neven, and Tomislav Bronzin. Straits: Maritime Terrorism in Southeast
2013. IT Capability Review. Central Asia. Studies in Conflict & Terrorism
European Conference on Information
and Intelligent Systems, The National Computing Centre. 2005. IT
(September):104-110 Governance: Developing a Successful
Governance Strategy. The National
Prabowo, J.S. 2009. Pokok-pokok Computing Centre. Oxford
Pemikiran tentang Perang Semesta.
Pusat Pengkajian Strategi Nasional. The INTOSAI Working Group on IT Audit
Jakarta (WGITA). (year not available). What is
IT Governance? And why it is important
Putra, I Nengah. 2016. Analisis Peluang dan for the IS audiot. WGITA. Canada
Ancaman Keamanan Maritim Indonesia
Sebagai Dampak Perkembangan Tian, Jun. et al. 2009. From IT Deployment
Lingkungan Strategis. Universitas capabilities to competitive advantage:
Brawijaya. Malang An exploratory study in China.
Information System Front, (12):239-255
QinetiQ, Lloyd’s Register Group Limited,
University of Strathclyde. 2013. Global Till, George. 2004. SeaPower: A Guide for
Marine Trends 2030. London-Glasgow- Twenty-First Century. Frank Cass
Hampshire Publishers. London
RAND. 2002. A Conceptual Framework for Treves, Tullio, 1958. 1958 Geneva
Network Centric Warfare. Workshop on Conventions on the Law of the Sea.
Network Centric Warfare and Network [online]. dalam:
Enable Capabilities, December 17-19, http://legal.un.org/avl/ha/gclos/gclos.htm
2002. OFT and ASD (C31) l
Smith, Christopher. 2010. Network Centric U.S Navy and Marine Corps. 2010. Naval
Warfare, Command, and the Nature of Operations Concept 2010: Impementing
War. Land Warfare Studies Centre. The Maritime Strategy. US Naval
Canberrra Service. Washington
I-47
Ward, John. and Path Griffiths. 1996. Markas Besar TNI AL. 2014. Paradigma
Strategic Planning for Information Baru TNI Angkatan Laut Kelas Dunia.
Systems (2nd edition).John Wiley & Cilangkap
Sons Ltd. Sussex
Markas Besar TNI AL. 2007. Hasil Laporan
Waterman, R.H., Peters, T.J. and Phillips, Survey Kondisi TIK TNI AL. Cilangkap
J.R. 1980. Structure is not organization.
McKinsey Quarterly, in-house journal. Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tentang
McKinsey & Co., New York. Pertahanan Negara
Widen, J.J. 2012. Theorist of Maritime Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang
Strategy: Sir Julian Corbett and his Tentara Nasional Indonesia
Contribution to Military and Naval
Thought. Ashgate Publishing Ltd. Sumber Internet :
Vermont
Mahan, Alfred Thayer. 1890. The Influence
Wingarta, Putu Sastra. 2015. of Sea Power Upon History 1660-1783.
Pengembangan Ketahanan Nasional Edisi online:
berbasis Kebhinekaan (Pendekatan https://archive.org/details/influenceseap
Kewaspadaan Nasional). Bakohumas ow05mahagoog. Diakes pada 20 Juni
Lemhanas RI. Jakarta 2016.
Yarger, Harry. R. 2006. Strategic Theory for Williams, David J. 2010. Future of War.
The 21st Century : The Little Book on http://www.autumnrain2110.comdiakses
Big Strategy. Strategic Studies Institute. diakses pada tgl 3 Juni 2016
Carlisle
http://www.tnial.mil.id/Aboutus/VisiMisi.aspx
Zielinsku, Mariusz. 2009. The Substance of diakses pada tanggal 15 Juni 2016
The Naval Operational Art. Zeszyty
Naukowe Akademii Marynarki Wojennej http://beritatrans.com/2014/09/03/indonesia-
Rok, XLX NR 4(179):75-90 singapura-sepakati-batas-laut/ diakses
pada tanggal 1 April 2016
Dokumen Negara, TNI, TNI AL, dan
Undang-Undang: http://www.mirajnews.com/id/masyarakat-
ekonomi-asean-misi-perdamaian/74621
Departemen Pertahanan Republik diakses pada tanggal 1 April 2016
Indonesia. 2007. Doktrin Pertahanan
Negara. http://strahan.kemhan.go.id/web/jdih/myuplo
ad/penegakan_hukum_di_laut.pdf
Departemen Pertahanan Republik diakses pada tanggal 3 April 2016
Indonesia. 2015. Buku Putih
Pertahanan Indonesia. Jakarta http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-
bencana/potensi-ancaman-bencana
Departemen Pertahanan Republik diakses pada tanggal 2 April 2016
Indonesia. 2008. Buku Putih
Pertahanan Indonesia. Jakarta http://www.monitorday.com/detail/4995/mas
yarakat-ekonomi-asean-dan-misi-
Markas Besar TNI. 2007. Doktrin Tri perdamaian/3 diakses pada tgl 5 April
Dharma Eka Karma (TRIDEK). Cilangkap 2016
I-48