Anda di halaman 1dari 11

Konsepsi Pembinaan Logistik TNI AL Guna Mewujudkan

TNI AL Yang Besar, Kuat Dan Profesional

Oleh : Abdi Martha Sanjaya

Mayor Laut (T) NRP 14957/P

(Pasis Dikreg Seskoal Angkatan 57)

Abstrak

Tulisan ini adalah sebuah kajian tentang pentingnya pembinaan logistik TNI AL
guna mewujudkan TNI AL yang Besar Kuat dan Profesional, dimana pembinaan logistik
yang sesuai kebutuhan dan tepat mutu, guna dan jumlah merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh TNI AL untuk mendukung kesiapan unsur KRI dalam melaksanakan
operasi agar operasi dapat berhasil dengan optimal. Dalam skala besar apabila kesiapan
unsur KRI terpenuhi akan berdampak pada kekuatan TNI AL. Pemenuhan kebutuhan
logistik dyang ideal dipengaruhi banyak faktor baik dari internal maupun eksternal, namun
kendala tersebut harus disiasati dengan mempersiapkan semaksimal mungkin dengan
dukungan anggaran yang terbatas agar pemenuhan pembinaan logistik untuk unsur KRI
tercapai. Hal ini harus disikapi oleh segenap komunitas logistik baik dari tingkat pusat
sampai tingkat pengguna (KRI).

Kata Kunci : Manajemen Strategik, Pembinaan Logistik TNI AL


1. Pendahuluan

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan bagian dari
organisasi TNI, yang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI)
nomor 34 tahun 2004 pasal 9, salah satu tugasnya adalah melaksanakan tugas
TNI matra laut di bidang pertahanan dan menegakkan hukum dan menjaga
keamanan di wilayah yuridiksi nasional. Untuk bisa melaksanakan tugas tersebut,
dibutuhkan kekuatan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang handal.
Terkait dengan hal tersebut, TNI AL telah mengembangkan Kebijakan Strategis
Kasal dalam Mewujudkan Postur TNI AL sampai dengan tahun 2024, yang
menjadi pedoman dalam menyiapkan postur TNI AL pada tataran Green Water
Navy untuk mewujudkan TNI AL yang Besar, Kuat dan Profesional (BKP), serta
disegani di kawasan Asia .

Pembangunan kekuatan TNI AL memerlukan dukungan logistik melalui


suatu sistem Pembinaan Logistik (Binlog) yang baik, agar kemampuan TNI AL
yang ingin dicapai dapat terwujud. Namun demikian, kondisi Binlog TNI AL saat
ini masih sangat memprihatinkan, yang tercermin dari kondisi Material Alat Utama,
Fasilitas Pangkalan (Faslan), dan dukungan material bekal. Material Alat Utama
yang ada saat ini tidak terstandarisasi, tingkat kesiapannya dan tingkat
kemutakhiran rendah, serta daya tahan operasinya menurun. Faslan
kemampuannya masih sangat kurang, demikian juga dengan dukungan material
bekal.

Kondisi Binlog dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal


maupun internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi Binlog antara lain
kebijakan pemerintah, anggaran, Industri Strategi Nasional (Instranas) dan
teknologi. Sedangkan faktor internal meliputi antara lain kondisi Alutsista,
kebijakan pemimpin TNI AL, sumber daya manusia, dan sistem pemeliharaan.
Pengaruh dari faktor-faktor tersebut di satu sisi memberikan peluang, namun di
sisi lain menghasilkan kendala dalam Binlog.

Dalam rangka mendukung rencana pembangunan kekuatan TNI AL sampai


dengan tahun 2024, Binlog perlu dipersiapkan secara cermat dan matang.

2
Bagaimana konsepsi Binlog TNI AL ke depan agar mampu mencapai postur TNI
AL sampai dengan tahun 2024 ?. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjawab
pertanyaan tersebut, antara lain melalui peningkatan fungsi pokok pembinaan
material Alut dan fungsi dukungan logistik dengan asumsi tidak ada perubahan
organisai di TNI AL.

2. Pembahasan
a. Konsep Manajemen Strategik
Manajemen strategik dewasa ini banyak digunakan dan berkembang di
masyarakat umum, walaupun istilah strategik awalnya berkembang di kalangan militer.
Sondang mendefinisikan manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Berikut beberapa pendapat tentang manajemen strategik :
1) Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoslisson dalam Rachmat
(2013:15) menyebutkan bahwa manajemen strategik adalah proses untuk
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dan
cara hasil yang bernilai.
2) Holt (dalam Winardi, 2000 ; 25) “Management is the process of Planning,
Organizing, Leading, and controlling that encommpasses human, material,
financial, and informations resourcess is an organizational enviroument”.
3) Wahyudi (1996:15) “Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu dari
pembuatan (formulating), Penerapan (Implementing), dan Evaluasi
(Evaluating) tentang keputusan keputusan strategis antar fungsi fungsi yang
memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan masa mendatang”.
4) Hill & Jones (1999;5) “Strategic Managers are Individuals who bear
responsibelity for the over all performance of the organizations nor for one of it
major itself contained divisions”. “Manajemen Strategik adalah Individu individu
yang bertanggungjawab secara keseluruhandaripada oragnisasi atau
bertanggungjawab merumuskan satu tugas utama dari divisi divisi”.

3
Dari beberapa pengertian tentang manajemen strategik diatas maka dapat diambil
beberapa intisari dari manajemen strategik sebagai berikut :

1) Manajemen strategik mengandung unsur manusia atau individu, organisasi,


material, financial dan informasi.
2) Manajemen strategi merupakan proses yang diawali perencanaan, penerapan
dan evaluasi yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran untuk membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal
yang menjadi tujuan organisasi.

b. Pola Pembinaan Logistik TNI AL

Pembinaan bidang logistik TNI AL merupakan salah satu bagian dari pembinaan
TNI AL yang mempunyai kedudukan sama yang saling berinteraksi, mendukung dan
tergantung dengan bagian pembinaan TNI AL yang lain sehingga tercipta adanya sinergi
dalam mewujudkan kemampuan dan kekuatan TNI AL .

Pembinaan bidang logistik terdiri dari Pembinaan Material TNI AL dan Dukungan
Logistik TNI AL. Dalam hal ini, akan dibahas Material alat utama dalam fungsi Binmat,
dukungan pembekalan dan fasilitas pangkalan. Material Alut terdiri dari Kapal, Pesud
dan Material tempur Marinir meliputi material Platform, Senjata, Peralatan Elektronika
Senjata dan peralatan Komunikasi. Dukungan logistik dititik-beratkan kepada Dukungan
Pembekalan dan Dukungan Fasilitas Pangkalan.

1) Menurunnya Fungsi Pokok Pembinaan Material Alut.

Penentuan kebutuhan dalam bidang peralatan sangat dipengaruhi oleh


ketersediaan anggaran yang dimiliki TNI AL, sehingga hal ini sering menjadi salah
satu faktor mengapa dalam penentuan kebutuhan peralatan lebih dominan kepada
ketersediaan alat (jumlah) tapi kurang memperhatikan, jenis, kualitas dan
kemampuan dari peralatan tersebut (jenis dan persyaratan operasional). Masih
banyak terdapat pengadaan peralatan yang bukan merupakan military
spesification (spesifikasi militer). Sebagai contoh penentuan pembelian peralatan
Radar untuk kapal-kapal striking force dan patrolling force, yang mana masih
terdapat pengadaan Radar navigasi bukan military spesification (spesifikasi

4
militer) tapi hanya berupa peralatan Radar navigasi untuk kapal-kapal niaga atau
bahkan kapal ikan kecil, seperti Radar JRC, buatan Jepang. Demikian pula untuk
peralatan yang lain.

2) Kurangnya Fungsi Dukungan Logistik.


a) Kurang Memadainya Dukungan Pembekalan.
Material Bekal Pemeliharaan.
Penentuan kebutuhan dalam pembinaan material yang
diharapkan adalah yang sesuai dengan jenis, jumlah dan
persyaratan operasional (operational requirement) dalam memenuhi
kebutuhan TNI AL untuk melaksanakan tugasnya. Sesuai jenis
dimaksudkan adalah peralatan tersebut merupakan peralatan yang
memenuhi spesifikasi militer (military specification) seperti: bekerja
pada frekuensi tertentu, memiliki daya tahan pada temperatur
tertentu, memperhatikan faktor kerahasiaan data dan informasi,
kemampuan anti jamming (penyadapan dan gangguan oleh lawan)
dan lain sebagainya.
Dari segi jumlah, maka sudad mampu untuk dimiliki oleh setiap unsur
dan mampu untuk mencover seluruh wilayah NKRI, sebagai contoh:
peralatan Radar pengamatan (surveillance) dan pengintaian
(reconnaissance). Serta yang tidak kalah pentingnya dalam
penentuan kebutuhan peralatan sewaco adalah: peralatan yang di
hendak diadakan adalah sesuai dengan persyaratan operasional
(operational requirement) dimana peralatan tersebut akan dipasang
atau digunakan.Material bekal yang dipergunakan untuk mendukung
kegiatan pemeliharaan masih belum memadai. Hal tersebut
dikarenakan sangat minimnya ketersediaan suku cadang yang
seharusnya terdapat di kapal, pesud maupun matpur (On Board
Spare), yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kesiapan alut.
Minimnya suku cadang kritis (Fast Moving Item) yang sangat
dibutuhkan Alut pada saat melaksanakan operasi, untuk

5
pemeliharaan tingkat darurat di luar pangkalan, sehingga
pencegahan kerusakan sedini mungkin sulit untuk dihindari.
Terdapat 3 (tiga) macam tingkatan material, yaitu Material tingkat
Organik, Material tingkat Menengah dan Material tingkat Depo.
b) Kurangnya Kemampuan Dukungan Fasilitas Pangkalan.
Fasilitas pangkalan TNI AL merupakan bagian dari SSAT yang
bertugas mendukung satuan operasi dalam melaksanakan kegiatannya
untuk mengantisipasi prediksi ancaman yang mungkin akan muncul
menjadi ancaman faktual maupun potensial. Berdasarkan hal tersebut ada
dua Hot Area yang di perhatikan yaitu Hot Area 1 untuk mengantisipasi
ancaman dari arah utara (Malaysia) di perairan laut Sulawesi dan Selat
Makasar, serta Hot Area 2 untuk mengantisipasi ancaman dari arah selatan
(Australia) yaitu perairan laut Timor, Laut Aru, Selat Ombai dan selat
Wetar1, Disamping dua Hot Area tersebut pengembangan fasilitas
pangkalan juga diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan yang
terjadi di perairan laut Natuna guna menghadapi adanya konflik sengketa
Laut Cina Selatan.

c. Manajemen Strategik Pada Pola Pembinaan Logistik TNI AL


Konstelasi geografi Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di posisi
silang dunia yaitu dua benua dan dua samudera dengan jumlah pulau 17.499. Kondisi
tersebut merupakan suatu alasan yang wajar untuk membangun kekuatan Angkatan Laut
yang cukup besar. Dari kenyataan tersebut dan mempertimbangkan perkembangan
kekuatan Angkatan Laut negara-negara sekawasan Asia Pasifik, TNI Angkatan Laut yang
kuat dan modern adalah merupakan kebutuhan guna mewujudkan Postur TNI AL yang
Besar, Kuat dan Profesional sampai dengan tahun 2024. Dalam mendukung postur TNI
AL tersebut, diharapkan adanya suatu pembinaan Logistik sesuai dengan fungsi binmat
dan duklog untuk menciptakan kesiapan material TNI AL agar material tersebut selalu
siap sewaktu-waktu digunakan.

1Mabesal, Rancangan Postur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut tahun 2005 s.d. 2024, Jakarta
2005

6
1) Meningkatkan Fungsi Pokok Pembinaan Material Alut.

Salah satu prinsip dalam dalam pembinaan logistik TNI AL adalah


Prinsip Standarisasi. Penentuan kebutuhan dalam pembinaan material
yang diharapkan adalah yang sesuai dengan jenis, jumlah dan persyaratan
operasional (operational requirement) dalam memenuhi kebutuhan TNI AL
untuk melaksanakan tugasnya. Sesuai jenis dimaksudkan adalah peralatan
tersebut merupakan peralatan yang memenuhi spesifikasi militer (military
specification), memiliki daya tahan pada temperatur tertentu,
memperhatikan faktor kerahasiaan data dan informasi, kemampuan anti
jamming (penyadapan dan gangguan oleh lawan) dan lain sebagainya.
Dari segi jumlah, maka sucad mampu untuk dimiliki oleh setiap unsur
dan mampu untuk mencover seluruh wilayah NKRI.

2) Terpenuhinya Fungsi Dukungan Logistik.


a) Terpenuhinya Dukungan Pembekalan.
Tepatnya Pengadaan. Pengadaan material yang tepat jenis,
jumlah, mutu, waktu dan tempat selalu menjadi harapan yang diinginkan
untuk terwujud, terutama dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan dan
perbaikan. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sangat tergantung dari
ketersediaan suku cadang agar kegiatan harkan dapat berjalan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Pengadaan peralatan/material yang
tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang dipersyarakatkan secara
operasional akan membuat memaksimalkan fungsi dan tugas dari KRI
tersebut.
b) Terpenuhinya Kemampuan Dukungan Fasilitas Pangkalan.
Kondisi Fasilitas pangkalan TNI AL yang diharapkan pada tahun
2024 adalah mampu mendukung satuan operasi dalam mengantisipasi
prediksi ancaman yang mungkin akan muncul menjadi ancaman faktual
maupun potensial pada dua Hot Area yang perlu diperhatikan yaitu Hot
Area 1 untuk menghadapi ancaman dari arah utara (Malaysia) di perairan
laut Sulawesi dan selat makasar, serta Hot Area 2 untuk mengantisipasi
ancaman dari arah selatan (Australia) yaitu perairan laut Timor, Laut Aru,
7
Selat Ombai dan selat Wetar. Termasuk perairan laut Natuna untuk
menghadapi adanya konflik bersenjata akibat sengketa Laut Cina Selatan.

d. TNI AL yang besar, kuat dan profesional

1) Pembangunan kekuatan TNI AL dipengaruhi oleh perkembangan


Iingkungan strategis baik Global, Regional, maupun Nasional. Kondisi ini
akan mempengaruhi jalannya pembangunan nasional yang sedang
dilaksanakan di Indonesia, termasuk pembangunan di bidang pertahanan,
sebagai upaya Pembinaan Logistik TNI AL dalam rangka mewujudkan
kemandirian dan mengurangi ketergantungan dari luar negeri. Untuk itu,
perlu dicermati segala peluang yang ada untuk dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan kendala yang ada harus diminimalkan, karena akan
mempengaruhi upaya pembinaan material Alut TNI AL guna
pengembangan kekuatan Alutsista dalam rangka mewujudkan TNI AL yang
besar, kuat dan profesional.

e. Konektivitas Pola Pembinaan Logistik TNI AL guna mewujudkan TNI AL


yang besar, kuat dan profesional
Apabila pembinaan logistik TNI AL laut yang berupa pembinaan Material
maupun pembinaan dukungan logistik dapat terlaksana dengan baik, maka
indikator keberhasilan yang dapat dilihat dari kondisi tersebut adalah :
a. Jumlah Material alat utama yang siap operasi dan siap tempur telah
sesuai dengan Employment Cycle yang telah ditetapkan, dengan kondisi
teknis minimal 80% siap, baik dari segi Platform, permesinan, peralatan
senjata, komunikasi dan elektronikanya.
b. Fungsi pembinaan Material telah memadai dan dapat terlaksana
dengan optimal.
1) Kebutuhan Material yang direncanakan dapat terdukung
sesuai dengan jenis, jumlah dan persyaratan yang telah ditetapkan
untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam rangka melaksanakan

8
tugasnya selama kurun waktu tertentu. Penentuan kebutuhan
berdasarkan pertimbangan prioritas dengan persyaratan
sebenarnya dan sudah tidak adanya intervensi dari pimpinan,
sehingga akan mendapatkan Material sesuai dengan yang
diharapkan.
2) Kemampuan pelaksanaan penelitian dan pengembangan
(litbang) akan menimbulkan inovasi dan kreasi agar dapat
meningkatkan kemampuan operasional dari suatu Material yang
melebihi usia pakai Material (life time), sehingga akan tercapai
kemandirian dalam dukungan logistik.
3) Pengadaan Material yang dilaksanakan dapat tepat jenis,
waktu, jumlah, mutu dan tepat sasaran sesuai dengan berpedoman
pada Keppres tahun 2016.
4) Pendistribusian Material Utama dan Pendukung yang tepat
waktu, jumlah dan sasaran, ke kotama-kotama sampai ke unsur-
unsur pengguna. Depo logistik, Pangkalan TNI AL dan Logistic
Mobile telah berjalan sesuai fungsinya.
5) Terintegrasinya (On Line) antara Depo logistik pusat dengan
Depo logistik pangkalan secara efisien, sehingga setiap informasi
tentang jenis suku cadang dan Material dari semua alat utama dapat
diakses dengan cepat dan mudah.
6) Terbentuknya organisasi pemeliharaan Material mandiri dan
profesional yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan Alutsista
TNI AL untuk mendukung operasi.
7) Terlaksananya Dispose secara konsisten dan konsekuen
sesuai dengan Rancangan Postur TNI AL.

c. Memiliki kemampuan dukungan logistik untuk melaksanakan semua


jenis pemeliharaan baik pemeliharaan tingkat Organik, tingkat Menengah,
tingkat Depo, MLM (Mid Life of Mordenization), PUP (Perpanjangan Usia
Pakai) / Repowering, Retrofit. Semua bekal kelas I sampai dengan kelas X

9
mampu didukung dalam setiap operasi yang dilaksanakan, sesuai dengan
ketentuan yang ada.
d. Unsur-unsur mampu untuk melaksanakan dukungan bekal awal
maupun bekal ulang di setiap pangkalan TNI AL untuk semua jenis bekal
kelas I sampai bekal kelas X. tempur terbatas.

3. Kesimpulan

a. Bahwa pembinaan logistik TNI AL yang meliputi fungsi pembinaan material


dan dukungan logistik adalah hal yang sangat penting dalam tercapinya TNI AL
sampai dengan 2024 serta visi TNI AL yang Besar, Kuat dan Professional dalam
tataran Green Water Navy.

b. Bahwa pembinaan material alut dan dukungan logistik yang optimal akan
dapat mampu melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan,
penghapusan, pengadaam serta pendistribuisian dengan baik pula.

c. Bahwa untuk mencapai postur TNI AL 2024 diperlukan peningkatan fungsi


pokok material Alut dan peningkatan fungsi dukungan logistik guna mewujudkan
Blue Print Logistik TNI AL.

d. Bahwa dalam mencapai postur TNI AL sampai dengan 2024 dilakukan


dengan upaya-upaya yaitu pentahapan pembangunan kekuatan secara bertahap
dimulai dari tahun 2010 s/d 2014 adalah tahap I, tahun 2015 s/d 2020 adalah tahap
II dan tahun 2021 s/d 2024 adalah tahap ke III, dimana di tiap-tiap tahunnya
dilaksanakan kegiatan pembinaan material alut dan dukungan logistik dalam
mendukung tercapainya postur TNI AL 2024.

10
Daftar Pustaka
Sondang,2008 “Manajemen Stratejik” , Jakarta, PT Bumi Aksara

Rachmat,2013 “Manajemen Strategik”, Bandung, Pustaka Setia

Iwan,2006, “Manajemen Strategi” Bandung, Yrama Widya

PUM-7.01.002 Bujuknis Standarisasi Kelaikan Material Alutsista di Lingkungan


TNI AL

Pum-7.01.004 bujuknis penilaian kelaikan materiil KRI

11

Anda mungkin juga menyukai