Abstrak
Tulisan ini adalah sebuah kajian tentang pentingnya pembinaan logistik TNI AL
guna mewujudkan TNI AL yang Besar Kuat dan Profesional, dimana pembinaan logistik
yang sesuai kebutuhan dan tepat mutu, guna dan jumlah merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh TNI AL untuk mendukung kesiapan unsur KRI dalam melaksanakan
operasi agar operasi dapat berhasil dengan optimal. Dalam skala besar apabila kesiapan
unsur KRI terpenuhi akan berdampak pada kekuatan TNI AL. Pemenuhan kebutuhan
logistik dyang ideal dipengaruhi banyak faktor baik dari internal maupun eksternal, namun
kendala tersebut harus disiasati dengan mempersiapkan semaksimal mungkin dengan
dukungan anggaran yang terbatas agar pemenuhan pembinaan logistik untuk unsur KRI
tercapai. Hal ini harus disikapi oleh segenap komunitas logistik baik dari tingkat pusat
sampai tingkat pengguna (KRI).
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan bagian dari
organisasi TNI, yang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI)
nomor 34 tahun 2004 pasal 9, salah satu tugasnya adalah melaksanakan tugas
TNI matra laut di bidang pertahanan dan menegakkan hukum dan menjaga
keamanan di wilayah yuridiksi nasional. Untuk bisa melaksanakan tugas tersebut,
dibutuhkan kekuatan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang handal.
Terkait dengan hal tersebut, TNI AL telah mengembangkan Kebijakan Strategis
Kasal dalam Mewujudkan Postur TNI AL sampai dengan tahun 2024, yang
menjadi pedoman dalam menyiapkan postur TNI AL pada tataran Green Water
Navy untuk mewujudkan TNI AL yang Besar, Kuat dan Profesional (BKP), serta
disegani di kawasan Asia .
2
Bagaimana konsepsi Binlog TNI AL ke depan agar mampu mencapai postur TNI
AL sampai dengan tahun 2024 ?. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjawab
pertanyaan tersebut, antara lain melalui peningkatan fungsi pokok pembinaan
material Alut dan fungsi dukungan logistik dengan asumsi tidak ada perubahan
organisai di TNI AL.
2. Pembahasan
a. Konsep Manajemen Strategik
Manajemen strategik dewasa ini banyak digunakan dan berkembang di
masyarakat umum, walaupun istilah strategik awalnya berkembang di kalangan militer.
Sondang mendefinisikan manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Berikut beberapa pendapat tentang manajemen strategik :
1) Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoslisson dalam Rachmat
(2013:15) menyebutkan bahwa manajemen strategik adalah proses untuk
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dan
cara hasil yang bernilai.
2) Holt (dalam Winardi, 2000 ; 25) “Management is the process of Planning,
Organizing, Leading, and controlling that encommpasses human, material,
financial, and informations resourcess is an organizational enviroument”.
3) Wahyudi (1996:15) “Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu dari
pembuatan (formulating), Penerapan (Implementing), dan Evaluasi
(Evaluating) tentang keputusan keputusan strategis antar fungsi fungsi yang
memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan masa mendatang”.
4) Hill & Jones (1999;5) “Strategic Managers are Individuals who bear
responsibelity for the over all performance of the organizations nor for one of it
major itself contained divisions”. “Manajemen Strategik adalah Individu individu
yang bertanggungjawab secara keseluruhandaripada oragnisasi atau
bertanggungjawab merumuskan satu tugas utama dari divisi divisi”.
3
Dari beberapa pengertian tentang manajemen strategik diatas maka dapat diambil
beberapa intisari dari manajemen strategik sebagai berikut :
Pembinaan bidang logistik TNI AL merupakan salah satu bagian dari pembinaan
TNI AL yang mempunyai kedudukan sama yang saling berinteraksi, mendukung dan
tergantung dengan bagian pembinaan TNI AL yang lain sehingga tercipta adanya sinergi
dalam mewujudkan kemampuan dan kekuatan TNI AL .
Pembinaan bidang logistik terdiri dari Pembinaan Material TNI AL dan Dukungan
Logistik TNI AL. Dalam hal ini, akan dibahas Material alat utama dalam fungsi Binmat,
dukungan pembekalan dan fasilitas pangkalan. Material Alut terdiri dari Kapal, Pesud
dan Material tempur Marinir meliputi material Platform, Senjata, Peralatan Elektronika
Senjata dan peralatan Komunikasi. Dukungan logistik dititik-beratkan kepada Dukungan
Pembekalan dan Dukungan Fasilitas Pangkalan.
4
militer) tapi hanya berupa peralatan Radar navigasi untuk kapal-kapal niaga atau
bahkan kapal ikan kecil, seperti Radar JRC, buatan Jepang. Demikian pula untuk
peralatan yang lain.
5
pemeliharaan tingkat darurat di luar pangkalan, sehingga
pencegahan kerusakan sedini mungkin sulit untuk dihindari.
Terdapat 3 (tiga) macam tingkatan material, yaitu Material tingkat
Organik, Material tingkat Menengah dan Material tingkat Depo.
b) Kurangnya Kemampuan Dukungan Fasilitas Pangkalan.
Fasilitas pangkalan TNI AL merupakan bagian dari SSAT yang
bertugas mendukung satuan operasi dalam melaksanakan kegiatannya
untuk mengantisipasi prediksi ancaman yang mungkin akan muncul
menjadi ancaman faktual maupun potensial. Berdasarkan hal tersebut ada
dua Hot Area yang di perhatikan yaitu Hot Area 1 untuk mengantisipasi
ancaman dari arah utara (Malaysia) di perairan laut Sulawesi dan Selat
Makasar, serta Hot Area 2 untuk mengantisipasi ancaman dari arah selatan
(Australia) yaitu perairan laut Timor, Laut Aru, Selat Ombai dan selat
Wetar1, Disamping dua Hot Area tersebut pengembangan fasilitas
pangkalan juga diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan yang
terjadi di perairan laut Natuna guna menghadapi adanya konflik sengketa
Laut Cina Selatan.
1Mabesal, Rancangan Postur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut tahun 2005 s.d. 2024, Jakarta
2005
6
1) Meningkatkan Fungsi Pokok Pembinaan Material Alut.
8
tugasnya selama kurun waktu tertentu. Penentuan kebutuhan
berdasarkan pertimbangan prioritas dengan persyaratan
sebenarnya dan sudah tidak adanya intervensi dari pimpinan,
sehingga akan mendapatkan Material sesuai dengan yang
diharapkan.
2) Kemampuan pelaksanaan penelitian dan pengembangan
(litbang) akan menimbulkan inovasi dan kreasi agar dapat
meningkatkan kemampuan operasional dari suatu Material yang
melebihi usia pakai Material (life time), sehingga akan tercapai
kemandirian dalam dukungan logistik.
3) Pengadaan Material yang dilaksanakan dapat tepat jenis,
waktu, jumlah, mutu dan tepat sasaran sesuai dengan berpedoman
pada Keppres tahun 2016.
4) Pendistribusian Material Utama dan Pendukung yang tepat
waktu, jumlah dan sasaran, ke kotama-kotama sampai ke unsur-
unsur pengguna. Depo logistik, Pangkalan TNI AL dan Logistic
Mobile telah berjalan sesuai fungsinya.
5) Terintegrasinya (On Line) antara Depo logistik pusat dengan
Depo logistik pangkalan secara efisien, sehingga setiap informasi
tentang jenis suku cadang dan Material dari semua alat utama dapat
diakses dengan cepat dan mudah.
6) Terbentuknya organisasi pemeliharaan Material mandiri dan
profesional yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan Alutsista
TNI AL untuk mendukung operasi.
7) Terlaksananya Dispose secara konsisten dan konsekuen
sesuai dengan Rancangan Postur TNI AL.
9
mampu didukung dalam setiap operasi yang dilaksanakan, sesuai dengan
ketentuan yang ada.
d. Unsur-unsur mampu untuk melaksanakan dukungan bekal awal
maupun bekal ulang di setiap pangkalan TNI AL untuk semua jenis bekal
kelas I sampai bekal kelas X. tempur terbatas.
3. Kesimpulan
b. Bahwa pembinaan material alut dan dukungan logistik yang optimal akan
dapat mampu melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan,
penghapusan, pengadaam serta pendistribuisian dengan baik pula.
10
Daftar Pustaka
Sondang,2008 “Manajemen Stratejik” , Jakarta, PT Bumi Aksara
11