Anda di halaman 1dari 18

KONSEP MANAJEMEN PERTAHANAN

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia)

Dosen Pengampu : Dr. Drs. Tjahjanulin Domai, MS.

Disusun oleh Kelompok 2 :

Jessica Eka Winanda 175030101111058

Affan Sandi 175030101111048

Novita Desy Kusumaningtyas 175030101111022

Program Studi Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

Malang

2018
Konsep Manajemen Pertahanan dalam Pandangan Universitas
Pertahanan (UNHAN)

A. Pengertian Manajemen dan Esensi Manajemen Pertahanan

Manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu dan pengorganisasian seperti


menyusun perencanaan, membangun organisasi dan pengorganisasiannya,
pergerakan, serta pengendalian atau pengawasan.Secara etimologis, pengertian
manajemen merupakan seni untuk melaksanakan dan mengatur.

Berarah ke manajemen pertahanan, esensi manajemen pertahanan adalah


kebijakan yang mampu menuntun Pemerintah untuk membangun kapabilitas
pertahanan negaranya untuk menjadi maju dan kuat.Kebijakan pertahanan
tentunya memiliki dampak yang strategis bagi setiapstakeholder bidang
pertahanan, baik itu sipil maupun militer.Dampak strategis memiliki tiga cakupan,
yaitu berjangka panjang, berdampak luas, dan melibatkan banyak orang. Tiga
cakupan inilah yang tidak lain masuk ke dalam suatu kebijakan yang dihasilkan
dari ilmu manajemen pertahanan.

Kebijakan pertahanan yang dirumuskan melalui konsep manajemen yang


baik, maka kebijakan tersebutdipercaya akan memberikan hasil yang optimal
dengan hanya menggunakan sumber daya secara efektif. Pada dasarnya, sebuah
negara menginginkan kapabilitas pertahanan (output) yang lebih maju (advance)
dibandingkan negara-negara sekitar, namun negara-negara tersebut dihadapkan
dengan sumber-sumber daya (baik alam dan buatan) yang terbatas. Guna
menyelesaikan hambatan inilah maka konsep manajemen dibutuhkan, karena
manajemen pertahanan adalah suatu proses pengelolaan sumber daya nasional
menjadi sumber daya potensial, pembinaan kekuatan/kemampuan hingga
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pertahanan
negara.Oleh karena itu jelas dibutuhkan sosialisasi manajemen pertahanan itu
sendiri, sehingga setiap stakeholder bidang pertahanan memiliki panduan yang
jelas untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran strategis pertahanan.
Dalam tulisan ini akan fokus menjelaskan lima hal; pertama adalah maksud
dan tujuan dari manajemen pertahanan, kedua adalah penjabaran manajemen
sumber daya pertahanan, ketiga adalah penjabaran manajemen industri
pertahanan, keempat adalah manajemen informasi dan intelijen pertahanan, dan
kelima adalah manajemen sumber daya wilayah pertahanan. Berikut bahasan
dalam manajemen pertahanan

Manajemen Industri Manajemen Informasi

Pertahanan dan Intelejen


Pertahanan

Manajemen Manajemen
Sumber Daya Wilayah
Pertahanan Pertahanan
Manajemen
Pertahanan

Definisi dan Maksud Tujuan Manajemen Pertahanan

Konsep manajemen sangat diperlukan dalam sebuah organisasi untuk


mengatur segala sumber-sumber daya yang ada, yang kemudian diproses untuk
menghasilkan output yang diharapkan. Apabila hal ini diterapkan ke dalam dunia
pertahanan, maka Manajemen Pertahanan (MP) diperlukan pemerintah (dalam hal
ini Kementerian Pertahanan) untuk mengatur sumber daya manusia/alam/buatan,
industri pertahanan, teknologi pertahanan, informasi pertahanan, wilayah
pertahanan, regulasi pertahanan, dan bahkan anggaran/keuangan pertahanan.
Kesemua aspek ini harus diatur dan dikelola secara tepat guna menghasilkan
output yang diharapkan, yaitu peningkatan kekuatan dan kapabilitas pertahanan
yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Dengan demikian, Manajemen Pertahanan dapat menuntun ke suatu
keberhasilan strategis dalam bidang pertahanan dengan tata kelola yang tepat yang
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.Bahkan menurut (Fluri dan
Shalamanov, 2002), Manajemen Pertahanan adalah sebuah konsep besar yang
memasukan aspek-aspek yang berbeda, baik itu legal dan konseptual melalui
pembangunan institusi dan manajemen sumber daya untuk operasi, kerjasama
internasional dan kontrol sipil pertahanan.Manajemen Pertahanan berkaitan erat
dengan tata kelola yang baik, terutama untukmengahasilkan output melalui proses
yang transparansi, akuntabilitas, efektif dan efisien. Selain itu, menurut (Fluri,
Marcu, dan Tagarev, 2009), MP adalah suatu proses yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kebijakan pertahanan yang dalam prosesnya membutuhkan
mekanisme perencanaan yang tepat dan berkelanjutan.Dari beberapa definisi MP
yang didapat dari artikel dan kajian akademis, maka MP memiliki orientasi pada
kebijakan pertahanan untuk menghasilkan kapabilitas pertahanan yang
diinginkan.Kebijakan pertahanan tentu dikeluarkan oleh Pemerintah, dalam hal ini
adalah Kementerian Pertahanan yang memiliki peran dan tanggung jawab
tersebut.

Tujuan Manajemen Pertahanan dibentuk adalah :

1. Untuk membentuk perencanaan dari setiap proyek yang dikeluarkan


Kementerian Pertahanan, terutama yang menyangkut anggaran, waktu,
SDM.
2. Untuk membangun keseimbangan industri strategis pertahanan, terutama
yang berkaitan dengan otonomi, keberlanjutan, dan modifikasi.
3. Untuk mendefinisikan kapabilitas padafront-linedan industry yang
berbasiskan pada kebijakan pertahanan
4. Untuk menghasilkan berbagai strategi yang berbasiskan kepada kebijakan
pemerintah
5. Untuk membangun dan memelihara kapabilitas (knowledge, skill, and
physical assets)di lingkup organisasi dalam menghasilkan strategi.

Alasan-alasan inilah yang menunjukan mengapa suatu negara harus memiliki


dan mengimplementasikan MP untuk kebutuhan pertahanan negara.
Peran dan Tempat Manajemen Pada Tingkat Organisasi Pertahanan :

Tingkat Kebijakan Perencanaan Manajemen


Strategis Konsep Kebijakan dan Direktif Implementasi
strategi pertahanan (buku Perencanaan kebijakan
putih pertahanan), strategi Perencanaan strategis dan
pertahanan, postur Kemampuan perencanaan
pertahanan, dan gelar Pertahanan
pertahanan.
Operasional Strategi militer Doktrin Perencanaan Implementasi
Gabungan Operasional kebijakan
operasional
Tugas- Direktif Operasi SOP Tugas Pokok Implementasi
Tugas Perkiraan tugas-tugas yang
Yang Keputusan akan dihadapi
sedang Perintah Operasi
dihadapi
(Taktis)

Berdasarkan tabel di atas, maka manfaat dari MP adalah membantu


pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, untuk memilah tugas mana
saja yang dapat diatur dan diemban sesuai dengan level dan golongan. Pemilahan
ini bertujuan agar kebijakan, perencanaan, dan manajemen dapat dijalankan secara
efektif serta efisien dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Pemilahan
ini juga bertujuan untuk mencegah pengeluaran anggaran yang berlebih dan
kebijakan yang tidak besar dibandingkan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

B. Penjabaran Manajemen Sumber Daya Pertahanan Negara


Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya buatan.Dimana sumber daya alam adalah potensi yang terkandung
dalam bumi, air, dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan
untuk kepentingan pertahanan negara.Sementara itu sumber daya buatan adalah
sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya untuk kepentingan
pertahanan negara.Pengaturan segala sumber daya nasional masuk ke dalam tahap
pembinaan kemampuan pertahanan yang menyatakan bahwa segala sumber daya
berupa sumber manusia, sumber daya alam dan buatan, nilai-nilai, teknologi, dan
dana dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara
yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Mengacu pada pernyataan dalam pasal UU pertahanan inilah maka sumber
daya nasional adalah sumber daya yang dapat dan harus digunakan untuk
kepentingan pertahanan negara.Oleh karena itu MP bertujuan untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki oleh negara, apalagi sumber daya tersebut sifatnya
adalah terbatas, dan bahkan ada satu atau dua hal yang merupakan sumber daya
yang tidak dimiliki di dalam negeri.
Hakekat dari manajemen itu sendiri sebagai “suatu proses, seni dan ilmu
mengelola sumber daya secara efektif dan efisien”, kiranya dapat ditarik suatu
rumusan bahwa apa yang dimaksud dengan manajemen pertahanan Yaitu sebagai,
“Suatu proses pengelolaan sumber daya nasional menjadi sumber daya potensial,
pembinaan kekuatan/kemampuan hingga penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk kepentingan pertahanan keamanan negara”. Dalam hal ini proses
pengelolaan tersebut mengandung fungsi-fungsi manajemen. Akan tetapi
manajemen pembinaan kekuatan/kemampuan pertahanan keamanan dan sub
sistem manajemen penggunaan kekuatan/kemampuan pertahanan keamanan
negara belum dirumuskan. Padahal penyelenggaraan pertahanan keamanan harus
dilaksanakan secara komprehensif sebagai suatu sistem pertahanan keamanan
yang utuh. Yang outputnya tentu saja selain terwujudnya komponen kekuatan
pertahanan keamanan nasional, termasuk didalamnya
Warga Negara yang memiliki ketahanan nasional yang tangguh. Sehingga
tidak mudah diprofokasi dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan tertentu untuk kepentingan perorangan, kelompok atau
bahkan tidak mustahil negara lain. Karena bagaimanapun fakta menunjukkan
Indonesia terlanjur dianggap sebagai sebuah negara dengan rakyat yang melitan
dan diakui atau tidak merupakan ancaman potensial bagi negara tertentu dibidang
terorisme.Hingga tidak mengherankan apabila keberadaan IMF yang dianggap
kepanjangan tangan AS, kebijaksanaannya justru malah mengacaukan
perekonomian dan meletakan Indonesia pada ketergantungan yang
berkepanjangan.Dimana krisis ekonomi menjadi sumber dari berbagai krisis-krisis
lainnya.Pergeseran nilai menjadi krisis moral, kriminalitas, dan menjadi lahan
penipuan yang subur terhadap masyarakat yang putus asa.

C. Membangun dan Mengelola Industri Pertahanan Nasional


Industri pertahanan merupakan cakupan dari manajemen pertahanan itu
sendiri, yaitu bagaimana pemerintah mengatur komponen pendukungnya untuk
mengoptimalkan data tempur kekuatan militernya.Namun salah satu permasalahan
klasik yang kerap muncul adalah, besarnya belanja pertahanan yang selalu
melebihi anggarannya.Hal ini memang dikaitkan dengan aspek ekonomi, dimana
besarnya belanja pertahanan suatu negara sering merepresentasikan kekuatan
ekonomi tersebut.Salah satu pakar Emile Beniot mengatakan bahwa pengeluaran
anggaran pertahanan yang besar dianggap dapat memicu pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Sebaliknya, kecilnya anggaran pertahanan suatu negara akan
membuat pertumbuhan ekonomi negara tersebut menjadi lambat.
Tantangannya adalah anggaran industri pertahanan Indonesia yang tidak
sebanding dengan luas cakupan wilayahnya, tetapi mewajibkan Indonesia
memiliki komponen pendukung militer yang tangguh. Kondisi inilah yang
memang membutuhkan implementasi dari ilmu manajemen pertahanan untuk
mewudkan pengaturan yang baik yang nantinya akan menuju pada emandirian
indusrti pertahanan. Dibutuhkan skema dan rencana strategis yang matang,
terutama untuk mengatur berbagai potensi, baik dari dalam dan luar.
Pertama, Menurut pakar industri pertahanan dalam negeri Silmy Karim, dalam
rencana pembangunan postur alutsista dan industri pertahanan, pemerintah
mengaitkan rencana pengembangan postur alutsista dengan program pencapaian
kemandirian industry pertahanan yang terjabarkan dengan 4 (empat) fase pada di
bawah ini:
Tabel Master Plan Pemberdayaan Industri Pertahanan

No Fase Upaya
1 2010-2014  Penetapan program
 Stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan
 Penyiapan regulasi industri pertahanan
 Penyiapan new future products
2 2015-2019  Mendukung MEF
 Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Produksi
 New Product Development
3 2020-2024  Mendukung postur ideal
 Industry growth (produk jangka menengah)
 Peningkatan kerjasama internasional (new product
development - advance technology)
4 2025-2029  Kemandirian industri pertahanan yang signifikan
 Kemampuan berkolaborasi secara internasional
 Pengembangan yang sustainable

Berdasarkan tabel di atas, pada fase I (2010-2014), tahapan stabilisasi dan


optimalisasi industri pertahanan, penyiapan regulasi industri pertahanan, serta
penyiapan alutsista baru di masa depan (future weapon), sengaja diarahkan untuk
mendukung postur sesuai dengan MEF (Minimum Essential Force). Sedangkan
pada fase II, 2015-2019, Pengembangan industri pertahanan sengaja diarahkan
untuk memiliki kemampuan kerja sama produksi dan pengembangan produk
(product development), seperti medium tank, roket, dan kapal selam, guna
mendukung pencapaian MEF dan meraih postur kekuatan pertahanan yang ideal.
Sedangkan dalam fase III, 2020-2024, untuk mendukung postur militer yang ideal,
industri harus mampu tumbuh secara signifikan (industrial growth) dan mampu
memproduksi alutsista berteknologi canggih lewat kerjsama. Dan pada akhirnya,
pemerintah menyadari bahwa postur kekuatan pertahanan yang diharapkan dapat
tercapai pada rentang waktu 2025-2029, tidak akan bisa dicapai tanpa industry
pertahanan yang mandiri, memiliki kemampuan teknologi untuk berkolaborasi
secara internasional, serta memiliki kemampuan pengembangan produksi yang
berkelanjutan (sustainable).
Kedua, langkah selanjutnya adalah bagaimana industri pertahanan dibina
melalui kebijakan. Dalam UU No. 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan
Pasal 6 (enam) menyatakan:
“Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang selanjutnya disingkat KKIP adalah
komite yang mewakili Pemerintah untuk mengoordinasikan kebijakan nasional
dalam perencanaan, perumusan, pelaksanaan, pengendalian, sinkronisasi, dan
evaluasi Industri Pertahanan.”
Dalam implementasiny, KKIP memiliki 10 fungsi, yaitu:
1. Merumuskan kebijakan nasional yang bersifat strategis di bidang Industri
Pertahanan
2. Menyusun dan membentuk rencana induk Industri Pertahanan yang
berjangka menengah dan panjang
3. Mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian kebijakan nasional
Industri Pertahanan
4. Menetapkan kebijakan pemenuhan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan
dan Keamanan
5. Mengoordinasikan kerja sama luar negeri dalam rangka memajukan dan
mengembangkan Industri Pertahanan
6. Melakukan sinkronisasi penetapan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan
dan Keamanan antara Pengguna dan Industri Pertahanan
7. Menetapkan standar Industri Pertahanan
8. Merumuskan kebijakan pendanaan dan/atau pembiayaan Industri
Pertahanan
9. Merumuskan mekanisme penjualan dan pembelian Alat Peralatan
Pertahanan dan Keamanan hasil Industri Pertahanan ke dan dari luar negeri
10. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Industri
Pertahanan secara berkala.

Pada akhirnya KKIP melalui kebijakannya akan membantu titik temu antara
customer dan producer. Dimana customer-nya adalah TNI, Polri,
Kementerian/LPNK, dan pihak-pihak yang telah diberi izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara, pihak produsennya
dilakukan oleh tiga perusahaan utama BUMN, yaitu PT. Pindad, PT. Dirgantara
Indonesia (DI), dan PT. Penataran Angkatan Laut (PAL). Ketiga perusahaan inilah
yang akan memenuhi semua kebutuhan alutsista nasional.
Manajemen industri pertahanan perlu difokuskan kepada perusahaan-perusahaan
BUMN tersebut mengingat mereka adalah lead integrator-nya untuk memproduksi
komponen utama. Sementara itu, industri komponen pendukung yang
memproduksi suku cadang untuk komponen utama dapat diserahkan kepada
BUMS (Badan Usaha Milik Swasta). Dengan demikian, kolaborasi antara BUMN
dan BUMS menjadi catatan penting bagi majunya suatu industri pertahanan,
karena merekalah yang memasok kebutuhan TNI dan Lembaga lainnya yang
membutuhkan. Selain itu, unsur pemasaran produk diharapkan tidak hanya dijual
di pasar nasional saja, namun harus pada tingkat internasional, mengingat sejauh
ini hanya Indonesia lah yang memiliki industri pertahanan yang cukup maju dan
besar dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Penjualan alutsista ke luar
negeri, atau minimal ke negara tetangga akan memperkuat bargaining power
Indonesia di wilayah regional ASEAN. Dan pada akhirnya, dengan memiliki
alutsista yang canggih karena dukungan industri pertahanan yang layak,
Pemerintah akan selalu siap menangani kasus-kasus kejahatan transnasional,
terutama di laut yang setiap tahunnya semakin marak terjadi.

D. Intelijen Sebagai Pendukung Informasi Pertahanan


Peran Intelijen tidak dapat dipisahkan dari aspek pertahanan, terutama
keterkaitannya dalam menyaring berbagai informasi yang bisa saja menjadi
ancaman bagi pertahanan dan keamanan. Intelijen adalah cara
berpikir/intelektualitas, tindakan, dan organisasi.
Dalam UU no. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, menyebutkan intelijen
berfungsi untuk melakukan cegah dini dan peringatan dini. Sementara tujuan
intelijen negara ditegaskan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, menilai,
menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka memberikan
peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bentuk dan sifat
ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi bangsa dan
negara serta peluang yang ada bagi kepentingan dan keamanan nasional.
Tantangan intelijen masa depan adalah bagaimana negara melihat potensi yang
dapat memajukan kekuatan pertahanan. Doktrin dasar intelijen dipandang menjadi
tiga komponen; yaitu:
1. Intelijen sebagai suatu organisasi
2. Intelijen sebagai suatu ilmu pengetahuan
3. Intelijen sebagai suatu aktivitas
Ketiga bentuk fungsi dasar intelijen di atas kemudian mengalami proses-proses
intelijen untuk menghasilkan output intelijen. Proses intelijen tersebut dimulai
dengan identifikasi pengguna (user) dari output intelijen tersebut. Dalam kerangka
menjalankan fungsi intelijen, tentunya dibutuhkan kompetensi agar fungsi tersebut
dapat berjalan dengan baik.Kompetensi tersebut harus didukung dengan
kapabilitas dari sumber daya manusia intelijen untuk mampu menjalankan siklus
intelijen (cycle intelligence).
Siklus proses tersebut juga mencakup kegiatan penyelidikan, pengamanan, dan
penggalangan (cipta kondisi). Cycle intelligence merupakan alur cara berpikir dan
bertindak yang terarah terkait dengan seluruh upaya dan usaha kegiatan intelijen,
yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar Intelligence Cycle:

PLANNING, DIRECTION NEEDS,


REQUIREMENTS

DISSEMINATION COLLECTION

ANALYSIS PROCESSING EXPLOITATION

Dalam tahapan intelligence cycle; pertama adalah planning, direction, needs,


requirement yang merupakan tahap awal untuk menetapkan rencana, arah,
kebutuhan, dan segala jenis persyaratan yang terkait kegiatan intelijen; kedua,
collection, dalam fase ini sudah masuk ke fase pengumpulan segala bentuk data-data
dan informasi yang dibutuhkan; ketiga, processing and exploitation, dalam fase ini
segala bentuk informasi yang sudah dapat akan segera diproses sebagai awal
persiapan untuk menjadi output; keempat, analysis, dalam tahap ini semua
pertimbangan akan dianalisis sebelum tindakan dibentuk dan sebelum ditujukan
kepada kelompok atau target; dan Kelima, dissemination, tahap ini merupakan tahap
akhir dari alur intelijen dalam kaitannya membuat suatu tindakan yang sudah
ditujukan kepada kelompok atau target.

Fungsi intelijen yang dilakukan melalui proses dan kegiatan di atas ditujukan
untuk memberikan peringatan (warnings), proyeksi serta penyelesaian masalah.
Tujuan ini tentunya dalam kerangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan
nasional, serta menghilangkan ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan
(ATHG) yang mungkin terjadi. Eliminasi terhadap ATHG tersebut bisa didukung
pula dengan kegiatan counter intelligence.

Kemampuan dan kekompakan intelijen harus didukung oleh SDM yang sangat
memiliki intelektual dan kompetensi tinggi, serta memiliki analisis yang tajam untuk
memperkirakan kondisi apa yang akan datang. Perkiraan kondisi (Kirka) merupakan
produk intelijen untuk memetakan kondisi hankam negara, khususnya dalam periode
jangka pendek, sehingga berbagai upaya dan strategi sudah dapat dipersiapkan.
Perkiraan intelijen pada umumnya membahas tiga hal, yaitu :

Aspek Perkiraan Kondisi Intelijen

Perkiraan Kondisi
Kekuatan hankam negara-negara maju, Demokratisasi,Kelangkaan
Intelijen Global Pangan dan Energi, Senjata Pemusnah Massal, Terorisme internasional,
global warming.

Perkiraan Kondisi
Kekuatan hankam negara-negara wilayah ASEAN, perbatasan hankam,
Intelijen Regional dan isu trans-national crime

Perkiraan Kondisi Ekonomi, Politik, hankam SDA dan Infrastrukturnya, sosial budaya,
ancaman siber, sarana infrastruktr.
Intelijen Nasional
Berdasarkan gambar di atas, Kirka mengacu pada 3 aspek, yaitu global, regional,
dan nasional, dimana ketiga aspek ini mengacu pada lingkungan strategis (lingstra).
Pada akhirnya peran intelijen sangat menyembatani kondisi lingstra sebuah bangsa
dalam menangkal banyaknya ancaman yang tak terduga di masa depan.

5. Manajemen Sumber Daya Wilayah Pertahanan


A. Latar Belakang
Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan kondisi obyektif yang
dihadapi bangsa Indonesia dengan memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional. Sementara itu
kebijakan pertahanan negara tidak dapat dipisahkan dari masalah keamanan
secara keseluruhan. Isu keamanan nasional Indonesia yang dihadapi saat ini
sangat kompleks sarat dengan berbagai ancaman, baik aktual maupun
potensial dan berpengaruh pada keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI
serta keselamatan bangsa Indonesia. Ancaman aktual maupun potensial yang
dihadapi bangsa dan negara Indonesia cenderung meningkat, baik pada strata
global, regional maupun nasional. Pertahanan negara pada hakekatnya
merupakan segala upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total,
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan
yang mampu melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta
keselamatan bangsa dari segala bentuk ancaman.
a. Pengelolaan sistem pertahanan negara sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional
dan mendukung kebijakan nasional di bidang pertahanan. Kepentingan
nasional tersebut akan terwujud melalui pembangunan nasional di segala
bidang termasuk pembangunan bidang pertahanan. Sementara itu
pembangunan bidang pertahanan perlu disiapkan sejak dini melalui
pemberdayaan wilayah pertahanan yang pada hakekatnya merupakan
bagian dari sistem pembangunan di daerah yang harus memperhatikan
pembinaan kemampuan pertahanan negara. Pemberdayaan wilayah
pertahanan dilaksanakan dengan pembangunan pertahanan di wilayah
yang diselenggarakan oleh pemerintah bersama dengan pemerintah
daerah, dan partisipasi segenap komponen masyarakat.
b. Pemberdayaan wilayah pertahanan bertujuan untuk mengintegrasikan
dan menyinergikan peran fungsi kementerian/LPNK dalam membina
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana
dan prasarana nasional, nilai-nilai, teknologi dan dana menjadi kekuatan
pertahanan yang tangguh untuk mendukung kepentingan pertahanan
negara yang dilaksanakan secara terencana, terpadu dan
berkesinambungan. Pentingnya pemberdayaan wilayah pertahanan
dilaksanakan mengingat masih terdapat hambatan dalam fungsi
penyelenggaraan pertahanan negara diantaranya; belum adanya
perangkat peraturan sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang RI Nomor
3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Undang-Undang RI
Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, khususnya
terkait dengan pemberdayaan wilayah pertahanan. Di samping itu belum
terjalinnya koordinasi dan kerja sama yang efektif antara Kementerian
Pertahanan dengan Kementerian/LPNK terkait. Sementara itu hambatan
utama disebabkan oleh belum terbentuknya instansi vertikal Kementerian
Pertahanan sebagai pelaksana tugas pokok pertahanan di daerah.
B. Pengertian

a. Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta


yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional
lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman.
b. Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam,
nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayagunakan untuk meningkatkan
kemampuan pertahanan negara yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
c. Sumber daya manusia adalah warga negara secara psikis dan fisik dapat
dibina dan disiapkan kemampuannya untuk mendukung komponen kekuatan
pertahanan negara.
d. Sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan
dirgantara dalam wujud aslinya yang dapat digunakan untuk kepentingan
pertahanan negara.
e. Sumber daya buatan adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan
dirgantara dalam wujud aslinya yang telah ditingkatkan daya gunanya untuk
kepentingan pertahanan negara.
f. Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budidaya manusia yang dapat
digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan negara
dalam rangka mendukung kepentingan nasional.
g. Pemberdayaan wilayah pertahanan adalah segala usaha, pekerjaaan dan
kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pembinaan, pengembangan,
pengarahan dan pengendalian, serta pemanfaatan semua potensi nasional
yang ada di wilayah untuk menjadi sesuatu kekuatan kewilayahan yang
tangguh guna mendukung kepentingan pertahanan.
h. Wilayah pertahanan negara adalah ruang yang merupakan kesatuan
wilayah pertahanan beserta segenap unsur terkait bagi penyelenggaraan
pertahanan negara dan pengelolaan sistem pertahanan negara.
i. Pembinaan teritorial adalah upaya, pekerjaan, dan tindakan, baik secara
berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa
lainnya untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan
pertahanan aspek darat, laut, dan udara yang meliputi wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya kemanunggalan TNI – rakyat
yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan
dalam rangka tercapainya tugas pokok TNI.
C. Kerangka Dasar dan Pentahapan
Dalam rangka pemberdayaan wilayah pertahanan perlu adanya strategi
pencapaian yang harus dilaksanakan guna terlaksananya pembinaan
pemberdayaan wilayah pertahanan melalui pencapaian jangka pendek dan
pencapaian jangka panjang yang disusun melalui mekanisme pentahapan
beberapa aspek terkait pemberdayaan wilayah pertahanan. Peletakan dasar
pemberdayaan wilayah pertahanan meliputi unsur-unsur pokok yang
dibutuhkan, durasi penyelenggaraan dan tahapan pencapaian. Dalam jangka
pendek dilaksanakan dengan mentransformasikan potensi sumber daya
nasional menjadi kekuatan pertahanan yang diorientasikan untuk Operasi
Militer Selain Perang (OMSP). Dalam jangka panjang dilaksanakan dengan
menyiapkan warga negara beserta sarana dan prasarana nasional untuk dapat
diproyeksikan menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung yang
diorientasikan untuk menghadapi Operasi Militer Perang (OMP).
Manajemen pemberdayaan wilayah pertahanan pada dasarnya merupakan
fungsi pemerintah yang dilaksanakan melalui tiga mekanisme kegiatan yaitu:
pertama, menyiapkan potensi sumber daya nasional menjadi kekuatan
pertahanan yang dipersiapkan secara dini, meliputi wilayah pertahanan
beserta kekuatan pendukungnya untuk OMP yang pelaksanaanya didasarkan
pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan
semesta; Kedua, pelibatan masyarakat dalam pertahanan negara melalui
penyiapan dengan menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib; dan ketiga, proyeksi pelibatan masyarakat dalam pertahanan negara
untuk OMP dilaksanakan melalui pendataan dan pembinaan rakyat, untuk
mendukung pertahanan negara.
Pemberdayaan wilayah pertahanan pada dasarnya bertumpu pada upaya
untuk memanfaatkan dan memadukan segenap sumber daya nasional, yang
meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan buatan, sarana dan
prasarana, nilai-nilai, teknologi, dan dana dengan kerangka dasar dan sasaran
sebagai berikut :
1. Pemberdayaan wilayah pertahanan diwujudkan dalam rangka transformasi
sumber daya nasional untuk menjadi kekuatan pertahanan negara dengan sasaran
pengelolaan dan pendayagunaan sebagai berikut :

a) Terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan


dan jiwa nasionalisme untuk membangun bangsa dan negara.
b) Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan buatan yang memiliki
nilai strategis, baik di darat, laut dan dirgantara sesuai dengan prinsip-prinsip
berkelanjutan, keragaman dan produktivitas lingkungan hidup dalam rangka
mendukung logistik pertahanan.
c) Terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
pembangunan perekonomian nasional untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dalam rangka memperkokoh pertahanan negara.

2) Pemberdayaan wilayah pertahanan diwujudkan dalam bentuk penyiapan


komponen cadangan untuk memperbesar dan memperkuat komponen utama
dengan sasaran sebagai berikut :

a) Terlaksananya pelatihan dasar kemiliteran bagi warga negara.

b) Terbina dan tertatanya secara bertahap dan berlanjut sumber daya


nasional, untuk mendukung pertahanan negara.
Daftar Pustaka
https://www.kemhan.go.id/2012/05/14/konsepsi-dan-implementasi-manajemen-
pertahanan-keamanan-negara.html
https://www.academia.edu/18001350/Manajemen_Pertahanan
https://books.google.co.id/books?id=CaxxDAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl
=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai