Universitas Brawijaya
Malang
2018
Konsep Manajemen Pertahanan dalam Pandangan Universitas
Pertahanan (UNHAN)
Manajemen Manajemen
Sumber Daya Wilayah
Pertahanan Pertahanan
Manajemen
Pertahanan
No Fase Upaya
1 2010-2014 Penetapan program
Stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan
Penyiapan regulasi industri pertahanan
Penyiapan new future products
2 2015-2019 Mendukung MEF
Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Produksi
New Product Development
3 2020-2024 Mendukung postur ideal
Industry growth (produk jangka menengah)
Peningkatan kerjasama internasional (new product
development - advance technology)
4 2025-2029 Kemandirian industri pertahanan yang signifikan
Kemampuan berkolaborasi secara internasional
Pengembangan yang sustainable
Pada akhirnya KKIP melalui kebijakannya akan membantu titik temu antara
customer dan producer. Dimana customer-nya adalah TNI, Polri,
Kementerian/LPNK, dan pihak-pihak yang telah diberi izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara, pihak produsennya
dilakukan oleh tiga perusahaan utama BUMN, yaitu PT. Pindad, PT. Dirgantara
Indonesia (DI), dan PT. Penataran Angkatan Laut (PAL). Ketiga perusahaan inilah
yang akan memenuhi semua kebutuhan alutsista nasional.
Manajemen industri pertahanan perlu difokuskan kepada perusahaan-perusahaan
BUMN tersebut mengingat mereka adalah lead integrator-nya untuk memproduksi
komponen utama. Sementara itu, industri komponen pendukung yang
memproduksi suku cadang untuk komponen utama dapat diserahkan kepada
BUMS (Badan Usaha Milik Swasta). Dengan demikian, kolaborasi antara BUMN
dan BUMS menjadi catatan penting bagi majunya suatu industri pertahanan,
karena merekalah yang memasok kebutuhan TNI dan Lembaga lainnya yang
membutuhkan. Selain itu, unsur pemasaran produk diharapkan tidak hanya dijual
di pasar nasional saja, namun harus pada tingkat internasional, mengingat sejauh
ini hanya Indonesia lah yang memiliki industri pertahanan yang cukup maju dan
besar dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Penjualan alutsista ke luar
negeri, atau minimal ke negara tetangga akan memperkuat bargaining power
Indonesia di wilayah regional ASEAN. Dan pada akhirnya, dengan memiliki
alutsista yang canggih karena dukungan industri pertahanan yang layak,
Pemerintah akan selalu siap menangani kasus-kasus kejahatan transnasional,
terutama di laut yang setiap tahunnya semakin marak terjadi.
DISSEMINATION COLLECTION
Fungsi intelijen yang dilakukan melalui proses dan kegiatan di atas ditujukan
untuk memberikan peringatan (warnings), proyeksi serta penyelesaian masalah.
Tujuan ini tentunya dalam kerangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan
nasional, serta menghilangkan ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan
(ATHG) yang mungkin terjadi. Eliminasi terhadap ATHG tersebut bisa didukung
pula dengan kegiatan counter intelligence.
Kemampuan dan kekompakan intelijen harus didukung oleh SDM yang sangat
memiliki intelektual dan kompetensi tinggi, serta memiliki analisis yang tajam untuk
memperkirakan kondisi apa yang akan datang. Perkiraan kondisi (Kirka) merupakan
produk intelijen untuk memetakan kondisi hankam negara, khususnya dalam periode
jangka pendek, sehingga berbagai upaya dan strategi sudah dapat dipersiapkan.
Perkiraan intelijen pada umumnya membahas tiga hal, yaitu :
Perkiraan Kondisi
Kekuatan hankam negara-negara maju, Demokratisasi,Kelangkaan
Intelijen Global Pangan dan Energi, Senjata Pemusnah Massal, Terorisme internasional,
global warming.
Perkiraan Kondisi
Kekuatan hankam negara-negara wilayah ASEAN, perbatasan hankam,
Intelijen Regional dan isu trans-national crime
Perkiraan Kondisi Ekonomi, Politik, hankam SDA dan Infrastrukturnya, sosial budaya,
ancaman siber, sarana infrastruktr.
Intelijen Nasional
Berdasarkan gambar di atas, Kirka mengacu pada 3 aspek, yaitu global, regional,
dan nasional, dimana ketiga aspek ini mengacu pada lingkungan strategis (lingstra).
Pada akhirnya peran intelijen sangat menyembatani kondisi lingstra sebuah bangsa
dalam menangkal banyaknya ancaman yang tak terduga di masa depan.