Anda di halaman 1dari 12

KULIAH KE 2, KAJIAN TERORISME DAN RADIKALISME

PERKEMBANGANTERORISME
oleh:Dr.SupardiHamid,M.Si
Terorisme dan radikalisme sebagai
fenomena sejarah
• Pada abad ke 18 Masehi, isu terorisme telah menyebar ke Eropa ketika
pemerintah transisi hasil Revolusi Perancis melakukan pembunuhan
massal terhadap penentang pemerintahan yang baru terbentuk antara
tahun 1793 – 1794.
• Berbeda dengan kondisi saat ini, pada saat itu istilah terorisme dimaknai
dalam konotasi positif.
• Maximilien Robespierre menggunakan teror sebagai strategi untuk
menekan pemberontakan yang muncul dari perjuangan rakyat melawan
penguasa negara yang sewenang – wenang menindas rakyatnya.
• Rezim yang kemudian dikenal sebagai régime de la terreur ini menjadi
titik awal perkembangan penggunaan aksi teror dalam suatu masyarakat.
Empat Gelombang Perkembangan Terorisme
Radikalisme
(David C. Rappoport)
• Gelombang pertama terjadi dalam kurun waktu 1880 hingga 1920-an
yang dilakukan oleh kelompok – kelompok revolusioner.
• Tujuan kelompok – kelompok tersebut adalah untuk memenangkan
reformasi politik sipil serta melawan penindasan yang dilakukan oleh
pemerintah yang otoriter.
• Beberapa bentuk aksi terorisme dalam gelombang ini digambarkan dalam
kasus penggulingan Tsar Rusia.
• Berbagai macam metode teror telah dilakukan pada masa itu, termasuk
metode bom bunuh diri.
• Salah satu kelompok revolusioner yang menggulingkan tahta Tsar Rusia
adalah kelompok yang dipimpin oleh Boris Savinkov.
Empat gelombang….
• Gelombang kedua terorisme adalah kelompok anti-kolonialis yang
melakukan aksi teror dalam rentang 1920-an hingga 1960-an.
• Tujuan dari kelompok teror pada masa ini adalah untuk
memperjuangkan kedaulatan nasional,
• seperti yang dilakukan oleh Irish Republican Army (IRA) di Irlandia
dan Front Liberation Nationale (FLN) di Aljazair.
• Taktik yang dilakukan oleh kelompok teroris pada masa itu
menggunakan taktik gerilya untuk menghadapi penguasa kolonial
Inggris dan Perancis.
Empat gelombang…
• Gelombang ketiga terjadi pada tahun 1970-an.
• Masa itu ditandai dengan munculnya berbagai kelompok
berideologi kiri revolusioner seperti Brigade Merah Italia (Red
Brigades) dan Japanese Red Army dari Jepang.
• Kelompok teroris gelombang ketiga ini menganggap dirinya
sebagai pembela kepentingan negara Dunia Ketiga melawan
kekuatan kapitalisme global.
Empat gelombang
• Gelombang keempat terorisme digerakkan ideologi revolusioner serta
dorongan religius.
• Terdapat berbagai peristiwa yang menggambarkan bentuk terorisme
pada gelombang keempat, seperti peristiwa pembajakan pesawat yang
kemudian ditabrakkan ke beberapa lokasi pada 11 September 2001.
• Satu tahun pasca serangan 11 September, serangan teror mematikan
yang merupakan bagian dari terorisme gelombang keempat juga
terjadi di Indonesia. Pada tanggal 12 Oktober 2002, terjadi peristiwa
pengeboman oleh kelompok teroris di Bali, tepatnya di Sari Club dan
Paddy’s Cafe yang mengakibatkan 202 orang tewas serta 209 orang
mengalami luka – luka.
Terorisme Gelombang ke empat sebagai titik utama
perkembangan terorisme saat ini
• Karakteristik terorisme gelombang keempat yang membentuk jaringan
terorisme internasional yang terorganisir menimbulkan fenomena yang
disebut dengan Foreign Terrorist Fighter (FTF).
• Istilah FTF merujuk pada orang – orang yang berpergian keluar dari negara
asalnya menuju negara lain dengan tujuan untuk bergabung, berperang atau
mengikuti pelatihan dengan kelompok teroris.
• Kemunculan FTF diawali ketika terjadi invasi pasukan Soviet ke Afghanistan.
• Sebagai bentuk perlawanan, sekitar 20.000 – 25.000 orang Arab menuju
Afghanistan untuk bergabung dengan mujahidin Afghanistan.
• Mereka berasal dari jaringan Maktab al-Khidamat yang didirikan oleh
Abdullah Azzam dan Osama bin Laden.
Aksi terorisme global
• Aksi terorisme merupakan sebuah fenomena global yang termasuk
ke dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary crime).
• Data yang diperoleh dari “US State Department Country Report on
Terrorism 2011” menyebutkan bahwa dalam kurun 2011 telah
terjadi sejumlah 10.000 aksi serangan teror di 70 negara yang
mengakibatkan 12.500 korban meninggal dunia.
• Aksi teror ini dilakukan oleh berbagai macam pelaku (baik
kelompok maupun individu) yang beroperasi di Timur Tengah,
Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Perkembangan Radikalisme di Indonesia
• Dalam sejarahnya, gerakan radikal—khususnya yang berbasis agama— telah lama mengakar di dalam
masyarakat Indonesia.
• Golongan radikal yang mengatasnamakan agama seringkali berbeda pendapat dengan kelompok lain,
bahkan kelompok nasionalis sekalipun, dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara.
• Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo merupakan titik awal gerakan
radikal berbasis agama yang pertama kali muncul dalam sejarah republik ini.
• Abdul Kahar Muzakkar memimpin DI/TII dengan jabatan Panglima Divisi IV TII wilayah Sulawesi.
• Di Aceh, Daud Beureueh adalah tokoh utama yang terbilang berpengaruh di DI/TII. bukan hanya faktor
agama sebagai sebab munculnya gerakan radikal, melainkan faktor ekonomi juga sebagai salah satu
pemicu bagi rakyat Aceh untuk mendirikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertujuan memisahkan diri
dari NKRI.
• Patut dicatat bahwa salah satu kelompok yang cukup berpengaruh di Jawa Tengah adalah kelompok yang
dipimpin oleh Abdullah Sungkar yang dikelola secara bersama-sama oleh Abu Bakar Baasyir (ABB)
• tahun 1993, Abdullah Sungkar menyatakan keluar dari NII dan mendeklarasikan al-Jama’ah al-Islamiyah.
• Pada tahun 2010, penyelundup senjata api kepada jaringan teror di Indonesia tertangkap. Ia memiliki
jaringan dengan dua tokoh utama, yaitu Abu Roban sebagai Amir Mujahidin Indonesia Barat dan Santoso
sebagai Amir Mujahidin Indonesia Timur.
Perubahan Modus Operandi dan Peta Terorisme di Indonesia
• Telah terjadi elevasi (peningkatan) dalam modus operandi dan peta terorisme di Indonesia.
• Terjadinya pergeseran aksi terorisme antara lain ditandai dengan modus kelompok radikal teror yang dalam
mempersiapkan aksinya saat ini mulai secara terang-terangan bergabung dan berbaur di tengah-tengah masyarakat
(clandestine)
• dan menjadikan anak muda sebagai target untuk mempelajari teknis pembuatan bom secara autodidak (interpretasi
personal).
• Keterlibatan pemuda ini dapat terlihat dari data pelaku bom bunuh diri sejak Bom Bali I sampai yang terakhir di Gereja
Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo. Semuanya dilakukan oleh pemuda dengan rentang usia 18-31 tahun.
• sudah memiliki kemampuan untuk melakukan propaganda, pengumpulan pendanaan, pengumpulan informasi,
perekrutan serta pengahasutan dengan menggunakan media internet dan jejaring media elektronik lain seperti radio
untuk kepentingan kelompok yang tidak bertanggung jawab.
• Propaganda radikal teror juga dapat dilihat dengan munculnya ratusan website, puluhan buku, serta siaran streaming
radio yang secara aktif menyebarkan paham intoleran, menghasut, dan menyebarkan kebencian di antara sesama anak
bangsa.
• Para anggota teroris ini tidak hanya melakukan teror bom, tetapi sudah melakukan aksi kriminal lainnya seperti
perampokan (fa‘i) sebagai upaya pengumpulan sejumlah uang untuk mendukung aksi teror.
• Beberapa perampokan yang tercatat, antara lain perampokan BRI di Batang, Jawa Tengah, senilai Rp. 790 juta, dan BRI
Grobokan senilai Rp. 630 juta, serta BRI Lampung senilai Rp. 460 juta. Berbagai aksi teror dan aksi kriminal lainnya
sebagai dukungan tindakan teror mereka menjadi ancaman tersendiri bagi NKRI.
• Di samping itu, kemampuan kelompok ini bermetamorfosis untuk membentuk jaringan baru juga menjadi ancaman lain.
Kelompok besar terorisme di Indonesia
• Secara garis besar, terdapat 2 (dua) kelompok teroris di Indonesia, yaitu Darul Islam (DI) dan
Jamaah Islamiyah (JI).
• Organisasi dan kelompok teroris tersebut mampu berafiliasi dengan berbagai organisasi
masyarakat yang memiliki karakter yang mendekati ideologi dari organisasi teroris tersebut.
• Apabila salah satu organ JI terputus dengan organ induknya, maka suborganisasi di bawahnya
dapat membentuk sel JI baru dengan jumlah anggota yang sedikit.
• Hal ini tercermin ketika tertangkapnya salah satu pemimpin mereka, Zarkasih, Amir Darurat,
Bidang Syariah yang merupakan suborganisasi JI di bawah pimpinan Abu Dujana, eksistensi JI
masih bisa dipertahankan.
• Contoh lain adanya afiliasi kelompok utama teroris dengan ormas adalah terbentuknya Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI, 2000) dan Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT, 2008) yang mengusung
agenda JI secara terselubung.
• Selain itu, JI juga berafiliasi dengan Laskar Jundullah, Komite Penanggulangan Krisis
(KOMPAK), Forum Anti Pemurtadan (FAKTA) Palembang, Jama’ah Tauhid wal Jihad (JTJ),
Kumpulan Mujahidin Indonesia (KMI), Kelompok Mujahidin Jakarta (KMJ), Hisbah JAT Solo, dan
Taliban Malaya.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai