Anda di halaman 1dari 5

Wednesday 20 July, 2022

Published On: Fri, Apr 14th, 2017


Alutsista / HL / Opini / Terbaru | By maritimnew

Perkiraan Biaya Daur Hidup Alutsista


Oleh: Laksda TNI Agus Setiadji*

Alutsista TNI dalam HUT TNI ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, 7 Oktober 2014

MN – Keterbatasan alokasi anggaran pertahanan Pemerintah RI selama beberapa dekade turut


menjadi faktor utama yang menghambat modernisasi baik di matra darat, laut maupun udara. Setelah
tahun 1980-an, tidak dilaksanakan pengadaan-pengadaan alutsista baru yang memiliki nilai strategis
dan mampu membuat detterent efect dalam rangka balancing power di kawasan. Pengadaan alutsista
terbaru dalam 10-15 tahun belakangan ini hanya sekitar 19% dari total variasi sistem persenjataan TNI
(Kemhan, 2014).
Peningkatan pembangunan kekuatan pertahanan, terutama yang berkaitan dengan alutsista tidak bisa
dilaksanakan dengan terburu-buru serta tanpa melalui perencanaan strategis. Alat utama sistem
senjata adalah peralatan persenjataan yang dimiliki militer dalam bentuk kesisteman yang mempunyai
pengaruh terhadap tugas pokok kesatuan dan memiliki efek penggetar sesuai fungsi asasinya.

Berdasarkan proses pembeliannya, alutsista dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu alutsista
barang jadi (ready used) dan alutsista berdasarkan pesanan pembeli (tailor made). Alutsista barang
jadi merupakan alutsista yang sudah dilaksanakan proses penelitian dan pengujian oleh pabrik
pembuat dengan spesifikasi khusus, sehingga proses pengadaannya dimulai pada saat kontrak ditanda
tangani.
Walaupun termasuk ready used, jarang sekali ada alutsista baru yang tersedia di gudang (ready stock).
Dikarenakan tingkat resiko dan harganya yang mahal, biasanya alutsista ini hanya dibangun/dibuat
apabila kontrak sudah efektif. Contoh alutsista barang jadi antara lain Main Battle Tank (MBT),
Helikopter, Pesawat tempur, Peluru Kendali dan lain-lain. Sedangkan alutsista tailor made merupakan
alutsista yang spesifikasi teknisnya ditentukan oleh pihak pembeli yang dikomunikasikan secara
intensif dengan pelaksana kontrak, sehingga pada saat selesai pembangunannya, sudah sesuai
kebutuhan operasi (operational requirement) dan spesifikasi teknis yang telah disepakati sebelumnya.
Contoh alutsista tailor made adalah kapal perang klas korvet dan Perusak Kawal Rudal (PKR) Kapal
Selam, Kapal Cepat Rudal dan lain-lain.
Analisa LCC
Pengadaan alutsista harus memperhatikan fungsi yang diawali pada perencanaan, penentuan
kebutuhan hingga tahap penghapusan pada daur hidup alutsista (Life Cycle Cost/LCC). LCC adalah
proses yang lebih detail daripada sistem logistik, proses LCC dapat menentukan daur hidup alutsista,
anggaran yang harus dikeluarkan dalam setiap pengadaan alutsista, mulai tahap awal sampai dengan
masa penghapusan. LCC atau perkiraan biaya daur hidup sebuah peralatan, adalah teknik untuk
memperkirakan total biaya kepemilikan peralatan selama masa pakainya, terdiri dari acquisition
costs dan sustaining costs.
Acquisition cost adalah biaya awal yang dikeluarkan sampai dengan barang diserahkan
(commisioning), sedangkan sustaining cost adalah biaya lanjutan agar material bisa bertahan sampai
masuk tahap penghapusan. Tujuan LCC adalah untuk membantu pengambilan keputusan pemerintah
terhadap manajemen peralatan sistem persenjataan. Pengambilan keputusan pengelola alutsista,
dimulai dari tahap perencanaan, penganggaran dan pemilihan, penelitian dan pengembangan,
pengadaan, konstruksi militer (Milcon), operasional alutsista termasuk juga pemeliharaan dan
perawatan serta pada tahap penghapusan.
Adapun Product Lifecycle Management (PLM), didefinisikan sebagai sebuah proses untuk mengelola
seluruh daur hidup produk mulai dari konsep, tahap desain, produksi, pemeliharaan, hingga kondisi
produk tidak dapat digunakan kembali (Wikipedia, 2010). Definisi lain menurut Mulyadi (2001), Daur
Hidup Produk (Product Life Cycle) adalah waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan
pengguna sejak lahir sampai diputuskan untuk dihentikan pengoperasiannya.
Perkembangan sistem manajemen sumber daya dan pesatnya kemajuan teknologi, menyebabkan LCC
dianggap sebagai sebuah konsep yang dapat meningkatkan akurasi perhitungan biaya suatu produk
termasuk persenjataan (alutsista). Definisi Life Cycle Cost adalah biaya yang bersangkutan dengan
produk selama daur hidupnya, yang meliputi biaya pengembangan (perancanaan, desain, pengujian),
biaya produksi, (aktivitas pengubahan sumber daya menjadi produk jadi) serta biaya dukungan logistik
(distribusi, penyimpanan, maintenance, dan sebagainya).

Gelar Alutsista

Perhitungan pengadaan alutsista yang bersifat tailor made lebih rumit, bila dibandingkan dengan
alutsista ready used. Pada alutsista yang ready used, sudah tidak memperhitungkan biaya berbagai
aspek pendahuluan, antara lain Research and Development (R&D), product
development dan production. Biaya yang muncul pada proses tersebut sudah diperhitungkan dalam
totalitas nilai harga barang.
Namun demikian resiko pengadaan alutsista barang jadi (ready used), antara lain: (1) pembeli tidak
bisa menentukan spesifikasi khusus sesuai kebutuhan operasi; (2) ketergantungan produksi kepada
negara pembuat dan tidak bisa menuntut alih teknologi; (3) harga dikendalikan dan ditentukan oleh
pihak produsen; (4) ketergantungan after sales services.
LCC adalah totalitas biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik/pengguna material, termasuk tahap
perencanaan, pengadaan (kebutuhan operasi dan spesifikasi teknis), nilai material, biaya operasional,
biaya pemeliharaan dan perawatan, kemungkinan upgrade dalam bentuk peningkatan kemampuan
tempur Mid Life Modernization (modernisasi paruh waktu) atau System Lifetime Extension
Program (Perpanjangan Usia Pakai) serta tahap penghapusan. LCC peralatan senjata dan alutsista,
secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu biaya awal pengadaan material (initial
cost) atau biaya pendahuluan (acquisition cost), serta biaya lanjutan (future cost /sustaining cost).
Biaya awal pengadaan (initial cost) dihitung mulai tahap perencanaan sampai dengan saat alutsista
diterima (tahap commissioning), sedangkan biaya lanjutan (sustaining cost) mulai dihitung setelah
material alutsista tersebut diterima sampai penghapusan.
Klasifikasi LCC
Banyak negara di dunia mengelompokkan LCC menjadi beberapa tahapan, disesuaikan dengan sistem
dan metoda penganggaran masing-masing negara, namun secara garis besar tidak terlalu berbeda.
Berdasarkan penjelasan Defense Acquisition Guidebook (DAG) yang diterbitkan oleh Defense
Acquisition University (DAU) Amerika Serikat, LCC diartikan sebagai nilai totalitas biaya peralatan,
yang terdiri dari (1) biaya yang ditimbulkan selama fase awal (konseptual) termasuk fase penelitian dan
pengembangan; (2) biaya selama proses pengadaan (investment cost); (3) biaya operasi dan dukungan
pemeliharaan (operational & sustainment); sampai dengan (4) biaya penghapusan material. Biaya-
biaya tersebut tidak hanya berupa biaya langsung fase acquisition saja, tetapi juga biaya tidak langsung
lain di luar perkiraan yang mungkin terjadi (unpredictable cost) (DAU, 2012).
Life Cycle Cost berbeda dengan sistem logistik secara keseluruhan. LCC merupakan bagian dari sistem
logistik, yang mengatur hal-hal tentang biaya daur hidup suatu peralatan termasuk alutsista (weapon
system). Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah membuat standar definisi tentang katagori dan
elemen yang berkaitan dengan sistem Life Cycle Cost alutsista (DoD 5000.04-M). Estimasi LCC yang
dibuat oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ditujukan untuk mengetahui kemungkinan biaya
yang harus disiapkan terhadap pengadaan peralatan alutsista.

Pengujian Alutsista
Menurut aturan tersebut, LCC dibagi menjadi empat kategori kegiatan utama, yaitu: (1) biaya
penelitian dan pengembangan (RDT&E); (2) biaya investasi (investment cost) yang meliputi
pengadaan, konstruksi militer serta akuisisi yang berkaitan dengan operasional
dan maintenance (O&M) dihadapkan kepada kegiatan produksi dan distribusi peralatan; (3) biaya O&S
(Operational & Sustaintment); dan (4) biaya penghapusan.
Sementara itu lembaga SPAR Associates Inc di Amerika Serikat, sedikit memisahkan tahap konseptual
(penentuan kebutuhan) dari tahap acquisition, serta tetap membagi LCC menjadi empat kelompok,
antara lain:
 Tahap konseptual (conception stage), adalah tahap aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan, penentuan kebutuhan, penelitian dan pengembangan (R&D) yang meliputi
pembuatan spesifikasi teknis (contract specifications), desain, pertimbangan ketersediaan
anggaran yang dikaitkan dengan kebutuhan operasi dan kemajuan teknologi;
 Tahap akuisisi (acquisition stage), adalah semua tahapan yang berkaitan dengan
pembangunan/pengadaan alutsista sesuai dengan yang telah ditentukan pada tahap
konseptual;
 Tahap operasional dan pemeliharaan (in-service stage), adalah semua aktivitas yang
berkaitan dengan penggunaan operasi alutsista, dukungan logistik selama fase pemeliharaan
serta peningkatan kemampuan, yang merupakan tahapan yang paling lama dalam
perhitungan Life Cycle Cost (LCC); serta
 Tahap penghapusan (disposal stage), merupakan tahapan penghapusan material alutsista.

Biaya awal pengadaan (Acquisition Costs) terdiri dari biaya penelitian dan pengembangan
(R&D), Program Management, Engineering, produksi, suku cadang dan ST&TE (Special Tools and
Test Equipment), pelatihan awal (initial training) serta data dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian Departemen Pertahanan Amerika Serikat, biaya awal pengadaan (Acquisition Cost) alutsista,
biasanya berkisar antara 20 persen hingga 40 persen dari harga Life Cycle Cost secara keseluruhan.
Sehingga apabila diasumsikan harga fisik sebuah kapal korvet yang sudah jadi sebesar USD 300 juta,
maka biaya maksimal (bila harga kapal adalah 20% dari total LCC), yang harus dikeluarkan pemerintah
untuk membiayai kapal mulai saat pembelian kapal korvet tersebut hingga tetap dapat beroperasi,
sesuai fungsi asasi adalah USD 300,000,000 X 5 = USD 1,500,000,000. Sedangkan biaya minimal
(bila harga kapal 40% dari nilai total LCC), adalah sebesar USD 300,000,000 X 2,5 = USD
750,000,000. Artinya bila kita ingin memiliki kapal korvet tersebut, Pemerintah harus memiliki
anggaran minimal USD 750 juta dalam menjaga daur hidup satu unit kapal korvet tersebut.

Berdasarkan katagori LCC, biaya pengembangan diperkirakan akan mencakup 25% dari keseluruhan
anggaran daur hidup alutsista, biaya produksi membutuhkan persentase anggaran LCC sebesar 25%.
Sedangkan pada tahap Operation and Support (O&S) yang merupakan tahapan terpanjang dalam daur
hidup alutsista, akan mencakup 45% dari keseluruhan LCC alutsista.
Tahap penghapusan maksimal hanya membutuhkan alokasi 5% dari LCC. Hal spesifik yang perlu
menjadikan perhatian adalah bahwa pada peralatan militer, persentase antara System
Acquisition dan Operating & Support bervariasi, disesuaikan dengan kompleksitas dan kecanggihan
sistem teknologi. Makin canggih dan kompleks alutsista, akan menyebabkan biaya operasional dan
perawatan semakin besar.
Berdasarkan pengalaman pengadaan alutsista dari berbagai negara dunia termasuk di Indonesia,
pengadaan persenjataan dan alutsista “bekas” terutama yang memiliki kompleksitas dan teknologi
tinggi, sebaiknya dihindari. Apabila harus dilaksanakan, sebelumnya harus melalui perhitungan secara
seksama, ditinjau dari aspek efektifitas dan efisiensi anggaran, Analisa Sistem Riset Operasi
(ASRO), interoperability, communality dan LCC.
Pengadaan alutsista bekas kelihatannya menguntungkan, sederhana dan praktis, namun apabila
dihitung berdasarkan aspek LCC, ternyata dapat menimbulkan kerugian bagi pihak pembeli yang
besar, antara lain:

 Pembeli tidak dapat mengikuti perkembangan pembangunan alutsista pada


tahap acquisioton phase, sehingga kurang mendapat informasi berkaitan dengan
pengetahuan awal operator untuk mengoperasikan dan memelihara alutsista tersebut;
 Pembeli kehilangan jejak sejarah pembangunan alutsista dalam rangka melanjutkan
periode sustaining phase;
 Spesifikasi teknis, karakter dan daerah operasi alutsista yang dibeli, seringkali tidak sesuai
dengan kebutuhan operasi pembeli;
 Sangat menyulitkan pelaksanaan Integrated Logistic Support (ILS), karena pembeli tidak
mendapat informasi yang akurat tentang perawatan dilaksanakan, sebelum alutsista bekas
tersebut diserahkan;
 Tidak ada kepastian lanjutan daur hidup alutsista, sehingga biaya operasional selanjutnya
bisa jadi akan lebih besar;
 Dalam rangka operasional dan pemeliharaan, pengawak kurang memiliki perasaan
kedekatan emosional dengan peralatan, karena menerima dalam kondisi “as it is”;
 Industri dalam negeri kehilangan kemampuan penguasaan teknologi; (8) perlu tambahan
alokasi anggaran untuk modifikasi dan modernisasi peralatan, agar sesuai kebutuhan
operasional pihak pembeli.

Pertimbangan LCC
Alutsista merupakan sistem kesenjataan yang sangat kompleks karena terdiri dari berbagai disiplin
ilmu, antara lain: pesawat tempur/terbang, helikopter, kapal perang, tank dan kendaraan tempur
lainnya, peluru kendali, meriam dan lain-lainnya, perlakuan dan kebijakan terhadap alutsista sangat
menentukan kualitas dan daur hidup aluststa. Dalam rangka meningkatkan kekuatan pertahanan suatu
negara, dibutuhkan postur yang sesuai dalam

Anda mungkin juga menyukai