Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan permasalahan yang diambil oleh penulis yaitu terjadinya


kerusakan alat muat bongkar yang mengakibatkan gangguan pada proses kegiatan
muat bongkar, maka perlu dicantumkan beberapa tinjauan pustaka yang relevan
sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan perawatan alat muat bongkar crane

a. Tinjuan Konsep Optimalisasi


Berikut ini adalah beberapa teori terkait yang akan dikemukakan oleh penulis
dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti tentang optimalisasi
perawatan alat muat bongkar di atas kapal.

Dalam beberapa literature manajemen, tidak dijelaskan secara tegas pengertian


optimalisasi, namun dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S.poerdwadarminta
(1997 :753 ) menjelaskan bahwa : “Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai
dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan
secara efektif dan efisien”. Optimalisai banyak juga diartikan sebagai ukuran
dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan
yangdilaksanakan.
MenurutWinardi (1999: 363) menjelaskan bahwa : Optimaslisai adalah ukuran
yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari sudut
usaha, Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga
mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Dari uraian tersebut
diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam
pewujudannya secara efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi,
senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar
optimal.

b. Tinjauan Konsep Perawatan

”Memelihara kapal agar selalu dalam keadaan yang siap operasional dan dapat
memenuhi jadwal pelayaran kapal yang telah ditentukan tepat pada waktunya”
Situmorang (2000 : 4)

Selanjutnya menurut Prijo Soebandono (2006 : 29) adalah : ”Gabungan dari


suatu kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau mengembalikan
suatu peralatan menjadi seperti sediakala pada kondisi yang baik untuk dapat
dipergunakan kembali”
Lebih lanjut pengertian perawatan menurut Daryanto (2006 : 29) adalah: ”Suatu
usaha kegiatan untuk merawat suatu materil atau mesin agar supaya materil atau
mesin itu dapat dipakai secara produktif dan mempunyai umur yang lama”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan perawatan dan
perbaikan kapal adalah kegiatan yang dilkukan secara terus menerus atau
berkesinambungan terhadap peralatan dan perlengkapan agar kapal selalu dalam
keadaan laik laut dan siap operasi.

1) Tehnik Perbaikan dan Perawatan


Capt. Marihot Simanjuntak, M.M.(2003 : 5) menjelaskan bahwa lingkup
dari perawatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis kegiatan, yaitu :
a) Perawatan normal atau perawatan sistematis, Perawatan sistematis adalah
semua pekerjaan perawatan yang dapat diperkirakan sebelumnya.
Contoh : perawatan rutin.
b) Perawatan tidak normal atau perawatan luar biasa terjadi akibat dari
kerusakan yang tidak terduga karena kurang adanya perawatan
pencegahan.
Contoh : pekerjaan reparasi.

8
2) Tahap – Tahap Perawatan
Kelancaran peralatan muat bongkar dipengaruhi oleh cara perawatan
kapal yang dijalankan. Adapun tahap-tahap yang efisien dalam perawatan
adalah :
a) Pengukuran besar dan lama waktu bekerja.
b) Perencanaan dan penjadwalkan : menentukan dalam urutan yang
bagaimana oleh siapa pekerjaan akan dilaksanakan.
Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian (1970 : 114) menjelaskan bahwa :
“perencanaan sebagai langkah dalam perawatan adalah keselurahan
proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang
akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan”.
Perencanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik melalui
beberapa cara, diantaranya :
(1) Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri rencana yang baik.
(2) Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian
perencanaan yang harus dijawab dengan memuaskan.
(3) Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus
dipecahkan dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah.
(4) Perawatan pencegahan, penjadwalan awal, pekerjaan yang selalu di
ulang-ulang.
(5) Perawatan korektif, melakukan perancangan komponen peralatan
berdasarkan pengalaman dari kerusakan berulang.
(6) Lamanya waktu operasi yang menurun akan bergantung atas
tersedianya suku cadang dan jasa penunjang.

3) Jenis dan Waktu Perawatan


Menurut Johanees A Bessie (2010), sesudah berlakunya International Safety

Management Code (ISM Code).

a) Perawatan Terencana (Planned Maintenance System)

9
Perawatan Terencana (PMS) adalah sistem perawatan yang dilakukan
terhadap pesawat-pesawat permesinan dan peralatan lainnya di kapal
secara terencana dan bersinambungan, menurut petunjuk Makernya
masing-masing untuk menghindari terjadinya kerusakan (breakdown)
yang dapat menghambat kelancaran beroperasinya kapal.

b) Perawatan untuk menghadapi Internal/External audit. Dengan


berlakunya ISM Code maka perawatan pesawat-pesawat permesinan
diwajibkan untuk menghadapi Internal/External audit. Tiap type dan
DWT kapal ada perbedaan. Bagi kapal-kapal Oil Tankers, Combination
Carriers, Shuttle Tankers, Chemical Tankers dan Gas Carriers perlu
diketahui bahwa perawatan dan Safety check list wajib yang dikeluarkan
oleh Oil Companies International Marine Forum (OCIMF) mengenai
Ship Inspection Report (SIRE) Program. Disamping itu ketentuan
Chemical Distribution Institute (CDI) untuk Chemical Tanker dan
ketentuan lain untuk LPG dan LNG Tanker serta International Safety
Guide for Oil Tanker and Terminals (ISGOTT). Dari tahun ketahun ada
perubahan atau tambahan sehingga pengetahuan untuk perawatan dan
persiapan menghadapi Internal/External audit perlu diupdate dengan
adanya edisr terbaru. Selain kapal-kapal General Cargo dan Passenger,
penulis pernah bertugas di kapal-kapal Oil Tanker, Chemical Tanker dan
LPG Tanker sehingga penulis mengetahui betul pelaksanaan perawatan
dan persiapan untuk menghadapi Internal/External inspection dan
pemeriksaan oleh Port State Control Officer Kapal curah, kapal
penumpang dan lainnya juga terdapat ketentuan-ketentuan tersendiri.

c) Perawatan untuk menghadapi pemeriksaan oleh Perwira Pemeriksa dari


Port State Control (Port State Conrol Officer/PSCO)
Secara berkala Port State Control Officer (PSCO) akan memeriksa kapal di
pelabuhan Negara manapun kapal berada.
Pemeriksaan meliputi sertifikat kapal, keselamatan pengoperasian kapal,
pencegahan terjadinya polusi dan pengawakan kapal.

10
d) Perawatan dan perbaikan sesuai dengan Continuous Machinery Survey
(CMS) yang dikeluarkan cleh Biro Klasifikasi dimana kapal
diregistrasikan (sesuai bendera kapal).
Ketentuan Biro Klasifikasi menghamskan agar minimum 1/5 dari
komponen pesawat permesinan dan perlengkapan kapal yang termasuk
dalam daftar CSM harus dioverhaul untuk perawatan dan pemeriksaan
oleh Surveyor dari Biro Klasifikasi dimana kapal diregtstrasi.

e) Perawatan dan perbaikan saat kapal naik Dok


Beberapa perusahan Pelayaran menghendaki supaya ABK melakukan
perawatan terhadap komponen PMS yang sudah tiba waktunya dirawat/
diperbaiki menjelang kapal naik Dok untuk menghemat biaya Dok. Jika
kebetulan komponen tersebut termasuk dalam daftar CMS dari Biro
Klasifikasi kapal, maka KKM bisa melakukan Confirmatory survey tanpa
kehadiran Surveyor Klasisfikasi kapal.
Selanjutnya KKM membuat laporan Overhaul dilampiri hasil
pengukuran yang diperlukan dan foto perawatan lalu dikirim ke kantor
Pusat agar diteruskan ke Surveyor Klass untuk diendors.
Namun beberapa perusahan mengambil kebijakan sebaiknya PMS dan
CMS dilakukan saat kapal berada di Dok, ditambah pula dengan
pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam Docking survey dan pekerjaan
-pekerjaan lain. Tentunya hal ini menyangkut biaya dan waktu Dok akan
tetapi bagi perusahan Pelayaran besar terutama yang kapal-kapalnya
dicharter, biasanya punya cukup dana untuk biaya Dok.

f)   Breakdown Maintenance
Dengan berlakunya ISM Code dimana diutamakan pengoperasian kapal-
secara aman dan pemeriksaan rutin oleh Port State Conrol Officer
dipelabuhan manapun kapal berada, maka system perawatan ini tidak
sesuai lagi. Hal ini dikarenakan PMS, CMS, Rutine Safety Check List dan
Iain-lain selalu mendapat perhatian Port State Control Officer ketika
memeriksa kapal di pelabuhan manapun kapal berada.

11
4) Tujuan Perawatan
Setiap Perusahaan tentunya telah merumuskan dan menetapkan suatu
rencana perawatan (PMS) sesuai tuntutan dalam ISM Code elemen 10, dan
mereka dapat dipastikan mempunyai tujuan menekan resiko kerusakan
kapal-kapalnya, kelancaran operasional kapal-kapalnya dan pada akhirnya
mendatangkan keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan tersebut.
Berikut ini penulis uraikan beberapa tujuan kegiatan perawatan
menurut NSOS (2006:25), yaitu :
a) Untuk memperoleh pengoperasian kapal yang teratur dan lancar serta
meningkatkan keselamatan anak buah kapal dan perlengkapannya.
b) Untuk membantu para perwira kapal dalam merencanakan dan menata
kegiatan dengan lebih baik yang berarti meningkatkan kemampuan kapal
dan membantu mereka mencapai sasaran yang telah ditentukan oleh
manajer operasi.
c) Memelihara peralatan dalam rangka untuk mencapai target voyage yang
telah ditentukan.
d) Untuk meminimumkan waktu nganggur (down time) dari kemungkinan
terjadi kerusakan.
e) Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu
tingkat keuntungan yang diperoleh sebaik mungkin dengan total biaya
serendah mungkin.
f) Memperhatikan jenis-jenis pekerjaan yang paling mahal yang
menyangkut perawatan dapat dilaksanakan secara teliti sehingga dapat
mengendalikan biaya perawatan secara efisien.
g) Sebagai informasi umpan balik yang akurat bagi kantor pusat dalam
meningkatkan pelayanan.

5) Pendekatan Program Perawatan


Berikut adalah 9 (sembilan) pendekatan untuk membuat sebuah
program perawatan yang efektif adalah :
a) Mengidentifikasi kekurangan eksisting.
b) Membuat tujuan akhir dari program.

12
c) Menetapkan skala prioritas.
d) Menetapkan parameter untuk pengukuran performansi.
e) Menetapkan rencana jangka pendek dan juga jangka panjang.
f) Sosialisasi perencanaan terhadap bagian-bagian yang terkait.
g) Implementasi perencanaan.
h) Laporan berkala.
i) Pemeriksaan kemajuan secara rutin.

2. Menunjang kelancaran proses muat bongkar

Alat bantu bongkar muat diartikan sebagai alat bantu yang dapat dipakai
untuk kelancaran kegiatan membongkar barang dari kapal ke darat atau
sebaliknya. Dengan pemakaian alat bantu bongkar muat yang sesuai dengan
jenis barang yang akan dibongkar atau dimuat, maka kinerja akan lebih efektif
dan efisien.

Alat bantu bongkar muat dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu :

a. Kelengkapan alat bantu bongkar muat pada kapal;

Dalam proses bongkar muat, kapal dilengkapi dengan beberapa alat


yang berfungsi untuk membantu dalam pekerjaannya. Alat-alat ini berfungsi
untuk mempermudah kegiatan bongkar muat, dan juga untuk menjamin
keselamatan dari barang yang diangkutnya. Adapun beberapa alat yang
dimaksud adalah:

1) Ramp door

Alat ini umumnya terdapat pada kapal jenis RORO (Roll On Roll Out),
merupakan jenis kapal yang diperuntukkan untuk mengangkut berbagai
jenis kendaraan. Fungsi dari Ramp Door ini adalah sebagai jembatan
penghubung antara dermaga dan kapal. Ramp door umumnya terletak
pada haluan atau buritan kapal, saat merapat di dermaga ramp door akan
membuka kebawah layaknya gerbang benteng pertahanan zaman ksatria

13
berkuda. Saat ramp door terbuka, maka kendaraan akan keluar dari
lambung kapal, layaknya anak-anak arwana yang baru menetas keluar
dari mulut induknya.

2) Crane Kapal (Ship Gear)

Alat ini biasanya terletak dibagian tengah kapal, berfungsi untuk


mengangkat cargo dari palka kapal, kemudian dipindahkan ke dermaga.
Lengan dari crane kapal harus cukup panjang, sehingga dapat
memindahkan dari palka ke dermaga. Sistem yang digunakan pada crane
kapal serupa dengan crane pada umumnya, yakni menggunakan kabel
baja, dengan motor sebagai penggeraknya dan berbagai ukuran pully
sebagai pemindah dayanya.

3) Hook crane

Hook terletak pada ujung kabel crane, dan berfungsi untuk dikaitkan
pada beban atau muatan.

4) Jala-jala kapal

Fungsinya tidak kalah penting dalam proses bongkar muat barang. Jala-
jala kapal berfungsi dalam kegiatan bongkar muat bag cargo, box cargo,
dsb. Jala-jala di hamparkan kemudian cargo diletakkan diatas jala-jala,
lalu jala-jala ditutup dan dikaitkan pada hook crane.

5) Spreader

Kegunaannya amat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas


bongkar muat. Spreader tersedia dengan berbagai kegunaan, yaitu
spreader untuk petikemas, spreader beam untuk general cargo, dan
clamp untuk curah kering. Dengan menggunakan spreader, kecepatan
bongkar muat akan meningkat, ex:  spreader beam dapat mengangkat dua
jala-jala lambung sekaligus sekali angkat. Namun pada hakekatnya,
penggunaan spreader harus disesuaikan dengan SWL (Safe Working
Load) pada setiap crane.

14
b. Kelengkapan alat bantu muat bongkar di pelabuhan

Dalam kegiatannya, upaya bongkar / muat kapal atau biasa disebut


stevedoring menggunakan alat bantu untuk mempercepat prosesnya. 
Adapun peralatan yang digunakan diantaranya :

Mobile Crane adalah alat bongkar muat berbentuk truk yang


menggendong crane pada punggungnya.

3. Crane

a. Menurut DJ HOUSE ( 1994 : 126 ), menerangkan bahwa :


Kebanyakan crane pada kapal diatur agar dapat mengayun sejauh 360
derajat, tetapi batasan diatur sedemikian rupa sebagai penghenti untuk
menghentikan Jib ( konstruksi lasan baja untuk pendukung ikatan lapisan
yang berada di atas agar dapat mengangkat dan menggerek muatan ), batasan
juga diatur juga untuk pengoperasian jib, dan juga wire untuk menaikkan
muatan, sehingga untuk pencegahan ketidakteraturan dari jib-boom dan grab
( alat yang dirancang untuk mengangkat muatan curah yang dihubungkan
dengan crane ) mengenai bagian atas ikatan dari hoist ( alat untuk menaikkan
muatan ). Tetapi crane di atas kapal saya di sebutnya derrick.
Derrick adalah alat derek yang ada di tas kapal untuk
mengangkat, memindahkan serta menurunkan bobot muatan. Dalam
industri pelayaran alat ini efektif untuk memindahkan barang dari
dermaga ke kapal atau sebaliknya.

b. Peringatan umum dalam operasi crane ( Manual hand book crane )


1) Jangan mengangkat muatan melebihi dari kekuatan crane
2) Jangan pernah memuat barang melebihi dari kapasitas yang ditetapkan
dalam buku manual crane. Crane telah dirancang untuk lebih baik
digunakan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang ditetapkan. Crane
yang digunakan berlebihan akan mempercepat kerusakan peralatan pada
crane. Mengangkat beban yang melebihi dari pada kapasitas crane bisa

15
membuat kerusakan pada alat-alat crane seperti putusnya wire dan
jatuhnya barang yang mengakibatkan terluka atau kematian pada
manusia. Heave up atau mengarea secara tiba-tiba akan membuat gaya
yang tidak biasa pada crane dan akan mempengaruhi ke seluruh bagian
pada crane seperti mesin, kawat baja (wire), boom dan lain-lain.

3) Pengoperasian keselamatan
Dalam kegiatan muat bongkar, jika barang terjatuh atau bergoyang,
kecelakaan serius mungkin terjadi. Melihat berat dan ukuran dari muatan
atau hal-hal yang terlibat dalam pengoperasian, harus mengoperasikan
crane dengan hati-hati. Untuk menjaga crane dari kerusakan harus
mengadakan meeting atau pengawasan antara pekerja dengan operator.
Menggerakan crane dengan tidak hati-hati bisa mencelakai para pekerja.

4) Pengoperasian sesuai prosedur


Jangan mengoperasikan crane secara kasar, tapi operasikan secara hati-
hati, maka secara tidak langsung telah merawat kerusakan pada crane.
Hindari pengoperasian dengan muatan penuh dan kecepatan penuh atau
keseringan dalam menghidupkan atau mematikan mesin. Operator harus
waspada pada suara, getaran atau panas yang tidak normal.

c. Peringatan Umum dalam Operasi Crane


1) Pengoperasian keselamatan.
Dalam kegiatan muat bongkar, jika barang terjatuh atau bergoyang, maka
mengakibatkan kecelakaan yang serius mungkin akan terjadi. Melihat
berat dan ukuran dari muatan atau hal-hal yang terlibat dalam
pengoperasian maka harus mengoperasikan crane dengan hati-hati.
Untuk menjaga crane dari kerusakan harus mengadakan meeting atau
pengawasan antara pekerjaan dan operator. Menggerakan crane dengan
tidak hati-hati bisa mencelakai para pekerja.

2) Pengoperasian secara hati-hati.

16
Jangan mengoperasikan crane secara kasar atau melampaui batas
kemampuan crane, tapi operasikan secara hati-hati, maka secara tidak
langsung telah merawat kerusakan pada crane. Hindari pengoperasian
dengan muatan penuh dan kecepatan penuh atau keseringan dalam
menghidupkan atau mematikan mesin. Operator harus waspada pada
suara, getaran, dan panas yang tidak normal.

3) Jangan mengangkat muatan lebih dari kekuatan crane.


Jangan pernah memuat barang melebihi dari kapasitas yang di tetapkan
dalam buku manual crane. Crane telah dirancang untuk lebih baik
digunakan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang ditetapkan. Crane
yang digunakan berlebihan akan mempercepat kerusakan peralatan pada
crane. Mengangkat beban yang melebihi daripada kapasitas crane bisa
membuat kerusakan pada alat-alat pada crane seperti putusnya wire dan
jatuhnya barang yang mengakibatkan terluka atau kematian pada
manusia. Menarik atau menurunkan secara tiba-tiba akan membuat gaya
yang tidak biasa pada crane seperti mesin, wire, grab dan lain-lain.

17
B. KERANGKA PEMIKIRAN

MENGOPTIMALKAN PERAWATAN ALAT MUAT BONGKAR CRANE GUNA


MENUNJANG KELANCARAN PROSES MUAT BONGKAR DI MV. VISION GLOBAL

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Adanya wire crane putus saat pemuatan berlangsung.
2. Kurang optimalnya perawatan yang dilakukan terhadap alat muat bongkar yang sesuai
prosedur.
3. Kurangnya pengawasan yang bertugas jaga terhadap penggunaan crane.
BATASAN MASALAH
Kurang optimalnya perawatan yang dilakukan Kurangnya pengawasan yang bertugas jaga
terhadap alat muat bongkar yang sesuai terhadap penggunaan crane.
prosedur.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana mengoptimalkan perawatan Apakah kerusakan wire crane disebabkan oleh
alat muat bongkar crane guna menunjang kurangnya pengawasan dan perawatan
kelancaran proses muat bongkar peralatan muat bongkar?

ANALISA DATA
Kerusakan peralatan Cara merawat Route pelayaran yang Kurangnya
muat bongkar peralatan bongkar dilalui relatif singkat, ketersediaan
disebabkan karena muat yang baik sehingga perawatan suku cadang
kurangnya perawatan agar peralatan peralatan bongkar muat di atas kapal.
terhadap peralatan muat tersebut selalu siap terabaikan dan kurang
bongkar. digunakan. diperhatikan.
PEMECAHAN MASALAH
Melakukan perencanaan Melakukan Membuat koordinasi pada Mualim I
perawatan muat bongkar pemberian bagian-bagian organisasi Mempersiapkan
secara terjadwal, dengan pemahaman kepada dalam melakukan daftar-daftar
crew kapal menurut pembagian 2 (dua) suku cadang
mengikuti daftar
PMS/ Planed kelompok pada kegiatan yang penting
checklist perawatan Maintenance System perawatan peralatan muat guna untuk
yang telah ditentukan ( sistem perawatan bongkar atau perawatan mengantisipasi
oleh pihak menejemen yang terencana ) lainnya agar dapat terjadi
kapal. untuk merawat berjalan dengan baik kerusakan.
peralatan bongkar sesuai dengan job
muat description.

OUT PUT
Dengan membuat perencanan perawatan muat bongkar secar terjadwal, kordinasi melakukan
pembagian 2 (dua) kelompok pada kegiatan perawatan
18 peralatan muat bongkar atau perawatan
lainnya agar dapat berjalan dengan baik dan mempersiapkan daftar suku cadang untuk
mengantisipasi terjadinya kerusakan alat muat bongkar crane.
Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan pada tinjauan
daftar pustaka, bahwa perawatan itu sangatlah penting dan diperlukan suatu
perawatan dan pelaksanaan pengawasan untuk mencapai hasil yang baik dan
maksimal.

Perawatan dibutuhkan untuk mencegah agar kerusakan tidak terjadi


karena usia yang bertambah tua dan ausnya perlengkapan yang mengakibatkan
berkurangnya kemampuan dari alat muat bongkar.
Walaupun perawatan peralatan muat bongkar sudah dilakukan dengan
baik dengan ketentuan namun apabila pengawasan pada pelaksanaan peralatan
muat bongkar tidak bekerja dengan lebih tanggung jawab terjadi pemaksaan
penggunaan peralatan secara tidak benar berakibat kerusakan peralatan muat
bongkar.
Berarti perawatan dilaksanakan sesuai ketentuan dan dalam fungsi
pengawasan harus berjalan dengan lebih bertanggung jawab baik rating
maupun perwira kapal.
Keterlambatan proses muat bongkar di kapal yang disebabkan
kerusakan peralatan adalah menjadi tanggung jawab pihak kapal, sehingga
dalam penyusunan makalah ini penulis bertolak dari apa yang menyebabkan
terjadinya masalah tersebut, yaitu terjadinya kerusakan alat muat bongkar.
Kerusakan ini sudah diupayakan untuk memperbaiki, tapi ada kalanya upaya
perbaikan ini belum mencapai hal yang efektif karena prosedur pelaksanaan
perawatan belum sesuai dengan prosedur yang ada, hal inilah yang menjadi
bagian pemikiran bagi penulis untuk penyusunan makalah ini.

19

Anda mungkin juga menyukai