Anda di halaman 1dari 9

PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

MODUL PEMBINAAN
TEKNISI PERANCAH

PENGETAHUAN DASAR PERANCAH

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

1. Pengetahuan dasar perancah


Perancah (Scaffolding) menawarkan kondisi kerja yang lebih aman dan nyaman

dibandingkan bekerja menggantung dengan tali atau bekerja diatas tangga. Namun

persepsi kemudahan dan kenyaman kerja dalam mengunakan perancah (scaffolding)

akan hilang saat dimana scaffolding tersebut didirikan dengan tidak memenuhi syarat

dan ketentuan baik materialnya, prosedur/ urutan, personil serta sistem Keselamatan

dan kesehatan kerja dimana scaffolding didirikan.

Memang Scaffolding didirikan hanya sementara untuk membantu pekerja dalam

mengerjakan pekerjaan diketinggian, Memang Scaffolding terlihat sederhana bila dilihat

secara visual namun sebenarnya scaffolding membutuhkan perhatian dan kecermatan

dalam membangun maupun penggunaannya.

Untuk itu diperlukan beberapa teknik ataupun acuan (referensi) sebagai dasar dalam

mendirikan, menggunakan, pengawasan sampai menjadi sebuah prosedur atau sistem.

Begitu pula di Negara Indonesia ini, scaffolding merupakan alat kerja yang memerlukan

perhatian khusus sehingga dianggap perlu dimasukan kedalam Peraturan Negara, yang

terkutip dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER

01/MEN/1980 Tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Bidang Konstruksi

Bangunan, karena memang dimana Kementerian Tenaga Kerja yang memegang mandat

sebagai pelaksana dan pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia.

Kita sadari bahwa ketentuan-ketentuan perancah (scaffolding) yang tertulis dalam

beberapa peraturan baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri,

Keputusan Menteri, Keputusan Dirjen dan lain-lain, belum menjabarkan secara

terperinci atau detail tentang teknis material dan teknis pendirian scaffolding. Sehingga

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

penyusun juga menampilkan beberapa ketentuan perancah (scaffolding guideline) dari

beberapa negara yang dianggap penyusun memenuhi kebutuhan dan menjawab

permasalahan teknis dilapangan.

Menurut Permenaker & trans No.PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan dan

kesehatan kerja konstruksi bangunan, Perancah (scaffolding) ialah Bangunan pelataran

(platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja,

bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan

pemeliharaan dan pembongkaran.

1.1 Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat mengetahui dasar-dasar

perancah, istilah dari susunan perancah

1.2 Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan nama dan komponen dalam pemasangan, perawatan dan

pembongkaran perancah

b. Mampu memilih jenis perancah yang sesuai dengan area kerja

c. Mengetahuai material yang digunakan dalam pembuatan perancah

1.3 Pembahasan

Definisi perancah juga perlu ditafsirkan dan dianalisa dengan seksama, hal ini

dikarenakan masih banyak prakteknya dilapangan yang masih menyalah-gunakan

perancah yang bukan peruntukannya. Misalnya scaffolding sebagai struktur utama

dari sebuah bagunan untuk panggung berkerja, material perancah sebagai palang

(gawang) alat angkut. Terlebih di Indonesia hal perancah (Scaffolding) ini

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

merupakan masuk keranah Undang-undang yang tentunya juga bagian dari hukum

yang berlaku di Indonesia.

Berikut disampaikan beberapa definisi menurut Peraturan Perundangan di Indonesia

dan ditampilkan pula beberapa referensi internasional tentang definisi perancah

sebagai penambahan keilmuan analisa.

Definisi Perancah (Scaffolding) :

Indonesian Standard : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No.
Per 01/MEN/1980, BAB I-Pasal 1, point “e”,
“Bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan
sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap
pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan
pembongkaran” #1).

Lembaga Internasional : OSHA 3150/2002. Part 1926, Subpart L (ANSI)


2.
“Scaffold means any temporary elevated platform (supported or suspended) and its
supporting structure (including points of anhorage), used for supporting employees
or materials or both” #20)

Australian Standard : AS/ NZS 1576.1:1995,


3.
“A temporary structure, specifically erected to support access platforms or
working” #21)
Scaffolding mempunyai jenis, bentuk, dan ukuran yang berbeda‐beda menurut
fungsi atau area tempat scaffolding akan digunakan. Biasanya scaffolding
berbentuk suatu sistem modular dari pipa dan Klem, Rangka Besi, juga dapat
menggunakan bahan‐bahan lain. Buku ini hanya akan membahas tentang
pemasangan Perancah pipa-Klem dan Perancah Rangka Besi karena
penggunaannya secara umum di Indonesia.
Pemasangan scaffolding pipa dengan material yang tepat dan dipelihara dengan
benar, ukuran yang cukup, serta instalasi yang sesuai standar dapat mendukung
efisiensi pelaksanaan pekerjaan serta menjamin keselamatan pekerja. Pemasangan
scaffolding pipayang tidak sesuai standar sama dengan mengundang bahaya karena
dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan kerja yang fatal dan kematian

Pekerjaan Perancah harus direncanakan secara hati-hati sebelum pekerjaan dimulai

sehigga dapat dilakukan secara aman.

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

Scaffolding ditujukan untuk meminimalkan risiko atau mencegah potensi-potensi bahaya

yang diakibatkan oleh pekerja (pada pekerjaan yang dilakukan di ketinggian) dan juga untuk

mencegah kerusakan peralatan atau aset-aset perusahaan lainnya maupun lingkungan.

Perancah yang aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan

dengan aman oleh seorang yang berdiri diatas konstruksi yang kuat dan permanen kecuali

apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman menggunakan tangga.

SURAT KEPUTUSAN DIRJEN PPK NO. 20/DJPPK/2004 Tentang Sertifikasi

Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Konstruksi Bangunan Ketetapan

Keempat :

Setiap tenaga kerja (Scaffolder) yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam

pekerjaan pemasangan, perawatan, pemeliharaan, dan pembongkaran perancah harus

memenuhi syarat kompetensi K3 Perancah.

Perencanaan melibatkan Mengidentifikasi bahaya, Menilai risiko, Menentukan langkah-

langkah pengendalian yang sesuai (Standart, Management, Administrasi, system, methode,

Tools, APD).

1) Eliminasi

Eliminasi adalah suatu upaya yang digunakan untuk menghilangkan metode, bahan,

ataupun proses yang berbahaya yang ada secara keseluruhan. Eliminasi adalah cara

pengendalian risiko yang paling baik karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit

akibat potensi bahaya ditiadakan.

2) Substitusi

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

Substitusi merupakan upaya untuk mengganti bahan, material atau proses yang

mempunyai potensi risiko tinggi dengan bahan, material atau proses yang mempunyai

potensi risikonya rendah yang lebih aman.

3) Rekayasa Teknik (Engineering Revision)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk

mencegah seseorang terpapar pada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin,

penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian

alat bantu mekanik, pemberian peredam suara pada dinding ruang mesin yang

menghasilkan kebisingan tinggi atau membuat / menciptakan desain baru.

4) Isolasi

Isolasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya dengan cara

memisahkan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung, dapat dilakukan

dengan pemberian pagar atau ruangan sendiri.

5) Pengendalian Administratif

Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang

dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Pengendalian

administratif dapat berhasil atau tidaknya tergantung dari perilaku tenaga kerja itu

sendiri dan juga memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian

administratif ini.

6) Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu upaya yang dilakukan jika

bahaya-bahaya yang ada tidak dapat dikendalikan secara teknis. Alat pelindung diri

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

merupakan alternatif terakhir. Penggunaan alat pelindung diri disesuaikan dengan

sumber bahaya yang terdapat pada lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

keparahan akibat bahaya yang ditimbulkan. Penggunaan alat pelindung diri merupakan

alternatif terkhir, karena mempunyai kelemahan antara lain :

a) Alat Pelindung Diri (APD) tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi

hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang

diterima. Bila penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) gagal, maka secera otomatis

bahaya yang ada akan mengenai tubuh tenaga kerja.

b) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dirasakan tidak nyaman, karena

kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan ada beban tambahan

karena harus dipakai selama bekerja.

1. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai Kerja Sementara

Metode Perlindungan jatuh (Fall Protection Method)dilakukan melalui pendekatan

pergerakan pekerja dalam mencapai tempat diketinggian dengan adanya fasilitas dan

pergerakan untuk mencapai tempat kerja, meliputi :

a. Bekerja pada lantai kerja tetap;

b. Bekerja pada lantai kerja sementara;

Ketidaktahuan tenaga kerja akan tempat kerja dapat menimbulkan resiko bahaya yang

tidak diinginkan. Materi ini sedikitnya memberikan gambaran secara umum karakteristik

lantai kerja, diharapkan setelah mengetahui lantai kerja, pekerja akan memiliki kesadaran

untuk bagaimana berprilaku aman pada saat bekerja di lokasi tersebut.

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

1.1 Tujuan khusus pembelajaran

Setelah menyelesaikan materi ini, tenaga kerja mengetahui tentang karakteristik lantai

kerja.

1.2 Pembahasan

Tempat Kerja menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 9 tahun 2016 pasal 1

ayat 16 adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap

dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.

LANTAI KERJA adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia yang digunakan

untuk bekerja, lantai kerja terbagi menjadi :

1. Lantai kerja tetap, sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 9 tahun

2016 pasal 1 ayat 7 adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk

digunakan secara berulang kali dalam durasi yang lama. Beberapa contoh lantai kerja

tetap adalah ; lorong, tangga tetap (fixed ladder), gratting/walkways dan telah

dilengkapi dengan collective protection. Ketersediaan fasilitas tersebut memberikan

sifat perlindungan jatuh (fall protection).

Gbr. Contoh lantai kerja tetap

Modul Teknisi Perancah


PEMBINAAN K3 BIDANG KONTRUKSI

2. Lantai kerja sementara sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 9

tahun 2016 pasal 1 ayat 8 adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk

digunakan dalam durasi yang tidak lama, terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada

kemungkinan runtuh.

Lantai kerja sementara dan struktur pendukungnya tidak boleh menimbulkan risiko

runtuh atau terjadi perubahan bentuk atau dapat mempengaruhi keselamatan pengguna.

Contoh dari lantai kerja sementara ; scaffolding, tangga lipat/dorong, gondola, MEWP

(scissor lift, geny lift). Fasilitas peralatan tersebut sudah mempunyai standar

keselamatan dalam pemakaiannya. Penggunaan fall arrest harness menjadi bagian

penting guna mengefektifkan fungsi bilamana terjadi kegagalan dalam fasilitas

tersebut.

Gbr: Perancah bergerak Gbr: Sciccor Lift

Gbr: Perancah Gbr: Boom Lift

Modul Teknisi Perancah

Anda mungkin juga menyukai