Lo Blok 15 Skenario 1
Lo Blok 15 Skenario 1
“SERING BERKEMIH”
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
Learning Objective
Jawaban
1. Urinalisis (rutin)
Dewasa Bayi baru lahir Anak
Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan
sampai kuning gelap
Penampilan Jernih Jernih Jernih
Bau Beraroma Beraroma
Ph 4,5-8,0 5,0-7,0 4,5-8,0
Berat jenis 1,005-1,030 1,001-1020 1,005-1030
Protein 2-8 mg/dL;
pemeriksaan strip
reagen negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Pemeriksaan 1-2 per lapang
mikroskopik Daya rendah
SDM Jarang
SDP 3-4 0-4
Serpihan Kadang-kadang hialin Jarang
Deskripsi. Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih
dan untuk mendeteksi penyakit gangguan metabolisme yg tidak berhubungan dengan ginjal.
Banyak pemeriksaan rutin urinalisis dilakukan di tempat praktik dokter.
Masalah-Masalah Klinis
Warna: Tidak berwarna atau pucat: Banyak minum, diabetes insipidus, GGK, minum
alkohol. Merah atau merah kecoklatan: hemoglobinuria, porfirin, kontaminasi dengan
menstruasi; Obat: Azo Gantrisin, fenitoin (Dilantin), kaskara, klorpromazin (Thorazine),
dokusat kalsium dan fenolftalein (Doxidan), fenoftalein; Makanan: bit, kelembak, zat
pewarna makanan. Jingga tua: pembatasan masukan cairan, urine pekat, urobilin, panas;
Obat: amidopirin, nitrofurantoin, piridium, sulfonamid; Makanan: wortel, kelembak, zat
pewarna makanan. Biru atau hijau: toksemia pseudomonas; Obat: amitriptilin (Elafil),
metilene blue, metakarbanol (Robaxin), konsentrat ragi; Coklat atau hitam: keracunan lisol,
melanin, bilirubin, metemoglobin, porfirin; Obat: kaskara, injeksi besi.
Penampilan: Kabur atau keruh: bakteri, pus, eritrosit, leukosit, fosfat, cairan sperma
prostat, asam urat; cairan seperti susu: lemak, piuria
Bau: Amonia: pecahan urea oleh bakteri; busuk atau tengik: bakteria (infeksi saluran
kencing) Mousey: fenilketonuria; Manis atau berbau buah: Asidosis diabetik, kelaparan
pH: <4,5: Asidosis metabolik, asidosis respiratorik, diare berat, diet tinggi protein hewani;
Obat: amonium klorida, asam mandelik; > 8,0: baktriuria, infeksi saluran kencing; Obat:
antibiotik (neomisin, kanamisin), sulfonamid, natrium karbonat, asetazolamid (Diamox),
kalium sitrat
Berat jenis: <1,005: Diabetes insipidus, banyak minum, kelebihan cairan, penyakit ginjal,
kekurangan dan kelebihan kalium; berat jenis >1,026: kurang minum, demam diabetes
melitus, muntah, diare, dehidrasi, penggunaan zat kontras pada sinar x
Protein: > 8 mg/dL atau >80 mg/24 jam: proteinuria, latihan, stres berat, demam, penyakit
infeksi akut, penyakit ginjal, lupus eritematosus, leukemia, mieloma multipel, penyakit
jantung, keracuan kehamilan, septikemia, timah, merkuri; Obat: barbiturat, neomisin,
sulfonamid
Glukosa:>15 mg/dLatau+4: Diabetes melitus, gangguan sistem saraf pusat (stroke), sindrom
cushing’s,anestesia, infus glukosa, stres berat, infeksi; Obat: asam askorbat, aspirin,
sefalosporin, epinefrin
SDM: > 2 per lapang daya rendah: Trauma ginjal, penyakit ginjal, batu ginjal, sistitis,lupus
nefritis, masukan aspirin y berlebihan, antikoagulan, sulfonamid,kontaminasi menstruasi
Menstruasi: >4 per lapang pandang rendah: infeksi saluran kencing, panas, latihan berat,
lupus nefritis, penyakit ginjal
(Sumber : LeFever J, Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan, edisi 2, EGC, Jakarta)
Filtrasi glomerulus : sewaktu darah mengalir melalui glomerulus , plasma bebas protein
tersaring melalui kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman.Dalam keadaan normal
20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus
kedalam kapsul bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membrane
glomerulus.Lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang
menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut
dengan ukuran molekul kecil lewat.
Reabsoropsi tubulus : Sewaktu filtrate mengalir melalui tubulus,bahan-bahan yang
bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.Perpindahan selektif
bahan—bahan dari dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini
disebut reabsorpsi tubulus.
Sekresi tubulus : pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus kedalam
lumen tubulus.Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan-
bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstrasi sejumlah tertentu bahan dari 80%
plasma yang tidak terfiltrasi dikapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang
sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi
b. Ureter
Adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum (pelvis)
ginjal kedalam buli-buli.Dindingnya terdiri atas (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional ,
(2) otot polos sirkuler dan (3) otot polos longitudinal.Kontraksi dan relaksasi kedua otit polos
itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic ureter guna mengalirkan urine ke
dalam buli-buli.
c. Vesica Urinari
Kandung kemih yang menampung urin secara temporer adalah suatu kantung berongga
berdinding otot polos yang dapat teregang.Secara periodik urin dikosongkan dari kandung
kemih melalui saluran lain , uretra akibat kontraksi kandung kemih
d. Uretra
Uretra merupakan tabung kecil dari collum vesicae keluar muara urethra pada permukaan
luar disebut ostium urethrae.Uretra pada wanita berukuran pendek dan lurus,berjalan
langsung dari leher kandung kemih keluar. Pada pria uretra lebih panjang dan berjalan
melengkung dari kandung kemih keluar melewati kelenjar prostat dan penis.Uretra pria
memiliki fungsi ganda yaitu menjadi saluran untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih
dan saluran untuk semen dari organ-organ reproduksi.
Sumber : Sherwood L (2013) Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6 .Jakarta : EGC
3. Diagnosis banding ISK yaitu:
dilihat dari presentasi klinis,isk rekuren pada laki-laki dan perempuan harus dilakukan
investigasi faaktor predisposisi atau pencetus.
Pielonefritis akut(PNA) : panas tinggi( 39,5-40,5 0C),din sertai menggigil dan sakit
pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering di dahului gejala ISK bawah( sistitis)
Pielonefritis kronik(PNK): mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau
tanpa bakteriuria kronik sering di ikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang
dewasa tanpa factor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.
ISk bawah( sistitis): presentasi klinis sistitis seoerti sakit suprapubis ,polakisuria,
nokturia, di isuria, dan stranguria.
Sindrom uretra akut(SUA): presentasi klinis SUA sering ditemukan pada perempuan usia
antara 20-50 tahun.
ISK rekuren:
a) Re-infeksi: pada umumnya episode infeksi dengan interval > 6 minggu dengan
mikroorganisme yang berlainan
b) Relapsing infection: setipa kali infeksi disebabkan mikroorganisme yang sama,
disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
Sumber: Sudoyo,A.W. 2009.Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II.Edisi V.Interna
Publishing.Jakarta
4. Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai ambang batas yang
digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/ mL).7 Untuk ISK tak bergejala
(bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah 105 cfu/mL. Dalam di-
agnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan
sampel yang berasal dari urin pancar tengah yang diambil secara bersih (midstream, clean-
catch urine sample).8 Masalah yang ada di negara yang sedang berkembang umumnya
adalah layanan kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya
fasilitas untuk kultur urin tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai
teknik skrining bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak
langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai
adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein,
dan darah di dalam urin. Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap nilai diagnostik uji
nitrit dengan tes celup urin dalam deteksi bakteriuria asimtomatik. Hasil penelitian tersebut
sangat beragam, dengan didapatkannya sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan
nilai prediksi negatif uji nitrit secara berturut-turut berkisar antara 15-57%, 78-99%, 50-94%,
dan 23-97%.8-13 Hasil telaah sistematik terhadap beberapa pene- litian menyimpulkan
bahwa tes celup urin tidak cukup sensitif untuk deteksi bakteriuria asimtomatik pada ibu
hamil.8 Studi lain menemukan bahwa kombinasi uji esterase leukosit dan uji nitrit memiliki
akurasi yang lebih rendah dibandingkan kultur urin dan pemeriksaan tersebut memang
sebaiknya hanya dilakukan pada pelayanan kesehatan yang tidak memiliki fasilitas kultur
urin.14 Idealnya, semua uji nitrit positif untuk diagnosis ISK pada kehamilan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin pancar tengah yang diambil secara bersih.8,15
Mengingat komplikasi akibat ISK pada kehamilan, maka pada pelayanan kesehatan yang
sarananya terbatas untuk dapat melakukan kultur urin, hasil uji nitrit sudah dapat dijadikan
dasar diagnosis dan terapi ISK pada kehamilan.
Sumber : Dwiana Ocviyanti, Darrell Fernando. 2012. Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih pada Kehamilan. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 12.
Sumber :
Basuki B. Purnomo. 2014. Dasar – Dasar Urologi. Edisi 3. Agung Seto. Jakarta
Harahap Yusuf S. R. 2011. Gambaran pegetahuan, sikap dan tindakan penderita penyakit
ginjal kronik yang mengalami hemodialysis di RSUP H. Adam malik medan terhadap
kebiasaan minum. From
(http://repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/21439/7/ChapterII.PDF) Diakses
tanggal 14 februari 2015
6. Anamnesis :
ISK Bawah frekuensi ,disuria terminal,polakisuria,nyeri suprapubik
ISK atas : nyeri pinggang,deman,menggigil,mual,muntah,hematuria,
Anamnesa adanya faktor resiko seperti di sebutkan di atas
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan
pemeriksaan urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat memberikan
manifestasi sistemik, atau tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan di bidang urogenitalia
kebetulan menderita penyakit lain. Hipertensi, edema tungkai, dan ginekomasti dapat
merupakan tanda dari kelainan sistem urogenitalia.
Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus diperhatikan
saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh
hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitonial. Palpasi dilakukan secara bimanual
(dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat
ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan
pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.
Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas buli
buli atau adanya buli buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan
perkusi dapat ditentukan batas atas buli buli.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi saraf perifer
yang merupakan penyebab dari buli buli neurogen.
Pemeriksaan penunjang :
DPL,tes resistensi kuman ,tes fungsi ginjal,gula darah
Kultur urin (+) :bakteriuria >105/ml urin
Foto BNO-IVP bila perlu
USG ginjal bila perlu
Tata laksana :
Non farmakologis :
-banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
-menjaga higine genetalia eksterna
Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada ;bila hasi resisten kuman sudah
ada,pemberian antimikroba di sesuaikan
Sumber :
Purnomo, B.B. 2008. Dasar-dasar Urologi (edisi kedua). Sagung Seto, Jakarta.
Seliati siti,Sudoyo W.aru,dkk.2014.Buku ajar ilmu penyakit dalam,edisi VI
Meskipun bakteri resisten lebih sering ditemukan pada pasien ISK, terap empiric dengan
antibiotic untuk pasien diabetes dengan komplikasi ISK mirip dengan pasien non
diabetes. Pengecualian penting adalah infeksi staphylococcal tidak umum pada pasien
diabetes dan dapat menyebabkan sepsi traktus urinarius. Terapi TMP-SMX harus
dihindari jika memungkinkan karena memicu efek potensial hipoglikemik dari obat oral
hipoglikemik. Fluoroquinolonon aman dan efek (resisten rendah) pada terapi pasien
diabetes dengan komplikasi ISK.
9. Penatalaksanaan :
Terapi antimikrobial yang intensif diikuti koreksi faktor resiko.
Asupan cairan yang banyak serta cuci setelah bersenggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal.
Terapi anti mikroba jangka lama sampai 6 bulan
Sumber : Sudoy, A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Inerna Publishing. Jakarta
10.
Penyakit Penyebab Tanda dan Gejala Pengobatan
Nefritis Infeksi bakteri Peradangan ginjal Biopsi ginjal, CT-
Streptococcus pada yang dimulai di scan, Tes urin dan
nefron yang glomerulus darah
menyerang saluran menyebar ke
kemih jaringan sekitarnya.
Radang ginjal yang
dapat menimbulkan
kerusakan jaringan
ginjal
Albuminuria Kekurangan protein, Urin penderita
penyakit ginjal dan mengandung
hati albumin, karena
terlalu banyak
albumin yang lolos
dari saringan ginjal
Diabetes Insipidus Diabetes insipidus Jumlah urin Pemberian hormon
secara umum dapat meningkat 20-30 kali ADH sintetik
disebabkan oleh karena kekurangan
karena beberapa hormon
faktor dari dalam antidiuretika
maupun luar tubuh,
yaitu;
-Hipotalamus
mengalami kelainan
fungsi dan
menghasilkan terlalu
sedikit hormon
antidiuretik
-Kelenjar hipofisa
gagal melepaskan
hormon antidiuretik
ke dalam aliran darah
-Kerusakan
hipotalamus atau
kelenjar hipofisa
akibat pembedahan
-Cedera otak
(terutama patah
tulang di dasar
tengkorak)
-Tumor
-Aneurisma atau
penyumbatan arteri
yang menuju ke otak
-Beberapa bentuk
ensefalitis atau
meningitis.
Sedangkan Diabetes
InsipidusNefrogenik
dapat disebabkan
oleh beberapa hal
yaitu;
-Penyakit ginjal
kronik; ginjal
polikistik, medullary
cystic disease,
pielonefritis,
obstruksi ureteral,
gagal ginjal akut.
-Gangguan elektrolit
-Obat-obatan;
amfoterisin B,
Demoksiklin,
Asetoheksamid,
Tolazamid, Loop
diuretik, dll.
-Penyakit sickle cell,
kehamilan, multiple
mieloma, serta
gangguan ginjal
Diabetes Melitus Gangguan Kadar gangguan Penyuntikan insulin
metabolisme glukosa pada urin secara rutin, pada
karbohidrat, lemak melebihi normal, orang dewasa diet
dan protein kekurangan hormon atau olahraga,
insulin pemberian obat
penurunan kadar
glukosa darah
Hematuria (kencing Peradangan ginjal, Urin penderita
darah) batu ginjal, kanker mengandung darah
kandung kemih.
Nefrolitiasis (batu Batu ginjal terbentuk Ada batu dalam Operasi
ginjal) karena konsentrasi ginjal pengangkatan batu
Ca, asam urat, ginjal
vitamin dll yang tinggi
Gagal ginjal Ketidakmampuan Zat yang seharusnya Cuci darah, cangkok
ginjal untuk dikeluarkan ginjal
menjalankan tertumpuk dalam
fungsinya darah
Gangren Kematian jaringan Terjadi di tangan Amputasi, mengatasi
lunak oleh gangguan dan kaki, terjadi infeksi; pemberian
pengaliran darah ke pada penderita antibiotik
jaringan diabetes melitus
Infeksi Saluran Kemih Bakteri (Eschericia Rasa panas atau Penyakit ISK bawah
coli), Jamur dan virus, nyeri ketika buang biasanya dilakukan
Infeksi ginjal, Prostat air kecil, rasa ingin penanganan dengan
hipertropi (urine sisa) sering buang air cara intake cairan
kecil, urin berbau lebih banyak,
busuk (mengandung pemberian obat
darah/ nanah dan antibiotik yang
terlihat keruh), rasa adekuat dan jika
sakit yang menetap memang dibutuhkan
di perut bagian terapi simptomatik
bawah. untuk alkalisasi urin
Sumber : Sudoyo A, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 5, Internal Publishing,
Jakarta.
b. Pemeriksaan laboratorium
Urinalisis
1. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk
penring terhadap dugaan ISK. Dinyatakan positif bila
terdapat >dari 5 leukosit/lapang pandang besar sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen urin
menunjukan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakanm adanya ISK, karena
dapat pula dijumpai pada inflamasi atau infeksi. Apabila di
dapat leukositosis yang bermakna perlu di lanjutkan dengan
pemeriksaan kultur.
2. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya
ISK,yaitu apabila di jumpai 5-10eritrosit/ LPB sedimen urin.
Dapat juga di sebabkan oleh berbagai keadaan pathologis
seperti kerusakan glomerulus ginjal,ataupun sebab lainnya.
Bakteriologis
3. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif apabila dijumpai 1 bakteri / lapang
pandang minyak imersi.
4. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
kriteria cattell
o Wanita simptomatik
102 organisme koliform/ml urin plus piuria atau
adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun
pada urin yang diambil dengan cara aspirasi
suprapubik.
o Laki-laki simptomatik
>103 organisme pathogen urin
o Pasien simptomatik
105 organisme pathogen/ ml urin pada 2 contoh
urin berurutan
5. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya dalah sebagaian besar mikroba kecuali
enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000- 1000.000 balteri.
6. Tes plat celup (dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi
permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus di
celupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.
Setelah itu lempeng dimasukan dalam tabung plastik
tempat penyimpanan sebula lalu dilakukan pengereman
semalaman pada suhu 37 C penentuan jumlah kuman/ml
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperhatikan keadaan kapadatan mkoloni yang sesuai
dengan jumlah kuman antara 1000- 10.000.000 dalam tiap
ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan murah dan
akurat.
Sumber: samirah, darwati, windarwati, hardjoeno.2014. jurnal bacterial pattern and it’s
sensitivity in patients suffering from urinary tract infection. Bagian pathlogi klinik FK UNHAS.
Makassar