Perkembangan Permukiman Dan Tipologi Rum PDF
Perkembangan Permukiman Dan Tipologi Rum PDF
net/publication/315528123
CITATIONS READS
0 436
1 author:
Antariksa Sudikno
Brawijaya University
184 PUBLICATIONS 55 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Antariksa Sudikno on 23 March 2017.
ABSTRAK
Pengaruh kolonialisme di setiap wilayah Nusantara sangat luas, hal ini disebabkan
masa penjajahan Belanda sangat lama. Salah satu hasil pengaruh kolonial yang masih
terlihat jejaknya sampai sekarang, yaitu pabrik gula, meskipun secara umum ada
persamaan. Namun, masing-masing mempunyai bentuk perkembangan arsitektur yang
khas, berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam mengkaji arsitektur
kolonial Belanda di suatu wilayah, dilakukan dengan jalan mengkaji kasus per kasus.
Metode penelitian ini adalah studi kasus, dengan pendekatan sejarah menyangkut
perkembangan kawasan dengan sudut pandang arsitektur, menyangkut perkembangan
tata permukiman dan tipologi rumah-tinggal. Kasus penelitian adalah perumahan
karyawan Pabrik Gula Pesantren Baru, Kediri. Perpindahan lokasi pabrik dan kantor
merupakan ciri yang menonjol dari pabrik gula ini, sehingga berbeda dengan kondisi
pabrik gula sejenis yang ada di seluruh Indonesia. Kecenderungan gaya arsitektur
kolonial di dalam kompleks pabrik diwarnai dengan gaya arsitektur lain yang membuat
wajah perumahan karyawan ini mempunyai ciri arsitektur yang beragam.Hasil penelitian
ini, yaitu perkembangan tata lingkungan di permukiman Pabrik Gula Pesantren Baru,
yang dibagi menjadi tiga zonasi ruang, yaitu Zona Privat, Zona Semi Publik, dan Zona
Publik (semakin bertambah luas areanya). Ditinjau dari hasil pembagian periodesasi
ternyata mempunyai pengaruh terhadap tipologi rumah-tinggal. Salah satu faktor
penyebabnya, yaitu masa pemerintahan yang berbeda, yaitu tahun 1890 (pemerintahan
kolonial Belanda), tahun 1958 (pemerintahan Orde Lama) dan tahun 1979
(pemerintahan Orde Baru). Ditinjau dari tipologi geometri, fungsi dan zonasi ruang, yaitu
kolonial dan pasca kolonial.
Kata kunci: perkembangan permukiman, tipologi rumah-tinggal, pabrik gula
ABSTRACT
The colonialism power in every region archipelago is extremely wide; this reason
caused of a long time colonization period of the Dutch. One of the colonial influence
records it can be seen awaiting to the recent day, that is the sugar industry, in spite of in
generally is similar. Nevertheless, in that order contain a figure of architecture
development characteristic dissimilar with the others. Because of in the Dutch colonial
architectural studies in an area carry out with case by case. Research methods used in
this study is case study, with historical approach relate to development area
accompanying to the architecture point of view, included the development of settlement
arrangement and housing typology. The research object is employee housing of
Pesantren Baru sugar industry in Kediri. The removal area of industry and office
comprise a characteristic that shown from this sugar industry, in anticipation of dissimilar
with the condition of sugar industry variety which be existent in the entire of Indonesia.
The tendency of colonial architecture style in industrial compound with other a variety of
architecture style that create a face of employee housing contain a variety of
Pendahuluan
Kota Kediri semula adalah sebuah daerah di pedalaman Jawa yang tidak
diketahui, lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya
terkenal hingga sekarang. Menurut penelitian dari para ahli lembaga Javanologi,
Soekarton Kartoadmodjo, Kediri lahir pada Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah,
Kediri mulai disebut-sebut sebagai nama tempat maupun negara (http://www.sejarah
kediri.ac.id)
Diketahui bahwa Kediri mempunyai bentuk pemerintahan sendiri, yaitu Residen
mulai tahun 1908, namun latar belakang berdirinya Kediri sudah dimulai sebelum
kedatangan kaum kolonial dan adanya pengaruh kekuasaan jaman kerajaan, sehingga
perencanaan tata kotanya sudah terbentuk ketika Kediri masih berbentuk kerajaan
(http://www.sejarah kediri.ac.id). Kota kediri mempunyai latar belakang historis sendiri,
sehingga perencana dari pemerintah kolonial sangat membatasi pembangunan fasilitas-
fasilitas pemerintahan dan fasilitas lainnya, Namun, mereka mendirikan pusat
perindustrian dan perdagangan di tiga wilayah kecamatan Kediri untuk memantapkan
kekuasaannya, yaitu wilayah Kecamatan Ngadirejo (PG. Ngadirejo), Kecamatan
Meritjan (PG. Meritjan), dan Kecamatan Pesantren (PG. Pesantren Baru), sehingga
meskipun secara latar historis wilayah kota Kediri merupakan pusat pemerintahan
kerajaan, kaum kolonial mengikis sedikit demi sedikit pengaruh sistem pemerintahan
kerajaan dengan pembangunan fasilitas industri yang mempunyai corak pemerintahan
yang berbeda dengan mengadopsi sistem pemerintahan Eropa.
Tidak dipungkiri lagi bahwa pabrik gula merupakan elemen penting dalam
perekonomian bagi pemerintahan jaman kolonial Belanda, sehingga pertumbuhannya
sangat pesat dengan berdirinya sejumlah pabrik di seluruh Pulau Jawa dan luar Jawa.
Pabrik gula merupakan salah satu urat nadi perekonomian yang penting di daerah-
daerah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pabrik-pabrik gula yang berproduksi
khususnya di Pulau Jawa. Selain itu, banyaknya tenaga kerja dari penduduk sekitar dan
bahan baku tebu yang diambil dari lahan perkebunan penduduk sekitar pabrik dapat
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong majunya
perekonomian di daerah tersebut. Namun, dampak langsung dari pendirian pabrik
tersebut kebutuhan akan persediaan kayu yang cukup besar, sehingga menyebabkan
hutan lenyap, lahan yang sedianya subur dan dipergunakan untuk menghasilkan beras,
ditanami tebu dan banyak buruh yang diambil dari penduduk sekitar dipekerjakan
secara paksa (Kano et al. 1996:50-51)
Pada awal pembangunan pabrik, perumahan karyawan juga dibangun pada awal
abad ke-19, letaknya berdekatan dengan kompleks pabrik kecuali rumah-tinggal
administratur yang bersambungan langsung dengan kantor TUK dan administrasi di
dalam kompleks pabrik, Dalam perkembangannya setelah kemerdekaan pihak pabrik
membangun lagi perumahan karyawan di sebelah selatan kompleks pabrik berdekatan
dengan gudang gula, bernama Kampung Baru. Tahun 1979 Pabrik Gula Pesantren
lama sudah tidak dapat beroperasi lagi. Hal ini disebabkan karena sudah tidak layaknya
jumlah produksi yang dihasilkannya akibat dari kondisi mesin-mesin produksi yang
sudah tua dan rusak, Sebagai gantinya disebelah selatan pabrik gula lama dibangun
Metode Penelitian
• Langkah awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data primer dan sekunder,
berupa
Karakteristik sampel yang dipergunakan untuk mengidentifikasi jumlah yang akan
diambil, yaitu dapat diuraikan sebagai berikut (Tabel 1):
Langkah I: Populasi diklasifikasikan
Langgam Kolonial
Indische Empire Style
1
Emplasement ialah tempat berhentinya truk-truk pengangkut tebu yang akan masuk pabrik
Total
Jumlah populasi = 87 rumah-tinggal
Jumlah sampel = 11 sampel rumah-tinggal
Prasarana/Utilitas
lingkungan
• Jaringan air Sungai, parit dan Semua populasi Semua populasi
saluran air
• Jaringan jalan Jalan aspal, Semua populasi Semua populasi
makadam dan
railban
Sumber : Hasil Survei
Landasan Teori
Pengertian permukiman
Menurut Sujarto (1991), unsur permukiman, yaitu terdiri dari Unsur Wisma (tempat
tinggal); Karya (tempat berkarya); Suka (tempat rekreasi/bersantai/hiburan) dan
Penyempurna (peribadatan, pendidikan, kesehatan, utilitas umum) atau berintregrasi di
dalam suatu lingkungan dan hubungan satu sama lain oleh unsur Marga (jaringan jalan)
Menurut Undang-undang Permukiman nomor 4 tahun 1992, perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Lingkup pengaturan
menyangkut penataan perumahan meliputi kegiatan pembangunan baru, pemugaran,
perbaikan, perluasan, pemeliharaan dan pemanfaatannya.
Menurut Finch dalam Wayang (1980), menjelaskan bahwa permukiman
merupakan tempat hidup manusia dan melakukan berbagai macam aktifitas, sedang
pola permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah
tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat
untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Pengertian
pola permukiman dan persebaran permukiman mempunyai hubungan erat. Persebaran
permukiman membicarakan sebab-sebab pemencaran permukiman, sehingga pada
daerah tertentu terdapat permukiman sedang di daerah lain tidak terdapat permukiman.
Persebaran permukiman bervariasi sifatnya, dari sangat jarang sampai sangat padat,
dapat mengelompok, dapat tidak teratur, atau teratur. Pertama permukiman lebih
banyak terdapat pada tanah-tanah yang subur dengan relatif datar yang
menguntungkan untuk pertanian, kedua persebaran yang mengelompok atau tidak
teratur umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang topografinya tidak seragam.
Perkembangan Hunian
Dalam mengamati perkembangan morfologi hunian menggunakan kerangka Zeizel
(1981). Zeizel (1981) dalam Utomo (1990), membuat kerangka yang sangat jelas untuk
mengamati morfologi lingkungan fisik. Metoda pencarian aspek-aspek fisiknya dapat
digunakan untuk mengamati morfologi lingkungan. Ada dua hal yang dikenalkan Zeizel
(1981: 89-136), yaitu bagaimana mencari hal-hal yang berkaitan dengan fisik dan aspek
perilaku.
Dua hal yang dikenalkan Zeizel (1981) dalam Utomo (1990), merupakan hal yang
berkaitan. Keduanya menyangkut bagaimana dialog antara manusia dan
Pembahasan
Sejarah Singkat PG. Pesantren Baru
Pada awal berdiri, yaitu pada tahun 1849, Pabrik Gula Pesantren yang
memproduksi gula merah adalah milik perseroan dari bangsa Indonesia keturunan Cina,
kemudian pada tahun 1890, perusahaan itu diambil alih oleh Pemerintah Belanda,
sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada NV. JAVASCHE CULTURE
MATSCHAPPIJ (JCM), di Indonesia diwakili oleh NV. NEDERLANDS INDISCHE
LANDBOUW MAATSCHAPPIJ.
Pabrik Gula Pesantren beberapa kali mengalami rehabilitasi yaitu, pada tahun
1911, 1928 dan 1932. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 1935 mengalami
pembaharuan dalam produksi gula merah menjadi gula putih. Pada masa
berkecamuknya Perang Dunia II, Jepang berhasil memenangkan Perang Asia Timur
Raya, yaitu pada tahun 1942 dan mengambil alih Pabrik Gula Pesantren hingga tahun
1945. Pada tahun itu pula, pihak Sekutu memenangkan pertempuran. Pada tahun 1957
Pemerintah Sekutu yang diwakili oleh Belanda mengelola Pabrik Gula Pesantren
PG. PESANTREN
PG. PESANTREN
PG. PESANTREN
LAM A
Permukiman
no 1 No 29c
Kampung Baru
(kolonial Belanda) (pasca kolonial)
no 6a no 81
Magersari
(kolonial Belanda) (pasca kolonial)
no 22c no 67
Magersari
(kolonial Belanda) (pasca kolonial)
no 10a no 80
Magersari
(kolonial Belanda) (pasca kolonial)
no 10a no 1
Kampung Sawah
(kolonial Belanda) (pasca kolonial)
no 27c
Kampung Baru
(pasca kolonial)
a. Sampel no 1
Berdasarkan hasil survey lapangan di lingkungan perumahan karyawan,
didapatkan data bahwa rumah-tinggal ini merupakan tempat tinggal kepala
pabrik/administratur, mempunyai gaya arsitektur Indische Empire-Stijl, mulai dibangun
antara tahun 1911-1932, bersamaan dengan rehabilitasi komplek Pabrik Gula
Pesantren.
b. Sampel no 2
Berdasarkan hasil survey lapangan di lingkungan perumahan karyawan,
didapatkan data bahwa rumah-tinggal ini mulai dibangun antara tahun 1911-1932,
bersamaan dengan rehabilitasi komplek Pabrik Gula Pesantren. Dengan awal
permbangunan berada di daerah timur kompleks pabrik, rumah tinggal no 6c termasuk
dalam rencana pembangunan perumahan karyawan. Rumah-tinggal ini merupakan
salah satu rumah yang mepunyai gaya arsitektur tahun 1930-an aliran De Stilj.
Daftar Pustaka
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-
1940. Diterbitkan atas Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas PETRA Surabaya dan Penerbit Andi Yogyakarta.
Handinoto & Soehargo, P. H. 1996. Perkembangan kota dan Arsitektur Kolonial Belanda
di Malang. Diterbitkan atas Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas PETRA Surabaya dan Penerbit Andi Yogyakarta.
Kano, H., Husken, F. & Surjo, D. 1996. Di Bawah Asap Pabrik Gula. Bandung: Akatiga
dan Gadjah Mada University Press.
Pamungkas, S. T. & Tjahjono, R. 2002. Tipologi-Topologi-Morfologi Arsitektur Kolonial
Belanda Di Kompleks PG. Kebon Agung Malang. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya (tidak dipublikasikan).
Pamungkas, S. T., Damayanti & Kusdiwanggo, S. 2001. Tipologi-Topologi-Morfologi
Arsitektur Kolonial Belanda Di Kompleks PG. Djatiroto, Jatiroto, Lumajang. Malang:
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (tidak dipublikasikan).
Sasangko, I. 2002. Trasformasi Struktur Ruang pada Permukiman Sasak. Kasus:
Permukiman Tradisional Desa Puyung. Jurnal ASPI Vol. 1, No. 2. April 2002. hlm.
117-125.
Slamet, B. U. 1990. Kajian Fenomena dan Karakteristik Pecinan di Semarang: Suatu
Telaah Morfologi Identitas Arsitektural. Tesis tidak Diterbitkan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung, 1990.
Sumalyo, Y. 1995. Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sumalyo, Y. 1997. Arsitektur Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumalyo, Y. 2001. Arsitektur Kolonial Belanda Di Kota Lama Semarang. Jurnal Teknik
Teknik. Volume VIII, No. 3.Desember 2001. hlm 40-48.
Tjahjono, R. 1993. Implikasi Perubahan Rona Lingkungan Pada Tipologi Arsitektur
Hunian Masyarakat Madura Medalungan Di Pedalaman Jawa Timur. Jurnal Fakultas
Teknik Unibraw Volume I, No. 3. April 1993. hlm 37-46.