Anda di halaman 1dari 17

LITERATURE REVIEW

“Manajemen Pabrik Gula sebelum Tahun 1942: Kebijakan dan


Peraturan Pabrik pada Zaman Kolonial”
Dinamika Industri Gula Sejak Cultuurstelsel Hingga Krisis Malaise Tahun 1830 – 1929 (Yusuf Perdana, Henry
Susanto, Yustina Sri Ekwandari)
Industrialisasi gula di Jawa Timur : Pabrik Gula Meritjan Kediri 1883-1929 (Sakafitri Rimasari)
Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957 (Amri Eka Wardana)
Dinamika Pabrik Gula Modjopanggoong Kabupaten Tulungagung Tahun 1930-1942 (Abu Aniin Syu’aisya)

Disusun Oleh :
Kelompok 4 – MK 6B
Alifia Widyastuti (1804441033)
Farhan Bagas Saputra (1804441052)
Syifa Khoirunnisa (1804441043)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
MARET 2021
SECTION I

I. LATAR BELAKANG
Pada masa penjajahan Belanda, banyak sekali peraturan yang memonopoli kehidupan
masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah sistem tanam paksa atau yang dikenal dengan
nama lain cultuurestelsel. Sistem ini mewajibkan seluruh penduduk yang menanam kopi, tebu,
teh, tarum, dan tanaman komoditas ekspor lainnya untuk diserahkan
kepada pemerintah kolonial. Di pulau Jawa, tebu menjadi tanaman utama yang wajib di tanam
oleh masyarakat. Dari situlah banyak bermunculan pabrik gula di pulau Jawa. Selama
berjalannya masa tersebut, banyak sekali perlakuan dan peraturan yang memberatkan petani-
petani Indonesia. Manajemen yang bersifat egois menyebabkan banyak petani yang
memperoleh upah minimum dan minimnya kesejathteraan bagi para petani.

II. TOPIK PENELITIAN


Topik penelitian yang akan dibahas dalam literature review ini adalah “Manajemen
Pabrik Gula Sebelum Tahun 1942”, dengan pendalaman lebih pada kebijakan dan peraturan
selama zaman colonial. Manajemen pabrik sendiri umumnya mengandung berbagai konsep
pengelolaan yang terkait dengan berbagai sumber daya pabrik. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa pabrik memang seringkali memiliki masalah yang kompleks sehingga sangat
diperlukan solusi untuk penyelesaian dengan menggunakan pendekatan sistem yang pastinya
berorientasi pada tujuan perusahaan itu sendiri.
Ada banyak aspek yang harus benar-benar diperhatikan untuk menyusun manajemen
pabrik. Hal-hal tersebut diantaranya adalah operasional pabrik, peramalan, persediaan produk,
metode penyimpanan, mesin yang dibutuhkan, bahan baku produk, sistem kerja, keselamatan
kerja, penanganan berbagai produk yang diproduksi oleh pabrik, serta pengkuran kinerja pada
setiap karyawan yang terlibat dalam pabrik tersebut.

Penelitian literature review ini akan menggunakan yang artikel-artikel di yang tertera
sebagai berikut:
 Dinamika Industri Gula Sejak Cultuurstelsel Hingga Krisis Malaise Tahun 1830 – 1929
(Yusuf Perdana, Henry Susanto, Yustina Sri Ekwandari)
 Industrialisasi gula di Jawa Timur : Pabrik Gula Meritjan Kediri 1883-1929 (Sakafitri
Rimasari)
 Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957 (Amri Eka Wardana)
 Dinamika Pabrik Gula Modjopanggoong Kabupaten Tulungagung Tahun 1930-1942 (Abu
Aniin Syu’aisya)
SECTION II

III. ARTIKEL YANG DIGUNAKAN

 Dinamika Industri Gula Sejak Cultuurstelsel Hingga Krisis Malaise Tahun 1830 –
1929, Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 7 (2) 2019 ISSN 2337-4713
(E-ISSN 2442-8728)
Pengarang : Yusuf Perdana, Henry Susanto, Yustina Sri Ekwandari
Terdaftar : Sinta, Google Scholar

Masalah yang dibahas :


1. Menganalisis masalah ejarah industri gula di Hindia Belanda pada kurun waktu 1830-
1929
2. Dampak cultuurstelsel terhadap industri gula
3. Pelaksanaan Undang-Undang Agraria 1870
4. Dampak krisis malaise terhadap produksi gula Hindia Belanda

Metodologi Penelitian :

 Heuristik, mengumpulkan data-data serta sumber-sumber yang terkait baik dari Buku,
Jurnal, arsip, dokumen, surat kabar dan lain sebagainya

 Kritik sumber¸ proses pengujian sumber apakah asli atau bukan serta apakah bisa
dipertanggung jawabkan atau tidak.

 Interpretasi Data, menghubungkan data yang ada serta memberikan penafsiran apa
yang ada dalam datadata. Penafsiran atas fakta harus dilandasi obyektif.

 Historiografi, merupakan tahap akhir dalam penelitian sejarah yang dituangkan dalam
bentuk tulisan dan dapat memberikan sebuag gambaran yang jelas mengenai industri
gula tersebut.
Hasil dan Kesimpulan :

Industri gula merupakan salah satu Industri di Hindia Belanda yang pernah memberikan prestasi
yang gemilang dalam bidang ekspor. Tahun 1930 kedatangan Van Den Bosch dengan sistem
Cultuurstelsel (Tanam Paksa) mulai menekan penduduk dengan menyisihkan tanahnya untuk
ditanami tebu serta tanaman ekspor lainnya. Kebijakan Van Den Bosch ditentang oleh para
kaum kapitalis, yang memunculkan liberalisasi dengan membuat Undang-Undang Agraria
Tahun 1870. Undang-Undang Agraria pada tahun 1870 yang salah satunya berisi bahwa tanah
milik rakyat merupakan titik peningkatan yang signifikan bagi industri gula, karena banyak
tanah yang disewakan kepada pihak swasta, dengan ini terbukalah kesempatan seluasluasnya
untuk membuka usaha perkebunan.

Produksi meningkat secara continue. Namun, efek perang Perang Dunia I hingga turunnya
bursa saham New York yang dikenal dengan sebutan krisis Malaise berimbas kepada
Negaranegara Eropa dan Asia, khususnya Hindia Belanda. produksi yang melimpah tanpa
pangsa pasar yang tidak memadai membuat industri gula menekan produksinya secara drastis.
Penurunan produksi di perkebunan tebu diikuti oleh perpindahan penduduk yang beralih ke
sektor industri dan jasa.
 Industrialisasi gula di Jawa Timur : Pabrik Gula Meritjan Kediri 1883-1929, Journal of
Indonesian History and Education : JOIN, Vol. 01, No. 01, 2021
Pengarang : Sakafitri Rimasari
Terdaftar : Google Scholar

Masalah yang dibahas :


1. Sejarah industrialisasi pabrik gula di Jawa Timur tepatnya di Pabrik Gula Meritjan
2. Pengaruh Pabrik Gula Meritjan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Metodologi Penelitian :
 Metode Kualitatif dan Studi Kepustakaan

Hasil dan Kesimpulan :


Pabrik Gula Meritjan merupakan satu dari banyaknya pabrik gula peninggalan kolonial Hindia
Belanda di Jawa Timur. Dalam ruang lingkup wilayah Kerasidenan Kediri saja, pabrik ini
merupakan satu diantara tiga pabrik yang juga merupakan peninggalan masa kolonial dan masih
berdiri hingga sekarang yakni Pabrik Gula Pesantren, Pabrik Gula Ngadirejo, dan Pabrik Gula
Modjopanggoong. Pada mulanya keberadaan pabrik gula masih terpusat di daerah Batavia,
kemudian seiring dengan kebutuhan akan gula yang semakin meningkat maka pembangunan
pabrik gula meluas ke daerah Jawa tengah dan Jawa Timur.
Adanya praktik industrialisasi dalam bentuk Pabrik Gula Meritjan ini tidak dapat dipisahkan
dengan perkebunan tebu sebagai bahan baku utama pembuatan gula. Dimana kedua unsur
tersebut, perkebunan tebu dan pabrik gula saling berkaitan dan erat kaitannya juga dengan
peranan masyarakat atau kaum pribumi. Dimana di satu sisi adanya pabrik gula ini
mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi mereka sebagai lapangan pekerjaan namun di sisi lain
kerap terjadi eksploitasi tenaga kerja yang merugikan masyarakat. Peran pabrik gula ini sangat
terasa ketika melewati masa-masa depresi ekonomi yang menyebabkan berkurangnya lapangan
pekerjaan baik bagi petani maupun pekerja pabrik.
 Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957, Jurnal Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 2016-08-18
Pengarang : Amri Eka Wardana
Terdaftar : PDDI LIPI, Google Scholar

Masalah yang dibahas :


1. Sistem Tanam Paksa menjadi alasan maraknya pabrik gula dengan tebu sebagai tanaman
wajib di Jawa
2. Industri gula berada pada masa puncak kejayaan pada tahun 1930an.
3. Depresi Ekonomi atau zaman Malaisse membuat industri gula terpukul akibat turunnya
harga gula dunia, meningkatnya produksi gula di beberapa negara yang biasanya
mengimpor gula, menurunnya impor gula oleh Inggris, Cina dan Jepang dan
berkembangnya industri gula di Taiwan setelah Jepang menduduki negara ini dan
kemudian mengalahkan industri gulanya (Tahun 1933 – 1936)
4. Penurunan pabrik gula dari 97 pabrik saat tahun 1933 menjadi 35 pabrik pada tahun 1936

Metodologi Penelitian :

 Heuristik, menelurusuri sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan objek


penelitian

 Kritik terhadap sumber, penulis melakukan verifikasi untuk menguji validitas sumber-
sumber yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang telah di dapatkan

 Interprestasi, penulis melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber tersebut dimana


sumber-sumber yang berhasil diperoleh dikonfrontasikan satu sama lain sehingga dapat
terjadi rekonstruksi fakta sejarah

Hasil dan Kesimpulan :

Pabrik Gula Krebet untuk bertahan dalam krisis ekonomi mengganti kualitas bibit tebu dengan
yang lebih baik yaitu POJ 2879. Mereka juga mengurangi upah bagi buruh walaupun akhirnya
menimbulkan protes. Usai masa kelam, pabrik digadai dan menerima bantuan dari bank negara
untuk beroperasi.
 Dinamika Pabrik Gula Modjopanggoong Kabupaten Tulungagung Tahun 1930-1942,
Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 5 Tahun 2018
Pengarang : Abu Aniin Syu’aisya
Terdaftar : Arjuna

Masalah yang dibahas :

1. Pabrik Gula Modjopanggoong merupakan salah satu pabrik gula yang berada di
Kabupaten Tulungagung.
2. Undang-Undang Agraria menyebabkan keadaan industri gula di Hindia Belanda
semakin mengalami peningkatan dari segi jumlah produksi maupun dari segi
penambahan jumlah pabrik gula yang mencapai puncaknya pada tahun 1920-an.
3. Pada tahun 1929 terjadi Krisis Malaise yang membuat industry tebu mengalami
penurunan jumlah produksi dan penurunan jumlah lahan tanam. Krisis Malaise juga
menyebabkan penghentian produksi yang harus dilakukan oleh pihak menejemen
pada tahun 1934-1935, dan dilanjutkan kembali pada tahun 1936.
4. Pabrik Gula Modjopanggoong memberikan berbagai dampak yang positif bagi
masyarakat Tulungagung sejak pertama didirikan.

Metodologi Penelitian :
 Heuristik, merupakan proses mengumpulkan atau menemukan sumber yang sesuai
dengan jenis sejarah yang akan ditulis.
 Verifikasi, atau kritik sumber, yaitu upaya untuk mendapatkan otentisitas (keaslian
sumber) dan kredibilits (kebenaran sumber).
 Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber
sejarah.
 Historiografi, merupakan tahap akhir dalam penelitian sejarah yang dituangkan dalam
bentuk tulisan.

Hasil dan Kesimpulan :


Sejak awal berdirinya, Pabrik Gula Modjopanggoong telah memberikan dampak positif
bagi masyarakatdaerah sekitar Tulungagung hingga puncak kejayaannya yaitu tahun 1920-
an. Hingga pada tahun 1929, Pabrik Gula ini mengalami krisis hingga pemberhentian
produksi yang diakibatkan oleh Krisis Malaise.
RINGKASAN
SECTION III

IV. ANALISI 3C2S

a. Compare
Menurut artikel Dinamika Industri Gula Sejak Cultuurstelsel Hingga Krisis Malaise,
dinyatakan bahwa kejayaan industri gula di jajahan Hindia-Belanda tidak serta merta
membawa kenikmatan yang sama untuk pribumi, terlebih dengan hadirnya krisis Malaise
pada tahun 1929 yang membuat Industri gula terpuruk dengan ekspor hasil perkebunan
jenis gula yang menurun drastis. Metodologi penelitian yang digunakan untuk penelitian
oleh Yusuf Perdana et al (2019), Sakafitri Rimasari (2021), Amri Eka Wardana (2016),
Abu Aniin Syu’aisya (2018) menggunakan metodelogi yang sama yaitu penelitian sejarah.
Penelitian sejarah ini melalui empat tahapan yaitu, heuristik, kritik sumber, interpretasi
data, dan historiografi.

Hal ini sejalan dengan ketiga artikel lainnya, dimana dalam artikel Pabrik Gula Meritjan
Kediri 1883-1929, juga menjelaskan bahwa setelah mengalami kejayaan dengan sistem
administrasi serta manajemen yang baik, Pabrik Gula Meritjan juga menghadapi masa-masa
sulit pada akhir tahun 1929-an. Dimana pada masa tersebut pasca Perang Dunia II yang
menimbulkan krisis ekonomi dunia atau malaise yang juga mempengaruhi tingkat
kebutuhan gula dalam pasar internasional.

Keadaan industri gula yang menurun akibat malaise ini diperjelas dalam artikel Dinamika
Pabrik Gula Modjopanggoong Kabupaten Tulungagung Tahun 1930-1942, dimana
dijelaskan salah satu pabrik gula yang terkena dampak krisis malaise yaitu Pabrik Gula
Modjopanggoong yang terletak di Kabupaten Tulungagung.

Pengaruh krisis malaise yang sangat terlihat di dalam industri gula yaitu dari segi produksi
yang mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan yang terjadi menurut artikel
Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957, Harga gula dunia turun sangat drastis,
harga gula pada tahun 1929 sebesar ƒ14,25 per kuintal turun menjadi ƒ3,46 per kuintal pada
tahun 1934. Akibatnya banyak industri gula gulung tikar.
b. Contrast

Keempat artikel yang telah dipilih memang memiliki persamaan mengenai kondisi
pabrik gula di sebelum tahun 1942, namun keempat artikel tersebut memiliki
perbedaannya masing-masing dari sisi topic yang dibahas. Artikel pertama yang
dilakukan oleh Yusuf Perdana at al membahas dinamika industri gula sejak masa
cultuurestelsel hingga krisis malaise, dimana Kebijakan Van Den Bosch ditentang oleh
para kaum kapitalis, yang memunculkan liberalisasi dengan membuat Undang-Undang
Agraria Tahun 1870.

Artikel kedua yang dilakukan oleh Sakafitri Rimasari membahas mengenai


industrialisasi gula di Jawa Timur yang berfokus pada Pabrik Gula Meritjan. Pabrik gula
ini mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi mereka sebagai lapangan pekerjaan namun
di sisi lain kerap terjadi eksploitasi tenaga kerja yang merugikan masyarakat. Peran
pabrik gula ini sangat terasa ketika melewati masa-masa depresi ekonomi yang
menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan baik bagi petani maupun pekerja pabrik.

Pada artikel tiga, yang dilakukan oleh Amri Eka Wardana membahas Dinamika Pabrik
Gula Krebet Malang 1906-195, saat krisis Malaisse terjadi manajemen Pabrik Gula
Krebet memutuskan untuk mengganti varietas tanaman tebu yang lebih unggul yakni
bibit unggul POJ 2879.

Dan artikel terakhir membahas tentang perkembangan Pabrik Gula Modjopanggoong


yang mencapai puncak kejayaannya namun runtuh karena krisis malaise.

c. Criticize

Setelah membahas persamaan dan perbedaan dari keempat artikel, dapat dikatakan
bahwa keempat artikel tersebut telah menyajikan artikel-artikel yang cukup baik serta
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penjelasan sejarah dari masing-
masing artikel juga dapatdipahami dengan baik.
Namun artikel-artikel tersebut kurang menjelaskan murni dari pendapat para pengarang.
Kami memiliki saran atas artikel ini jika baiknya penulis menambahkan argumennya
berdasarkan sumber-sumber yang telah dikumpulkannya, supaya penggambarannyatidak
hanya dari sumber atau arsip buku saja. Selebihnya penulis sudah cukup baik dalam
mengedukasi dan menggambarkan keadaan pada masa itu.

d. Synthesize

Dengan menggabung pernyataan-pernyataan dari keempat artikel, maka akan lebih baik
dalam suatu manajemen pabrik melihat aspek-aspek yang dapat dikendalikan.
Manajemen pabrik mengandung berbagai konsep pengelolaan yang terkait dengan
berbagai sumber daya pabrik. Langkah ini ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan
hingga akhirnya perusahaan tersebut mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pabrik memang seringkali memiliki masalah yang
kompleks sehingga sangat diperlukan solusi untuk penyelesaian dengan menggunakan
pendekatan sistem yang pastinya berorientasi pada tujuan perusahaan itu sendiri.

Ada banyak aspek yang harus benar-benar diperhatikan untuk menyusun manajemen
pabrik. Hal-hal tersebut diantaranya adalah operasional pabrik, peramalan, persediaan
produk, metode penyimpanan, mesin yang dibutuhkan, bahan baku produk, sistem kerja,
keselamatan kerja, penanganan berbagai produk yang diproduksi oleh pabrik, serta
pengkuran kinerja pada setiap karyawan yang terlibat dalam pabrik tersebut.
e. Summarize

Setelah menganalisis dari sisi compare, contrast, criticize, dan synthesize, kita masuk ke
bagian summarize. Keempat artikel pilihan kami membahas berbagai hal yang terkait
dengan manajemen pabrik gula. Manajemen yang di bahas pun tidak hanya terbatas pada
me-manage struktur yang ada pada industry gula nya saja namun dari berbagai aspek
secara luas. Tiap topic yang dibahas pada setiap artikel pun beragam sehingga
menambah wawasan pembaca tentang gambaran pabrik gula di masa sebelum Indonesia
merdeka. Keempat artikel pun membantu membuka pandangan pembaca bahwa
pembahasan industry gula tidak hanya sebatas pengetahuan bagaimana mengolah bahan
baku gula berupa tebu hingga menjadi gula yang dapat dikonsumsi, ternyata pembahasan
tentang suatu industry gula itu luas.

f. Synthesize

Dengan menggabung pernyataan-pernyataan dari keempat artikel, maka akan lebih baik
dalam suatu manajemen pabrik melihat aspek-aspek yang dapat dikendalikan. Manajemen
pabrik mengandung berbagai konsep pengelolaan yang terkait dengan berbagai sumber
daya pabrik. Langkah ini ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan hingga akhirnya
perusahaan tersebut mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pabrik memang seringkali memiliki masalah yang
kompleks sehingga sangat diperlukan solusi untuk penyelesaian dengan menggunakan
pendekatan sistem yang pastinya berorientasi pada tujuan perusahaan itu sendiri.

Ada banyak aspek yang harus benar-benar diperhatikan untuk menyusun manajemen
pabrik. Hal-hal tersebut diantaranya adalah operasional pabrik, peramalan, persediaan
produk, metode penyimpanan, mesin yang dibutuhkan, bahan baku produk, sistem kerja,
keselamatan kerja, penanganan berbagai produk yang diproduksi oleh pabrik, serta
pengkuran kinerja pada setiap karyawan yang terlibat dalam pabrik tersebut.
SECTION IV

V. KESIMPULAN

Dari hasil keseluruhan literature review yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian pada keempat artikel yang mengambil topik mengenai "Manajemen Pabrik Gula
sebelum tahun 1942: Kebijakan dan Peraturan Pabrik pada Zaman Kolonial" bahwa setiap artikel
memiliki keunikannya masing-masing. Keempat artikel yang disebutkan dapat menunjukkan
pengaruh kebijakan dan peraturan terhadap operasi pabrik serta bagaimana manajemen mengelola
pabrik.

Pada dasarnya semua artikel membahas hal yang sama, yaitu Pabrik Gula pada zaman kolonial
awalnya menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dan menguntungkan hingga mencapai
puncak kejayaannya masing-masing. Namun kejayaan tersebut runtuh karena adanya Krisis
Malaise yang sangat merugikan semua pihak.

Artikel ini dapat dijadikan penelitian serta pembelajaran mengenai manajemen dan perkembangan
pabrik gula pada masa industri. Dengan adanya artikel tersebut, kita dapat mengetahui bagaimana
pengaturan manajemen pabrik gula pada masa kolonial dimana saat itu kita belum dilahirkan.

Dalam artikel yang digunakan terdapat gap yang ditemukan. Diartikel ketiga dikatakan Industri
gula berada pada masa puncak kejayaan pada tahun 1930an. Sedangkan, diartikel terakhir
dikatakan pabrik gula yang mencapai puncaknya pada tahun 1920-an. Gap yang terjadi ini dapat
menimbulkan perbedaan asumsi pembaca akibat perbedaan temuan hasil penelitian. Karena dalam
artikel ketiga menganggap bahwa Pabrik gula di Jawa pada tahun 1920an mulai berkembang
dengan menghasilkan ¾ dari ekspor Jawa keseluruhan. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
REFERENSI

Google Scholar. 2019.http://repository.lppm.unila.ac.id/21015/. Diakses pada hari Rabu 20 Mei


2021 Jam 16.00 WIB.
Sinta.2021. https://sinta.ristekbrin.go.id/authors/detail?id=6709412&view=overview. Diakses pada
hari Rabu 20 Mei 2021 Jam 16.20 WIB.
Google Scholar.2021.http://journal2.um.ac.id/index.php/JDS/article/view/20434. Diakses pada hari
Rabu 20 Mei 2021 Jam 18.00 WIB.
Google Scholar.2013.https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/1128.
Diakses pada hari Rabu 20 Mei 2021 Jam 19.00 WIB.
Arjuna. https://arjuna.ristekbrin.go.id. Diakses pada hari Rabu 20 Mei 2021 Jam 19.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai