.
E. Tujuan pelatihan dan pengembangan
Tujuan diselenggarakan peltihan dan pengembangan kerja menurut
(Simamora:2006:276) diaeahkan untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuan-
tujuannya sebagai berikut:
1. Memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja secara
tidak memuaskan karena kekurangan keterampilan merupakan calon
utama pelatihan, kendatipun tidak dapat memecahkan semua
masalah kinerja yang efektif, progaram pelatihan dan
pengembangan yang sehat sering berfaedah dalam meminimalkan
masalah ini.
2. Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan
teknologi. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa
karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara efektif.
Perubahan teknologi pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan
senantiasa berubah dan keahlian serta kemampuan karyawan
haruslah dimuktahirkan melalui pelatihan, sehingga kemajuan
teknologi dapat diintgrasikan dalam organisasi secara sukses.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten
dalam pekerjaan. Seorang karywan baru acap kali tidak
menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutukan untuk menjadi
”job comotent” yaitu mencapai output dan standar mutu yang
diharapkan.
4. Membantu memecahkan msalah orperasional. Para manejer harus
mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan suber
daya: kelangkaan sumberdaya finansial dan sumberdaya
teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan
kelimpahan masalah keuangan, manusia dan teknologis.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi satu cara untuk menarik,
menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui program
pengembangan karir yang sistematis. Pengembangan kemampuan
promosional karyawan konsisten dengan kebijakan sumberdaya
manusia untuk promosi dari dalam: pelatihan adalah unsur kunci
dalam sistem pengembangan karir. Dengan secara
berkesinambungan mengembangkan dan mempromosikan semberdaya
manusianya melalui pelatihan, manejer dapat menikmati karyawan
yang berbobot, termotivasi dan memuaskan.
6. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, karena alasan
inilah, beberapa penyelenggara orientasi melakukan upaya
bersama dengan tujuan mengorientasikan para karyawan baru
terhadap organisasi dan bekerja secara benar.
7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Misalnya sebagian besar
manejer adalah berorientasi pencapaian dan membutuhkan
tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan pengembangan
dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-
aktivitas yang menghasilkan efektifitas organisasional yang
lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua
karyawan.
.
F. Manfaat pelatihan dan pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas
dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang
ditangguk dari program pelatihan dan pengembangan
(Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk
mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi.
Program pelatihan yang efektif adalah bantuan yang berharga
dalam perencanaan karir dan sering dianggap sebagai penyembuh
penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja
menurun banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah
pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua masalah
organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi
untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program
dijalankan secara benar.
.
G. Kelemahan pelatihan dan pengembangan
Beberapa kelemahan pelatih dapat menyebabkan gagalnya sebuah
program peltihan.Suatu pemahaman terdahap masalah potensial
ini harus dijelaskan selama pelatihan pata trainer.
(Simamora:2006:282). Kelemahan-kelemahan meliputi:
1. Pelatihan dan pengembangan dianggap sebagai obat untuk semua
penyakit organisasional.
2. Partisipan tidak cukup termotivasi untuk memusatkan
perhatian dan komitmen mereka.
3. Sebuah teknik dianggap dapat diterapkan disemua kelompok,
dalam semua situasi, dengan keberhasilan yang sama.
4. Kinerja partisipan tidak dievaluasi begitu kayawan telah
kembali kepekerjaannya.
5. Informasi biaya-manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan
tidak dikumpulkan.
6. Ketidakadaan atau kurangnya dukungan manajemen.
7. Peran utama penyelia/atasan tidak diakui.
8. Pelatihan bakal tidak akan pernah cukup kuat untuk
menghasilkan perbaikan kinerja yang dapat diveifikasi.
9. Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak lanjut.
.
H. Teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
Program-program pelatihan dan pengembangan dirancang untuk
meningkatkan perestasi kerja, mengurangi absensi dan
perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategor
pokok program pelatihan dan pengembangan manajemen.
(Decenzo&Robbins:1999:230):
The most popular training and development methods used by
organization can be classified as either on-the-job training.
In the following pages, we will briefly introsce the better
know techniques of each category.
1. Metode praktis (on the job training)
2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode
simulasi (off the job training)
Masing-masing kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap
konsep atau pengetahuan dan/atau keterampilan utama yang
berbeda. Dalam pemilihan teknik tertentu untuk dugunakan pada
program pelatihan dan pengembangan, ada beberapa trade
offs. Ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik:
metode tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi
faktor-faktor berikut:
1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang dikehendaki
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
4. Preferensi dan kemampuan peserta
5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih
6. Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling
banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru
dengan sepervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman
(biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa
digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan
peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu
aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam
keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentrasi
(penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap,
konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa
digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
Implementasi program pelatihan dan pengembangan berfungsi
sebagai proses transformasi. Pata tenaga kerja (karyawan) yang
tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang
berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat
diberikan tanggungjawab lebih besar.
.
I. Penutup
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan
keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau
fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan
saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai
dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja
individu dalam jabatan atau funsi saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat formal, menyangkut
antisipasi kemampuan dan keahlian inividu yang harus
dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi
terhadap sejumlah problem penurunan kualitas kinerja
organisasi atau lembaga dan instansi yang disebabkan oleh
penurunan kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh
karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan dan pengembangan bukanlah solusi utama yang
dapat menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau
sebuah instansi. Tetapi mengarah pada peningkatan kinerja para
karyawan atau tenaga kerja yang baik dan benar. Dan tujuan
pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah sikap,
perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana
kalangan tenaga kerja dapat memperoleh dan mempejari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan perilaku spesifik yang
berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan merupakan serangkaian
aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang
inidividu.
Pengembangan adalah penyiapan individu untuk mengemban
tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam
organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan
kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
Dalam pelatihan pengembangan terdapat tiga tahapan
penting yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi atau
instansi. Pertama tahapan penilaian. Kedua tahapan pelatihan
dan pengembangan. Ketiga tahapan evaluasi.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Sementara itu, dalam sambutan saat pembukaan pelatihan, direktur utama RS PKU Jogja, dr.
H. Ahmad Hidayat, Sp.OG, MKes, lebih menekankan tentang upaya terselenggaranya
spesialistik emergency di Instalasi Gawat Darurat. ‘’Saat ini tangah disiapkan dokter ahli
spesialis emergeny, selanjutnya saya berharap segera disiapkan pula perawat khusus yang
bertugas di unit emergency,’’ begitu kata Al-Afik menirukan ucapan dirut RS PKU Jogja saat
menyampaikan sambutannya.
Materi-materi yang disampaikan baik berupa teori maupun praktek, diampu oleh para ahli
yang spesialistik di bidangnya. Seluruh ahli yang sekaligus juga instruktur pelatihan, adalah
tokoh-tokoh di bidang medis yang sudah tidak asing lagi. Bahkan semuanya tergabung dalam
tim Pusat Bantuan Kesehatan (PUSBANKES) 118 PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia) Propinsi DIY. Setidaknya, ada tujuh dokter ahli sub spesialistik yang memberikan
materi utama pada PPGD tersebut. Ketujuh pemateri tersebut adalah : dr. Hendro Wartatmo,
Sp.BD (Initial Assessmen and Triage, dan Disaster Manajemen), dr. Endro Basuki, Sp.BS
(Trauma Kepala), dr. Haryo, SpBT-KV (Trauma Thorax), dr. Agus Barmawi, Sp.BD
(Trauma Abdomen), dr. Kuncahyo, Sp.OT (Trauma Musculoskeletal), dr. Ishandono, Sp.BP
(Trauma Thermal – Combusio), dan dr. Irshad, Sp.PD, Sp. J (infark Myocardiac Accute,
ECG, dan Fungsi Jantung).
Lebih rinci lagi, materi-materi di atas diperdalam ke berbagai aspek dalam kegawatdaruratan
secara umum yang berupa sub-sub materi dari trauma, dan cardiac yaitu : trauma kepala,
trauma dada, trauma abdomen, trauma musculoskeletal, pengenalan EKG jantung dan
interpretasinya, penanganan kagawatdaruratan jantung (henti jantung), dan penanganan
kasus-kasus jantung koroner. Selain itu juga diajarkan melakukan upaya BHD (Bantuan
Hidup Dasar) atau yang sering disebut RJP (Resusitasi Jantung Paru) baik dengan metoda
sederhana maupun dengan menggunakan alat devibrilator (DC Shock). Secara sederhana para
peserta juga diajarkan melakukan bantuan hidup dasar berupa teknik pemberian pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, dan kompresi jantung dari luar (dada).
Selanjutnya, pelatihan juga diteruskan dengan pengenalan dan praktek langsung penggunaan
alat deviblirator yang lengkap dengan berbagai fitur dan fungsi seperti : Monitor, Deviblirasi
(kejut listrik), Cardioversi, dan Pacemaker (Pacu Jantung).
Melengkapi pelatihan PPGD selama lima hari tersebut juga ditambahkan disaster recovery
(penanggulangan darurat bencana alam, intoksifikasi (penanggulangan darurat keracunan
massal), Peran Perawat dalam Penanggulangan Kegawatdaruratan, menolong pasien di dalam
ambulane (stabilisasi dan transportasi pasien), Pre Hospital Care, dan initial Assesment.
Hal lain yang sangat menggembirakan dari pelatihah tersebut adalah, berhasilnya seluruh
peserta yang berjumlah tigapuluh enam orang itu lulus dalam test terakhir (test tulis dan tes
skill) yang dilakukan menjelang penutupan kegiatan pelatihan PPGD tersebut. ‘’Ini
merupakan kegembiraan seluruh peserta yang seratus prosen lulus,’’ ujar Al-Afik dengan
ekspresi berbinar. Meskipun pelatihan tersebut berlangsung cukup panjang dan melelahkan,
namun semuanya nampak semangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan. Hasil
penilaian akhir dari pelatihan itu mencuatkan tiga peserta yang mendapat predikat juara I, II,
dan III, dengan score nilai yang bagus-bagus. Ketiganya adalah : Sri Hartatik, SKep, Ns
bangsal marwah (nilai 86), Erita AMK, bangsal Arofah (nilai 83), dan Siti Nurjannah, SKep,
Ns bangsal Muzdalifah (nilai 80).
Selain nilai di atas, yang juga tak kalah membanggakan adalah nilai rata–rata post test yang
lumayan tinggi, yaitu mencapai 74,3 prosen. Sementara sebelumnya, saat pelaksanaan pre
test, hanya bisa mencapai 47,2 prosen saja.
Kelulusan semua peserta di atas kemudian ditandai dengan penyerahan sertifikat PPGD /
BTCLS yang dikeluarkan oleh PUSBANKES AGD 118 yang ditandatangani oleh ketuanya
dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD serta tandatangan direktur utama RS PKU Jogja dr. H. Ahmad
Hidayat, SpOG MKes selaku tuan rumah penyelenggaraan pelatihan tersebut. Sertifikat
tersebut merupakan sertifikat yang berlaku untuk lima tahun, dan harus dilakukan update lagi
setelah habis masa berlakunya. Hal ini untuk menjaga kualitas tenaga PPGD agar selalu
disesuaikan dengan perkembangan terbaru yang selalu mengalami kemajuan. ‘’Ini berarti
setelah lima tahun ke depan, pemilik sertifikat PPGD harus mengikuti pelatihan lagi untuk
mendapatkan sertifikat baru yang akan digunakan lagi selama lima tahun berikutnya,’’ kata
Al-Afik menjelaskan.
Keberhasilan di atas juga tak lepas dari peran beberapa perawat pendamping yang turut
memberikan pelatihan. Para perawat tersebut juga dihadirkan dari PUSBANKES 118.
Menurut penuturan Al-Afik yang juga bertindak sebagai ketua penyelenggara pelatihan
tersebut, ada enam perawat mahir yang juga mengajarkan ilmu dan ketrampilannya di bidang
gawat darurat medis selama berlangsungnya pelatihan itu. Keenamnya berasal dari berbagai
RS di wilayah Yogyakarta yang sudah sangat piawai dalam tugas-tugas penanggulangan
emergency atau kegawatdaruratan. Mereka itu adalah : I Nyoman Suaba APP, Suparno
AMK, Subroto SKep Ns, Sutono SKP, Anang Rudianto AMK, dan Al-Afik sendiri yang
sekaligus berperan sebagai panitianya.
Yang tak kalah istimewa dari pelatihan PPGD ini adalah, ternyata separuh pesertanya datang
dari luar RS PKU Jogja. Dari total sebanyak tigapuluh enam perawat yang mengikuti
pelatihan tersebut, delapan belas diantaranya merupakan utusan dari puskesmas, BP/RB,
Klinik, bahkan dari RS Lain. Peserta yang terjauh datang dari Kalimantan, yang merupakan
utusan dari PT Total, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran minyak. Leo
Drajat AMK, adalah peserta yang dimaksud. Dengan semangat, peserta ini mengungkapkan
manfaat besar yang didapatkannya dari mengikuti program pelatihan PPGD selama sepekan
itu. ‘’Saya merasa puas, mendapat manfaat yang luar biasa hebat ini. Sekarang saya sudah
mendapatkan keahlian dan ketrampilan PPGD yang diajarkan oleh para instruktur yang
semuanya sangat ahli dan pakar di bidangnya,’’ ujar Leo dengan mantab. ‘’Selain itu semua
pelatih sangat mengerti teknik cara menyampaikan ilmu dan ketrampilannya secara aplikatif,
sehingga sangat memudahkan kami untuk mempelajari dan mempraktekkannya ’’ kata Leo
menambahkan.
Tak terasa, pelatihan yang sudah berjalan selama lima hari tersebut harus segera diakhiri
dengan sebuah ceremonial penutupan sederhana. Dalam acara penutupan itu terucap sebuah
harapan yang disampaikan oleh dr. Joko Murdiyanto, Sp.An selaku wakil dari manajemen RS
PKU Jogja. Harapan tersebut terangkai dalam kata sambutan penutupnya dihadapan seluruh
para peserta dan instruktur di sesi paling akhir pelatihan itu. ‘’Saya berharap pelatihan ini
dapat meningkatkan awareness dan meningkatkan sense of critical illness untuk lebih peduli,
mengerti, dan responsive terhadap kegawat daruratan yang terjadi,’’ begitu pinta dokter Joko
pada sambutan penutupnya. (yahya-f).
Pada strategi bisnis perusahaan, secara kompehensip juga memuat strategi pengembangan
SDM. Salah satu strategi di bidang pengembangan SDM adalah dengan melakukan Training
& Development, bahkan bagi perusahaan yang sudah cukup besar, sebaiknya memiliki bagian
T&D tersendiri, yang “in line” dengan strategi pengembangan Sumber Daya manusia.
Pengertian training and development menurut Randall S. Schuler (1998:386), yang dikutip
oleh Said Haryadi, sebagai berikut
“Employee training and development is any attempt to improve current or future employee
performance by increasing an employee’s ability to perform”
Said Haryadi menjelaskan, bahwa dalam training & development, dikenal adanya
pengembangan Level Organisasi dan Level Individu. Pengembangan level organisasi terkait
dengan kebutuhan suksesi, dan bertujuan untuk mempersiapkan kandidat agar sukses pada
posisi yang akan datang. Pengembangan level individu terkait dengan kebutuhan peningkatan
kinerja individu pada posisi saat ini, dan bertujuan membantu karyawan untuk sukses pada
posisi saat ini.
Pada suatu perusahaan, umumnya pengembangan level organisasi, disatukan dalam bagian
strategi pengembangan SDM. Pengembangan dilakukan pada kandidat yang telah mengikuti
proses assessment center, dan telah diketahui hasilnya bahwa kandidat memiliki potensi
untuk dikembangkan dan sukses pada suatu target posisi tertentu. Pengembangan pada
kandidat ini, dilakukan pada kompetensi yang belum memenuhi standar pencapaian yang
ditentukan.
Sedangkan pengembangan level individu, dilakukan sebagai follow up dari penilaian kinerja
individu, dan dilakukan setelah diketahui pencapaian kinerja individu dan pada level
kompetensi mana yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kinerja individu tersebut.
Program pengembangan
Program pengembangan dituangkan dalam formulir IDP (Individual Development Plan). IDP
ini diperoleh dari hasil assessment center, bahwa seorang kandidat memerlukan
pengembangan dibidang apa saja. Dalam aktivitas pengembangan, atasan kandidat berperan
aktif dalam merencanakan, mengarahkan, memonitor, dan melaksanakan pengembangan dan
memberikan motivasi pada kandidat.
Evaluasi pengembangan dilakukan oleh atasan kandidat pada waktu yang telah disepakati
dalam IDP, dan mengikuti petunjuk yang telah disediakan dalam Rencana Aktivitas
Pengembangan. Apabila dari hasil evaluasi, kandidat belum memenuhi standar pencapaian
yang ditetapkan, kandidat diminta untuk melakukan aktivitas remedial.
Aktivitas pengembangan
Sumber Bacaan:
Pendahuluan
The only way we can beat the competition is with people demikian kata Robert J. Eaton,
chief executive officer (CEO) Chyster Corporation, produsen mobil terkemuka di
Amirika Serikat. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa meskipun kita dewasa
ini berada di era teknologi canggih, peran SDM dalam menentukan keberhasilan
organisasi atau perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain
seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain.
Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses
manajemen lainnya seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan
pengembangan organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali
sehingga sulit bagi kita untuk menghindari dari pembicaraan secara terpisah satu dengan
lainnya.
Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi, karena
penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan
berhasil. Karyawan baru sering sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung jawab
mereka. Permintaan pekerjaan dan kapasitas karyawan haruslah seimbang melalui program
orietasi dan pelatihan. Keduanya sangat dibutuhkan. Sekali para karyawan telah dilatih dan
telah menguasai pekerjaannya, mereka membutuhkan pengembangan lebih jauh untuk
menyiapkan tanggung jawab mereka di masa depan. Ada kecenderungan yang terus terjadi,
yaitu semakin beragamnya karyawan dengan organisasi yang lebih datar, dan persaingan
global yang meningkat, upaya pelatihan dan pengembangan dapat menyebabkan karyawan
mampu mengembangankan tugas kewajiban dan tanggung jawabnya yang lebih besar.
Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan pula : development focusses more on improving
the decision making and human relation skills of middle and upper level management, while
training involves lower level employees and the presentation of more factual and narrow
subject matter
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan dan
pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-
istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk
mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas
dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada
tingkat bawah (pelaksana).
Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh Adrew E. Sikula (1981
: 227) training is short-terms educational procces utilizing a systematic and organized
procedure by which nonmanagerial personnel learn technical knowlegde and skills for a
definite purpose. Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long-terms
educational process utilizing a systematic and organized procedure by which managerial
personnel learn conceptual and theoritical knowledge for general purpose.
Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan pada pegawai tingkat manajerial
untuk meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan,
dan memperluas human relation.
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha
yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan pegawai.
Selanjutnya mariot Tua menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep
yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi,
dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih
ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat
ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi
dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Disaat kompetisi antar organisasi berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi
salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan
karyawan. Program pelatihan dan pengembangan SDM dapat memberi jaminan pencapaian
ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional.
Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and Huszczo (1986)
mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam organisasi yang membutuhkan penanganan
yaitu :
1. Low productivity;
2. High absenteeism;
3. High turnover;
4. Low employee morale;
5. High grievances;
6. Strike;
7. Low profitability.
1. Adanya pegawai baru, Memberikan orintasi pekerjaan atau tugas pokok organisasi kepada
pegawai yang baru direkrut sebelum yang bersangkutan ditempatkan pada salah satu unit
organisasi;
2. Adanya peralatan kerja baru, Mempersiapkan pegawai dalam penggunaan peralatan baru
dengan teknologi yang lebih baru, sehingga tidak terjadi adanya kecelakaan kerja dan
meningkatkan efesiensi kerja;
3. Adanya perubahan sistem manajemen/administrasi birokrasi, Mempersipakan pegawai
dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun;
4. Adanya standar kualitas kerja yang baru, Mempersiapkan pegawai dalam melakukan
pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun;
5. Adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan , Memberikan nuansa baru/penyegaran ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki;
6. Adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai, Meningkatkan kualitas kinerja pegawai sesuai
dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis;
7. Adanya rotasi/relokasi pegawai, Meningkatkan pegawai dalam menghadapi pekerjaan dan
situasi kerja yang baru
Hasil TNA adalah identifikasi performance gap. Kesenjangan kinerja tersebut dapat
diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu.
Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar
atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan
mencocokkan dengan kinerja aktual individu tempat kerja.
Tahapan TNA mempunyai elemen penting yaitu :
identifikasi masalah
identifikasi kebutuhan
pengembangan standar kinerja
identifikasi peserta
pengembangan kriteria pelatihan
perkiraan biaya
keuntungan
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat materi pelatihan yang diperlukan
dan dikembangkan seperti :
Implementasi Pelatihan
Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan yang efektif adalah
implementasi dari program pelatihan. Keberhasilan implementasi program pelatihan dan
pengembangan SDM tergantung pada pemilihan (selecting) program untuk memperoleh the
right people under the right conditions. TNA dapat membantu mengidentifikasi the right
people dan the right program sedangkan beberapa pertimbangan (training development) and
concideration program dapat membantu dalam menciptakan the right condition.
Evaluasi Pelatihan
Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan melalui evaluasi. Secara sistimatik
manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan yaitu training need analysis, tahap
implementasi dan tahap evaluasi. Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan
karena acap kali diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa
pelatihan yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya.
Evaluasi Pra Diklat, bertujuan mengetahui sejauhmana pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang telah dimiliki para peserta sebelum diklat dilaksanakan dibandingkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang disusun dalam program. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang belum dimiliki peserta yang disajikan dalam pelaksanaan
program diklat.
Tahapan evaluasi terhadap pelatihan :
Evaluasi Peserta
Evaluasi Widyaiswara
Evaluasi Kinerja Penyelenggara
Evaluasi Pasca Diklat, bertujuan mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
sebelum diklat tidak dimiliki oleh peserta setelah proses diklat selesai dapat dimiliki dengan
baik oleh peserta.
Kesimpulan
Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain
seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain.
Latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya kedua
konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan
untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan
pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang,
yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah
perilaku kerja.
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara spesifik dimaksud untuk
menetukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan
tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll)
secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
Semoga bermanfaat..s7
DAFTAR PUSTAKA
Hariandja, Marihot Tua Efendi (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas Pegawai, Grasindo
Widiasarana Indonesia, Jakarta
Irianto Jusuf (2001), Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan
Sampai Evaluasi Program Pelatihan), Insani Cendekia, Jakarta
Leave a reply
Categories
SPIRITUAL (1)
PENYULUH AGAMA (1)
PENGEMBANGAN SDM (3)
PENDIDIKAN AGAMA (1)
OTONOMI DAERAH (2)
NEWS (1)
KOMBEN (1)
GOOD GOVERNANCE (1)
1 (1)
Archives
Blogroll
METODE PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Fungsi Pengembangan
Adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan
melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
1. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Penggunaan istilah pelatihan (training) dan pengembangan (development) dikemukakan oleh
beberapa para ahli. Pendapat-pendapatnya dapat diketahui sebagai berikut :
Dale Yoder menggunakan istilah pelatihan untuk pegawai pelaksana dan
pengawas, sedangkan istilah pengembangan ditujukan untuk pegawai tingkat manajemen.
Edwin B. Flippo menggunakan istilah pelatihan untuk pegawai pelaksana dan pengembangan
untuk tingkat pimpinan. Istilah-istilah yang dikemukakan olehnya adalah training operative
personnel dan excecutive development.
2. Pelatihan Karyawan
Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan dating melalui pengembangan kebiasaan tentang
pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Berbagai metode dapat digunakan
dalam program pelatihan. Metode pelatihan yang paling terkenal dan banyak digunakan, antara lain
:
a) Metode On The Job Training
Hampir 90% dari pengetahuan pekerjaan diperoleh melalui metode on the job training. Prosedur
metode ini informal, observasi sederhana dan mudah serta praktis. Pegawai mempelajari
pekerjaannya dengan mengamati pekerja lain yang sedang bekerja, dan kemudian
mengobservasi perilakunya. Aspek-aspek lain dari on the job training adalah lebih formal dalam
format. Pegawai senior memberikan contoh cara mengerjakan pekerjaan dan pegawai baru
memperhatikannya. Metode ini dapat pula menggunakan peta-peta, gambar-gambar, sample-
sampel masalah dan mendemonstrasikan pekerjaan agar pegawai baru dapat memahaminya
dengan jelas. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan skill yang dapat dipelajari dalam
beberapa hari atau beberapa minggu. Manfaat dari metode ini adalah peserta belajar dengan
perlengkapan yang nyata dan dalam lingkungan pekerjaan atau job yang jelas.
b) Metode Vestibule atau balai
Vestibule adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang disunakan untuk tempat pelatihan
bagi pegawai baru yang akan menduduki suatu pekerjaan. Metode ini merupakan metode
pelatihan yang sangat cocok untuk banyak peserta (pegawai baru) yang dilatih dengan jenis
pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama. Pelaksanaan metode ini biasanya dilakukan
dalam waktu beberapa hari sampai beberapa bulan dengan pengawasan instruktur, misalnya
pe;atihan pekerjaan, pengetikan klerek, operator mesin.
c) Metode Demonstrasi dan Contoh
Suatu demonstrasi menunjukkan dan merencanakan bagaimana suatu pekerjaan atau bagaimana
sesuatu itu dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan memeragakan sesuatu melalui
contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer dalam mengajarkan pegawai baru
mengenai aktivitas nyata melaui suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai
mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan. Metode ini sangat efektif, kaena lebih mudah
menunjukkan kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan
alat Bantu belajar seperti : gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.
d) Metode Simulasi
Metode ini merupakan suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari
realitas. Simulasi ini merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata
pada pekerjaan. Metode simulasi yang popular adalah permainan bisnis (bussiness games). Metode
ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal, tetapi sangat bermanfaat dan diperlukan
dalam pelatihan.
e) Metode Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara mengembangkan ketrampilan (skill) pengrajin atau pertukangan.
Metode ini tidak mempunyai standar format. Pegawai peserta mendapatkan bimbingan umum
dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
f) Metode Ruang Kelas
Metode ini merupakan metode training yang dilakukan di dalam kelas walaupun dapat dilakukan di
area pekerjaan. Metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran dan
pengajaran berprogram (programmed instruction).