Anda di halaman 1dari 11

1.

Profil Pengusaha Kerajinan Tekstil Kain Songket : Fauziah

Kain Songket Palembang

Jika anda pergi ke Palembang, tentunya anda ingin membeli sebuah cindera mata bagi diri anda
akan kota itu. Saya sarankan jangan lupa anda membeli kain songket buatan Fauziah. Beliau
adalah salah satu pengrajin kain songket terbaik di kotanya, Palembang.

A.Merintis Bisnis Kain Songket

Kerajinan kain songket sangatlah banyak di Palembang. Ini adalah salah satu bisnis rumahan yang
sudah turun temurun. Termasuk juga Fauziah. Ibu yang lahir pada tahun 1957 di Palembang
Sumatra Selatan ini mewarisi keahlian dan usaha membuat songket dari orang tuanya.

Seperti yang sudah banyak diketahui, keindahan kain songket membuat banyak wanita terutama
terpesona. Namun untuk mmebuat kain songket tidaklah mudah serta butuh biaya mahal. Oleh
karena itu ketika memulai kembali bisnis kain songketnya yang sempat berhenti, Fauziah sempat
meminjam modal dari BUMN.

“Tadinya hanya meneruskan usaha orangtua. Namun karena terbentur modal, sempat berhenti,”
ungkap Fauziah. Niat Fauziah dalam berbisnis kain songket adalah untuk memajukan kain
tradisional Indonesia.
Karena kekonsistenannya inilah Fauziah pernah menerima kucuran modal dari PLN sebesar 21 juta.
Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk menambah modalnya. “Nah itu saya manfaatkan agar
industri rumahan tersebut bisa berkembang lebih pesat lagi,” jelas dia.

B.Kualitas Adalah No 1

Kualitas kain songket yang dihasilkan Fauziah sangatlah bagus. Fauziah tak perlu repot-repot
melakukan pemasaran karena banyak orang berdatangan sendiri ke gerainya yang juga rumahnya.
Promosinya dari mulut ke mulut. Hal ini membuat Fauziah tak perlu mengeluarkan biaya
pemasaran.

Banyak orang yang membeli dari Fauziah merasa puas akan kualitas kain songketnya. “Orang-
orang tahu bisnis saya dari mulut ke mulut. Nah, kalau kualitasnya tidak bagus, nanti orang tidak
mau balik ke sini lagi dong,” katanya.

Fauziah juga selalu menekankan pada karyawannya agar benar-benar menjaga hasil produksi kain
songket. Terkadang Fauziah masih melakukan pembinaan pada pengrajinnya agar benar-benar lihai
dalam menenun kain. Kualitas itu penting. Itulah jurus jitu menyiasati persaingan pebisnis kain
songket. “Kalau dibanding dulu, lebih maju sekarang (industri rumahan kain songket). Pokoknya kita
strateginya, kualitas kainnya supaya tetap terbaik,” jelas dia.

C.Penjualan Kain Songket

Saat ini Fauziah memiliki 15 pengrajin kain yang menjadi karyawannya. Harga kain songketnya pun
tak terlalu mahal yaitu berkisar 1 juta hingga 4 juta rupiah, suatu harga yang standar untuk kain
songket. “Kalau saya prinsipnya tidak mau jual terlalu mahal. Standar saja, yang penting banyak
terjualnya, tapi kualitasnya harus dijaga juga,” jelas dia.

Dalam satu hari, Fauziah bisa menjual hingga 40 kain songket jika kondisi ramai namun jika kondisi
sepi biasanya hanya laku 20 hingga 30 biji saja. Dari hasil berjualan ini Fauziah dapat mengantongi
laba bersih hingga 100 juta rupiah sebulan.

Untuk mensiasati pemasukan yang kurang ketika sepi, Fauziah juga menerima menjahit kain
songket menjadi baju. Banyak orang yang lebih suka mengenakan kain songket sebagai baju.

Saat ini pendistribusian kain songketnya tak hanya di sekitar Palembang saja namun juga sudah di
kirim ke Jakarta dan Medan. “Kita hanya kirim untuk ke Jakarta, sama Medan. Tapi paling banyak ke
Jakarta,” katanya.

D.Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Dalam semua bisnis, modal tidak hanya berupa uang saja namun kredibilitas juga memegang
peranan penting bahkan lebih penting. Begitu juga dalam berbisnis kain songket. Fauziah
mengatakn bahwa dia akan berkata apa adanya tentang kain yang dijualnya, “yang penting kalau
mau usaha itu jujur. Misalnya kain songketnya ada cacat sedikit, ya saya bilang. Lalu harganya saya
kurangin. Kalau misalkan saya bohongin dengan harga tetap mahal, padahal kainnya cacat, nanti
orang atau pelanggan saya merasa tertipu, nanti tidak mau balik ke saya lagi,” jelas dia.

Keinginan Fauziah terhadap usaha kain songketnya adalah dia ingin menjadikannya go
internasional. Saat ini kain songketnya masih hanya dikonsumsi oleh kalangan Indonesia saja.
“Saya harap nanti kain songket buatan saya bisa diekspor. itu impian saya,” katanya.

2. Profil H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds : Sosok Pengusaha Batik yang Sukses

H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds (40 tahun). dilahirkan th 1968 di desa Trusmi Plered Cirebon.
Daerah ini terkenal sebagai sentra industri kerajinan batik Cirebon yang sangat terkenal hinggga
manca negara. Sejak kecil di lingkungan keluarga dan teman-temannya sering dipanggil dengan
nama Komar. Komar terlahir dari keluarga yang mempunyai keturunan mempunyai usaha kerajinan
batik tradisional di daerah Trusmi. Darah yang mengalir dari ayahnya lebih kental dengan talenta
berdagang, sedangkan dari garis keturunan ibu lebih banyak mengalir talenta seni yang mendorong
jiwanya hingga saat sekarang. Sejak kecil Komar sudah mengenal beraneka macam desain-desain
batik tradisional yang dikerjakan atau yang diperdagangkan oleh kedua orang tuanya. Disamping itu
seringkali kedua orang tuanya mengajaknya untuk berdagang memasarkan batik ke berbagai kota di
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ketika menginjak usia remaja dan hampir lulus SMA di tahun 1987,
orang tuanya berpesan agar Komar tidak meneruskan profesi sebagai pedagang batik keliling dan
diharapkan bisa meneruskan belajar ke perguruan tinggi yang sesuai dengan pilihannya dan bisa
bekerja di perusahaan, hal ini dikarenakan kondisi bisnis batik pada saat itu kurang baik, sering
terjadi keterlambatan dalam hal pembayaran. Hal ini dikarenakan sekitar tahun 1987an, usaha
perdagangan di bidang batik sedang mengalami kelesuan ditambah lagi dengan sistem pembayaran
yang kurang mendukung dengan banyaknya pembayaran yang mundur dari 5 bulan hingga 8 bulan.
Lulus SMA tahun 1987 kemudian Komar mengikuti kursus Komputer di PIKSI ITB selama 6 bulan.
Setelah lulus Komar ikut bekerja di PIKSI - ITB untuk menangani berbagai macam proyek
Komputerisasi di PT. Perkebunan seluruh Indonesia. Tahun 1998 Komar dapat kesempatan sekolah
di D3 Ahli Administrasi Logistik UNPAD dan lulus pada tahun 1992. Selama masa kuliah di D3,
Komar tetap bekerja di PIKSI-ITB, kegiatan lainnya adalah membuat berbagai macam program
komputer untuk beberapa perusahaan seperti program penyewaan video dan sistem informasi untuk
perusahaan rotan di Cirebon.

Tahun 1992 Komar nikah dengan Hj. Nuryanti Widya (36 tahun), yang kebetulan terlahir dari
keluarga yang berlatar belakang pedagang batik pula. Sehingga kami banyak memiliki kesamaan
pengalaman dalam menangani usaha batik seperti sekarang ini. Alhamdulillah kami telah dikarunia
putra dan putri sbb: Putri Urfanny Nadhiroh (14 tahun), Nouval Mirrah Makareem (11 tahun), Sekar
Triagniya Hasya (5 tahun) dan Revan Afqon Makareem (3,5 tahun).

A. Periode tahun 1992 - 1997

Tahun 1992 Komar mulai bekerja di Jakarta pada sebuah perusahaan dengan nama PT. Alas
Buana Raya (ABR) yang bergerak di bidang perakitan komputer jalan tol dan pembuatan sistem
informasi manajemen berbasis komputer.

Selama bekerja di Jakarta, setiap ada kesempatan waktu Komar mencoba berusaha untuk
berdagang keliling menawarkan batik-batik produksi dari orang tua dan keluarga dari Cirebon.
Komar selalu berusaha menampung aspirasi dan keinginan para pembeli untuk melakukan
terobosan-terobosan desain yang baru dan unik agar mampu bersaing dengan pedagang batik
lainnya. Sejak saat itu Komar sering mencoba dan berlatih untuk membuat desain-desain batik yang
sederhana, serta mengumpulkan berbagai cuplikan atau potongan ragam hias batik dari berbagai
sumber dan contoh kain-kain batik yang sudah ada. Hampir semua potongan desain dikumpulkan
dan didokumentasikan dengan rapih.

Jabatan terakhir sewaktu Komar bekerja di PT. ABR Jakarta tahun 1996, adalah Site Manager
Proyek PERTAMINA RED II (Refinery Equipment Databank) di Dumai dengan penghasilan 1,5 juta
per bulan. Menjelang terjadinya krisis moneter, perusahaan mengalami masa-masa yang sulit
hingga akhirnya dengan terpaksa perusahaan melakukan restrukturisasi banyak karyawan termasuk
Komar.

Akhir tahun 1996 Komar diminta bergabung dengan pengusaha rotan dari Cirebon sewaktu masa
kuliah dulu yang sempat Komar bekerja, untuk berwirausaha membuka PT. Pitaloka BNH (General
Suplier), membuka showroom rotan dan kedai Nasi Jamblang makanan Khas Cirebon dengan gaji
Rp. 750.000,-/bulan dengan jabatan sebagai direktur. Kesempatan tersebut Komar manfaatkan
dengan tujuan dan harapan sebagai sarana belajar agar mampu memimpin perusahaan secara
langsung dan mandiri walaupun masih menggunakan modal usaha dan kepercayaan dari orang lain.
Rupanya usaha dibidang makanan dan showroom rotan di Bandung selama 2 tahun tidak berjalan
mulus sesuai dengan rencana semula. Selama jualan furnitur rotan dan kedai nasi, Komar
manfaatkan untuk berjualan batik dalam sekala kecil dengan alat display seadanya.

Sewaktu mengelola usaha nasi Jamblang dan showroom rotan, Komar banyak mendapatkan
pengalaman yang sangat positif untuk menapaki bisnis ke depan dengan lebih maju. Hal ini
dikarenakan sudah terlatih dengan dituntut untuk membuat perencanaan serta strategi yang
matang, imajinatif, berani mengambil resiko, serta berani mengambil keputusan untuk mencapai
tujuan.

Setelah dua tahun bisnis showroom rotan berakhir dan seluruh modal pinjaman Komar kembalikan
kepada pemiliknya. Komar akhirnya mencoba untuk memulai berwirausaha mandiri dengan modal
awal sekitar 30 jutaan.

Di pertengahan tahun 1997 atas saran dari Bapak Soenaryo pematung dan juga dosen seni rupa
ITB KOMAR diminta untuk mengikuti lomba desain atau pameran-pameran batik. Kebetulan
Yayasan Batik Indonesia pada akhir tahun 1997 mengadakan Lomba Cipta Selendang Batik
Internasional yang diadakan di kota Yogyakarta. Pada waktu itu Komar menyertakan 5 desain
selendang batik untuk diikut sertakan pada lomba tersebut.

Alhamdulillah dari 5 desain yang dikirimkan 2 diantaranya terpilih menjadi juara I dan juara harapan I
dengan total hadiah 6 juta rupiah.

Juara I untuk desain selendang dengan nama Selendang Pittaloka, dan untuk juara harapan 1
dengan nama desain selendang Jasuma.Dengan hasil juara yang telah didapat maka semakin
tertantang untuk membuat desain-desain yang lain dan lebih bersemangat untuk menjalankan
usaha batik secara mandiri dan profesional. Terlebih lagi adanya dukungan dari berbagai pihak yang
mengarahkan dan memberi semangat untuk lekas maju. Dukungan dari pimpinan kantor
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Bpk. H. Maman Abdurrahman yang membuka jalan
untuk menggunakan kain tenun ATBM dari Garut. Dukungan dari dosen-dosen serta seniman senior
di Bandung menambah semangat dan membuka jalan pikiran untuk membuka showroom batik
dengan brand batik KOMAR.

3.Profil Pengusaha Tekstil : Valkrisda Caresti


Berwirausaha tak mengenal usia. Ada banyak wirausaha yang telah sukses meski masih berusia
muda. Salah satu contoh wirausaha tersebut adalah Valkrisda Caresti. Ia adalah Pengusaha sukses
di bidang tekstil yang menyulap limbah tekstil seperti kain menjadi produk kerajinan tangan yang
bernilai jual tinggi.

Valkrisda Caresti adalah Pengusaha sukses di bidang tekstil yang mampu melihat peluang dari
adanya limbah. Gadis kelahiran Surabaya, 14 September 19 tahun silam ini mampu mengubah
limbah tekstil dan juga limbah kertas menjadi produk kerajinan tangan yang dapat dijual. pada
mulanya, Valkrisda memulai usahanya karena sebuah hobi. Ia adalah seorang yang gemar
memberikan kado pada temannya ketika sang teman ulang tahun atau merayakan hari spesial lain.

Ia tidak membeli kado tersebut, melainkan Ia lebih sering membuatnya sendiri karena menurutnya
kado yang dibuat sendiri lebih berharga jika dibandingkan dengan membelinya. Pada saat itu Ia
masih berusia SMA. Dari hobinya tersebut, maka Ia tergerak untuk berwirausaha dengan
kreativitasnya ini. ia akhirnya mulai menekuni usaha scrapbook yang diberi nama syawnscrap.
Syawnscrap diambil dari kata syawnlight. Syawn yang merupakan suara perempuan terbang, dan
light yang berarti sinar.

Kesuksesan usaha limbah tekstil yang diproduksi oleh Valkrisda salah satunya berasal dari
kebijakan pemesanan produk yang Ia terapkan. Ia membebaskan calon konsumennya untuk
memilih tema untuk produk yang diinginkan. Valkrisda juga bersedia merancang konsep produk
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Valkrisda mengisahkan ada beberapa cerita
lucu dari para konsumen yang memsan produk padanya. Salah satunya yaitu mengenai konsumen
yang memsan scrapbook dengan harga yang mahal untuk menyatakan cinta pada seorang gadis.
Namun malang bagi sang cowok, karena gadis yang aan Ia beri scrapbook ternyata justru jadian
dengan orang lain. Kisah tersebut merupakn cerita lain dibalik kesuksesan Valkrisda. Kini, usaha
yang dijalankan Valkrisda terus berjalan dan mengantarkannya menjadi pengusaha sukses di
bidang tekstil.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Sukses Exportir Bisnis Rotan lewat Internet


14 DESEMBER 2016BEKASIKERENTINGGALKAN KOMENTAR

Mengikuti kisah Tonton Taufik


membangun bisnis rotan

Sukses Exportir Bisnis Rotan– Pada usia 26 tahun, Tonton Taufik menjadi calo
mebel rotan. Meski begitu, keinginannya untuk jadi pengusaha tak pernah pupus.
Akhirnya, keinginan Tonton itu terwujud melalui Rattanland Furniture.

Kunjungi Juga: – Jual Tikar Lampit Rotan


Kebanyakan orang ingin menjadi pengusaha ketimbang bekerja sebagai karyawan
buat orang lain. Maklum saja, banyak pengusaha yang sukses di bidang mereka.
Alhasil, gelimang harta pun gampang diraih. Siapa tidak ingin kehidupan seperti
itu? Nah, satu dari sedikit orang yang mengguratkan kesuksesan usaha ini adalah
Tonton taufik.
Kerja keras Tonton, yang bisa dibilang relatif singkat ini, sudah membuahkan hasil.
Kini Tonton memiliki tiga usaha berbeda. Ada Rattanland, perusahaan membikin
mebel rotan. Selain itu, ia punya perusahaan transportasi dengan nama Budi Surya
dan satu pompa bensin umum di Cirebon.
Kalau mau dihitung, pendapatan Tonton saban bulan terbilang luar biasa. Dari
Rattanland saja, ia bisa mencatat omzet Rp 900 juta-an sebulan. Setiap tahun,
penghasilan Rattanland pun mengalami kenaikan hingga 50 %. Belum lagi dua
perusahaan lain milik lelaki berumur 34 tahun ini.
Hanya, keberhasilan bisnis Tonton memang tidak terjadi dalam waktu semalam.
Semua itu dimulai pada tahun 1999. Tonton, yang kala itu berusia 26 tahun,
mengikuti seminar mengenai segmentasi pasar yang diadakan oleh Rhenald Kasali.
Seminar ini, menurut Tonton, ternyata mendatangkan inspirasi bagi dirinya. ”saya
mendapatkan ilham untuk berdagang rotan,” ujar Tonton.
Tonton yang saat itu haus akan pengetahuan tentang trik penjualan dan pemasaran
rotan pun memutuskan untuk belajar. Selang beberapa bulan, bapak dua orang anak
ini mengambil kursus di Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). ”Di situ saya
belajat tentang kontak bisnis melalui internet,” paparnya.
Merasa belum cukup, Tonton pun melanjutkan pelajaran tentang cara pembuatan
website di Bandung. Baginya, belajar terus-menerus adalah dasar penting untuk
membangun bisnis.

Sempat putus asa karena kena klaim besar

Inilah awal perjuangan usaha Tonton. Pada bulan Oktober 1999, ia mendirikan
Rattanland Furniture. Modal yang dikeluarkannya untuk memulai usaha ini adalah
satu buah komputer lengkap dengan fasilitas Internet. ”Modal awal saya kira-kira
Rp 5 juta,” kata Tonton.
Tonton memanfaatkan modalnya untuk membuat website sendiri. Selama tiga bulan
dia berkutat dengan komputer dan tidak keluar rumah atau bergaul dengan teman
seusianya. Alhasil, ibu Tonton, Erna Ma’soem, kerap menegru dan memarahinya.
Sang ayah, Ruchimat Samsudi, juga meragukan keberhasilan bisnis anaknya.
”Mereka sering bilang: masa cari uang lewat komputer sih?” ujar Tonton, sembari
menirukan perkataan kedua orangtuanya.
Namun, keraguan orangtuanya itu terpatahkan. Pesanan dari luar negeri akhirnya
mampir ke website Tonton:
Hanya, Tonton yang saat itu belum mengerti soal dokumen ekspor memilih untuk
menjadi calo mebel rotan. Selama setahun, Tonton menjalankan pekerjaan sebagai
calo, tapi ia tetap belajar mengenai produksi dan ekspor rotan. ”Saya belajar dari
perusahaan eksportir rotan rekanan saya,” tutur suami Hilda D. Syafei ini sambil
tertawa.
Nah, pada tahun 2000, Tonton memberanikan diri untuk terjun langsung sebagai
eksportir. Tapi, langkah nekatnya tidak berjalan mulus.
Pertama kali mengirim produk ke luar negeri, ternyata konsumennya langsung
mengajukan klaim. Pembeli Tonton itu menganggap kualitas mebel rotan buatannya
buruk. Jadi, Tonton wajib mengganti setiap produk yang rusak. Kalim ini
merupakan pukulan besar bagi Tonton. Mau tak mau, ia harus berhutang guna
menutupi penggantian itu. ”Sedih sekali, rasanya ingin mundur dari bisnis ini,”
kenang Tonton.
Walaupun sempat putus asa, Tonton tetap berusaha. Ia yakin bahwa masa depan
cerah akan menanti bisnisnya. ”Jika saya tetap tekun berusaha, saya pasti
mendapatkan berkah,” tandas Tonton. Doa Tonton pun terjawab. Pesanan sebanyak
empat kontainer menghampiri Rattandland. Berkat pesanan itu, seluruh utang dan
kerugian yang sebelumnya diderita Tonton bisa terbayar lunas. ”Wah, saya senang
sekali. Semangat saya pun bertambah,” kata Tonton.
Tapi, Tonton masih mendapat pengalaman buruk lain. Ia pernah ditipu pembelinya
dari Arab Saudi. Pasalnya, ”Waktu itu saya belum paham soal posisi tawar dalam
masalah pembayaran,” ungkap pria yang gemar jogging ini.
Setelah kejadian itu, Tonton pun mewajibkan para konsumennya untuk melakukan
pembayaran uang muka terlebih dahulu. ”Kalau ada uang muka, produk baru
dikerjakan,” ucap lulusan Fakultas Teknik Universitas Parahyangan ini.
Biar sudah sukses, Tonton tak berhenti bermimpi. Obsesi Tonton yang terpendam
adalah menaikkan jumlah kontainer untuk ekspor. ”Harapan saya, di tahun 2008,
target ekspor bisa mencapai 30 kontainer per bulan,” katanya. Untuk mencapai
target itu, Tonton tak segan-segan terus belajar mengenai rotan. Ia juga selalu
mencoba hal baru, misalnya saja mengombinasikan rotan dengan pelepah pisang,
rumput laut, abak dan enceng gondok untuk mebelnya. Tak lupa, menurut Tonton,
ia harus mengikuti perkembangan desain dam kebutuhan pasar yang ada.
Selain itu, Tonton memberikan garansi. ”Berapa pun unit yang rusak, pasti saya
ganti dan tidak dipungut biaya apa pun,” tandasnya dengan tegas.

Bisnis di Jari Tangan Tonton


Biarpun tidak punya gerai di luar negeri, tapi produk rotan Rattanland Furniture
cukup kondang di benak penggemar mebel rotan mancanegara. Maklum saja,
Tonton Taufik, pemilik Rattanland Furniture, memang mengandalkan pemasaran
melalui internet. Bahkan, Tonton tetap setia mengandalkan gerai di dunia maya
selama delapan tahun belakangan.
Pada tahun 1999, dengan bermodalkan jari tangan dan satu buah komoputer,
Tonton mulai menjajakan mebel di dunia maya dengan kemampuannya sendiri
membikin situs internet. ”Saya belum sanggup mem bayar pegawai. Jadi, saya
kerjakan sendiri saja,” kenang Tonton.
Tidak tanggung-tanggung, Tonton juga langsung mendaftarkan website miliknya ke
jaringan perdagangan dunia dan pencarian on-line (search engine). ”Kalau bekerja,
kita harus maksimal. Tidak boleh setengah-setengah,” tandas bapak dua anak ini
bangga. Maka, jangan heran jika Rattanland Furniture cukup terkenal di dunia.

 PELUANG BISNIS MENJANJIKAN DAN TREND DI TAHUN 2016

Sekarang, ayah dari Fattan Habibi Rahman dan Keisha Iradati Rahmania ini tak
pelu repot mencari pembeli. Pasalnya, pembeli datang sendiri dan pesanan demi
pesanan pun mengalir melalui situsnya. Alhasil, Tonton bisa menghabiskan waktu
lebih banyak dengan kedua buah hatinya. ”Ini kan bisa dilakukan di rumah, tidak
perlu datang ke kantor,” imbuh Tonton. Jangan heran jika sang istri mendukung
pekerjaan Tonton

Report this ad

Report this ad

Posted in Kerajinan Rotan Online, Kisah SuksesDengan kaitkata Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Aceh, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bali, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Banda Aceh, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Bandar Lampung, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bandung, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Bandung Barat, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bangkalan, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Banjar, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Banjarmasin, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Banjarnegara, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan banten, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Bantul, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Banyumas, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Banyuwangi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Batang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Batu, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bekasi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bengkulu, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Blitar, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Blora, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Bogor, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Bojonegoro, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Bondowoso, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Boyolali, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Brebes, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Ciamis, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Cianjur, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Cilacap, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Cilegon, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Cimahi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Cirebon, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Demak, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Depok, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Garut, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Gorontalo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Gresik, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Grobogan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan GunungKidul, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Indramayu, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jakarta, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Jakarta Barat, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jakarta Pusat, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Jakarta Selatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jakarta Timur, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Jakarta Utara, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jambi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jawa
Tengah, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jawa Timur, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Jember, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Jepara, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan jogja, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Jombang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kalimantan Barat, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Kalimantan Selatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kalimantan
Tengah, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kalimantan Timur, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Kalimantan Utara, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kalimatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Karanganyar, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Karawang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Kebumen, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kediri, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Kendari, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kepulauan Bangka Belitung, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Kepulauan Riau, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kepulauan Seribu, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Klaten, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kudus, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Kulonprogo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Kuningan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Lamongan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Lampung, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Lebak, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Lumajang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Madiun, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Magelang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Magetan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Majalengka, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Makassar, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Malang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Mamuju, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Manado, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Medan, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Mojokerto, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Nganjuk, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Ngawi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Pacitan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Padang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Palangkaraya, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Palembang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Palu, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pamekasan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Pandeglang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pangandaran, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Pangkal Pinang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pasuruan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Pati, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pekalongan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Pekanbaru, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pemalang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Ponorogo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Pontianak, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Probolinggo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Purbalingga, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Purwakarta, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Purworejo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Rembang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Riau, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Salatiga, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Samarinda, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Sampang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Semarang, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Serang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sidoarjo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Situbondo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sleman, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Sragen, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Subang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Sukabumi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sukoharjo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Sulawesi, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sulawesi Barat, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Sulawesi Selatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sulawesi Tengah, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Sulawesi Tenggara, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sulawesi Utara, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Sumatera, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sumatera Barat, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Sumatera Selatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sumatera Utara, Sukses
Bisnis Kerajinan Rotan Sumedang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Sumenep, Sukses Bisnis
Kerajinan Rotan Sunda Kecil, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Surabaya, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Surakarta, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Tangerang, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Tangerang Selatan, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Tanjung Pinang, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Tanjung Selor, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Tasikmalaya, Sukses Bisnis Kerajinan
Rotan Tegal, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Temanggung, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Tuban, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Tulungagung, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Wonogiri, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan Wonosobo, Sukses Bisnis Kerajinan Rotan
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai