Anda di halaman 1dari 4

Pengusaha sukses berawal dari hobi dan keahlian Berawal dari hobi, Meity Amelia sukses sebagai pengusaha

bakery dan cake. Ikuti perjalanan hidupnya. Meity Amelia lahir di kota kecil di Gorontalo, 50 tahun lalu. Waktu itu daerahnya sepi dan tidak banyak orang yang menjual makanan. Setiap sore, Sang Mama selalu membut kue-kue untuk kedua anaknya. Awalnya ia hanya bisa melihat dan membantu mengambilkan alat atau bahannya saja. Tapi lama-kelamaan, ia ikut mengaduk adonan, mencetak dan membakar atau menggorengnya. Karena seringnya membantu, sejak masuk sekolah dasar (SD), ia sudah bisa membuat puding dan roti goreng sendiri. Rasanya puas bisa membuat roti goreng sendiri dan dinikmati sendiri, jelas Meity. Jadi ketika teman-teman sebayanya senang bermain-main di luar rumah, ia berada di dapur membantu mamanya memasak atau membuat kue sendiri. Selain belajar membuat aneka cake dan masakan, ia juga sudah diajari bisnis oleh orang tuanya. Ketika menginjak kelas 3 SD, ia sudah berani menjual permen dari gula merah di sekolahnya. Karena rasanya enak dan murah, dagangannya selalu habis dibeli temantemannya. Permen gula merah saya buat sendiri, jadi keuntungannya jadi lebih besar, jelas ibu 6 anak ini. Keahlian membuat cake makin bertambah ketika ia menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Ia suka membeli majalah atau buku tentang resep dan masakan. Tidak hanya dibaca saja, tetapi ia juga senang mempraktikannya di rumah. Hasilnya, ia sering sekali menghadiahi teman-teman atau ponakan dengan tart. Kalau pas ada perayaan atau ada teman atau keponakan ulang tahun, saya sering memberi hadiah kue atau tart buatan sendiri, jelas istri Suryo Hadisantoso ini. Ia juga pernah membantu usaha kakak iparnya membuat kue kering Proses belajar yang panjang, serta pengalaman yang banyak membuat kue dan cake, ternyata sangat berguna ketika ia menjalankan bisnis cake di Jakarta. Tahun 1993, ia membuka Grandville Island, Bakery dan Cake Shop di komplek pertokoan Greenville, Jakarta Barat. Waktu itu modalnya hanya 1 mikser kecil, 1 oven biasa, 1 meja dan 1 lemari pendingin. Perlahan tapi pasti, ia mulai mendapatkan pelanggan. Motto kami adalah kualitas di atas kuantitas, jelasnya. Untuk itu ia benar-benar memperhatikan kualitas bahan, penampilan, dan rasa.Kelebihan dari cake atau kue buatannya adalah ia selalu memperhatian detail dan membuatnya lebih artistis. Kalau pelukis menuangkan ide atau gagasannya melalui kain atau kertas, Meity menuangkannya lewat cake atau kue yang ia buat. Saya selalu berusaha membuat cake atau kue menjadi lebih cantik dan indah, jelas Meity yang memang jago menghias cake ini. Karena makin lama pesanan makin banyak, ia mengambil karyawan untuk membantunya. Sekarang ini ia dibantu 13 karyawan. Tapi kalau mendekati Lebaran, Natal atau hari raya lainnya, saya bisa dibantu 30 karyawan, jelas Meity yang sampai sekarang masih rajin ikut kursus membuat cake dan kue. Baginya, belajar merupakan keharusan jika ingin produknya terus didatangi pelanggan.

Memiliki kecintaan di bidang otomotif khususnya hobi mengutak-atik audio mobil, ternyata tidak hanya memberikan kepuasan batin bagi Bari Setiadi. Lelaki kelahiran Jakarta, 26 September 1972 ini juga bisa mendulang banyak rejeki dari kecintaan (passion) yang Ia tekuni. Berawal dari hobinya memodifikasi audio mobil, di tahun 2000 silam Bari Setiadi tertarik untuk terjun di bisnis otomotif dan membuka usaha modifikasi car audio system dari garasi rumah yang Ia miliki. Pada saat itu, Ia hanya mengandalkan peralatan sederhana dan sedikit kemampuan yang Ia miliki setelah lulus dari Teknik Mesin Universitas Atmajaya. Meskipun begitu, bisnis yang Ia rintis dari rumah ini bisa mendatangkan untung cukup besar, yakni sekitar Rp 300.000,00 untuk setiap mobil yang berhasil Ia modifikasi. Memilih BaZe (singkatan dari nama Bari Setiawan) sebagai nama usaha yang Ia usung, disela-sela kesibukannya dalam mengembangkan bisnis rumahan tersebut, Bari terbilang rajin mengikuti berbagai macam kompetisi modifikasi audio mobil baik di lingkup nasional maupun tingkat internasional. Terbukti, tahun 2004 Ia berhasil menyabet kejuaraan dalam perlombaan Indonesia Extreme Car Contest dan di tahun berikutnya Ia mulai merambah tingkat internasional dan berhasil memenangkan perlombaan serupa di Thailand. Keberhasilan BaZe dalam memenangkan kompetisi modifikasi car audio, ternyata turut melambungkan nama Bari di kalangan audiophile (pencinta dunia car audio Tanah Air). Dari sinilah pintu kesuksesan mulai dirasakan Bari hingga sekarang. Setelah memenangkan perlombaan, BaZe mulai kebanjiran orderan hingga sekitar 80 unit mobil dalam sebulan. Bahkan, bisnis Bari mulai dilirik Mercedes-Bens untuk memperbaiki audio mobil mewah tersebut. Tak hanya sukses menekuni bisnis audio mobil, Bari Setiadi mulai melebarkan sayap bisnisnya dengan mencoba bisnis modifikasi interior kendaraan yang menawarkan kemewahan dan kenyamanan bagi para penumpangnya. Ia mulai menekuni bisnis tersebut pada tahun 2006, dimana saat itu Bari mendapatkan orderan dari salah seorang pengusaha Cirebon yang ingin memodifikasi kendaraan bus pribadinya dengan interior mewah lengkap dengan kenyamanan seperti berada di dalam rumah. Project pertama yang Ia terima memang cukup menantang, namun berkat kejelian, ketekunan, serta keahlian yang Ia miliki, pesanan tersebut bisa Ia selesaikan dengan sempurna dan berhasil membuat sang konsumen berdecak kagum melihat hasil pekerjaan Bari. Sejak itulah, Bari mulai mendapatkan banyak orderan untuk menggarap interior bus mewah, seperti misalnya project bus mewah Omah Mlaku milik PO Nusantara, Agramas, Rosalia Indah, New Liman, serta kendaraan bus bertema khusus seperti bus kampanye partai, bus roadshow, sampai bus rumah sakit berjalan yang baru-baru ini Ia kerjakan dengan kisaran harga milyaran rupiah. Dengan merintis bisnis audio car dan interior kendaraan, suami Katerin Budiarja ini bisa memodifikasi interior sekitar 12 kendaraan dalam setahun. Dan dari kegiatan tersebut, setidaknya Ia bisa mengantongi omzet mulai dari Rp 300 juta sampai Rp 700 juta untuk satu

JAKARTA. Berawal dari hobi, Alvin Fauzie sukses menekuni bisnis fotografi di usia yang masih muda. Merintis usaha dengan modal keahlian dan kamera pocket, tahun 2009 Alvin mendirikan studio foto kecil-kecilan di daerah Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Dalam waktu singkat bisnisnya terus berkembang. Terbukti, studio fotonya yang bernama Alvin Photography kini mampu meraup omzet sebesar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan. Lantaran kinerja bisnisnya kinclong, pada 2011 ia mengikuti lomba wirausaha tingkat mahasiswa yang digelar Bank Mandiri. Alvin sendiri tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Dalam lomba itu ia meraih gelar juara dua dengan hadiah sebesar Rp 20 juta Waktu itu saya berkompetisi dengan 3.000 mahasiswa lebih, ujar pria 24 tahun ini. Menjaga kualitas layanan dan memperkaya jenis layanan menjadi kunci sukses Alvin di bisnis fotografi. Alvin Photography menyediakan hampir semua layanan fotografi, seperti foto wisuda, foto pribadi, foto pre wedding, termasuk foto tunangan dan pernikahan. Tarifnya beragam tergantung dari paket yang diambil si pelanggan. Paling murah Rp 150.000 berupa jasa foto di studio. Nantinya pelanggan mendapat lima buah foto ukuran 4R dengan lima frame dan soft copy foto. Sementara tarif termahal dibanderol seharga Rp 12 juta untuk layanan foto pre wedding. Pelanggan akan mendapat pemotretan di tiga lokasi outdoor dan satu lokasi indoor. Hasil pemotretan diberikan dalam ukuran foto kanvas ukuran 60 x 90 centimeter (cm) sebanyak dua buah dan 50 foto yang telah melewati proses editing serta softcopy dari fotofoto tersebut. Dalam sebulan ia menerima minimal 12 pelanggan foto pre wedding. "Di luar ada 70 pelanggan lain yang memanfaatkan jasa-jasa foto lainnya," ujarnya. Rata-rata pelanggannya berasal dari Yogyakarta, Jakarta dan Solo. Untuk menunjang bisnisnya, Alvin telah melengkapi studio fotonya dengan peralatan serba lengkap. Bahkan, macam-macam properti pendukung pemotretan juga disediakannya, seperti baju, jas, pakaian pengantin wanita dan sofa. Dengan didukung peralatan lengkap, beberapa kali ia juga pernah melayani proyek pemotretan dari korporasi, seperti Bank Mandiri, Kalbe Farma, Bank Pembangunan Daerah Yogayakarta dan beberapa universitas. Ia mengaku, banyak konsumennya puas dengan hasil pemotretannya. Tak sekedar memotret, ia juga membahas konsep foto kepada kliennya demi menghasilkan foto terbaik. Setiap konsumen harus diarahkan. Mereka maunya gimana, sesuai tidak dengan teknis fotografi, ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai