Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN STRATEGI
ANALISIS SWOT SERTA POSITIONING,
DIFFERENTIATION DAN BRANDING
KEBAB TURKI BABA RAFI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategi
Dosen Pengajar
Dr. Bambang Hariadi, Ak., CPA.

Disusun oleh Kelompok 6 :


Fajriani Listya Awal

105020300111069

Atiya Fitriani

145020304111001

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MALANG
2014
BAB I
SEKILAS TENTANG PERUSAHAAN

1.1. Latar Belakang


Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) telah mengklaim dirinya sebagai jaringan
waralaba kebab terbesar di dunia dengan mengelola lebih dari 1000 outlet penjualan di
Indonesia, Malaysia dan Filipina. KTBR berkantor pusat di Indonesia dan berdiri sejak
tahun 2003. Berawal mula dari sebuah gerobak jualan sederhana yang dioperasikan
oleh seorang wirausaha muda, Hendy Sutiono. Namun sejak tahun 2005, bisnis KTBR
telah semakin berkembang dengan penerapan sistem waralaba nya. Jaringan waralaba
KTBR ini beroperasidibawah Hendy Sutiono Enterprise, yang juga memiliki jaringan
usaha kuliner Piramizza, Ayam Bakar Mas Mono, Bebek Garang, Cokro Tela Cake, dan
Voila! Indonesia.
Outlet-outlet KTBR dioperasikan baik oleh franchisee ataupun langsung
dibawah perusahaan Hendy Setiono sendiri. KTBR menjadi salah satu pelopor
penerapan investasi waralaba berbasis syariah di Indonesia.
KTBR berfokus pada penjualan kebab, hamburger, roti lapis (sandwich),
keripik, roti kane, dan makanan beku. Pada outlet yang terletak di Filipina, KTBR
menambahkan menu minuman, contohnya matcha, lemonade, dan tamarin.

1.2. Sejarah Perusahaan


Bisnis kebab ini berawal dari usaha makanan yang coba dihadirkan oleh
Hendy Setiono. Berdiri pada tanggal 9 September 2003 dan berlokasi di Jalan
Semolowaru Elok 1/17, Surabaya. Saat itu masih bernamakan Yummy Burger dan
memiliki total empat outlet. Dua outlet menjual burger dan dua outlen lainnya menjual
kebab turki. Namun penjualan kebab rupanya berkembang pesat dan menjadikan awal
mula diubahnya semua nama outlet menjadi KTBR.
1

Nama Rafi diadopsi dari nama anak pertama Hendy Setiono dan kata baba
yang dalam bahasa arab berarti ayah. Asal mula ide menjual kebab ini adalah karena
perjalanan pribadi yang di lakukan Hendy Setiono ke wilayah Negara Qatar, tempat
ayahnya bekerja saat itu. Disana dia menjumpai banyak sekali penjual kebab, dan
berpendapat bahwa rasa kebab yang paling enak adalah kebab turki. Inilah kemudian
yang dijadikannya trademark untuk menarik pelanggan.
Kemudian pada tahun 2005 untuk mengembangkan bisnisnya, Hendy Setiono
mulai menerapkan sistem waralaba yang digunakannya hingga saat ini. Bisnisnya
kemudian berkembang ke wilayah Malaysia, namun mengalami kegagalan pada
awalnya. Sehingga, Hendy Setiono meminta saran dari konsultan bisnis Internasional,
Wardour and Oxford. Kini outlet waralaba KTBR tidak hanya ada di Indonesia, tapi
telah berkembang hingga ke Malasia dan Filipina. Ke depannya, KTBR telah
mengembangkan usahanya dengan memasuki pasar India, Hongkong, Belanda dan
Negara-negara lainnya. KTBR tetap berusaha menjaga rasa dan kualitasnya agar
mampu terus berkembang di pasar global.
1.3. Visi dan Misi
1.3.1. Visi
Berusaha menjadi bisnis waralaba kebab yang terbesar, yang menguntungkan
dan yang paling berpengaruh di dunia.
1.3.2. Misi
Kami berusaha untuk menjadi bisnis waralaba kebab terbesar di dunia dengan
menawarkan rasa dan kualitas dengan hargayang terjangkau dan pelayanan yang
memuaskan untuk para franschisee dan pelanggan. Kami juga memliki tujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia dengan mengadakan program dan tanggung jawab
social yang dapat membantu masyarakat dan pemegang saham.
1.4. Profil Pemilik
Hendy Setiono adalah seorang pengusaha asal Indonesia dan terkenal sebagai
pendiri sekaligus menjabat hingga saat ini sebagai Presiden Direktur Baba Rafi
Enterprise, yang memayungi waralaba kuliner Kebab Turki Baba Rafi, Piramizza, dan
Ayam Bakar Mas Mono. Hendy Setiono lahir di Surabaya pada 30 Maret 1983 dari
pasangan Ir. H. Bambang Sudiono dengan Endah Setijowati. Masa kecilnya dihabiskan
2

di Surabaya, kemudian pindah ke Bontang. Pendidikan SD-nya ia habiskan di Bontang


dan tamat di Amerika Serikat. Kemudian, pendidikan SMP-nya ia kembali ke Bontang.
Pendikan SMA-nya ia habiskan di Surabaya. Setamatnya dari SMA, ia kuliah di ITS
Surabaya, namun pada semester 4, ia keluar karena ingin membuat bisnis kebab. Ia
menikah muda dengan sang istri, Nilam Sari, serta dikaruniai tiga anak, yaitu Rafi
Darmawan, Reva Audrey Zahifa, dan Ready Enterprise. Bisnis yang ia geluti
terinspirasi dari perjalanannnya ke negara Qatar, tempat di mana ayahnya bekerja pada
perusahaan minyak di sana. Ia menemui banyak penjual kebab dan ia menuju penjual
kebab yang sangat ramai pengunjungnya. Setelah memakan kebab tersebut, ia terbesit
pikiran untuk membuka usaha kebab tersebut di Indonesia.
Pada September 2003, gerobak jualan kebabnya beroperasi di Nginden
Semolo, tak jauh dari kampus dan rumahnya. Bersama Hasan Baraja, temannya, ia
memodifikasikan rasa dan ukuran kebabnya agar lebih cocok dengan orang Indonesia.
Dengan modal Rp4.000.000,- pinjaman dari adik perempuannya, ia berjualan kebab
dengan seorang karyawan.
Ingin lebih penuh dalam menjalankan bisnis, ia harus berhenti kuliah pada
semester 4. Kedua orang tuanya tidak setuju jika anak sulungnya keluar dari bangku
kuliah untuk melakukan bisnis dan menganggap proyeknya hanya sebatas iseng.
Namun, dalam hati ia membuktikan kelak ia akan berhasil.
Pada tahun 2005, usaha kebabnya sudah diwaralabakan dan pendirian PT.
Baba Rafi Indonesia sebagai pemegang merek dagang Kebab Turki Baba Rafi. Saat ini,
gerai miliknya sudah mencapai lebih dari 1000 di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Pendidikan:

Diploma Lanjutan E-Commerce Komputer Informatika Sekolah Pendidikan


Singapura (2003-2004)

Diploma E-Commerce Sekolah Pendidikan Informatika Komputer Singapura (20022003)

Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur


(2000-2002, tidak tamat)

SMU Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur (1997-2000)


3

SMP Vidatra Bontang, Kalimantan Timur (1994-1997)

Twinbrook Maryland Elementary School, Amerika Serikat (1992-1994)

SD YPVDP Bontang, Kalimantan Timur (1989-1992)


Penghargaan:
Ia mendapatkan banyak sekali penghargaan dalam skala nasional maupun internasional.
Berikut ini sederetan penghargaan yang diraih oleh ia selama menjalankan usahanya.

2005:
o Pemenang 1 "Rencana Bisnis Pengusaha" di Petra Universitas Surabaya
o Juara 1 dalam "Membuat Uang Dengan Persaingan Tidak ada" di Makassar

2006:
o "Asia's Best Entrepreneur Under 25 Years" oleh majalah BusinessWeek
o "10 People Of The Year 2006" oleh Majalah Tempo
o Pemenang "Enterprise 50" - Pengusaha Hottest pada tahun 2006 oleh Majalah
SWA
o Pemenang "Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad 21" oleh Profesi
Indonesia
o Pemenang "Kecil dan Menengah Penghargaan Bisnis Pengusaha Indonesia"
(ISMBEA 2006) oleh Kemenegkop dan UKM

2007:
o

Inspirator "Suara Perubahan" oleh A Mild Live Soundrenaline 2007

Pemenang "Wirausaha Muda Mandiri 2007" (Kategori Pasca Sarjana dan


Alumni) oleh Bank Mandiri

Pemenang "Best Achievement - Pengusaha Muda Penghargaan 2007" oleh


Bisnis Indonesia

Pemenang "Waralaba Terbaik 2007" - Kategori F&B Lokal oleh Majalah


Pengusaha

Pemenang "Manusia Berprestasi 2007" oleh Yayasan Citra Profesi Indonesia

Pemenang "Penghargaan Pengusaha Indonesia Terbaik 2007" dengan


Penghargaan Profesional Indonesia (IPA).

Pemenang "Indonesian Best Start Up Perusahaan 2007" oleh Yayasan Prestasi


Indonesia

"Pengusaha Jawara 2007" oleh Kontan


4

2008:
o

Pemenang Asia Pasific Entrepreneurship Awards 2008 - Kategori Paling


Menjanjikan oleh Enterprise Asia dari Malaysia

Duta Indonesia untuk Forum Iklim Pemimpin Muda Asia oleh British
Council

Pemenang Annual Award of the Most Favorite Leadership 2008 oleh The
Leadership Award 2008

TOP 10 Indonesia Franchisor of The Year 2008 oleh Info Franchise


Magazine

2009:
o

Pemenang Ernst & Young Entrepreneur of the Year Special Award


Entrepreneurial Spirit 2009 oleh Ernst & Young

Waralaba Terbaik untuk Investasi 2009 oleh Majalah SWA

Pemenang 1 Indonesia Young Franchise Entrepreneur Award oleh majalah


Info Franchise

Pemenang TOP 30 Best ASEAN Franchise oleh majalah Info Franchise

Pemenang The Best Marketing Indonesia Franchisor Of The Year 2009


oleh majalah Info Franchise

Pemenang Asia Pasific Entrepreneurship Awards 2009 - Outstanding


Category oleh Enterprise Asia dari Malaysia

2010:
o

Pemenang "Anugerah Peduli Pendidikan di Perusahaan Categorized" oleh


Kemdikbud Indonesia

BAB II
ANALISIS SWOT SERTA POSITIONING, DIFFERENTIATION DAN
BRANDING
2.1. ANALISIS SWOT
a. Strengths (Kekuatan)
1. Macam produk yang banyak, sehingga bisa memberikan beberapa alternatif kepada
konsumen dalam memilih menu menu KTBR
2. Harga yang cukup terjangkau,
3. Lokasi yang strategis karena berdekatan dengan kampus dan daerah perumahan,
4. Diferensiasi produk yang unik yaitu makanan khas timur tengah akan tetapi dengan
harga terjangkau.
5. Quality control yang sangat diperhatikan dan dijaga baik, karena outlet dimiliki
oleh pemilik sekaligus CEO dari PT Baba Rafi Indonesia.
6. Pembenahan tampilan outlet mulai dari rombong, peralatan masak, hingga spanduk
menu memberikan tampilan outlet lebih modern sehingga bisa menjadi daya tarik
bagi orang yang lewat untuk melihatnya.
b. Weaknessess (Kelemahan)
1. Kurang beragamnya variasi rasa dari produk kebab
2. Produk tidak bisa disimpan lama
3. Tidak adanya tempat duduk yang nyaman dan meja untuk pembeli.
4. Kurangnya keaktifan dari tenaga penjual dalam melayani konsumen
c. Opportunity (Peluang)
1. Masih terbuka target pasar yang lebih luas
2. Pertumbuhan iklan di internet karena penggunaan internet telah meningkat
3. Belum banyak pesaing dalam makanan ini
6

4. Meningkatnya gaya hidup beberapa konsumen akan makanan


5. Pendistribusian produk yang mudah ke berbagai daerah karena luasnya jaringan
6. Kebab merupakan makanan praktis yang sangat diminati khusus nya di kota kota
besar seperti : Surabaya.

d. Threat (Ancaman)
1. Kompetitor baru bermunculan
2. Mewaspadai kompetitor lain yang terus melakukan perubahan agar lebih inovatif
3. Tingginya harga bahan mentah
4. Banyak konsumen yang mulai bosan
2.2. ANALISIS POSITIONING, DIFFERENTIATION DAN BRANDING
a. POSISTIONING
Selama ini orang Indonesia mengenal roti yang berisi daging dan sayuran
dengan bumbu mayonnaise, saos pedas dan saos tomat sebagai hamburger/burger
yang berasal dari negeri Paman Sam/ Amerika Serikat.
Disinilah kemudian Kebab Turki Baba Rafi menemukan peluangnya untuk
memperkenalkan cita rasa burger ala Timur Tengah yang dikenal dengan sebutan
kebab. Salah satu kelebihan kebab bila dibandingkan dengan burger adalah terletak
pada bumbunya. Kebab bercita rasa lebih kaya, gurih, dan berempah. Daging isinya
pun diolah dengan berbeda yaitu dipanggang.
Hendy Setiono membawa ide kebab ala Turki ini dengan membangun pasar
pertama kali di kota Surabaya, sampai kemudian berhasil membangun 6 outlet
pertamanya. Dari sini usahanya terus berkembang di kota-kota besar lainnya seperti
Sidoarjo, Malang, Jogja, Pekanbaru dan Medan. Kebab Turki Baba Rafi juga
menyediakan lebih dari satu menu pilihan makanan. Jadi bukan hanya kebab yang
bisa dinikmati, tapi ada juga roti canai, syawarma, dan burger bahkan macam-macam
keripik. Pilihan rasa dari tiap menu pun beragam.
Kebab Turki Baba Rafi pun menawakan kerjasama pendirian usaha bagi
wirausahawan muda lain yang berminat dengan menggunakan sistem waralaba.
Berbagai informasi tentang Kebab Turki Baba Rafi ini sekarang dapat dengan mudah
diakses lewat media online yaitu dengan mengunjungi websitenya www.babarafi.com.
7

Saat ini Baba Rafi bahkan mulai mengembangkan usahanya ke arah media pemesanan
online, jasa pesan antar dan layanan ketering walau baru di area Jakarta.
Baba Rafi Enterprise selain mengelola franchise Kebab Turki Baba Rafi ini
juga mengelola usaha kuliner lainnya seperti piramiza, ayam bakar Mas Mono.
Namun Baba Rafi tetap mengedepankan pengelolaan kualitas atas segala sajian
makanannya.
b. DIFFERENTIATION
Sejak awal Kebab Turki Baba Rafi telah mendeferensiasikan produknya
dengan berusaha memperkenalkan cita rasa burger ala Timur Tengah yaitu produk
kebab. Walau telah banyak pesaing yang muncul dan menawarkan sajian makanan
yang sama berupa kebab seperti Kayana Kebab dan Doner Kebab, namun Baba Rafi
tetap berusaha memberikan ciri khas tersendiri, yaitu:
1. Resep yang diracik sendiri dan disesuaikan dengan cita rasa orang Indonesia.
Karena pada awalnya yang berusaha ia perkenalkan adalah cita rasa khas
kebab ala Turki rupanya tidak terlalu cocok untuk lidah orang Indonesia,
disebabkan rasa kapulaga dan cengkehnya terlalu kuat. Formulasi resep yang
tepat pun butuh waktu yang tidak singkat yaitu sekitar tiga bulan baru tercipta
rasa yang pas.
2. Cara pemasaran lewat sistem waralaba dengan strat-up cost bisnis yang
relative rendah mulai dari Rp 40 juta hingga Rp 80 juta, bergantung pada jenis
gerobak atau toko yang ingin dibangun oleh franchisee. Franchisee akan
mendapat sejumlah fasilitas dari pusat seperti satu unit konter, alat burner
kebab, paket perlengkapan konter, freezer box, paket promosi usaha (neon
box, banner, dll.), bahan baku produksi rutin, sistem operasional yang sudah
terbukti, pelatihan karyawan, kontrol kualitas dan perawatan, asistensi survey
lokasi, buku manual dan software keuangan.
KTBR merupakan suatu lahan yang pas bagi seorang franchisee untuk ikut
membuka bisnis makanan kebab, karena usaha KTBR telah begitu diminati
dan sangat menjanjikan. Berawal hanya dari satu gerobak, kini KTBR sudah
memiliki 1000 outlet yang berdiri di tiga Negara yaitu, Indonesia, Malaysia
dan Filipina.
Keunggulan yang dikedepankan oleh KTBR sebagai pendorong agar mau
bergabung dalam jaringan waralabanya adalah bahwa KTBR merupakan
pelopor franchise kebab lokal di Indonesia dan brand KTBR telah melekat
8

dengan kuat di masyarakat. Inovasi atas produk juga berfokuskan pada


kepuasan pelanggan. Peluang kembalinya modal terhitung cepat yaitu dalam 1
sampai 2 tahun. KTBR menawarkan berbagai fasilitas berupa survey lokasi
pendirian outlet serta pemilihan dan pelatihan atas karyawan outletnya sendiri.
Fasilitas seperti gerobak hingga outlet premium telah disediakan dengan
bentuk standar dari perusahaan secara langsung. Bahkan penyediaan bahan
baku telah dijamin dengan baik. Modal awal pendirian berkisar antara
Rp.70.000.000,00 hingga Rp.300.000.000,00 sesuai dengan pilihan outlet
yang diinginkan.
Bahkan KTBR kini telah menawarkan investasi berbasis syariah dengan
sistem kelola penuh oleh perusahaan bukan oleh franchisee, pembagian
keuntungan 50:50 dan periode balik modal antara 2 s.d 2.5 tahun.
Untuk menjalankan seluruh outlet KTBR, sudah terserap sebanyak 1.200
tenaga kerja. Bisa dibayangkan usaha ini sangat prospektif untuk
dikembangkan dan membawa banyak manfaat untuk menambah lapangan
pekerjaan.
Menu andalan KTBR adalah kebab yang dijual dengan harga Rp 12.000,00.
Selain itu juga ada menu hotdog seharga Rp 10.000,00 ; beef burger Rp
9.500,00 dan menu lainnya.
Untuk mengembangkan usahanya, sejak 2005 usaha KTBR dikelola secara
Waralaba (franchise). Hingga 2014 ini, sudah resmi dibuka sebanyak 1000
outlet.
Usaha ini membuka peluang yang sangat luas. KTBR membuka kesempatan
yang lebar. Dengan modal awal Rp 70 juta, perusahaan menyediakan 1 set
lengkap yang terdiri dari counter dan peralatan lainnya (misal penggorengan
dan alat pemanggang daging), karyawan yang sudah dilatih, dibantu mencari
lokasi usaha, masa kerja selama 5 tahun, manual book (SOP), paket promosi
(misal banner, neon box), dan lain-lain. Hendy mengungkapkan bahwa dalam
jangka waktu 18 bulan sudah bisa balik modal.
Omzet 1 outlet biasanya sekitar Rp 10-Rp 15 juta per bulan, bahkan ada yang
mencapai Rp 60 juta, tergantung dari lokasi usahanya. Usaha ini sangat
prospektif untuk dikembangkan karena semakin lama makanan kebab semakin
dikenal masyarakat.

c. BRANDING
Branding Kebab Turki Baba Rafi pada umumnya dilakukan melalui media direct
selling dari sistem waralabanya. Sistem waralaba ini pun tidak dikelola secara asalasalan dan terlepas dari pengawasan kantor pusat sebagai franchisor. Jadi walau
berbeda-beda franchisee, Baba Rafi sebagai pihak franchisor tetap menjaga dan
menjamin standar kualitas produk dan pelayanannya, sehingga akan tercipta image
yang baik dan melekat di benak konsumen. Sistem outlet waralaba ada pula beberapa
usaha Baba Rafi dalam menciptakan brand awareness nya yaitu:
1. Baba Rafi Online Shop
Selain berbagai variasi menu yang tersedia pada outlet-outlet nya seperti
disebutkan diatas, KTBR mulai merambah ke pasar yang lebih luas, yaitu penjualan
melalui jaringan internet atau sering disebut dengan online shop. Di bawah ini adalah
sebagian tampilan depan dari http://babarafionline.com/

10

Babarafi Online Shop ini menawarkan pelayanan Senin sampai Jumat, mulai pukul
9:00 sampai 5.00 WIB.
Fitur layanan yang bisa dibilang masih fresh dan baru dari KTBR ini
merupakan hasil pengembangan terbaru ditujukan untuk pasar yang lebih luas yaitu
pelanggan yang lebih senang melakukan pemesanan melalui media internet ataupun
lewat gadget canggih smartphone daripada langsung mendatangi outlet KTBR. Namun,
karena masih baru, layanan online shop ini hanya tersedia di wilayah perkotaan Jakarta
untuk saat ini. Di bawah ini adalah semua produk yang ditawarkan pada online shop
KTBR.

2. Katering Kebab Turki Baba Rafi


Bisnis andalan yang dikelola oleh PT. Baba Rafi Indonesia sebagai upaya
untuk mendekatkan diri dengan para pelanggan. Dan kami siap mengantarkan
kelezatan produk produk kami seperti KTBR pun mulai berinovasi lebih dengan
11

menyediakan layanan katering untuk acara-acara seperti konferensi hingga pesta-pesta


kecil di rumah.

Program Catering KTBR merupakan salah satu side KTBR dimana makanan
tersebut merupakan makanan khas Timur Tengah dengan komposisi daging sapi
panggang yang lezat, sayuran segar dan saus mayonnaise istimewa yang diracik secara
khusus dalam gulungan tortila dengan tampilan yang sangat menarik tentunya berbeda
sekali dengan Kebab-kebab lainnya dan dengan harga yang sangat kompetitif dengan
makanan sejenisnya , kami juga menerima pesanan segala jenis makanan yang ada di
outlet KTBR lainnya.
3. Mengelola Kualitas
Kendala di awal usaha diakui oleh Hendy Setiono terletak pada sulitnya
menjaga kualitas (standar) daging sapinya karena masih memproduksi sendiri. Hendy
Setiono menilai bahwa sebagai perusahaan makanan, menjaga kualitas atas produk
adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dalam menjalankan usahanya PT.
Kebab Baba Rafi Indonesia menjalin kerjasama dengan PT. Belfoods Indonesia. Berawal
dari tahun 2009, PT. Baba Rafi Indonesia menunjuk PT. Belfoods Indonesia untuk
menjadi salah satu suplier daging sapi berkualitas untuk bahan baku utamanya.
Kini, bekerjasama dengan PT Belfoods Indonesia, Hendy tak perlu kuatir
dengan produksi daging untuk kebab, karena sudah ditangani oleh ahlinya. Sebab PT
Belfoods Indonesia telah memenuhi standar yang telah dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Obat-obatan dan makanan (BPOM) dan memiliki sertifikat MUI.

12

Untuk mendistribusikan daging yang telah diproduksi oleh PT Belfoods


Indonesia, Hendy mendirikan sebuah warehouse yang ia bangun di kota-kota besar,
seperti Surabaya, Malang, dan Semarang.
Melalui warehouse inilah kemudian daging yang dibutuhkan didistribusikan lagi
ke outlet-outlet yang tersebar di sekitarnya. Pengiriman daging ini dilakukan seminggu
dua kali atau tergantung kebutuhan.
Mengenai kebutuhan daging sapi, Hendy mengungkapkan dalam sehari ia bisa
menghabiskan sebanyak 1 ton daging sapi atau setara dengan 7 ekor sapi. Dengan adanya
target dibuka sebanyak 1.001 outlet di 2011 ini, maka diperkirakan akan mengahbiskan 3
ton daging sapi/hari.
Dari segi desain produk dan outlet, perusahaan telah menerapkan standar yang
sama sehingga bisa langsung dikenali dari penampilannya bahwa outlet tersebut dan cita
rasa tersebut adalah milik Baba Rafi. Outlet yang dikelola oleh franchisee sepenuhnya
didapat dari perusahaan pusat dan bukan tanggung jawab franchisee untuk membuat
sendiri outletnya. Hal ini membuat bentuk dan kualitas bahan untuk outlet dapat diawasi
langsung oleh perusahaan induk.
Dalam menjaga kualitas khususnya antara pihak internal perusahaan perusahaan
juga mengadakan serangkaian In House Training untuk seluruh karyawan. Pelatihan dan
pemilihan karyawan yang terpusat ini akan menjaga kualitas standar pelayanan sesuai
yang diinginkan perusahaan.
SOP untuk menjalankan outlet pun harus dimiliki oleh masing-masing
franchisee. Sehingga terdapat keseragaman wawasan tentang proses bisnis. Untuk
penanganan bahan dan fasilitas pembukuan keuangan semua juga sudah distandarkan
oleh pihak perusahaan. Pasokan bahan baku utama juga menjadi tanggung jawab
perusahaan, sehingga perusahaan dapat menjamin kualitasnya sendiri.
4.

CSR (Corporate Social Responsibility)


PT. Baba Rafi Indonesia menjalankan serangkaian pelatihan CSR (Corporate
Social Responsibility) sebagai bentuk kepedulian perusahaan pada lingkungan social
yang menyasar pada generasi muda yang mandiri di Indonesia. Lewat Baba Rafi
Academy, perusahaan menyumbang pada bidang pendidikan khususnya ditujukan pada
para pengusaha kecil lokal dan pengusaha muda. Tujuan utama nya adalah memperluas
wawasan para pengusaha muda ini di masing-masing bidang usaha yang ditekuninya.

13

Serangkaian program dengan judul Pelatihan untuk Indonesia Lebih Baik


dilakukan dengan isian berupa pembekalan dalam menjalankan bisnis secara langsung
dengan menghadirkan pembicara-pembicara professional di bidang manajemen.

DAFTAR PUSTAKA

Kasali, Rhenald. 2010. Wirausaha Muda Mandiri: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan
Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Rachmadi, Bambang N. 2007. Franchising, The Most Practical and Excellent Way of
Succeeding: Membedah Tawaran Franchise Lokal Indonesia. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
http://babarafi.com/new/
http://fahrezamaulana.blogspot.com/2012/10/franchise-kebab-turki-baba-rafi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hendy_Setiono
http://ika-marlina.mhs.narotama.ac.id/2013/04/10/analisa-kondisi-eksternal-eksternalmelalui-strengths-dan-weaknessess-pt-baba-rafi-indonesia/
http://food.detik.com/read/2011/01/18/153040/1549282/294/

14

Anda mungkin juga menyukai