Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Konsep Reaksi Redoks

Dalam Pengolahan Limbah

X.1
2010-2011
SMA Negeri 1 Baleendah

Team’s Work:

Alfi Harnanda Perdana


Artin Ar Hermawanti
Chika Hakiki
Fina Nur Afiyanti
Irba Alaikbindez
Banyak penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam objek
pengolahan limbah, yang tentu saja dalam bentuk hal yang positif. Tapi pertama-tama kita akan
menjelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi redoks dan limbah.

PENGERTIAN REAKSI REDOKS (REDUKSI-OKSIDASI)

Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen:

 Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu senyawa

 Oksidasi adalah reaksi pengikatan (penggabungan) oksigen oleh suatu zat

Berdasarkan pengikatan dan pelepasan elektron:

 Reduksi adalah reaksi pengikatan elektron

 Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Berdasarkan pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi:

 Reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi

 Oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi

PENGERTIAN LIMBAH

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupagas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada
yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3).

Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses roduksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(beracun, mudah terbakar, reaktifitas, dan bersifat menghancurkan) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
REAKSI REDOKS TERHADAP PENGOLAHAN LIMBAH

Salah satu penerapan konsep reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam
bidang pengolahan limbah. Prinsip dasar yang dipergunakan adalah teroksidasinya bahan-bahan
organik maupun anorganik, sehingga lebih mudah diolah lebih lanjut.

Limbah merupakan salah satu pencemar lingkungan yang perlu dipikirkan cara-cara
mengatasinya. Untuk menjaga dan mencegah lingkungan tercemar akibat akumulasi limbah yang
semakin banyak, berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk memperoleh teknik yang tepat dan
efisien sesuai kondisi lokal.

Berbagai tipe penanganan limbah cair dengan melibatkan mikroorganisme telah dikerjakan
di Indonesia, yaitu sedimentasi, kolam oksidasi, trickling filter, lumpur aktif (activated sludge), dan
septic tank.

PENGOLAHAN LIMBAH SECARA KIMIA

Agar terjadi pengendapan logam-logam berat atau senyawa fosfor, air diberi perlakuan
khusus terlebih dahulu dengan pengondisian pH air. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor
dilakukan dengan menambahkan larutan alkali (misalnya air kapur) sehingga membentuk endapan
hidroksida dari logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Hidroksiapatit adalah suatu
kalsium phospat keramik, terdiri atas kalsium dan phospat dengan perbandingan 1:67, berasal dari
rangka sejenis binatang karang dan melalui proses hidrotermal, bahan ini akan diubah menjadi
hidroksiapatit. Komposisi kimia hidroksiapatit adalah CalO(P04MOH)2.

Penghilangan bahan-bahan organik beracun seperti fenol (zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas) dan sianida ( senyawa kimia yang mengandung kelompok siano C≡N) pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium
permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi
tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.

Sementara itu, pengolahan limbah secara kimia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya
gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi
(penyaringan bahan-bahan dari tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan) dimana
tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat
tenggelam dalam waktu lebih singkat.

Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika
kekeruhan dari aliran tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation)
didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada tahap
berikutnya. Sedangkan sedimentasi sekunder yang terletak pada akhir tahap gunanya untuk
memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dsb) dimana
lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit pengolahan lumpur tersendiri.

2. Lumpur Aktif (Activated Sludge)

Lumpur aktif mengandung bakteri-bakteri aerob yang berfungsi sebagai oksidator bahan
organik tanpa menggunakan oksigen terlarut dalam air sehingga harga BOD (Biological Oxygen
Demand, kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh
mikroorganisme) dapat dikurangi. Zat-zat organik dioksidasi menjadi CO2, H2O, NH4+dan sel biomassa
baru. Proses lumpur aktif berlangsung di tangki aerasi. Di kolam tersebut berlangsung proses
oksidasi limbah organik (karbohidrat, protein, minyak). Hasil oksidasi senyawa-senyawa organik
adalah CO2, H2O, sulfat, nitrat, dan fosfat. Oksigen yang diperoleh untuk oksidasi diperoleh dari
proses fotosintesa alga yang hidup ditangki aerasi.

TAHAP PENGOLAHAN AIR LIMBAH

1. Tahap Primer

Tujuan: untuk memisahkan sampah yang tidak larut dalam air dengan cara penyaringan dan
pengendapan

2. Tahap Sekunder
Tujuan: untuk menghilangkan BOD dengan cara mengoksidasinya, misalkan dengan cara Lumpur
aktif.

3. Tahap Tersier

Tujuan: untuk menghilangkan sampah lain yang masih terdapat seperti limbah organik beracun,
logam berat dan bakteri.

Inilah contoh

Anda mungkin juga menyukai