A. DATA UMUM
1. Nama/ Initial : Ny SM
5. Agama : Islam
complications
1. HEALTH PROMOTION
a. Keadaan Umum
Kurang lebih 2 minggu pasien mengalami luka yang tidak kunjung sembuh, dari
luka keluar darah dan nanah, luka terasa nyeri (seperti terbakar) skala nyeri 3,
dan terasa gatal terutama pada daerah jempol kaki kanan, badan terasa lemas,
smebuh, karena tak kunjung sembuh pasien dibawa ke IGD RSAA Soewondo
Pati dari pemeriksaan fisik diperoleh data Tanda-tanda vital diperoleh data TD
GDS didapatkan hasil 491 mg% pasien mendapatkan terapi infus Asering 40
32
tpm, Inj Bactesyn 1,5 gr/12 jam , clindamicin 300 mg/24 jam , P.O Metformin 1
tab/24 jam dan program actrapid sliding scale. Kemudian pasien dipindah
Pasien mengatakan sakit DM semenjak 12 tahun yang lalu dan mempunyai riwayat
hipertensi.
Pasien pernah opname di RS sebelumnya sekitar 3 tahun yang lalu dengan ulkus
- Pola Hidup
perkebunanya. Pasien makan 3 hari sekali dengan makanan pokok dan sayur-
sayuran yang dipetik dari kebun sendiri atau kadang beli dari pasar.
33
f. Pengobatan Sekarang
1 Ceftriaxone inj 1g/12 jam Ceftriaxone 1g Jenis anti biotik dengan fungsi
macam bakteri
disebabkan mikroorganisme
dan demam.
34
2. NUTRITION
a. A(Antropometri)
35
e. E (Energy) : pasien merasa lemah, dalam beraktivitas pasien
h. Pola Asupan Cairan : pasien minum air putih dan pasien mendapatkan
infus RL 20 tpm.
j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 1800 cc dan BAB 1x 200 cc IWL
750 cc
l. Pemeriksaan Abdomen :
1) Inspeksi : perut datar, tidak terdapat luka pada perut. Kulit pasien tampat
36
3. ELEMINATION
a. Sistem Urinari
1) Pasien mengatakan sering BAK (poliuri) pasien BAK 4-6 x/ hari (1200-1800
cc)
Tidak tampak distensi pada abdomen dan tidak ditemukan retensi urine.
a. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasien BAB 1x sehari, dengan konsistensi lunak, warna coklat dan bau khas
b. Sistem Integument
Kulit; Warna: sawo matang, kering, akral teraba hangat, kapilarisasi refil <2
detik. Pada ekstremitas bawah kaki kanan terdapat ulkus pada bagian pedis
dibalut perban terus menerus keluar cairan darah dan terasa nyeri. Terdapat
37
1. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Saat pengkajian pasien tampak lemah lelah tetapi tidak ada
lain.
3) Pasien tidur secara ruti tanpa memerlukan alat khusus atau tehnik bantuan
khusus.
b. Aktivitas
2) Kebiasaan olah raga : semenjak sakit pasien kadang jalan-jalan dipagi hari
3) ADL
higiene 1x
38
d) Berpakaian : pasien mampu berpakaian secara mandiri namun
keluarganya
5) Kekuatan otot : 4 4
4 4
c. Cardio respons
Posterior infarction
5) Pemeriksaan jantung
pembesaran jantung
39
d) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler, tidak terdengar
bunyi S3 dan S4
d. Pulmonary respon
kedua paru
5) Pemeriksaan paru-paru
d) Auskultasi : Vesikuler
2. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
40
2) Kurang pengetahuan : pasien mengalami penurunan pendengaran,
penyakit..
yang mengurusnya.
baik.
b. Sensasi/persepsi
4) Penginderaan : baik
c. Communication
41
3. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
sebelumnya
3) Keinginan untuk mencederai : pasein tampak sedih namun tak ada tanda
4) Adanya luka/cacat : luka terdpat pada kaki kiri keluar cairan dan
darah.
4. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
dengan ank-anaknya
42
diit dan membatasi minum atau cairan yang
masuk.
5) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan perawat
besuk.
5. SEXUALITY
a. Identitas seksual
6. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
amputasi.
43
a. LIFE PRINCIPLESNilai kepercayaan
keagamaan dilingkungan
masyarakatnya.
temanya.
7. SAFETY/PROTECTION
8. COMFORT
44
b. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidaknyamanan akibat
9. GROWTH/DEVELOPMENT
P-LCR 21,1
45
UREUM 63,5 10-50 MG/DL High
1 09.30 439 20
2 13.30 265 10
3 21.30 237 5
4 01.30 261 10
5 05.30 203 5
6 09.30 243 20
7 13.30 265 10
Interprestasi EKG
Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 3 kotak besar HR 300/3 =
100x/menit
46
Kesan
.DAFTAR MASALAH
47
Pasien mengatakan sering
terbangun saat merasakan
nyeri
48
IMPLEMENTASI
49
berkurang antitrombolitik dan pemberian Merawat luka dengan tehnik Granulasi jaringan mulai
6. 6.Kedalaman obat yg dpt meningkatkn septik aseptik tumbuh, luka mulai menutup
luka tdk bertambah vaskularisasi darah. Memberikan terapi sesuai Ceftriaxone 1 gr, ketorolac,
dengan advice dokter 30 mg, metronidazole 500 mg
Pressure ulcer prevention masuk, tak ada tanda alergi
-Wound care memantau asupan nutrisi pasien Pasien mengatakan sudah
1. Guidance makan makanan bergizi
a. Kaji & ukur luas & kedalamn 10/8/18 Mengkaji keadaan luka pasien Luka kemerahan bersih, pus(-
luka selama proses 08.00- ) dan diameter 2 cm
penyembuhan 10.00 Melakukan mobilisasi kaki Pasien kooperatif dan
b. kaji faktor penghambat proses pasien mengikuti perintah
penyembuhan luka Menciptakan lingkungan yang Pasien merasa lebih nyaman
c. kaji adanya tanda2 infeksi aman, membersihkan TT dengan lingkungan yg bersih
2. Support
Merawat luka dengan tehnik Granulasi jaringan mulai
a. Rawat luka dgn teknik aseptik septik aseptik tumbuh, luka mulai menutup
b. Dorong pasien untun
Memberikan terapi sesuai Ceftriaxone 1 gr, ketorolac,
menambah asupan protein,
dengan advice dokter 30 mg, metronidazole 500 mg
putih telur & sumber protein
masuk, tak ada tanda alergi
lain
Memberikan tranfusi PRC Tranfusi masuk pasien tidak
c. Dorong pasien untuk selalu
tampak tanda alergi
menjaga kebersihan daerah
luka
3. Teaching:-
4. Dev.Environment:-
5. Collaboration:
a. Kolaborasi dgn dokter dlm
pemberian antibiotik serta
tenaga analis dlm pengecekn
leukosit
50
2 NOC: NIC 8/8/18 Memantau kadar glukosa darah kadar gula darah pasien 439
Hyperglikemia management 10.00- pasien mg%
Blood Glucose,
Risk For Unstable
Memantau kadar glukosa 12.00 Memonitor adanya poliuri, pasien lemah prosuksi urine
darah, seperti yang ditunjukkan kelesuan dan saki kepala 2000 cc/24 jam
Diabetes Self
Pantau tanda-tanda dan gejala Memberikan terapi insulin 25 unit masuk, tidak
insulin
Management
hiperglikemia : poliuria, sesuai dengan advice ada rasa nyeri
Setelah dilakukan
polidipsia, polifagia, lemah, Mendorong dan mengajarkan pasien paham dan mampu
tidakan keperawatan kelesuan, malaise, pasien tentang pembatasan diit mengulang apa yang
mengaburkan visi, atau sakit Mengajarkan dijelaskan perawat
tentang
selama 3 x 24 jam
kepala manajemen pasien pasien bersedia melakukan
tentang
masalah teratasi. Memantau keton urin, seperti menjaga kestabilan gula darah manajemen utk menjaga
yang ditunjukkan 9/8/18 kestabilan gula darah.
Kriteria Hasil:
Memantau tekanan darah dan 10.00- Mengontrol gula darah pasien Kadar glukosa darah 155
Penerimaan : denyut nadi ortostatik, seperti 12.00 mg%
kondisi kesehatan yang ditunjukkan
Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan hanya
Kepatuhan Mengelola insulin, seperti yang
tetap menjalankan diit DM memakan jatah dari RS
Perilaku : diet ditentukan
Menghitung balance cairan Balance cairan (+80cc)
sehat Mendorong asupan cairan oral
Dapat mengontrol Menjaga akses IV 10/8/18
Memantau kadar gula darah GDS pasien 134 mg%
kadar glukosa Memberikan cairan IV sesuai Jam
secara berkala
darah kebutuhan 07.00-
Dapat mengontrol Konsultasikan dengan dokter 09.00 Memonitoring status nutrisi Pasien habis 1 porsi diit DM
stres jika tanda dan gejala pasien dari RS
Dapat hiperglikemia menetap atau Menimbang BB pasien Pasien tidak mengalami
memanajemen dan memburuk penurunan BB
mencegah penyakit Mengidentifikasi kemungkinan Memberikan cairan sesuai Cairan (+50cc)
semakin parah penyebab hiperglikemia dengan kebutuhan dan
Tingkat Menginstruksikan orang lain menghitung balance cairan
pemahaman untuk pasien dan signifikan terhadap
51
dan pencegahan pencegahan, pengenalan
komplikasi manajemen, dan
Dapat Hiperglikemia
meningkatkan Mendorong pemantauan diri
istirahat kadar glukosa darah
Mengkontrol Tinjau catatan glukosa darah
perilaku Berat dengan pasien dan / atau
badan keluarga
Pemahaman Menginstruksikan orang lain
manajemen pasien dan signifikan terhadap
Diabetes manajemen diabetes selama
Status nutrisi sakit, termasuk penggunaan
adekuat insulin Memfasilitasi
Olahraga teratur kepatuhan terhadap diet dan
latihan
52
selama 3 x 24 lampau 9/8/18 Memantau skala nyeri, durasi dan Skala nyeri 3, durasi setiap 15
Bantu pasierl dan keluarga 07.00- penyebaran nyeri menit bertambah jika luka
jam masalah untuk mencari dan menemukan 09.00 tergesek, menyebar sam[ai
dukungan ketungkai
teratasi. Kontrol lingkungan yang dapat Mengajarkan tehnik distraksi pasien tampak lebih rileks dan
mempengaruhi nyeri seperti relaksasi (guide imagery) tenang
Kriteria Hasil: suhu ruangan, pencahayaan dan Memberikan injeksi analgetik ketorolac masuk, tidak ada
kebisingan rasa nyeri.
Mampu Kurangi faktor presipitasi nyeri Mengajarkan kepada pasien dan Keluarga paham bagaimana
mengontrol nyeri Pilih dan lakukan penanganan keluarga tentang bagaimana cara mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri (farmakologi, non mengontrol nyeri
nyeri, mampu farmakologi dan inter personal)
menggunakan Kaji tipe dan sumber nyeri 10/8/18 Mengukur skala nyeri, intensitas Pasien mengatakan nyeri
tehnik untuk menentukan intervensi 09.00- dan durasi serta penyebaran berkurang, dan sdh tidak
nonfarmakologi Ajarkan tentang teknik non 11.00 nyeri
untuk mengurangi farmakologi Mengajarkan cara memanajemen Pasien dan keluarga paham
nyeri, mencari Berikan anaIgetik untuk
bila nyeri muncul kembali akan penjelasan pasien.
bantuan) mengurangi nyeri .
Melaporkan bahwa Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri berkurang nyeri
dengan Tingkatkan istirahat
menggunakan Kolaborasikan dengan dokter
manajemen nyeri jika ada keluhan dan tindakan
Mampu mengenali nyeri tidak berhasil
nyeri (skala, Monitor penerimaan pasien
intensitas, tentang manajemen nyeri
frekuensi dan Analgesic Administration
tanda nyeri) Tentukan lokasi, karakteristik,
Menyatakan rasa kualitas, dan derajat nyeri
53
nyaman setelah sebelum pemberian obat
nyeri berkurang Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
54
CATATAN PERKEMBANGAN
Jumat ,10 1 S: pasien mengatakan lukanya sudah mulai sembuh dan kulit ADP
14.00 O: luka tampak kemerahan, bersih, pus (-) lubang pada pedis
P: Lanjutkan intervensi
jumat, 10 3 S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri (nyeri hilang) ADP
P: hentikan intervensi
32
BAB III
PEMBAHASAN
Diabetikum
Menggambarkan kebutuhan pasien yang akan dipenuhi oleh perawat, oleh pasien itu
sendiri atau kedua–duanya. Sistem keperawatan didesain berupa sistem tindakan yang
dilakukan oleh perawat untuk melatih/meningkatkan self agency seseorang yang
mengalami keterbatasan dalam pemenuhan self care. Sistem keperawatan yang
33
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan self care pasien yakni wholly compensatory
system (sistem bantuan penuh/ketergantungan total), partially compensatory system
(sistem bantuan sebagian/ketergantungan sebagian) dan supportife Educative system
(Renpenning & Taylor, 2003; Alligood & Tomay, 2010).
Self care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan
dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self care
nya secara terus menerus. Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik pada orang lain (Renpenning & Taylor, 2003;
Christensen and Kenney, 2009).
Merupakan hubungan antara therapeutic self care demands dengan kekuatan self care
agency yang tidak adekuat. Kemampuan Self care agency lebih kecil dibandingkan
dengan therapeutic self care demands sehingga self care tidak terpenuhi. Kondisi ini
menentukan adanya kebutuhan perawat (nursing)
34
mereka dalam mempertahankan individu, kesehatan dan kesejahteraan
(Christensen & Kennery, 2009).
e. Self–care deficit adalah hubungan antara self – care agency dengan self care
demand yang didalamnya self care agency tidak cukup mampu menggunakan self
care demand (Alligood & Tomay, 2010)
4. Aplikasi Teori Orem
Penerapan teori self care Dorothea Orem didasarkan pada tiga teori yang
berfokus pada peran manusia dalam menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya dengan merawat diri mereka sendiri. Peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan
kesehatan yang optimal (Tomey & Alligood, 2010).
35
B. Fenomena Kelolaan Kasus Ulkus DM
Dalam pengelolaan kasus DM pada pasien Ny L dan Ny SM dimulai dari tahap
pengkajian, analisa data, intervensi, implemetasi dan evaluasi. Dalam tahap pengkajian
pada Ny L dan Ny SM didapatlan data nyeri yang berbeda, pada Ny L nyeri pada daerah
luka dengan kualitas nyeri (terasa panas) pada kaki kiri skala nyeri 4, nyeri seperti
terbakar, nyeri muncul setiap 5 menit, nyeri menyebar hingga ke tungkai, sedangkan pada
Ny SM rasa nyeri Terdapat nyeri (terasa panas) pada kaki kiri skala nyeri 4, nyeri
menyebar sampai kepaha, nyeri muncul setiap 15 menit, nyeri bertabah ketika luka dikaki
tergesek benda. Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian terapi medis dan tindakan
distraksi relaksasi guide imagery kepada kedua pasien, namun dalam tiga hari pemberian
terapi medis dan relaksasi distraksi (Guide Imagery) yang diberikan memerikan efek yang
berbeda dimana ny L mengalami penurunan skala nyeri menjadi 2 sedangkan nyeri pada
Dalam pengukuran kadar GDS pada pasien didapatkan hasil yang berbeda antara
didapatkan hasil pemeriksaan awal 439 mg%, sehingga dilakukan penanganan yang
berbeda kepada kedua pasien. Pasien Ny SM dilakukan pemeriksaan GDS secara sledding
scale per 4 jam dengan pemberian terapi insulin sesuai dengan kadar GDS, sedangkan
pada Ny. L diberikan insulin sesuai dengan protap 8-8-8 melanjutkan program dari
rumah.
hari diamputasi sebagai tindakan medis yang harus dilakukan, walaupun Ny L menolak
tindakan tersebut, sedangkan Ny SM tidak meraskan kecemasan dan cukup tenang dalam
menghadapi tindakan medis yang dilakukan karena ha nya dilakukan ganti balut tiap hari.
36
C. Aplikasi Evidence Based Practice
Penatalaksanaan perawatan luka pada pasien dengan ulkus diabetikum senantiasa
mengangkat tema tentang perawatan luka diabetikum. Salah satu evidence based tentang
perwatan luka adalah dengan perawatan luka modern. Teknik modern menggunakan
balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidropolimer, balutan
hidrofi ber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan transparan film, dan balutan
absorben. Dampak teknik perawatan luka akan mempengaruhi proses regenerasi jaringan
debridemen, dan jenis balutan yang diberikan sehingga memberikan respons nyeri. Hal
ini didasarkan pada mekanisme pengangkatan sisa-sisa jaringan pada dasar luka sehingga
menstimulasi produksi mediator peradangan. Salah satu aspek yang penting dalam
perawatan luka adalah pemilihan jenis balutan yang digunakan. Pada penelitian ini,
kelompok modern digunakan jenis balutan calcium alginat yang memiliki sifat absorben,
dimana sudah terjadi perubahan dengan berkurangnya pus yang lebih banyak dibanding
dengan perawatan luka konvensional sehingga pada hari ke 3 perawatan luka Ny L sudah
terlihat kemerahan, sedikit pus dan tidak ada jaringan yang nekrose. Perawatan luka pada
Ny, Sm juga terliht signifikan dimana perawatan luka modern yang dilakukan selama tiga
hari mempercepat proses granulasi dan tumbuhnya jaringan. Evidence based lain yang
bisa diberikan adalah dengan memberiakn tehnik relaksasi nafas dalam pada saat
dilakukan ganti balut sehingga dimungkinkan akan mengurangi rasa nyeri pada pasien.
Ain pemberian relaksasi nafas dalam pasien bisa diberiak juga tehnik guide
imagery ang music (GIM) dimana tehnik ini akan merangsang saraf pusat untuk
37
mengeluarkan endorphin untuk mengurangi rasa nyeri pada saat pasien dilakukan rawat
luka diabetikum.
D. Reflective Practice
terhadap keluarga atau orang terdekat diperlukan untuk memberikan keyakinan dan
penjelasan yang ebih baik kepada Ny L tentang tindakan yang akan dilakukan. Pasien
merasa cemas dan menolak akan kehilangan salah satu kakinya, walaupun informasi
sudah diberikan bahwa kakinya tidak akan bisa sembuh melainkan dengan tindakan
amputasi. Dari sinilah dibutuhkan pendekatan interpersonal atau dukungan keluarga agar
pasien bisa lebih tenang dan memahami akan tindakan amputasi yang akan dilakukan.
38
BAB IV
A. KESIMPULAN
1. Penerapan teori keperawatan Orem pada kasus DM sejalan dengan program DSME
dan salah satu pilar pengelolaan DM di Indonesia (edukasi) yang bertujuan untuk
mengubah perilaku dan meningkatkan partisipasi pasien DM. Dimana teori Orem
menerapkan 3 (tiga) konstruk utama yaitu keharusan perawatan diri, perawatan diri
dirasakan pasien, keluhan nyeri yang bebeda dan kadar gula darah yang berbeda
keyakinan kepada pasien sehingga kecemasan dapat berkurang dan pasien bisa
B. SARAN
diabetikum untuk memberikan asuhan yang profesional dan dengan cost yang lebih
rendah
dengan yang lain misal teori Self Care berbicara tentang perawatan Ulkus DM
39
sedangkan teori Comfort dari Colcaba digunakan untuk mengatasi yeri pada saat
40