Anda di halaman 1dari 8

TEATER GASMEKA

2018
PEDHUT KASIDAN

Disebuah ruangan Kedasih antusias menulis surat untuk sahabat penanya di Belanda

Adegan 1

Simbok : ini ndoro minumannya... apa yang sedang ndoro?

Kedasih : aku sedang menulis surat untuk sahabat penaku di belanda mbok...

Simbok : apa yang disampaikan kepada orang belanda ndoro?

Kedasih : banyak mbok... aku bercerita banyak hal kepada mereka.. penderitaan yang dialami
oleh rakyat kita, perkawinan muda yang dilakukan tanpa dilandasi rasa cinta, dan
masih banyak lagi mbok...

Simbok : bukankah belanda itu jahat? Nanti ndoro ditangkap oleh belanda?

Kedasih : tidak semuannya mbok, ada kok yang baik dan peduli terhadap bangsa ini. Mereka
sangat mendukung keinganku untuk melanjutkan sekolah disana.

Simbok : ndoro...ndoro... buat apa seorang perempuan sekolah tinggi- tinggi, nanti...
kalaupun sudah menikah nanti ya paling dibelakang.

Kedasih : tidak mbok!!! aku ingin mematahkan tradisi itu mbok... tradisi yang telah
membelenggu selama berabad-abad, aku punya cita-cita yang ingin kucapai.

Simbok : cita-cita ndoro?? baru kali ini aku mendengar seorang gadis yang mempunyai cita-
cita. Sudahlah ndoro, tidak mungkin mengingkari kondrat sebagai perempuan. Tugas
perempuan itu ya didapur, sumur, sama kasur.

Kedasih : lalu apa gunanya aku bersekolah mbok, jika aku bersekolah hanya melayani suami
saja.

Simbok : lho memang tugas seorang istri itu ya harus melayani suami, dandan yang cantik
untuk suami, memasak masakan untuk suami dan juga bisa memberikan anak untuk
kelangsungan keturunan.

Kedasih : Jika pun aku menikah, pastilah dengan laki-laki yang mendukung keinginanku
untuk mengapai cita-citaku. Lagipula sahabat penaku dibelanda sangat mendukung
keinginanku untuk melanjutkan sekolah disana, bahkan mereka sudah menawarkan
tempat tinggal kepadaku.

simbok : Sudahlah, jangan bergurau ndoro... lebih baik belajar memasak sama simbok saja.
Adegan 2

Kedasih : bu.... aku ingin berbicara dengan ibu...

Ibu : iya ndoro, ada apa?

Kedasih : Bu!!! Harus beberapa kali kukatakan jangan panggil aku ndoro bu...

Ibu : keadaan inilah yang mengharuskan kita menjadi seperti ini. Sebenarnya, ingin
sekali seperti orang tua lain diluar sana, yang bisa memberikan kasih sayang dan
perhatian lebih kepada anak-anaknya... tapi apa daya, aku ini hanya orang lahir dri
golongan rakyat jelata nak... sedangkan kamu adalah anak dari seorang bangsawan...

Kedasih : bu... ibu adalah orang yang mengandung dan dan melahirkan aku, tidak adil bagiku
hanya karena status sosial aku diperlakukan seperti ini

Ibu : Maafkan ibu mu ini nak... sudahlah jangan bersedih nak... apa yang ingin kamu
bicarakan kepadaku nak?

Kedasih : bu, besok aku ingin melanjutkan sekolah dibelanda...

Ibu : apa...!!?? apakah kamu sudah membicarakan hal ini dengan romo nak..?

Kedasih : belum bu, semoga saja romo akan mendukung keinginanku ini...

Ibu : sebaiknya kamu pikirkan matang-matang rencanamu ini nak sebelum romo tau...

Kedasih : bu, penderitaan yang selama ini kita alami ini harus segera diakhiri.

Ibu : Ibu mengerti nak, tapi...

Kedasih : bu... ini tidak bisa dibiarkan, sudah berabad-abad belanda menjajah kita. Mereka
kerja tanpa upah selama berpuluh-puluh tahun, apa kita hanya berdiam saja dengan
keadaan seperti ini.

Ibu : romo juga berjuang sangat keras untuk mensejahterakan rakyatnya nak...

Kedasih : mensejahterakan??? apakah yang dimaksud mensejahterahkan itu hanya memberi


makan saja bu. Jika begitu, kita tidak lebih dari seekor kerbau yang diam ketika
sudah kenyang...

Ibu terdiam dan terhenyak mendengan penjelasan Kedasih

Ibu : Baiklah nak, jika itu sudah menjadi tekadmu ibu akan berbicara kepada Romomu.

Romo : tidak usah kau jelaskan... semua sudah jelas.... aku sudah mendengar semua yang
dikatakan Kedasih.

Romo : Tidak Kedasih! Roomo tidak akan mengijinkanmu untuk melanjutkan sekolahmu.
Usiamu sekarang sudah menginjak 22 tahun dan sudah saatnya bagiku untuk
mencarikan pendamping untukmu.
Kedasih : romo!! apa kita selamanya akan seperti ini? Hidup dalam belenggu penjajahan...
tidak kah Romo memikirkan tentang pentingnya pendidikan untuk perjuangan
bangsa kita terhadap penjajahan belanda.

Romo : jangan mengajariku tentang perjuangan Kedasih!!! Kamu perempuan... apa yang
bisa kamu lakukan haah!!! memenggang senjata pun tak mampu.

Kedasih : tidak selamanya berjuang dengan senjata, romo. Bagiku ini adalah cara yang aku
pilih untuk berjuang melawan mereka, yaitu dengan bersekolah!

Romo : Aku sudah memimpin jepara selama bertahun-tahun jadi aku lebih tahu dari pada
kamu!!

Ibu : sudah lah ndoro jangan berdebat dengan Romo...

Romo : Romo sudah memilihkan calon suami untukmu. Kemarin aku sudah berbinacang
dengan bupati rembang adipati singgih, dan kami sudah setuju untuk menjadikanmu
sebagai istri.

Kedasih : romo!!! bagaimana mungkin aku dijodohkan dengan orang yang sudah beristri!!
Tidak kah Romo lihat apakah kakak-kakakku yang sudah menikah dengan pria
beristri itu, apakah mereka bahagia romo???

Romo : sudahlah Kedasih... omong kosong apalagi yang kamu katakan...

Kedasih : aku adalah korban dari tradisi yang tidak adil ini romo. Bu, Ibu adalah orang yang
mengandung dan melahirkanku. Dan Ibu adalah korban dari ketidakadilan ini...
sekedar untuk memanggil nama anaknya pun tidak bisa... apakah ini adil romo...??
sebegitu hina kah ibu yang mengandungku, jika demikian berarti aku pun adalah
anak yang hina dan aku tidak pantas menikah dengan Raden Singgih romo...

Romo : kamu seharusnya bisa bersyukur mewarisi darah bangsawan dariku Kedasih...

Ibu : sudahlah ndoro jangan menentang romo...

Kedasih : biar bu... biar romo tahu bertahun-tahun aku hidup dalam belenggu ketidak adil
ini... dan mungkin inilah saatnya aku keluar dari belenggu ini... mulai detik ini
jangan panggil aku ndoro bu!! Biar semua tahu, jika pun ibu harus dihukum maka
aku pun harus dihukum bu... dan romo, jika pun aku bisa memilih aku akan memilih
dilahirkan dari rakyat biasa romo...

Romo : Sudah cukup Kedasih... suka tidak suka kamu harus menikah dengan bupati
rembang titik!!!!!

Ibu : sudahlah nak jangan bersedih mungkin Romo benar, jika sudah saatnya kamu
menikah sekarang.

Gadis : aku tidak ingin menikah dengan laki-laki raden singgih bu.
Kemudian datanglah raden singgih yang akan mempersunting Kedasih

Singgih : kulanuwun...

Romo : Sudah kedasih hapus airmatamu... romo akan membukakan pintu...

Romo membukakan pintu

Romo : ooh nak mas.... mari silahkan masuk nak mas...

Singgih : terimakasih......

Romo : silahkan duduk nak mas... silahkan jika nak mas ingin berbinacang dengan
Kedasih kami akan keluar.

Romo dan ibu keluar ruangan meninggalkan raden singgih dan kedasih

Singgih : jadi ini anak gadis tumenggung itu... aku sudah menyiapkan tempat tidur yang
nyaman dan juga rumah untuk tempat tinggal kita... kamu tidak usah khawatir semua
kebutuhanmu dan keinginanmu akan terpenuhi ketika kamu menjadi istriku kelak...

Gadis : aku tidak ingin menjadi istrimu.!!

Singgih : kau tidak mungkin bisa menolak perintah romomu... apa yang kau inginkan ...
katakan... katakanlah ... semua keinginanmu akan aku penuhi.

Gadis : aku tidak ingin menjadi istri singgih.!!

Singgih : apaa?? kamu tidak bisa menolak takdirmu ... takdirmu adalah kau akan jadi
istriku...

Gadis : takdir?? Takdir yang mana?? yang berhak menentukan takdirku adalah diriku
sendiri bukan orang lain.

Singgih : Takdirmu adalah menikah denganku kedasih. Kau harusnya bangga mempunyai
suami seorang pemimpin sepertiku.

Gadis : Pemimpin??? Seorang pemimpin tidak mungkin diam saja ketika rakyatnya
menjadi budak para penjajah. Bukankan kau hanya diam saja ketika rakyatmu hanya
menjadi budak belanda...!!

Singgih : apa yang kamu bicarakan!!! Lancang sekali kamu...

Gadis : bagaimana mungkin kamu bangga sebagai seorang pemimpin sedangkan rakyatmu
masih hidup dalam belenggu perbudakan belanda.

Singgih : rupanya calon istriku ini pandai juga... apakah kamu sudah belajar bagaimana cara
memasak masakan yang enak untuku kedasih, apakah kau belajar cara bersolek diri
dengan baik dasih??

Gadis : aku tidak sudi menjadi istrimu yang hanya menjadi pemanis suami saja...
Singgih : bagus sekali, nampaknya calon istriku ini sudah mulai membuka diri... bagus sekali
kedasih, katakan katakan apa yang kamu mau...

Gadis : aku tidak sudi menjadi istrimu singgih!!

Singgih : tapi, romomu ingin kau menjadi istriku dasih... lalu... kau bisa apa?? Apakah kau
ingin menolak kehendak romomu. Semua urusan pernikahan kita sudah
dipersiapkan. Kau hanya perlu duduk manis dan bersolek saja dasih... Tidak perlu
pusing kepala memikirkan urusan rakyat, bukankan itu enak???

Dasih : aku tidak sudi...

Singgih : kau harusnya belajar tentang kodrat dan hakekat perempuan. Kau terlalu sibuk
memikirkan nasib orang lain... hingga kau lupa nasibmu saja, ditentukan oleh orang
lain...

Dasih : tidak... tidak Singgih... aku yang menentukan nasibku sendiri bukan orang lain.
Lebih baik aku mati dari pada hanya harus menjadi istrimu...

Singgih : tapi kau tidak akan bisa... tidak akan bisa... sebentar lagi kau menjadi istriku
kedasih...

Kedasih kabur dari rumah...

Singgih : Kedasiih dimana kamu... kedasih!!! Tumenggung... tumenggung dimana kedasih

Romo : Kedasih kenapa raden??

Singgih : Kedasih kabur tumenggung...

Romo : Kurangajar!!!

Romo dan raden singgih keluar mencari kedasih

Adegan 4

Kedasih masuk kedalam rumah dengan tangan diikat

Romo : kurang ajar... dasar anak durhaka...

kamu sudah mempermalukanku ...

Kedasih : aku tidak ingin menikah dengannya romo.

Romo : romo sudah membesarkanmu sampai sekarang ini, dan ini.. apa ini balasan yang
kau berikan kepadaku kedasih... jawab...!!!
Hanya sekadar menuruti perintahku saja kau tak mau.... kau menginjak-injik harkat
dan martabat romo kedasih...Romo sangat kecewa kepadamu ... romo sangat
kecewa... mulai detik ini kamu tidak boleh keluar dari ruang ini!!!
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri menggunakan tali yang digunakan untuk
mengikatnya...

kedasih : Tuhan mengapa semua ini terjadi kepadaku

(Kamu harus menikah dengan raden singgih kedasih)

Kedasih : Aku tidak mencintainnya romo...

(sebentar lagi kamu akan menjadi istriku kedasih)

Kedasih : aku tidak sudi menjadi!!!

(Mungkin sudah saatnya sekarang kamu untuk menikah nak)

Kedasih : tapi aku tidak mencintainya bu TUHAN..... mengapa semua ini harus terjadi
kepadaku...

Mimpi yang sudah kurajut kini harus kandas karena tradisi ini... Tuhan...

Romo.. Ibu... mengapa... mengapa, mengapa orang yang kucintai tapi mengapa
mereka orang-orang yang membunuh mimpi-mimpiku...

Tuhan jika ini adalah takdirMu aku idak akan menerimannya...

Lebih baik aku mati... daripada hidup dalam kehinaan seperti ini...

Tuhan Aku datang kepadamu.......

Dasih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri

----END---
TEATER GASMEKA

Sutradara : Sutrisno

Penata musik : Fajar Rizki Indah

Penata Artistik : Dedi Roma Kaswadi

PERAN :

Kedasih : Lutfiah Bintang

Romo : Sutrisno

Ibu : Riska Alifia Putri

Simbok : Fajar Rizki Indah

Singgih : Dedi Roma Kaswadi

Anda mungkin juga menyukai