Anda di halaman 1dari 127

Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No.

1, Januari – Juni 2011

i
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Jurnal Ekonomi Balance


Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar

ii
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Jurnal Ekonomi
Balance
Penasihat :
Ir. H. Muh. Syaiful Saleh, M.Si.
(Ketua BPH Univ. Muhammadiyah Makassar)
Dr. H. Irwan Akib, M.Pd.
(Rektor Univ. Muhammadiyah Makassar).
Penanggung Jawab :
Hj. Lilly Ibrahim, SE, M.Si.
(Dekan Fak. Ekonomi Univ. Muhammadiyah Makassar)
Penyunting Ahli :
Prof. Dr. H. A. Karim Saleh (Universitas Hasanuddin)
Dr. H. Basri Rizak, MS. (Univ. Muhammadiyah Makassar)
Ketua :
H. Muh. Rusydi Rahman, SE, M.Si.
Sekretaris :
Ismail Rasulong, SE, MM

Penyunting Pelaksana :
Abd. Rahman Rahim, SE, MM; Dra. Hj. Ruliaty, MM; H. Sultan Sarda, SE, MM; Drs.
Sanusi AM., M.Si.; Dra. Murni, M.Si; Andi Arman, SE, M.Si, Ak;

Editor : Ismail Rasulong, SE, MM

Pelaksana Tata Usaha : Nurhaedah Hamdat, BA


Desain Grafis : Rusdi Han
Sirkulasi : Harto Imayaduddin, S.Pd. & Sanusi.

Redaksi menerima tulisan ilmiah dan hasil penelitian. Naskah diketik spasi
1,5 pada kertas A4 sebanyak 9 – 12 halaman lengkap dengan abstrak
kurang lebih 1 halaman. Tulisan dalam bentuk MS. Word. Redaksi berhak
menyunting/mengedit setiap tulisan tanpa merubah substansinya.
Alamat Redaktur : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar
Telp. (0411) 866972
Contact Person : 085 242 018 587 / 081 342 650 527

iii
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)


KOTA MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD

Oleh:

Ruliaty
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja PDAM Kota Makassar dengan


pendekatan Balanced Scorecard meliputi (1) perspektif keuangan, (2) perspektif
pelanggan, (3) perspektif proses bisnis internal, dan (4) perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Sampel yang digunakan sebanyak 51 KK dan 98 orang
karyawan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, kinerja
perusahaan dilihat dari 4 (empat) perspektif Balanced Scorecard dapat
dikatakan baik karena perusahan dapat mencapai 75 % dari standar yang
ditetapkan atau sebanyak enam dari delapan tolak ukur yang digunakan oleh
Balanced Scorecard berhasil memenuhi target.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Makassar adalah suatu
perusahaan yang dibentuk oleh pemerintah kota Makassar untuk mengelola
penyediaan sarana air bersih untuk kebutuhan masyarakat. PDAM memegang
peranan penting dalam penyediaan air bersih, karena disamping merupakan
satu-satunya perusahaan yang mengelola penyediaan air bersih yang
seharusnya memanfaatkan kesempatan untuk meraih keuntungan yang
sebesar besarnya karena adanya hak monopoli, tetapi juga dibebani misi sosial
berupa harga jual air harus terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat
secara umum. Kedua kondisi yang kontradiktif tersebut menyulitkan
pengukuran kinerja PDAM apabila hanya dilihat dari aspek financial, tetapi juga
harus dilihat dari aspek lain seperti aspek operasional.
Kinerja PDAM, baik ditinjau dari segi operasional maupun keuangan
dapat diketahui melalui sistem pengukuran yang terpadu. Namun pada
kenyataannya, perusahaan seringkali hanya menggunakan tolok ukur
keuangan seperti Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan

1
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

tolok ukur lainnya yang dihitung berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh
sistem akuntansi keuangan perusahaan dalam mengukur kinerja.
Penilaian kinerja PDAM Makassar selama ini menggunakan scoring
board, namun penilaian ini belum meliputi perspektif pelanggan. Mengingat
keterbatan tersebut, Kaplan dan Norton (2000) mengusulkan sistem
pengukuran kinerja perusahaan yang disebut dengan balanced scorecard yaitu
suatu pengukuran yang komprehensif. Balanced Scorecard mempertimbangkan
kinerja financial (tolok ukur keuangan) dan mempertimbangkan kinerja non-
financial (tolok ukur operasional) yang meliputi kepuasan pelanggan, proses
bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Dengan
menggunakan balanced scorecard, manajer tidak hanya mengukur hasil akhir
tetapi juga mengukur aktivitas-aktivitas penentu akhir. Hal ini karena, balanced
scorecard bukan sekedar alat pengukur kinerja suatu perusahaan tetapi juga
merupakan suatu bentuk usaha transformasi yang strategik pada seluruh
tingkatan organisasi.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah
pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kinerja PDAM kota Makassar
dengan pendekatan balanced scorecard?.”

TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Keuangan
Pada umumnya laporan itu mengandung informasi yang faktual dan
akurat tentang kinerja perusahaan yang biasanya mencakup dalam kurun
waktu tertentu yang sangat bermanfaat dan diperlukan oleh manajemen puncak
dalam menentukan arah perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang
juga bermanfaat bagi pihak para pemodal dan pemegang saham dalam
pengambilan keputusan tentang berlanjut tidaknya kegiatan penanaman modal
mereka di perusahaan serta bermanfaat untuk kepentingan perhitungan pajak
badan yang merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai warga
negara korporasi.
Menurut Stándar Akuntansi Keuangan (2007), Tujuan laporan keuangan
adalah :
a. Menyediakan informasi yang menyngkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

2
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen


atau pertanggung jawaban manajeman atas sumber daya yang
dipercayakn kepadanya.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan mempunyai
tekanan yang berbeda-beda, maka laporan keuangan harus disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari semua pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan, yaitu pemilik perusahaan, manajer
perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, investor dan pemerintah
dimana perusahaan berdomisili (beroperasi).

Komponen-komponen Balanced Scorecard

1. Perspektif keuangan
Perspektif keuangan dalam balanced scorecard tetap menjadi perhatian,
karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari konsekuensi ekonomi
yang terjadi disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil.
Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan,
implementasi, dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang
mendasar. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang
secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, baik berbentuk
gross operating income maupun return on investmen (ROI).

2. Perspektif Pelanggan
Tolok ukur kinerja pelanggan dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok pertama adalah apa yang disebut Core Measurement Group. Lima
tolok ukur yang tergabung dalam kelompok ini pada dasarnya merupakan
pengukur hasil akhir yang saling terkait, yaitu:
1. Market Share (Pengukuran pangsa pasar), yang mengukur seberapa
besar pangsa pasar yang berhasil dikuasai oleh perusahaan,
2. Customer Retention (Kemampuan Mempertahankan Pelanggan Lama),
yang mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil mempertahankan
pelanggan-pelanggan lama.
3. Customer Acquisition (Kemampuan mempertahankan pelanggan baru),
yang mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan-
pelanggan baru.
4. Customer Statisfication (Tingkat Kepuasan Pelanggan) yang
mengukur seberapa jauh para pelanggan merasa puas terhadap layanan
perusahaan.
5. Customer Profitability (Tingkat Profitabilitas Pelanggan), yang mengukur
seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan
dari penjualan produk kepada para pelanggan.

3
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Kelompok kedua adalah Customer Value Proposition


yang menggambarkan performance driven (pemicu kinerja), yang
menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk
mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen
yang tinggi. Performance driven mengukur nilai yang dapat disampaikan
perusahaan kepada pelanggannya. Value proposition menggambarkan
atribut yang disajikan perusahaan dalam produk atau jasa yang dijual
untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Value proposition
adalah konsep kunci untuk mengerti penentu-penentu dari core
measurement dari tingkat kepuasan, akuisisi, retensi dan pangsa pasar, atribut
yang disajikan perusahaan dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Product atau Service Atributes, yang meliputi dari produk atau jasa, harga,
dan kualitas.
2. Customer Relation, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian. Perasaan pelanggan ini dapat dipengaruhi oleh
tingkat responbilitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan.
3. Image and Reputation, citra dan reputasi perusahaan beserta Produk-
produknya sangat penting di mata konsumen. Citra dan
reputasi perusahaan menggambarkan faktor-faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Fokus bisnis internal akan memberikan pengaruh atas tingkat
kepuasan pelanggan dan memperbesar tingkat pencapaian sasaran
keuangan. Pendekatan balanced scorecard dalam perpektif bisnis internal
membagi pengukuran menjadi tiga bagian (Kaplan dan Norton, 2000:96) antara
lain:
a. Inovasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:331), inovasi adalah
penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Sedangkan menurut
Suryana (2006:2) Inovasi (innovatioan) adalah kemampuan menerapkan
kreatifitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang
(doing new things).
Proses inovasi dibagi menjadi dua, yaitu mengidentifikasikan
kebutuhan pasar, dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Kedua hal tersebut merupakan bagian yang amat
penting dan tidak dapat dipisahkan. Inovasi yang dilakukan dalam
perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian riset dan pengembangan
(R&D). Bila bagian R&D perusahaan tidak mengidentifikasikan kebutuhan
pasar, akibat yang dapat terjadi adalah terisolasinya bagian tersebut

4
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dari dunia luar, yang mengakibatkan kegagalan dalam mengkomersialkan


produk-produk yang ada.
b. Proses operasi
Proses operasi dalah proses untuk membuat dan menyampaikan
produk atau jasa. Aktivitas dalam proses operasi ini terbagi kedalam dua bagian
: 1) Proses pembuatan produk dan 2) proses penyampaian produk kepada
pelanggan. Pada proses operasi, pengukuran terhadap kinerja dilakukan
terhadap tiga dimensi yaitu: time measurement, quality process measurement
dan process cost measurement.
Pengukuran terhadap efisiensi waktu yang diperlukan (time measurements)
Para pelanggan biasanya menganggap waktu penyelesaian pelanggan
yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi
kepuasan mereka. Salah satu alat pengukuran waktu yang paling
sering digunakan adalah Manufacturing Cycle Efficiency (MCE). MCE ini
mengukur siklus waktu yang efektif untuk memproduksi suatu barang.
Rumus dari MCE adalah:
Waktu Pengolahan
MCE = Waktu Penyelesaian

Pengukuran terhadap kualitas proses produksi (quality process


measurements) Dalam hal kualitas proses produksi, perusahaan
diharapkan dapat melakukan berbagai macam pengukuran terhadap
proses produksi yang dideteksi dari adanya hal-hal sebagai berikut:
tingkat kerusakan produk dari proses produksi, perbandingan produk bagus
yang dihasilkan dengan produk bagus yang masuk dalam proses, bahan
buangan (waste), bahan sisa (scrap), besarnya angka pengerjaan
kembali (rework), besarnya tingkat pengembalian barang dari
customer, kesesuaian persentase kualitas proses dengan statistical
process control.
Pengukuran terhadap efisiensi biaya proses produksi (process
cost measurements) Dimensi tiga dari pengukuran terhadap proses
operasi adalah pengukuran sejumlah biaya yang telah dikeluarkan
untuk menghasilkan produk. Pada sistem pembebanan biaya
tradisional, sistem akuntansi telah banyak melakukan pengukuran
atas biaya yang dikeluarkan atas penggunaan sumber-sumber dalam
departemen, dalam proses operasi ataupun kewajiban individu.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif yang terakhir dalam balanced scorecard adalah
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Kaplan dan Norton

5
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk


terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan
karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas
dan tujuan perusahaan. Dalam perspektif ini, terdapat tiga dimensi penting
yang harus diperhatikan untuk melakukan pengukuran yaitu: kemampuan
karyawan, kemampuan sistem informasi, dan adanya motives kekuasaan
dan keselarasan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dan pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar. Penelitian sejak
persiapan sampai pada tahap penyusunan laporannya kurang lebih 2 (dua)
bulan.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah melalui
1. Penelitian kepustakaan
Penelitian Pustaka (library research), yaitu pengumpulan data yang
bersumber dari perpustakaan yang bahannya meliputi buku-buku, majalah,
pamflet, dan bahan documenter lainnya. Atau pengumpulan data bersifat
teoritis melalui buku-buku literatur yang relevan dengan topik dan masalah
yang diteliti
2. Penelitian Lapang
Penelitian Lapang (field research), yaitu pengumpulan data yang bersifat
praktis dengan melakukan kunjungan langsung pada obyek penelitian.

Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
a. Data kualitatif, yaitu sumber data yang mampu disuguhkan dalam
bentuk dua parameter abstrak, atau berupa informasi baik lisan
maupun tertulis atau data yang tidak dapat diukur.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang mampu disuguhkan dalam bentuk
angka-angka dalam laporan keuangan, atau data yang dapat diukur.
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penulis dari obyek penelitian
berdasarkan observasi dan wawancara dengan pimpinan, staf dan
karyawan.

6
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi obyek


penelitian, berupa laporan tertulis yang dibuat berkala.

Populasi dan Sampel


Pada perspektif pelanggan, populasi yang digunakan adalah pelanggan
Perusahaan Daerah.Air Minum (PDAM) Kota Makassar yang berada RW 04
Kelurahan Rappocini dan ditarik sampel sebanyak tiga puluh persen dari 170
kepala keluarga (KK), jadi sampel yang digunakan sebanyak 51 KK..
Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, populasi yang
digunakan adalah seluruh karyawan Perusahaan Daerah.Air Minum (PDAM)
Kota Makassar dan ditarik sampel sebanyak tiga puluh persen dari total
karyawan. Total karyawan PDAM kota Makassar 326 karyawan, jadi sampel
yang digunakan sebanyak tiga puluh persen dari 326 karyawan, yaitu 98
karyawan.

Metode Analisis
Metode analisis yang dugunakan pada penelitian dalam empat
pesrpesktif Balanced Scorecard adalah dengan cara:
1. Menentukan Critical Succes Factor (CSFs) dari empat perapektif Balanced
Scorecard yang berpengaruh pada keberhasilan kompetitif perusahaan
yang selaras dengan visi misi serta strategi perusahaan, kemudian
mengembangkan pengukuran yang relavan dengan Critical Succes Factor
(CSFs) yaitu:
a. Pesrapektif Keuangan
1) Rasio Profitabilitas, menggunakan rasio yang meliputi:
a) Gross Profit Margin
b) Net Profit Margin
c) Return On Investment (ROI)

2) Rasio likuiditas, menggunakan rasio yang meliputi:


a) Current Ratio
b) Cash Ratio
c) Quick Ratio

b. Perspektif Customer
Untuk mengetahui tingkat kepuasa customer, pengelolah, data adalah
data-data kualitatif yang diperoleh dari pengisian kuisioner oleh para
responden diubah menjadi data kuantitatif dengan memberikan skor
pada masing-masing pilihan jawaban dengan skala linkert seperti yang
dikemukakan oleh sugiyono (2002:74)
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

7
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

2 = tidak Sejutu (TS)


3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
c. Perspektif Proses Bisnins Internal. Ukuran kinerja yang digunakan
adalah:
Manufacture Cycle Efficiency (MCE) yang dihitung sebagai berikut:

Dengan Time Berting (TB) dirumuskan sebagai berikut:


Time Berting (TB) = Effective Time (ET) + Idle Time (IT)
Jadi terdapat dua aktivitas yang menyusun Time Berting yaitu Effective
Time dan Idle Time. Dari kedua aktivitas tersebut yang tidak
memberikan nilai tambah adalah Idle Time.
d. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan, ukuran kinerja yang
digunakan adalah:
1) Employee Satistaction Index
2) Learning Index
3) Employee Productivity (EP)
e. Perspektif Bisnis Internal
Perhitungan Manufacture Cyclye efficiency (MCE)
f. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1) Perhitungan Tingkat Kepuasan Karyawan (IKK)
2) Perhitungan Tingkat Pembelajaran (IP)
3) Perhitungan Produktivitas Karyawan (EP)

HASIL PENELITIAN

Laporan Keuangan
Dalam sistem akuntansi, Laporan keuangan lebih ditekankan untuk
memenuhi keperluan berbagai pihak, baik pihak intern ataupun pihak ekstern
perusahaan sehingga bersifat umum, dan apabila diperlukan untuk tujuan-
tujuan khusus perlu adanya beberapa penyesuaian yang relevan sesuai
dengan tujuannya.
Seperti halnya perusahaan pada umumnya, PDAM Kota Makassar memiliki
Laporan Keuangan yang terdiri dari :
1. Neraca, yang melaporkan posisi (keadaan) keuangan perusahaan pada
saat tertentu.
2. Laporan Laba/Rugi, yang memberikan informasi tentang hasil-hasil operasi
perusahaan selama periode tertentu.

8
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3. Laporan Perubahan Modal (ekuitas), yang bertujuan memberikan informasi


serta posisi modal perusahaan paska pelaporan Laba/Rugi perusahaan.
4. Laporan Arus Kas, yang bertujuan melaporkan arus kas masuk dan keluar
pada periodenya.

Pengukuran kinerja dari empat perspektif Balanced Scroecard.


1. Perspektif Keuangan
Dalam perspektif keuangan digunakan beberapa ukuran untuk
menunjukkan kinerja yang telah dicapai selama tahun 2008, dan yang menjadi
estándar yaitu perolehan di tahun 2007, berikut pengukuran perspektif
keuangan:
a. Rasio Profitabilitas, menggunakan rasio yang meliputi:
Tahun 2007:
a. Gross Profit Margin = Laba Bruto x 100%
Penjualan Netto

= 57,229,394,871.17 x 100%
115,522,728,391.52

= 49,54 %

Berdasarkan perhitungan di atas, angka Gross Profit Margin tahun 2007


adalah 49,54%, artinya dari setiap 100 rupiah pendapatan operasional,
mampu menghasilkan 49,54 rupiah laba operasional bagi PDAM kota
Makassar.
Laba Netto Setelah Pajak
b. Net Profit Margin = x 100%
Penjualan Netto

(11,085,807,924.10)
= x 100%
115,522,728,391.52

= -9,59 %
Berdasarkan perhitungan di atas, angka Net Profit Margin untuk tahun
2007 adalah -9,59%. Artinya dari setiap 100 rupiah pendapatan
operasional mengalami kerugian sebesar 9,59 rupiah.
c. Return on Laba Netto Setelah Pajak
= x 100%
Investment (ROI) Total Aktiva

(11,085,807,924.00)
= x 100%
279,058,043,242.86

= -3,97 %
Berdasarkan perhitungan di atas, angka ROI untuk tahun 2007 adalah -

9
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3,97%. Artinya dari setiap 100 rupiah aktiva mengalami kerugian


sebesar 3,97 rupiah.
Tahun 2008:

a. Gross Profit Margin = Laba Bruto x 100%


Penjualan Netto

= 65,530,146,596.31 x 100%
128,758,233,041.25

= 50,89 %
Berdasarkan perhitungan di atas, angka Gross Profit Margin tahun
2007 adalah 50,89%, artinya dari setiap 100 rupiah pendapatan
operasional, mampu menghasilkan 50,89 rupiah laba operasional bagi
PDAM kota Makassar.
Laba Netto Setelah Pajak
b. Net Profit Margin = x 100%
Penjualan Netto

5,285,053,214.57
= x 100%
128,758,233,041.25

= 4.10%
Berdasarkan perhitungan di atas, angka Net Profit Margin untuk tahun
2007 adalah 4,10%. Artinya dari setiap 100 rupiah pendapatan
operasional akan diperoleh 4,10 rupiah laba bersih.
c. Return on Laba Netto Setelah Pajak
= x 100%
Investment (ROI) Total Aktiva

5,285,053,214.57
= x 100%
309,254,457,726.58

= 1.71%
Berdasarkan perhitungan di atas, angka ROI untuk tahun 2007 adalah -
3,97%. Artinya dari setiap 100 rupiah aktiva mampu menghasilkan 1,71
rupiah laba bersih bagi perusahaan.

a. Rasio likuiditas, menggunakan rasio yang meliputi:

10
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tahun 2007:

Total Current Assets


a. Current Ratio = x 100%
Total Current Liabilities

70,088,677,948.72
= x 100%
177,250,069,632.88

= 39.54%
Berdasarkan perhitungan antara total aktiva lancar dibandingakan dengan
total hutang lancar yaitu 39,54%, berarti perusahaan ini masih harus
membayar hutang jangka pendeknya yaitu 0,39 : 1, berarti masih ada
kekurangan pembayaran hutang lancar sebesar 0,61 %.
Kas + Deposito Jangka Pendek
b. Cash Ratio = x 100%
Total Hutang

401,364,418.58+ 13,870,000,000.
= x 100%
311,761,623,264.01

= 4,58%
Berdasarkan anlisis terhadap cash rasio perusahaan yaitu kas tambah efek
dibagi dengan total hutang pada tahun 2007 dengan hasil sebesar 4,58 %.
c. Quick Ratio Total Current Assets - Inventory
= x 100%
Total Current Liabilities

70,088,677,948.72- 982,587,070
= x 100%
177,250,069,632.88

= 38,99%
Hasil analisis yang diperoleh yaitu 38.99%, sehingga dengan
cara perhitungan ini perusahaan dianggap tidak likuid karena
0,39% : 1, jadi masih ada kekurangan pembayaran hutang lancar
sebesar 0,61%, sebagai kewajiban setelah menutupi hutang
jangka pendeknya.
Tahun 2008:

Total Current Assets


a. Current Ratio = x 100%
Total Current Liabilities

106,956,610,214.31
= x 100%
212,843,883,670.95

= 50,25%

11
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Berdasarkan perhitungan antara total aktiva lancar dibandingakan


dengan total hutang lancar yaitu 50,25%, berarti perusahaan ini masih
harus membayar hutang jangka pendeknya yaitu 0,50 : 1, berarti masih
ada kekurangan pembayaran hutang lancar sebesar 0,50 %.
Kas + Deposito Jangka Pendek
b. Cash Ratio = x 100%
Total Hutang

826,648,694.83+ 31,000,000,000
= x 100%
300,038,631,249.23

= 10,61%
Berdasarkan anlisis terhadap cash rasio perusahaan yaitu kas tambah
efek dibagi dengan total hutang pada tahun 2007 dengan hasil sebesar
10,61 %.
c. Quick Ratio Total Current Assets - Inventory
= x 100%
Total Current Liabilities

106,956,610,214.31-704,062,725
= x 100%
212,843.883,670,93

= 49,92%
Hasil analisis yang diperoleh yaitu 49,92%, sehingga dengan cara
perhitungan ini perusahaan dianggap tidak likuid karena 0,50% : 1, jadi
masih ada kekurangan pembayaran hutaang lancar sebesar 0,50%,
sebagai kewajiban setelah menutupi hutang jangka pendeknya.

2. Perspektif Pelanggan (Costumer)


Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan mengembangkan
kuisioner yang pernah digunaakan oleh Gunawan dalam skripsinya dengan
judul “Penerapan Balanced Scrorecard sebagai alternatif alat pengukuran
kinerjaa pada Dinas Pekerjaan Umum kota Makassar”. Kuisioner tersebut terdiri
dari delapan pertanyaan yang mencakup tiga atribut yaitu harga, kualitas, dan
waktu layanan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan, populasi yang digunakan
adalah pelanggan PD. Air Minum kota Makassar yang berada di RW 04
Kelurahan Rappocini dan ditarik sampel sebanyak tiga puluh persen dari 170
kepala keluarga (KK), jadi sampel yang digunakan sebanyak 51 KK.
Indeks kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hari olahan data
tersebut adalah 1283, sehingga pelanggan dapat dikategorikan cukup atas
pelayanan yang telah diberikan oleh PDAM kota Makassar. Hal ini berarti
perusahaan belum mampu mencapai indeks kepuasan pelanggan dari standar
yang telah ditetapkan yaitu minimal pelanggan merasa puas, berada dalam
interval 1060 – 1386 point.

12
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3. Perspektif Bisnis Internal


Tujuan dari pengukuran pada perspektif ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana tingkat efisiensi waktu dalam berproduksi. Untuk dapat
meengetahui seberapa besar tingkat efisiensi perusahaan dilakukan
pengukuran dengan menggunakan rasio manufacturing cycle efisiensi-nya
(MCE) yaitu dengan menghubungkan waktu bernilai tambah dengan time
berting (TB). Semakin besar MCE maka semakin besar efisiensi badan usaha
tersebut, besar MCE maksimum adalah 1,0. Untuk menghitung MCE digunakan
rumus berikut ini:
Value Added Time
MCE
Time Berting
Time Berting (TB) = Effective Time (ET) + Idle Time (IT)
Dimana :
1. Effective Time (ET) adalah jumlah jam riil yang digunakan untuk
berproduksi. Pada PDAM kota Makassar Effective Time yang
digunakan adalah 24 jam setiap harinya.
2. Idle Time (IT) adalah jumlah jam kerja yang tidak terpakai selama
waktu produsksi.
Berikut disajikan table 6 yang memuat data Manufacturing
Cycle Efficiency PDAM kota Makassar :
Tabel 6
Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)
PDAM kota Makassar Tahun 2007 – 2008
Uraian Satuan Tahun
2007 2008
Effective Time (1) Jam 8760 8760
Idle Time (2) Jam 0 0
Time Berting (3)= (1)+(2) Jam 8760 8760
MCE (4)= (1) : (3) 1 1

Pada table 6 dapat dilihat MCE tahun 2008 adalah 1 sama


dengan MCE Standar yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu
tahun 2007, hal ini disebabkan karena PDAM kota Makassar
berproduksi selama 24 jam perhari setiap tahun. MCE 1 artinya PDAM
kota Makassar telah efisien dalam memproduksi air.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif ini adalah penyempurna dari ketiga perspektif Balanced
Scorecard lainnya dan merupakan pendorong untuk mencapai hasil yang baik

13
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

sekaligus mendorong perusahaan menjadi learning organization dan memicu


pertumbuhannya.
Indeks kepuasan karyawan yang diperoleh dari hasil olahan data
tersebut adalah 4737, sehingga dapat diketahui tingkat kepuasan karyawan
PDAM kota Makassar adalah cukup karena berada pada interval 3822 - 4998
point.
Index pembelajaran yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner
adalah 3857 point, sehingga dapat diketahui tingkat pembelajaran karyawan
PDAM kota Makassar adalah puas karena berada pada interval 3332– 4116
point.

Balanced Scorecard PDAM kota Makassar


Berikut disajikan table 10 yang merangkum hasil (score) dari kinerja
perusahaan secara keseluruhan pada empat (4) perspektif Balanced Scorecard
dengan standar yang telah ditetapkan

Tabel 10
Hasil Pengukuran kinerja PDAM kota Makassar Tahun 2007-2008
Empat Perspektif Balanced Scorecard
serta ukuran kinerja Standar Realisasi
Perspektif Keuangan:
1. Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin 49,54% 50,89%
b. Net Profit Margin -9,59% 4,10%
c. Return on Investment (ROI) -3,97% 1,71%
2. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio 39,54% 50,25%
b. Cash Ratio 4,58% 10,61%
c. Quick Ratio 38,99% 49,92%
Perspektif Costumer
Index Kepuasan Pelanggan Min. IKC dapat Indeks 1283 point
dikategorikan cukup atau dikategorikan
puas atau berada cukup puas.
dalam interval 1060
– 1386 point.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Manufactured Cycle Efficiency (MCE) 1,0 1,0

14
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Perspektif Pembelajaran dan


Pertumbuhan
a. Employee satisfaction Index Min. IKK dapat IKK adalah 4737
dikategirikan cukup point atau
puas atau berada dikategorikan
dalam interval 3822 cukup puas.
– 4998 point.

b. Learning Index Min. IP dapat IP 3857 point atau


dikategorikan puas dikategorikan
dalam interval 3332– puas.
4116 point.

c. Employee Productivity ≥ Rp.29,530,349.79 Rp.32,913,658.75


per karyawan. Per karyawan.
Sumber : Hasil olahan Data

Dari tabel 10 rangkuman hasil pengukuran kinerja PDAM kota


Makassar dapat dilihat :
1) Aspek keuangan belum dikatakan baik karena perusahaan belum mampu
melakukan penghematan biaya dan belum mampu membayar utang-utang
jangka pendeknya, namun perusahaan telah mampu menekan tingkat
kerugian yang diderita sehingga turut mempengaruhi tingkat pengembalian
investasi atau ROI
2) Aspek non keuangan, pada perspektif Pelanggan perusahaan mampu
memberikan pelayanan yang cukup baik, karena dari hasil survei melalui
kuisioner, perusahaan dapat dikategorikan cukup dan pada perspektif
proses bisnis internal perusahaan telah mampu melakukan efisiensi waktu
tanpa ada waktu yang terbuang untuk aktivitas yang tidak berdampak positif
bagi perusahaan. Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
karyawan puas terhadap perusahaan dan karyawan merasa puas terhadap
proses pembelajaran yang telah ada diperusahaan dean perusahaan juga
mampu meningkatkan produktivitas karyawan.
Dari delapan (8) tolak ukur yang digunakan, terdapat tujuh tolak
ukur mencapai/memenuhi standar atau target yang ditetapkan, sedangkan
satu yang dicapai oleh PDAM kota Makassar adalah sebagai berikut :
Jumlah standar yang dicapai
Total Persentase Kerja = x 100%
Jumlah ukuran kinerja yang digunakan
6
= x 100%
8
= 75 %

15
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Untuk perhitungan total persentase kinerja yang dicapai perusahaan,


maka ditetapkan standar , standar yang digunakan disini adalah standar yang
digunakan oleh Gunawan dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan
Balanced Scorecard sebagai alternatif alat pengukuran kinerja pada Dinas
Pekerjaan Umum kota Makassar”, sebagai berikut :
1. Sangat baik : 80 – 100% dari standar yang ditetapkan
2. Baik : 60 – 80% dari standar yang ditetapkan
3. Cukup : 40 – 60% dari standar yang ditetapkan
4. Tidak baik : 20 – 40% dari standar yang ditetapkan
5. Sangat Tidak Baik : 0 – 20% dari standar yang ditetapkan

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa persentase kinerja


yang dicapai oleh PDAM kota Makassar melalui pendekatan Balanced
Scorecard adalah sebesar 75 % dari total tolak ukur yang digunakan untuk
melakukan pengukuran kinerja. Hasil menunjukkan bahwa kinerja PDAM kota
Makassar secara keseluruhan mempunyai kinerja yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Secara keseluruhan, kinerja perusahaan dilihat dari 4 (empat) perspektif
Balanced Scorecard dapat dikatakan baik karena perusahan dapat
mencapai 75 % dari standar yang ditetapkan atau sebanyak enam dari
delapan tolak ukur yang digunakan oleh Balanced Scorecard berhasil
memenuhi target.
2. Dari perspektif keuangan, belum dikatakan baik karena perusahaan belum
mampu melakukan penghematan biaya dan belum mampu membayar
utang-utang jangka pendeknya, namun perusahaan telah mampu menekan
tingkat kerugian yang diderita sehingga turut mempengaruhi tingkat
pengembalian.
3. Perspektif pelanggan, pada umumnya pelanggan merasa cukup puas
atas pelayanan PDAM kota Makassar, hal ini dapat dilihat dari perolehan
index hasil penyebaran kuisioner yang hanya sebesar 1283 point atau
berada pada interval 1060 – 1386 point atau dikategorikan cukup puas.
4. Perspektif proses bisnis internal perusahaan telah mampu melakukan
efisiensi waktu, hal ini dapat dilihat dari perolehan perhitungan MCE yang
mencapai angka 0,1.
5. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran karyawan PDAM kota Makassar
cukupdengan perusahaan karena pada indeks kepuasan yang diperoleh
sebesar 4737 point dan berada pada interval 3822 – 4998 point atau

16
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dikategorikan cukup puas. Untuk tingkat pertumbuhan dan pembelajaran,


karyawan merasa puas terhadap perusahaan karena perolehan indeks dari
hasil penyebaran kuisioner sebesar 3857 point yand berada pada interval
3332 – 4116 point yang dapat dikategorikan puas, sedangakan untuk
tingkat produktivitas karyawan PDAM kota Makassar pada tahun 2007
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008. Di tahun 2007 sebesar
29.530.349,79 per karyawan menjadi 32.913.658,75 per karyawan di tahun
2008.

Saran
1. Perusahaan harus dapat lebih meningkatkan kinerja pada periode yang
akan datang karena pada periode ini perusahaan hanya mampu mencapai
eman tolak uikur dari delapan tolak ukur yang digunakan.
2. Perusahaan sebaiknya menekan biaya operasional perusahaan, karena
dengan efisiensi biaya perusahaan dapat mengurangi kerugian bahkan
meningkatkan laba. Hal ini juga akan berdampak pada pemegang saham
karena ROI akan meningkat.
3. Perusahaan harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan pelanggan,
bahkan meningkatkan hubungan baik yang telah ada , dengan cara
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, dan perusahaan sebaiknya
memperhatikan poin-poin yang kurang pada kuisioner. Umumnya
pelanggan merasa kecewa dengan penyaluran air yang tidak lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 1999. “Manajemen Laba dalam Perspektif Teori Akuntansi


Positif”. Media Akuntansi, Ed.4, No.3, p XI-XVII.
Gaspersz, Vincent (2003), Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced
Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah,
Jakarta, Gramedia.
Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M (2003), Management Accounting,
sixth edition, South-Western, America.
Kaplan, Robert S and Norton, David P (1996), Balanced Scorecard, Jakarta,
Erlangga.
Darmawati, Deni. 2003. “Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu
Studi Empiris”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, h. 47-68.
Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip GCG, Genta Press : Jogjakarta.

17
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

ANALISIS PENGARUH CASH DIVIDEND, FREE CASH FLOW, RETURN ON


ASSET, DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

ROSDIANA
(Dosen FE Univ. Nuku, Kota Tidore Kepulauan)

ABSTRACT

The aims of the research are to find out whether Cash Dividend, Free
Cash Flow, Return On Assets, and Economic Value Added simultaneously and
partially have an influence on stock prices. And to find out the most dominant
variable affecting stock price. The sample was selected by using purpossive
sampling technique. The Method of analysis to test the hypothesis was Multiple
Linear Regression.
The results of the research reveal that cash dividend and economic
value added partially have a significant influence on stock prices at the
significance level of less than 5% (respectively 0.0% and 1.0% respectively);
free cash flow and return on assets was partially do not have a significant
influence on stock price at the significant level of more than 5% (29.6% and
21.0% respectively), but they simultaneously have a significant influence on
stock price of manufacture companies in Indonesia Stock Exchange at the level
of less than 5% (0.0%). Cash dividend and economic value added are used by
the investors to predict the stock price of the companies of manufacture
companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2009, while free
cash flow and return on assets have a weak influence prediction capability of
cash dividend, free cash flow, return on asset, and economic value added on
stock price is 87,7%.

Key words : Stock Price, Cash Dividend, Free Cash Flow, Return On Asset,
Economic Value Added

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kekuatan analisis investor dalam menilai dan memperkirakan harga
saham akan berpengaruh terhadap capital gain yang akan diterimanya. Hal
tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada
investor waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya.
Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang
perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat

18
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun dari luar
negeri.
Informasi dalam laporan keuangan yang direspon oleh investor serta
mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi mereka adalah informasi
mengenai cash dividend, free cash flow, return on asset dan economic value
added.
Menurut Wild et.al. (2005), dividen tunai (cash dividend) merupakan
distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan jenis dividen
yang paling umum dan pada saat diumumkan akan menjadi kewajiban bagi
perusahaan. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor
daripada dalam bentuk lain karena pembayaran dividen tunai membantu
mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada
suatu perusahaan.
Ross et al (2000), menyatakan free cash flow merupakan kas
perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur oleh pemegang
saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) oleh
investsi pada aset tetap. free cash flow akan mencerminkan dengan jelas
mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan dimasa
depan dan yang tidak.
Penelitian yang dilakukan oleh Nita dan Maya (2007) yang meneliti
tentang pengaruh aliran kas bebas terhadap harga saham dengan
persistensi laba sebagai variabel intervening dengan memakai model
regrsi berganda yang diperluas dengan path analysis menemukan maka
Ho yang menyatakan aliran kas bebas tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham (ditolak) dan Ha yang menyatakan free cash flow
berpengaruh signifikan terhadap harga saham (diterima). Jadi
kesimpulannya aliran kas bebas berpengaruh secara langsung terhadap
harga saham tidak melalui persistensi laba.
Sementara itu Robert Ang (1997) menyatakan bahwa Return on Asset
adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah
pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk
operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan.
Brigham et. al. (2006 : 69), eva adalah suatu estimasi dari laba ekonomis
yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh
berbeda dari laba akuntansi.
Penelitian yang dilakukan oleh Hermina (2001) yang meneliti tentang
pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham dengan menggunakan
analisis regresi berganda terhadap 68 perusahaan. Adapun hasil penelitian
berdasarkan analisis regresi menemukan bahwa secara simultan EVA, ROA

19
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan secara


parsial hanya ROA dan ROE yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian terhadap variabel-
variabel yang mempengaruhi harga saham dan yang menjadi pembeda dengan
penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini akan menganalisis tentang
pengaruh cash dividend, free cash flow, return on asset, dan economic
value added terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Artikel terdiri atas bagian pertama yaitu
pendahuluan selanjutnya bagian kedua yaitu metoda penelitian, kemudian
bagian ketiga merupakan hasil dan pembahasan. Bagian terakhir mencakup
kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

Rumusan Masalah
1. apakah Cash Dividen, Free Cash Flow, Return On Assets, dan
Economic Value Added perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap Harga saham ?
2. Variabel manakah yang paling dominan dan signifikan berpengaruh
terhadap harga saham ?
Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui pengaruh Cash Dividend, Free Cash Flow, Return
On Assets, dan Economic Value Added secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap harga saham.
4. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan dan signifikan
berpengaruh terhadap harga saham.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Investor
Sebagai bahan masukan bagi para pelaku pasar modal (investor)
dalam melakukan analisis, khususnya berkaitan dengan pengaruh
Cash Dividend, Free Cash Flow, Return On Asset, dan Economic
Value Added terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manajemen Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kinerja
perusahaan di masa yang akan datang.
3. Peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

20
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dipakai didalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan pendekatan teknik analisis berganda.

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Indonesia, Pusat Informasi
Pasar Modal, dan melalui situs resmi www.idx.co.id dengan tahun pengamatan
2005-2009. Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai Pebruari 20011-
April 2011.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Sedangkan sampel
adalah kumpulan sebagian anggota dari obyek yang diteliti (Algifari, 2003).
Teknik pengambilan sampel adalah metode purposive sampling dengan kriteria:
1. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dan aktif membagikan dividen selama periode
pengamatan yaitu pada tahun 2005-2009
2. Perusahaan dimaksud menyampaikan datanya secara lengkap sesuai
dengan informasi yang diperlukan yaitu Laporan Keuangan per 31
Desember.

Defenisi Operasional

1. Variabel Dependen (Terikat )


Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing
price) perusahaan manufaktur yang aktif terdaftar dan membayar dividen
selama periode 2005-2010 di Bursa Efek Indonesia.

2. Variabel Independen (bebas)


a. Cash Dividend
Cash Divedend diberi simbol “X1” menunjukan jumlah dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham biasa dalam bentuk kas.
b. Free Cash Flow (FCF)
Free Cash Flow (FCF) yang diberi simbol “X2”, dapat dihitung
dengan formula (Brigham et.el : 2006 : 67) :

21
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

FCF = AKO – ΔWC – CAPEX

a. ROA (Return On Asset)


Return On Asset (ROA) yang diberi simbol „X3‟ dengan
formula (Brigham et.al : 2006 : 109).
ROA =

b. Economi Value Added (EVA)


EVA yang diberi simbol “X4” merupakan laba bersih
operasi setelah pajak, setelah dikurangi dengan biaya modal.
Adapun rumus EVA menurut Brigham et.all (2006) adalah :
EVA =NOPAT − Capital Charges

Pengujian Hipotesis
Metode Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
Regresi Linear Berganda (multi regression analysis). Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 +ß4X4 + ε
Dimana :
Y = Harga saham
X1 = Cash Dividend
X2 = Free Cash Flow (FCF)
X3 = Return On Asset (ROA)
X4 = Economic Value Added
α = Konstanta
ß = Koefisien regresi
ε = Error Term.
Dari kerangka konseptual di atas, maka perumusan hipotesis yang
dikembangkan adalah sebagai berikut :
Ha1 = Cash Dividen, Free Cash Flow, Return
On Assets, dan Economic Value Added
perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia secara
simultan dan parsial berpengaruh
terhadap Harga saham.
Ha2 = Variabel yang paling dominan dan
signifikan berpengaruh terhadap harga
saham adalah cash dividend

22
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
perlu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi. Adapun hasil dari uji asumsi
klasik tersebut dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Hasil Uji Normalitas


Dari gambar 8 (terlampir) terlihat bahwa gambar normal probability plot
menunjukkan titik-titik menyebar pada garis diagonal. Hal itu menunjukkan
bahwa model regresi, variabel dependen dan variabel independen terdistribusi
normal.

Hasil Uji Multikolinieritas


Dari tabel 10 (terlampir) dapat dilihat hasil perhitungan dari nilai VIF yang
menunjukkan tidak terdapat variabel bebas yang nilainya > 10. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas antara
variabel bebas dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 9 (terlampir) antara nilai prediksi variabel terikat
dengan residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
harga saham berdasarkan variabel bebas yaitu Cash_dividen, FCF, ROA dan
EVA.

Uji Autokorelasi
Hasil uji Durbin Watson tabel 11 (terlampir) menunjukkan nilai sebesar
1,894 Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 125, Variabel bebas (k) = 4, Nilai Tabel
Durbin Watson dL = 1,6426 dan dU = 1,7745, nilai 4-dL dan 4-dU (2,3574 dan
2,2235). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai dL< DW < 4-dU atau
1,6426 < 1,894 < 2,2255 yang artinya tidak terjadi autokorelasi karena nilainya
berada dikisaran interva 1,6426 dan 2,2255.

Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa data yang ada
berdistribusi normal, tidak terdapat multikolinieritas maupun autokorelasi,
sehingga memenuhi persyaratan untuk melakukan analisis regresi linear
berganda. Hasil analisis regresi berganda dapat diketahui pada tabel 12
(terlampir) dan model regresi yang dapat dibentuk adalah :

23
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Y =-0,502 + 0,820LNX1 - 0,079LNX2


– 0,228LNX3 + 0,238LNX4 + ε
Dari hasil persamaan regresi linier berganda tersebut diatas dapat dilihat :
1. Nilai konstanta yang negatif sebesar -0,502 hal ini mengindikasikan
bahwa jika varibel independen dianggap konstan, maka rata-rata harga
saham perusahaan mempunyai nilai sebesar -0,502.
2. Variabel cash dividend (X1) menunjukkan pengaruh positif terhadap
harga saham dengan koefisien regresi sebesar 0,820. Tanda positif pada
koefisien regresi variabel cash dividend menunjukkan bahwa setiap
terjadinya peningkatan pada variabel cash dividend akan mengakibatkan
peningkatan pula pada variabel harga saham.
3. Variabel free cash flow (X2) menunjukkan pengaruh negatif terhadap
harga saham dengan koefisien regresi sebesar 0,079. Tanda negatif
pada koefisien regresi variabel free cash flow menunjukkan bahwa setiap
terjadinya peningkatan pada variabel free cash flow akan mengakibatkan
penurunan pada variabel harga saham.
4. Variabel return on asset (X3) menunjukkan pengaruh negatif terhadap
harga saham dengan koefisien regresi sebesar 0,228. Tanda negatif
pada koefisien regresi variabel return on asset menunjukkan bahwa
setiap terjadinya peningkatan pada variabel return on asset akan
mengakibatkan penurunan pada variabel harga saham.
5. Variabel economic value added (X4) menunjukkan pengaruh positif
terhadap harga saham dengan koefisien regresi sebesar 0,238. Tanda
positif pada koefisien regresi variabel economic value added
menunjukkan bahwa setiap terjadinya peningkatan pada variabel
economic value added akan mengakibatkan peningkatan pula pada
variabel harga saham.
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui variabel yang paling dominan
berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham adalah cash dividend
dengan tingkat koefisien regresi sebesar 0,820 maka Ho ditolak dan Ha2
terima. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen dalam bentuk kas
merupakan informasi yang paling akurat karena jika perusahaan emiten
(penerbit) mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi dan mampu
menyisihkan sebahagian dari keuntungannya itu sebagi dividen dalam jumlah
yang tinggi maka hal tersebut akan menarik investor untuk membeli saham
perusahaan, akibatnya permintaan atas saham akan meningkat dan pada
akhirnya akan menaikkan harga saham dibursa sehingga memungkinkan bagi
para pemegang saham dimaksud untuk memperoleh capital gain. Capital gain
juga akan mendorong naiknya harga saham di Bursa Efek, dengan demikian

24
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

keuntungan perusahaan merupakan faktor penting bagi perusahaan terhadap


nilai sahamnya.

Uji Hipotesis
1. Koefisien Determinasi
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil R Square pada tabel 13 (terlampir) diperlihatkan
sebesar 0.877. Hal ini menunjukkan bahwa 87,7% variabel independen
cash dividend, free cash flow, return on asset, dan economic value
added dapat menjelaskan variabel dependen harga saham. Sisanya
sebesar 12,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
oleh model penelitian ini.
2. Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, maka
diperoleh hasil seperti Tabel 14 (terlampir) menunjukkan bahwa nilai
signifikan pada uji Fhitung lebih kecil dari nilai signifikan Ftabel sebesar
0.05. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variabel independen oleh
cash dividen, free cash flow, return on asset, dan economic value
added secara simultan berpengaruh terhadap harga saham closing
price. Dari hasil pengujian statistik yang telah dilakukan maka hasilnya
adalah Fhitung >Ftabel yaitu 100,011 > 2,440 maka Ho ditolak dan Ha1
diterima

3. Uji Parsial (uji t)


Untuk melihat hubungan satu persatu variabel independen dengan
variabel dependen dapat dilakukan uji t atau pengujian secara parsial,
sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel 15 (terlampir)
Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependennya dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Cash Dividend mempunyai t hitung sebesar 16,239 dengan angka
signifikan sebesar 0,000 berada dibawah angka signifikan yang
telah ditetapkan pada t tabel yaitu sebesar 0,05 (0,000 < 0,05) yang
menunjukkan bahwa cash dividend secara partial berpengaruh
signifikan terhadap harga saham maka Ho ditolak dan Ha1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pembayaran dalam bentuk
tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain
karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi
ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada
suatu perusahaan.
2. Free cash flow mempunyai t hitung sebesar -1,056 dengan angka
signifikan sebesar 0,296 berada diatas angka signifikan yang telah

25
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

ditetapkan pada t tabel yaitu sebesar 0,05 (0,296 > 0,05) yang
menunjukkan bahwa free cash flow secara partial tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham maka Ho diterima dan Ha1
ditolak. Hal ini disebabkan karena nilai pengeluaran modal
terkadang tidak tercantum dalam laporan keuangan sehingga
investot sulit memprediksi dan memahami seberapa besar Investasi
yang telah dilakukan oleh perusahaan dan seberapa besar free cash
flow yang tersedia diperusahaan tersebut.
3. Return on aset mempunyai t hitung sebesar -1.268 dengan angka
signifikan sebesar 0,210 berada diatas angka signifikan yang telah
ditetapkan pada t tabel yaitu sebesar 0,05 (0,210 > 0,05) yang
menunjukkan bahwa return on aset secara partial tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham maka Ho diterima dan Ha1 ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa return on asset yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal
sahamnya untuk memperoleh laba perusahaan mempunyai beberapa
kelemahan yang cenderung berfokus pada tujuan jangka pendek dan
bukan tujuan jangka panjang.
4. Economic value added mempunyai t hitung sebesar 2.673 dengan
angka signifikan sebesar 0,010 berada dibawah angka signifikan
yang telah ditetapkan pada t tabel yaitu sebesar 0,05 (0,010 < 0,05)
yang menunjukkan bahwa economic value added secara partial
berpengaruh signifikan terhadap harga saham maka Ho diterima
dan Ha1 ditolak. Hal ini menunjukkan economic value added
merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan modal sahamnya untuk
memperoleh nilai tambah Penelitian ini tidak mendapat dukungan
empiris dari peneliti terdahulu Hermina (2001) dan Iqbal (2004) yang
menemukan bahwa Eva tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
5.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
2. Secara Simultan, variabel independen cash dividend (X1), free cash flow
(X2), return On Aset (X3), dan economic value added (X4) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham closing price. Secara partial, variabel
indepenen yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah cash
dividend dan economic value added (X4) Sedangkan untuk variabel return
on asset (X3) dan free cash flow (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.

26
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham adalah


cash dividend

Saran
1. Bagi perusahaan sebaiknya memperhatikan pembayaran dividen kasnya
dan pihak manajemen perusahaan harus berusaha keras dalam
menciptakan nilai tambah dalam penciptaan nilai perusahaan dari waktu
kewaktu.
2. Bagi investor dan calon investor dalam melakukan investasi sebaiknya
memperhatikan informasi dalam laporan keuangan, sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat dan
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N.E. and Lautania, M.F. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas Terhadap
Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di bursa Efek Jakarta.
Jurnal Ikhsan Gorontalo. Vol. 2 No. 1 : 572-589
Brigham, E.F. and Joel, F.H. 2006. Manajemen Keuangan. pp.67-109.
Erlangga. Jakarta.
McDaniel, Jeff S. Gadkari, Vinay V. And Joseph Viksel. 2000. “The
Environmental EVA : A Financial indikator for EH & S
Strategists”.Corpoorate Environmental Strategy Vol. 7 No. 2
Panggabean, R.L.J. 2005. Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE
Terhadap Harga saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol. 3 No. 5
Pradono and Christiawan, Y.J. 2004. Pengaruh EVA, Residual Income,
Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh
Pemegang Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6 No. 2 : 140-
166
Sartono, Agus, R. 1999. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. pp.97-106
BPFE. Yogyakarta
Van Horn, J.C. and Wachowicz, J.M.JR. 2005. Fundamentals Of Financial
Management . Buku 2 Edisi 12. Salemba Empat
Wil, J.J. Subramanyam, K.R. Hasley, R.F. 2005. Financial Statement Analysis.
Mc. Graw Hill Internasional.

27
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


KEPUASAN MAHASISWA DI UNIERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Oleh:
Samsul Rizal
(Dosen FE Unismuh Makassar)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan
universal yang harus dijalankan oleh semua penyelenggara pendidikan tinggi,
baik pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat. Kualitas pendidikan yang dicapai selama ini terasa kurang
memberikan bekal kepada lulusan perguruan tinggi. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari lemahnya daya saing lulusan perguruan tinggi Indonesia di
kancah Internasional. Mahasiswa sebagai stakeholder utama perguruan tinggi
sudah semestinya dapat memperoleh apa yang diinginkan. Agar mahasiswa
memperoleh apa yang diharapkan, maka pihak perguruan tinggi harus dapat
mensinergikan antara harapan mahasiswa dengan visi, misi dan tujuan
organisasi.
Sinergisitas harapan mahasiswa dan kepentingan kampus akan
tercapai apabila proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengedepankan
aspek kualitas, fasilitas memadai, dan layanan administrasi serta manajemen
yang profesional. Perguruan tinggi sesuai dengan visi dan misinya merupakan
institusi penggarap dan penghasil SDM unggul sebagai jembatan di dalam
menghasilkan produk berkualitas untuk mampu berkompetisi di pasar global.
Mahasiswa merupakan elemen vital dan sentral dalam suatu perguruan tinggi,
dan rasanya sangat berkepentingan untuk memahami faktor-faktor yang
menentukan kepuasan mahasiswa terhadap perguruan tingginya mengingat
mahasiswa lebih memiliki idealisme dan sebagai stakeholder inti.
Universitas Muhammadiyah Makassar memiliki peran yang tidak kecil
dalam rangka ikut serta meningkatan kualitas pendidikan bukan hanya dalam
skala lokal Sulawesi Selatan, tetapi juga dalam skala regional, nasional, bahkan
internasional. Tanggung jawab yang dipikul oleh Universitas Muhammadiyah
Makassar tidaklah enteng tetapi sekaligus sangat mulia, seperti termaktub
dalam pasal 4 Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah yakni “Menyiapkan
peserta didik menjadi Sarjana Muslim yang 1 beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, yang mempunyai kemampuan akademik dan atau

28
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

profesional, serta beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan


makmur yang di ridhai oleh Allah SWT, mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian dalam rangka memajukan Islam dan
meningkatkan kesejahteraan manusia.” Walaupun di permukaan tidak tampak
adanya keluhan yang bersifat ketidakpuasan mahasiswa namun tidak dapat
dipastikan apakah kondisi tersebut memang demikian adanya ataukah dibalik
kondisi tersebut malah tersembunyi ketidakpuasan mereka.
Berdasarkan wawancara awal dengan beberapa orang mahasiswa,
ditemukan beberapa faktor penentu kepuasan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar, di antaranya adalah terjangkaunya biaya kuliah,
kualitas layanan administrasi akademik, kualitas pembelajaran pada saat
proses perkuliahan serta terpenuhinya sarana dan prasarana yang sesuai
dengan standar penyelenggaraan pendidikan tinggi. Fakta awal tersebut harus
dapat diuji secara empirik melalui penelitian ilmiah, sekaligus untuk memastikan
persepsi mahasiswa terhadap kepuasan yang dirasakannya.

Rumusan Masalah
1. Apakah faktor Biaya kuliah, Layanan Administrasi, Kualitas Pembelajaran
serta Sarana dan Prasarana Perkuliahan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar ?
2. Faktor manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan
mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar ?

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Jasa Lembaga Pendidikan Tinggi


Menurut Rambat Lupiyoadi (2001:126) terdapat beberapa
karakteristik jasa pada lembaga pendidikan tinggi yaitu:
a. Perguruan Tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni (pure service),
dimana pemberian jasa dilakukan harus didukung alat kerja atau sarana
pendukung seperti: ruang kelas, kursi, meja dan buku-buku.
b. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa),
jadi disini pelanggan yang mendatangi lembaga pendidikan tinggi tersebut
untuk mendapatkan jasa yang diinginkan (meskipun dalam
perkembangannya ada juga yang menawarkan program distance learning,
universitas terbuka, kuliah jarak jauh dan lain-lain).
c. Penerima jasa adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang bebasis
orang. Sehingga berdasarkan hubungan pengguna jasa
(pelanggan/mahasiswa) adalah high contact system yaitu hubungan
pemberi jasa dengan pelanggan pendidikan tinggi. Pelanggan dan

29
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa


berlangsung. Untuk menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian dari
sistem jasa tersebut.
Selanjutnya suatu Universitas dari waktu ke waktu harus
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya yang diberikan
kepada mahasiswa. Kualitas pelayanan yang baik akan berdampak baik pula
bagi Universitas, bahkan dampak atau manfaat dati kualitas pelayanan yang
sesuai dengan harapan konsumen (pengguna jasa) tidak hanya dirasakan
oleh Universitas saja tetapi juga oleh karyawan dan mahasiswa yang
bersangkutan. Manfaat kualitas pelayanan yang dirasakan oleh mahasiswa,
karyawan dan juga Universitas terlihat dalam table dibawah ini:

Tabel. 2.1 Manfaat Kualitas Jasa


Sasaran Kualitas Manfaat Services
Bagi Mahasiswa Bagi Karyawan Bagi
Universitas
Memuaskan Kebutuhan Lebih percaya diri Meningkatkan
pelanggan terpenuhi kesan
profesional
Meningkatkan Merasa dihargai Ada kepuasan pribadi Kelangsungan
loyalitas dan mendapatkan Universitas
pelanggan pelayanan yang terjaga
baik
Meningaktkan Merasakan Memupuk Mendorong
pendapatan menemukan semangat untuk kemungkinan
universitas yang meniti karir ekspansi
profesional
Sumber : Tjiptono (2000:59)

Konsep Kepuasan Pelanggan/Mahasiswa


Kepuasan pelanggan (Customer Satifaction) atau sering disebut juga
dengan Total Customer Satisfaction menurut Barkelay dan Taylor (1994:82)
merupakan fokus dari proses Costomer-Driven Project Management (CDPM),
bahkan dinyatakan pula bahwa kepuasan pelanggan adalah kualitas. Menurut
Kotler yang dikutip Tjiptono (1996:146) bahwa kepuasan pelanggan adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang
dirasakan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kualitas termasuk
semua elemen yang diperlukan untuk memuaskan tujuan pelanggan, baik
internal maupun ekternal, juga termasuk tiap-tiap item dalam produk kualitas,
kualitas layanan, performance, availibility, durability,aesthetic, reability,
maintainability, logistic, supprtability, costomer service, training, delivery, billing,
shipping, repairing, marketing, warranty, dan life cycle cost.

30
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Day, G.S. and Wensley, R (1988; 204) menyatakan bahwa kepuasan


atau ketidak puasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidak puasan yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaian.
Uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan
kinerja atau hasil yang dirasakan. Harapan pelanggan diyakini mempunyai
peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan
pelanggan, umumnya harapan merupakan pemikiran atau keyakinan pelanggan
tentang apa yang akan diterimanya (Zeithaml, 1990 : 2).

Teori Kepuasan Pelanggan


a. The Expectancy Disconfirmation Model
Berdasarkan model yang dikemukakan oleh Oliver, (1997:54) kepuasan
pelanggan ditentukan oleh dua variabel kognitif yaitu harapan pra beli yaitu
keyakinan kinerja yang diantisipasi dari suatu produk atau jasa. Dan yang
kedua adalah diskonformation yaitu perbedaaan antara harapan pra pembelian
dan persepsi purna beli. Para pakar mengidentifikasi tiga pendekatan dalam
mengkonseptualisasikan harapan para pembeli (Supranto, 1997 : 227) yaitu:
1. Equitable performance, yaitu penilaian normativ yang mencerminkan kinerja
yang seharusnya diterima seseorang atas biaya dan usaha yang telah
dicurahkan untuk membeli dan menggunakan suatu produk atau jasa.
2. Ideal performance, yaitu tingkat kinerja optimal atau ideal yang diharapkan
oleh seorang konsumen.
3. Expented performance, yaitu tingkat kinerja yang diperkirakan atau yang
diharapkan /disukai pelanggan. Type ini yang paling banyak digunakan
dalam penelitian kepuasan/ketidak puasan pelanggan.
Penilaian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan berdasarkan model
expectancy disconfirmation model, ada tiga jenis yaitu: positif disconfimation
(bila kinerja lebih baik dari pada yang diharapkan), simple disconfimation (bila
keduanya sama), dan negatif disconfirmation (bila kinerja lebih buruk dari pada
yang diharapkan). Kesulitan model ini adalah belum ditemukannya
konseptualisasi yang pasti mengenai standar perbandingan dan disconflmation
constructs.
b. Equity Theori
Menurut teori ini, seseorang akan puas bila rasio hasil (out come) yang
diperolehnya dibandingkan dengan input yang digunakan yang dirasakan fair
dan adil. Dengan kata lain kepuasan terjadi bila para konsumen merasakan
bahwa rasio hasil terhadap inputnya proporsional terhadap rasio yang sama
(out come) dibanding input yang diperoleh orang lain Oliver, Richard, L (1980 :
496).

31
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

c. Atribution Theori
Teori ini dikembangkan dari hasil karya Weiner dalam Oliver, Richard, L
(1980 : 496). Teori ini menyatakan bahwa ada tiga dimensi yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu hasil (out come), sehingga dapat ditentukan
apakah suatu pembelian memuaskan atau tidak memuaskan. Ketiga dimensi
tersebut adalah:
1. Stabilitas atau variabilitas; apakah faktor penyebabnya sementara atau
permanen.
2. Locus of Causality; Apakah penyebabnya berhubungan dengan konsumen
atau dengan pemasar. Internal attribution seringkali dikaitkan dengan
kemampuan dan usaha yang dilakukan di pasar. Sedangkan eksternal
attribution dihubungkan dengan berbagai faktor seperti tingkat kesulitan
suatu tugas (task difficulty) dan faktor keberuntungan.
3. Controllability; Apakah penyebab tersebut berada dalam kendali
kemauannya sendiri ataukah dihambat oleh fakor luar yang tidak dapat
dipengaruhi.
Menurut Kotler (1997:40) Kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk
yang dirasakan dan yang diharapkan. Atau sebagai respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual
yang dirasakannya setelah pemakaian. Pada dasaranya pengertian kepuasan
pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau
hasil yang dirasakan. Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi.

Pengukuran kepuasan pelanggan


Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang
penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang
tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta
memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran. Dalam rangka
mengembangkan suatu mekanisme pemberian pelayanan yang memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan, perlu mengetahui hal-hal
berikut:
1. Mengetahui apa yang pelanggan pikirkan tentang anda, pelayanan anda,
dan pesaing anda.
2. Mengukur dan meningkatkan kinerja anda.
3. Mempergunakan kelebihan anda kedalam pemilahan pasar.
4. Memanfaatkan kelemahan anda ke dalam peluang pengembangan
sebelum orang lain memulainya.
5. Membangun wahana komunikasi internal sehingga setiap orang tahu apa
yang mereka kerjakan.

32
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

6. Menunjukkan komitmen anda terhadap kualitas dan pelanggan anda.

Cara mengukur kepuasan pelanggan


Kotler (2000, 187) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur
kepuasan konsumen:
1. Sistem keluhan dan saran; yaitu organisasi yang berpusat pada pelanggan
(costumer - centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para
langganannya untuk menyampaikan saran dan keluhan.
2. Ghost shopping; yaitu salah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan pelanggan dengan mempekerjakan beberapa orang
untuk bersikap sebagai pembeli terhadap produk perusahaan dan pesaing.
3. Lost Costumer analysis; yaitu perusahaan seyogyanya menghubungi para
langganan yang berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar
dapat memahami mengapa hal itu terjadi.
4. Survey Kepuasan Pelanggan; yaitu umumnya penelitian terhadap
kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survey, baik survey
melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Makassar
yang terdiri dari enam fakultas tambah satu prodi pendidikan dokter dengan
alokasi waktu selama kurang lebih tiga bulan .

Populasi dan Sampel


1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa
unismuh makassar yang tersebar di enam fakultas ditambah satu prodi
pendidikan dokter dan sementara aktif dalam proses perkuliahan.
2. Sampel
Penetapan sampel dengan jenis Area Probabiliti Sampel dan
menggunakan prinsip proportional sampling, yaitu membagi daerah
populasi kedalam sub-sub populasi (wilayah fakultas dan program studi),
kemudian ditetapkan proporsi pada masing-masing sub-sub populasi
sebesar 5 % dari total populasi yang ada atau sekitar 300 mahasiswa yang
diambil secara proporsional dari masing – masing fakultas dengan melihat
besaran jumlah mahasiswa pada fakultas tersebut.

33
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. adalah
sebagai berikut:
1. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada responden untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan
secara tertulis pula. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna. Dipandang dari cara menjawabnya angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√)
atau tanda silang (X) pada kolom atau tempat yang disediakan.
2. Interview
Metode ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data yang belum
diperoleh dari data kuesioner, juga dijadikan sebagai alat kontrol terhadap data-
data yang diragukan.

Metode Anaisis Data


1. Statistik Deskriptif (kualitatif),
Yaitu untuk mengetahui gambaran umum kepuasan
pelanggan/mahaiswa melalui perhitungan, dengan rumus sebagai berikut:

F
X 100%
n

Ket : F = Frekuensi
n = Banyaknya data

2. Regresi Berganda
Yaitu metode analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
terhadap kepuasan pelanggan/mahasiswa di Universitas Muhammadiya
Makassar, dengan formula sebagai berikut :
Y = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + E (Sujana 2002)
Keterangan :
Y = Kepuasan Mahasiswa
B0 = Bilangan Konstanta
b1-b4= Parameter Koefesien Regresi
X1 = Biaya Kuliah
X2 = Layanan Administrasi

34
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

X3 = Kualitas Pembelajaran
X4 = Sarana Perkuliahan
E = Eror
Analisis selanjutnya dilakukan uji Fisher atau F untuk menguji
apakah variabel X1, X2, X3, dan X4 secara serempak mempunyai pengaruh
terhadap Y. Uji tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai F ratio
dengan nilai yang ada pada tabel, jika hasil dari nilai F ratio lebih besar dari
pada F tabel maka variabel-variabel X yang merupakan variabel independen
(bebas) yang secara bersama dapat mempengaruhi Y atau variabel tidak
bebas. Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel X
terhadap Y secara parsial (sendiri-sendiri) dilakukan uji t (student) dengan
membandingkan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Apabila nilai t-
hitung lebih besar dibanding nilai t-tabel maka variabel X tersebut
berpengaruh terhadap Y.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Responden Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan unit analisis mahasiswa di semua fakultas. Jumlah sampel penelitian
sebanyak 300 orang. Penelitian bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya
pengaruh biaya kuliah, layanan administrasi, proses pembelajaran serta sarana
dan prasaran perkuliahan terhadap kepuasan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar. Objek utama penelitian adalah mengukur pengaruh
variabel-variabel bebas yang terdiri dari biaya kuliah (X 1), layanan administrasi
(X2), kualitas pembelajaran (X3), sarana dan prasarana perkuliahan (X4).
Gambaran responden penelitian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda
meliputi.
1. Jenis Kelamin
Penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan
melalui tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
No. Jenis Kelamin
(Orang) (%)
1. Laki-laki 122 40,70
2. Perempuan 178 59,30
Jumlah 300 100,00
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

35
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sebagian responden dalam penelitian


ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 178 orang atau 59,30% sisanya
sebanyak 122 orang atau 40,70% adalah laki-laki. Keadaan ini menunjukkan
bahwa sebagian besar mahasiswa yang kuliah di Universitas Muhammadiyah
Makassar memang adalah perempuan.

2. Fakultas
Penyebaran responden berdasarkan fakultas dapat ditunjukkan
melalui tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Penyebaran Responden Berdasarkan Fakultas
Jumlah Persentase
No. Fakultas
(Orang) (%)
1. FKIP 150 50,00
2. Fekon 45 15,00
3. Fisipol 15 5,00
4. Faperta 20 6,70
5. Faktek 15 5,00
6. FAI 45 15,00
7. Kedokteran 10 3,30
Jumlah 300 100,00
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa umumnya responden dalam penelitian
ini adalah mahasiswa FKIP yaitu sebanyak 150 orang responden (50,00%),
kemudian Fekon sebanyak 45 orang responden (15,00%), Fisipol 15 orang
responden (5,00%), Faperta 20 orang responden (6,70%), Faktek 15 orang
responden (5,00%), FAI 45 orang responden (15,00%), dan 10 orang
responden (3,30%) berada di Kedokteran. Hal ini menggambarkan bahwa
sebagian besar mahasiswa yang kuliah di Universitas Muhammadiyah

B. Deskripsi Variabel Penelitian

1. Biaya Kuliah
Untuk mengoptimalkan kepuasan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar maka pimpinan harus bisa memberikan kemudahan-
kemudahan bagi mahasiswa yang sedang kuliah atau melanjutkan studi di
Unismuh Makassar. Untuk itu, hal penting yang perlu diperhatikan di antaranya
adalah biaya kuliah dengan fasilitas yang diberikan bisa berimbang sesuai
dengan jurusan yang mereka pilih. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel biaya kuliah adalah kuisioner yang terdiri dari 5 item pertanyaan yang
indikatornya terdiri atas biaya kuliah yang terjangkau, sistem pembayaran

36
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

kuliah, penetapan jumlah pembayaran, tempat pembayaran, dan besaran biaya


kuliah.

Tabel 4.4 Penyebaran Jawaban Responden Terhadap Variabel Biaya Kuliah


Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
(Orang) (%)
1. Sangat Setuju 8 2,70
2. Setuju 79 26,30
3. Netral 121 40,30
4. Tidak Setuju 86 28,70
5. Sangat tidak Setuju 6 2,00
Jumlah 300 100,00
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas, tampak bahwa sebagian besar


responden yaitu sebanyak 121 orang atau 40,3% memberikan tanggapan
bahwa biaya kuliah cukup terjangkau, 86 orang responden atau 28,7%
mengatakan tidak terjangkau, 79 orang rsponden atau 26,3% mengatakan
terjangkau serta masing-masing 8 dan 6 orang responden atau 2,7% dan 2%
memberi tanggapan sangat terjangkau dan sangat tidak terjangkau.

2. Layanan Administrasi
Berdasarkan hasil penelitian atas 300 orang responden, diperoleh
tanggapan tentang variabel layanan administrasi seperti ditunjukkan pada tabel
4.5 berikut.
Tabel 4.5 Penyebaran Jawaban Responden Terhadap Variabel Layanan
Administrasi.
Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
(Orang) (%)
1. Sangat Setuju 3 1,0
2. Setuju 39 13,0
3. Netral 114 38,0
4. Tidak Setuju 105 35,0
5. Sangat tidak Setuju 39 13,0
Jumlah 300 100
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa sebagian responden


yaitu sebanyak 114 orang atau 35,0% merasakan bahwa tingkat layanan
administrasi yang dirasakan adalah cukup baik, 105 orang atau 38,0% pada
kategori tidak baik, 39 orang atau 13,0% pada kategori baik, dan ada juga 39

37
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

orang atau 13,0% berada pada kategori sangat tidak baik, serta hanya ada 3
orang atau 1,0% yang berada pada kategori sangat baik. Sehingga keadaan
tersebut menggambarkan bahwa tingkat layanan administrasi di Universitas
Muhammadiyah Makassar sudah cukup baik.

3. Kualitas Pembelajaran
Data penelitian diperoleh dari 300 orang responden yang dikumpulkan
melalui penyebaran kuisinoer dengan skala pengukuran menggunakan skala
likert 5 point pada kategori sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik, dan sangat
tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebagai berikut;
Tabel 4.6 Penyebaran Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas
Pembelajaran
Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
(Orang) (%)
1. Sangat Setuju 4 1,3
2. Setuju 90 30,0
3. Netral 138 46,0
4. Tidak Setuju 63 21,0
5. Sangat tidak Setuju 5 1,7
Jumlah 300 100
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa kualitas


pembelajaran yang diterima mahasiswa berada pada kategori cukup baik dan
baik. Hal ini terlihat dari penyebaran responden yaitu sebanyak 138 orang atau
46,0% mennyatakan cukup baik dan 90 orang atau 30,0% menyatakan baik, 63
orang atau 21,0% berada pada kategori tidak baik, dan masing-masing 5 dan 4
orang atau 1,7% dan 1,3% berada pada kategori sangat tidak baik dan sangat
baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang menjadi
responden dalam penelitian ini memberikan apresiasi yang cukup baik terhadap
Kualifikasi tenaga pengajar, Sistem pengajaran dosen, Kemampuan mengajar,
Sistem penilaian, dan Materi kuliah yang diajarkan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.

4. Sarana dan Prasarana Perkuliahan


Berdasarkan hasil penelitian atas 300 orang responden, diperoleh
tanggapan tentang variabel Sarana dan Prasarana Perkuliahan seperti
ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut.

38
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 4.7 Penyebaran Jawaban Responden Terhadap Variabel Sarana dan


Prasarana Perkuliahan
Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
(Orang) (%)
1. Sangat Setuju 2 0,7
2. Setuju 55 18,3
3. Netral 88 29,3
4. Tidak Setuju 99 33,0
5. Sangat tidak Setuju 56 18,7
Jumlah 300 100
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

Berdasar hasil pengolahan data secara statistik deskriptif di atas, secara


umum dapat dinyatakan bahwa sebagian besar atau 99 orang atau 33,0%
responden memiliki tanggapan yang tidak baik terhadap saranan dan prasarana
perkuliahan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa lingkungan kampus baik di
dalam maupun di luar rungan belum memiliki fasilitas sarana dan prasarana
perkuliahan yang memadai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Tinggi demi memberikan kepuasan yang tinggi
terhadap mahasiswa. Walaupun demikian, patut dipahami bahwa di lingkungan
Universitas Muhammadiyah Makassar sudah ada fasilitas yang dapat
mendukung proses perkuliahan seperti adanya hotspot di beberapa unit kerja.

5. Kepuasan Mahasiswa
Kepuasan mahasiswa merupakan rasio antara harapan dan
kenyataan dari mahasiswa yang dirasakan tiap individu mahasiswa. Indikator
utama yang digunakan adalah seberapa baik proses belajar mengajar yang
dirasakan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan selama masa kuliah. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
distribusi tingkat kepuasan mahasiswa sebagai berikut.

Tabel 4.8 Penyebaran Responden Berdasarkan Kepuasan Mahasiswa


Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
(Orang) (%)
1. Sangat Setuju 3 1,0
2. Setuju 73 24,3
3. Netral 121 40,3
4. Tidak Setuju 95 31,7
5. Sangat tidak Setuju 8 2,7
Jumlah 300 100
Sumber : Hasil olah kuisioner, 2010

39
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada umumnya


tingkat kepuasan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar sudah
cukup baik. Hal ini terlihat dari distribusi responden yaitu 121 orang atau 40,3%
mengatakan cukup puas, 95 orang atau 31,7% merasakan tidak puas, dan 73
orang atau 24,3% mengatakan puas, serta masing-masing 8 dan 3 orang atau
2,7% dan 1,0% mengatakan sangat tidak puas dan sangat puas. Walaupun
secara umum responden berada pada tingkat kepuasan yang cukup sampai
sangat puas, namun perlu diperhatikan bahwa ada sekitar 34,4% responden
yang tidak puas.

C. Analisis Hasil Penelitian


Untuk menguji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa biaya
kuliah, layanan administrasi, kualitas pembelajaran serta sarana dan prasarana
perkuliahan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Makassar, maka data hasil penelitian diolah
dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) for
Windows Versi 12.0. Dari hasil analisis diperoleh persamaan linear regresi
berganda sebagai berikut :
Y = 0,050 + 0,688 X1 + 0,189 X2 + 0,096 X3 + 0,004 X4 + E
Dari persamaan regresi berganda seperti di atas, maka
diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Nilai koefisien b0 (konstanta) sebesar 0,050 berarti apabila faktor biaya
kuliah (X1), layanan administrasi (X2), kualitas pembelajaran (X3) serta
sarana dan prasarana perkuliahan (X4) sama dengan nol, maka
diperkirakan kepuasan mahasiswa akan mengalami penurunan.
2. Nilai koefisien b1 = 0,688 X1 berarti variabel biaya kuliah di Universitas
Muhammadiyah Makassar memiliki hubungan yang searah dengan upaya
peningkatan kepuasan mahasiswa sehingga jika biaya kuliah yang telah
ditetapkan besarannya untuk masing-masing program studi sudah
dirasakan sesuai dengan pelayanan yang diterima dan dapat dijangkau
oleh semua kalangan maka kepuasan mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Makassar akan meningkat, dengan asumsi faktor lainnya
konstan.
3. Nilai koefisien b2 = 0,189 X2 berarti variabel layanan administrasi memiliki
pengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa, maka di harapkan para
staff layanan administrasi memberikan pelayanan dengan baik sehingga
diharapkan kepuasan mahasiswa akan meningkat dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
4. Nilai koefisien b3 = 0,096 X3 berarti variabel kualitas pembelajaran memiliki
hubungan yang searah dengan kepuasan mahasiswa. Jika variabel kualitas
pembelajaran ditingkatkan kualitasnya maka kepuasan mahasiswa di

40
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Universitas Muhammadiyah Makassar diperkirakan akan meningkat pula.


5. Nilai koefisien b4 = 0,004 X4 berarti variabel sarana dan prasarana
perkulihan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa. Jika
sarana dan prasarana perkuliahan di tempat kuliah kondusif dan
mendukung proses perkuliahan maka mahasiswa akan dapat belajar
dengan baik sehingga akan memberikan kepuasan terhadap mahasiswa
dengan asumsi variabel lainnya konstan atau tetap.
Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diketahui bahwa variabel
biaya kuliah, layanan administrasi, kualitas pembelajaran serta sarana dan
prasarana perkuliahan menunjukkan nilai positif, yang berarti ada hubungan
yang searah antara variabel-variabel X (independent) dengan variabel Y
(dependent).
Selanjutnya hasil analisis of varians (ANOVA) pada lampiran
menunjukkan nilai F (Value) = 228,563 dengan nilai probability (signifikansi)
a
0,000 memberikan informasi tentang signifikansi model pada taraf
kepercayaan 95% ( = 0,05), ini berarti model yang dipakai signifikan secara
statistik karena P < = 0,05 (0,000 < 0,05). Karena model signifikan, maka
penafsiran, peramalan atau inferensi yang lain dapat dilakukan dengan
menggunakan model regresi tersebut.
Dengan demikian hipotesis (H1) yang menyatakan bahwa biaya
kuliah, layanan administrasi, kualitas pembelajaran, serta sarana dan prasarana
perkuliahan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Makassar didukung data empiris dan dapat
diterima.
Besarnya daya ramal model diberikan oleh nilai koefisien determinasi
2
yang disimbolkan dengan R (R-Square) = 0,756 yang berarti model memunyai
daya ramal sebesar 75,6 % atau sekitar 76 % variasi naik turunnya variabel Y
(kepuasan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar) dapat
dijelaskan oleh model atau secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel-
variabel biaya kuliah, layanan administrasi, kualitas pembelajaran, serta sarana
dan prasarana perkuliahan sedang sisanya sebesar 24 % diakibatkan oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis. Tingkat pengaruh
keempat variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model analisis juga cukup
kuat yang ditunjukkan oleh nilai korelasi (R) sebesar 0,870 (lebih mendekati 1)
Berdasarkan uji parsial yang dilakukan terhadap variabel-variabel
yang dimasukkan dalam model analisis nampak bahwa keempat variabel
penelitian yaitu variabel biaya kuliah (X 1), layanan administrasi (X2), kualitas
pembelajaran (X3), serta sarana dan prasarana perkuliahan (X 4) yang secara
simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh dan signifikan terhadap kepuasan
mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar. Sementara jika dilihat
secara parsial ada satu variabel yakni sarana dan prasarana perkuliahan (X 4)

41
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kepusan


mahasiswa.
Dari ketiga variabel yang memiliki pengaruh signifikan, tampak bahwa
variabel biaya kuliah (X1) memiliki pengaruh yang dominan terhadap kepuasan
mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar, yang dibuktikan dari nilai
Probabilitas yang lebih kecil dari . = 0,05 (0,000 < 0,05) serta ditunjukkan oleh
nilai t hitung yang paling besar diantara keempat variabel bebas yang diteliti.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan variabel biaya kuliah
paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar didukung data empiris dan diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Secara bersama-sama variabel biaya kuliah, layanan administrasi, kualitas
pembelajaran, serta sarana dan prasarana perkuliahan berpengaruh positif
dan signifikan sedangkan secara parsial variabel biaya kuliah, layanan
administrasi dan kualitas pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar,
namun variabel sarana dan prasarana perkuliahan pengaruhnya tidak
signifikan.
2. Variabel biaya kuliah merupakan variabel yang paling dominan
pengaruhnya terhadap kepuasan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Saran
1. Kepuasan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar dapat
ditingkatkan dengan memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor dimaksud antara lain penetapan besaran
biaya kuliah sesuai dengan jurusan, peningkatan kuantitas, kualitas dan
lingkungan tempat layanan administrasi, dan peningkatan mutu jasa
pendidikan berdasarkan prinsip keadilan.

2. Karena faktor biaya kuliah merupakan faktor yang paling dominan


pengaruhnya terhadap kepuasan mahasiswa, maka diperlukan pengkajian
lebih mendalam terutama menjadikan biaya kuliah yang rendah sebagai
branding ataukah bergeser ke aspek lainnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa berbagai faktor
lain yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Makassar.

42
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

DAFTAR PUSTAKA

Barkley, Bruce T and James H Saylor. 1994. Customer Driven Project


Management, A New Paradigm in Total Quolity Implementation
Singapore.
Cravens W. David & Nigel F. Fiersy, 2003, Stategic Marketing, Seventh Edition,
McGraw Hill Irwin, North America
Collier D. A. Dalam Vincent Caspersz. 1994. Manajemen Pelayanan
Kwalitas Total Cara terbaik untuk Memuaskan Pelanggan. Gramedia;
Jakarta.
Day, G.S. and Wensley, R. 1988 Assessing Advantage: A Framework for
diagnosing Competitive Superiority, Journal of Marketing, 52, 1-20.
Dessler, G. 1997. Human Resource Management (Seventh Edition). London:
Prince Hall International Inc.
Fatah, Nanang, 1998. Studi Tentang Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar,
Penerbit PT. Remaja Rosda Karya. Bandung
Fernandes, 1984, Evaluation of Educational Program, (Jakarta: National
Educational Planing, Evaluation and Curriculum Development.)
Gaspersz, Vincent. 2003. Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hamid, E.S. Rowi, Budiman, 2003. Membangun Profesional Muhammadiyah.
Yogjakarta: LPTP Muhammadiyah dan UAD Press.
Juran J.M. dan Griya, F.M. 1993. Quality Planning and Analysis. 3 ED.
Singapore:
th
Kotler Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Jilid I dan 6
Edition. New Jersey; Practice-Hall.
Kotler Philip. 2000. Marketing Management Millenium Edition. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Lovelock, Christhoper H., 1991, Servis Marketing: Second Edition, Prentice-Hall
International Edition.
Lukman, Sampara. 1999. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA-
LAN Press.

43
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

PEMAHAMAN NASABAH TENTANG KONSEP MUDHARABAH


(Studi Pada Bmt Ditha Anugerah Abadi Makassar)

Oleh:
Ismail Rasulong

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga
keuangan syariah. Salah satu filosofi dasar ajaran Islam dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis, yaitu larangan untuk berbuat curang dan dzalim. Semua
transaksi yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan prinsip
rela sama rela (an taraddin minkum), dan tidak boleh ada pihak yang menzalimi
atau dizalimi. Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam
bidang ekonomi dan bisnis, termasuk dalam praktek perbankan.
Di Indonesia maupun di Dunia Islam terdapat dua aliran pemikiran
sehubungan dengan sistem keuangan dan perbankan. Aliran pertama
berpendapat bahwa bahwa bunga bank tidak tergolong riba, karena yang
disebut riba adalah pembungaan uang oleh mindering yang bunganya sangat
tinggi sehingga disebut “lintah darat”.
Tetapi aliran yang melahirkan ide bank Islam berpendapat bahwa bunga
bank itu tetap riba. Akan tetapi keberadaan bank sebagai lembaga keuangan,
tidak dilarang, bahkan diperlukan. Sehingga menjadi sebuah kewajaran, atau
mungkin keharusan jika lembaga keuangan syariah yang muncul memberikan
warna baru yang lebih menawarkan keadilan, baik kepada pemilik modal
ataupun peminjam (pengusaha).
Sebagai sebuah alternatif, bank (lembaga keuangan) syariah telah
memformulasikan sistem interaksi kerja yang dapat menghindari aspek-aspek
negatif dari sistem kerja bank konvensional, yaitu dengan menerapkan
beberapa sistem, dimana harus diciptakan bank (lembaga keuangan) syariah
yang tidak bekerja atas dasar bunga melainkan atas sistem bagi hasil, antara
lain yang dikenal dalam fiqh mu’amalah sebagai transaksi mudharabah atau
qiradh.
BMT Ditha Anugerah Abadi adalah salah satu BMT di Kota Makassar,
yang sebagaimana BMT pada umumnya berorientasi pada upaya peningkatan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Selama ini BMT Ditha Anugerah Abadi
dalam kaitannya dengan nasabah, telah melakukan dua kegiatan, yaitu
menabung atau menitip dan meminjamkan dana (uang).

44
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

BMT Ditha Anugerah Abadi telah memberikan bantuan pembiayaan


dalam bentuk fasilitas pembiayaan mudharabah (bagi hasil), yang sedapat
mungkin diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nasabahnya.
Dalam menjalin beberapa ketentuan transaksi antara BMT dan nasabah,
sistem mudharabah telah mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan
mekanisme kesepakatan (akad) pembiayaan mudharabah dan mekanisme
pelaksanaan bagi hasil. Aturan mengenai hal itu tentu saja secara teoritis
berkiblat pada perspektif literatur fiqh klasik muamallah tentang mudharabah
yang kemudian direaktualisasikan oleh para praktisi dan akademisi perbankan
syariah kontemporer.
Karena dalam masyarakat banyak muncul asumsi bahwa BMT dan
lembaga keuangan syariah lainnya sama saja dengan lembaga keuangan
konvensional lainnya, maka penelitian ini dibuat guna mencari solusi alternatif
bagi permasalahan tersebut, serta untuk mengetahui apakah para nasabah
memahami konsep pembiayaan mudharabah baik dari segi pemahaman arti
akad maupun sistem nisbah bagi hasilnya, sekaligus dalam rangka
membangun sistem transaksi ekonomi yang Islami (berkeadilan) dalam sebuah
lembaga keuangan.

Rumusan Masalah

1. Apakah faktor produk, faktor agama, dan faktor kelas sosial, berpengaruh
terhadap pemahaman nasabah BMT?
2. Faktor apakah yang dominan pengaruhnya terhadap pemahaman nasabah
BMT?

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ilmi (2002 : 64), secara istilah pengertian baitul māl adalah
lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya
menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infak,
shodaqoh (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al Qur‟an dan
sunnah Rasul Nya, dan pengertian dari baitul tamwil adalah lembaga keuangan
yang kegiatannya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan
(simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim
dalam dunia perbankan.
Sedangkan menurut Ridwan (2004 : 16), pengertian baitul māl adalah
suatu badan yang bertugas mengumpulkan, mengelola serta menyalurkan
zakat, infak, dan shodaqoh yang bersifat social oriented, dan baitut tamwil
adalah suatu lembaga yang bertugas menghimpun, mengelola serta

45
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

menyalurkan dana untuk suatu tujuan profit oriented (keuntungan) dengan bagi
hasil (qiradh/mudharabah, syirkah/musyarakah), jual beli (bai’u bitsaman
ajil/angsur, murabahah /tunda) maupun sewa (al-al-ijarah).
Dengan demikian BMT sesungguhnya merupakan lembaga yang
bersifat sosial keagamaan sekaligus komersial. BMT menjalankan tugas
sosialnya dengan cara menghimpun dan membagikan dana masyarakat dalam
bentuk zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) tanpa mengambil keuntungan. Disisi
lain ia mencari dan memperoleh keuntungan melalui kegiatan kemitraan
dengan nasabah baik dalam bentuk penghimpunan, pembiayaan, maupun
layanan-layanan pelengkapnya sebagai suatu lembaga keuangan Islam.
Pendirian BMT didesain untuk bermitra dengan usaha-usaha mikro
yang tidak bisa dijamah oleh perbankan, baik konvensional maupun syariah.
Selama ini perbankan masih kesulitan untuk mengalirkan dananya ke usaha
mikro, hal ini karena jenis usaha ini dinilai kurang ekonomis untuk mendapatkan
pembiayaan dari bank. Belum lagi karena berbagai kendala seperti masalah
agunan, serta kondisi administrasi keuangan yang dinilai kurang memenuhi
syarat.
Kegiatan utama BMT adalah menghimpun dana dan mendistribusikan
kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau mark up/margin sesuai
syariah.
Dasar-dasar pengelolaan BMT dengan sistim syari‟ah tidak Menurut
Kuntowijoyo (2001 : 102), selama ini demi menjaga konsistensi lembaga
keuangan yang mengatasnamakan Islam di Indonesia terutama pada level
BMT, saat ini lingkup lembaga keuangan Islam sangat mendesak untuk
mengembangkan pertukaran pandangan mengenai kemampuan produk-produk
keuangan mereka sebagai satu kesatuan dalam kerangka pengganti sistim
bunga, yang seharusnya lebih mampu membentuk keadilan ekonomi. Upaya itu
adalah kebutuhan dalam kerangka menghilangkan kelemahan lembaga
keuangan Islam karena tidak nyangkutnya teori dengan praktik atau antara ilmu
dengan kenyataan.
Kata Mudharabah secara etimologi berasal dari kata darb. Dalam
bahasa Arab, kata ini termasuk diantara kata yang mempunyai banyak arti.
Diantaranya memukul, berdetak, mengalir, berenang, bergabung, menghindar
berubah, mencampur, berjalan, dan lain sebagainya. Perubahan makna
tersebut bergantung pada kata yang mengikutinya dan konteks yang
membentuknya.
Menurut terminologis, mudharabah diungkap secara bermacam-
macam oleh para ulama madzhab. Diantaranya menurut madzhab Hanafi, “
suatu perjanjian untuk berkongsi didalam keuntungan dengan modal dari salah
satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain.” Sedangkan madzhab Maliki
menamainya sebagai penyerahan uang dimuka oleh pemilik modal dalam

46
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha
dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya. (Al-Dasuqi,
1989 : 63)
Menurut Antonio, mudharabah berasal dari kata dharib, berarti
memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam perjalanan usahanya,
secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama menyediakan 100 % modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola, seandainya kerugian tersebut akibat kecurangan atau kelalaian
pengelola, maka pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Sudarsono mengatakan juga bahwa mudharabah berasal dari kata
adhdharbu fi asdhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh
yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti alqoth’u (potongan), karena
pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
sebagian keuntungan. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal, selama
kerugian itu akibat si pengelola, si pengelola harus bertanggungjawab atas
kerugian tersebut.
Dalam pembiayaan Bank Syariah dan BMT, mudharabah merupakan
suatu bentuk kerjasama usaha yang terjadi dengan satu pihak sebagai
penyedia modal sepenuhnya dan pihak lainnya sebagai pengelola agar
keduanya berbagi keuntungan menurut kesepakatan bersama dengan
kesanggupan untuk menanggung resiko. Bagian keuntungan yang disepakati
itu harus berbentuk prosentase (nisbah) dan yang berasal dari kesepakatan
kedua belah pihak. Akan tetapi jika terjadi kerugian yang ditimbulkan dari resiko
bisnis dan bukan gara-gara kelalaian pengusaha, maka pemilik modal akan
menanggung kerugian modal itu seluruhnya (100 %) dan pengusaha terkena
kerugian dari kehilangan seluruh tenaga dan waktunya atau 0 % modal.
Pembagian kerugian ini didasarkan pada kemampuan menangung kerugian
masing-masing yang tidak sama.
Pada konsepnya, menurut Saeed (2003 : 105) mudharabah
menggunakan prinsip bagi untung rugi yang dianggap merupakan konsekuensi
dari adanya ketidakpastian dalam kontrak investasi. Akan tetapi, menurut
Abdullah Saeed, pada kenyataannya bank Islam (bank Syariah, istilah yang

47
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

digunakan di Indonesia) hampir menghilangkan karakter ketidaktentuan hasil


usaha dalam kontrak mudharabah, melalui berbagai pertimbangan.
Praktek kontrak mudharabah hampir sama dengan bisnis beresiko
rendah atau bisnis yang tidak beresiko. Oleh karenanya penerapan transaksi
mudharabah dalam perbankan Islam dinilai oleh Timur Kuran terdorong untuk
menggunakan “bunga yang disamarkan (thinly disguised interest)” atau dengan
kata lain bisa disebut dengan bunga yang direkayasa.
Perhitungan nisbah bagi hasil sangat dipengaruhi oleh tingkat resiko
yang mungkin terjadi. Semakin tinggi tingkat resikonya, akan semakin besar
nisbah bagi hasil dan sebaliknya. Oleh karenanya pengelola BMT harus selektif
dalam memilih usaha yang akan dibiayai. Biasanya pembiayaan Mudharabah
dapat dijalankan untuk proyek-proyek yang sudah pasti.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Makassar tepatnya di BMT
Ditha Anugerah Abadi yang berlokasi di Jalan Beruang No. 78 Makassar.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 orang nasabah
pembiayaan mudharabah. Sampel yang diambil sebanyak 50 orang nasabah.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Random (Non Probability)Sampling. Pengambilan sampel bukan secara acak
atau non random adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas
kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya
berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Sampelnya adalah nasabah
BMT Ditha Anugerah Abadi.
Penentuan besarnya sampel menggunakan Purposive Sampling, yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan pada ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Sampel pada penelitian ini adalah setiap nasabah
yang ditemui di kantor BMT selama 2 minggu pengamatan. Nasabah dimaksud
adalah yang datang melakukan transaksi dengan BMT sampai jumlahnya
cukup 50 orang.

Identifikasi Faktor dan Peubah Penelitian


Menurut Notoatmojo, Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

48
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, tingkat pendidikan,


pekerjaan, pengetahuan, dan sebagainya. Di dalam penelitian ini menggunakan
dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor produk, faktor agamadan
faktor kelas sosial.
2. Variabel terikat.
Variabel terikat adalah variabel yang terikat oleh variabel bebas, dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah pemahaman nasabah yang
dikondisikan pada 2 (dua) preferensi, yaitu: a) memahami secara baik
konsep mudharabah dan b) tidak memahami secara baik konsep
mudharabah.

Tabel 3.1. Rincian Cakupan Faktor dan Peubah Penelitian

Faktor Keterangan
Produk Penerapan produk sistem bagi hasil (X1), Pembiayaan dengan
(F1) bagi hasil (X2), Pembiayaan dengan bagi hasil lebih aman
(X3), Beda sistem konvensional dengan sistem syariah pada
bunga (X4)
Agama Alasan ajaran Islam (X5), Pengaruh ajaran Islam (X6), Produk
(F2) dengan istilah Islam (X7), Sistem bunga bertentangan dengan
ajaran Islam (X8)
Kelas Jenis pekerjaan atau usaha (X9), Tingkat pendidikan (X10)
Sosial
(F3)

Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data kualitatif yaitu
data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik, atau sifat
variabel. Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dari penelitian tersebut
maka teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik non
statistik yakni pengolahan data dengan tidak menggunakan analisa
statistik, melainkan dengan analisis kualitatif. Analis kualitatif pada
penelitian ini dilakukan secara induktif yakni pengambilan kesimpulan
umum berdasarkan hasil observasi yang khusus.

49
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

2. Analisis Data
Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner. Setelah data terkumpul, harus diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
menjadi penting, karena proses pengumpulan data penelitian seringkali
menuntut pembiayaan, waktu, tenaga yang tidak sedikit, tidak akan
berguna jika instrumen pengumpulan data penelitian tidak memiliki validitas
dan reliabilitas yang tinggi.
Selanjutnya untuk menjawab masalah penelitian sekaligus
membuktikan hipotesis yang diajukan dilakukan analisis faktor. Analisis
Faktor digunakan untuk mereduksi 16 sub peubah kedalam 5 faktor yang
mempengaruhi pemahaman nasabah BMT tentang akad mudharabah.
Dari hasil analisis faktor, ditentukan satu atau lebih sub peubah
yang dianggap layak sebagai faktor dengan kriteria berdasarkan eigen
value yang lebih besar atau sama dengan satu. Untuk mengetahui peranan
masing-masing peubah ditentukan oleh besarnya factor loading dari
masing-masing peubah, dimana peubah yang memiliki peranan utama
akan memiliki factor loading terbesar.
Menurut Malhotra (1993 : 620), analisis faktor adalah serangkaian
prosedur yang digunakan untuk mengurangi dan meringkas data. Model
analisis faktor adalah sebagai berikut :
XI = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ….. + AimFm + ViUi
dimana :
Xi = standarisasi peubah ke i
Aij = standarisasi koefisien regresi berganda peubah i pada common
factor j.
F = faktor umum
Vi = standarisasi koefisien regresi peubah i pada faktor khusus (unique)
i.
Ui = faktor khusus bagi peubah i.
m = jumlah dari faktor-faktor yang umum
Faktor-faktor yang khusus (unik) itu tidak berhubungan satu sama
lain, juga tidak ada korelasinya dengan faktor-faktor umum. Faktor-faktor
umumnya sendiri dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari peubah-
peubah yang dapat diamati, yaitu
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …. + WikXk

50
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dimana
Fi = estimasi faktor ke i.
W i = bobot atau koefisien nilai faktor
K = jumlah peubah
Tahapan dalam analisis faktor terdiri dari:
1. Formulasi permasalahan
Beberapa kegiatan dalam formulasi permasalahan meliputi, identifikasi
tujuan analisis faktor. Peubah-peubah yang akan dilakukan reduksi
dalam analisis faktor harus didasarkan pada penelitian terdahulu.
2. Menyusun matriks korelasi
Proses analisis faktor didasarkan pada korelasi antar peubah atau
objek. Faktor yang dibentuk atau diestimasikan adalah peubah-peubah
atau objek-objek berkorelasi signifikan. Namun demikian seringkali
tidak mudah untuk mengidentifikasi signifikansi korelasi antar peubah.
Oleh karena dimungkinkan peubah yang satu dengan yang lainnya
saling berkorelasi tidak hanya dengan dua peubah, namun bisa lebih
dari dua peubah atau objek.
Metode statistik dapat digunakan untuk membantu menguji
model faktor yang dibentuk berdasarkan korelasi antar peubah. Uji
yang sering digunakan adalah KMO (Keiser-Meyer-Olkin) atau
Bartlett’s Test. Pengujian ini didasarkan pada matriks korelasi. Matriks
korelasi dalam analisis faktor harus merupakan matriks identitas.
Dalam matriks identitas, seluruh diagonal matriks adalah satu,
sedangkan off-diagonal sama dengan nol. Nilai KMO yang rendah
menunjukkan bahwa analisis faktor tidak dapat untuk digunakan.
Secara empiris besarnya KMO minimal 0,5. Bila KMO dibawah 0,5,
maka penelitian tersebut tidak semestinya menggunakan analisis
faktor. KMO tersebut dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

rij2
i j
KMO
r2 aij2
j i j i

3. Metode Ekstraksi Dalam Analisis Faktor


Dalam analisis faktor harus ditentukan metode yang akan digunakan.
Dua metode dasar yang bisa digunakan dalam analisis faktor, yakni
Principal Components Analysis dan Common Factor Analysis. Pada
Principal Components Analysis digunakan untuk menentukan jumlah

51
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

faktor minimal dengan varians maksimal, sehingga menghasilkan faktor


yang disebut Principal Components. Sedangkan pada Common Factor
Analysis faktor yang diestimasikan didasarkan pada Common
Variance. Hasil bagi antara Eigen Values dengan jumlah faktor yang
dibentuk menghasilkan variance.
Beberapa metode yang bisa digunakan untuk ekstraksi faktor
umum (Common Factor), antara lain adalah Principal Component.
Dalam metode ini diagonal matriks korelasi diganti dengan
Communality. Proses ini dilakukan berulang-ulang sampai besarnya
angka komunaliti tidak mengalami perubahan. Komunaliti dapat dicari
dengan formulasi sebagai berikut:
Xi = b1F1 + b2F2 + …….. + bnFn + e
m
Var Xi Var ijFj Var ei
j 1

F dan e tidak berkorelasi


Selain menggunakan metode di atas bisa pula menggunakan metode
lain. Metode tersebut antara lain Unweighted Least Square Procedur,
Maximum Likelihood.
4. Menentukan Jumlah Faktor
Pertanyaan yang muncul dalam analisis faktor adalah dari sejumlah
peubah yang direduksi akan menjadi beberapa faktor.
5. Rotasi Faktor
Salah satu keluaran (output) yang penting dalam analisis faktor adalah
matriks faktor (Factor matrix) atau sering disebut dengan Factor Pattern
Matrix. Faktor matriks ini tidak lain adalah koefisien atau disebut factor
loading, yang mencerminkan korelasi antara peubah dengan faktor
yang dibentuk. Nilai loading factor yang tinggi menunjukkan peubah
dengan faktor berkorelasi tinggi.
Hasil proses analisis faktor selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan regresi linier berganda untuk menguji ada tidaknya pengaruh
faktor-faktor yang terbentuk terhadap pemahaman nasabah tentang konsep
mudharabah.Teknik statistik analisis faktor serta model regresi berganda
diolah menggunakan komputer melalui program SPSS Ver 18.

52
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Responden Penelitian


Ciri responden yang dianalisis meliputi: jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan formal, status keluarga, dan jenis pekerjaan/usaha.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-Laki 36 72,0 72,0 72,0
Perempuan 14 28,0 28,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa responden laki-
laki sebanyak 36 orang atau 72% dan responden perempuan sebanyak 14
orang atau 28%. Dengan demikian, responden penelitian didominasi oleh
nasabah berjenis kelamin laki-laki, ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat akan produk pembiayaan dan jasa keuangan yang ditawarkan
melalui BMT cukup menyebar di antara semua kelompok responden.

Tabel 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Tamat 1 2,0 2,0 2,0
SD
SD 1 2,0 2,0 4,0
SMP Sederajat 8 16,0 16,0 20,0
SMA Sederajat 20 40,0 40,0 60,0
Sarjana 20 40,0 40,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan
responden menyebar pada 5 tingkatan. Dominasi responden pada tingkat
pendidikan SMA sederajat dan sarjana yang masing-masing terdapat 20 orang
atau masing-masing sebesar 40%. Hal ini memungkinkan adanya tingkat
pemahaman yang juga bervariasi pada berbagai tingkat pendidikan responden
penelitian.

53
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Karakteristik berikutnya yang digambarkan adalah tingkat umur


responden. Hal ini dapat menunjukkan variasi tingkat kematangan seseorang,
termasuk potensi yang dimiliki dalam memahami konsep mudharabah BMT.
Responden berdasarkan umur ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Tingkat Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 20 Tahun 6 12,0 12,0 12,0
21 - 34 Tahun 13 26,0 26,0 38,0
35 - 40 Tahun 19 38,0 38,0 76,0
41 - 54 Tahun 7 14,0 14,0 90,0
> 54 Tahun 5 10,0 10,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa umumnya responden
termasuk dalam kategori usia produktif antara 20 sampai 54 tahun. Jumlah
kumulatifnya mencapai 90%. Hal ini dapat dimaknai bahwa nasabah BMT
adalah orang yang memang diyakini produktif dan memiliki aktivitas ekonomi
yang layak memperoleh fasilitas pembiayaan dari BMT.
Karakteristik selanjutnya adalah bidang pekerjaan, yang dapat
menggambarkan adanya variasi kelompok nasabah pada berbagai bidang
pekerjaan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 15 30,0 30,0 30,0
Karyawan 11 22,0 22,0 52,0
Pedagang 15 30,0 30,0 82,0
Kecil
Pengusaha 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Sumber : Lampiran 3
Tabel tersebut di atas dapat menggambarkan bahwa nasabah BMT
adalah kelompok masyarakat pada berbagai bidang pekerjaan yaitu PNS

54
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

sebanyak 30%, karyawan swasta 22%, pedagang kecil 30%, dan kelompok
pengusaha 18%. Berbagai bidang pekerjaan ini menunjukkan bahwa semua
kelompok aktivitas ekonomi dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan dari
BMT.

Analisis Hasil Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas


Sebelum dilakukan analisis data secara statistik, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
Tabel 4.17 Uji Validitas Item Pertanyaan Kuesioner
Faktor Item r Hitung r Tabel Validitas
Pertanyaan
F1 X1 0,918 Valid
X2 0,894 0.282 Valid
X3 0,814 Valid
X4 0,815 Valid
F2 X5 0,751 Valid
X6 0,817 0.282 Valid
X7 0,821 Valid
X8 0,674 Valid
F3 X9 0.854 0.282 Valid
X10 0.747 Valid
Sumber: Lampiran 5

Seluruh peubah yang berjumlah 10 item data memiliki validitas yang


tinggi (r-hitung > r-tabel) meliputi: faktor produk yang mengkonfirmasikan
peubah pengaruh Penerapan produk sistem bagi hasil (X1), Pembiayaan
dengan bagi hasil (X2), Pembiayaan dengan bagi hasil lebih aman (X3), Beda
sistem konvensional dengan sistem syariah pada bunga (X4). Selanjutnya
faktor agama yang mengkonfirmasikan peubah Alasan ajaran Islam (X5),
Pengaruh ajaran Islam (X6), Produk dengan istilah Islam (X7), Sistem bunga
bertentangan dengan ajaran Islam (X8), faktor kelas sosial yang
mengkonfirmasikan peubah Jenis pekerjaan atau usaha (X10), Tingkat
pendidikan (X10). Kesimpulannya hasil uji validitas dari 10 item data tidak
terdapat item data yang gugur (tidak valid), sehingga seluruhnya layak untuk
dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya perhitungan reliabilitas memberikan hasil
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,846, nilai ini lebih besar dari 0,6 yang

55
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

berarti data yang digunakan memenuhi persyaratan tingkat kehandalan


(reliabilitas) yang tinggi (Malhotra 1993).

2. Analisis Faktor
Untuk menguji model fit analsis faktor, digunakan nilai Determinant
Rotated Component Matrix (RCM), Keyser-Meyer-Olkin (KMO), dan Uji Barlett.
Dari hasil penelitian nilai KMO = 0,721 ini berarti bahwa jumlah sampel yang
digunakan memenuhi syarat kecukupan.

KMO and Bartlett's Test(a)


Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,721
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 323,240
df 45
Sig. ,000
a Based on correlations

Selanjutnya akan dilakukan pula uji tingkat peluang kesalahan dengan


menggunakan uji Barlett. Apabila uji Barlett mempunyai tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka dapat dipandang mempunyai tingkat peluang
kesalahan yang kecil. Hasil penelitian nilai Barlett = 323,240 dengan tingkat
signifikansi 0,00. Ini berarti bahwa tingkat peluang kesalahan kecil.

Tabel 4.18 Hasil Analisis RCM


Rotated Component Matrix(a)
Rescaled
Component
1 2 3
X1 ,894 ,275 ,033
X2 ,902 ,246 ,165
X3 ,890 -,048 -,106
X4 ,835 ,027 ,305
X5 -,262 ,601 ,092
X6 ,484 ,724 ,152
X7 ,145 ,795 ,271
X8 ,172 ,768 ,002
X9 ,290 -,475 ,677
X10 ,248 ,229 ,923
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a Rotation converged in 5 iterations.

56
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Berdasarkan tabel output SPSS tersebut dapat diketahui peubah-


peubah yang bersyarat menjadi faktor. Analisis faktor menunjukkan ada tiga
faktor terbentuk dengan peubah pembentuk masing-masing adalah faktor 1
dibentuk oleh peubah X1, X2, X3, dan X4, kemudian faktor 2 dibentuk oleh
peubah X5, X6, X7, dan X8 sedangkan faktor 3 dibentuk oleh peubah X9 dan
X10.

3. Analisis Regresi Linier Berganda


Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketiga faktor yang
terbentuk dari 10 peubah independen maka analisis selanjutnya adalah analisis
regresi berganda. Berdasarkan pengolahan data menggunakan perangkat
SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.19 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda
Koefisien t hitung Signifkansi Determinasi
2
(β) (p) (r )
Constant 0,755 1,006 0,320
Faktor 1 0,344 2,124 0,039 0,202
Faktor 2 0,477 3,484 0,001 0,331
Faktor 3 0,019 0,157 0,876 0,015
2
R = 0,765 R = 0,585
Fhitung = 21,592 Sig. = 0,000
Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa semua faktor yang


dimasukkan dalam model analisis memiliki hubungan yang searah, ditunjukkan
oleh nilai koefisien beta yang bernilai positif. Hal ini dapat diartikan bahwa jika
faktor 1 (produk), faktor 2 (agama), dan faktor 3 (kelas sosial) baik maka
pemahaman nasabah juga baik. Secara simultan, ketiga faktor memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap pemahaman nasabah, dibuktikan dari
nilai Fhitung sebesar 21,592 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang
berarti pengaruh faktor produk, faktor agama, dan faktor sosial terhadap
pemahaman nasabah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan
demikian hipotesis pertama terbukti.
Tingkat keeratan hubungan ketiga faktor (faktor produk, faktor agama,
dan faktor kelas sosial) terhadap pemahaman nasabah termasuk kategori kuat
karena nilai R (korelasi) sebesar 0,765 lebih mendekati 1 sedangkan tingkat
2
determinasi yang dilambangkan oleh R sebesar 0,585 menunjukkan besarnya
andil faktor produk, faktor agama, dan faktor kelas sosial terhadap pemahaman
nasabah adalah sebesar 58,5% sedangkan sisanya sebesar 41,5% disebabkan
oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis.

57
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Analisis secara parsial menunjukkan bahwa dari tiga faktor yang


dimasukkan dalam model hanya ada dua faktor yang berpengaruh positif dan
signifikan yaitu faktor produk dengan nilai t-hitung sebesar 2,124 dan
signifikansi 0,039 (p<0,05) dan faktor agama dengan nilai t-hitung sebesar
3,484 dan signifikansi 0,001 (p<0,05) sementara untuk faktor kelas sosial
pengaruhnya positif tetapi tidak signifikan. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemahaman
nasabah adalah faktor 2 yaitu faktor agama, dilihat dari nilai t hitung paling
2
besar. Sumbangan efektif ketiga faktor dapat dilihat dari r parsial, untuk faktor
produk memberikan sumbangan efektif terhadap pemahaman nasabah sebesar
20,2%, faktor agama dengan sumbangan efektif sebesar 33,1% dan faktor
kelas sosial sebesar 1,5%. Dengan demikian hipotesis kedua juga dapat
dibuktikan.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa :
1. Faktor produk, faktor agama, dan faktor kelas sosial memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap pemahaman nasabah BMT tentang konsep
mudharabah. Ketiga faktor tersebut memiliki tingkat korelasi yang kuat
terhadap pemahaman nasabah dengan tingkat determinasi sebesar 58,5%.
Hal ini berarti bahwa ketiga faktor tersebut merupakan faktor penentu yang
dapat membantu nasabah dalam memahami konsep sistem mudharabah.
2. Secara parsial, terdapat satu faktor yang tidak siginfikan pengaruhnya
terhadap pemahaman nasabah, sedangkan dua faktor lainnya yaitu faktor
produk dan faktor agama memiliki pengaruh positif yang signifikan.
Sumbangan efektif ketiga faktor adalah: faktor agama memberi andil efektif
sebesar 20,2% terhadap pemahaman nasabah, faktor agama dengan
sumbangan efektif sebesar 33,1%, dan faktor tiga hanya sebesar 1,5%.
berdasarkan uji parsial diketahui bahwa faktor agama merupakan faktor
yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemahaman nasabah.

B. Saran-saran
1. Bahwa dalam memberikan suatu layanan pembiayaan mudharabah dengan
suatu akad, pihak BMT perlu lebih meningkatkan atau mengintensifkan
dalam menjelaskan maksud akad tersebut, termasuk mengenai prosedur
pengelolaan modalnya, pembuatan laporannya, dan juga pengertian bagi
hasilnya secara lebih terperinci, sehingga lebih memudahkan bagi nasabah
untuk melakukan hak dan kewajibannya dengan benar. Bisa juga diberikan

58
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

tambahan fasilitas pendampingan / bimbingan bagi nasabah yang


membutuhkan.
2. Diperlukan upaya secara eksternal untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya yang beragama Islam tentang konsep keuangan
syariah. Sosialisasi tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah maupun
pemuka agama dengan memberikan penjelasan dari sisi syar‟i tentang
konsep perbankan syariah, prospek, manfaat, dan hukum atau dalil-dalil
yang mendukung.

DAFTAR PUSTAKA
Abd. Madjid, Baihaqi (Ed). 2000. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistim
Syariah : Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT, PINBUK, Jakarta.
Amiruddin. 2003. Studi Perbandingan Pelaksanaan Prinsip Mudarabah pada
Koperasi Pondok Pesantren al-Muslim dan Lembaga Keuangan
Syariah PT Bank Perkreditan Syariah al-Mabrur Ponorogo, Tesis MSI
UII, Yogyakarta.
Choudhury, Masudul Alam. 1986. Contributions to Islamic Economic Theory : a
Study in Social Economics, New York : St. Martin‟s Press.
Dahlan, Ahmad. 2002. Implementasi Pembiayaan Mudarabah di BMT Mentari
Bina Artha Tegal: Studi Kasus Tahun 1996-2001, Tesis MSI UII,
Yogyakarta.
Hikmatullah. 2003. Mudarabah Suatu Sistim Ekonomi Alternative tanpa Riba :
Studi tentang Perspektif Islam Terhadap Ekonomi , MSI UII,
Yogyakarta.
Ibrahim, M. Anwar. 2006. Konsep Profit dan Loss Sharing System Menurut
Empat Madzhab. Makalah tidak diterbitkan.
Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah,
Cet.1, UII Press, Yogyakarta.
Kuntowijoyo. 2001. Seputar Perkembangan Sejarah Umat dalam Muslim Tanpa
Masjid, Mizan, Bandung.
Muhammad. 2003. Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

59
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN


EKONOMI SULAWESI SELATAN

Oleh:
Muhammad Rusydi
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penanaman modal dalam negeri


(PMDN), ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan terhadap pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Selatan, sekaligus menjelaskan faktor yang dominan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Penelitian
menggunakan data sekunder berupa data-data tentang Produk Domestik
Regional Bruto, data Penanaman Modal, Ekspor, Pariwisata, dan Jumlah
Perusahaan yang seluruhnya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil
pengujian secara parsial maupun simultan, Penanaman Modal Dalam Negeri,
Ekspor, Pariwisata dan Jumlah Perusahaan Disektor Industri berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro.
Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah.
Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu
bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja
bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih
kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya
pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas,
perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan
jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha
menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi
pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dengan adanya mekanisme penanaman modal merupakan langkah
awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga halnya dengan investasi
yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya
menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha
menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju

60
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga
investasi asing.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui GNP ( Gross
National Product ) dapat juga dijadikan indikator atas laju perekonomian
nasional yang dalam hal ini menyangkut efektifitas dari tingkat investasi alam
maupun luar negeri.
Sulawesi Selatan dinilai sangat strategis dan berpotensi untuk
mencapai target pertumbuhan investasi guna memenuhi kebutuhan dana
tersebut peran sektor swasta sangat besar, lebih kurang 75% dari dana yang
ada dan sisanya disediakan oleh pemerintah. Hampir 50% dari investasi swasta
ditanamkan pada sektor industri, sebab berdasarkan dari data yang ada sektor
industri merupakan alternatif pertama dengan asumsi mampu mendatangkan
keuntungan yang relatif besar.

Rumusan Masalah

1. Apakah penanaman modal dalam negeri (PMDN), ekspor, pariwisata, dan


jumlah perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Selatan ?
2. Faktor apakah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Selatan ?

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini
mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan
idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia
dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses,

61
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu


“proses” bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat
aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya
pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”.
Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya
apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita
bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi
dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang
cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang
meningkat (Boediono, 1992:1-2).

Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan


Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori
Harrod-Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:
1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P per
tahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat
yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan
masyarakat S = sQ; bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ∆K.
Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka
dari output disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian di
investasikan. Dengan begitu, maka terjadi penambahan stok kapital (Boediono,
1992: 81-82).

Teori Pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar


Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori HarrodDomar
ini mempunyai asumsi yaitu:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)

62
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output


ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-
output ratio = ICOR).
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan
stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-
output (COR).
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian
harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output
totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka
semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2004:64-67).

Teori Investasi
Investasi adalah penambahan barang modal secara netto yang positif.
Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi riil dan investasi
finansial. Yang dimaksud dengan investasi riil adalah investasi terhadap
barangbarang tahan lama (barang-barang modal) yang akan digunakan dalam
proses produksi. Sedangkan investasi finansial adalah investasi terhadap surat-
surat berharga, misalnya pembelian saham, obligasi, dan surat bukti hutang
lainnya.
Pertimbangan-pertimbangan utama yang perlu dilakukan dalam
melakukan (memilih) suatu jenis investasi riil adalah tingkat bunga pinjaman
yang berlaku (i), tingkat pengembalian (rate or return), dari barang modal, dan
prospek (harapan berkembang) proyek investasi (Guritno, 1998: 81).
Arus sumber-sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua
bentuk. Yang pertama adalah penanaman modal asing yang dilakukan pihak
swasta (private foreign investment) dan investasi portofolio, terutama berupa
penanaman modal asing ”langsung” yang biasanya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan raksasa multinasional. Disamping itu, terdapat pula arus
permodalan serupa dari bank-bank swasta internasional, yang dana
investasinya berupa portofolio (Todaro, 2000: 156).

Pariwisata
Menurut Herman V. Schulalard seorang ahli ekonomi, bangsa Austria
dalam tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:
“Menurut pendapatnya yang dimaksudkan dengan kepariwisataan adalah
sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan
perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya

63
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu negara,


kota atau daerah” (Oka, 1996).

Industri
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang
kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih
dekat kepada pemakaian terakhir.
Menurut Dumairy, industri mempunyai dua pengertian, yaitu : Pertama,
industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam
konteks ini misalnya, industri kosmetika berarti himpunan perusahaan-
perusahaan penghasil kosmetika; industri tekstil maksudnya himpunan pabrik
atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat menuju pada suatu sektor
ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan
mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu
sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari satu
variabel terikat yaitu Pertumbuhan Ekonomi dan empat variabel bebas yaitu
Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor, Pariwisata dan Jumlah Perusahaan
Disektor Industri. Data sekunder ini bersumber dari Badan Pusat Statistik dan
Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan.

Definisi Variabel.
1. Pertumbuhan ekonomi
Adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian di suatu daerah tertentu. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan dalam bentuk
Juta Rp per tahun.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Adalah keseluruhan Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah disetujui
oleh pemerintah menurut kegiatan sektor ekonomi di Sulawesi Selatan.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan
tahunan dan dinyatakan dalam bentuk Juta Rp per tahun.

64
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3. Ekspor
Adalah jumlah keseluruhan ekspor barang dan jasa ke luar wilayah
pabean di Sulawesi Selatan. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan dalam bentuk
Juta Rp per tahun.
4. Pariwisata
Adalah keseluruhan jumlah pendapatan dari wisatawan Asing dan
Domestik yang datang ke Propinsi Sulawesi Selatan yang dihitung dari
banyaknya jumlah wisatawan yang menginap di hotel, baik hotel
berbintang maupun non bintang. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Dinas
Pariwisata Sulawesi Selatan berdasarkan perhitungan tahunan dan
dinyatakan dalam bentuk Juta per tahun.
5. Jumlah Perusahaan Disektor Industri
Adalah jumlah keseluruhan jumlah perusahaan disektor industri yang
ada di Sulawesi Selatan. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan dalam bentuk
Unit per tahun.

Metode Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi Produk Domestik Regional
Bruto = f (PMDN, Ekspor, Pariwisata dan Jumlah Perusahaan Disektor Industri),
maka persamaan regresi adalah :

Y = β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 1993 (Juta Rp)
X1 = Penanaman Modal Dalam Negeri (Juta Rp)
X2 = Ekspor (Juta Rp)
X3 = Pariwisata (Juta Rp)
X4 = Jumlah Perusahaan Disektor Industri (Unit)
β0 = Konstanta regresi
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
e = Kesalahan pengganggu

65
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang
merupakan data tahunan, yang dimulai dari tahun 1990 sampai tahun 2004.
Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Selatan disini menggunakan data PDRB sebagai variabel
dependen (variabel tidak bebas) untuk mewakili pertumbuhan ekonomi.
Variabel independen terdiri dari PMDN, ekspor, pariwisata, dan jumlah
perusahaan disektor industri.

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian


Tahun Pertumbuhan PMDN Expor Pariwisata Jumlah
Ekonomi (X1) (X2) (X3) Perusahaan
(X4)
1998 -5,33 4.567.449 9.667.818 1.821.346 240.704
1999 2,84 4.867.513 10.115.219 1.997.212 240.772
2000 4,89 5.010.772 10.552.453 2.122.516 240.753
2001 4,97 5.242.415 11.021.525 2.251.264 240.877
2002 4,61 5.662.476 12.217.477 2.333.603 241.885
2003 5,39 5.842.518 12.975.670 2.418.257 240.775
2004 5,28 6.215.274 14.215.814 2.504.740 240.772
2005 6,05 6.354.151 14.673.037 2.559.315 240.818
2006 6,72 6.504.573 17.228.618 2.664.164 240.821
2007 6,34 7.290.747 18.646.565 2.798.947 241.332
2008 7,78 7.882.632 20.472.715 2.979.055 248.274
Sumber Data : Badan Pusat Statistuk Sulawesi Selatan, 2010
Keterangan :
Y : PDRB (Juta Rupiah)
X1 : PMDN (Juta Rupiah)
X2 : Ekspor (Juta Rupiah)
X3 : Pariwisata (Juta Rupiah)
X4 : Jumlah perusahaan disektor industri (Unit)

Data PDRB yang digunakan adalah PDRB riil atau berdasarkan tahun
dasar. Sedangkan, Data PMDN, Data Ekspor, Data Pariwisata, dan Data
Jumlah perusahaan disektor industri menggunakan data pertahun.
Dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari
kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan.
Data PDRB, Data PMDN, Data Ekspor, Data Pariwisata, dan Data Jumlah

66
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

perusahaan disektor industri diperoleh dari Statistik Sulawesi Selatan dari


berbagai edisi yang diterbitkan oleh BPS.

Analisis Ekonomi
LY = β0 + β1LX1 + β2LX2 + β3LX3 + β4LX4 + e
LY = 3,373714 + 0,076583LX1 + 0,018497LX2 + 0,216146LX3 +
0,362358LX4 + e

1. Penanaman Modal Dalam Negeri


Hasil analisis menunjukkan bahwa Penanaman Modal Dalam
Negeri secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Tidak signifikannya
Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan lebih disebabkan karena investasi yang dilakukan
oleh Penanaman Modal Dalam Negeri tersebut nilainya masih relatif
rendah. Kebanyakan investasi yang dilakukan hanya pada industri
kecil, jadi keuntungan yang diperoleh tidak terlalu besar dan tingginya
biaya yang harus dibayar oleh Investor untuk berinvestasi di Propinsi
Sulawesi Selatan karena panjangnya prosedur yang harus ditempuh
investor, serta biaya birokrasi yang masih tinggi. Oleh karena itu
Pemerintah propinsi Sulawesi Selatan seyogianya menyederhanakan
prosedur investasi agar minat investor untuk menanamkan
investasinya di wilayah ini semakin besar.

2. Ekspor
Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor secara statistik
positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Selatan. Tidak signifikannya ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sulawesi Selatan, ini lebih disebabkan karena tidak semua industri
melakukan ekspor, ekspor hanya dilakukan oleh industri-industri besar
saja atau ekspor tidak semuanya diserap pada industri yang memberi
akses pada masyarakat sehingga konsumsi masyarakat pun tidak
terdorong. Masih kecilnya ekspor netto menunjukkan bahwa ekspor
belum memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi. Selain itu masih banyaknya pungutan yang
ditentukan melalui peraturan daerah dalam rangka mencapai target
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga mengganggu dan
meningkatkan biaya tambahan bagi para pengusaha di daerah-daerah.
Serta banyaknya pungutan-pungutan liar di pelabuhan yang makin
mempersempit marjin keuntungan para pengusaha serta tidak

67
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

profesionalnya pelayanan di pelabuhan (kemampuan bongkar - muat


kontainer rendah dan terminal handling cost tinggi).

3. Pariwisata
Hasil analisis menunjukkan bahwa pariwisata secara statistik
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
Sektor pariwisata mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Propinsi
Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil uji statistik, variabel pariwisata
secara statistik positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan sebesar 0,216146 berarti sesuai dengan hipotesa
awal. Artinya setiap kenaikan pariwisata sebesar 1% mengakibatkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Selatan sebesar
0,216146%. Adanya kenaikan peranan sektor pariwisata maka akan
menaikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Selatan.
Pengembangan kepariwisataan sangat erat hubungannya dengan
potensi daerah dari segi perekonomian maupun dari segi sosial
budaya. Dalam hubungannya dengan ekstensifikasi penerimaan
pendapatan asli daerah sektor pariwisata dapat merupakan salah satu
alternatif bagi daerah yang memiliki potensi pariwisata kiranya sangat
tepat untuk dikembangkan serta diupayakan ekstensifikasi dalam upaya
meningkatkan pendapatan asli daerah. Perkembangan kepariwisataan
pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan
memanfaatkan obyek wisata seperti, misalnya kekayaan alam yang
indah, keragaman tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah
dan kepurbakalaan. Apabila hal tersebut dipadukan dengan usaha jasa
dan pariwisata seperti biro perjalanan, penyediaan akomodasi dan
transportasi yang memadai, akan memberikan hasil yang optimal dan
selanjutnya dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap
pemerintah.

Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Domestik merupakan


faktor penting dalam memberikan kontribusi yang positif di dalam dunia
pariwisata. Perkembangan dan kemajuan obyek wisata dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung, karena dari sisi
operasionalnya pengembangan maupun perawatan obyek wisata didapatkan
dari besarnya pendapatan yang diperoleh dari pemungutan retribusi. Semakin
banyak jumlah wisatawan yang berkunjung maka jumlah retribusi yang
dibayarkan akan semakin besar, sehingga akan meningkatkan jumlah
pendapatan daerah. Pengembangan bidang pariwisata perlu mendapatkan
perhatian khusus bagi pemerintah daerah karena ini merupakan salah satu

68
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

asset daerah yang mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah


(PAD) maupun pembentukan (PDRB).

4. Jumlah Perusahaan Disektor Industri


Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah industri secara statistik
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil uji statistik, variabel jumlah perusahaan disektor industri
secara statistik positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Selatan sebesar 0,362356 berarti sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap
kenaikan jumlah perusahaan disektor industri sebesar 1% mengakibatkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Selatan sebesar
0,362356%. Industri berperan besar dalam perluasan kesempatan berusaha,
kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan. Adanya industri tersebut juga
akan mengurangi jumlah penganguran. Sehingga sektor industri makin efektif
menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Simpulan

1. Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel pariwisata


berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan.
2. Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel jumlah
perusahaan disektor industri berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
3. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel
Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor, Pariwisata dan Jumlah
Perusahaan Disektor Industri signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan.

Implikasi
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka
implikasi kebijaksanaan yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah :
1. Dalam penelitian ini variabel Pariwisata memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya
upaya peningkatan pendapatan daerah yang tercermin pada pendapatan
pariwisata. Untuk itu pemerintah hendaknya mengupayakan agar
pendapatan pariwisata setiap tahun meningkat. Maka dengan ini pariwisata
dapat memberikan peningkatan pendapatan di Sulawesi Selatan, agar
tercipta pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

69
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

2. Dalam penelitian ini variabel Jumlah Perusahaan Disektor Industri memiliki


pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka
dengan ini jumlah perusahaan disektor industri dapat memberikan
peningkatan pendapatan di Sulawesi Selatan, agar tercipta pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah
Sulawesi Selatan adalah meningkatkan jumlah perusahaan disektor industri
yang ada sehingga nantinya akan memperluas kesempatan kerja dan akan
meningkatkan kegiatan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Statistik Indonesia berbagai edisi. Sulawesi Selatan: Badan Pusat
Statistik.
______, Statistik Pariwisata berbagai edisi. Sulawesi Selatan: Dinas Pariwisata
Sulawesi Selatan.
Arsyad, Lincolyn. (2004), Ekonomi Pembangunan, Sulawesi Selatan, STIE
YKPN. Boediono (1992), Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE,
Sulawesi Selatan.
Gujarati, Damodar. (1995), Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta,
Jhingan. (2000), Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta, Rajawali
Press.
Mangkoesoebroto, Guritno. (1998) Teori Ekonomi Makro, Sulawesi Selatan,
STIE YKPN
Samuelsen, Paul A & William D. Nordhaus, (1993), Makro Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.
Todaro, Michael. (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta,
Erlangga.

70
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

EFISIENSI USAHATANI BUDIDAYA KOLAM AIR TAWAR


DI KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

Oleh:

Naidah
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi budidaya ikan kolam


air tawar di Kabupaten Gowa sehingga dapat diestimasi kelayakan
ekonomi budidaya kolam air tawar. Penelitian menggunakan data primer
dan sekunder, analisis data dilakukan melalui perhitungan R/C ratio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya kolam air tawar
yang dilakukan oleh masyaraka Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan
dari nilai R/C ratio sebesar 13,61 yang berarti usahatani tersebut berada
pada tingkat yang menguntungkan. Pendapatan yang diterima pada
umumnya tergolong sedang yang ditunjukkan oleh jumlah responden
yang memiliki pendapatan antara Rp. 39.145.000 – 149.793.750
sebanyak 80 % responden.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat
saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan pada berbagai sektor
kehidupan, yang tujuan akhirnya adalah terciptanya suatu masyarakat yang
sejahtera dan makmur baik material maupun spritual. Tak dapat dipungkiri
bahwa selama 65 tahun negara merdeka telah melaksanakan pembangunan
dan banyak kemajuan yang dicapai walaupun hal itu masih belum merata untuk
semua wilayah di Republik ini. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
ketimpangan sektoral maupun ketimpangan regional yang mengarah kepada
terciptanya disintegrasi bangsa dan perpecahan dalam masyarakat.
Pembangunan pertanian, khususnya pada sub sektor perikanan
merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Prioritas ini penting,

71
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

mengingat saat ini dan di masa mendatang, pembangunan sektor pertanian


masih menduduki posisi yang amat strategis karena dapat dianggap sebagai:
a. Katalisator pembangunan, sektor pertanian dapat digunakan untuk
menutup kekurangan pertumbuhan perekonomian agar tidak negatif, sebab
sektor pertanian dapat lebih bertahan dibanding dengan sektor lain.
b. Stabilisator harga dalam perekonomian, barang-barang hasil pertanian
terutama tanaman pangan merupakan kebutuhan pokok rakyat sehingga
dengan menjaga stabilitas harganya diharapkan harga barang lain akan
terkendali dengan baik.
c. Sumber devisa non migas, harga migas yang tidak stabil bahkan cenderung
menurun mengganggu sektor penerimaan neraca pembayaran dan salah
satu alternatif untuk meningkatkan sektor tersebut adalah dengan cara
menaikkan ekspor non migas terutama sektor pertanian maupun industri,
karena harga barang pertanian relatif stabil dibanding harga migas (Sri
Rejeki, 2006).
Melihat potensi yang dimiliki Kabupaten Gowa cocok untuk
pengembangan Budidaya Air Kolam Tawar, dan hal inilah yang mendorong
penulis untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh tentang prospek pengembangan
Budidaya Air Kolam Tawar di masa yang akan datang.

Rumusan Masalah
1. Sejauhmana efisiensi budidaya ikan kolam air tawar di Kabupaten
Gowa.
2. Apakah budidaya ikan kolam air tawar yang dilakukan dapat
meningkatkan pendapatan petani.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Usahatani
Usahatani sering diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan pada
tempat atau bagian dari permukaan bumi oleh seorang petani tertentu baik ia
sebagai seorang pemilik, penggarap, pemilik penggarap, dan penyakap.
Beberapa ahli mengemukakan beberapa pengertian usahatani diantaranya
adalah Mubyarto (1994) memberikan defenisi usahatani (farm) sebagai tempat
atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh
seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer
yang digaji. Lebih lanjut Mubyarto (1994) mengemukakan bahwa usahatani
adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan

72
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan yang didirikan di
atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam
maupun memelihara ternak.
Sementara itu, Menurut Bachtiar (1998) mendefenisikan usahatani
sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di
lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan
sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial,
baik yang terikat genologis, politis, maupun teritorial sebagai pengelolanya.

Pengertian Perikanan
Assauri (2005), memberikan pengertian perikanan sebagai sub sektor
pertanian merupakan salah satu sub sektor yang mempunyai cakupan luas,
tidak hanya proses penangkapan ikan dan keairan lainnya tetapi lebih jauh dari
itu meyangkut segala bentuk pengusahaan ikan dan binatang air lainnya
didarat.
Selain itu, adalah Mubyarto (1994), dalam buku “Pengantar Ekonomi
Pertanian”, memberikan definisi perikanan sebagai usaha penangkapan, budi
daya ikan serta pegolahan sampai kepemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa
perikanan sangatlah luas cakupannya, tidak hanya proses penangkapan dan
pembudidayaan saja tetapi sampai kepada aspek pengolahan dan
pemasarannya.
Selajutnya, menurut defenisi Dirjen Perikanan (2000) dalam Buku
Standar Perikanan Indonesia (2000) mengemukakan batasan perikanan
sebagai kegiatan ekonomi meliputi bidang penangkapan, budi daya
ikan/binatang dan tanaman air lainnya. Penangkapan yang dimaksudkan
adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan/binatang air lainnya,
tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebes dan bukan milik
perseorangan. Sedangkan budidaya dimaksudkan adalah kegiatan memelihara
ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan.

Pengertian Usaha budidaya kolam air tawar


Berdasarkan konsepsi di atas Mubyarto (1994) memberikan batasan
usaha budidaya kolam air tawar adalah himpunan dari sumber-sumber alam
yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti
tubuh tanah dan air. Perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar
matahari, bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha
budidaya kolam air tawar dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara
ternak.
Menurut Bachtiar (2000) mendefinisikan usaha budidaya kolam air tawar
sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di

73
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan


sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial,
baik yang terikat genologis, politis, maupun teritorial dalam masyarakat sebagai
pengelolanya.

Budidaya Air Tawar


Budidaya air tawar adalah salah satu subsektor perikanan budidaya
dan termasuk memiliki karakteristik yang cukup beragam dibandingkan dengan
subsektor perikanan budidaya laut dan budidaya air payau.
Budidaya air tawar dalam buku metodologi statistik perikanan budidaya terdiri
dari empat jenis budidaya yaitu budidaya kolam, budidaya karamba, budidaya
jaring apung dan budidaya sawah.
Budidaya kolam masih terbagi dalam dua jenis yaitu kolam air tenang
dan kolam air deras. Saat ini, juga sudah mulai banyak berkembang tidak
hanya kolam tanah dan kolam semen saja tapi sudah mulai pula berkembang
kolam dengan wadah terpal sehingga sering disebut kolam terpal.
Budidaya jaring apung berdasarkan definisinya, yaitu wadah yang terdiri
karamba jaring yang di apung dengan menggunakan jangkar di tiap sudutnya.
Namun pada perkembangannya muncul pula karamba jaring tancap, yang tiap
sudutnya ditancapkan tiang penyangga.
Budidaya karamba dan budidaya sawah relatif tidak banyak mengalami
perkembangan wadah yang digunakan, hanya mungkin yang berbeda adalah
teknologi dan bentuk/bahan wadahnya saja.

Konsep Produksi
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi
lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana
atau kapan komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa
yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi
berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah “komoditi” memang mengacu
pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengerahkan
modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan konsep arus (flow concept),
maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-
tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya (Miller dan Meiners, 2000:25 1).
Menurut Budiono (1992), produksi adalah usaha manusia untuk
menambah, mempertinggi atau mengadakan nilai atas benda atau barang-

74
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

barang, sehingga barang-barang itu berfaedah bagi manusia. Pengertian


tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produksi adalah suatu
kegiatan atau proses penggunaan berbagai input (faktor-faktor produksi) yang
dikombinasikan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa/output yang
mempunyai faedah dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Sedangkan menurut Liebhafsky (1999), bahwa produksi tidak lain suatu
kegiatan yang dilakukan produsen dengan maksud untuk mendapatkan atau
memiliki suatu barang shingga menimbulkan guna (utility) dan jasa, dalam hal
ini usaha dalam meningkatkan nilai guna dapat :
1. Kegunaan bentuk (form utility)
2. Kegunaan tempat (place utility)
3. Kegunaan waktu (time utility)
Kegunaan karena pemilikan (ownership utility).

Konsep Efesiensi Ekonomi

Efisiensi dalam produksi merupakan ukuran perbandingan antara output


dan input. Konsep efisiensi diperkenalkan oleh Michael Farrell dengan
mendefinisikan sebagai kemampuan organisasi produksi untuk menghasilkan
produksi tertentu pada tingkat biaya minimum (Kopp dalam Kusumawardani,
2001).
Farrel dalam Indah Susantun (2000) membedakan efisiensi menjadi tiga
yaitu efisiensi teknik, efesiensi alokatif (harga) dan efisiensi ekonomis. Efisiensi
teknik mengenai hubungan antara input dan output. Efisiensi alokatif tercapai
jika penambahan tersebut mampu memaksimumkan keuntungan yaitu
menyamakan produk marjinal setiap faktor praduksi dengan harganya.
Sedangkan efisiensi ekonomi dapat dicapai jika kedua efisiensi yaitu efisiensi
tehnik dan efisiensi harga dapat tercapai.
Meuurut Nicholson (1995) efisiensi ekonomi digunakan untuk
menjelaskan situasi sumber-sumber dialokasikan secara optimal. Efisiensi
ekonomi terdiri atas dua komponen yaitu efisiensi teknis (technical efficiency)
dan efisiensi harga atau efisiensi alokatif (price efficiency or allocative
efficiency)
Dalam ekonomi produksi, efisiensi ekonomi dapat dicapai jika dipenuhi
dua kriteria (Doll & Orazen dalam Kusumawardhani, 2002), yaitu:
a. Syarat keharusan (necessary condition), yaitu suatu kondisi dengan
produksi dalam jumlah yang sama tidak mungkin dihasilkan dengan
menggunakan sejumlah input yang lebih sedikit dan produksi dalam jumlah
yang lebih besar tidak mungkin dihasilkan dengan menggunakan jumlah
input yang sama.

75
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

b. Syarat kecukupan (sufficiency condition), yaitu syarat yang diperlukan untuk


menentukan letak efisiensi ekonomi yang terdapat pada daerah rasional,
karena dengan hanya mengetahui fungsi produksi saja maka letak efisiensi
ekonomi yang terdapat pada daerah rasional tidak bisa ditentukan. Untuk
menentukan letak efisiensi ekonomi diperlukan suatu alat yang merupakan
indikator pilihan yaitu berupa input dan harganya.
Soekartawi (1993) dalam terminologi ilmu ekonomi, mengemukakan
bahwa efisien dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : efisiensi
teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga ) dan efisiensi ekonomi. Suatu
penggunaan faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang
maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dan
produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan
dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi
teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi alokatif /harga.
Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien (efisiensi teknis)
dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi
secara fisik dengan rnenggunakan faktor produksi yang sama. Sedangkan
efisiensi harga dapat dicapai oleh seorang petani bila ia mampu
memaksimumkan keuntungan (mampu menyamakan nilai marginal produk
setiap faktor produksi variabel dengan harganya).
Efisiensi ekonomi terjadi bila efisiensi harga dan efisiensi teknis terjadi
Perbedaan efisiensi antara sekelompok usaha budidaya kolam air tawar dapat
disebabkan oleh perbedaan dalam tingkat efisiensi teknis atau efisiensi harga
atau oleh keduanya (Yotopoulos dan Lau, dalam Kusumawardani, 2002).

Pendapatan Petani
Berusaha budidaya kolam air tawar sebagai salah satu kegiatan untuk
memperoleh produksi di lapangan pertanian, dan dinilai dari biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, selisih keduanya merupakan
pendapatan dari usaha budidaya kolam air tawar. Pendapatan adalah selisih
antara nilai produksi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Pendapatan kotor
usaha budidaya kolam air tawar dalam jangka waktu tertentu merupakan nilai
produksi total usaha budidaya kolam air tawar. Jadi pendapatan kotor adalah
semua pendapatan yang diperoleh dalam proses produksi dengan menghitung
pengeluaran yang diberikan waktu pengelolaan lahan pertanian (Soehardjo dan
Patong, 1987).
Soekartawi (1991), mengemukakan bahwa pendapatan kotor usaha
budidaya kolam air tawar (gross farm income) yaitu nilai produk total usaha
budidaya kolam air tawar dalam jangka tertentu, baik yang dijual maupun yang
tidak dijual. Selisih antara pendapatan bersih usaha budidaya kolam air tawar
dan pengeluaran total usaha budidaya kolam air tawar disebut pendapatan

76
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

bersih usaha budidaya kolam air tawar (net farm income). Banyak faktor yang
turut mempengaruhi perolehan/pendapatan petani, baik faktor yang dapat
dikendalikan oleh petani maupun yang tidak dikendalikan oleh petani, misalnya
iklim, cuaca dan lain sebagainya.
Petani sebagai penerima harga (price taker) dapat memaksimalkan
keuntungan melalui pengendalian output produksi maupun input produksi
(Gaspersz, 1996) , namun dalam keterbatasan sumberdaya setiap produsen
atau petani berusaha menekan biaya serendah mungkin sehingga memberikan
keuntungan I pendapatan maksimal. Tingkat output yang diperoleh dari
kombinasi penggunaan input yang demikian disebut output optimal dan
penggunaan input yang optimal pula. Suatu input digunakan secara optimal
apabila penggunaan input tersebut sampai jumlah tertentu nilai output terakhir
yang dihasilkan hanya cukup membayar harga input yang digumakan tasebut
(Soekartawi, 1993).

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Dan Objek Penelitian


Adapun daerah yang menjadi tempat penelitian adalah di Kabupaten
Gowa, tepatnya di Kecamatan Bajeng. Sedang objek penelitian ini adalah
mengenai Efesiensi Budidaya Ikan Kolam Air Tawar dan jumlah usaha
Budidaya Kolam Air Tawar yang dilakukan oleh masyarakat secara perorangan
maupun oleh beberapa perusahaan swasta dan Dinas Perikanan Kabupaten
Gowa.

Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan cara
wawancara dan dokumentasi. Metode wawancara dilakukan dengan cara
mewawancarai langsung petani sampel sebagai responden dengan
menggunakan alat bantu daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
Selain itu juga melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Perikanan Darat.
Dokumentasi dilakukan dengan mengadakan survai terhadap data yang
telah ada dan menggali teori-teori yang telah berkembang, serta menganalisa
data yang telah pernah ada dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani
pembudidaya ikan kolam air tawar yang telah ditetapkan sebagai responden

77
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

atau sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder
meliputi data penunjang dari data primer, yang diambil secara runtut waktu
(time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber.

Metode Analisis
Untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya kolam air tawar bawang
merah digunakan analisis R/C ratio sebagai berikut :

TR
R/C ratio = -------
TC

Selanjutnya guna memecahkan masalah serta untuk membuktikan


hipotesis, maka penulis menggunakan analisis pendapatan dengan
menggunakan rumus berikut ini:
¶ = TR – TC (Soekartawi, 1993)
Dimana ¶ = Keuntungan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk melihat kelayakan tersebut sesuai dengan persamaan di atas
digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Jika R/C ratio > 1 usaha budidaya kolam air tawar menguntungkan
2. Jika R/C ratio = 1 usaha budidaya kolam air tawar tidak menguntungkan
dan juga tidak rugi.
3. Jika R/C ratio < 1 usaha budidaya kolam air tawar merugikan.

HASIL PENELITIAN
Identitas Responden
Identitas responden yang akan diuraikan dalam hal ini meliputi umur,
pendidikan, tanggungan keluarga, dan pengalaman usaha budidaya kolam air
tawar.
1. Umur
Umur dalam usaha budidaya kolam air tawar banyak menentukan
kemampuan fisik seseorang dan kematangan emosi dalam mengambil
keputusan tentang usaha budidaya kolam air tawar yang dilakukannya. Umur
responden di lokasi penelitian berkisar antara 45 – 65 tahun dengan rata-rata
55 tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat melalui tabel 4.6.

78
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Kecamatan


Bajeng

No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)


1. 40 – 48 2 10,00
2. 49 – 57 10 50,00
3. 58 – 65 8 40,00
Total 20 100,00
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2011

Seperti ditunjukkan pada tabel 4.6, Umumnnya responden berumur


antara 49 hingga 57 tahun yaitu ada sebanyak 10 orang atau 50 % sementara
yang berumur antara 40 hingga 48 tahun hanya 2 orang atau 10 % dan yang
berumur antara 58 hingga 65 tahun ada sebanyak 8 orang atau sekitar 40 %
dari total responden.

2. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang
pernah diikuti oleh responden. Pada umumnya responden yang mempunyai
tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima inovasi baru
dari pada yang pendidikannya rendah. Keadaan responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Penyebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Kecamatan bajeng
Jumlah Responden
No. Pendidikan Prosentase (%)
(Orang)
1. Sekolah Dasar 6 30,00
2. SMP 10 50,00
3. SMA 4 20,00
4. Sarjana - -
Total 20 100
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2011

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa umumnya responden di daerah


penelitian memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 50 %, sekolah dasar
sebanyak 30 %, kemudian jumlah responden yang berada pada tingkat SMA
sebanyak 20 %. Dengan demikian dapat diaktakan pada umumnya responden
memiliki pendidikan relatf rendah. Hal ini akan sangat mempengaruhi

79
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

kemampuan responden dalam mengelolah usaha budidaya kolam air


tawarnnya yaitu dalam pengambilan keputusan dan penerimaan inovasi baru.

3. Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua yang ditanggung oleh kepala
keluarga dalam hal ini adalah responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Penyebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Keluarga di kecamatan bajeng
Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Prosentase
No.
(orang) (Orang) (%)
1. 3–4 2 10,00
2. 5–6 14 70,00
3. 7–8 4 20,00
Total 20 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2011
Dalam tabel 4.8 dapat dilihat bahwa umumnya responden di lokasi
penelitian mempunyai tanggungan keluarga yang tergolong cukup banyak, yaitu
memiliki tanggungan antara 5 – 6 orang sebanyak sekitar 70 %. Sedangkan
yang memiliki tanggungan antara 3 – 4 dan 7 – 8 orang masing-masing
sebanyak 2 orang dan 4 orang atau sebesar 10 % dan 20%.

4. Pengalaman Usaha budidaya kolam air tawar


Pengalaman berusaha budidaya kolam air tawar akan menentukan
keberhasilan petani dalam mengelola usaha budidaya kolam air tawarnya.
Semakin lama seseorang berusaha, maka semakin banyak pula pengalaman
yang diperoleh. Jumlah responden berdasarkan pengalaman berusaha
budidaya kolam air tawar dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
budidaya kolam air tawar di Lokasi Penelitian
Pengalaman
Jumlah Responden Prosentase
No. Usahatani
(Orang) (%)
(Tahun)
1. 10 – 14 2 10,00
2. 15 – 19 7 35,00
3. 20– 24 6 30,00
4. 25 – 30 5 25,00
Total 20 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2011

80
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Dalam tabel 4.9 terlihat bahwa responden di lokasi penelitian


mempunyai pengalaman yang tergolong cukup lama, yaitu antara 15 – 19 tahun
yang jumlahnya sebanyak 35 %. Sedang yang memiliki pengalaman berusaha
budidaya kolam air tawar antara 10 – 14 tahun sebanyak 2 orang atau sekitar
10 %, yang memiliki pengalaman berusaha budidaya kolam air tawar antara 20
– 24 dan 25 – 30 tahun masing-masing sebanyak 6 dan 5 orang atau
sebesar 30 dan 25 %.
Keadaan Usaha budidaya kolam air tawar Responden
Keadaan usaha budidaya kolam air tawar responden yang akan
dibahas meliputi luas lahan, biaya produksi dan Produksi.
a. Luas Lahan
Luas lahan ikan kolam air tawar merupakan faktor yang sangat
penting bagi seorang dalam mengelola usahanya. Semakin luas lahan yang
digarap oleh pengusaha, maka semakin besar kemungkinannya untuk
mencapai produksi yang lebih tinggi.
Luas lahan yang dimaksudkan di sini adalah luas ikan kolam air tawar
yang diusahakan responden di lokasi penelitian. Luas lahan ikan kolam air
tawar responden pada umumnya relatif cukup luas, yaitu antara 1,00 – 4,00 ha.
Luas lahan yang diusahakan responden di daerah penelitian dapat dilihat pada
tabel 4.10.
Tabel 4.10 Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan Di Lokasi Penelitian
Luas Lahan Jumlah Persentase
No (ha) (orang) (%)
1. 1,00 – 4,00 18 90,00
2. 4,01 – 7,00 1 5,00
3. 7,01 – 12,00 1 5,00
Total 20 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2011
Dalam tabel 4.10 terlihat bahwa responden di lokasi penelitian yang
mengusahakan usaha budidaya kolam air tawar padi pada umumnya relatif
cukup luas, yaitu antara 1,00 – 4,00 ha sebanyak 18 orang atau sebesar 90 %.
Sedangkan petani yang mengusahakan antara 4,01 – 7,00 ha dan 7,01 – 12,00
ha masing-masing hanya 1 orang atau sebesar 5 %.

b. Biaya Produksi
Biaya produksi dimaksudkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
petani dalam kegiatan usaha budidaya kolam air tawarnya yang meliputi biaya
bibi, pengolahan, pemeliharaan, tenaga kerja, dan pakan. Total biaya yang
digunakan petani sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahakannya serta

81
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

perlakuan usaha budidaya ikan kolam air tawarnya. Semakin luas lahan yang
dikelola maka semakin besar pula biaya produksinya demikian pula sebaliknya.
Tabel 4.11 Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Produksi yang Digunakan
dalam Usaha budidaya kolam air tawar di Daerah Penelitian
Biaya Variabel Jumlah Persentase (%)
(Rp) (orang)
3.105.000 – 14.490.000 18 90,00
14.490.100 – 25.875.000 1 5,00
25.875.100 – 37.260.000 1 5,00
Total 20 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2011

Dalam tabel 4.11 terlihat bahwa responden di lokasi penelitian yang


menggunakan biaya produksi antara Rp. 3.105.000 – Rp. 14.490.000 sebanyak
18 orang responden atau sebesar 90 %. Sedangkan petani yang menggunakan
biaya produksi antara Rp. 14.490.100,- – Rp. 25.875.000,- adalah sebanyak 1
orang atau sebesar 5 %, dan yang menggunakan biaya produksi antara Rp.
25.875.100,- – Rp. 37.260.000,- juga sebanyak 1 orang atau sebesar 5 %.
Keadaan yang ditunjukkan pada tabel 6 di atas menggambarkan bahwa pada
umumnya petani di lokasi penelitian menggunakan biaya variabel yang
tergolong sedang.

Produksi dan Nilai Produksi


Produksi adalah hasil yang diperoleh petani dari usaha budidaya kolam
air tawar ikan kolam air tawar dalam satuan fisik (kg/ton). Jumlah produksi
dalam usaha budidaya kolam air tawar padi yang diperoleh responden di
daerah penelitian berkisar antara 650 – 7.800 kg dengan rata-rata produksi
mencapai 1.738,75 kg atau 650 kg/ha. Jumlah responden berdasarkan produksi
usaha budidaya kolam air tawar padi di lokasi penelitian ditunjukkan melalui
tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Jumlah Responden Berdasarkan Produksi Usaha budidaya
kolam air tawar Ikan kolam air tawar di Daerah Penelitian
Produksi Jumlah Persentase
No.
(kg) (Orang) (%)
1. 650 – 3.033 18 90,00
2. 3.034 – 5.417 1 5,00
3. 5.418 – 7.800 1 5,00
Total 20 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2011

82
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai


produksi tergolong rendah sebanyak 18 orang atau sebesar 90,00 % yaitu
antara 650 – 3.033 kg. Kemudian jumlah responden yang mempunyai produksi
dalam kategori cukup tinggi yaitu antara 3.034 – 5.417 kg adalah sebanyak 1
orang atau sebesar 5,00 %, sedang responden yang mempunyai produksi
tergolong tinggi juga ada sebanyak 1 orang responden atau sebesar 5,00 %.

Tabel 4.13. Jumlah Responden Berdasarkan Nilai Produksi Usaha budidaya


kolam air tawar Ikan kolam air tawar di Daerah Penelitian
Nilai Produksi Jumlah Persentase (%)
(Rp) (orang)
42.250.000 – 158.437.500 16 80,00
158.437.501 – 274.625.000 3 15,00
274.625.001 – 390.812.500 0 0,00
390.812.500 – 507.000.000 1 5,00
Total 20 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pada


umumnya responden di lokasi penelitian memperoleh nilai produksi yang
tergolong sedang yakni sebanyak 16 orang atau 80 %. Sedang yang memiliki
produksi tergolong cukup tinggi sebesar 15 % atau 3 orang responden dan
yang memiliki produksi sangat tinggi sebanyak 1 orang atau sebesar 5 %.

Analisa Pendapatan Petani


Pendapatan petani adalah nilai uang yang diterima dari hasil produksi
setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya kolam
air tawar ikan kolam air tawar. Tinggi rendahnya pendapatan sangat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi dan nilai jual ikan kolam air tawar
petani. Di lokasi penelitian, harga ikan kolam air tawar yang berlaku sebesar
Rp. 65.000,- dan pada tingkat eksportir bisa mencapai Rp. 90.000,-.
Penyebaran responden berdasarkan pendapatan yang diterimanya di
lokasi penelitian, menunjukkan bahwa umumnya petani memperoleh
pendapatan yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang
pendapatannya antara Rp. 2.807.814 – Rp. 4.621.024 adalah sebanyak 9
orang atau sebesar 45 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

83
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 4.14. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan yang Diterima di


Lokasi Penelitian
Pendapatan Jumlah Persentase
(Rp) (orang) (%)
39.145.000 – 149.793.750 16 80,00
149.793.751 – 254.442.500 3 15,00
254.442.501 – 362.091.250 0 10,00
362.091.250 – 469.740.000 1 5,00
Total 20 100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2011

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 80 % responden yang


pendapatannya tergolong sedang yaitu antara Rp. 39.145.000 - Rp.
149.793.750, sementara yang pendapatannya tergolong cukup tinggi sebesar 3
% dan yang pendapatannya tergolong sangat tinggi ada sebanyak 1 orang atau
sekitar 5 persen dari total responden yang diteliti.
Dari kondisi penyebaran jumlah responden berdasarkan tingkat
pendapatannya dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan petani selain
dipengaruhi oleh tingkat produksi, harga produksi, dan biaya produksi, juga
dipengaruhi oleh luas lahan yang dikelolanya. Semakin luas lahan yang dikelola
maka semakin tinggi hasil produksi yang mungkin dicapai dan hasil produksi
yang tinggi akan menentukan besar kecilnya pendapatan yang diterima.

Efisiensi Usaha budidaya kolam air tawar


Efisien tidaknya usaha budidaya kolam air tawar yang dilakukan oleh
seorang petani dapat diketahui melalui ratio antara total pendapatan yang
diterima dengan total biaya yang dikeluarkan. Nilai yang dipedomani adalah
apabila rationya lebih kecil dari satu maka dikatakan usaha budidaya kolam air
tawar tidak menguntungkan dan apabila lebih dari satu maka usaha budidaya
kolam air tawar menguntungkan dan layak untuk diusahakan, sementara
apabila rationya sama dengan satu maka dikatakan usaha budidaya kolam air
tawar tersebut tidak menguntungkan dan tidak merugikan
Untuk mengetahui ratio antara total pendapaan dengan total biaya yang
dikeluarkan petani dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Produksi = Rp. 34.775 unit
Harga jual = Rp. 65.000 / unit

84
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Nilai produksi (R) = Rp. 2.260.375.000,-


Total biaya (C) = Rp. 166.117.500,-
R/C ratio = 13,61

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha


budidaya ikan kolam tawar di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Nilai ini sekaligus menunjukkan
bahwa usaha tersebut sudah efisien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Usaha budidaya kolam air tawar yang dilakukan oleh masyaraka
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sudah menguntungkan dan layak untuk
diusahakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai R/C ratio sebesar 13,61 yang berarti
usahatani tersebut berada pada tingkat yang menguntungkan.
1. Pendapatan yang diterima pada umumnya tergolong sedang yang
ditunjukkan oleh jumlah responden yang memiliki pendapatan antara Rp.
39.145.000 – 149.793.750 sebanyak 80 % responden.
2. Faktor penghambat yang umumnya dialami oleh petani budidaya kolam air
tawar di kecamatan Bajeng adalah kurangnya modal dan tingkat
pendidikan yang rendah sehingga untuk menerima teknologi baru mereka
sulit menerimanya sehingga alternatif mereka adalah menyewa para ahli
dari sarjana-sarjana budidaya perikanan dan dari Dinas Perikanan
Kabupaten Gowa.

Saran
1. Perlu dilakukan upaya untuk membantu permodalan petani ikan kolam air
tawar melalui kredit usaha kecil dengan toleransi bunga pinjaman yang
lunak serta dapat juga dalam bentuk modal kerja kelompok terutama bagi
petani penggarap.
2. Perlu dilakukan pembinaan yang lebih intensif bagi para petani ikan kolam
air tawar, termasuk dalam hal analisa usahatani dan peluang pasar luar
negeri dengan menjajaki kemungkinan untuk membangun kelompok usaha
dari petani itu sendiri yang bisa langsung melakukan ekspor.

85
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

3. Kepada pihak instansi terkait kiranya memberikan bantuan tenaga


profesional kepada petani secara sukarela agar mereka tidak lagi
menyewa tenaga ahli yang bayarannya cukup mahal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Perikanan Sulawesi Selatan. Dinas Perikanan Sul-Sel


Amirullah, A.M, 2000. Perikanan Air Payau, Dinas Perikanan, Jakarta
Assauri, S, 2005. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.
Bishop, S. dan Touussaint, W.D., 2005. Pengantar Analisa Ekonomi
Pertanian. Terjemahan Wisnuadji dkk, Jakarta
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Ketujuh LP3ES,
Jakarta.
Soemitro Djojohadikusumo, 1990. Ekonomi Umum, Asas Teori dan
Kebijaksanaan. Pustaka Ilmu, Jakarta.
Sumadisastro, H., 2007. Pembangunan Ekonomi Indonesia Gunung Agung,
Jakarta.
Dernberg, Thomas F, 2002, Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi,
penerjemah Karyaman Muchtar, Erlangga, Jakarta
Gaspersz, Vincent, 1996, Ekonomi Manajerial Penerapan Konsep-Konsep
Ekonomi dalam Manajemen Bisnis Total, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam
Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.5 No. 2, hal 149 – 161.
Kustiah Kristanto, 1998. Kemungkinan Pengembangan Peternakan Sapi
Rakyat Sulawesi Selatan. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin,
Ujung Pandang.
Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners, 2000, Teori Mikroekonomi
Intermediate, penerjemah Haris Munandar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian-Teori dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.

86
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN


TERHADAP KINERJA KARYAWAN PDAM KOTA MAKASSAR

Oleh:

Murni
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh budaya


organisasi dan perilaku kepemimpinan terhadap kinerja pengelolaan air di unit
instalasi IV PDAM Kota Makassar DAN mengtahui variabel apa yang paling
besar pengaruhnya terhadap kinerja pengelolaan air di unit instalasi IV PDAM
Kota Makassar. Penelitian ini mengambil sampel ditentukan dengan metode
sensus dari populasi yang diteliti adalah jumlah Karyawan unit Instalasi IV
PDAM Kota Makassar sebanyak 40 orang. Data yang diperoleh dari
pendekatan empiris dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik
pengujian simple regression (regresi berganda), yang dihitung dengan
menggunakan perangkat lunak (software) atau SPSS.

Hasil penelitia menunjukkan bahwa (1) budaya organisasi dalam kategori tinggi
(82,50%) (2) perilaku organisasi dalam kategori mendukung (80,00%). Besarnya
daya ramal model diberikan oleh nilai koefisien determinasi yang disimbolkan
2
dengan R (R-Square) = 0,611 menunjukkan bahwa model mempunyai daya
ramal sebesar 0,611 atau sekitar 61,1%. Variasi naik turunnya kinerja pegawai
dapat dijelaskan oleh model atau dipengaruhi oleh variabel-variabel budaya
organisasi, dan perilaku kepemimpinan, sementara sisanya sebesar 38,9%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan.
Sebagai akibatnya persainganpun semakin tajam. Dunia bisnis sebagai salah
satu bagiannya juga mengalami hal yang sama. Organisasi/perusahaan yang
dulu bersaing hanya pada tingkat lokal, regional atau nasional kini harus pula
bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh penjuru dunia. Hanya
organisasi/perusahaan yang mampu menghasilkan barang berkualitas yang
dapat bersaing dalam pasar global.

87
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

(TQM) atau di Indonesia dikenal istilah Pengendalian Mutu Terpadu (PMT).


TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Agar organisasi memiliki
daya saing yang tinggi dalam skala global, maka organisasi tersebut harus
mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik, efektif dan efisien dalam
menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi dan dengan harga yang
bersaing. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang bersaing, pada masa
mendatang bukan lagi mengandalkan keunggulan komparatif saja tetapi harus
meningkatkan keunggulan kompetitif.
TQM adalah singkatan dari Total Quality Management. Total artinya
keseluruhan, tanpa kecuali, baik dalam aati abstraksi maupun dalam arti
abstraksi maupun dalam arti konten atau isi. Quality merupakan dasar putusan
akhir dari pelanggan (konsumen) tentang suatu produk dan jasa yang
dinikmatinya. Menurut Doetsch dan Davis (1994) kualitas (quality) merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan kebutuhan air bersih di
Makassar memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan konsep
pengendalian mutu yang terintegrasi dalam suatu budaya organisasi dalam
rangka memenuhi keinginan pelanggan. Namun demikian, konsep ini
menghadapi kendala utamanya dalam kaitannya dengan pengendalian sumber
daya manusia yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut di atas perlu
dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Budaya organisasi dan perilaku perilaku
kepemimpinan terhadap kinerja pengelolaan air bersih di unit Instalasi IV PDAM
Kota Makassar”.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh budaya organisasi dan perilaku kepemimpinan
terhadap kinerja pengelolaan air di unit instalasi IV PDAM Kota
Makassar.
2. Variabel apa yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja
pengelolaan air di unit instalasi IV PDAM Kota Makassar.

TINJAUAN PUSTAKA

Budaya Organisasi
Glaser et al. (1987); Budaya organisasi seringkali digambarkan dalam arti
yang dimiliki bersama. Pola-pola dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual
dan mitosmitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai

88
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

perekat yang menyatukan organisasi. Beraneka ragamnya bentuk organisasi


atau perusahaan, tentunya mempunyai budaya yang berbeda-beda hal ini wajar
karena lingkungan organisasinya berbeda-beda pula misalnya perusahaan
jasa, manufaktur dan trading. Hofstede (1986:2 1); Budaya merupakan
berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-
kelompok orang dalam lingkungannya. Menurut Beach (1993:12); Kebudayaan
merupakan inti dari apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas
memberi perintah dan larangan serta menggambarkan sesuatu yang dilakukan
dan tidak dilakukan yang mengatur perilaku anggota. Jadi budaya mengandung
apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan sehingga dapat dikatakan
sebagai suatu pedoman yang dipakai untuk menjalankan aktivitas organisasi.
Pada dasarnya Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk
mempersatukan setiap invidu yang melakukan aktivitas secara bersama-sama.
Kreitner dan Kinicki (1995:532); mengemukakan bahwa budaya orgainsasi
adalah perekat social yang mengingat anggota dari organisasi. Nampaknya
agar suatu karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda antara orang yang
satu dengan orang yang lain dapat disatukan dalam suatu kekuatan organisasi
maka perlu adanya prekat sosial.
Pendapat Bliss (1999) mengatakan bahwa didalam budaya terdapat
kesepakatan yang mengacu pada suatu sistem makna secara bersama, dianut
oleh anggota organisasi dalam membedakan organisasi yang satu dengan
yang lainnya. Lain halnya dengan Robbins (1996:289); budaya organisasi
merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama.

Pengertian Perilaku Kepemimpinan


Covey dalam Suprapti (1999 : 1) mengemukakan bahwa pemimpin yang
berhasil di abad 21 adalah yang mempunyai visi, keberhasilan serta
kerendahan hati untuk terus menerus belajar dan mengasah kecakapan dan
emosionalnya. Hal ini disebabkan seorang pemimpin yang cerdas bukanlah
suatu jaminan untuk dapat memimpin suatu unit organisasi secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa
keberhasilan seorang pemimpin pada dasarnya harus memiliki 4 kompetensi
yaitu :
1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan keleluasaan berhubungan (komunikasi)
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
4. Memiliki sifat hubungan kemanusiaan (Hablun minan-nas).
Suatu hal yang sangat strategi dalam membangun kinerja adalah perilaku
kepemimpinan dalam suatu organisasi atau institusi. Dalam suatu studi yang

89
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

luas tentang perilaku kepemimpinan, Larri C. Spears, (1999 ; 119, 121)


menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan bukanlah popularitas, bukan
kekuasaan, bukan kebijaksanaan dalam perencanaan jangka panjang. Dalam
bentuk yang paling sederhana, perilaku kepemimpinan hanyalah
menyelesaikan sesuatu dengan bantuan orang lain, pendengar, berorientasi
tugas, mempunyai rasa strategis, berhasrat memahami, memberikan empati
dan mau bekerjasama yang menuju peningkatan produktivitas (Kinerja).

Pengertian Kinerja
Menurut Jaya (2003 : 15) menyatakan bahwa kinerja memiliki banyak
aspek, namun para ekonom biasanya hanya memusatkan pada 3 aspek pokok
yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi. Dan
secara sederhana perhitungan efisiensi adalah menghasilkan suatu niiai yang
maksimum dengan jumlah input tertentu, baik secara kuantitatif fisik maupun
nilai ekonomis (harga). Efisiensi sendiri digolongkan menjadi dua yaitu efisiensi
internal dan pengalokasian. Jadi, kinerja keuangan adalah prestasi yang
dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan pada bidang tersebut. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2002: 570).
Sedangkan menurut Gibson, Ivan Cevich dan Donelly bahwa kinerja
34
sebagai prestasi kerja dari perilaku. Prestasi kerja itu ditentukan oleh
kemampuan bekerja, baik terhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja
secara menyeluruh
Lebih lanjut Notoatmodjo (1992 : 3) menyebutkan beberapa faktor yang
perlu diketahui sehubungan dengan penilaian kinerja karyawan yaitu : (1)
pengetahuan tentang pekerjaan, (2) kemampuan membuat perencanaan dan
jadwal pekerjaan, (3) pengetahuan tentang standar mutu pekerjaan yang
disyaratkan, (4) produktivitas karyawan yang berkaitan dengan hasil pekerjaan
yang dapat diselesaikan, (5) pengetahuan teknis atas pekerjaan, (6)
kemandirian dalam melaksanakan pekerjaan, (7) kemampuan komunikasi yang
baik, dan (8) kemampuan bekerjasama.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Unit Instalasi IV PDAM Kota Makassar dengan
maksud melihat pengaruh budaya organisasi dan perilaku perilaku
kepemimpinan terhadap kinerja pengelolaan air di PDAM Kota Makassar.
Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Pebruari 2011 hingga Bulan Maret
2011.

90
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas
metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Metode ini dipergunakan sebagai salah satu piranti dengan melakukan
pengumpulan data berdasarkan pengamatan secara langsung terhadap
unsur-unsur yang berhubungan dengan kinerja Karyawan.
2. Interview
Yaitu melakukan dialog secara langsung untuk memperoleh informasi dari
responden terpilih dalam menghimpun informasi yang relevan.
3. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara tertulis yang diberikan kepada responden dengan maksud untuk
memperoleh data yang akurat dan valid.
4. Dokumentasi
Yaitu aktivitas untuk memperoleh sejumlah data melalui pencatatan-
pencatatan dari dokumen-dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian.

Populasi dan Sampel


Populasi yang diteliti adalah jumlah Karyawan unit Instalasi IV PDAM
Kota Makassar sebanyak 40 orang. Untuk keperluan penelitian, maka sampel
ditentukan dengan metode sensus.
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan Sumber Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data primer
Adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap
obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara,
observasi dan hasil kuesioner dari responden.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari
dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah dan hasil
penelitian) dan dari informasi pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian
yang diteliti (uraian tugas, struktur organisasi, tata kerja, referensi, dan
lain-lain).

91
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan perilaku perilaku
kepemimpinan terhadap kinerja pengelolaan air di unit instalasi IV PDAM Kota
Makassar digunakan analisis regresi berikut ini.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = kinerja
X1 = budaya organisasi
X2 = perilaku kepemimpinan
e = faktor kesalahan
bo = Bilangan Konstanta
b1-b2 = Parameter Koefisien Regresi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskripsi Data Penelitian

1. Karakteristik Responden
Objek utama penelitian adalah mengukur variabel-variabel bebas yang
terdiri dari budaya organisasi (X1), dan perilaku kepemimpinan (X2). Berikut ini
akan diuraikan identitas responden yang meliputi jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, golongan dan banyaknya gaji per
bulan.

a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar maka dapat
dilihat dalam tabel identitas jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian
dapat digambarkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 25 orang atau 62.5% dan sisanya adalah perempuan
sebanyak 15 orang atau 37.5%. Dengan demikian dari total responden
jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.

b. Status Perkawinan
Distribusi responden berdasarkan status perkawinan, responden
dapat diketahui bahwa sebanyak 31 orang (62,5%) sudah kawin
sedangkan responden yang belum kawin hanya sebanyak 9 orang
(37,5%). Hal ini dapat menggambarkan bahwa pegawai memiliki
kematangan emosional di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

92
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Kota Makassar. Jika asumsi bahwa pada umumnya orang yang sudah
menikah
c. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan
bahwa tidak ada responden pada jenjang pendidikan SLTP, tingkat SLTA
sebanyak 3 orang (7,5%) kemudian Diploma sebanyak 3 orang (7,5%),
dan pada umumnya responden penelitian ini memiliki jenjang pendidikan
Sarjana (SI) yaitu sebanyak 34 orang (85,5%)
d. Masa Kerja
Masa kerja seseorang pegawai negeri sipil menggambarkan
lamanya seseorang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Penyebaran
responden menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini,
umumnya memiliki masa kerja antara 1-10 tahun yakni sebanyak 15
orang (37,5%), 12 orang (30,0%) memiliki masa kerja antara 11-20
tahun, 6 orang (15,0%) memiliki masa kerja 21-30 tahun, 7 orang
(17,5%) memiliki masa kerja 31-40 tahun dan tidak ada responden yang
sudah memiliki masa kerja di atas 40 tahun.

e. Golongan
Semakin tinggi golongan seseorang pegawai semakin tinggi pula
tingkat gaji dan tunjangan yang diterimanya. Hal ini dapat menjadi
gambaran besarnya penghasilan yang diterima seseorang pegawai
setiap bulannya. Distribusi responden berdasarkan golongan ditunjukkan
bahwa umumnya responden dalam penelitian ini memiliki golongan2
yaitu sebanyak 27 orang (67,5%), responden dengan golongan1
sebanyak 10 orang (25,0%) dan pada golongan3 sebanyak 3 orang
(7,5%).

f. Gaji per bulan


Gaji perbulan menggambarkan besarnya penghasilan
responden yang diterimanya setiap bulan sebagai konsekuensi logis
dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil. Semakin tinggi tingkat
penghasilan seorang pegawai negeri sipil, secara teoritik akan semakin
baik pula pelaksanaan tugasnya. Penyebaran responden berdasarkan
gaji perbulan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu tidak ada
responden yang memiliki gaji di bawah Rp. 1.000.000,- perbulan, yang
memiliki gaji sebesar Rp. 1.000.000-1.500.000,- sebanyak 26 orang
(65,5%), yang memiliki gaji perbulan Rp 160.000-2.000.000., sebanyak
14 orang (35,0%) dan hanya ada 1 (satu) orang responden yang
memiliki gaji diatas Rp. 2.000.000,- Pada tabel diatas, tampak bahwa
secara umum responden memiliki penghasilan yang relatif masih

93
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

rendah jika dihubungkan dengan besarnya kebutuhan-kebutuhan hidup


dewasa ini.

2. Deskripsi Variabel Penelitian


Variabel penelitian terdiri dari 5 (lima) variabel yang terdiri dari 4
(empat) variabel independen, meliputi budaya organisasi (X1), perilaku
kepemimpinan (X2), dan 1 (satu) variabel dependen yaitu kinerja (Y).
a. Budaya Organisasi (X1)
Data tentang jawaban responden terhadap variabel budaya
organisasi diperoleh dari 40 orang responden. Berdasarkan hasil
pengelolaan data secara statistik deskriptif dinyatakan bahwa sebagian
besar responden yaitu 82,50% menyatakan kegiatan budaya organisasi di
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar termasuk kategori
tinggi dilihat dari frekuensi pelaksanaan kegiatan budaya organisasi,
kesesuaian materi diklat dengan bidang pekerjaan, keefektifan metode
yang digunakan, dan pola rekruitmen peserta pendidikan dan pelatihan.
Bahkan ada sekitar 7,50% responden yang menyatakan sangat tinggi,
dan hanya sebanyak 10% responden menyatakan cukup tinggi. Tabel
tersebut juga memperlihatkan bahwa tidak ada responden yang
memberikan penilaian rendah dan sangat rendah.

b. Perilaku Kepemimpinan (X2)


Data tentang jawaban responden terhadap variabel perilaku
kepemimpinan diperoleh dari 40 orang responden. Berdasarkan hasil
pengolahan data secara statistik deskriptif pada Tabel 8, secara umum
dapat dinyatakan bahwa sebagian besar atau 80,00% responden yang
menyatakan mendukung terhadap perilaku kepemimpinan di Kantor
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar. 12,50 % yang
menyatakan cukup mendukung dan sebanyak 7,50% menyatakan sangat
mendukung. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
kinerja pegawai maka pimpinan harus memiliki komitmen yang tinggi
untuk mengarahkan bawahannya bekerja lebih baik, kemampuan
pimpinan mengkoordinir kepentingan bawahannya, kemampuan
pimpinan menciptakan hubungan kerja yang harmonis, dan
kemampuan pimpinan mengarahkan bawahannya bekerja sesuai
dengan perencanaan dan tugas pokok dan fungsi.

c. Kinerja (Y)
Data tentang jawaban responden terhadap variabel kinerja
diperoleh dari 40 orang responden. Berdasarkan hasil pengelolaan data
secara statistik deskriptif , dinyatakan bahwa 80% responden memiliki

94
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

kinerja yang tinggi pada Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Makassar. Sebanyak 12,50% responden dengan kinerja yang
cukup tinggi, dan sebanyak 7,50% yang memiliki kinerja yang sangat
tinggi. Hal ini sekaligus dapat menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
kinerja, maka seorang pegawai harus mampu membantu sesama
teman dalam pekerjaan, adanya dorongan untuk bekerja lebih baik
dalam diri, adanya rasa bangga terhadap pekerjaan, keyakinan
terhadap kemampuan, dan melakukan pekerjaan dengan tulus dan
ikhlas.

B. Hasil Analisis Regresi Penelitian

Data hasil penelitian ini diolah dengan bantuan program SPSS, 12.00.
Untuk menguji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa faktor budaya
organisasi, perilaku kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompensasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai Kantor Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Makassar. Dari hasil analisis diperoleh persamaan regresi
berganda sebagai berikut:
Y = 0,584 + 0,604 X1 + 0,278 X2
Dari persamaan regresi berganda seperti di atas, dapat diinterpretasi
sebagai berikut :
6. Nilai koefisien b0 (konstanta) sebesar 0,584 berarti apabila faktor budaya
organisasi (X1), dan faktor perilaku kepemimpinan (X2), sama dengan nol,
maka diperkirakan kinerja pegawai sebesar 0,584.
7. Nilai koefisien b1 = 0,604 X1 berarti jika variabel budaya organisasi
ditingkatkan baik frekuensi maupun kualitasnya sesuai dengan bidang
pekerjaan pegawai akan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai,
dalam arti meningkatkan kinerja pegawai dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
8. Nilai koefisien b2 = 0,278 X2 menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai, jika pimpinan dapat
mengarahkan dan mengakomodir bawahannya dengan baik maka
diperkirakan kinerja pegawai juga akan meningkat dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diketahui bahwa variabel
budaya organisasi, dan perilaku kepemimpinan menunjukkan nilai positif, yang
berarti ada hubungan yang searah antara variabel-variabel X (independent)
dengan variabel Y (dependent).
Tabel Anova pada (lampiran) menunjukkan nilai F (Value) = 29,001
a
dengan nilai p ( = 0,05) atau tingkat signifikansi 0,000 memberikan informasi
tentang signifikansi model pada taraf signifikan 0,05 ( = 5%), ini berarti model

95
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

yang dipakai signifikan secara statistik karena nilai p < = 0,05 (0.000 < 0,05).
Karena model signifikan, maka secara simultan variabel budaya organisasi (X 1),
dan perilaku kepemimpinan (X2), berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja pegawai (Y).
Hasil analisis tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa
variabel budaya organisasi, dan perilaku kepemimpinan, berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai pada Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Makassar. Besarnya daya ramal model diberikan oleh nilai koefisien
2
determinasi yang disimbolkan dengan R (R-Square) = 0,611 menunjukkan
bahwa model mempunyai daya ramal sebesar 0,611 atau sekitar 61,1%. Variasi
naik turunnya kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh model atau dipengaruhi
oleh variabel-variabel budaya organisasi, dan perilaku kepemimpinan,
sementara sisanya sebesar 38,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model analisis.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen (Y) dapat dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:

1. Pengaruh budaya organisasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y)


Berdasarkan uji koefisien (lihat lampiran) ternyata diperoleh t-hitung
X1 sebesar 6,396 sedangkan nilai signifikansi yang ditunjukkan oleh nilai p
< = 0,00 (0,000 < 0,05) yang berarti secara parsial variabel budaya
organisasi (X1) berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y).
Hal ini menggambarkan bahwa tingkat budaya organisasi yang diikuti oleh
pegawai tetap memiliki pengaruh jika didukung oleh variabel-variabel
lainnya, sebab jika tidak pengaruhnya akan tidak signifikan dalam
meningkatkan kinerja pegawai.

2. Pengaruh Perilaku kepemimpinan (X2) Terhadap kinerja Pegawai (Y)


Hasil uji koefisien (lihat lampiran) menunjukkan bahwa nilai t- hitung
X2 sebesar 2,439 sedangkan nilai signifikansi p > = 0,05 (0,020 > 0,05)
yang berarti secara parsial variabel X2 (perilaku kepemimpinan)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y). Hal ini
menggambarkan bahwa kemampuan seorang pemimpin dalam
mengakomodasi dan menggerakkan bawahannya dapat meningkatkan
kinerja pegawai secara signifikan.
Berdasarkan uji parsial yang dilakukan terhadap variabel-variabel
yang dimasukkan dalam model analisis nampak bahwa kedua variabel
penelitian yaitu variabel budaya organisasi (X 1), dan perilaku kepemimpinan
(X2), yang secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh dan
signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Perusahaan Daerah Air

96
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Minum (PDAM) Kota Makassar. Begitu pula jika dilihat secara parsial
diketahui bahwa kedua variabel tersebut pengaruhnya positif dan signifikan.
Dari kedua variabel yang memiliki pengaruh signifikan, tampak bahwa
variabel budaya organisasi (X1) memiliki pengaruh yang dominan terhadap
kinerja pegawai pada Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Makassar, yang dibuktikan dari nilai Probabilitas yang lebih kecil dari . = 0,05
(0,000 < 0,05) serta ditunjukkan oleh nilai t hitung yang paling besar diantara
kedua variabel bebas yang diteliti.

Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kinerja pegawai Kantor
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar, secara simultan
dipengaruhi oleh variabel budaya organisasi, dan perilaku kepemimpinan.

1. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja


Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan
signifikan antara kegiatan budaya organisasi dengan peningkatan kinerja
pegawai.
Hasil penelitian ini sekaligus mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syamsuddin (2001) yang menunjukkan ada variabel bebas
yang secara varsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai yaitu
insentif, budaya organisasi dan penempatan dalam jabatan. Selanjutnya
ada tiga variabel yang tidak signifikan terhadap kinerja pegawai yaitu; gaji,
penghargaan dan kondisi kerja., Nurwana (2002) yang menyimpulkan
bahwa faktor dominan berpengaruh terhadap kinerja pegawai sekretariat
Kabupaten Bone adalah pendidikan dan pelatihan.

2. Pengaruh Perilaku kepemimpinan terhadap kinerja pegawai


Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan
berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar. Hal ini mendukung hasil penelitian
Syukur (2003) yang menyimpulkan bahwa sikap pimpinan berpengaruh
langsung terhadap kinerja pegawai. Untuk itu, seorang pemimpin organisasi
harus mampu menggerakkan, mengakomodir, dan membina bawahannya serta
harus bias menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan menjaga
keharmonisan dalam lingkungan kerja. Sebagaimana dikemukakan Winardi
(2000;86) mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan dan pengelolaan
organisasi dengan baik, hendaknya pimpinan memotivasi bawahannya.
Seseorang pemimpin harus mampu mempengaruhi kelompoknya agar mereka
bertindak sesuai dengan waktu dan secara kooperatif untuk mencapai sasaran.

97
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Peningkatan kinerja pegawai pada Kantor Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Makassar dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus
memperhatikan peningkatan budaya organisasi, dan perilaku
kepemimpinan sesuai ketentuan. Variabel budaya organisasi, dan perilaku
kepemimpinan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Kantor Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Makassar.
2. Hasil penelitian secara parsial dengan menggunakan analisis regresi
berganda menunjukkan bahwa di antara kedua variabel yaitu budaya
organisasi, dan perilaku kepemimpinan, yang diteliti, maka yang dominan
berpengaruh adalah budaya organisasi. Hal ini disebabkan karena untuk
meningkatkan kemampuan dan kecakapan seorang pegawai dalam bidang
tugasnya, maka yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan budaya
organisasi dalam hal ini bagaimana meningkatkan mutu pelatihan yang
berkualitas dan terarah berdasarkan perencanaan yang baik sesuai dengan
bidang tugas masing-masing pegawai.

Saran

1. Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai yang dimiliki oleh organisasi


pada umumnya dan Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Makassar maka peningkatan budaya organisasi, dan perilaku
kepemimpinan sangat penting untuk terus tingkatkan.
2. Karena variabel budaya organisasi merupakan variabel yang paling
dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai Kantor Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar, maka budaya organisasi harus
diterapkan secara merata kepada seluruh pegawai dengan meningkatkan
pelaksanaan budaya organisasi yang berkualitas dan terarah berdasarkan
perencanaan yang baik sesuai dengan bidang tugas masing-masing
pegawai.

98
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

DAFTAR PUSTAKA
Affif Faisal, 1994. Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, ERESCO,
Bandung.
Arikunto dan Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek, Cetakan Sembilan Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Asri Sw, Anwar, 1979. Perencanaan, Penarikan dan Penyaluran Karyawan-
Karyawan, BPFE, Yogyakarta.
Barry, Cushway, 1994. Human Resources Management, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Gomes, Faustimo Cardoso. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I,
Andi Offset, Jakarta.
Gomes, Faustimo Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
II, Andi Offset, Jakarta.
Handari Nawawi, 1998. Manajemen Sumberdaya manusia, Gajah Mada
University Pers, Yogyakarta.
Handoko, T. Hani, 1994. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, S.P. Malaju, 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia, Gunung
Agung Jakarta.
Mathis dan Jackson, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba
Empat, Jakarta.
Mustopodidjaja, 1999. Perencanaan Peningkatan Kinerja, Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Sudjana, 1997. Metode Statistik, Edisi Keenam Tarsita, Bandung.
Timpe, A. Dale. 1992. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.

99
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA KANTOR BERITA ANTARA


BIRO SULAWESI SELATAN

Oleh :
Mahmud Nuhung
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh strategi bauran pemasaran


memiliki terhadap peningkatan volume penjualan produk pada Perum lembaga
kantor berita ANTARA Biro Sulawesi Selatan. Dan mengetahui faktor yang
dominan pengaruhnya terhadap peningkatan volume penjualan produk pada
Perum lembaga kantor berita ANTARA Biro Sulawesi Selatan. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel biaya produksi, harga
pokok penjualan, biaya distribusi, dan biaya promosi berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan volume penjualan pada Lembaga Kantor Berita Negara
(LKBN) ANTARA Makassar. Hal ini dibuktikan dari nilai uji F yang menunjukkan
bahwa nilai signifikansi jauh lebih kecil dari alfa 0.05. Hal ini menunjukkan
bahwa keempat variabel yang dianalisis memiliki ketepatan daya ramal yang
signifikan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa produk ataupun jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan tidak mungkin dapat mencari sendiri pembeli ataupun
peminatnya. 0leh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau
jasanya harus membutuhkan konsumen mengenai produk atau jasa yang
dihasilkannya. Salah satu cara yang digunakan produsen dalam bidang
pemasaran untuk tujuan meningkatkan hasil produk yaitu melalui kegiatan
promosi.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa promosi adalah salah satu faktor yang
diperlukan bagi keberhasilan dan strategi pemasaran yang diterapkan suatu
perusahaan terutama pada saat ini ketika era informasi berkembang pesat,
maka promosi merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan dalam
mengembangkan dan mempertahankan usaha.
Suatu produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen tidak
mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh dan
berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran produk atau

100
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

jasa perusahaan perlu diberikan informasi yang jelas. Maka peranan promosi
berguna untuk:
Memperkenalkan produk atau jasa serta mutunya kepada masyarakat.
Memberitahukan kegunaan dari barang atau jasa tersebut kepada
masyarakat serta cara penggunaanya.
Memperkenalkan barang atau jasa baru
Oleh karenanya adalah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk
melaksanakan promosi dengan strategi yang tepat agar dapat memenuhi
sasaran yang efektif. Promosi yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan
perusahaan. Dimana harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia dengan
besarnya manfaat yang diperoleh kegiatan promosi yang dijalankun
perusahaan.

Rumusan Masalah
1. Apakah strategi bauran pemasaran memiliki pengaruh terhadap
peningkatan volume penjualan produk pada Perum lembaga kantor berita
ANTARA Biro Sulawesi Selatan.
2. Faktor apakah yang dominan pengaruhnya terhadap peningkatan volume
penjualan produk pada Perum lembaga kantor berita ANTARA Biro
Sulawesi Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pemasaran
Sebagaiman kita ketahui bahwa kegiatan pemasaran adalah berbeda
dengan penjualan, transaksi ataupun perdagangan. American Marketing
Association 1960, mengartikan pemasaran sebagai berikut: Pemsaran adalah
pelaksanaan dunia usaha yang mengaarahkan arus barang-barang dan jasa-
jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Defenisi ini hanya
menekankan aspek distribusi ketimbang kegiatan pemasaran. Sedangkan
fungsi-fungsi lain tidak diperlihatkan, sehingga kita tidak memperoleh gambaran
yang jelas dan lengkap tentang pemasaran.
Sedangkan definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dalam bukunya
Marketing Management Analysis, Planning, and Control, mengartikan
pemasaran secara lebih luas, yaitu: Pemasaran adalah: Suatu proses sosial,
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan
mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai
dengan individu dan kelompok lainnya.

101
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Pasar Sasaran
Selama ini terlihat gejala semakin banyak perusahaan memilih pasar
sasaran yang akan dituju, keadaan ini dikarenakan mereka menyadari bahwa
pada dasarnya mereka tidak dapat melayani seluruh pelanggan dalam pasar
tersebut. Terlalu banyaknya pelanggan, sangat berpencar dan tersebar serta
bervariatif dalam tuntutan kebutuhan dan keinginannya. Jadi arti dari pasar
sasaran adalah: Sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial dengan
kebutuhan alau keinginan tertentu yang mungkin maupun mampu untuk ambil
bagian dalam jual beli, guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut.
Karena konsumen yang terlalu heterogen itulah maka perusahaan perlu
mengkelompokkan pasar menjadi segmen-segmen pasar, lalu memilih dan
menetapkan segmen pasar tertentu sebagai sasaran. Dengan adanya hal ini,
maka perusahaan terbantu untuk mengidentifikasi peluang pasar dengan lebih
baik, dengan demikian perusahaan dapat mengembangkan produk yang tepat,
dapat menentuan saluran distribusi dan periklanan yang sesuai dan efisien
serta mampu menyesuaikan harga bagi barang atau jasa yang ditawarkan bagi
setiap target pasar.
Pasar sasaran (Target Market) adalah: Sekelompok konsumen atau
pelanggan yang secara khusus menjadi sasaran usaha pemasaran bagi
sebuah perusahaan. Dalam menerapkan pasar sasaran, terdapat tiga langkah
pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Segmentasi Pasar
2. Penetapan Pasar Sasaran
3. Penempatan Produk

Bauran Pemasaran
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah Bauran
Pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang
berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran
produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran
pasarannya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan oleh
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar
sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan
dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan
pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki
kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan
berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program
pemasaran secara efektif. Menurut William J.Stanton pengertian marketing mix
sccara umum adalah sebagai berikut: marketing mix adalah istilah yang dipakai
untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran

102
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adlah penawaran produk/jasa,


struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (Marketing mix) tersebut
atau yang disebut four p's adalah sebagai berikut:
1. Strategi Produk
2. Strategi Harga
3. Strategi Penyaluran / Distribusi
4. Strategi Promosi

Rencana Strategi Perusahaan


Satu diantara berbagai tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh
laba yang optimal dari kegiatannya sehari-hari, khususnya kegiatan pemasaran.
Untuk menjalankan kegiatan pemasaran tersebut dengan baik, dan sesuai
dengan sasaran yang diharapkan, perusahaan harus menerapkan suatu
strategi yang tepat sesuai dengan lingkungan pemasaran perusahaannya.
Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari para pelaku dan
kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar fungsi manajemen pemasaran
perusahaan yang mempengaruhi kemampuan rnanajemen pemasaran untuk
mengembangkan dan mempertahankan transaksi yang sukses dengan para
pelanggan sasarannya. Keberhasilan strategi pemasaran yang diterapkan oleh
perusahaan tergantung pada analisa dan pengamatan yang cermat oleh
perusahaan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi
pemasaran perusahaan.
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran, dan berdasarkan itu, unit
bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi
pemasaran perusahaan terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya
pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran dalam
hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dalam kondisi
persaingan.
Strategi pemasaran menyeluruh perusahaan tercermin dalam rencana
strategi pemasaran perusahaan (Corporate Marketing Plan) yang disusun.
Rencana strategi pemasaran perusahaan adalah suatu rencana pemasaran
jangka panjang yang bersifat menyeluruh dan strategis, yang merumuskan
berbagai strategi dan program pokok dibidang pemasaran perusahaan pada
suatu jangka waktu tertentu dalam jangka panjang dimasa depan.
Ciri penting rencana strategis pemasaran perusahaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Titik-tolak penyusunannya melihat perusahaan secara keseluruhan
b. Diusahakan dampak kegiatan yang direncanakan bersifat menyeluruh
c. Dalam penyusunannya diusahakan untuk memahami kekuatan yang
mempengaruhi perkembangan perusahaan

103
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

d. Jadual waktu/timing yang ditentukan adalah yang sesuai dan


mempertimbangkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan, dan
e. Penyusunan rencana dilakukan secara realistis dan relevan dengan
lingkungan yang dihadapi.

Strategi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu: kebutuhan, keinginan dan
permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar. Adapun tujuan pemasaran adalah
mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok
dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran
menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah
bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran
terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran,
merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan
mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.
Menurut Kolter (1991), strategi pemasaran di identifikasi sebagai
prinsip-prinsip umum dimana unit bisnis mengaharapkan untuk mencapai
tujuan pemasarannya di dalam suatui pasar sasaran. Ini mengandung
keputusan-keputusan dasar pada pengeluaran pemasaran total, bauran
pemasaran dan alokasi pemasaran
Hal-hal yang perlu diputuskan sebagai suatu keputusan strategi
pemasaran adalah :
1. Segmen-segmen pasar atau pasar sasaran mana saja yang akan dilayani.
2. Bagaimana perusahaan dalam melayani segmen-segmen atau sasaran-
sasaran tersebut.
3. Bauran pemasaran apa saja yang perlu dipergunakan oleh perusahaan
untuk mencapai pasar sasaran tersebut.
Secara singkat hal tersebut diatas menggambarkan bahwa strategi
pemasaran dijalankan untuk mencapai pasar sasaran secara efektif, mampu
dan memenuhi tujuan pemasaran perusahaan. Manajemen perusahaan harus
menganalisa aktifitas-aktifitas pemasaran yang perlu untuk mencapai volume
penjualan/pangsa pasar sasaran tertentu.
Strategi-strategi juga bervariasi apakah perusahaan akan memainkan
peran sebagai pemimpin pasar (market leader), penantang (challenger),
pengikut (follower) ataukah sebagai nicher. Strategi juga dapat dimodifikasi
sesuai dengan daur hidup produk/pasar yang dilalui oleh suatu produk, yaitu

104
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

introduksi (intruduction), pertumbuhan (growth), kedewasaan (maturity), dan


penurunan (decline).
Setelah memformulasikan strategi pemasaran secara luas, maka
manajemen penasaran juga harus membuat rencana program-program untuk
merealisir strategi tersebut, dalam rangka mencapai tujuan pemasaran
perusahaan. Program-program ini merupakan realisasi dari bauran pemasaran.

ANALISIS DATA

Untuk menjawab masalah penelitian digunakan analisis statistik


inferensial dengan menggunakan alat analisis regresi berganda dengan
formulasi sebagai berikut:
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + E
Keterangan:
Y = Volume penjualan
X1 = Biaya produksi
X2 = Harga
X3 = Biaya distribusi
X4 = Biaya promosi
B0 = Konstanta (nilai Y jika X = 0)
B1 – B4 = Koefisien regresi
E = Faktor kesalahan

HASIL PENELITIAN

Penelitian difokuskan untuk menelusuri ada tidaknya pengaruh strategi


pemasaran terhadap peningkatan penjualan pada Kantor Berita Antara
Makassar. Variabel-variabel bebasnya meliputi biaya produksi (X1), harga
pokok produksi (X2), biaya distribusi (X3), dan biaya promosi (X4) sedangkan
variabel terikatnya adalah volume penjualan (Y). Penelitian dilakukan dengan
mengambil data tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tahunan tersebut
diperoleh dari laporan semesteran Kantor Berita Antara Makassar. Berikut ini
deskripsi masing-masing variabel.
1. Biaya Produksi
Komponen biaya produksi merupakan salah satu faktor yang turut
memberikan andil bagi penetapan harga jual produk dan tentu saja memberi
pengaruh terhadap tingkat keuntungan atau laba perusahaan. Secara teoritis,
semakin tinggi biaya produksi maka harga jual produk juga semakin tinggi dan
jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang akan memberikan dampak yang
kurang baik terhadap laba perusahaan. Penghasilan atau pendapatan

105
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

perusahaan juga terkait dengan tinggi rendahnya volume penjualan. Data


tentang biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan tahun 2005a – 2010b
ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut:
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa biaya produksi yang di keluarkan
oleh LKBN Antara Makassar bervariasi dalam setiap periode. Pada tahun 2005
semester kedua jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh LKBN Antara
sebesar Rp. 13.249.250 atau meningkat (7,09 %), Pada tahun 2006 semester
pertama sebesar Rp. 21.500.000 atau (10,75 %), pada tahun 2006 semester
kedua mengalami penurunan sebesar Rp. 29.000.000 atau menurun (13,09 %).
Kemudian pada tahun 2007 semester pertama mengalami peningkatan sebesar
Rp. 42.767.000 (22,22 %). dan pada semester kedua tahun 2007 sebesar Rp.
2.183.000 (0,93%) begitu pun pada tahun 2008, 2009, 2010 (dapat dilihat pada
tabel). Secara umum mengalami peningkatan dengan rata peningkatan biaya
produksi sebesar Rp. 7.113.568 per semester atau meningkat rata-rata sekitar
3,72% per semester.

2. Harga Pokok Penjualan


Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian, terlihat bahwa
harga pokok penjualan yang ditetapkan perusahaan bervariasi dalam tiap
semesternya dan ini terkait dengan tinggi rendahnya biaya produksi pada
perusahaan tersebut. Harga pokok penjualan merupakan alat yang digunakan
manajemen dalam menentukan strategi pemasaran lebih lanjut. Seperti
diketahui bahwa bisnis informasi dan telekomunikasi saat ini berkembang
dengan pesat sehingga LKBN Antara harus mampu menentukan strategi yang
tepat dalam merebut pangsa pasar yang ada.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa harga pokok penjualan yang
ditetapkan oleh LKBN Antara bervariasi dalam setiap periode. Pada tahun 2005
semester kedua jumlah harga pokok penjualan mengalami penurunan sebesar
Rp. 2.276.250 dibanding semester pertama tahun 2005. Pada tahun 2006
semester pertama mengalami peingkatan sebesar Rp.1.525.000 atau
meningkat (6,50%).pada tahun 2007 semester pertama kembali mengalmi
penurunan sebesar 1.023.750 atau (3,97%) dibanding semester kedua tahun
2006. Pada tahun 2008 semester pertama meningkat sebesar Rp.725.000 atau
meningkat (2,96 %) dibanding pada tahun 2007 semester kedua. Dan secara
umum harga pokok penjualan mengalami peningkatan dengan rata peningkatan
biaya produksi sebesar Rp. 45.386 per semester atau meningkat rata-rata
sekitar 0,30% per semester.

3. Biaya Distribusi
Biaya distribusi berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan
sampai produk sampai ke tangan konsumen. Tinggi rendahnya biaya distribusi

106
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

juga turut mempengaruhi laba perusahaan. Guna memperoleh laba maksimal


maka perusahaan harus mampu menekan biaya distribusi atas produk yang
dihasilkan. Perkembangan biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan
ditunjukkan melalui tabel 4.3.
Pada tahun 2005 semester kedua jumlah biaya distribusi yang
dikeluarkan oleh LKBN Antara sebesar Rp. 2.076.500 atau meningkat (10,13
%), Pada tahun 2006 semester pertama sebesar Rp. 1.999.000 atau (8,85 %),
pada tahun 2006 semester kedua mengalami penurunan sebesar Rp.
1.328.000 atau menurun (5,40 %). Kemudian pada tahun 2007 semester
pertama mengalami peningkatan sebesar Rp. 6.617.500 atau (28,47%). dan
pada semester kedua tahun 2007 sebesar Rp.135.000 atau (0,45%) begitu pun
pada tahun 2008, 2009, 2010 (dapat dilihat pada tabel). Secara umum
mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan biaya distribusi sebesar
Rp. 1.454.545 per semester atau meningkat rata-rata sekitar 5,83% per
semester.

4. Biaya Promosi
Secara teoritis dipahami bahwa agar produk yang dihasilkan dapat laku
dipasaran maka dibutuhkan kegiatan promosi yang efektif dengan
menggunakan berbagai macam media seperti media elektronik, media cetak,
maupun dengan promosi pemasaran langsung (direct selling).
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa perkembangan biaya promosi yang
di keluarkan oleh LKBN Antara Makassar bervariasi dalam setiap periode. Pada
tahun 2005 semester kedua jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh LKBN
Antara sebesar Rp. 5.000.000 atau meningkat (18,18 %), pada tahun 2006
semester pertama mengalami penurunan sebesar Rp. 2.500.000 atau menurun
(7,69 %). Kemudian pada tahun 2007 semester pertama mengalami
peningkatan sebesar Rp. 9.000.000 atau (31,58 %) dibanding semester kedua
tahun 2006. dan pada semester kedua tahun 2007 sebesar Rp. 2.500.000
(6,67%) begitu pun pada tahun 2008, 2009, 2010 (dapat dilihat pada tabel).
Secara umum mengalami peningkatan dengan rata peningkatan biaya promosi
sebesar Rp. 2.272.727 per semester atau meningkat rata-rata sekitar 9,93%
per semester.

5. Volume Penjualan
Perusahaan harus memiliki strategi pemasaran yang efektif sehingga
penjualan produk mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Meningkatnya
permintaan terhadap produk yang dihasilkan dapat menunjukkan tinggi
rendahnya minat konsumen, sekaligus dapat menjadi tolak ukur tinggi
rendahnya kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan perusahaan.

107
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Data tentang volume penjualan LKBN Antara Makassar ditunjukkan pada tabel
4.5.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa volume penjualan perusahaan
cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu. Namun demikian, jika diperhatikan
secara seksama terlihat bahwa secara umum mengalami peningkatan dengan
rata kenaikan penjualan sebesar Rp. 30.008.400 per semester atau meningkat
rata-rata sekitar 8,47% per semester.

Analisis Hasil Penelitian


Data-data sekunder yang telah diperoleh dari lokasi penelitian
selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian sekaligus
membuktikan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Rekap data yang dianalisis
ditunjukkan pada tabel 4.6.

Berdasarkan data tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan


program SPSS for Windows Versi 16. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Y = 227428129.191+ 0,727 X1 - 10,926 X2 + 4,346 X3 + 7,523 X4
Dari persamaan regresi berganda seperti di atas, maka diinterpretasikan
sebagai berikut :
1. Nilai koefisien b0 sebesar 227428129.191berarti apabila variabel-variabel
Biaya produksi (X1), Harga pokok produksi (X2), Biaya distribusi (X3), dan
Biaya promosi (X4) tidak berubah atau konstan, maka peningkatan volume
penjualan produk adalah sebesar Rp. 227.428.129,191 kali dengan
asumsi faktor lainnya konstan.
2. Nilai koefisien b1 = 0,727 yang bertanda positif memberi arti bahwa ada
hubungan yang searah antara variabel Biaya produksi dengan
peningkatan volume penjualan produk . Jika terjadi peningkatan Biaya
produksi , maka akan menyebabkan kenaikan peningkatan volume
penjualan produk dengan asumsi faktor lainnya konstan.
3. Nilai koefisien b2 = -10.926 bertanda negatif yang berarti variabel Harga
pokok produksi memiliki hubungan yang tidak searah dengan peningkatan
volume penjualan produk . Jika terjadi peningkatan Harga pokok produksi
(X2), baik frekuensi maupun kualitasnya akan menyebabkan penurunan
sebesar -10.926 dengan asumsi faktor lainnya konstan.
4. Nilai koefisien b3 = 4.346, bertanda positif yang berarti variabel biaya
distribusi memiliki hubungan yang searah dengan peningkatan volume
penjualan produk. Jika biaya distribusi meningkat maka diperkiarakan
volume penjualan juga meningkat. Peningkatan biaya distribusi dapat
menandakan banyaknya barang yang didistribusi ke pelanggan.

108
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

5. Nilai koefisien b4 = 7,523, bertanda positif yang berarti variabel biaya


promosi memiliki hubungan yang searah dengan peningkatan volume
penjualan produk dalam arti jika biaya promosi meningkat sebesar satu
satuan maka diperkirakan volume penjualan produk juga mengalami
kenaikan sebesar 7,523 unit dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Selanjutnya tabel Anova pada lampiran menunjukkan nilai F (Value) =
a
51,261 dengan nilai P (Probabilitas > F) atau signifikansi 0,000
memberikan informasi tentang signifikansi model pada taraf signifikan 95%
( = 0.05), ini berarti model yang dipakai signifikan secara statistik karena
nilai probability < = 0.05 (0,000 < 0,05). Karena model signifikan, maka
penafsiran, peramalan atau inferensi yang lain dapat dilakukan dengan
menggunakan model regresi tersebut. Hal ini sekaligus menunjukkan
bahwa secara simultan (bersama-sama), variabel-variabel X memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan volume penjualan. Dengan
demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa biaya produksi, harga pokok
penjualan, biaya distribusi, dan biaya promosi berpengaruh signifika
terhadap volume penjualan dapat dibuktikan.
Besarnya daya ramal model diberikan oleh nilai koefisien determinasi yang
2
disimbolkan dengan R (R-Square) = 0,983 yang berarti model mempunyai
daya ramal sebesar 98,3 % atau sekitar 98 % variasi naik turunnya volume
penjualan dapat dijelaskan oleh model atau dengan kata lain sebesar 98%
naik turunnya volume penjualan ditentukan oleh variabel biaya produksi,
biaya distribusi, harga pokok penjualan, dan biaya promosi sedang sisanya
sebesar 12 % disebabkan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model analisis. Besarnya daya ramal variabel X1, X2, X3, dan X4 secara
2
bersama-sama ditentukan oleh nilai R terkoreksi (Adjusted R-Square) =
0,948 yang berarti secara bersama-sama variabel X1, X2, X3, dan X4 dapat
menjelaskan sekitar 94,8% variasi naik turunnya Y (volume penjualan).
Berdasarkan uji parsial yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang
dimasukkan dalam model analisis nampak bahwa keempat variabel penelitian
yaitu variabel biaya produksi (X1), harga pokok penjualan (X2), biaya distribusi
(X3), dan biaya promosi (X4) yang secara simultan (bersama-sama) memiliki
pengaruh dan signifikan terhadap volume penjualan LKBN Antara Makassar.
Tetapi jika dilihat secara parsial diketahui bahwa hanya ada satu variabel yang
pengaruhnya positif dan signifikan, yaitu variabel biaya promosi (X1). Dengan
demikian variabel biaya promosi (X4) memiliki pengaruh yang dominan
terhadap volume penjualan, yang dibuktikan dari nilai Probabilitas yang lebih
kecil dari . = 0,05 (0,001 < 0,05) serta ditunjukkan oleh nilai t hitung yang
paling besar diantara keempat variabel bebas yang diteliti. Dengan demikian

109
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

hipotesis kedua yang menyatakan “variabel biaya promosi dominan


pengaruhnya terhadap volume penjualan LKBN Antara” terbukti secara empiris.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data secara statistik,
penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara bersama-sama variabel biaya produksi, harga pokok penjualan,
biaya distribusi, dan biaya promosi berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan volume penjualan pada Lembaga Kantor Berita Negara
(LKBN) ANTARA Makassar. Hal ini dibuktikan dari nilai uji F yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi jauh lebih kecil dari alfa 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa keempat variabel yang dianalisis memiliki ketepatan
daya ramal yang signifikan.
2. Variabel biaya promosi secara parsial merupakan variabel yang dominan
pengaruhnya terhadap peningkatan volume penjualan yang dibuktikan dari
nilai t hitung paling besar dan memiliki nilai signifikansi (probability) yang
jauh lebih kecil dari alfa 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis
dan empiris intensitas promosi dapat menentukan perubahan volume
penjualan.

Saran
1. Kepada manajemen LKBN Antara agar terus mengintensifkan kegiatan
pemasaran dengan menerapkan strategi yang efektif termasuk
menekan sejumlah biaya yang dapat memperbesar biaya produksi.
Disamping itu, diperlukan strategi harga yang kompetitif mengingat
tingginya intensitas persaingan yang terjadi saat ini. Dalam rangka
memanfaatkan pangsa pasar, dibutuhkan strategi agar distribusi
barang dan jasa yang dihasilkan dapat benar-benar memuaskan
konsumen.
2. Mengingat variabel biaya promosi merupakan variabel yang dominan
berpengaruh terhadap peningkatan volume penjualan maka dibutuhkan
strategi promosi yang lebih intensif lagi agar celah pasar dapat
dimanfaatkan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan, SE, MBA., 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan
Strategi, Edisi Pertama, Cetakan Ke empat, Penerbit Rajawali, Jakarta.
Basu Swastha D.H. MBA, 2000. Manajemen pemasaran Modern, Liberty,
Yogyakarta, 1990

110
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Gitosudanno, Indriyo, 2004. Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta.


Jauch, lawrence R, 2003. Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan,
Erlangga, Jakarta.
Mc. Donald, Malcom H.B. 1995. Rencana Pemasaran, Arcan, Jakarta.
Phillip Kotler, 2000. Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey.
Naisbitt, John, 1995. Global Paradox, Avon Books, New York.
Stanton, William, J, 2006. Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Sofjian, Assauri, 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi
Rajawali, Jakarta.
Mc.Carthy, E. Jemore, 2005. Dasar-dasar Pemasaran, Alih Bahasa Gunawan
Hutauruk , Penerbit Erlangga, Jakarta.
Stanton, William J. Buskrik, Richard H, 2000. Taktik dan Strategi Pemasaran,
Alih Bahasa D.H. Gulo, Penerbit ANS Sungguh Bersaudara, Jakarta.
Sutojo, Sisewanto, 2003. Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran, Seri
Manajemen No.55, PPM dan PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

111
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP


PENINGKATKAN JUMLAH NASBAH PADA PT. BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG TAKALAR

Oleh:

Lilly Ibrahim
(Dosen FE Unismuh Makassar)

ABSTRAK
Penelitian bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku
bunga deposito terhadap peningkatan jumlah Nasabah serta mengestimasi
trend peningkatan jumlah nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Galesong periode 5 tahun mendatang. Penelitian menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari laporan dan dokumen perusahaan. Analisis data
menggunakan regresi sederhana. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat
suku bunga deposito berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan
jumlah nasabah. Diestimasi pula bahwa untuk waktu 5 tahun mendatang jumlah
nasabah akan tetap mengalami peningkatan dengan asumsi tingkat bunga saat
ini.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi dewasa ini, menurut adanya motivasi pada berbagai sektor dalam
usaha peningkatan hasil yang akan dicapai. Sektor ekonomi sebagai penggerak
hendaknya dijadikan sebagai motivasi peningkatan hasil-hasil sektor lain untuk
meningkatan pertumbuhan ekonomi secara global.
Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar pada akhir tahun 1998, secara
tidak langsung sangat berdampak pada perkembangan perekonomian bangsa.
Semula pada awal pelita VI pemerintah menargetkan sebagai awal terjadinya
era tinggal landas, namun hal ini tidak berhasil. Berbagai kebijaksanaan
dikeluarkan oleh pemerintah untuk memudahkan pihak swasta dan perbankan
untuk menjalankan operasi usahanya dalam menghimpundana yang ada
ditangan masyarakat. Dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah ini
maka persaingan antar bank untuk menarik nasabah semakin ketat, mulai dari
munculnya pembukaan cabang-cabang baru dan perluasan produk yang
beragai jenis serta tingkat suku bunga yang diberikan, itu ditujukan untuk
menghitung dana yang ada ditangan masyarakat.

112
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Untuk peningkatan ini, maka setiap perusahaan seharusnya berusaha


untuk mengupayakan hasil-hasil sektor keuangan terutama dalam hal
peningkatan jumlah nasabah dalam hal ini menghimpun dana dari masyarakat
agar dapat meningkatkan jumlah dana yang kemudian dijadikan sebagai
modsal usaha bagi perusahaan-perusahaan lain, sehingga penyebaran bank-
bank baik pemerintah maupun swasta yang sampai ditingkat kecamatan
mempunyai inflikasi pemerataan berusaha dan alokasi dana atau pembiayaan
kegiatan-kegiatan ekonomi di daerah yang sekaligus memperluas kesempatan
kerja.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi ini lebih lanjut mengakibatkan
perlu ditingkatkannya profesionalisme tenaga perbankan dan menuntut adanya
perbaikan teknik dan pola operasional bank serta pola pikir dan sikap yang
lebih bertanggung jawab dalam mengamankan kepentingan masyarakat yang
telagh mempercayakan dana kepada dunia perbankan. Untuk mencapai tujuan
itu, maka pengusahaan atas ketentuan-ketentuan perbankan oleh tenaga
perbankan mutlak diperlukan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Tingkat Suku Bunga Yang Diberikan Oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kantor Unit Galesong Cabang Takalar
Terhadap Peningkatkan Jumlah Nasabah.
2. Bagaimana Trend Peningkatan Jumlah Nasabah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Unit Galesong Kantor Cabang Takalar 5 Tahun
Mendatang.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Jenis-Jenis Bank


Menurut Pierson (2005: 14) Bank adalah badan yang menerima kredit.
Sementara G.M. Verrijn (2005 : 14) menyatakan bank merupakan badan usaha
yang wujudnya keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang di
terimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru
sebagai uang kertas atau uang logam.
Selanjutnya, menurut kasmir (2006 : 11) Bank secara sederhana dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpung dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 (kasmir : 2008:25) Bank
adalah badan usaha yang menghimpung dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka peningkatan tarap hidup rakyat banyak.

113
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Pasal 3 undang-undang nomor 10/1998 (Ade Arthesa dan Edia


Handiman :2009;11) tentang perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan
indonesia adalah menghimpung dana dan kemudian menyalurkan dana itu ke
masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 (Kasmir : 2008:35)
Tentang Pokok- Pokok Perbankan, jenis-jenis bank terdiri atas :
a) Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
b) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.

Dalam melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank


umum dengan perkreditan rakyat. Adapun produk-produk bank antara lain :
a. Tabungan
Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat di lakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro dan atau
alat lainnya yang di persamakan dengan itu.
Alat-alat yang di maksud adalah :
1) Buku Tabungan
2) Slip penarikan
3) Kwitansi
4) Kartu yang terbuat dari plastik atau Automatik Teller Machine (ATM)
b. Deposito
Menurut UU nomor 10 tahun 1998 yang di maksud dengan deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat di lakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia di dewasa ini
1. Deposito berjangka
2. Sertifikat deposito
3. Deposito on call
c. Giro
Menurut UU nomor 10 tahun 1998 yang di maksud dengan giro adalah
simpanan yang penarikannya dapat di lakukan di setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.

Tingkat Bunga
Sunariyah (2003:62), mengemukakan bahwa ” tingkat bunga dinyatakan
sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu

114
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

ukuran harga sumberdaya yang digunakan oleh debitur kepada kreditur”


Sedangkan Boediono (2001:75 ) mengemukakan bahwa: ”Tingkat suku bunga
adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu”.
Ada dua teori dalam penentuan tingakt suku bunga yang dikemukakan
oleh Sunaria (2003:62 ) yaitu :
a. Teori klasikal
Menurut teori klasikal permintaan dan penawaran investasi pada pasar
modal menetukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan menentukan tongkat
keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Adapun
tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan yaitu : Penawaran
tabungan dan permintaan investasi modalterutama dari sektor bisnis.
b. Teori Keyness.
Keyness mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan pembayaran
untuk sumber daya yang langkah (uang ) tingkat bunga adalah harga yang
dikeluarkan oleh debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan
sumber daya langkah tersebut.Akan tetapi, uang yang dikeluarkan oleh debitur
tersebut menerima kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak diterima
tingkat bunga tertentu.
Dalam kegiatan perbankan konvensiaonal sehari – hari ada tiga macam
bunga ynag diberikan bank kepada nasabahnya (Kasmir, 2004:152) yaitu :
1. Bunga simpanan, merupakan harga beli yang harus dibayar bank
kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagau
rangsangan atau balas jasa, kepada nasabah yang menyimpanan
uangnya di bank, sebagai contoh jasa giro, bungan tabungan dan
bunga deposito.
2. Bunga pinjaman merupakan bunga yang dibebenkan kepada para
peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah kepada
bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga juan dan contoh
harga jual adalah bunga kredit.
3. Biaya – biaya, ditentukan oleh bank seperti biaya administrasi, biaya
kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain yang dikenal
dengan nama fee based.
Ketiga macam bunga ini merupakan kompenen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan bank kepada nasabah. Sedangkan bunga pinjaman dan biaya
merupakan pendapatan bank yang diterima dari nasabah. Baik bunga
simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi
satu sama lainnya, sebagai contoh, jika bunga simpanan tinggi maka secara
otomatis bunga pinjaman kredit ikut naik dan begitu pula sebaliknya. Maka

115
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

tingkat suku bunga nominal akan selalu dipengaruhi oleh pergerakan inflasi.
Sementara tingkat suku bunga riil adalah tingkat bunga yang sudah
disesuaikan dengan perubahan nilai beli atas uang (inflasi).

Nasabah
Menurut kamus perbankan mendefinisikan nasabah adalah orang atau
badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank (Saladin,
1994 : 374).
Nasabah merupakan orang yang biasa berhubungan dengan atau
menjadi pelanggan bank (Tim penyusun kamus pusat Bahasa, 2003 : 775).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nasabah adalah orang yang
menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan dan pinjam.
Definisi nasabah menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah "pihak yang menggunakan jasa bank"
yang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
dalam bentuk simpanan berdasarkan pinjaman bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data, maka penulis mengadakan studi dan
pengumpulan data melalui penelitian lapang (field research) dan penelitian
pustaka (library research).

Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk informasi baik secara lisan maupun tertulis.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk angka-angka misalnya laporan keuangan.
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan
pengamatan langsung pada pimpinan Bank Rakyat Indonesia

116
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

(Persero) tbk. Kanca Takalar beserta stafnya yang ada kaitannya


dengan penulisan skripsi ini.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui beberapa informasi
dari luar perusahaan yang ada hubungannya dengan judul proposal
penelitian ini.

Metode Analisis
1. Untuk mengikuti strategi perbankan yang diterapkan bank, digunakan
metode analisis deksriptif.
2. Untuk mengetahui jumlah nasabah, digunakan analisis trend mengetahui
pengaruh tingkat suku bunga terhadap peningkatan jumlah nasabah
dengan formula sebagai berikut :
Y = a + bX,
Keterangan :
Y = Ramalan jumlah nasabah
a = Nilai tren dari periode dasar
X = Periode tahunan/ Tingkat suku bunga
b = Pertambahan per tahun secara linear

HASIL PENELITIAN

Perkembangan Deposito BRI Unit Galesong


Tabungan merupakan salah satu sarana untuk menginvestasikan dan
memupuk modal. Besarnya tabungan masyarakat pada suatu bank sangat
tergantung pada pola konsumsi mereka, semakin tinggi tingkat konsumsi maka
semakin kecil pula jumlah dana yang bisa ditabung dengan tingkat pendapatan
yang sama, sebaliknya semakin kecil tingkat konsumsi masyarakat maka
semakin besar dana yang mungkin dapat ditabung oleh masyarakat.
Oleh karena itu, tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah akan mempengaruhi pula tingkat tabungan masyarakat. Apabila
ekonomi tumbuh dengan cepat dan positif maka tinggi pula dana yang bisa
ditabung oleh masyarakat karena angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
juga mencerminkan tinggi rendahnya income perkapita masyarakat.
Selama 5 (lima) tahun terakhir, jumlah dana yang ditempatkan
masyarakat pada Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong dalam bentuk deposito
dapat dilihat pada tabel berikut.

117
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Deposito


Jumlah Deposito Perkembangan
Tahun (Rupiah) Jumlah Persentase
(%)
2005 382.500.000 -
2006 325.750.000 -56.750.000 -17,42
2007 560.500.000 178.000.000 46,53
2008 575.000.000 14.500.000 2,58
2009 420.300.000 154.700.000 -26,90
Sumber : PT.Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong, 2010

Pada tahun 2006 jumlah dana yang ditempatkan sebesar Rp.


382.500.000, turun Rp.56.750.000 atau sekitar -17,42 persen dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2007 jumlah dana deposito yang ditempatkan
masyarakat pada Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong sebesar Rp.
560.500.000 juta atau 46,53 persen dan mengalami pertumbuhan yang sangat
tinggi dibanding keadaan yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu meningkat
sebesar Rp. 178.000.000. Peningkatan ini diakibatkan oleh mulai membaiknya
keadaan ekonomi daerah kecamatan galesong Kabupaten Takalar dan
bergeraknya hampir seluruh sektor ekonomi.
Pada tahun 2008 jumlah dana deposito sebanyak Rp. 575.000.000 naik
sebesar Rp. 14.500.000 atau 2,58 persen dbanding tahun sebelumnya. Tahun
2009 dengan jumlah dana deposito sebanyak Rp. 420.300.000 mengalami
penurunan sebesar Rp. 154.700.000 dari tahun sebelumnya sekitar -26,90
persen.

Perkembangan Nasabah BRI Unit Galesong


Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan
sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asal
dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya menarik dana dari
sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.
Dapat dimaklumi bahwa penetapan tingkat suku bunga yang tinggi oleh
pemerintah saat itu merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan bangsa
yang terus diterpa oleh badai krisis, sehingga salah satu kebijakan untuk
mengatasi inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga bank agar dana
mengalir masuk dari masyarakat dan dengan demikian uang beredar
berkurang. Selanjutnya secara bertahap tingkat suku bunga kembali diturunkan
untuk merangsang sektor riil dapat bangkit kembali karena diyakini bahwa

118
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

dengan tingkat suku bunga yang rendah dapat merangsang keinginan


pengusaha untuk melakukan investasi.
Namun demikian imbas dari penetapan kebijakan tingkat suku bunga
yang rendah ini adalah cenderung menurunnya keinginan masyarakat untuk
menyimpan kelebihan dananya pada bank-bank atau lembaga perantara
keuangan yang ada. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa tingkat bunga
bukan satu-satunya faktor yang akan merangsang keinginan masyarakat untuk
menabung tetapi masih ada faktor-faktor lain yang juga dapat merangsang
peningkatan jumlah dana yang ditabung oleh masyarakat, seperti tingkat
pendapatan dan juga tentu pelayanan bank, promosi dan lain sebagainya tentu
akan dapat menjadi jaminan kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan
yang bersangkutan.
Selama 5 (lima) tahun terakhir, jumlah nasabah pada Bank Rakyat
Indonesia Unit Galesong dalam bentuk deposito dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Perkembangan Nasabah
Jumlah Nasabah Perkembangan
Tahun (Orang) Jumlah Persentase
(%)
2005 70 -
2006 60 -10 -14,29
2007 100 40 66,67
2008 115 15 15,00
2009 85 -30 -26,09
Sumber : PT.Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong, 2010

Pada tabel 2 diatas dapat dilihat tahun 2006 jumlah nasabah deposito
sebanyak 60 orang , turun atau sekitar -14,29 persen dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2007 jumlah nasabah deposito pada Bank Rakyat
Indonesia Unit Galesong sebanyak 100 orang atau 66,67 persen dan
mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding keadaan yang sama
pada tahun sebelumnya, yaitu meningkat sebanyak 40 orang. Peningkatan ini
diakibatkan oleh mulai membaiknya keadaan ekonomi daerah kecamatan
galesong Kabupaten Takalar dan bergeraknya hampir seluruh sektor ekonomi.
Pada tahun 2008 jumlah nasabah deposito sebanyak 115 orang naik
sebesar 15 orang atau 15,00 persen dbanding tahun sebelumnya. Tahun 2009
dengan jumlah nasabah deposito sebanyak 85 orang mengalami penurunan
sebanyak 30 orang dari tahun sebelumnya atau sekitar -26,09 persen.

119
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Perbandingan Jumlah Nasabah dengan Jumlah Deposito


Telah diuraikan sebelumnya bahwa jumlah nasabah PT. Bank Rakyat
Indonesia Unit Galesong memperlihatkan kecenderungan yang terus
meningkat. Nasabah dimaksud dalam penelitian ini adalah nasabah deposito,
karena nasabah inilah yang terkait langsung dengan ekspektasi terhadap
tingkat bunga bank. Artinya, secara teoritis, seseorang akan bereaksi untuk
menyimpan dananya dalam bentuk deposito atas harapan-harapannya
terhadap besarnya jasa dalam bentuk bunga yang akan diperolehnya setiap
bulan. Berdasarkan data yang diperoleh perbandingan jumlah nasabah dan
jumlah deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong dapat
ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. Perbandingan jumlah nasabah dengan jumlah deposito


Tahun Nasabah Deposito Rata-Rata
2005 70 382.500.000
2006 60 325.750.000
2007 100 560.500.000 5.464.285,71
2008 115 575.000.000
2009 85 420.300.000
Sumber : PT.Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong, 2010

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan


jumlah nasabah deposito pada tahun 2005 sebanyak 70 orang dengan dana
ditempatkan dalam bentuk deposito sebesar Rp. 382.500.000,- atau rata-rata
per nasabah sebesar Rp. 5.464.285,71. Selanjutnya pada tahun 2006
Pada tahun tahun 2007 jumlah nasabah sebanyak 100 orang kemudian
mengalami peningkatan sebanyak 40 0rang dengan jumlah deposito sebesar
Rp.560.500.000 orang pada tahun sebelumnya. Untuk selanjutnya jumlah
nasabah deposito pada tahun 2008 sebanyak 115 orang atau mengalami
perkembangan sebanyak 15 orang dengan jumlah deposito sebesar Rp.
575.000.000 pada tahun sebelumnya. pada tahun 2009 menurun menjadi 85
orang dengan jumlah deposito sebesar Rp. 420.300.000.

120
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Pebandingan jumlah nasabah dengan tingkat suku bunga deposito

Tabel 4. Perbandingan jumlah nasabah dengan suku bunga deposito


Tahun Jumlah nasabah (X) Suku Bunga (Y)
2005 70 6,25 %
2006 60 5,75 %
2007 100 6,75 %
2008 115 6,75 %
2009 85 6,25 %
Sumber : PT.Bank Rakyat Indonesia Unit Galesong Cabang Takalar.

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan


jumlah nasabah deposito pada tahun 2006 sebanyak dengan jumlah deposito
60 orang nasabah dengan tingkat suku bunga 5,75 persen menurun sebanyak
10 orang pada tahun sebelumnya yang ting kat suku bunga pada tahun
sebelumnya 6,25 pesen.
Pada tahun tahun 2007 jumlah nasabah sebanyak 100 orang kemudian
mengalami peningkatan sebanyak 40 0rang dengan tngkat suku bunga 6,75
pesen pada tahun sebelumnya. Untuk selanjutnya jumlah nasabah deposito
pada tahun 2008 sebanyak 115 orang mengalami perkembangan sebanyak 15
orang dengan tngkat suku bunga 6,75 pesen pada tahun sebelumnya. pada
tahun 2009 menurun menjadi 85 orang dengan dengan tngkat suku bunga 6,25
pesen pada tahun sebelumnya.

Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa


Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model
Std. Std.
B Error Beta B Error
1 (Constant) -226,964 72,079 -3,149 ,051
X 49,286 11,331 ,929 4,349 ,022
a Dependent Variable: Y

Pada tabel output pengolahan data dengan SPSS seperti ditunjukkan di


atas, selanjutnya dapat diketahui persamaan regresi sederhana dari model
penelitian adalah sebagai berikut:

121
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

Y = -226,964 + 49,286 X + e
Berdasarkan persamaan regresi sederhana tersebut, selanjutnya dapat
diinterpretasi sebagai berikut:
a. Nilai konstanta -226,964 menunjukkan bahwa jika nilai variabel X (tingkat
bunga deposito) sama dengan nol maka diestimasi jumlah nasabah akan
menurun 226,9 atau 227 orang.
b. Nilai koefisien 49,286 menunjukkan bahwa variabel X (tingkat bunga
deposito) memiliki hubungan yang searah (positif) dengan jumlah nasabah
artinya setiap peningkatan tingkat bunga sebesar satu satuan maka
diperkirakan jumlah nasabah juga akan meningkat sebesar 49,286 atau 49
orang dengan asumsi faktor lainnya konstan.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS diperoleh output untuk


koefisien korelasi dan determinasi dari model penelitian. Korelasi dilambangkan
dengan nilai R dan determinasi atau daya ramal model ditunjukkan oleh nilai
R2. Hasil output SPSS ditunjukkan berikut ini.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 ,929(a) ,863 ,818 9,48056
a Predictors: (Constant), X

Berdasarkan output pengolahan data tersebut dapat dijelaskan bahwa


korelasi (keeratan hubungan) antara variabel tingkat bunga deposito dengan
jumlah nasabah adalah sebesar 0,929 yang berarti bahwa tingkat bunga
deposito memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap peningkatan jumlah
nasabah. Nilai R Square (Determinasi) menunjukkan daya ramal model adalah
sebesar 0,863 yang berarti bahwa variabel tingkat bunga deposito dapat
menentukan naik turunnya jumlah nasabah sebesar 86,3% sedangkan
selebihnya sebesar 13,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian.
Tingkat keberartian model penelitian dapat dilihat dari tingkat signifikansi
variabel bebas (kinerja guru) dan variabel terikat (prestasi belajar siswa).
Tingkat signifikansi dapat dilihat dari tabel ANOVA pada output SPSS yang
menunjukkan nilai F hitung dan nilai Sig. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan
berikut ini.

122
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

ANOVA(b)

Mode Sum of Mean


l Squares df Square F Sig.
1 Regressio 1700,35
1 1700,357 18,918 ,022(a)
n 7
Residual 269,643 3 89,881
Total 1970,00
4
0
a Predictors: (Constant), X
b Dependent Variable: Y

Berdasarkan output SPSS tersebut menunjukkan nilai F hitung sebesar


18,918 dengan Sig. 0,22. Untuk mengetahui tingkat signifikansi model
penelitian, maka nilai Sig. (probabilitas) dibandingkan dengan α=0.05, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari α=0.05 maka pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dikatakan signifikan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat
bahwa nilai sig. (probabilitas) sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari α=0.05 (0,000
< 0,05) sehingga model penelitian signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat bunga deposito berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah


nasabah pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Galesong. Hal ini
dapat dilihat dari analisis statistik yang menunjukkan adanya hubungan yang
searah, positif dan signifikan. Tingkat korelasi tergolong sangat tinggi/kuat yang
menggambarkan bahwa sekitar 86,3% variasi perubahan jumlah nasabah dapat
ditentukan oleh perubahan tingkat bunga deposito.

Saran
Pimpinan BRI hendaknya dapat melakukan evaluasi secara berkala
terkait dengan penentuan margin suku bunga deposito. Walaupun demikian,
penentuan tingkat suku bunga yang tetap menjadi kewenangan Bank Indonesia
namun pihak bank dapat melakukan kajian terkait penentuan margin yang tidak
melampaui standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

123
Jurnal Ekonomi Balance Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2011

DAFTAR PUSTAKA

Denda Wijaya Lukman, 2000, Manajemen Perbankan, Jakarta : Graha


Indonesia
Kasmir. 2003, Manajemen Perbankan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya , Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Lukman Dendawijaya.2000. Manajemen Perbankan, Jakarta: Ghalia Indonesia
Manurung, Pratama, 2004, Uang Perbankan Dan Ekonomi Moneter, Jakarta :
Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia
Tarik El-Diwani. 2005. The Problem With Interest (Sistem Bunga Dan
Permasalahannya ), Jakarta: Akbar Media Eka Sarana

124

Anda mungkin juga menyukai