Anda di halaman 1dari 176

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA

SEKOLAH TINGGI
PADA KUNJUNGAN ILMU
ANTENATAL KESEHATAN
PERTAMA

BORNEO CENDEKIA MEDIKA


Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

ANTENATAL CARE KUNJUNGAN AWAL

Pengertian Antenatal Care

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan (Siti M, 2005). Antenatal care (ANC) diartikan sebagai
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba, I.B.G, 1998). Melalui antenatal care dapat ditapis kehamilan risiko tinggi, risiko meragukan untuk
mendapatkan konsultasi dan penanganan yang lebih baik, sedangkan kehamilan dengan risiko rendah dapat
dilakukan pertolongan setempat (Manuaba, I.B.G, 2001).

Cakupan Perawatan Antenatal


Perawatan antenatal mencakup:

1. Pengawasan kehamilan untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi
setiap kelainan yang timbul, dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan, dan
periode postnatal.
2. Penyuluhan atau pendidikan mengenai kehmilan dan bagaimana cara-cara mengatasi gejalanya.
3. Persiapan (baik fisik maupun psikologis) bagi persalinan serta kelahiran, dan pemberian petunjuK
4. mengenai segala aspek dalam perawatan bayi.
5. Dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis. (Farrer, H, 2001)

Tujuan Antenatal Care


Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala
nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek
keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, I.B.G, 1998)

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Pastikan anda menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan penggalian
1.
riwayat kesehatan, pemeriksaan dan konseling
2. Persiapkan bahan-bahan untuk penggalian riwayat kesehatan, dan konseling
seperti :
 Kartu antenatal/KMS
 Buku register antenatal
 Pena
 Kalender kehamilan
 Alat bantu untuk melakukan konseling
3. Persiapkan peralatan untuk melakukan pemeriksaan antenatal :
 Sphygmomanometer (air raksa)
 Thermometer
 Stetoskop, fetal stetoskop (doptone, monoaural)
 Penlight
 Speculum DTT dalam wadahnya

Penilaian Kompetensi 66
 Sarung tangan DTT
 Waskom berisi klorin 0,5 %
PERKENALAN
Sambut ibu dan pendamping serta perkenalkan diri anda (5S)
Ciptakan suasanan nyaman
Tanyakan secara sopan mengenai identitas klien
Kaji tujuan ibu dating ke fasilitas kesehatan
Tanyakan pada ibu apakah ada keberatan atau pertanyaan yang ingin diajukan
sebelum ana melanjutkan
Kaji apakah ibu mengalami/merasakan tanda-tanda bahaya kehamilan (sesuai
dengan trimester)
Kaji dan catat keluhan yang normal dalam kehamilan yang mungkin dirasakan
oleh ibu dan bagaimana ibu mengatasinya
PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN
1. Jelaskan prosedur klinik dan tujuan penggalian riwayat yang akan anda lakukan
2. Kaji biodata/riwayat sosial ekonomi an catat, termasuk :
 Nama, usia, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, alamt dan no. Telp. Ibu
dan suaminya
 Status perkawinan dan lama menikah
 Bahasa yang digunakan
 Kebiasaan sosial/life style (merokok, komsumsi alkhohol dan napza)
 Dukungan selama hamil
 Status kesehatan suami
 Imunisasi tetanus toxoid (TT)
 Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
 Pengambil keputusan dalam keluarga
 Hubungan seks selama kehamilan
 Rencana tempat persalinan yang diinginkan ibu
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
3. Kaji dan catat riwayat kesehatan keluarga, termasuk
 Hipertensi
 Diabetes Mellitus
 Keturunan kembar
 Sickle cell disease
 Alergi
 Epilepsi
 Penyakit jantung
 Kelainan mental
 Kelainan kongenital
4. Kaji dan catat riwayat kesehatan ibu, khususnya kondisi kesehatan yang dapat
diperparah dengan adanya kehamilan, termasuk :
 Penyakit jantung
 Hipertensi
 Diabetes militus
 Astma atau batuk yang berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penyakit ginjal
 Sickle cell disease
 Riwayat alergei
 Obat-obatan
 Psychosa postpartum
5. Kaji dan catat riwayat penyakit menular seksual, termasuk :
 Riwayat diagnosis dan pengobatan seksual transmitted infection (STI)
termasuk AIDS
 Pengeluaran vagina yang abnormal
 Luka dan pembengkakan pada vagina
 Rasa nyeri pada saat berkemih
 Diare yang berkelanjutan lebih dari 1 bulan
6. Kaji dan catat riwayat operasi, termasuk :
 Operasi atau luka pada pelvis yang dapat mempengaruhi diameter pelvis
 Transfuse darah
7. Kaji dan catat riwayat ginekologi, termasuk :
 Salpingectomy
 Pengobatan infertilitas

Penilaian Kompetensi 67
 Kehamilan ektopik
 Operasi pada vagina, pelvik dan uterus
Kaji dan catat riwayat menstruasi, termasuk :
 Usia menarche
 Siklus menstruasi
 Lama dan jumlah darah
 Rasa sakit pada saat menstruasi (dismnorhoe)
Kajin dan catat riwayat kontrasepsi, termasuk :
 Metode yang pernah digunakan
 Kapan berhenti dan alasannya
 Lama penggunaan kontrasepsi sebelum hamil
Kaji dan catat riwayat obstetric, termasuk :
Riwayat Kehamilan Sekarang
1) HPHT dan apakah normal serta tentukan TP
2) Kapan pertama kali merasakan gerakan janin
3) Jika sudah merasakan gerakan janin, bagaimana pergerakannya dalam 24 jam
terakhir
4) Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu)
5) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus
Riwayat Kehamilan Yang Lalu
1. Jumlah kehamilan
2. Jumlah anak yang hidup dan riwayat menyusui
3. Jumlah kelahiran premature
4. Jumlah keguguran
5. Persalinan dengan tindakan (operasi Caesar, forsep, vakum)
6. Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi
8. Berat bayi < 2,5 atau 4 kg
9. Masalah lain
10. Kaji riwayat diet ibu secara komplit : berusaha untuk mengetahui apa yang ibu
makan dan berapa kali ibu makan.
 Tanyakan apakah ibu menkonsumsi makan non food (pica)
 Tanyakan apakah ibu mengalami gejala-gejala : kelalahan, sakit kepala, letih,
lesu, sakit gusi, kehilangan selera makan, mual muntah
11. Hitung usia kehamilan dan tanyakan kepada ibu apakah dia tahu berapa bulan
usia kehamilannya ?
12. Beritahu ibu tentang temuan yang anda dapatkan dari hasil penggalian riwayat
13. Tanyakan pada ibu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan sebelum
dilanjutkan
14. Jelaskan bahwa akan dilakukan prosedur pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
1. Jelaskan alas an akan dilakukan beberapa pemeriksaan dan diskusikan area mana
saja yang akan diperiksa.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.
3. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Pastikan bahwa privacy ibu terjaga (tanyakan juga, apakah ada orang yang ibu
inginkan mendampingi ibu pada saat pemeriksaan fisik)
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
1. Perhatikan :
 Tingkat energi ibu, dan keadaan umum emosi ibu
 Postur dan sikap tubuh
 Ukur dan catat tinggi dan berat badan ibu
 Ukur tanda-tanda vital
2. Jelaskan seluruh prosedur sambil melakukan pemeriksaan
3. Ajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan
sesuai dengan kebutuhan.
4. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan menawarkan kain linen untuk
penutup tubuhnya ( atau meminta pasien untuk melonggarkan pakaian dan
menggunakannya sebagai penutup tubuh)
Kepala dan leher
1. Periksa rambut ibu untuk melihat kebersihan, ketombe, alopesia, infeksi kulit.

Penilaian Kompetensi 68
2. Periksa wajah untuk melihat apakah terjadi edema dan cloasma
3. Periksa mata untuk melihat apakah :
 Pucat pada kelopak bagian bawah
 Berwarna kuning pada sclera
4. Periksa mulut, untuk melihat :
 Kering, pecah-pecah dan inflamasi pada bibir
 Apakah rahang dan lidah pucat, sakit dan terdapat lesi
 Adakah gigi yang rusak
5. Periksa dan raba leher untuk mengetahui :
 Pembesaran kelenjar teroid
 Pembesaran pembuluh limfe
 Peningkatan vena jugularis
Payudara
1. Dengan posisi tangan klien disamping, periksa :
 Bentuk
 Ukuran
 Tanda-tanda kehamilan
 Kondisi puting
 Kondisi kulit
2. Pada saat ibu mengangkat tangan ke atas kepala, periksa payudara untuk
mengetahui adanya retraksi atau dimpling
3. Lakukan palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri (sesudah itu
sebelah kanan juga) aria arah payudara, axilla dan moduler, kalau-kalau
terdapat : massa dan pembesaran pembuluh limfe

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
4. Tanyakan tentang rencana menyusui
5. Ajarkan ibu cara merawat payudara dan melakukan pemeriksaan sendiri
Tangan dan Kaki
1. Tanyakan pada ibu apakah ada rasa nyeri dan perih pada saat menggenggam
2. Periksa tangan dan jari tangan untuk melihat adanya oedema, pucat pada telapak
tangan dan ujung jari
3. Periksa kaki :
 Oedema
 Varices
 Reflex Patella
Punggung
Periksa punggung untuk melihat :
 Oedema pada daerah sacral
 Deformitas pada tulang belakang (skoliosis)
Bantu ibu untuk relaks saat berada ditempat tidur, berikan bantal dibawah kepalanya
dan beerikan selimut yang hangat.
Abdomen
1. Periksa, apakah ada :
 Bekas luka operasi
 Ukuran dan bentuk
 Tanda-tanda kehamilan
 Gerakan janin
2. Tanyakan apakah ibu merasakan adanya nyeri pada abdomen
3. Palpasi abdomen, untuk pemeriksaan :
 Kelembutan (konsistensi)
 Massa
 Pembesaran hati dan lien
 Suprapubis tenderness
4. Cek presentasi, posisi dan letak fetus dari atau setelah 36 minggu kehamilan
(lihat penuntun belajar pemeriksaan abdomen).
5. Ukuran tinggi fundus uteri .
 Gunakan jari tangan ( kalau < 20 minggu ) atau pita ukuran ( kalau > 22
minggu).
 Bandingkan tinggi fundus hasil pengukuran dengan perkiraan tinggi fundus

Penilaian Kompetensi 69
berdasarkan usia kehamilan
6. Dengarkan denyut jantung janin (dengan fetoskop kalau > 20 minggu) selama
satu menit dan hitung
7. Beritahu jika merasakan gerakan janin dan tanyakan apakah ibu juga
merasakannya.
Pemeriksaan lipat paha
1. Cuci tangan anda dan keringkan. Pakai sarung tangan bersih sebelum anda
melakukan pemeriksaan lipat pada
2. Priksa lipat paha :
 Palpasi apakah ada pembengkakan kelenjar lympe
 Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
 Cuci tangan dan keringkan
Vulva dan perineum
1. Persiapkan alat-alat untuk mengambil specimen jika diperlukan
2. Siapkan lampu sorot untuk menerangi daerah genitalia
3. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk pemeriksaan
4. Pakai sepasang sarung tangan DTT
5. Duduklah dengan nyaman agar dapat melihat bagian genitalia dengan mudah
6. Beritahu ibu apa yang akan dilakukan. Pastikan bahwa bahasa yang digunakan
dapat dimengerti oleh ibu.
7. Sentuhlah bagian paha dalam ibu sebelum memulai menyentuh daerah genitalia
agar tidak mengagetkan ibu.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Panggul : Genitalia Luar
1. Inspeksi daerah labia, klitoris dan perineum
 Kulit harusnya lembut, bersih dan terdapat rambut pubis
 Labia mayora biasanya memiliki bentuk dan ukuran yang sama
 Konsistensi labia biasanya terasa lembut pada seluruh bagian. Jika terdapat
kemerahan, bengkak terutama jika terdapat pada salah satu bagian samping
posterior mungkin berhubungan dengan abses pada kelenjar bartolini
 Lihat bekas garukan, luka atau benjolan yang berhubungan dengan infeksi
 Lihat daerah kulit apakah ada perbedaan warna yang mencolok, pembesaran
pembuluh darah, jaringan parut dan tanda-tanda trauma.
 Lihat apakah ada bekas luka episiotomy atau laserasi jika ibu sudah pernah
melahirkan
 Lihat apakah ada discharge, luka, kutil, bisul dan tanda-tanda inflamasi
 Lihat apakah ada tanda-tanda fistulae
 Lihat apakah ada discharge yang abnormal (catat warna, konsistensi dan
baunya) ataupun perdarahan
2. Lakukan pemeriksaan vagina (lihat penuntun belajar pemeriksaan vagina)
untuk :
 Melihat tanda-tanda kehamilan
 Konfirmasi usia kehamilan
 Dilatasi cervik untuk tujuan diagnosis
 Mendeteksi posisi uterus
 Mendeteksi kelainan pada vulva dan vagina
3. Cuci tangan dengan sabun dan air serta mentgangin-anginkan atau melapnya
dengan kain bersih.
Lakukan pemriksaan yang tepat jika diperlukan (sesuai indikasi) dan jika fasilitas
memungkinkan
1. Pemeriksaan urine untuk mengetes adanya :
 Kehamilan
 Albumin
 Asymptomatic bacteriuria (rekomdasi WHO)
 Gula
 Aceton
2. Pemeriksaan darah untuk :
 Haemoglobin
 Golongan darah dan factor RH
 Test untuk sipilis
 HIV (lihat penuntun belajar untuk konseling tes HIV selama pemeriksaan
antenatal)

Penilaian Kompetensi 70
 Glukosa 6 phosphate dehydrogenase (G6PD)
3. Ambil apus vagina jika dietemukan adanya discharge
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi hasil temuan baik dari hasil pengkajian riwayat maupun dari
pemeriksaan fisik untuk menemukan factor-faktor yang berhubungan dengan
keluhan yang normal, maupun masalah dan komplikasi
2. Analisis data yang telah dikumpulkan dan buat keputusan tentang asuhan rutin
apa yang akan diberikan, asuhan untuk keluhan-keluhan yang normal,
penanganan komplikasi yang ditemukan atau perlunya rujukan.
3. Nilai kebutuhan pendidikan yang ibu perlukan dan buat rencana untuk konseling
PEMBERIAN ASUHAN
1. Informasikan hasil temuan pemeriksaan kepada ibu dan pendamping
 Kemajuan kehamilan
 Status kesehatannya dan janinnya
2. Diskusikan masalah/komplikasi yang ditemukan (jelaskan kemungkinan
penyebab dari masalah/komplikasi yang muncul tersebut) selama kunjungan,
jelaskan penanganan dan pentingnya hal tersebut untuk kehamilan dan
persalinan ibu.
3. Jika ibu perlu untuk di rujuk ketempat pelayanan yang lebih tinggi, jelaskan
alasan kenapa ibu harus dirujuk

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
4. Tulis dan jelaskan tentang obat-obatan yang diberikan, seperti :
 Fe
 Asam folat
 Obat-obatan lain yang diperlukan ibu
5. Berikan imunisasi TT sesuai dengan jadwal dan informasikan kapan ibu harus
mendapatkan imunisasi TT kembali.
KONSELING
Target konseling yang berikan harus sesuai dengan kebutuhan ibu yang telah di
identifikasi sebelumnya
TINDAK LANJUT
1. Informasikan kepada ibu tentang tahapan selanjutnya. Jadwal kunjungan ulang.
Jika ibu datang sendiri, dorong ibu untuk datang bersama dengan orang yang ibu
inginkan untuk menemani ibu pada kunjungan berikutnya.
2. Evaluasi pemahaman ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu agar segera mengunjungi bidan/dokter jika menemukan/merasakan
tanda-tanda bahaya atau mempunyai pertanyaan yang ingin diajukan
4. Berikan ibu kartu kunjungan antenatal
5. Ucapkan salah dan terima kasih
6. Dokumentasikan asuhan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Penilaian Kompetensi Tlp/Fax : (0532)71
28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PADA KUNJUNGAN ULANG ANTENATAL

Rekan mahasiswa, selanjutnya akan membahas Praktikum 2 yaitu mengenai Anamnese pada ibu hamil kunjungan
ulang. Anamnese pada ibu hamil kunjungan ulang ini hampir sama dengan Anamnese pada kunjungan awal,
bedanya pada kunjungan ulang tidak semua data yang sudah ditanyakan pada anamnese kunjungan awal
ditanyakan.

Data yang tidak berubah, tidak akan ditanyakan lagi pada kunjungan ulang misalnya tentang biodata, riwayat
menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat obstetric tidak perlu ditanyakan lagi karena data pada kunjungan awal
tidak mungkin berubah. Anamnese ini bertujuan untuk mengkaji data subyektif tentang:

(1) Keluhan utama/alasan berkunjung


(2) Status obstetric dan riwayat obstetric
(3).Riwayat menstruasi
(4) Riwayat kehamilan sekarang
(5) Pola makan dan minum
(6) Riwayat perkawinan
(7) Pola aktivitas dan istirahat
(8) Pola eliminasi
(9) Pola seksual
(10) Personal hygiene
(11) Riwayat kontrasepsi
(12) Riwayat kesehatan
(13) Riwayat alergi
(14) kebiasaan yang kurang baik, misalnya merokok, minum jamu
(15) keadaan psikososial dan spiritual (16) persiapan persalinan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Pastikan tempat pemeriksaan yang nyaman untuk melakukan pengkajian riwayat
1.
kesehatan, pemeriksaan dan konseling
2. Persiapkan bahan-bahan untuk pengkajian riwayat kesehatan, dan konseling
seperti :
- Kartu antenatal/KMS
- Buku register antenatal
- Pena
- Kalender kehamilan
- Alat bantu untuk melakukan konseling
3. Siapkan peralatan untuk melakukan pemeriksaan antenatal :
- Sphygmomanometer (air raksa)
- Thermometer
- Stetoskop, fetal stetoskop (doptone, monoaural)
- Penlight/senter
- Speculum DTT dalam wadahnya
- Sarung tangan DTT
- Waskom berisi klorin 0,5 %
PERKENALAN
Sambut ibu dan atau pendamping serta perkenalkan diri
Ciptakan Susana yang nyaman dan akrab
Tanyakan secara sopan mengenai identitas klien
Jika ibu didampingi, tawakan ibu apakah ingin didampingi oleh orang tersebut pada
saat masuk ke ruang konseling
Kaji tujuan ibu dating ke fasilitas ksehatan
Tanyakan tentang kartu antenatal dan kaji

Penilaian Kompetensi 72
Tanyakan pada ibu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan sebelum anda
melanjutkan
Kaji dan catat keluhan yang normal dalam kehamilan yang mungkin dirasakan oleh ibu
dan bagaimana ibu mengatatasinya
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
1. Tanyakan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan terakhirnya
2. Tanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran yang timbul
sejak kunjungan terakhirnya
3. Tanyakan tentang gerakan janin dalam 24 jam terakhir ini
4. Kaji informasi tentang masalah atau tanda-tanda bahaya yang mungkin dialami
klien sejak kunjungan terakhirnya
5. Hitung usia kehamilan berdasarkan HPHT
6. Tanyakan dan kaji mengenai obat-obatan yang dikonsumsi
7. Jelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
PENDEKATAN UMUM UNTUK PEMERIKSAAN
Amati penampilan, suasana emosi dan sikap ibu selama pemeriksaan
Jelaskan prosedur sebelum melakukan pemeeriksaan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Lanjutkan pertanyaan yang diperlukan dan klarifikasi kembali sambil melakukan
pemeriksaan
Anjurkan untuk mengosongkan kandung kencing, jika ibu menginginkan
Jaga privasi
PEMERIKSAAN FISIK
1. Nilai keadaan umum ibu
2. Cek berat badan dan bandingkan dengan berat badan terakhir
3. Periksa tekanan darah
4. Periksa muka (oedema)
5. Periksa mata (konjungtiva, sclera)
6. Periksa gigi (karies, plak), gusi (pucat), bibir (pucat, stomatitis)
7. Periksa telapak tangan dan ujung kuku untuk melihat apakah ada pucat atau
tidak
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Ukur tinggi fundus uteri dengan jari tangan (kalau > 12 minggu), dengan pita
ukuran (kalau >22 minggu)
2. Palpasi abdomen untuk kehamilan ganda ( jika > 28 minggu)
3. Palpasi abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin ( > 36 minggu)
4. Periksa DJJ (dengan feteskop kalau > 20 minggu)
Lakukan pemeriksaan genitalia hanya jika diperlukam
Lakukan pemeriksaan lain jika diperlukan (urine, darah dan lab. Lain)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi hasil pengkajian riwayat dan pemeriksaan fisik untuk menentukan
normalitas kehamilan atau adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan
komplikasi/masalah dalam kehamilan
2. Lakukan analisis data yang dikumpulkan dan buat keputusan tentang asuhan
yang akan diberikan temasuk asuhan rutin, penatalaksanaan komplikasi dan
rujukan.
3. Tentukan kebutuhan pendidikan kesehatan dan rencana konseling
PELAKSANAAN ASUHAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang :
- Perkembangan kehamilan
- Status kesehatan ibu dan janin
2. Diskusikan komplikasi/masalah yang ditemukan (jelaskan penyebabnya apabila
memungkinkan) dan jelaskan penanganan yang harus dilakukan dan pentingnya
hal tersebut untuk kehamilan dan persalinannya
3. Jika ibu perlu dirujuk, jelaskan alasannya
4. Jelaskan dan catat terapi yang diberikan
5. Berikan imunisasi TT sesuai jadwal dan informasikan waktu untuk penyuntikan
ulang

Penilaian Kompetensi 73
KONSELING
Konseling yang diberikan sesuai dngan kebutuhan ibu (lihat penuntun belajar
pendidikan kesehaan secara individu dalam antenatal care
TINDAK LANJUT
1. Informasikan kepada ibu tenang ahapan selanjutnya. Jadwal kunjuntgan ulang.
Jika ibu dating sendiri, dorong ibu untuk dating bersama dengan orang yang ibu
inginkan untuk menemani ibu pada kunjungan berikutnya.
2. Evaluasi pemahaman ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu agar segera mengunjungi bidan/dokter jika menemukan/merasakan
tanda-tanda bahaya atau mempunyai pertanyaan yang ingin diajukan.
4. Beri ibu kartu kunjungan antenatal
5. Uacapkan salam dan terima kasih
6. Dokumentasikan asuhan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Penilaian Kompetensi Tlp/Fax : (0532) 28200
74 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PEMERIKSAAN ABDOMEN PADA ASUHAN ANTENATAL

1. Pengertian
Suatu tindakan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk mengetahui bentuk
dan fungsi serta kelainan organ yang ada di dalam rongga abdomen dan sekitarnya.

Pembagian daerah abdomen:

1. Pembagian berdasarkan 9 regio


 Epigastrik
 Umbilical
 Hipogastrik
 Hipokondrial kanan
 Hipokondrial kiri
 Lumbal kanan
 Lumbal kiri
 Inguinal kanan
 Inguinal kiri
2. Pembagian berdasarkan 4 kuadran
 kuadran I = kanan atas
 kuadran II = kiri atas
 kuadran III = kiri bawah
 kuadran IV = kanan bawah

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 (empat) tehnik/cara yaitu


1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi

2. Tujuan
1. Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda luka, umbilical, kulit dinding perut,
bentuk dan gerakan perut.
2. Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vascular/ mendengarkan suara
peristaltik usus.
3. Memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
4. Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut.
5. untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur dalam perut (intra
abdominal).
6. untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa.
7. untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Review temuan yang didapat pada kunjungan :
- Riwayat tindakan/operasi kebidanan dan kandungan yang lalu
- Taksiran persalinan
- Hitung usia kehamilan saat ini
- Identifikasi masalah yang berpengaruh pada tinggi fundus, pergerakan janin
maupun detak jantung (misalnya : penyakit ibu, dll)
- Riwayat lainnya yang bisa mempengaruhi presentasi janin (misalnya : grande
multipara, tumor fibroid, dll)
PROSEDUR PEMERIKSAAN

Penilaian Kompetensi 75
1. Jelaskan prosedur kepada ibu
2. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih
3. Jaga privasi ibu
4. Bantu ibu berbaring di tempat tidur dalam posisi dorsal recumbent
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air lalu keringkan
6. Buka pakaian ibu hanya didaerah abdomen
7. Gosokkan kedua telapak tangan supaya hangat
8. Berdiri disamping kanan ibu
9. Lakukan pemeriksaan inspeksi :
- Bentuk dan ukuran
- Luka bekas operasi
- Garis dan striae gravidarum
- Pergerakan janin
10. UKUR TINGGI FUNDUS UTERI
- Tentukan pinggir atas dari simphisispubis
- Letakkan titik “ 0 (nol) “ dari pita ukuran di pinggir atas simphisis
- Bentangkan pita ukuran sepanjang gais tengah abdomen sampai fundus uteri
- Catat hasil pengukuran dalam sentimeter
- Palpasi abdomen (gunakan telapak dan pinggir tangan dibanding
menggunakan ujung jari)
- Bandingkan hasil pengukuran fundus uteri dengan umur kehamilan untuk
mengetahui ada/tidaknya ketidaksesuaian

TENTUKAN POSISI, LETAK DAN PRESENTASI JANIN (penting pada usia


kehamilan ≥ 36 minggu)

- Fundus :
a. Posisi menghaap ibu, tempatkan kedua telapak tangan di kedua sisi
fundus
b. Lengkungkan jari-jemari melingkari bagian atas fundus
c. Tentukan bagian janin yang berada di fundus

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
- Lateral :
a. Tempatkan telapak tangan di kedua sisi uterus, dipertengahan antara
simphisis dan fundus
b. Fiksasi satu sisi uterus menggunakan 1 tangan dan nilai bagian sisi lain
dengan menggunakan tangan yang bebas
c. Palpasi keseluruhan area garis tengah abdomen menuju lateral, dan dari
simphisis pubis ke fundus dengan cara melingkar. tentukan posisi
punggung janin (permukaan lebar dan datar mengindikasikan punggung,
sedangkan bila terasa pergerakan mengindikasikan bagian-bagian kecil)
d. Lakukan secara bergantian pada sisi lainnya dengan cara yang sama.

- Pelvik :
a. Pemeriksaan berbalik menghadap bagian kaki ibu
b. Minta ibu untuk sedikit menekukkan kakinya. Bantu ibu untuk relaksasi
dengan cara mengatur nafas teratur dan perlahan
c. Letakkan tangan pada kedua sisi uterus, dengan posisi telapak tangan
sedikit dibawah garis umbilical dan jemari mengarah simphisis pubis,
kedua ibu jari hampir bersentuhan. Tentukan apakah kepala janin yang
menjadi presentasi.

- Penurunan Kepala (pada fase persalianan atau primipara dengan usia


kehamilan aterm) :
Tentukan lokasi bahu anterior (bahu anterior biasanya berada di bawah
umbilical, kira-kira 2-5 cm dari linea nigra, dimana bagian-bagian
kecil/ekstremitasberada)
a. Tahan dua jari di atas bahu anterior
b. Tentukan lokasi simphisis pubis
c. Tempatkan sisi ulnar tangan kanan tepat di atas simphisis pubis dan bahu
anterior

Penilaian Kompetensi 76
d. Hitung berapa bagian jari yang dapat meraba kepala (perlimaan)

AUSKULTASI

- Hangatkan stetoskop fetal dengan menggosokkannya pada telapak tangan


- Letakkan stetoskop fetal pada area punggung janin berada
- Dengarkan bunyi DJJ
- Jangan sentuh stetoskop fetal selama mendengarkan DJJ
- Bila perlu, pindahkan stetoskop fetal kearea lain
- Lanjutkan memindahkan posisi stetoskop fetal sampai DJJ terengar jelas
- Hitung DJJ selama 1 (satu) menit penuh
- Bandingkan hasilnya dengan denyut jantung ibu
- Catat frekuensi dan ritme DJJ

Catat pergerakan janin, dan tanyakan kepada ibu apakah ia merasakan gerakan
janin (ibu dapat mulai merasakan gerakan janin dari usia kehamilan 5 – 6 bulan)
- Tanyakan kepada ibu apakah bayinya bergerak atau terdapat perubahan
gerakan janin

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS


Evaluasi hasil temuan dan tentukan bila :
- Terdapat riwayat tindakan operasi paa uterus yang membutuhkan tindak
lanjut
- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
- DJJ dan pergerakan janin dalam kondisi normal
- Presentasi janin normal

Analisis data yang terkumpul dan buat keputusan mengenai :


- Kebutuhan yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan
- Tindakan segera atau rujukan

Nilai kebutuhan informasi kesehatan dan rencanakan konseling untuk ibu dan
keluarga.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
TINDAK LANJUT
1. Sampaikan hasil temuan kepada ibu
2. Tutup kembali dengan abdomen dan bantu ibu bangun dari tempat tidur
3. Rapikan tempat tidur
4. Cuci tangan dan keringkan
5. Dokumentasikan asuhan yang diberikan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

Penilaian Kompetensi 77
PEMERIKSAAN GENITALIA DALAM ASUHAN ANTEN

Untuk pemeriksaan ini, posisi pasien perlu terlentang dengan kaki mengangkang dan ditempatkan di penyanggah.
Persiapan dan peralatan harus telah dipersiapkan dan minimalkan waktu pasien dalam posisi ini untuk mencegah
pusing dan hipotensi dari kompresi uterus pada pembuluh darah besar abdomen.

Genitalia Eksterna Ibu Hamil


Inspeksi genitalia eksternal. Relaksasi introitus vagina dan pembesaran labia juga klitoris merupakan perubahan
yang normal selama kehamilan. Pada wanita multiparitas, bekas luka dari laserasi perineum atau
sayatan episiotomi mungkin akan tampak.
Inspeksi pada labial untuk mengidentifikasi adanya varises, cystoceles, dan rectoceles.
Palpasi juga kelenjar Bartholin dan Skene.

Genitalia Interna Ibu Hamil


Pemeriksaan spekulum
Relaksasi perineum dan struktur vulva selama kehamilan dapat meminimalkan, ketidaknyamanan dari
pemeriksaan spekulum. Tetapi karena adanya peningkatan vaskularisasi dari struktur vagina dan serviks
menyebabkan kerapuhan jaringan, proses memasukan dan membuka spekulum harus dilakukan dengan lembut
untuk mencegah trauma pada jaringan dan perdarahan.

 Inspeksi serviks untuk mengidentifikasi warna, bentuk, dan penutupan.


 Lakukan Pap smear jika diindikasikan, dan mengumpulkan spesimen vagina lainnya.

 Inspeksi dinding vagina saat menarik spekulum. Identifikasi warna, relaksasi, rugae, dan cairan
discharge. Pada masa kehamilan warna kebiruan, rugae yang dalam, dan leukorrhea adalah normal.

Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan bimanual lebih mudah dilakukan pada masa kehamilan, karena dasar panggul relaksasi. Mulai
dengan menghindari struktur uretra yang sensitif, dengan masukan dua jari yang telah dilumasi ke dalam
introitus, dengan posisi sisi palmar berada di bawah, dengan sedikit memberikan tekanan ke bawah pada
perineum. Selanjutnya, putar jari dengan lembut sehingga sisi palmar berada di atas.

 Serviks. Karena pelunakan jaringan selama kehamilan, sulit untuk membedakan serviks pada awalnya.
Tentukan panjang serviks dengan meraba permukaan lateral ujung serviks ke forniks lateral. Pada umur
kehamilan 34-36 minggu, leher rahim mempunyai panjang 3 cm atau lebih. Selanjutnya temukan ostium
serviks. Ostium eksternal dapat saja terbuka pada ibu multiparitas. Ostium internal, antara
kanal endoserviks dan rongga rahim, harus tertutup sampai akhir kehamilan. Permukaan serviks pada ibu
multiparitas akan terasa tidak teratur karena luka yang sembuh dari kelahiran sebelumnya.
 Uterus. Dengan jari-jari internal ditempatkan di kedua sisi leher rahim dan tangan eksternal pada perut
pasien di area fundus uteri. Selanjutnya gunakan jari-jari internal untuk mengangkat rahim dengan lembut
ke atas menuju sisi perut. Dengan posisi tangan seperti “menangkap” fundus uteri diantara dua

 tangan ukuran uterus dapat dinilai. Penilaian diteruskan untuk bentuk, konsistensi, dan posisi uterus.

 Adneksa. Palpasi adneksa kanan dan kiri. Korpus luteum akan teraba sebagai nodul kecil di ovarium
pada minggu pertama setelah pembuahan. Setelah trimester pertama, massa adneksa menjadi sulit untuk
dirasakan.

 Dasar panggul. Evaluasi kekuatan dasar panggul saat Anda menarik keluar jari.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan

Penilaian Kompetensi 78
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan alat (lampu sorot, sarung tangan, kassa/kapas DTT, air DTT)
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Bantu ibu untuk tidur di meja pemeriksaan dengan nyaman, tempatkan bantal di
bawah kepala ibu dan berikan selimut untuk menjaga kehangatan dan
kenyamanan. Jaga privasi dan bersikap sopan

2. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan dengan handuk bersih
3. Posisikan kaki ibu menekuk dan membuka kakinya dengan lembut dan sopan
4. Nyalakan lampu sorot dan atur cahayanya tepat menyinari daerah genitalia
5. Pakai sarung tangan DTT dengan teknik yang benar
6. Bidan duduk dengan nyaman sehingga dapat melakukan inspeksi daerah
genitalia dengan mudah

7. Jlaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan pastikan bahasa yang digunakan
dapat dimengerti oleh ibu

8. Sentuhlah bagian paha dalam ibu sebelum melakukan pemeriksaan di area


genitalia, sehingga tidak mengejutkan ibu

9. Inspeksi labia, klitoris dan perineum :


- Pastikan kulit dan rambut pubis ang diinspeksi lembut dan bersih
- Pastikan ukuran dan bentuk labia majora simetris, tetapijangan bandingkan
dengan ibu yang lain karena mungkin saja bentuknya terbuka atau tertutup,
kering atau lembab, tipis atau kendur atau padat
- Jaringan labia seharusnya terasa lembut dan konsistensi semua permukaan.
Apakah ada bengkak, kemerahan atau tenderness, perhatikan bila terdapat
pembengkakan dan kemerahan pada salah satu bagian di posterior, jika ada
maka kmungkinan terdapat abses pada kelenjar bartholini
- Lihat apakah ada jaringan parut, kemerahan, jerawat atau luka yang
menandakan adanya infeksi
- Lihat apakah ada daerah kulit dengan warna yang berbeda dari yang lain,
adanya pelebaran pembuluh darah, atau adanya tanda trauma atau jaringan
parut
- Lihat luka parut bekas jahitan luka episiotomi jika ibu mempunyai riwayat
persalinan
- Lihat adanya tanda inflamasi, pengeluaran, luka,kutil-kutil ataupun bisul
- Lihat adanya tanda fistula (baik recto-vaginal maupun vesico-vaginal)
- Lihat apakah ada pengeluaran pervaginam yang abnormal (catat warnanya,
konsistensi dan bau) atau adanya perdarahan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
10. Dengan lembut pisahkan kedua labia majora dengan dua jari dan lihat bagian
labia minora, klitoris, lubang urethra dan vagina. Himen pada lubang vagina
dapat berbentuk tipis, vertical ataupun celah oval jika ibu belum pernah
melahirkan, namun jika ibu sudah pernah melahirkan maka bentuknya irregular
- Pastikan ukuran dan bentuk labia minora simetris dan permukaannya lembab
- Palpasi labia mayora dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, jaringan
seharusnya lembut dan lembab, pastikan tidak ada bengkak, bagian kulit
yang mempunyai warna berbeda, pengeluaran, lesi, fistula dan celah atau
luka pada kulit. Ibu seharusnya tidak merasakan adanya tenderness ketika
bidan menyentuhnya
- Lihat adanya tanda inflamasi, pengeluaran, luka, kutil-kutil ataupun bisul
- Rasakan adanya irregularitas dan adanya benjolan
- Lihat adanya polip, fistula dan pengeluaran termasuk adanya nanah

Penilaian Kompetensi 79
11. Periksa pengeluaran dan tenderness dari kelenjar skene dan uretra. Dengan
telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam ujung
lubang vagina bagian atas, dorong ke atas dengan lembut untuk melihat
pengeluaran yang berasal dari uretra dan kelenjar skene
- Lakukan prosedur di atas pada sisi lain dari uretra dan bagian dibawah uretra
- Jika ada pengeluaran, ambil cairan yang keluar untuk pemeriksaan lab
terhadap penyakit Gonorhoe dan klamidia (jika fasilitas labnya tersedia)
-
12. Periksa kelenjar Bartholin. Masukkan jari telunjuk ke dalam lubang vagina
bagian bawah dan ibu jari berada di labia Mayora (pada arah jam 7 dan 8
ataupun arah jam 4 dan jam 5)
- Palpasi area kelenjar bartholin apakah ada bengkah atau tenderness, jika ada
maka mengindikasikan adanya abses dari kelenjar. Massa yang tidak kenyal
menandakan adanya kista yang berhubungan dengan adanya inflamasi kronis
dari kelenjar tersebut, atau adanya penyumbatan saluran cairan yang berasal
dari kelenjar Bartholini
- Jika ada pengeluaran, ambil cairan yang keluar untuk pemeriksaan lab
terhadap penyakit Gonorhoe dan klamidia (jika fasilitas labnya tersedia)

13. Anjurkan ibu untuk meneran sambil pemeriksa mmbuka labia dan melihat
apakah ada bagian dinding anterior dan posterior vagina yang menonjol (jika ada
dinding anterior maka mengindikasikan adanya sistokel, dan jika dibagian
posterior disebut rektokel. Jika serviks terdorong ke dalam vagina maka
mengindikasikan adanya prolaps uteri

14. Lihat bagian perineum :


- Permukaan seharusnya tebal dan lembut pada nulipara; pada multipara akan
lebih tebal dan kaku
- Kulit anus lebih gelap dan terlihat kasar. Seharusnya tidak ada jaringan parut,
lesi, tanda inflamasi, bengkak/benjolan, luka pada kulitnya
- Jika ada luka terbuka pada area ini, ganti sarung tangan sebelum melakukan
pemeriksaan bimanual

15. Bersihkan daerah genitalia luar dengan kapas DTT


16. Putuskan apakah perlu pemeriksaan inspekulo atau hanya perlu pemeriksaan
bimanual saja

PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM


1. Pilih speculum bivalve dengan ukuran terkecil sehingga dapat dengan mudah
melakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks.
Catatan : menggunakan speculum yang besar dan medium dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu selama pemeriksaan.

2. Sebelum memasang speculum, perlihatkan speculum dan jelaskan bahwa bagian


dari alat tersebut yang akan dimasukkan ke dalam vagina.
Catatan : jika speculum terasa dingin, hangatkan dengan air DTT yang hangat
atau dekatkan speculum ke sumber cahaya lampu atau genggam dengan
tangan jika air hangat tidak tersedia.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
3. Ketika memasukkan speculum ke dalam vagina, anjurkan ibu untuk menarik
nafas dalam dari hidung dan keluarkan dari mulut, hal ini akan membantu ibu
untuk lebih relaks sehingga otot vagina ibu tidak berkontraksi

4. Untuk memasukkan speculum :


- Dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri buka bagian labia,
jika vagina kering, maka gunakan lubrikan untuk melicinkan vagina.
(catatan : jangan membuka labia dengan ujung speculum)
- Dengan menggunakan tangan kanan, masukkan speculum dengan ujung
spekulum dalam posisi vertical dan dengan sudut yang sedikit oblique
- Stetlah mencapai bagian posterior dari vagina, putar dengan lembut
speculum sehingga posisinya menjadi horizontal
- Dengan lembut buka speculum sampai serviks dapat terlihat, dan kunci
speculum.
(catatan : jika sulit untuk menemukan serviks secara langsung, maka

Penilaian Kompetensi 80
speculum ditarik keluar sedikit dan masukkan kembali sampai serviks
terlihat jelas.

5. Lihat dinding vagina :


- Mukosa vagina pada ibu yang tidak hamil berwarna pink, sedangkan vagina
pada ibu hamil akan berwarna kebiru-biruan. Dinding vagina lembab dan
lembut atau teraba rugae. Catat adanya tanda inflamasi, dan luka. Sekresi
normal biasanya berwarna bening, tidak berbau menyengat.
- Lihat pengeluaran pervaginam yang tidak normal : cair, bergumpal, berbau
busuk atau bau ikan, putih seperti keju atau abu-abu. Bawa contoh cairan
vagina jika terdapat ketidaknormalan.

6. Lihat serviks dan pembukaan serviks :


- Lubang serviks pada nulipara berukuran kecil dan berbentuk bulat atau oval.
Sedangkan pada multipara biasanya celahnya horizontal, atau mungkin tidak
beraturan bentuknya atau bahkan terbuka. Pada ibu dengan paritas tinggi
dapat dilihat juga adanya parut bekas persalinan terdahulu.

- Pembukaan serviks juga dapat dilihat melalui pemeriksaan speculum, jika


ada pembukaan maka selaput ketuban akan terlihat jika belum pecah,
besarnya pembukaan serviks secara pasti dapat diperiksa melalui
pemeriksaan dalam

- Catat warna serviks, warna dapat menentukan juga diagnosis kehamilan,


warna kebiruan karena meningkatnya vaskularisasi dikenal dengan tanda
chadwick’s. pada ibu yang tidak hamil serviks berwarna pink. Permukaannya
lembut dan warnanya rata. Area pada serviks dimana warna pink berubah
menjadi warna merah merupakan penampakan dari zona transformasi, yaitu
merupakan bahan dalam kanalis servikalis.

- Catat posisi dari serviks (anterior atau posterior); jika ada polip, nodul, kista
atau erosi atau ada jaringan berwarna merah seputar lubah serviks
(ectropion ); atau adanya perdarahan atau pengeluaran nanah. Sekresi serviks
yang normal seharusnya berwarna bening atau putih dan ada bau yang tidak
menyengat.

- Serviks yang normal tidak mudah berdarah jika disentuh dengan lembut atau
diusap dengan kapas.

- Jika serviks mudah berdarah, maka periksakan adanya infeksi Gonore atau
clamidia (jika fasilitas lab ada)

Setelah selesai pemeriksaan maka lepaskan speculum dengan membuka


7.
kuncinya terlebih dahulu, putar menjadi arah vertical dan bawa keluar.

Rendam speculum dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk


8.
dekontaminasi

9. Jelaskan bahwa akan dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PEMERIKSAAN BIMANUAL
Catatan : Tangan kanan biasanya ditempatkan di dalam vagina dan tangan kiri di luar,
beritahu ibu bahwa ia akan merasakan ketidaknyamanan selama pemeriksaan, lihat
ekspresi muka ibu dikhawatirkan ibu kesakitan.
1. Bersihkan daerah genitalia luar dengan Kapas DTT
2. Buka labia dengan tangan kiri dengan lembut, masukkan dengan lembut jari
tengah dan jari telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, cari serviks. Ibu jari yang
di luar jangan menekan bagian klitoris karena membuat ibu tidak nyaman.
3. Rasakan temperature/kelembaban dari dinding vagina dan tonus otot vagina
4. Mulai palpasi dengan lembut :
- Serviks yang tidak hamil konsistennya seperti hidung. Selama hamil serviks
akan lebih lembut, lebih besar dan konsistensinya seperti bibir
- Panjang serviks sangat penting untuk diperiksa untuk menilai pendataran
serviks
- Serviks normalnya lembut

Penilaian Kompetensi 81
- Posisi serviks mengindikasikan posisi corpus uteri. Jika posisi ke atas, maka
uterusnya retroverted, jika posisinya ke bawah maka uterusnya anteverted
- Adanya dilatasi serviks menandakan telah masuk fase persalinan, adanya
serviks incompetent atau abortus.
- Goyangkan serviks, serviks normal dapat bergerak ke sisi kanan dan kiri 1-2
cm tanpa menimbulkan sakit pada ibu.
- Catatan : jika ibu merasakan sakit maka mengindikasikan adanya infeksi
pada uterus atau adneksa. Tanya pada ibu bagaimana yang terasa sakit secara
tepat.
5. Palpasi Uterus :
- Untuk merasakan uterus, tempatkan jari di belakang serviks, dengan posisi
telapak tangan menghadap ke atas. Lalu tempatkan tangan menghadap ke
atas. Lalu tempatkan tangan yang di luar (tangan kiri) pada garis tengah
antara pusat dan tulang simfisis
- Dengan perlahan pindahkan tangan ke supra pubis tekan ke bawah, dan
tangan yang berada dalam vagina menekan ke atas, rasakan jika uterus teraba
diantara jari yang di dalam dan di luar maka uterusnya anteverted dan dalam
keadaan ini fundus dapat teraba 2-4 cm diatas tulang pubis.
 Catatan : Dalam prosedur ini suruh ibu untuk bernafas dalam untuk
mengurangi rasa tidak nyaman dan relaks.
- Jika uterus tidak teraba diantara jari tangan mungkin posisi uterusnya
retroverted, untuk memastikan hal ini perlu ditempuh pemeriksaan sebagai
berikut :
a. Gerakan uterus ke atas : tempatkan tangan yang berada di vagina di
bawah servks dan dengan lembut dorong ke atas (ke anterior) atau
b. Tekanan tangan yang berada di abdomen lebih dalam
c. Jika masih belum menemukan uterus, pindahkan ke sisi lain dari serviks
dan tekan dengan lembut dan ibu tetap nyaman
d. Jika maneuver ini juga tidak membantu, maka diperlukan pemeriksaan
retrovaginal
6. Selama palpasi Uterus, cek juga :
- Ukuran : ukuran uterus ibu ynag tidak hamil bervariasi tergantung varitas,
tetapi ukuran uterus kira-kira panjangnya 5-8 cm, lebar 3-5 cm dan tebalnya
2 cm. Jika ada perubahan ukuran menjadi besar berarti ada kehamilan
- Bentuk : uterus berbentuk seperti buah pir, jika ada bagian yang irregular
maka mengindikasikan adanya fibroid, jika bentuknya seperti bentuk jantung
maka menandakan adanya kelainan konginetal dari uterus seperti uterus
didelphis. Selama kehamilan uterus membesar, menjadi globular dan
cenderung membesar dengan bertambahnya usia kehamilan.
- Lokasi : lokasi uterus pada garis tengah, jika fundus uteri berada disebelah
kanan atau kiri maka curigai adanya jaringan, adanya masa di adneksa atau
adanya kehamilan (kehamilan ektopik)
- Konsistensi : Uterus harus lembut, jika ada kelembutan yang lebih berarti ada
kehamilan. Tanda Hegar pada awal kehamilan menjadi salah satu tanda
mungkin kehamilan dimana adanya isthmus uteri yang sangat lembut.
- Mobilitas : Uterus mudah bergerak ke anterior atau posterior, jika tidak
mobile atau terfiksasi maka curigai adanya masalah lain
- Tenderness : secara normal, uterus tidak kenyal dengan bergerak atau dengan
palpasi. Jika ada tenderness, curigai adanya infeksi uterus (endometritis).
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Cari lokasi ovarium, biasanya terletak dibelakang dan kedua sisi uterus :
- Untuk palpasi ovarium kanan, tempatkan jari kanan yang berada dalam
vagina ke sisi serviks/pada formiks lateral, pindahkan tangan yang berada
diatas abdomen ke sisi yang ssama dengan tangan yang di dalam vagina,
tekankan tangan yang di atas abdomen ke bawah (kea rah posterior)
sedangkan tangan yang berada di vagina ke arah atas (ke arah anterior). Ke
dua tangan harus merasakan ovarium. Pegang ovarium secara lembut karena
ibu akan merasakan sakit.
- Ulang untuk ovarium yang lain
- Sebelum mengeluarkan tangan cek masa dan tenderness di dalam cul-de-sac
(ruang dia belakang uterus dan di depan rectum).
Catatan : Akan lebih mempermudah pemeriksaan jika tangan yang berada di
dalam vagina, merupakan tangan sama dengan tangan untuk mendeteksi
ovarium sisi yang sama mis tangan kanan untuk pemeriksaan ovarium bagian
kanan)
Catatan : Menemukan ovarium memerlukan ketrampilan yang baik, kondisikan
ibu dalam keadaan nyaman. Jika anda masih dalam tahap belaja maka biasanya

Penilaian Kompetensi 82
anda tidak dengan mudah menemukan ovarium dari setiap klien. Jika tidak
mudah meraba bagian ovarium dan adneksa beati ukurannya normal
(panjangnya sekitar 3 cm, lebar 2 cm dan tebalnya 1 cm) yang penting untuk
dicek.
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN
1. Setelah menyelesaiakan pemeriksaan, rendam sarung tangan di dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan dalam posisi terbalik. Bila sarung tangan disposable,
tempatkan sarung tangan pada kantung plastik atau pada tempat yang keap air
2. Cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir lalu keringkan
3. Bantu ibu untuk bangun dari posisi tidur ke dalam posisi duduk. Jika setelah
pemeriksaan terdapat kotoran (darah, lendir dll) pada genutalia eksterna berikan
tisu untuk membersihkan kotoran tersebut
4. Setelah ibu berpakaian kembali, jelaskan hasil pemeriksaan
5. Jika perlak karet yang digunakan, dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi penemuan :
- Penemuan pada pemeriksaan speculum apakah normal
- Jika ternyata ibu perlu follow-up
- Apusan vagina untuk pemeriksaan bakteri gram atau kultur bakteri
- pemeriksaan speculum untuk mengevaluasi serviks
- apakah perlu dirujuk ke dokter spesialis atau tempat pelayanan yang lebih
lengkap
2. Lakukan analisis data yang ditemukan dan buat keputusan mengenai :
- Kebutuhan pengobatan
- Perencanaan untuk follow-up
TINDAK LANJUT
1. Komunikasikan hasil temuan kepada ibu
2. Jawab setiap pertanyaan yang ibu ajukan
3. Lakukan rujukan jika diperlukan. (jelaskan alasan dirujuk)
4. Dokumentasikan asuhan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

Penilaian Kompetensi 83
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID

Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan
terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).

Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil

1. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan
oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat
(Saifuddin dkk, 2001).

2.Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000).
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc
diinjeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).

3. Waktu Pemberian Imunisasi TT


Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap
(BKKBN, 2005). TT 1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).

4. Jarak Pemberian Imunisasi TT


Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI,
2000).

5.Efek Samping Imunisasi TT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan
(Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya
bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001). Efek samping tersebut
berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).

Tempat Pelayanan untuk Mendapatkan Imunisasi TT


1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Rumah sakit pemerintah/ swasta
3. Rumah bersalin
4. Polindes
5. Posyandu
6. Dokter/ bidan praktik (Depkes RI, 2004).

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Buka box vaksin dan siapakan vaksin yang dibutuhkan
2. Lihat botol vaksin apakah ada yang rusak atau terdapat perubahan warna pada
vaksin (jika ada, jangan gunakan vaksin tersebut)
3. Cuci botol vaksin dengan sabun dan air jika kotor
4. Keringkan dengan handuk bersih atau pengering lainnya
PERSIAPAN SEBELUM PACKING
1. Pindahkan es batu yang dibutuhkan dari freezer
2. Jika ada kerak, pisahkan dari es batu yang dibutuhkan
3. Masukkan es batu dan vaksin ke dalam box vaksin
4. Cek temperature di dalam box vaksin

Penilaian Kompetensi 84
PACKING VAKSIN
1. Lapisi es batu dengan kertas
2. Ambil vaksin TT dari refrigator
3. Mengecek tanggal kedaluarsa vaksin
4. Lihat perubahan warna pada vaksin (jangan gunakan vaksin jika ada perubahan
warna)
5. Taruh vaksin di dalam box vaksin
6. Tutupi vaksin dengan kertas
7. Taruh kembali es batu diatas kertas
8. Tutup box vaksin secara benar
PROSEDUR SEBELUM PEMBERIAN
1. Bawa box vaksin dan tempatkan di udara yang sejuk
2. Jalin hubungan dengan klien : beri salam, anjurkan untuk duduk dengan nyaman
dan perkenalkan diri anda
3. Kaji ibu apakah sudah mendapatkan imunisaasi TT atau belum, kalau sudah
berapa kali mendapatkan imunisasi TT
4. Jelaskan prosedur dan pentingnya imunisasi
5. Periksa kartu antenatal untuk mengetahui usia kehamilan ibu
6. Jelaskan kepada ibu jenis imunisasi yang akan dia terima
7. Jelaskan reaksi dari pemberian vaksin tersebut dan apa yang harus ibu lakukan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan
9. Gunakan alas yang bersih pada permukaan yang akan digunakan untuk
menyimpan vaksin
10. Susun alat/perlengkapan untuk imunisasi di atas permukaan yang bersih agar
mudah digunakan
11. Memeriksa peralatan imunisasi yang akan digunakan
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan pada klien tentang reaksi dari vaksinasi dan apa yang harus dilakukan

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
3. Ambil vaksin dari box vaksin dan cek tanggal kedaluarsanya. Warna dan cara
pemberian
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan
5. Bersihkan tutup karet vial
6. Isi spuit sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (0,5 cc)
7. Keluarkan udara yang terdapat dalam spuit
8. Anjurkan ibu untuk membebaskan daerah yang akan disuntik
9. Pilih daerah yang tepat (muskulus deltoideus)
10. Bersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT (jangan menggunakan
antiseptic)
11. Suntikkan dengan cara IM atau subkutan dengan jarum yang sesuai
12. Tarik jarum setelah semua vaksin masuk
13. Tekan daerah bekas suntikan dengan kapas/kassa untuk menghentikan
perdarahan jika diperlukan
14. Buang bekas kassa/kapas sesuai dengan prosedur PI
15. Cuci tangan dengan air dan sabun dan keringkan
SETELAH PELAKSANAAN
1. Catat pemberian immunisasi pada kartu antenatal
2. Beritahu ibu untuk tidak mengoleskan saleb atau memijat daerah bekas suntikan
3. Anjurkan ibu untuk memberitahu reaksi yang dirasakan
4. Minta ibu untuk menyebutkan kembali imunisasi yang telah diberikan
5. Beritahu jadwal suntikan berikutnya
6. Ucapkan terimakasih kepada ibu
7. Bereskan peralatan yang telah digunakan sesuai dengan langkah-langkah
pencegahan infeksi
8. Bersihkan daerah yang terkontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
9. Cuci tangan dan keringkan
10. Tutup lagi vaksin yang telah digunakan jika akan digunakan dalam 24 jam dan

Penilaian Kompetensi 85
simpan dalam tempatnya (box vaksin)
11. Keluarkan dari box vaksin
12. Masukkan ke dalam refrigator dan tutup dengan benar (untuk penggunaan
selanjutnya)
13. Bersihkan box vaksin
14. Simpan box vaksin pada tempat yang bersih dan kering

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

SENAM HAMIL

Senam Hamil

Penilaian Kompetensi 86
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, ligament-ligament, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan (FK Unpad, 1998).

Tujuan Senam Hamil

Mochtar (1998) membagi tujuan dari senam hamil menjadi tujuan secara umum dan khusus, tujuan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:

Tujuan Umum:
1. Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam
proses mekanisme persalinan.
2. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi
persalinan.
3. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
Tujuan Khusus:
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan
jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan.
2. Melonggarkan persendian—persendian yang berhubungan dengan proses persalinan.
3. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan
mengurangi sesak nafas.
4. Menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan.
5. Dapat mengatur diri kepada ketenangan.
Manfaat Senam Hamil

Eisenberg (1996), membagi senam hamil menjadi 4 tahap dimana setiap tahapnya mempunyai manfaat tersendiri
bagi ibu hamil. Tahap dan manfaat dari senam hamil tersebut, yaitu:
1. Senam Aerobik
Merupakan aktivitas senam berirama, berulang dan cukup melelahkan, dan gerakan yang disarankan untuk ibu
hamil adalah jalan-jalan.
Manfaat:
1. Meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot
2. Merangsang paru-paru dan jantung juga kegiatan otot dan sendi
3. Secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan tubuh terutama kemampuan untuk memproses
dan menggunakan oksigen.
4. Meningkatkan peredaran darah.
5. Meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot.
6. Meredakan sakit punggung dan sembelit
7. Memperlancar persalinan.
8. Membakar kalori (membuat ibu dapat lebih banyak makan makanan sehat).
9. Mengurangi keletihan.
10. Menjanjikan bentuk tubuh yang baik setelah melahirkan.

2. Kalistenik
Latihan berupa gerakan-gerakan senam ringan berirama yang dapat membugarkan dan mengembangkan otot-
otot serta dapat memperbaiki bentuk postur tubuh.
Manfaat:
1. Meredakan sakit punggung.
2. Membantu ibu menyimpan energi untuk ibu siap menghadapi persalinan.
3. Menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perineal) sebagai persiapan untuk persalinan.
Syarat Mengikuti Senam Hamil
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil. Menurut Mochtar
(1998), syarat tersebut antara lain:

Penilaian Kompetensi 87
1. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
2. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu.
3. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu.
4. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam
hamil.

Waktu Pelaksanaan Senam Hamil


Senam hamil dianjurkan dilakukan ketika janin dalam kandungan telah berusia lebih dari 3 bulan, karena sebelum
usia kandungan menginjak 3 bulan penlekatan janin di dalam uterus belum terlalu kuat. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari resiko abortus (Kushartanti dkk, 2004).

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan
1. Usia kehamilan ibu sudah memasuki 22 minggu
2. Ibu memakai baju senam
3. Matras /alas
4. Ruangan cukup penerangan dan sirkulasi udara
B Pelaksanaan
Kehamilan minggu 22 – 25
a. Posisi Awal Berdiri
a. Sikap Tubuh Sempurna
Pandangan muka lurus ke depan, badan tegak, tarik otot dinding perut
ke dalam dan ke atas, ke dua tungkai lurs dan kedua lengan lurus
disamping badan
b. Pernafasan diafragma
 Berdiri tegak, angkat kedua lengan keatas kepala sedikit
kebelakang kepala, pergelangan tangan kanan menyilang didepan
pergelangan tangan kiri, sambil menarik nafas ke dalam, kemudian
turunkan kembali ke posisi awal pelan-pelan sambil mengeluarkan
nafas. Lakukan gerakan ini hingga 4 kali.
 Ulangi dengan pergelangan tangan hingga 4 kali
b. Posisi Awal Duduk
a. Latihan pergelangan kaki
Duduk tegak bersandar pada kedua lengan, kedua tungkai diluruskan
dan dibuka sedikit.
 Gerakkan kaki jauh ke depan dan kaki kanan jauh ke belakang,
bergantian hingga 8 kali.
 Gerakkan kaki kiri dan kaki kanan bersama-sama, jauh ke depan,
kemudian gerakkan jauh ke belakang bersama-sama, hingga 8 kali
 Gerakkan kaki kiri dan kanan bersama-sama ke kiri dan kanan,
hingga 8 kali
 Gerakkan kaki kiri dan kanan bersama-sama kedalam sampai
ujung-ujung jari menyentuh lantai, kemudian gerakkan kedua kaki
tersebut keluar hingga 8 kali
 Putar ke dua kaki bersama-sama kakiri 4 kali, kemudian ke kanan 4
kali
b. Latihan otot dasar panggul
 Angkat kedua lutut, tekan kedua tungkai sambil kerutkan dubur dan
kempiskan perut, kemudian lemaskan kembali hingga 8 kali
 Letakkan tungkai kanan diatas tungkai kiri, kempiskan perut dan
kerutkan dubur, kemudian lemaskan kembali, ulangi kembali
hingga 8 kali.
 Sama seperti diatas, tetapi letakkan tungkai kiri di atas tungkai
kanan, ulangi hingga 8 kali.

Penilaian Kompetensi 88
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
c. Latihan pergerakan leher
Duduk sila tegak
 Kedua tangan diatas lutut, tundukkan kepala, putar kepala ke arah
kiri, kembali ke posisi semula ulangi hingga 4 kali
 Kemudian putar ke arah kanan, lakukan 4 kali
d. Latihan pergerakan bahu
Duduk sila tegak
Kedua tangan diatas bahu, putar kedua lengan ke depan, ke atas dan ke
belakang, kembali ke posisi awal, lakukan 8 kali
c. Posisi awal berbaring terlentang
a. Latihan pengulur otot punggung bawah dan penguatan otot dinding
perut.
Kedua lengan disamping badan, kedua lutut ditekuk dan rileks, angakat
kedua tungkai kemudian turunkan perlahan-lahan, ulangi hingga 8 kali.
b. Latihan penguatan dan penguluran otot penggantung panggul.
Berbaring terlentang kedua lengan disamping badan, kedua tungkai
lurus.
Panjangkan tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu
kiri, kembali ke posisi semula, ulangi 2 kali ganti tungkai kiri yang
dipanjangkan, ulangi 2 kali. Lakukan gerakan ini berganti-ganti hingga
8 kali
c. Latihan penguluran otot punggung dan penguatan otot dinding perut
bersamaan dengan latihan otot dasar panggul. Berbaring terlentang,
kedua lengan disamping badan, kedua tungkai lurus.
Putar punggung ke kiri, tekan pinggang ke lantai, kempiskan perut
kerutkan dubur, kemudian gerakkan panggul ke kanan dan rileks.
Putar kembali kekiri. Ulangi hingga 4 kali, kemudian ganti putar ke
kanan dulu, ulangi hingga 4 kali.
d. Latihan penguatan otot bokong dan punggung bawah. Kedua lutut
ditekuk, kedua lengan disamping badan dan rileks.
Angkat panggul, kemudian turunkan pelan-pelan, ulangi hingga 8 kali
e. Latihan pembentukan postur tubuh dan latihan otot dasar panggul posisi
awal seperti diatas.
Angkat pinggang, tekan pinggang ke lantai sambil kempiskan perut.
Kerutkan dubur, kembali rileks, ulangi hingga 8 kali.
f. Latihan kontraksi relaksasi
Tegangkan otot-otot muka (kerutkan dahi katupkan tulang rahang dan
tegangkan otot leher), lemaskan kembali ulangi hingga 8 kali.

g. Pernafasan diafragma
Kedua lutut ditekuk, lrtakkan tangan kanan diatas perut. Lakukan
pernafasan diafragma, tarik nafas melalui hidung, tiup nafas melalui
celah-celah bibir sambil mengempiskan perut, ulangi hingga 8 kali.
h. Latihan relaksasi
Berbaring miring kiri (kearah punggung janin), lutut kanan ditekuk
didepan lutut kiri (ganjal dengan bantal), lengan kanan ditekuk didepan
dan lengan kiri dibelakang badan. Dapat berbaring pada posisi yang
dianggap paling enak bagi ibu.
Lemaskan seluruh tubuh, tenang, tutup mata dan berusaha mengatasi
suara dari luar selama 5 menit.

Kehamilan Minggu 26 – 30

Latihan pembentukan sikap tubuh


Sikap : merangkak, kedua tangan sejajar bahu. Tubuh sejajar dengan lantai,
dengan tangan dan paha tegak lurus.

Latihan :
 Tundukkan kepala, sampai terlihat kearah vulva, pinggang diangkat sambil
mengempiskan perut bawah dan mengerutkan dubur.
 Lalu turunkan pinggang, angkat kepala sambil lemaskan otot-otot dinding
perut dan dasar panggul. Ulangi kegiatan diatas sebanyak 8 kali.

Penilaian Kompetensi 89
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Sikap : berbaring terlentang, kedua tangan disamping badan, kedua kaki di tekuk
pada lutut dan santai.
 Lemaskan seluruh tubuh, kepalkan kedua lengan dan tegangkan selama
beberapa detik, lalu lemaskan kembali. Kerjakan sebayak 8 kali.
Latihan pernafasan
Sikap : berbaring terlentang, kedua kaki ditekuk pada lutut, kedua lengan
disamping badan dan lemaskan badan.
 Lakukan pernafasan torak (dada) yang dalam selama satu menit, lalu ikuti
dengan pernafasan diafragma. Kombinasi kedua pernafasan ini dilakukan 8
kali dengan masa interval 2 menit.
 Latihan pernafasan bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri atau sakit his pada
waktu persalinan.
Kehamilan Minggu 31 – 34
Latihan Pembentukan Sikap Tubuh
 Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus, lalu tegak
berdiri perlahan-lahan.
 Pada mula berlatih supaya jangan jatuh, kedua tangan boleh berpegang
pada misalnya sandaran kursi. Lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan Kontraksi Dan Relaksasi
Sikap : tidur terlentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki ditekuk dan
lemaskan badan.
 Lakukan pernafasan diafragma dan pernafasan dada yang dalam seperti
yang telah dibicarakan.

Latihan Pernafaan
Latihan pernafasan seperti telah diaharapkan tetap dengan frekuensi 26 – 28 per
menit dan lebih cepat.

Kehamilan Minggu 35 sampai akan Partus


Latihan Pembentukan Sikap Tubuh
Sikap : berbaring terlentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki
ditekuk dan rileks.
 Angkat badan dan bahu, letakkan dagu diatas dada melihatlah kearah vulva.
Pertahankan gerakan ini beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan
santailah. Ulangi sampai 8 kali dengan interval 2 menit.
Latihan Kontraksi Dan Relaksasi
Sikap : tidur terlentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki lurus,
lemaskan seluruh tubuh, lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.
 Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara katupkan rahang, kerutkan dahi,
tegangkan leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu, tegangkan otot
perut, kerutkan dubur, tegangkan kedua kaki dan tahan nafas. Setelah
beberapa saat kembali ke sikap semula dan lemaskan seluruh tubuh.
Lakukan sebanyak 9 kali.
Latihan Pernafasan
Sikap : tidur terlentang, kedua luut dipegang kedua tangan, posisi litotomi dan
rileks.
 Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya, lalu tutup mulut.
 Latihan mengejan seperti buang air besar, kepala melihat kebawah, setelah
mengejan kembali ke posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali dengan
interval 2 menit.
Latihan Penenangan
Sikap : berbaring miring ke arah punggung janin. Misalnya ke kiri. Maka lutut
kanan diletakkan di depan lutut kiri keduanya ditekuk di depan badan.
Sedangkan tangan kiri dibelakang badan.
 Tenang, lemaskan seluruh badan, mata dipincingkan, hilangkan semua
suara yang mengganggu, atasi tekanan. Lakukan selama 5 – 10 menit.
Latihan Relaksasi
Tutup mata, melemaskan seluruh otot tubuh, tenang bernafas dalam dan teratur.

Penilaian Kompetensi 90
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PERSIAPAN PERSALINAN (BIRTH PLAN)

1. Persalinan adalah
 Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Sarwono, 1999: 180)

Penilaian Kompetensi 91
 Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998: 134)
 Suatu proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, Lahirnya janin dan plasenta dari rahim ibu ( APN, 2002:
-1)
 Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001 : 180)
 Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Sarwono, 1999: 1000)

2. Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi Menurut Mochtar (1998:91)


a. Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. Persalinan biasa (normal) atau persalinan spontan adalah proses Lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam
d. Persalinan luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi caesarea

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
TENAGA KESEHATAN TERLATIH
Bantu ibu mendapatkan pertolongan petugas kesehatan terlatih untuk menolong proses
persalinannya
Pastikan ibu mengetahui cara menghubungi petugas kesehatan terlatih atau fasilitas
kesehatan pada saat yang tepat
TEMPAT PERSALINAN
Tanyakan kepada ibu dimana ia berencana melahirkan (di rumah, RB, Rumah Sakit,
BPS atau lainnya)
TRANSPORTASI/TRANSPORTASI GAWAT DARURAT
Tanyakan kepada ibu bagaimana ia akan pergi ke tempat bersalin, misalnya :
a. Perjalanan ke tempat persalinan
b. Transportasi gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang tepat apabila muncul tanda-
tanda bahaya
BIAYA/BIAYA GAWAT DARURAT
Tanyakan kepada ibu apakah ia memiliki uang untuk biaya persalinan dan perawatan
gawat darurat, dan apabila memungkinkan untuk mendapatkan bantuan dana melalui
masyarakat atau fasilitas untuk keadaan gawat darurat
PEMBUAT KEPUTUSAN
Tanyakan kepada ibu tentang pembuat keputusan yang utama dan keluarganya
apabila :
- Pembuatan keputusan harus dilakukan pada saat tanda bahaya muncul

Penilaian Kompetensi 92
- Bila pembuat keputusan tersebut tidak ada, siapakah yang akan membuat keputusan

DUKUNGAN
Tanyakan kepada ibu :
a. Siapakah yang dipilih untuk mendampingi ibu selama persalinan, dan menemani
ibu selama perjalanan apabila diperlukan
b. Siapakah yang akan menjaga rumah dan anak-anak selama ibu tidak ada
DONOR DARAH

Tanyakan kepada ibu siapakah yang akan menjadi donor, dan bagaimana cara
menghubungi pada keadaan kegawatdaruratan

BARANG-BARANG YANG DIBUTUHKAN UNTUK PERSALINAN YANG


BERSIH DAN AMAN

Tanyakan kepada ibu apakah barang-barang yang diperlukan selama persalinan


seperti :
a. Untuk persalinan : pembalut/kian, sabun, pakaian ganti, dll
b. Untuk bayi : selimut, popok, baju bayi, topi, handuk, dll
Disimpan oleh ibu untuk persiapan persalinan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
TANDA-TANDA BAHAYA DAN TANDA-TANDA PERSALINAN
Pastikan ibu mengetahui tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, misalnya :
a. Perdarahan pervaginam
b. Demam
c. Nyeri abdomen yang sangat
d. Nyeri kepala yang sangat dan perubahan penglihatan
e. Bengkak pada muka atau tangan
f. Pergerakan janin kurang/tidak bergerak

Juga pastikan ibu mengetahui tanda-tanda persalinan untuk selanjutnya menghubungi


tenaga kesehatan terlatih dan merencanakan kesiapan persalinan, misalnya :
a. Kontraksi yang teratur dan ada kemajuan
b. Sakit punggung bagian bawah dan fundus
c. Tanda perdarahan
d. Pecah selaput ketuban

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN PROTEIN URIN (METODE ASAM ASETAT)

Pemeriksaan Protein Urine pada Ibu Hamil


Pemeriksaan protein urine sangat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan protein pada ibu
hamil normal ataukah tidak. Kadar protein yang normal pada urine yaitu 150mg/24 jam atau 10mg/dl. Jika
melebihi kadar tersebut maka seseorang dikatakan Proteinuria. Proteinuria merupakan kondisi dimana kadar
protein pada seseorang melebihi kadar normal. Kadar protein yang tinggi pada ibu hamil dapat mengindikasikan
bahwa ibu hamil tersebut mengalami preeklampsia. Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang mempunyai

Penilaian Kompetensi 93
gejala tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan juga kejang-kejang. Biasanya penyakit ini terjadi pada saat ibu
hamil berada pada trimester kedua. Jika ibu hamil terbukti mengelami preeclampsia maka dapat dilakukan
berbagai perawatan agar tidak terjadi masalah gangguan kesehatan yang lebih serius.

Untuk mengetahui apakah pada urine kita mengandung protein yang banyak atau tidak dapat dilihat dari
kekeruhan dan warna dari urine. Kekeruhan urine dapat menandakan tinggi rendahnya kadar protein, jika urine
berwarna jernih maka sudah dipastikan dalam urine tersebut tidak mengandung kadar protein yang tinggi. Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi kandungan urin yaitu pola hidup seseorang terutama pola makan sehari-
hari. Pada masa kehamilan kenaikan hemodinamika ginjal merupakan suatu hal yang normal. Proteinuria terjadi
ketika glomerulus mengalami kebocoran saat melakukan filtrasi. Untuk lebih jelasnya mengenai pemeriksaan
protein urine pada ibu hamil, simaklah penjelasannya dibawah ini.

Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan protein urine pada ibu hamil dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada saluran
kemih ibu hamil. Adanya infeksi saluran kemih pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya kontraksi dini
sehingga sangat membahayakan untuk kondisi kehamilan Anda. Idealnya pemeriksaan protein urine sangat baik
dilakukan pada saat ibu hamil memasuki trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan protein urine dilakukan pada
trimester pertama bertujuan mengtahui kondisi kesehatan ibu hamil dengan begitu maka ibu hamil dapat
melakukan berbagai perawatan jka terbukti ibu hamil mengalami proteinuria.

Jika pada trimester pertama Anda melewatkan tes protein urine ini maka Anda dapat
melakukannya pemeriksaan kehamilan trimester 2. Jika Anda terbukti tidak mengalami proteinuria janganlah
langsung bersantai-santai ketika usia kandungan memasuki trimester ketiga lakukan kembali pemeriksaan protein
urine hal ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi urine Anda tetap sehat hingga memasuki trimester
ketiga ini. Karena beberapa ibu hamil mengalami kasus terjadi gangguan penyakit seperti preeclampsia dan juga
diabetes pada saat memasuk trimester ketiga. Oleh karena itu lakukan lah pemeriksaan protein urine pada
trimester pertama dan lakukan pemeriksaan kembali pada saat usia kandungan memasuki periode pemeriksaan
kehamilan trimester 3.

Metode Pemeriksaan

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk melakukan pemeriksaan protein urine. Akan tetapi metode
yang sering digunakan untuk melakukan tek pemeriksaan urine yaitu dipstick test atau specimen urine acak dan
tes protein urine 24 jam. Berikut ini penjelasan mengenai metode pemeriksaan protein urine.

1. Dipstick test

Metode yang pertama yaitu menggunakan dipstick test. Cara kerja metode dipstick test ini yaitu ambil
sampel urin kemudian celupkan dipstick ke dalam urine. Untuk mendapatkan hasilnya Anda hanya perlu
menunggu 60 detik, lihatlah perubahan warna yang terjadi pada dipstick tersebut dan cocokkan warna yang
ada pada dipstick tersebut pada keterangan warna-warna. Indicator warna yang menunjukkan protein pada
urine yaitu bromphenol biru. Selain protein dipstick test juga dapat mengindikasi kadar glukosa pada urine.
Tes protein urine diklasifikasikan dengan + hingga ++++ yang artinya 1 menunjukkan kadar protein rendah
dan 4 menunjukkan kada protein pada urine tinggi. Adanya kadar protein yang tinggi pada ibu hamil
menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami infeksi saluran kemih ataupun preeklampsia.

2. Uji protein urine 24 jam

Metode protein urine yang kedua yaitu uji protein 24 jam. Metode uji urine 24 jam merupakan metode
pengujian dengan cara memasukkan urine pada suatu wadah kemudian simpan pada lemari es selama 24 jam.
Setelah disimpan 24 jam ukurlah urin tersebut menggunakan fotometer ataupun analyzer kimiawi. Kadar urine
normal pada ibu hamil yaitu < 300mg/24 jam sedangkan spot urine ibu hamil yaitu < 300mg/L dan spot urine
dipstick ibu hamir negatir atau trace.

Manfaat

Melakukan pemeriksaan protein pada urine tentunya memberikan manfaat bagi ibu hamil. Beberapa manfaat
dari dilakukannya pemeriksaan protein urine yaitu sebagai berikut.

a. Mengukur kadar gula yang ada pada urin. Jika Ibu hamil mempunyai kadar gula yang tinggi maka bisa
jadi ibu hamil sedang mengelami diabetes.

b. Mengetahui protein yang berlebihan pada urin. Dengan melakukan tes protein urine sudah tentu
tujuannya untuk mengetahui kandungan protein yang ada pada urine. Kadar protein yang tinggi pada

Penilaian Kompetensi 94
urine dapat menunjukkan Anda mengalmai infeksi saluran kemih, kerusakan pada organ ginjal dan juga
preeklampsia.

c. Mengetahui produksi keton

d. Mengetahui sensitivitas antibotik pada tubuh. Tes urin mempunyai manfaat mengetahui ketahanan tubuh
terhadap berbagai infeksi.

e. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan kesehatan mulai dari infeksi saluran kemih, preeklampsia
maka lakukanlah tes urine pada saat pemeriksaan kehamilan pertama. Setelah itu lakukan kembali tes
urine pada saat usia kehamilan Anda memasuki 8 atau 9 bulan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Urin 5 cc
2. Asam asetat 6 % (1 cc)
3. Lampu spiritus 1 buah
4. Tabung reaksi 2 buah
5. Sarung tangan 1 pasang
6. Spuit 2-3 cc
7. Pipet 2 buah
8. Korek api
9. Tissue dan kertas kering
10. Bengkok atau ember dengan larutan klorin 0,5 %
PELAKSANAAN
1. Isilah tabung reaksi masing-masing dengan urin yang sudah disaring 2-3 cc (satu
tabung reaksi sebagai control)
2. Panaskan urin di atas lampu spirtus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sambil
digoyang-goyang hingga mendidih
3. Tambahkan 4 tetes asam asetat 6 %
4. Panaskan sekali lagi
5. Bandingkan dengan urine kontrol

Catatan :

NO. WARNA PENILAIAN


1. Jernih (-)
2. Keruh/butiran halus (+)
3. Endapan (++)
4. Mengkristal (+++)

Penilaian Kompetensi 95
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN (BENEDICT SEMIKUANTITATIF)

A. GLUKOSA URINE
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati berbagai proses di
ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan
karena kurang hormon insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti
gula di darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Dasar teori glukosa: Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70110 mg/dl dan 16-300 mg/24 jam pada urin
(Schteingart, 2005).Sel-sel otak bersifat permeabel.

Penilaian Kompetensi 96
Tujuan: Mengetahui kandungan amonia, clor, protein, dan glukosa pada urin Untuk membandingkan
kadar gula (glukosa) yang terkandung dalam urine normal, urine penderita diabetes mellitus dan urine wanita
hamil.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna
kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5,
urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa
jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.Secara kimiawi kandungan zat dalam urin
diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan
sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,
Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel
darah Kristal kapur dsb).
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor
diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.

a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak,
atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan
dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya
perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan
kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati
seperti hepatitis atau serosis.Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin
kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. Kita cek kondisi organ dalam kita dengan
mengamati warna urin. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pH urin, kadar klorida, kadar glukosa,
dan kadar protein urin.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Pereaksi Benedict, Reagen Benedict
2. Urin wanita hamil (diberi label nama)
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi, penjepit tabung, sarung tangan
5. Lampu spiritus
6. Korek api
7. Spuit 5 cc
8. Pipet
9. Bengkok
10. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
PELAKSANAAN
1. Isilah dua tabung reaksi dengan pereaksi Benedict masing-masing 2,5 cc
2. Masukkan urin pada salah satu tabung tersebut sebanyak 4 tetes
3. Panaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih, biarkan dingin
4. Bandingkan dengan tabung yang lain, dan lihat perbedaan warnanya

Catatan :

NO. WARNA PENILAIAN


1. Biru / hijau keruh (-)
2. Hijau / hijau kekuningan (+)
3. Kuning / kuning kehijauan (++)
4. Jingga (+++)
5. Endapan merah bata (++++)

Penilaian Kompetensi 97
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (METODE SAHLI)

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN


Mengukur kadar hemoglobin berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam
hematin oleh adanya
HCL 0,1 N.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN


Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan
hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal
jantung kongestif dan lain-lain.

Penilaian Kompetensi 98
C. BAHAN PEMERIKSAAN
Darah kapiler atau darah vena dan darah tepi.

D. PRINSIP PEMERIKSAAN
Mengukur kadar HB berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh
adanya HCl 0,1N

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Standar hemoglobin 1 set
2. HCl 0,1 % N
3. Sarung tangan bersih
4. Aquades
5. Lanset steril
6. Kapas/tissue kering
7. Pipet 2 buah
8. Klorin 0,5 % dalam wadahnya
PELAKSANAAN
1. Isilah tabung sahli dengan ditetesi HCl 0,1 % N sampai batas angka 2 pada
tabung scula
2. Pakai sarung tangan bersih untuk menghindari kontak dengan darah
3. Tusuk ujung jari dengan lanset steril
4. Bersihkan darah yang pertama keluar dengan kapas/tisu kering
5. Tekan dengan jari supaya darah yang keluar tidak sampai jatuh/terbuang
6. Gunakan pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis warna biru
pada tabung atau angka 20 mm
7. Usaplah ujung pipet dengan tissue kering untuk menghindari sisa darah di luar
pipet
8. Masukkan pipet ke dalam tabung sahli kemudian keluarkan darah sambil
menarik pipet keluar
9. Aduk HCl dengan darah sampai benar-benar tercampur dan diamkan selama 3-5
menit supaya hematin dalam darah berubah menjadi asam hematin
10. Masukkan aquades tetes demi tetes ke dalam tabung sahli, aduk kembali setelah
ditetesi sampai warnanya sama dengan warna standar
11. Lihat terdapat pada angka berapa permukaan darah, angka itulah yang
menunjukkan kadar Hb.
(Dalam membaca hasil pemeriksaan : tabung sejajar dengan mata, tepat pada
lengkungan di bagian tengah, bukan di bagian pinggir dari cairan).

Penilaian Kompetensi 99
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MANAJEMEN ANEMIA DALAM KEHAMILAN

ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurt (Soebroto,2009) sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi zat besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Anemia ini terjadi pada sekitar 62,3%
pada kehamilan, merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh
kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena gangguan resorpsi, gangguan-gangguan atau karena
besi keluar terlampau banyak dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluasan besi bertambah dalam

Penilaian Kompetensi 100


kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita hamil 17 mg, juga untuk
wanita menyusui 17 mg.
Tanda dan gejala :
1. Rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata dan mudah patah,
2. Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis algularis, pecah-pecah
disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut.
Pengobatan biasanya dengan memenuhi kebutuhan zat besi, misalnya dengan perbaikan pola makan atau
pemberian tablet besi.
b. Anemia megaloblastik
Anemia ini terjadi pada sekitar 29% pada kehamilan. biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat,
jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
Gejala-gejalanya :
1) Malnutrisi
2) Glositis berat (lidah meradang, nyeri)
3) Diare
4) Kehilangan nafsu makan
c. Anemia hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia
ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui
dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa
nifas maka anemiaakan sembuh dengan sendirinya.Dalam kehamilan berikutnya ia mengalami anemia
hipoplastik lagi.
Ciri-ciri:
1) Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi
besi, asam folat atau vitamin B12.
2) Sum-sum tulang bersifat normblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata.
d. Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat daripada
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ fital.
Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Pengobatan tergantung pada jenis anemia himolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi, maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada jenis obat-obatan, hal ini tidak memberihasil. Wanita dengan anemia hemolitik
biasanya sulit hamil. Apabila hamil, biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya, mungkin pula kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Patofisiologi anemia pada kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang
semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar
1000ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron (Yeyeh,2010).
Diagnosis anemia kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkuang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil

Penilaian Kompetensi 101


muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode Sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III (Proverawati, 2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. 9-10 gr% : anemia ringan
c. 7-8 gr% : anemia sedang
d. < 7 gr% : anemia berat

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Tanyakan dan catat gejala anemia :
- Pusing
- Palpitasi/jantung berdebar-debar
- Kelelahan
- Sesak nafas saat beraktifitas

2. Tanya secara spefisik :


- Riawayat perdarahan atau kehilangan darah pada kehamilan yang lalu
(contoh perdarahan post partum)
- Penyakit cacingan
- Malaria atau riwayat malaria
- Penyakit sickle cell
- Pola makan

3. Observasi tanda anemia :


- Konjungtiva pucat
- Lidah pucat
- Ujung kuku dan telapak tangan untuk kepucatan

4. Minta pasien untuk pemeriksaan laboratorium apabila ada tanda dan gejala
seperti di atas :
- Haemoglobin
- Sicling test
- Blood film untuk parasit malaria
- Pemeriksaan feses untuk penilaian rutin
- Urine untuk urinalisis dan kultur dan sensitifitas, atas indikasi

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS


1. Evaluasi hasil anamnesa riwayat dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui factor
yang mungkin berhubungan dengan komplikasi/masalah
2. Lakukan analisis hasil pengumpulan data dan buatlah keputusan mengenahi
asuhan yang tepat pada anemia sesuai tingkatan pelayanan atau dilakukan
rujukan
3. Nilai kebutuhan pendidikan kesehatan dan buat rencana pendidikan kesehatan
ASUHAN AWAL
1. Beritahukan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga
2. Jelaskan rencana asuhan yang akan dilakukan
BILA KADAR HAEMOGLOBIN NORMAL ( ≥ 11 g/dl : BERIKAN TABLET FE/ASAM FOLAT UNTUK
MENCEGAH ANEMIA
1. Berikan 1 tablet Fe dan 1 tablet asam folat per oral setiap hari
- Mulai diberikan pada awal kunjungan antenatal (minimal 90 tablet selama
kehamilan) dan dilanjutkan 40 hari post partum
- Berikan pendidikan kesehatan cara meminum dan efek samping obat

Penilaian Kompetensi 102


PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai makan yang banyak mengandung Fe,
asam folat dan vitamin C
3. Pencegahan terhadap penyakit malaria
Mencegah penyakit cacingan dengan mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan
mulai trimester II, menggunakan :
- Mebendazole 500 mg dosis tunggal atau 100 mg 2 kali sehari per oral selama
3 hari atau Albendazol 400 mg dosis tunggal per oral
- Pendidikan kesehatan untuk pencegahan infestasi penyakit cacingan

BILA KADAR HAEMOGLOBIN DIANTARA > 8 DAN < 11 gr/dl (ANEMIA)


Berikan 1 tablet Fe dan 1 tablet asam folat per oral 3 kali setiap hari
- berikan pendidikan kesehatan compliance dari pengobatan dengan Fe
- Berikan pendidikan kesehatan cara meminum dan efek samping obat

2. Wanita penderita cacingan :


Mulai trimester II menggunakan :
- Mebendazole 500 mg dosis tunggal atau 100 mg 2 kali sehari per oral selama
3 hari atau Albendazol 400 mg dosis tunggal per oral
- ulangi selama 3 minggu
- Pendidikan kesehatan untuk pencegahan penyakit cacingan
3. Pemeriksaan lain :
- Blood film untuk parasit malaria
- Sickle cell test
- Penghitungan jumlah reticulocyte
- feses secara mikroskopik dan occult blood
- analisis urine (termasuk untuk schistosomiasis)
4. Obati segala penyakit lain yang nampak
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang banyak mengandung
protein, Fe, asam folat dan vitamin C, bila memungkinkan, libatkan keluarga
pada saat pendidikan kesehatan.
6. Setelah penatalaksanaan di atas, cek Hb ibu setelah 4 minggu ssudahnya bila
umur kehamilan < 3 minggu dan dalam 2 minggu bila kehamilan ≥ 36 minggu
(pastikan tidak ada compliance dari konsumsi Fe). Respon baik (jika ada
peningkatan Hb sedikitnya 1 g) harus diobservasi selama 2 minggu.
- Jika tetap 10 g/dl atau kurang : rujuk ke RS
- Jika respon baik, lamjutkan pemberian Fe dalam 2 bualan, dan lakukan
pengamatan antenatal tertutup.
- Sediakan pencegahan malaria
- Rencanakan tempat yang tepat untuk persalinan
BILA KADAR HAEMOGLOBIN ≤ 8 g/dl :
RUJUK segera ke tempat pelayanan yang lengkap

Penilaian Kompetensi 103


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PENGKAJIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DEFINISI
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan.
Terdapat klasifikasi yang membagi beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan ini.
a. Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang tidak menderita hipertensi
sebelumnya dan akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan adanya
protein dalam urin.
b. Preeclampsia yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya
protein dalam urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi menjadi
preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan tekanan darah lebih dari 160/110
dengan kadar protein dalam urin mencapai 2 gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan

Penilaian Kompetensi 104


kadar trombosit < 100.000, peningkatan kadar kreatinin serum > 1.2 mg/dL, peningkatan kadar enzim
hati, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan peningkatan LDH.
c. Eclampsia yaitu adanya kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan preeclampsia.
d. Preeclampsia superimposed yaitu ditemukannya protein dalam urin pada ibu hamil yang diketahui sudah
mengidap hipertensi sebelumnya dan protein ini tidak ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
e. Hipertensi kronik merupakan suatu bagian tersendiri dimana ibu sebelumnya sudah mengidap hipertensi
atau hipertensi tersebut menetap setelah 12 minggu setelah melahirkan.
GEJALA
Umumnya hipertensi tidak memiliki gejala. Namun pada kasus dimana terjadi preeklampsia dapat ditemukan
adanya nyeri kepala terus menerus, rasa tegang di tengkuk, nyeri pada ulu hati, gangguan penglihatan maupun
adanya kejang pada eklampsia
PENYEBAB
Penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan masih menjadi perdebatan namun diperkirakan factor
penyebab yang penting adalah adanya implantasi plasenta yang invasif dan abnormal pada rahim, adanya reaksi
imunologis yang keliru terhadap adanya janin, serta adanya faktor genetik yang diturunkan. Teori lain
menyebutkan adanya kekurangan asupan beberapa zat gizi dan adanya gangguan dalam pembentukan
prostaglandin, maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan dari pembuluh darah.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
JIKA DIASTOLE > 90 mmHg
1. Tanyakan dan kaji riwayat ibu atau keluarga mengenai :
- Epilepsi
- Hipertensi
- Penyakit ginjal atau jantung
- Cerebro-vasculer accident (CVA)
2. Tanya dan kaji riwayat tanda/gejala bahaya, secara spesifik mengenai :
- Nyeri epigastrium
- Sakit kepala
- Masalah penglihatan
- Oedem pada muka dan tangan
3. Periksa reflex patella dan biceps
4. Periksa protein urine dengan menggunakan urine “midstream”
5. Periksa oedem muka dan tangan
TENTUKAN DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
JIKA DIASTOLE > 90 mmHg TETAPI < 110 mmHg TANPA PROTEIN URINE
1. Jika diastolic > 90 mmHg ttapi, 110 mmHg dan reflex normal dan protein urine
negative, dan tidak ada gejala pre-eklampsia :
- Berikan hidrasi pada ibu
- Meminta ibu untuk berbaring miring ke kiri selama 20 menit
2. Periksa tekanan darah setelah 20 menit
3. Jika tekanan darah dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Beritahu untuk kunjungan selanjutnya 1 minggu kemudian untuk mengetahui
tekanan darah
4. Jika tekanan darah masih tetap, anjurkan ibu untuk bedrest selama 4 jam
5. Periksa ulang tekanan darah setelah4 jam
6. Jika tekanan darah masih tetap dan umur kehamilan < 20 minggu maka berikan
asuhan sebagai hipertensi kronis
7. Jika tekanan darah masih tetap dan umur kehamilan > 20 minggu maka berikan

Penilaian Kompetensi 105


asuhan sebagai PIH
Jika Diastole > 90 mmHg atau < 110 mmHg tetapi refleks normal, Protein Urine + 1
1. Jika Diastole > 90 mmHg atau < 110 mmHg tetapi reflex normal, Protein
Urine + 1
- Hidrasi
- Anjurkan ibu untuk berbaring dengan posisi miring kiri selama 10 menit
- Periksa ulang urine dari kontaminasi cairan vagina
2. Periksa ulang tekanan darah setelah 20 menit

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Jika tekanan darah dan protein urine dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk mengecek tekanan darah dan
protein urin
4. Jika tekanan darah masih tetap, anjurkan ibu untuk bedrest selama 4 jam
5. Periksa ulang tekanan darah setelah 4 jam
6. Jika tekanan darah dan protein urine dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk mengecek tekanan darah dan
protein urin
7. Jika Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg , Protein Urine + 1 menetap setelah
4 jam, dengan atau tanpa gejala pre eklampsi (sakit kepala, nyeri epigastrum,
masalah visual), kelola sebagai pre eklampsi ringan
Jika Diastole > 110 mmHg Tanpa Protein Urine
1. Diastole > 110 mmHg merupakan suspek adanya diagnose hipertensi
2. Bila diastole > 110 mmHg , kehamilan < 20 minggu, kelola sebagai hipertensi
kronis
3. Bila diastole > 110 mmHg , kehamilan > 20 minggu, kelola sebagai PIH
Jika Diastole > 110 mmHg dengan Protein Urine
1. Jika Distole > 110 mmHg Protein Urine + 2, aa atau tanpa gejala berikut :
- Oliguri (< 400 ml dalam 24 jam)
- oedem paru-paru (bernafas dangkal, sianosis atau rales)
- nyeri perut bagian aas (nyeri epigastrum/ di kuadran kanan atas)
- Gangguan visual ( scotoma atau pandangan kabur )
- Perubahan pada mata (spasma arteriolar, oedem atau retinal detachment)
- Hiperrefleksi, kegagalan koagulasi (koagulopati dan haemolisis, HELLP
syndrome
- IUGR
Kelola sebagai Pre eklampsi berat
2. Jika ada tanda dan gejala pre eklampsi disertai kejang atau koma dengan kejang,
kelola sebagai eklampsi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Analisis data yang telah dikumpulkan dan buat differensial diagnosis :
- Hipertensi kronis : Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg tanpa Protein
Urine, kehamilan < 20 minggu
- Pregnasuhan antenataly Induced Hipertension (PIH) : jika : Distole > 90
mmHg tanpa Protein Urine, kehamilan > 20 minggu
- PER : Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg, dengan Protein Urine + 1
- PEB : Distole > 110 mmHg, dengan Protein Urine ≥ + 3 tanpa kejang
- Eklampsi : Distole > 90 mmHg dengan Protein Urine dan kejang
2. Buat perencanaan untuk dilakukan rujukan
3. Identifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan dan berikan sesuai kebutuhan
4. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan :
- Status kesehatan

Penilaian Kompetensi 106


- Tekanan darah
5. Diskusikan mengenai komplikasi/masalah yang tedeteksi selama kunjungan
6. Jelaskan tentang pentingnya pengelolaan bagi kehamilan, persalinan dan
kelahiran
7. - Tulis dan/atau jelaskan mengenai resep dokter yang diberikan :
- Bagaimana dan kapan harus dimakan
- Kontraindikasi
- Reaksi yang mungkin tejadi

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Menganjurkan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit dan menjelaskan alasannya
2. Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu
TINDAK LANJUT
1. Jelaskan kepada ibu tentang tagap selanjutnya termasuk hospitalisasi, rujukan
atau rawat jalan
2. Kaji ulang pemahaman ibu mengenai hal-hal yang ditemukan
3. Ingatkan ibu untuk dating jika ada pertanyaan/tanda-tanda bahaya dan tidak
menunggu waktu kunjungan selanjutnya, jika ibu dirawat jalan
4. Berikan kartu antenatal
5. Berikan ucapan terima kasih dan selamat jalan
6. Dokumentasikan asuhan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MANAJEMEN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


DEFINISI
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan.
Terdapat klasifikasi yang membagi beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan ini.

1. Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang tidak menderita hipertensi
sebelumnya dan akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan adanya
protein dalam urin.
2. Preeclampsia yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya
protein dalam urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi menjadi
preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan tekanan darah lebih dari 160/110
dengan kadar protein dalam urin mencapai 2 gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan

Penilaian Kompetensi 107


kadar trombosit < 100.000, peningkatan kadar kreatinin serum > 1.2 mg/dL, peningkatan kadar enzim
hati, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan peningkatan LDH.
3. Eclampsia yaitu adanya kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan preeclampsia.
4. Preeclampsia superimposed yaitu ditemukannya protein dalam urin pada ibu hamil yang diketahui sudah
mengidap hipertensi sebelumnya dan protein ini tidak ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi kronik merupakan suatu bagian tersendiri dimana ibu sebelumnya sudah mengidap hipertensi
atau hipertensi tersebut menetap setelah 12 minggu setelah melahirkan.

GEJALA
Umumnya hipertensi tidak memiliki gejala. Namun pada kasus dimana terjadi preeklampsia dapat ditemukan
adanya nyeri kepala terus menerus, rasa tegang di tengkuk, nyeri pada ulu hati, gangguan penglihatan maupun
adanya kejang pada eklampsia
PENYEBAB
Penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan masih menjadi perdebatan namun diperkirakan faktor
penyebab yang penting adalah adanya implantasi plasenta yang invasif dan abnormal pada rahim, adanya reaksi
imunologis yang keliru terhadap adanya janin, serta adanya faktor genetik yang diturunkan. Teori lain
menyebutkan adanya kekurangan asupan beberapa zat gizi dan adanya gangguan dalam pembentukan
prostaglandin, maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan dari pembuluh darah.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Hati-hati dalam menjelaskan diagnose dan tujuan manajemen pada ibu dan keluarganya ( PENTING !
mengingat bahwa persiapan dan pendidikan yang baik akan menghasilkan hasil yang lebih baik)

MANAJEMEN DARI HIPERTENSI KRONIK


1. Berikan konseling pada ibu dan pendampingnya, tentang pentingnya mengontrol
pengobatan tekanan darah dan mengukur tekanan darah serta mengontrol
kesejahteaan janinnya setiap minggu
2. Berikan konseling pada ibu dan anggota keluarganya untuk mengenal tanda-
tanda bahaya an apa yang harus dilakukan
3. Pemberian nutrisi dan istiahat merupakan hal yang sangat penting, tekankan
pentingnya istirahat dan mengurangi beban kerja

MANAJEMEN PIH TANPA PROTEINURIA


Jika kehamilan kurang dari 37 minggu, kelola seperti rawat jalan
- Monitor tekanan darah, protein urine dan kesejahteraan janin setiap minggu
- Jika tekanan darah tidak dikontrol dan buruk kelola seperti pre eklampsi
ringan
- Jika pertumbuhan janin terganggu secepatnya ibu dibawa ke rumah sakit,
untuk pengkajian lebih lanjut tentang perkiraan perasalinan
- Ajari ibu dan keluatganya tentang tanda-tanda bahaya kehamilan yang
merupakan indikasi pre-eklampsi atau eklampsi
-
MANAJEMEN PRE-EKLAMPSI RINGAN DNGAN RAWAT JALAN
1. Pertimbangkan untuk masuk rumah sakit jika rrawat jalan susah di follow up
atau pre-eklamsia bertambah berat. Memasukkan ke RS adalah cara terbaik
untuk melakukan observasi dan penanganan secara baik
2. Berikan tambahan waktu istirahat
3. Berikan dukungan pada ibu untuk makan secara normal (tidak dianjurkan untuk
mengurangi garam)
4. Jangan berikan obat-obatan (antikonvulsan, anti hipertensi, sedative atau
tranquillizers)
5. Berikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang gejala (tanda bahaya) dari

Penilaian Kompetensi 108


pre-eklamsia yang membutuhkan perhatian segera
6. Jika tanda-tanda memburuk kelola seperti pre-eklamsia berat
7. Jika kehamilan < 37 minggu dan tanda-tanda tetap tidak berubah atau normal
follow up 2 kali seminggu seperti pasien rawat jalan. Monitor tekanan darah,
protein urine, reflex patelladan kesejahteraan janin
8. Monitor pertumbuhan dan kondisi janin. Jika ada tanda-tanda kelahiran, bila
kehamilan lebih dari 3 minggu tetapi serviks tidak menguntungkan untuk
dilakukan induksi serviks belum matang. Jika serviks memungkinkan (lunak,
tipis, sudah ada pembukaan) lakukan induksi persalinan

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN PRE-EKLAMPSI RAWAT JALAN
1. Berikan diet regular (disarankan untuk tidak mengurangi garam)
2. Monitor tekanan darah (2 kali sehari) dan protein urine setiap hari
3. Tidak memberikan pengobatan khusus (anti konvulsan, anti hipertensi, sedative)
kecuali tekanan darah dan protein urine meningkat (lihat penanganan pre
eklamsia berat)

4. Jangan berikan diuretic. Diuretik adalah berbahaya dan hanya bila ada indikasi
pre eklamsia dengan oedema pulmonary, sakit jantung, kegagalan jantung atau
kegagalan ginjal akut

5. Jika tekanan diastole menurun ke batas normal atau kondisi tetap stabil seperti
sering terjadi pada pasien, maka diperbolehkan pulang :
- Sarankan untuk istirahat dan memperhatikan peningkatan BB secara tiba-tiba
dan gejala pre-eklamsia berat
- Kunjungi pasien 2 kali seminggu untuk memonitor tekanan darah, protein
urin, reflex patella dan kesejahteraan janin
- Jika tekanan diastole meningkat kembali, kirim lagi ke Rumah Sakit

6. Jika tanda-tanda tetap tidak berubah, pertahankan wanita tetap di Rumah Sakit.
Lanjutkan manajemen an monitor perkembangan dan pertumbuhan janin dengan
mengukur tinggi fundus. Bila terbukti pertumbuhan terhambat pertimbangkan
untuk kelahiran dini, dan jika tidak rawat sampai aterm

7. Peningkatan protein urine adalah tanda memburuknya penyakit, jika tanda ini
terjadi dapat menetapkan diagnose pre eklamsia berat, ikuti manajemen dibawah
ini.

MANAJEMEN PRE-EKLAMPSI BERAT


1. Siapkan instrument untuk penangan kejang (tongue spatula, airway, suction,
masker dan kantung oksigen
2. Mulai pemberian anti kejang
3. Pasang kateter untuk memonitor urine dan protein urine, pengeluaran urine
minimal 30 cc/jam, jika kurang hentikan terapi anti kejang dan infuse NaCl atau
RL dengan dipertahankan 100 – 125 ml/jam tetapi harus dilakukan observasi
ketat karena dapat terjadi oedema paru
4. Jangan meninggalkan ibu sendirian karena bila terjadi kejang akan terjadi
aspirasi dari muntah yang mungkin menyebabkan kematian pada ibu dan janin
5. Observasi DJJ, tanda-tanda vital, reflex patella setiap jam
6. Jika diastole tetap diatas 110 mmHg berikan obat anti hipertensi. Penurunan
diastole diantara 100 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90 mmHg
7. Cek pembekuan darah untuk mendeteksi koagulopati
8. Bila kondisi ibu stabil, segera lahirkan bayi dengan tidak memperhitungkan usia
kehamilan
9. Tentukan :
- Keadaan janin (hidup/meninggal)
- Masa gestasi (premature/aterm)
- serviks (matang/belum matang dengan Bishop’s Skor)
10. Lakukan persiapan SC termasuk sediakan darah segar sebelum SC karena
ditakutkan terjadi coagulopathy
11. Persiapan untuk SC bila :
- Serviks tidak matang (keras, tebal, tertutup) atau kelahiran tidak dapat

Penilaian Kompetensi 109


diantisipasi
- Terjadi fetal distress (mekonium, DJJ < 100 mnt dan lambat atau tidak
teratur, tunggu sampai keadaan normal)
- Coagulopathy sudah diantisipasi
- Tersedianya anestesi yang nyaman

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN EKLAMPSI
1. Kelola seperti pre-eklamsia berat ditambah :
- Berikan infuse NaCl aau Ringer Lactat untuk menggantikan kehilangan
darah, muntah, diare atau keringat. Pertahankan volume intravaskuler an
hindari overload. Monitor jumlah cairan dan pengeluaran urin untuk
memastikan tidak terjadi overload
- Dengarkan crepitation paru-paru karena hal ini menandakan terjadinya
oedema paru. Jika terjadi perhatikan pemasukan dan berikan diuretic seperti
frusemide 20 mg IV satu kali
- Setelah kondisi stabil kelahiran dilakukan sesegera mungkin dalam 12 jam
dari terjadi kejang tanpa melihat usia kehamilan
- Lakukan induksi persalinan jika serviks sudah matang (lunak, tipis sudah ada
pembukaan)
- Sebelum dilakukan SC harus disiapkan darah segar untuk antisipasi
terjadinya koagulopati
2. Persiapan SC jika :
Serviks belum matang atau kelahiran tidak mungkin terjadi dalam 12 jam.
Bila terjadi gawat janin (mekonium, DJJ kurang dari 100 kali/menit dan lambat
serta tak teratur), tunggu sampai keadaan normal.
Antisipasi terjadina koagulopati
Siapkan anestesi yang nyaman.
Manajemen umum selama kondisi baik
1. Lindungi ibu dari kemungkinan kecelakaan tetapi ibu tidak dikekang (terjatuh,
lidah tergigit, trauma)
2. Lakukan penghisapan pada mulut dan tenggorokan bila perlu
3. Posisikan ibu miring kiri atau Trendelenburg (kepala lebih rendah) untuk
mengurangi aspirasi dari sekresi, muntag dan darah.
4. Berikan oksigen 4 – 6 L/menit dengan menggunakan masker atau nasal canule
5. Berikan obat anti kejang

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PENDIDIKAN KESEHATAN SECARA INDIVIDU DALAM


ASUHAN ANTENATAL

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria
yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan.

Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan


• Memahami bahwa kehamilan adalah proses yang alamiah dan fisiologis.
• Menggunakan cara yang sederhana (tidak melakukan intervensi).
• Aman, berdasarkan fakta.
• Terpusat pada ibu.
• Menjaga privasi ibu.
• Membuat ibu merasa nyaman.
• Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling.

Penilaian Kompetensi 110


• Membuat ibu dan keluarga berperan aktif dalam membuat keputusan.
• Menghormati praktek adapt, budaya dan agama.
• Memantau kesejahteraan fisik, psiko, dan spiritual.
• Fokus pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tujuan Asuhan Kehamilan


Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Review catatan antenatal ibu :
- Kunjungan keberapa dan jenis kunjungan
- Umur kehamilan
- Faktor-faktor yang bergubungan dengan komplikasi yang teridntifikasi pada
kunjungan ini
- Keluhan umum yang tercatat
- Masalah/komplikasi yang teridentifikasi pada kunjungan ini
- Topik-topik yang tercatat pada kunjungan sebelumnya
2. Buat keputusan mengenai topic pendidikan kesehatan yang paling sesuai
denganh kebutuhan ibu pada kunjungan ini
3. Review prinsip umum dari pendidikan kesehatan :
- Nilai level pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan
- Arahkan pembicaraan sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu dan
pemahaman yang lalu
- Lengkapi informasi yang diberikan kepada ibu berasarkan kondisi sosial ibu,
umur kehamilan dan masalah/komplikasi yang didapat selama kunjungan
PENDAHULUHAN
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Tanyakan identitas ibu secara sopan
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan personal
4. Bila ada pendamping, identifikasi dan tanyakan kepada ibu apakah ia ingin
ditemani oleh pndamping selama pelaksanaan pendidikan kesehatan
5. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan serta prosedur yang akan
dilakukan. Jelaskan bahwa pendidikan kesehatan ini bermanfaat bagi ibu,
sehingga ibu merasa bebas untuk memberikan pertanyaan setiap saat
6. Pastikan kenyaman dan privasi ibu terjaga
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Diskusikan factor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi dan
tercatat selama kunjungan, menjelaskan pentingnya hal tersebut untuk selama
proses kehamilan dan persalinannya yaitu :
- Gravida, paritas ( ≥ 6 ), dan umur ( < 17 tahun )
- Adanya riwayat perdarahan antepartum, SC, still birth, bayi dengan BBLR,
mperdarhan post partum, infeksi post partum, kehamilan ganda, hipertensi,
preeklamsia/eklamsia
- Ibu yang sedang menjalani pengobatan penyakit kronis, seperti AIDS, asma,
tuberkolosis, diabetes, penyakit jantung, epilepsu, dsb.
2. Tanyakan ibu mengenai perencanaan persalinan :
- Kebutuhan yang pelu disiapkan saat persalinan (pakaian bayi, sabun, pakaian
bersih, pembalut, air mencuci, dll)?
- Siapa penolong persalinan yang terlatih dan dimana tempat persalinan?
- Bagaimana cara ibu dan keluarga membayar biaya proses persalinan normal
- Apakah ibu mengetahui tanda persalinan normal ?
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Tanyakan mengenai rencana ibu bila menemukan tanda-tanda bahaya dalam

Penilaian Kompetensi 111


kehamilan :
- Bagaimana ibu dan keluarga membayar biaya bila terjadi komplikasi ?
- Apakah keluarga siap bila terjadi kedaruratan ? siapa yang membuat
keputusan
- Apakah ibu tahu tanda-tanda bahaya dan tahu apa yang harus dilakukan bila
menemukan tanda bahaya ?
- Siapa yang akan menjadi donor darah bila dibutuhakan ?
4. Berikan konseling lanjutan tentang topic-topik penting dan spesifik untuk
kondisi ibu, libatkan anggota keluarga selama proses konseling.
- Proses kehamilan , persalinan
- Pemeriksaan rutin kehamilan
- Praktik-poraktik tradisional yang merugikan dan mungkin dilarang untuk
dipraktikkan
- Praktik-praktik tradisional yang menguntungkan dan mungkin dapat
direkomendaasikan
- Bahaya dari mengkonsumsi obat-obat tanpa instruksi dalam kehamilan
- Nutrisi
- Pemberian tablet Fe
- Pencegahan malaria
- Vaksin tetanus toxoid
- Kesehatan personal dan lingkungan
- Latihan, istirahat dan tidur
- Aktivitas hubungan seksual selama kehamilan
- Pentingnya “hubungan sex” yang aman dengan menggunakan kondom
selama kehamilan untuk mencegah HIV/AIDS, bila suami istri.
- Pentingnya test HIV selama kehamilan
- Persiapan menyususi
- Keluarga berencana
- Self care selama periode post partum
- Perawatan BBL
5. Motivasi kepada ibu untuk ber-KB
6. Diskusikan kepada ibu dan keluarga yang mendampingi tentang tanda-tanda
bahaya, dan jelaskan jika terjadi tanda-tanda bahaya pada ibu maka segera pergi
ke tenaga kesehatan, tanda-tanda bahaya tersebut antara lain :
- Pecah ketuban sebelum waktu
- Perdarahan dari jalan lahir
- Demam
- Mual yang berlebihan
- Kenaikan BB yang berlebihan
- Oedema pada muka dan tangan
- Sakit kepala dan gangguan visual
- Gerakan janin berkurang/tidak diarasakan
- Lelah yang berlebihan
7. Berikan kesempatan kepada ibu untuk menyampaikan pertanyaan mengenai
informasi yang disampaikan
8. Berikan informasi yang dibutuhkan ibu dan keluarga
9. Pastikan ibu memahami informasi yang disampaikan pada saat Tanya jawab
10 Ingatkan ibu mengenai kunjungan antenatal selanjutnya dan hal-hal yang
memerlukan perhatian selama kehamilan
11. Berikan kartu ASUHAN ANTENATAL pada ibu
12. Sepakatu bersama ibu mengenai waktu pemeriksaan selanjutnya
13. Ucapkan terima kasih dan selamat jalan kepada ibu dan keluarga
14. Dokumentasikan asuhan yang diberikan

Penilaian Kompetensi 112


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PENDIDIKAN KESEHATAN SECARA KELOMPOK DALAM

ASUHAN ANTENATAL

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria
yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan.

Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan


• Memahami bahwa kehamilan adalah proses yang alamiah dan fisiologis.
• Menggunakan cara yang sederhana (tidak melakukan intervensi).
• Aman, berdasarkan fakta.
• Terpusat pada ibu.
• Menjaga privasi ibu.
• Membuat ibu merasa nyaman.
• Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling.
• Membuat ibu dan keluarga berperan aktif dalam membuat keputusan.
• Menghormati praktek adapt, budaya dan agama.
• Memantau kesejahteraan fisik, psiko, dan spiritual.
• Fokus pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Penilaian Kompetensi 113


Tujuan Asuhan Kehamilan
Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN SECARA KELOMPOK
1. Pastikan suara pembicara dapat didengar dengan jelas
2. Perliahatkan sikap antusias kepad topic yang disampaikan
3. Pertahankan kontak mata dengan audience
4. Gunakan bantuan ( alat bantu ) audio-visual secara efektif
PENDAHULUAN
1. Berikan salam kepada ibu dan perknalkan diri
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan kondusif
3. Identifikasi kelompok yang akan diberikan pendidikan kesehatan
4. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan selama kehamilan
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Ajukan pertanyaan secara umum mengenai pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai
kehamilan dan ASUHAN ANTENATAL
2. Diskusikan berbagai aspek ASUAHAN ANTENATAL termasuk komplikasi
yang mungkin ada. Pilih salah satu topic pada setiap sesi.
Informasi-informasi yang dapat diberikan antara lain :
- Proses kehamilan , persalinan
- Pemeriksaan rutin kehamilan
- Praktik-poraktik tradisional yang merugikan dan mungkin dilarang untuk
dipraktikkan
- Praktik-praktik tradisional yang menguntungkan dan mungkin dapat
direkomendaasikan
- Bahaya dari mengkonsumsi obat-obat tanpa instruksi dalam kehamilan
- Nutrisi
- Pemberian tablet Fe
- Pencegahan malaria
- Vaksin tetanus toxoid
- Kesehatan personal dan lingkungan
- Latihan, istirahat dan tidur
- Aktivitas hubungan seksual selama kehamilan
- Pentingnya “hubungan sex” yang aman dengan menggunakan kondom
selama kehamilan untuk mencegah HIV/AIDS, bila suami istri.
- Pentingnya test HIV selama kehamilan
- Persiapan menyususi
- Keluarga berencana
- Self care selama periode post partum
- Perawatan BBL

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Diskusikan kepada ibu dan keluarga yang mendampingi tentang tanda-tanda
bahaya, dan jelaskan jika terjadi tanda-tanda bahaya pada ibu maka segera pergi
ke tenaga kesehatan, tanda-tanda bahaya tersebut antara lain :
- Pecah ketuban sebelum waktu

Penilaian Kompetensi 114


- Perdarahan dari jalan lahir
- Demam
- Mual yang berlebihan
- Kenaikan BB yang berlebihan
- Oedema pada muka dan tangan
- Sakit kepala dan gangguan visual
- Gerakan janin berkurang/tidak diarasakan
- Lelah yang berlebihan
4. Berikan kesempatan kepada ibu untuk menyampaikan pertanyaan mengenai
informasi yang disampaikan
5. Berikan kepada kelompok feedback yang positif
6. Review beberapa informasi yang penting
7. Berikan feedback yang positif
8. Berikan secara langsung mengenai tempat pemeriksaan selanjutnya
9. Tulis tanggal dan waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan
10. Ingatkan ibu mengenai kunjungan ASUHAN ANTENATAL selanjutnya dan hal-
hal yang memerlukan perhatian selama kehamilan
11. Berikan ucapan terima kasih pada ibu atas perhatiannya
12. Berikan ucapan selamat jalan pada ibu

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MENCUCI TANGAN

Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman
yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke
pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan (Schaffer,
et.al., 2000). Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain.
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan harus di cuci sebelum dan
sesudah memakai sarung tangan.Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.

Tujuan cuci tangan Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk Mengangkat
mikroorganisme yang ada di tangan, Mencegah infeksi silang (cross infection), Menjaga kondisi steril,
Melindungi diri dan pasien dari infeksi, Memberikan perasaan segar dan bersih

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)

Penilaian Kompetensi 115


2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
I. MENYUAPKAN SARANA
1. Sediakan pasokan air bersih yang mengalir, baik dari kran atau ember bertutup
2. Sediakan sabun batangan (sebaiknya dalam potongan kecil) atau cair (tidak
harus mengandung antiseptic) dan wadah sabun (bagian dasarnya berlubang)
3. Sediakan tissue atau handuk pribadi
II. MENCUCI TANGAN
1. Lepaskan perhiasan (cincin, gelang, jam) dari jari-jari dan pergelangan tangan
dan simpan di tempat yang aman
2. Alirkan air dari kran atau tuangkan dari gayung
3. Basahi kedua belah tangan hingga bagian lengan yang terbuka atau hingga
bagian siku (tidak tertutup pakaian)
4. Tuangkan secukupnya sabun cair pada telapak tangan atau ambil potongan sabun
dan gosok-gosokan dengan sedikit air sehingga berbusa (bila menggunakan
potongan sabun maka letakkan sisa sabun pada wadah yang tersedia)
5. Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan sedikit tekanan dan saling
menelusupkan jari-jari pada satu tangan diantara jari tangan sebelahnya dan
sebaliknya
6. Dengan gerakan yang sama, lakukan hal tersebut pada kedua punggung tangan
7. Genggam ibu jari tangan yang satu dengan jari-jari dan telapak tangan yang
lainnya dan lakukan gosokan secara rotasi ke kiri dan kanan
8. Tekuk jari-jari tangan kiri dan tangan (seperti huruf U) kemudian temukan pada
bagian dalam (palmar) jari tangan (alur jari tangan kiri dan kanan saling
menyusup) dan saling gosokan ke kiri dan kanan
9. Temukan dan kuncupkan ujung-ujung jari tangan yang satu kemudian gosok-
gosokan pada telapak tangan yang lainnya (langkah 5 – 9 dilakukan dalam 10 –
15 detik)
10. Bilas kedua tangan sambil melakukan kerakan menggosok dengan air bersih
mengalir hingga semua busa sabun dapat dihilangkan
11. Keringkan kedua tangan dan lengan yang basah dengan tissue atau handuk
pribadi
12. Gunakan tissue/handuk pribadi untuk mematikan kran atau menutup ember
tempat menyimpan air

Penilaian Kompetensi 116


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMROSESAN BENDA TAJAM


DEFINISI
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme berbahaya
penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alat – alat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfektan melalui cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.

1. JENIS – JENIS PEMROSESAN ALAT


a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan,sarung tangan, dan
benda – benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda – benda lebih aman
untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, jika menangani peralatan
yang sudah digunakan atau kotor.
b. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari peralatan,
sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT bisa dijangkau dengan cara
merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme kecuali
beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
c. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang
dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai

Penilaian Kompetensi 117


tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau
bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas
( formalin, H2O2 ), rdiasi ionisasi.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Pakai sarung tangan rumah tangga yang tebal pada kedua belah tangan (pastikan
tiak bocor dan tahan tusukan)
2. Perhatikan apakah wadah benda tajam sudah ¾ penuh, jika demikian pasang
penutup atau sumbat, atau beri perekat (plester) agar wadah tertutup rapat.
Perhatikan dan pastikan agar tak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar
wadah
3. Buanglah wadah dan semua benda tajam di dalamnya ke tempat pembakaran
atau incinerator, enkapsulasi (diberi bahan pembungkus atau semen), atau
dikubur dalam kedalaman yang cukup aman
4. Secara hati-hati, lepaskan sarung tangan tersebut dari kedua tangan. Perhatikan
tak ada bocoran atau kontaminasi pada tangan. Kedua sarung tangan tersebut
harus dicuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor, kemudian keringkan.
5. Segera cuci tangan dan keringkan dengan kain atau handuk bersih atau alat
pengering lain. Sebagai alternative, jika tangan tidak terlihat kotor, tuangkan 5
ml ( 1 sendok teh) pembilas tangan antiseptic, gosokkan secara merata pada
seluruh permukaan tangan dan biarkan mengering

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMROSESAN BAHAN LINEN BEKAS PAKAI

DEFINISI
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme berbahaya
penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alat – alat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfektan melalui cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.

2. JENIS – JENIS PEMROSESAN ALAT


d. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan,sarung tangan, dan
benda – benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda – benda lebih aman
untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai
sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, jika menangani peralatan
yang sudah digunakan atau kotor.
e. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari peralatan,
sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT bisa dijangkau dengan cara

Penilaian Kompetensi 118


merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme kecuali
beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
f. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang
dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai
tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau
bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas
( formalin, H2O2 ), rdiasi ionisasi.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
DENGAN TANGAN
Persiapan
1. Pakai sarung tangan rumah tangga, pelindung mata, apron plastik/karet, sepatu
bot
2. Siapkan air hangat, cairan pemutih, cairan asam lemah secukupnya (sesuai
jumlah linen yang akan dicuci)
3. Siapkan ember untuk :
- Linen sangat kotor
- Linen kurang kotor
- Linen bersih
PENCUCIAN SECARA MANUAL
4. Pisahkan dan masukkan linen yang sangat kotor dengan linen yang kurang kotor
dalam ember yang berbeda
5. Cuci linen kotor dari maasing-masing ember tersebut dengan sabun cair dan air
hangat (jika tersedia)
6. Tambahkan pemutih 30 – 60 ml atau kira-kira 2 – 3 sendok makan serta larutan
asam lemah (jika perlu)
Jika linen tersebut berwarna maka cukup dilakukan proses pencucian secara
saksama, kemudian baru ditambahkanlarutan asam lemah.
7. Periksa kebersihan linen yang telah dicuci. Cuci ulang apabila masih terdapat
kotoran
Bilas cucian dengan air bersih (lanjutkan pengeringan)
DENGAN MESIN
Persiapan
1. Pakai sarung tangan rumah tangga, pelindung mata, apron plastik/karet, sepatu
bot
2. Siapkan air hangat, cairan pemutih, cairan asam lemah secukupnya (sesuai
jumlah linen yang akan dicuci)
3. Siapkan ember untuk :
- Linen sangat kotor
- Linen kurang kotor
- Linen bersih
4. Periksa dan siapkan mesin cuci
Pencucian
5. Pisahkan linen yang sangat kotor dengan linen yang kurang kotor dalam ember
yang berbeda
6. Cuci linen kotor dari masing-masing ember tersebut, atur dan sesuaikan
temperature dan siklus waktu (lihat instruksi pabrik) dan jenis sabun/pencuci
lainnya, yang akan dipakai
7. Lakukan pengaturan agar air panas mencapai temperature 71 ˚C atau diatasnya
8. Tambahkan cairan pemutih dan asam lemah secukupnya

Untuk linen berwarna cukup dilakukan pencucian sesuai dengan ketentuan yang
ada, kemudian baru tambahkan larutan asam lemah secukupnya

Penilaian Kompetensi 119


PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
9. Periksa kembali tingkat kebersihan linen yang telah dicuci. Cuci ulang apabila
masih terdapat kotoran
10. Bilas cucian tersebut dengan air bersih
Pengeringan
11. Keringkan linen yang telah dicuci di udara terbuka, dibawah matahari, jangan
sampai menyentuh tanah, dan jauhkan dari debu dan asap
12. Lepaskan sarung tangan, apron, pelindung mata, dan sepatu bot
13. Periksa adanya lubang dan area yang sudah using
14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
MELIPAT
1. Seterika linen bersih yang telah kering, kemudian lipat sesuai dengan keperluan
pemakainya
2. Simpan dalam rak atau wadah penyimpan yang sesuai. (bila linen akan
disterilkan maka persiapannya harus sudah dimulai pada saat dilipat untuk
kemudian dibungkus sesuai panduan prosedur sterilisasi)

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBUANGAN SAMPAH CAIR TERKONTAMINASI

PENGERTIAN SAMPAH MEDIS

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

JENIS SAMPAH MEDIS


Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah
basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur)
secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah
jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu
mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat
pemeliharaan kesehatan.

Penilaian Kompetensi 120


1. Sampah Benda Tajam
Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan
intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang
terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif.

2. Sampah Infeksius
Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Sampah
infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini
antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit
dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).

3. Sampah Jaringan Tubuh (Patologis)


Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan
cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan tubuh tidak
memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang
ke incinerator.

4. Sampah Citotoksik
Sampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang
terdapat sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000°C.

5. Sampah Farmasi
Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch
tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau
dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan
limbah hasil produksi obat-obatan.

6. Sampah Kimia
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium,
proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

7. Limbah Radio Aktif


Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran
nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

8. Sampah Plasti
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.

PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN

a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah
beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang
mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran,
pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam
sampah ( lalat dan tikus).

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

Penilaian Kompetensi 121


PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Pakai alat pelindung diri (sarung tangan rumah tangga yang tebal, kacamata
pelindung, dan celemek plastik) untuk menangani/membawa sampah cair
2. Secara hati-hati, tuangkan sampah cair ke bak pembuangan khusus atau ke
dalam toilet dan siram dengan air sehingga semua limbah dan sisanya terbuang
habis (hindari percikan limbah dan air bilasan).

Jika system pembuangan kotoran tidak tersedia, buanglah sampah cair tersebut
dalam lubang tertutup, jangan dibuang ke saluran terbuka.
3. Seka dan bersihkan bagian luar wadah sampah/limbah cair dengan larutan klorin
0,5 % dan lakukan dekontaminasi pada seluruh bagian dalam wadah sampah cair
dengan larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, sebelum dicuci
4. Lepaskan sarung tangan rumah tangga (cuci setiap hari atau apabila kotor
kemudian keringkan) dan APD lainnya.
5. Cuci tangan, keringkan dan gunakan pembilas antiseptic seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBUANGAN SAMPAH PADAT TERKONTAMINASI

PENGERTIAN SAMPAH MEDIS

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

JENIS SAMPAH MEDIS


Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah
basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur)
secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah
jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu
mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat
pemeliharaan kesehatan.

Penilaian Kompetensi 122


2. Sampah Benda Tajam
Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan
intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang
terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif.

9. Sampah Infeksius
Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Sampah
infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini
antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit
dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).

10. Sampah Jaringan Tubuh (Patologis)


Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan
cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan tubuh tidak
memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang
ke incinerator.

11. Sampah Citotoksik


Sampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang
terdapat sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000°C.

12. Sampah Farmasi


Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch
tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau
dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan
limbah hasil produksi obat-obatan.

13. Sampah Kimia


Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium,
proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

14. Limbah Radio Aktif


Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran
nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

15. Sampah Plasti


Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.

PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN

a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah
beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang
mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran,
pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam
sampah ( lalat dan tikus).

PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip
3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas
ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk

Penilaian Kompetensi 123


dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.

a. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

b. Reuse (Memakai kembali)


Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang
yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum ia menjadi sampah.

c. Recycle (Mendaur ulang)


Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang
bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

d. Replace ( Mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang
lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan
jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Pakai sarung tangan rumah tangga yang tebal, kacamata pelindung, dan apron
plastic untuk menangani/membawa sampah padat
2. Masukkan dan susun sampah padat ke dalam wadah bersepuh logam atau plastic
yang berpenutup ketat
3. Setelah tertutup, bawa sampah tersebut ke tempat pembakaran atau incinerator
(hati-hati jangan ada yang jatuh atau tumpah)

Periksa dan ambil secara regular sampah padat yang telah terkontaminasi,
jangan menunggu hingga sampah menjadi penuh atau ditumpuk diluar tempat
penampungannya
4. Masukkan sampah ke tempat pembakaran atau insinerator
5. Lepaskan sarung tangan (cuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor kemudian
keringkan) dan APD lainnya
6. Cuci tangan, keringkan dan gunakan pembilas antiseptic tangan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya

Penilaian Kompetensi 124


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MENGUBUR SAMPAH
PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip
3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas
ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.

a. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

b. Reuse (Memakai kembali)


Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang
yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum ia menjadi sampah.

c. Recycle (Mendaur ulang)


Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang
bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Penilaian Kompetensi 125


d. Replace ( Mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang
lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan
jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Siapkan lokasi yang tepat untuk penguburan sampah
- Tanah dengan permeabilitas rendah (tanah liat)
- Jarak 50 meter dari sumber air
- Mempunyai aliran air yang baik, level yang lebih rendah dari sumber
air/sumur, tak tergenang air dan tidak banjir
- Disekitar tempat penguburan sampah, diberi pagar agar tidak dapat dimasuki
anak-anak dan hewan peliharaan
2. Lakukan penggalian lobang dengan diameter/garis tengah sekitar 1m (3 kaki)
atau bentuk kubus dengan panjang masing-masing sisi adalah 1 meter dan
kedalaman 2 m. (upayakan dasar berada pada level 2 m diatas permukaan air)
3. Buang sampah terkontaminasi ke dalam lobang, kemudian tutup dengan tanah
setebal 10 – 15 cm (4 – 6 inci) setiap hari.
4. Lubang dianggap penuh bila tumpukan sampah terakhir telah mencapai
50 – 60 cm (20 – 24 inci) dari tepi atas lobang atau sama dengan ketebalan tanah
penutup terakhir. Tanah penutup ini akan dipadatkan untuk menyekat bau yang
dapat menarik serangga dan hewan lainnya untuk menggali tanah dan mengorek
sampah di tempat penguburan tersebut

Catatan : kapasitas lubang penguburan umumnya adalah 30 – 60 hari tumpukan sampah.

Penilaian Kompetensi 126


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PINILAIAN AWAL PERSALINAN

Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam keadaa gawatdarurat atau tidak, secara
prinsip harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan
pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena pemeriksaan sistematis membutuhkan waktu yang agak lama,
padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan penilaian awal.
Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan
kegawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit yang dihadapi. Dalam
penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesa awal dilakukan bersama-sama periksa
pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting
berkaitan dengan kasus. Misalnya apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar, kejang, sudah
mengedan, atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus utama penilaian adalah apakah pasieng mengalami
syok hipofolemik, syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologik, dan sebagainya), koma,
kejang-kejang, atau koma disertai kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan, atau pasca
persalinan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

Penilaian Kompetensi 127


PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Persiapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan
2. Hindari pemeriksaan pada saat kontraksi
PENGAMBILAN RIWAYAT
1. Sambut ibu dan keluarga
2. Persilakan ibu untuk duduk atau tidur dengan posisi yang nyaman dan
memfasilitasi ibu untuk didampingi dengan keluarga yang diinginkan ibu
3. Perkenalkan diri anda
4. Tanyakan apa yang dirasakan/keluhan ibu
5. Nilai apakah ibu perlu untuk dilakukan pemeriksaan segera atau tidak. Jika ya,
tunda panggalian riwayat dan segera lakukan pemeriksaan obstetri
6. Meninjau kartu antenatal (jika ada) untuk mengetahui riwayat obstetric dan
permasalahan yang ada selama kehamilan.
 Riwayat persalinan terdahulu
 Factor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi selama kehamilan
 Catatan rekomendasi untuk persalinan
7. Tanyakan mengenai usia kehamilan
8. Jelaskan kepada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan
9. Gali apakah ibu merasakan tanda-tanda bahaya
10. Kaji riwayat persalinan sekarang, tentang
 Usia kehamilan
 Pergerakan janin terakhir
 Kapan mulai kontraksi (frekuensi, durasi, kekuatan)
 Perdarahan pervaginam atau lendir darah
 Kunjungan antenatal terakhir
 Obat-obatan yang dikomsumsi
 Pengeluaran cairan pervaginam/ketuban (kapan, warna, bau dan jumlah)
 Istirahat terakhir
 Makan terakhir dan jenis makanan yang dimakan
 BAB dan BAK terakhir
11. Hitung usia kehamilan dan menentukan taksiran persalinan
12. Cek status HIV (jika ada indikasi)
13. Catat temuan pada partograf
PEMERIKSAAN FISIK
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Jaga privacy ibu
3. Kaji respon emosional ibu
4. Periksa tanda-tanda vital
5. Periksa adanya edema pada muka
6. Periksa mata : conjungtiva dan sklera
7. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening dan
peningkatan vena jugularis (jika ada indikasi)

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
8. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
9. Bantu ibu untuk tidur dengan relaks dan hindari posisi supine
10. Beritahu ibu bahwa anda akan melakukan pemeriksaan abdomen
11. Inspeksi abdomen, untuk melihat :
 Bentuk
 Ukuran
 Luka bekas operasi
12. Ukur tinggi fundus dan nilai apakah sesuai dengan usia kehamilan
13. Lakukan pemeriksaan abdomen, untuk
 Leopold ( I s.d IV)
 Penurunan bagian terenah dengan perlimaan
 Kesejahteraan janin dengan memeriksa DJJ dan pergerakan janin
14. Periksa kontraksi uterus
 Taruh tangan anda di daerah fundus
 Cek waktu dan mulai hitung his/kontraksi

Penilaian Kompetensi 128


 Hitung jumlah kontraksi dalam 10 menit dan durasi dari setiap kontraksinya
 Mulai hitung segera kekuatan kontraksi pada saat fundus mengeras sampai
fundus melunak
 Pertahankan tangan anda di fundus sampai dengan 10 menit.
15. Periksa refleks patella (jika ada indikasi)
16. Periksa bagian punggung untuk melihat
 Deformitas panggul
 Oedema pada sacrum
 CVA
17. Lakukan pemeriksaan pervaginam (lihat penuntun belajar pemeriksaan
pervaginam)
18. Lakukan pemeriksaan panggul (lihat penuntun belajar pemeriksaan panggul) jika
diperlukan)
19. Catat semua temuan yang didapatkan. Tentukan kapan harus melakukan
pemeriksaan dalam kembali dan kapan perkiraan pembukaan akan lengkap (lihat
penuntun belajar manajemen persalinan dengan menggunakan partograf)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Berdasarkan hasil temuan, tntukan :
 Semua temuan dalam kondisi normal
 Komplikasi atau masalah-masalah lain dapat terdeteksi dan anda dapat
melakukan manajemen yang tepat pada tingkat kewenangan anda.
 Ibu yang mengalami komplikasi segera mendapatkan penanganan atau
rujukan
 Lakukan monitoring kemajuan persalinan walaupun tidak ada komplikasi
2. Buat rencana asuhan, termasuk :
 Kebutuhan untuk pemeriksaan laboraturium
 Kebutuhan untuk konsultasi dengan spesialis
 Kebutuhan untuk pendidikan ksehatan
 Kebutuhan untuk mengikutsertakan keluarga dalam proses pendidikan
kesehatan
 Kebutuhan untuk penatalaksanaan komplikasi yang terdeteksi
 Kebutuhan rasa nyaman dan dukungan selama persalinan
 Kebutuhan nutrisi dan hidrasi
 Waktu untuk memonitor persalinan berdasarkan fase dan kala persalinan
ASUHAN DAN MONITORING SELAMA PERSALINAN
1. Monitoring kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin dan catat dalam partograf
2. Berikan nutrisi yang cukup dan sesuai selama persalinan
3. Tetap berikan support dan memfasilitasi ibu untuk didampingi dengan orang
yang diinginkannya
4. Fasilitas ibu untuk memilih posisi yang nyaman baginya
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara teratur (setiap 2
jam)
6. Pastikan ibu mendapatkan rasa nyaman, dengan :
 Pain relief
 Menarik nafas panjang ketika kontraksi
 Informasikan tentang kemajuan persalinan

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Nilai partograf secara terus menerus, interpretasikan temuan dan buat intervensi
yang tepat
8. Jaga kebersihan. Ganti atau anjurkan ibu untuk mengganti pembalut atau baju
jika diperlukan
9. Pada saat ketuban pecah, ulangi pemeriksaan daam untuk menilai ada bagian
kecil/tali pusat menumbung atau tidak dan nilai kemajuan persalinan
10 Nilai apakah perlu untuk melakukan pemeriksaan glukosa urine, protein dan
keton serta haemoglobin
11 Informasikan hasil temuan anda kepada ibu dan keluarga

Penilaian Kompetensi 129


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN DALAM ( VAGINAL TUSIE ) PADA PERSALINAN

A. Definisi
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks
menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari(lebar satu
jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio).

B. Tujuan
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan inpartu


2. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
3. Menentukan ramalan persalinan
4. Untuk menilai vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempit
5. Untuk menilai keadaan serta pembukaan servik
6. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
7. Untuk menilai sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, Misalnya bartholinitis
8. Untuk mengetahui pecah tidaknya selaput ketuban.
9. Untuk mengetahui presentasi janin
10.Untuk mengetahui turunnya kepala dalam panggul
11.Untuk mengetahui penilaian besarnya kepala terhadap panggul
12.Untuk mengetahui apakah proses persalinan telah dimulai serta Kemajuan persalinan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)

Penilaian Kompetensi 130


2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan set alat dalam baki yaitu :
- Sarung tangan DTT/steril
- Kapas DTT dalam kom
- Alas bokong dan perlak
SELALU INGAT UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN DALAM DIANTARA KONTRAKSI. Jika ibu
mengalami kontraksi pada saat jari tangan anda di dalam vagina. TUNGGU dan pertahankan di dalam jangan
mengeluarkan dan memasukkannya kembali.
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur pada ibu dan jaga privasi ibu
2. Pastikan kandung kencing kosong
3. Bantu ibu untuk mengambil posisi litotomi dan tenangkan ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
dan pakai sarung tangan DTT/steril
5. Pindahkan dan buang pembalut yang kotor dengan tangan kiri
6. Bantu ibu untuk menekukkan lutut, minta ibu untuk membuka tungkainya.
Jangan memisahkan tungkai ibu dengan paksa melainkan dengan pelahan
7. Inspeksi bagian vulva dan vagina untuk mengidentifikasikan hal-hal sebagai
berikut :
- Lihat adakah luka parut bekas persalinan yang lalu
- Lihat apakah ada tanda imflamasi, dermatitis/iritasi, area dengan warna yang
berbeda, varises, lesi/vesikel/ulserasi/kulit yang mengeras, condilomata,
oedema
- Catat pengeluaran pervaginam apakah bau
8. Dengan lembut besihkan vulva :
- Ambil kapas DTT dengan tangan kanan
- Celupkan kapas DTT ke dalam air DTT
- Bersihkan labia majora, labia minora, vestibulum dengan kapas DTT sekali
usap dari arah anterior ke posterior
- Buang kapas DTT sesuai dengan prinsip PI
9. Dengan membuka labia minora, masukkan secara perlahan jari tengah kedalam
vagina mengarah ke bawah lalu masukkan jari telunjuk
10. Identifikasi hal-hal berikut ini :
- Kondisi vagina : kehangatan, kekeringan dan kelembaban vagina
- Kondisi serviks : kelembutan, kekakuan atau oedem
- Nilai dilatasi serviks
- Nilai pendataran serviks (derajat penipisan)
- Tentukan bagian terendah janin dan posisinya (jika selaput ketuban sudah
pecah)
- Jika presentasi vertex, cari sutura dan fontanel untuk menilai fleksi dan rotasi
- Jika terjadi prolapus tali pusat (kelola sesuai dengan standarnya)
- Rasakan apakah selaput ketuban utuh atau sudah pecah. Jika ketuban sudah
pecah, LIHAT karakteristik air ketuban (warna, bau, konsistensi dan
kuantitas)

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
11. Keluarkan tangan dengan hati-hati
12. Bersihkan vulva (jika diperlukan)
13. Rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% dalam keadaan terbalik
14. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta keringkan
15. Buat keputusan klinis mengenai fase dank ala persalinan
16. Jelaskan temuan kepada ibu
17. Dokumentasikan

Penilaian Kompetensi 131


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN PANGGUL PADA PERSALINAN

DEFINISI
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks
menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari(lebar satu jari berarti 1
cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio).

TUJUAN
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan inpartu
2. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
3. Menentukan ramalan persalinan
4. Untuk menilai vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempit
5. Untuk menilai keadaan serta pembukaan servik
6. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
7. Untuk menilai sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya bartholinitis
8. Untuk mengetahui pecah tidaknya selaput ketuban.
9. Untuk mengetahui presentasi janin
10. Untuk mengetahui turunnya kepala dalam panggul
11. Untuk mengetahui penilaian besarnya kepala terhadap panggul
12. Untuk mengetahui apakah proses persalinan telah dimulai serta kemajuan persalinan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)

Penilaian Kompetensi 132


2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan set alat dalam baki yaitu :
- Sarung tangan DTT/steril
- Kapas DTT dalam kom
- Alas bokong dan perlak
SELALU INGAT UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN DALAM DIANTARA KONTRAKSI. Jika ibu
mengalami kontraksi pada saat jari tangan anda di dalam vagina. TUNGGU dan pertahankan di dalam jangan
mengeluarkan dan memasukkannya kembali.
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur pada ibu dan jaga privasi ibu
2. Pastikan kandung kencing kosong
3. Bantu ibu untuk mengambil posisi litotomi dan tenangkan ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
dan pakai sarung tangan DTT/steril
5. Pindahkan dan buang pembalut yang kotor dengan tangan kiri
6. Bantu ibu untuk menekukkan lutut, minta ibu untuk membuka tungkainya.
Jangan memisahkan tungkai ibu dengan paksa melainkan dengan pelahan
7. Dengan lembut besihkan vulva :
- Ambil kapas DTT dengan tangan kanan
- Celupkan kapas DTT ke dalam air DTT
- Bersihkan labia majora, labia minora, vestibulum dengan kapas DTT sekali
usap dari arah anterior ke posterior
- Buang kapas DTT sesuai dengan prinsip PI
PENILAIAN PANGGUL
1. Coba untuk mencapai promontorium. Jika teraba, ukur jaraknya dari pinggir
bawah simfisis
2. Palpasi kurva sakrum dengan menggunakan jari tangan dengan telapak tangan
menghadap bawah untuk menentukan kekonkafan
3. Palpasi spina ischiadica dan catat bila menonjol
4. Palpasi sudut pubis dengan dua jari (telunjuk dan jari tengah) dengan telapak
tangan menghadap keatas menyusuri arcus pubis
5. Bandingkan kapasitas ukuran panggul dengan ukuran bagian terendah putuskan
cara persalinan yang akan dilakukan
6. Bersihkan ibu dan pasangkan pembalut bersih
7. Rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
9. Bantu ibu untuk duduk dan jaga kenyamanan ibu
10. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan berikan kesempatan kepada ibu untuk
bertanya dan mengekspresikan kecemasannya
11. Informasikan kemajuan persalinan sementara
12. Catat semua penemuan

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Berdasarkan penemuan, tentukan :
- Jika semua keadaan normal
- Komplikasi atau masalah yang dapat terdeteksi, dan kebutuhan rujukan
- Ibu mengalami komplikasi yang membutuhkan tindakan cepat untuk
evakuasi atau rujukan
- Jika komplikasi tidak teridentifikasi, lakukan observasi persalinan
2. Analisis hasil pemeriksaan dan tentukan jenis persalinan
3. Informasikan hasil pemeriksaan, kesimpulan dan rekomendasi untuk persalinan
setelah melakukan pencatatan

Penilaian Kompetensi 133


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMANTAUAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA I DENGAN


PARTOGRAF

Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik.
Patograph adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

b. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3. Mencatat kondisi ibu dan janin
4. Untuk membuat keputusan klinik

c. Catatan Kondisi Ibu


1. frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2. Nadi setiap 30 menit.
3. dilatasi serviks setiap 4 jam.
4. Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5. tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6. produksi urine, atau adanya aseton/ protein urin setiap 2 – 4 jam.
d. Data Dalam Partograf
1. informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/ persalinan
2. kondisi janin
3. kemajuan persalinan
4. jam dan waktu
5. kontraksi uterus
6. obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7. kondisi ibu.

Penilaian Kompetensi 134


8. asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1. U: aelaput ketuban utuh
2. J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3. M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan meconium.
4. D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan darah.
5. K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
f. Molase
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph ditandai dengan:
1) 0 : tulang kepala janin terpisah
2) 1 : hanya bersentuhan.
3) 2 : saling tumpang tindih, dapat dipisah
4) 3 : saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau lebih sering jika ada tanda-tanda
penyulit,nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi janin.pada
persalinan normal ,kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin .namun kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
servik sebesar 7 cm.penurunan kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual. Penurunan kepala janin di
ukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5 sampai 0/5.simbol
5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5
menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak bisa lagi di palpasi diatas simpisis pubis.kata-kata turunnya
kepala dan garis terputus dari 0-5,tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan servik .beri tanda O pada
garis waktu yang sesuai.sebagai contoh,jika kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O dinomber 4.hubungkan
tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus.

h. Parameter Partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam*

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan format partograf yang baru dan siapkan dokumen lainnya yang
diperlukan
2. Siapkan instrument yang diperlukan untuk pemeriksaan pasien sehingga hasil
pemeriksaan dapat didokumentasikan ke dalam partograf
Identifikasi bagian-bagian partograf, diantaranya yaitu :
a. Nomor register rumah sakit
b. Identitas baru
c. Riwayat kebidanan yang lalu
d. Tanggal persalinan yang lalu
e. Pecah ketuban
f. Pemajuan persalinan
- Penurunan kepala

Penilaian Kompetensi 135


- Kontraksi uterus
- Pembukaan serviks
g. Kondisi janin
- Denyut jantung janin
- Warna cairan ketuban
- Molase/caput
h. Kondisi ibu
- Tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh
i. Jumlah produksi urin dan hasil pemeriksaannya
j. Cairan dan obat-obatan yang diberikan
PENILAIAN PENDAHULUAN
1. Tulis nama ibu, gravida dan paritas, nomor register rumah sakit/klinik, tanggal
dan waktu pemeriksaan, waktu pecahnya ketuban serta warna cairan yang keluar
2. Lakukan pemeriksaan umum an obstetric (lihat : daftar tilik pemilaian pada ibu
bersalin)
3. Gambarkan kesimpulan pemeriksaan paada lembar partograf
4. Denyut jantung janin :
- Beri tanda [ • ] untuk DJJ dan sambungkan tiap titik menjadi 1 garis
5. Selaput ketuban :
- Beri tanda [ U ] bila selaput ketuban utuh
- Beri tanda [ J ] bila ketuban yang keluar berwarna jernih
- Beri tanda [ K ] bila ketuban kering/tidak ada cairan yang keluar
- Beri tanda [ M ] bila ketuban bercampur mekonium
6. Molase :
- Beri tanda [ 0 ] bila sutura mudah dipalpasi
- Beri tanda [ 1 ] bila tulang kepala saling bersentuhan
- Beri tanda [ ++ ] bila tulang kepala saling bertindihan
- Beri tanda [ +++ ] bila tulang kepala bertindihan sangat berat
7. Pembukaan serviks :
- Beri tanda [ X ] untuk pembukaan serviks dan sambungkan tiap titik menjadi
1 garis
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
8. Penurunan bagian terendah janin :
- Beri tanda [ O ] untuk penurunan kepala janin dan sambungkan tiap tanda
menjadi 1 garis
9. Kontraksi uterus
Isi kotak dengan titik-titik bila kontraksi berlangsung < 20 detik

Isi kotak-kotak dengan garis-garis diagonal bila kontraksi berlangsung


antara 20 – 40 detik

Isi penuh kotak-kotak bila kontaksi berlangsung ≥ 40 detik

10.Pemberian oksitosin :
Catat tetesan oksitosin dan waktu pemberiannya paa bagian bawah kolom
kontraksi
11. Obat dan cairan :
- Catat jenis dan jumlah obat yang diberikan
- Catat tipe pemberian secara oral ataupun cairan intravena yang diberikan
12. Tanda-tanda vital :
- Denyut nadi dengan menuliskan •
- Tekanan darah dengan tanda ↕
- Catat temperatur pada kolomnya
13. Pengeluaran urine :
- Ukur volume urine
- Tuliskan hasil pemeriksaan protein dan aceton urine
PEMANTAUAN DENGAN PARTOGRAF
1. Pemantauan DJJ :
- Setiap 30 menit pada kala I
- Setiap setelah kontraksi pada kala II
2. Pemeriksaan dalam untuk melihat penipisan dan dilatasi serviks, caput dan
molase jika yang menjadi presentasi adalah kepala, selaput dan cairan ketuban,
penurunan bagian terbawah anak yang dilakukan :
- Setiap 4 jam pada fase laten
- Setiap 2-4 jam pada fase aktif
- Pada saat ketuban pecah

Penilaian Kompetensi 136


- Ketika ada tanda gejala kala II
3. Cek penurunan kepala dengan melakukan pemeriksaan abdomen dengan
perlimaan sebelum dilakukan pemeriksaan dalam :
- Setiap 4 jam pada fase laten
- Setiap 2-4 jam pada fase aktif
- Secara langsung setiap setelah kontraksi pada kala II
4. Denyut jantung ibu :
- Setiap 30 menit pada kala I
- Setiap 15 menit pada kala II
5. Cek temperature, pernafasan dan tekanan darah :
- Kala I :
Tekanan arah dan temperature setiap 4 jam
Temperature setiap 2 jam pada kasus demam
Tekanan darah setiap 2 jam pada kasus preeklamsi
- Kala II :
Tekanan darah setiap 15 menit
Temperature setiap 2 jam pada kasus demam
6. Cek eliminasi ibu :
- Pada kala I sedikitmya setiap 2 jam
- Bila diperlukan selama kala 2 (pastikan kandung kencing kosong saat
memasuki kala II)
7. Cek hidrasi ibu :
- Semua cairan yang diberikan dicatat setiap 1 jam
- Sedikitnya setiap 1 jam
8. Catat frekuensi/durasi kontraksi setiap 10 menit :
- Setiap jam pada kala I fase laten
- Setiap 30 menit pada kala I fase aktif
- Setiap 15 menit pada kala II

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
9. Catat respon emosional :
- Setiap 30 menit pada kala I
- Dilanjutkan selama kala II
10. Diskusikan hasil pemeriksaan dan tentukan rencana asuhan
KESIMPULAN
1. Identifikasi masalah dan kebutuhan setiap kali pemeriksaan dilakukan, ingat
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan persalinan yaitu
passanger-power dan passage, jika ada kelainan ambil keputusan sesuai dengan
kebutuhan
2. Hubungkan kesimpulan yang diambil dengan rencana asuhan
3. Assessmen berubah dari waktu ke waktu. Buat analisis sesuai dengan kondisi
yang ditemukan. Jika ada indikasi yang memerlukan pemeriksaan maka lakukan
pemeriksaan ulang.
4. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kemajuan persalinan setiap saat setelah
pemeriksaan
INTERVENSI
1. Jika fase laten lebih dari 8 jam selanjutnya lihat daftar tilik penatalaksanaan
persalinan lama
2. Jika partograf melewati garis waspada, lakukan persiapan rujukan ke RS
3. Lakukan pimpinan persalinan ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan kepala
sudah ada di dasar panggul
4. Buat catatan tentang waktu dan intervensi selama proses persalinan
LENGKAPI PARTOGRAF DAN LAKUKAN FOLLOW-UP ASUHAN
1. Jika persalinan telah selesai, lengkapi partograf
2. Catat aktivitaf ibu selama kala I sampai periode awal post partum pada bagian
belakang partograf
3. Gabungkan partograf pada status ibu
4. Buat laporan persalinan dan rencanakan asuhan lanjutan

Penilaian Kompetensi 137


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

AMNIOTOMI

DEFINISI
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian
akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion. Tindakan ini
umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan
berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai
upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas
panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah, dapat
menyebabkan cairan amniotomi sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan
morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya.

AMNIOTOMI ELEKTIF
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dengan tujuan mempercepat persalinan merupakan salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan di bidang obstetri. Melalui penelitian diketahui bahwa amniotomi pada
pembukaan sekitar 5cm mempercepat persalinan 1 sampai 2 jam tanpa meningkatkan angka keseluruhan seksio
sesarea atau kebutuhan akan stimulasi olsitosin. Dalam studi oleh Garite dkk. (1993), pemakaian oksitosin
berkurang apabila dilakukan amniotomi elektif dini. Yang utama, tidak terjadi efek samping pada neonatus.
Namun, para peneliti ini memang mengidentifikasi adanya peningkatan pola penekanan tali pusat ringan sampai
sedang akibat amniotomi. Walaupun demikian, deselerasi berat tidak terjadi dan karena itu angka seksio sesarea
atas indikasi gawat janin tidak terpengaruh.

INDUKSI AMNIOTOMI
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dapat digunakan untuk menginduksi persalinan, tetapi hal ini
mengisyaratkan komitmen yang pasti untuk melahirkan per vaginam. Kerugian utama amniotomi apabila
digunakan secara tunggal untuk induksi persalianan adalah interval yang tidak dapat diperkirakan dan kadang
berkepanjangan sampai timbulnya kontraksi. Walaupun hal ini dipraktikkan secara luas, hanya sedikit penelitian
yang sudah dilakukan untuk membandingkan amniotomi saja dengan metode lain. Dalam sebuah uji coba klinis
acak, Bakos dan Backstrom (1987) mendapatkan bahwa amniotomi saja atau amniotomi plus oksitosin lebih baik
dari pada oksitosin saja. Mercer dkk. (1995) membagi secara acak 209 wanita yang menjalani induksi oksitosin
ke dalam kelompok amniotomi pada pembukaan 1 sampai 2 cm (amniotomi dini) atau pembukaan 5cm
(amiotomi lanjut). Amniotomi dini menyebabka durasi persalinan yang secara bermakna lebih singkat (sekitar 4
jam), tetapi terjadi peningkatan insidensi korioamnionitis (23%) dan pola pemantauan penekanan tali pusat
(12%).

AMNIOTOMI UNTUK AUGMENTASI

Penilaian Kompetensi 138


Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti
yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan
bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional. Rouse dkk. (1994) melakukan
sebuah studi teracak dan mendapatkan bahwa penambahan amniotomi pada augmentasi oksitosin atas indikasi
persalinan macet pada fase aktif dan mempersingkat persalinan sebesar 44 menit. Tindakan ini juga secara
bermakna meningkatkan insidensi koroamnionitis. Amniotomi, sebagai tambahan untuk infus oksitosin, tidak
mempengaruhi rute pelahiran dibandingkan dengan oksitosin saja.
Alasan dilakukannya amniotomi ini adalah bahwa keluarnya cairan amnion dapat mengurangi perdarahan dari
tempat implentasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin faktofaktor pembekuan aktif pada
sekmen dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu. Namun, tidak ada bukti bahwa keduanya tercapai
dengan amniotomi. Apabila janin sudah cukup matur, pemecahan selaput ketuban dapat mempercepat persalinan.
Apabila janin imatur, ketuban yang utuh mungkin lebih efisien untuk mendorong pembukaan servik dari pada
tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan kurang menekan serviks.

INDIKASI
1.Persalinan kala II
2.Akselerasi persalinan
3.Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
4.Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila diantisipasi terdapat
gangguan pada janin
5.Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan
6.Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan atau mendeteksi mekonium.

KONTRA INDIKASI
1.Polihidramnion
2.Presentasi muka
3.Tali pusat terkemuk
4.Vasa previa
5.Letak lintang

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Bahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang
mereka ajukan.
2. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf.
3. Cuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air lalu keringkan
4. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
5. Diantara kontraksi, lakukan pemerikasaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan
hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan
baik(masuk kedalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian
tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat
umbilicus atau bagian-bagian yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban. Rujuk ibu segera.
Catatan : pemeriksaan dalam yang dilakukan diantara kontraksi seringkali
lebih nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba diantara
kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi beikutnya mendorong cairan
ketuban menekan selaput ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi
dan dipecahkan
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau
setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut kedalam
vagina dan pandu klem dengan jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
hingga mencapai selaput ketuban.
7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan
lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan.
Catatan : seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban diantara
kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga mencegah air ketuban
menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil pemecah ketuban dan

Penilaian Kompetensi 139


menempatkannya ke dalam laarutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan
jari tangan pemeriksaan tetap didalam vagina untuk mengetahui penurunan
kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak
teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat dan
bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksaan dengan
lembut dari vagina.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih
banyak dari bercak bercampur darah yang normal).
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5 %, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam dilarutan klorin
0,5 % selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan
13. Segera periksa ulang DJJ
14. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air
ketuban dan DJJ.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PELAKSANAAN EPISIOTOMI

DEFINISI
Episiotomi adalah insisi pada perineum yang dilakukan sebelum kelahiran bayi. • Suatu tindakan operatif berupa
sayatan pd perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pd septum rektovaginal, otot2 &
fascia perineum & kulit depan perineum.

INDIKASI
Untuk mempercepat kelahiran :
- Pre eklamsia
- Eklamsia
- Penyakit jantung/pernafasan
- Perbaikan dasar pelvis sblmnya
- Gawat maternal/janin
- Prolapsus funiculus umbilicalis
- Persiapan kelahiran cunam (forcep) L

Untuk mencegah trauma yg berlebihan :


- Perineum yg kaku
- Perineum yg mengalami luka
- Adanya luka derajat 3 sblmnya
- Adanya sikatriks
- kelahiran oksipitoposterior yg persisten
- Kelahiran presentasi muka
- Arcus pubis yg sempit

Untuk mencegah kerusakan otak :


- Turunnya kepala fetus yg lambat
- Prematuritas
- Setelah keluarnya kepala pd presentasi bokong Indikasi
1. Gawat Janin
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan

Penilaian Kompetensi 140


1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Catatan :
Episiotomi tidak dilakukan secara rutin. Tidak ada bukti bahwa episiotomi rutin akan
menurunkan kerusakan pada perineum dan prolap vagina dimasa yang akan datang
maupun incontinensia urin. Kenyataannya episiotomi rutin dihubungkan dengan
peningkatan robekan jalan lahir derajat 3 dan 4, termasuk disfungsi otot spingter ani.
Prosedur ini dapat dilakukan mempertimbangkan indikasi sebagai berikut :
- Persalinan pervaginam dengan penyulit ( sungsang, distosia bahu, persalinan
dengan forcep an vakum)
- Adanya jaringan parut bekas robekan jalan lahir derajat 3 atau 4
- Fetal distres
Persiapan
1. Persiapkan peralatan yaitu :
 Nalfuder
 Jarum
 Benang jahit
 Spuit 10 cc
 Lidocain 10 %
 Gunting episiotomi
 Sarung tangan steril/DTT
 Lampu sorot
2. Episiotomi dilakukan pada saat adanya regangan perineum dan diameter kepala
terlihat di vulva 3-4 cm
ANESTESI
3. Jelaskan kpada ibu adanya kebutuhan untuk melakukan episiotomy
4. Jelaskan pada ibu bahwa robekan perineum akan dijahit setelah kelahiran bayi
5. Bantu ibu untuk mengambil posisi untuk dilakukan episiotomy
6. Identifikasi tidak ada alergi lidokain dan obat-obatan kelompok lidokain
7. Dengan memakai sarung tangan DTT, suntikkan lidokain kedalam mikosa
vagina dan kulit perineum dan sampai otot perineum dengan menggunakan
lidokain sebanyak 10 cc
8. Lakukan aspirasi untuk meyakinkan tidak terjadi penetrasi ke dalam pembuluh
darah. Jika darah teraspirasi, pindahkan jarum. Cek ulang posisi jarum dengan
hati-hati dan coba lagi. Jangan suntikkan jika darah teraspirasi. Wanita dapat
mengalami kematian jika suntikan berisi lidokain masuk ke dalam vena
9. Setelah disuntikkan tunggu 2 menit lalu untuk pastikan apakah reaksi obat telah
bekerja dengan cara mencubit bagian perineum yang telah diberikan anastesi.
Bila ibu masih merasakan cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi selanjutnya
lakukan tes kembali.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
MEMBUAT IRISAN EPISIOTOMI
- Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri (tangan yang tidak dominan) ke
dalam vagina, posisikan tangan tersebut berada diantara kepala janin dan perineum.
- Gunakan tangan kanan (tangan yang dominan) masukkan gunting episiotomy
dengan bagian yang tumpul berada di dinding dalam vagina. Gunting perineum
dimulai dari vorchet dan memutar 45 derajat dari garis tengah (medio lateral). Bisa
dilakukan pada posisi kiri atau kanan.
- Buat robekan kira-kira 2-3 cm diatas garis tengah posterior vagina, atau 3-4 cm
dalam mediolateral. Irisan dibuat pada saat kontraksi kuat.

Penilaian Kompetensi 141


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PERSALINAN NORMAL

PENGERTIAN APN

 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri).
 Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
 Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan
dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

TUJUAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL

 Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi
ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi
seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang
seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada
alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses
persalinan yang fisiologis/alamiah.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Amati dan melihat adanya tanda persalinan kala dua :

Penilaian Kompetensi 142


 Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa adanya tekanan pada anus
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan asensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia → tempat datar dank eras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain diatas peru ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 IU dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Ambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali dalam wadah partus set.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT,
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 %
8. Lakukan periksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang bersarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. Cuci tangan kembali
dengan sabun dan air mengalir.
10. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 X /menit)
 Mengambil tibndakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN
MENERAN
Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
11. kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka mendukung
dan memberi semangat kepada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat
ada his kuat dan rasa ingin meneran, bantu ibu dalam posisi setengah duduk atau
posisi lain yang dinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran, dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai.
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
 Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
 Berikan asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

Penilaian Kompetensi 143


 Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2 jam-
primipara/1 jam-multipara, segera lakukan rujukan.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, pasang handuk
bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
16. Ambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu.
17. Buka partus set serta perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter divulva 5 – 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan
atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan jika ada ambil tindakan
yang sesuai :
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
21. Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan jari telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?.
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah
resusitasi (lanjut kelangkah-langkah resusitasi pada bayi baru lahir).

26. Keringkan tubuh bayi


 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).

Penilaian Kompetensi 144


30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat


 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit antara ibu dan bayi.
Letakkan bayi tengkurep di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
3. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
5. jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan segera lakukan plasenta manual.

38. Setelah plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Massase) Uterus


39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase uterus,
letakkan telapak tangan difundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
dtik masase.

IX. MENILAI PENDARAHAN


40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal placenta, pastikan plasenta dan

Penilaian Kompetensi 145


selaputnya lahir lengkap dan utuh, dan masukkan kedalam kantung plastic yang
tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik.

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
satu jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30 – 60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
Menyusu pertama biasanya belangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.

44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri antero lateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan antero lateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
didalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam.
 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalin.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.

47. Ajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa/merasakan uterus yang memiliki


kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus apabila
kontraksi uterus tidak baik.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan


49. Periksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 1 jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk tindakan yang tidak normal.

50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 –
60 x/menit) serta suhu tubuh normal ( 36,5 – 37,5 ºC ).

Kebersihan dan Keamanan


51. Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.


53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, Bersihkan cairan ketuban, lendir

Penilaian Kompetensi 146


dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih/kering.

54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makan yang diinginkannya.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.


56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, melepas sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % .

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.

Penilaian Kompetensi 147


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN JALAN LAHIR SETELAH PERSALINAN

 ETIOLOGI LASERASI JALAN LAHIR

Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan
karena itu di hindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. (Maryunani, Anik,
Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

Robekan/laserasi jalan lahir diakibatkan episiotomi, robekan perineum spontan, trauma forceps atau vakum
ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.

(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo.
Jakarta)

 DIAGNOSIS LASERASI JALAN LAHIR


Tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks antara lain, terjadi plasenta keluar, terdapat
perdarahan namun uterus berkontraksi, pada inspeksi plasenta kotiledon plasenta lengkap. (Maryunani, Anik,
Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

Laserasi dalam jalan lahir memiliki derajat tertentu :

- Laserasi derajat I :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. (Maryunani, Anik, Puspita,
Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

b. Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum tepat
dibawahnya. (Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)

c. Perlukaannya hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum. (Nugroho, Taufan. OBSGYN
Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat II :

a. Perlukaanya terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info
Media. Jakarta)

b. Laserasi derajat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai garis
tengah dan melebar sampai corpus perineum.(Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan
Patologi & Fisiologi Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)

Penilaian Kompetensi 148


c. Adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot –
otot diafragma urogenital. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat III :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfinter
ani. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info
Media. Jakarta)

b. Robekan derajat ketiga meluas sampai corpus perineum, musculus tranversus perineus dan sphinceter
recti. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012.
Nuha Medika. Yogyakarta)

c. Perlukaan yang meluas dan lebih dalam yang menyebabkan musculus sfinter ani eksternus terputus
didepan robekan serviks. (Nugroho, Taufan.OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan.2012. Nuha Medika. Yogyakarta)

- Laserasi derajat IV :

a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfinter
ani dan dinding depan rectum. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan
2. Siapkan peralatan yang anda butuhkan termasuk lampu sorot yang anda arahkan
untuk menerangi vagina ibu.
3. Beritahu ibu bahwa prosedur ini mungkin akan sedikit membuatnya tidak
nyaman, tetapi anda akan melakukannya secepat mungkin dan selembut
mungkin. Beritahu ibu bahwa hal ini adalah sangat penting untuk memastikan
agar ia tidak mengalami robekan yang dapat membuatnya mengalami pedarahan.
4. Sebelum anda memulainya, periksalah uterus untuk memastikan berkontraksi
dengan baik
5. Pakai sarung tangan DTT/steril
6. Bersihkan daerah vagina dengan kapas/kassa DTT
7. Letakkan kain bersih/DTT dibawah bokong ibu
8. Pisahkan labia dan periksa dengan cermat apakah ada robekan atau hematoma.
Jika tidak terdapat robekan, periksa vagina bagian dalam
PEMERIKSAAN ROBEKAN PADA VAGINA
9. Tekanlah dinding belakang vagina ibu dengan ibu jari anda. Jika terdapat banyak
darah, hapulah atau serap dengan kain kassa agar anda bisa melihat dinding
vagina
10. Gubakan venster klem dengan kassa untuk menjangkau bagian yang jauh
11. Lihat sampai jauh kedalam vagina. Perdarahan dari laserasi mungkin saja berupa
cucuran perlahan atau semburan deras arteri yang berdenyut
12. Dengan perlahan tekanlah dinding vagina dan gerakkan jari anda kebagian atas
dinding vagina, satu per satu. Lihat dan raba. Jika tidak terdapat robekan pada
dinding vagina, periksa serviks.
PEMERIKSAAN ROBEKAN CERVIKS
13. Minta petugas lain untuk mendorong uterus agar cerviks terdorong kdepan
vagina agar dapat melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti
14. Masukkan speculum sims pada bagian anterior dan posterior dan minta petugas
lain untuk memegangnya
15. Jepit bagian anterior cervikc dengan venster klem pada arah jam 12. Hati-hati
beakan bibir cerviks dengan kandung kemih dan dinding vagina

Penilaian Kompetensi 149


16. Masukkan venster klem kedua kearah jam 3 cerviks dan jepit
17. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
18. Lepaskan venster klem pertama dari arah jam 12 dan jepit pada arah jam 6
19. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
20. Lepaskan venster klem pertama dari arah jam 3 dan jepit pada arah jam 9

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
21. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
22. Lepaskan venster klem pertama dari arah jam 6 dan jepit pada arah jam 12
23. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
24. Jika terdapat robekan, lihat penuntun belajar penjahitan robekan jalan lahir
25. Jika tidak terdapat robekan, lepaskan venster klem dan speculum
26. Bereskan alat dan proses ssuai prosdur Pl
27. Cuci tangan dengan sabun an air bersih serta keringkan

Penilaian Kompetensi 150


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN INJEKSI ANESTESI LOKAL


SEBELUM PENJAHITAN PERINEUM DAN JALAN LAHIR

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai
2. Masukkan larutan lidokain 0,5 % atau 1 % kedalam alat suntik sekali pakai
sesuai dengan kebutuhan (tabung suntik yangt lebih besar boleh digunakan, jika
diperlukan). Jika lidokain 0,5 % atau 1 % tidak tersedia, maka buat larutan
sesuai dengan kebutuhan
3. Tusukkan jarum ke ujung laserasi atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi
luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum).
4. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak
berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik,
jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum
dan suntikkan kembali
5. Suntikkan anesthesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.
6. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan
7. Arahkan lagi jarum kedaerah diatas tengah luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke-4
sehingga tiga garis disatu sisi luka mendapatkan anestesi local. Ulangi proses ini
disisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml
lidokain 1 % untuk mendapatkan anestesi yang cukup
8. Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianestesi dengan cara dicubit dengan forceps atau disentuh dengan
jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua
menit dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.

Penilaian Kompetensi 151


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PENJAHITAN LUKA LASERASI PADA PERINEUM DAN JALAN


LAHIR

Penjahitan Pada Episiotomi / Laserasi


Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara. tindakan ini
bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah
untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat
episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomi
dapat menyebabkan peningkatan jumlah jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian
posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post
partum.

Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat
keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan
memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan
menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang
pernah mengalami pelecehan seksualsering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada
kerusakan yang pernah mereka alami.

Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku.
Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.
Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat

Tujuan Menjahit Laserasi atau Episiotomi


Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa
setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial
untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang
cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan

Penilaian Kompetensi 152


2. Periksa kondisi ibu, pasang infuse jika diperlukan
3. Jelaskan kepada ibu prosedur yang akan lakukan
4. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk penjahitan
5. Cuci tangan dan keringkan. Gunakan sarung tangan DTT atau steril
6. Kosongkan kandung kemih (jika diperlukan)
7. Bersihkan daerah yang akan dilakukan penjahitan
8. Minta ibu atau keluarga untuk melakukan masase
9. Berikan anestesi local (lihat penuntun belajar pemberian anestesi lokal)
PENJAHITAN
1. Setelah memberikan anestesi lokal, pastikan bahwa daerah tersebut sudah
dianestesi, dan telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari utnuk secara
jelas menentukan batas-batas luka.
2. Nilai kedalaman luka dan jaringan mana yang terluka
3. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan cara menjahitnya menjadi satu dengan
mudah.
4. Jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina
dan ikat
5. Lakukan penjahitan dengan menggunakan teknik jelujur sampai kearah fourcete
dan buat simpul
6. Tusukkan jarum dari dalam mukosa vagina kearah fourcete sampai jarum keluar
dari otot perineum
7. Teruskan ke arah bawah menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian
bawah laserasi
8. Setelah mencapai ujung laserasi bagian bawah, arahkan jarum keatas dan
teruskan penjahitan menggunakan teknik subkutikuler
9. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina
10. Potong ujung benang dan menyisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, maka simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA JAHITAN
21. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak mada
kasa atau peralatan yang tertinggal didalam.
22. Masukkan jari paling kecil kedalam anus dengan lembut
23. Jika ada jahitan yang teraba, mengulangi pemeriksaan rectum enam minggu
pasca persalinan.

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
24. Jika penyembuhan belum sempurna ( misalnya jika da fistula rektovaginal atau
jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), rujuk ibu segera ke fasilitas
kesehatan rujukan.
25. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat
tinggi.
26. Keringkan daerah genitalia ibu
27. Buang sampah sesuai prosedur P1
28. Bereskan seleuruh peralatan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
29. Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan
KONSELING
Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
c. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai
empat kali per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan luka. Ibu harus
kembali lebih awal jika ia mmengalami demam atau mengeluarkan cairan yang
berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebi nyeri.

Penilaian Kompetensi 153


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MANUAL PLASENTA

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan
mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan
penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit
dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah
30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi
perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi
plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita.

Etiologi

Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih
400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk
eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.

- Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan
kontraksi uterus.

Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :

- Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:

1) Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta

2) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium
3) Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium
4) Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus
5) Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi
ostium uteri.

- Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi :

 perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya Mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan.
 Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
 Darah penderita terlalu banyak hilang
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

Penilaian Kompetensi 154


Patofisiologi
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
 Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
 Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
 Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan teriadi retensio
plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta
dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan
dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

- Tanda dan Gejala Manual Plasenta

 Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta
riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif
setelah bayi dilahirkan.
 Pada pemeriksaan pervagina, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam uterus.
 Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
 Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu diagnosa dan
komplikasi retensio plasenta
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan dan resiko tindakan klinik.
3. Membuat persetujuan tindakan medik.
4. Mempersiapkan alat secara rgonomis
a. Giving set :
- Cairan infus NaCl/RL
- Infus set
- Abocath
- Plester
- Gunting plester
- Kassa
b. Alat perlindungan diri :
- Apron, masker, google, boot
c. Oksigen dan regulator
d. Kain alas bokong
e. Alas perut
f. Sarung kaki
g. Obat-obatan :
- Uterotonika (oksitosin, ergometrin, methergin)
- Spuit 5 cc/3 cc 3 buah
- Larutan antiseptik
h. Instrumen :
- Bak instrumen
- Sarung tangan panjang DTT/steril 1 pasang
- Sarung tangan DTT/steril 1 pasang
- Klem kocher 2 buah
- Kateter nelaton 1 buah
- Bengkok

Penilaian Kompetensi 155


- Wadah plasenta

5. Pakai apron, alas kaki, masker dan google.


6. Cuci tangtan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir.
7. Keringkan tangan dengan handuk.
8. Pakai sarung tangan.
9. Pasang infus.
10. Berikan diazepam 10 mg IM
11. Bersihkan perut bawah, lipat paha dan vulva hygiene.
12. Lakukan kateterisasi kandung kemih jika ibu tidak dapat buang air kecil.
13. Pasang penutup perut, duk bokong dan sarung kaki steril.
14. Lakukan distraksi verbal dan nonverbal untuk mengalihkan rasa nyeri sebelum
dan selama tindakan.
15. Pakai sarung tangan panjang.
16. Jepit tali pusat dengan kpcher kemudian tegangkan sejajar dengan lantai.

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
17. Masukkan satu tangan kedalam vagina secara obstetrik (punggung tangan ke
bawah) dengan menelusuri tali pusat.
18. Setelah tangan mencapai permukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher, kemudian tangan penolong yang lain menahan fundus.
19. Masukkan tangan kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta.
20. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk)
21. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
(tentukan bagian yang suah terlepas).
22. Posisikan tangan tetap dibawah tali pusat dengan punggung tangan menghadap
ke bawah.
23. Pindahkan tangan ke atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.
24. Lepaskan plasenta dari dinding implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung
jari diantara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap
ke dinding uterus.
25. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
26. Lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang
masih melekat pada dinding uterus sebelum plasenta dikeluarkan.
27. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan.
28. Minta asisten untuk memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam menarik plasenta keluar
29. Letakkan plasenta kedalam wadah yang telah disediakan
30. Lakukan masase uterus selama 15 detik.
31. Nilai kontraksi uterus dan perdarahan yang keluar.
32. Lakuan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah
plasenta lahir.
33. Masukkan sampah habis pakai pada tempatnya.
34. Masukka instrumen kedalam wadah yang berisi klorin 0,5%.
35. Bersihkan sarung tangan dan rendam paa larutan klorin 0,5 %.
36. Cuci tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir dan mengeringkannya.
37. Lakukan pemantauan kala IV.
38. Beritahukan kepada pasien dan keluarga hasil tindakan dan perawatan lanjutan.
39. Catat kondisi pasien dan membuat laporan tindakan.

Penilaian Kompetensi 156


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI


ATONIA UTERI

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan
paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tersebut tidak berkontraksi.

DEFINISI
 Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)

ETIOLOGI
1. overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari
uterus.

MANIFESTASI KLINIS
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)

PENCEGAHAN ATONIA UTERI


Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%,
dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi
jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Kegunaan utama oksitosin sebagai
pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi
tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen
kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit
IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini
sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin
merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin
4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip
pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :

Penilaian Kompetensi 157


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
SELALU INGAT BAHWA PERDARAHAN POST PARTUM KEMUNGKINAN MEMILIKI BANYAK
PENYEBAB (ATONIA UTERI, RETENSIO PLACENTA, LASERASI GENITAL)
MASASE UTERUS
1. Jelaskan kepada ibu bahwa ibu mengeluarkan darah terlalu banyak dan anda
perlu melakukan masase uterus untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Jelaskan bahwa masase uterus akan sedikit menyakitkan, tetapi anda akan
mencoba untuk melakukannya secepat mungkin an meminimalkan rasa sakit.
3. Anjurkan ibu untuk berbaring
4. Masase uterus untuk menstimulasi kontraksi dan untuk mengeluarkan gumpalan
darah dan jaringan lainnya
5. Gunakan oksitosin yang dapat diberikan bersamaan atau berturut-turut.
Oksitosin
 Berikan 20 IU dalam 1 L cairan infus 60 tetes/menit atau berikan 10 IU
secara IM
 Lanjutkan dengan 20 IU dalam 1 L cairan infus tetesan 40 kali/menit.
 Jangan diberikan lebih dari 3 L cairan infus yang berisi oksitosin.
Egometrin
 0.2 mg IM atau IV (berikan secara perlahan-lahan)
 Ulangi 0,2 mg IM setelah 15 menit, jika tersedia berikan 0,2 mg IM atau
IV (secara perlahan-lahan) setiap 4 jam
 Jangan berikan dosis lebih dari 5 kali (1mg)
6. Antisipoasi kebutuhan donor darah dan siapkan untuk transfusi darah
7. Jika perdarahan terus berlanjut :
 Periksa kembali kelengkapan placenta
 Periksa jika ada tanda-tanda bagian placenta yang tertinggal
 Nilai kondisi pembekuan darah menggunakan bedside clotting test. Apabila
setelah menit aah tidak membeku atau bekuan darah mudah pecah berarti
ada koagulapati
8. Jika perdarahan terus berlanjut setelah manajemen di atas, lakukan kompresi
bimanual internal.
PROSEDUR KOMPRESI BIMANUAL INTENAL
1. Gunakan sarung tangan DTT/steril
2. Mengeluarkan semua darah beku atau selaput yang mungkin masih menyumbat
lubang rahim atau uterus.
3. Segera memulai kompresi bimanual internal
- Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina
- Kepalkan tangan
- Tekankan tangan yang ada dalam vagina pada forniks anterior dengan kuat
- Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan
- Tkankan tangan pada perut dan kepalan tangan yang berada di dalam vagina
bersamaan
- Tahan dengan kuat
- Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit.
4. Jika anda merasa uterus mulai berkontraksi, pertahan kan KBI selama 2 menit.

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
5. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, ajarkan anggota keluarganya
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal.
6. Beri injeksi Mathergine 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (rL dengan 20 IU
Oksitosin/500 cc terbuka lebar).
7. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali kompresi bimanual
internal.
8. Jika uterus belum juga mulai berkontraksi setelah 5-7 menit, segeralah siapkan
perujukan dengan infuse tetap terpasang dengan laju 500 cc/jam hingga tiba
ditempat perujuakan atau jumlah seluruhnya 1,5 liter diinfuskan. Lalu teruskan

Penilaian Kompetensi 158


dengan laju infuse 125 cc/jam.
EVALUASI KEMBALI PERDARAHAN YANG TERJADI
1. Jika perdarahan berhasil berhenti
- Lakukan monitoring tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 6 jam
berikutnya atau sampai semua kembali normal
- Palpasi fundus uteri untuk memastikan kontraksi uterus.
- Periksa lochea yang keluar
- Lanjutkan pemberian infuse
- Lakukan transfuse jika diperlukan
2. Jika terjadi syok, lihat penuntun belajar untuk syok.
Lakukan perawatan rutin.
3. Jika perdarahan berlanjut, lakukan kompresi aorta
KOMPRESI AORTA
1. Jelaskan pada ibu, apa yang akan anda lakukan
2. Lakukan kompresi aorta sesuai penuntun belajar kompresi
3. Jika terjadi syok, lihat penuntun belajar untuk syok
4. Jika perdarahan berlanjut, siapkan untuk intervensi pembedahan
PENDOKUMENTASIAN
1. Dokumentasikan kemajuan dari tanda-tanda vital sesuai prosedur
2. Dokumentasikan macam cairan infuse dan waktu mulai pemberian
3. Dokumentasikan bentuk dan keutuhan placenta dan selaputnya
4. Dokumentasikan cairan darah yang hilang
5. Dokumentasikan waktu, jenis dan dosis dari oksitosin yang diberikan

Penilaian Kompetensi 159


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

Kompresi bimanual dan aorta Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanika yang digunakan adalah dengan aplikasi tekanan pada
korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi meometrium (yang untuk sementara waktu tidak dapat
berkontraksi). Kontraksi meometrium dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang- cabang pembuluh darah besar
yang berjalan diantaranya.
Prosedur ini dilakukan dari luar (kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam (kompresi bimanual interna),
tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua
upaya tersebut belum berhasil, segera lakukan usaha lanjutan, yaitu kompresi aorta abdominalis.
Pada keadaan yang sangat terpaksa dan termpat rujukan yang sangat jauh, walaupun bukti- bukti keberhasilan
kurang menyokong tapi dapat dilakukan tindakan alternatif yaitu pemasangan tampon uterovaginal dan kompresi
eksternal. Upaya tersebut diatas sebaiknya dikombinsikan dengan uterotonika (oksitosin 20 UI, ergometrin 0,4
mg dan / atau misoprostol 600 mg).

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
1. Baringkan ibu di ranjang
2. Posisi anda disisi kanan ibu dan atur posisi ibu setinggi pinggul anda
3. Letakkan tungkai pada permukaan yang rata (tidak menggunakan penopang
kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio coxae.
4. Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha
5. Kapalkan tangan kiri dan tekankan punggung jari telunjuk hingga kelingking
pada umbilicus, tegak lurus searah kearah kolumna vertebralis hingga terhenti
pada bagian tulang yang keras
6. Perhatikan pulsasi arteri femoralis dan perdarahan yang terjadi
7. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, lakukan pemijatan uterus hingga uterus
berkontraksi dengan baik.
Perhatikan :
- Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung, cari sumber
perdarahan lain
- Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi
dengan baik
ASUHAN PASCA TINDAKAN
8. Periksa tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit dalam 2 jam
pertama
9. Tulis hasil tindakan dan instruksi asuhan lanjutan
10. Beritahu ibu dan keluarganya tentang tindakan dan hasilnya serta perawatan
lanjutan yang masih diperlukan

Penilaian Kompetensi 160


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

DETEKSI PENYIMPANGAN KEMAJUAN PERSALINAN

DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN


Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu, pada saat memberikan asuhan kepada ibu
yang sedang bersalin, penolong harus waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini
penyulit persalinan juga tidak kalah pentingnya demi kesuksesan dan kelancaran jalannya proses kelahiran.
Deteksi dini adanya penyulit pada proses persalinan dapat dilakukan dengan partograf. Dengan penggunaan
partograf pada pemantauan kemajuan persalinan kala I fase aktif, seorang bidan dapat mengetahui adanya
persalinan kala I lama untuk dapat segera melakukan rujukan pada tempat pelayanan yang menyediakan peralatan
dan sumber daya manusia untuk penatalaksanaan komplikasi persalinan kala I.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Persiapan
1. Beri salam pada ibu dan keluarga dan perkenalkan diri sebagai pemberi asuhan
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai masalah kemajuan persalinan yang
sudah teridentifikasi
3. Berikan respon terhadap reaksi dan pertanyaan ibu
Membuat Assesment
1. Evaluasi secara cepat dan tepat kondisi umum ibu termasuk tanda-tanda vital,
serta hidrasi
2. Kaji ulang pendokumentasian (kartu antenatal, riwayat obstetric)
3. Kaji ulang jam dan keadaan ibu saat baru datang ke tempat pelayanan
4. Kaji ulang partograf
- Bunyi jantung janin
- Kekuatan dan frekuensi kontraksi
- Penurunan janian
- Dilatasi servik
- Posisi selaput ketuban dan cairan
- Kondisi ibu
- Moulase
- Obat-obatan
5. Lakukan pemeriksaan fisik
- Abdominal :
 Kelembutan
 Lingkaran bandl
 Frekwensi dan durasi kontraksi uterus
 Presentasi janin
 Kandung kemih
 Bunyi DJJ
 TFU

Penilaian Kompetensi 161


- Vaginal :
 Keadaan vulva
 Tipe pengeluaran cairan
 Dilatasi serviks
 Bagian terendah (station, caput dan molase)
o Kondisi pinggul
Evaluasi Penyebab
1. Buatlah diagnose untuk :
 Dehidrasi : tanda-tanda dehidrasi
 Ketidakmampuan untuk mengatasi : ibu tidak mampu untuk menyesuaikan
dengan rasa nyeri, atau terlihat menderita dan putus asa.
 Persalinan palsu : serviks tidak berdilatasi melebihi 3 cm, tidak terdapat
kontraksi uterus, atau kontraksi uterus tidak teratur.
 Fase laten memanjang : cerviks tidak berlatasi melebihi 3 cm setelah 8 jam
persalinan

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
 Fase aktif memanjang : pembukaan serviks sampai ke kanan garis waspada
 Aktivitas uterus tidak adekuat : frekwensi kontraksi kurang dari 3 kali dalam
10 menit, lamanya kurang dari 40 detik.
 Malpresentasi : presentasi selain vertek dengan UUK di depan
 Obstruksi : adanya gangguan dilatasi serviks dan penurunan bagian terbawah
janin, adanya caput yang besar, molase derajat 3, edema serviks, lingkaran
bandl di SBR, ibu dan bayi mengalami distress
 Disproporsi chepalopelviks
 Ukuran pelviks
2. Berikan manajemen yang tepat berdasarkan kemungkinan penyebab
JIKA BERADA DI RUMAH SAKIT :
Melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan manajement
 Memberikat support
 Memberikan oksitosin dan lakukan monitor secara teliti
 Vakum ekstrasi atau forcep atau sympisiotomy
 Perawatan atau identifikasi masalah (contoh : infeksi)
 Operasi Caesar
 Operasi yang merusak
JIKA BERADA DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN/KLINIK
KEBIDANAN
 Siapakan rujukan dan antar ibu ke rumah sakit
 Rehidrasi ibu, dengan cairan infuse ( RL < normal saline atau 5 % glucose,
dan rujuk ibu dengan infuse
 Berikan dosis pertama antibiotic IM, jika selaput ketuban sudah pecah 6 jam
atau lebih
3. Informasikan dan menenangkan ibu/klien dan pasangannya
4. Meneruskan observasi dengan partograf

Penilaian Kompetensi 162


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

DETEKSI DINI MALPOSISI DAN MALPRESENTASI

Malpresentasi dan Malposisi


Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi kepala janin
relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi, masalah; janin yang dalam keadaan malpresentasi
dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet. (Rukiyah. 2010)
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda)
terhadap panggul ibu. Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex
(Prawirohardjo.2011)

Pemeriksaan umum:
(1) Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu termasuk tanda vital
(2) Lakukan evaluasi kondisi janin:
a. Dengarkan DJJ atau CTG, selama dan segera sesudah kontraksi. Hitung DJJ selama satu menit penuh
minimal setiap 30 menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit dalam kala dua.
b. Bila ketuban pecah, lihat warna air ketuban. Bila didapatkan mekonium awasi lebih ketat atau lakukan
intervensi. Dan bila tidak ada cairan ketuban atau oligohidramnion pada saat ketuban pecah menandakan
adanya pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin
c. Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki kontraksi atau mempercepat
kemajuan persalinan:
1. Berikan dukungan emosi dan dorongan mental. Anjurkan berjalan, duduk atau merubah posisi
2. Berikan massase dan air hangat
3. Berikan minuman atau cairan intravena yang cukup dan anjurkan kencing
4. Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
5. Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secara spesifik sesuai dengan keadaan malposisi dan
malpresentasi yang didapatkan (Saifuddin, 2001)
6. Untuk menegakan diagnose lakukan penilaian klinik untuk menentukan bagian terendah janin: bila bagian
terendah kepala lakukan evaluasi posisi kepala janin; posisi oksiput transversal atau anterior adalah keadaan
normal, bila terjadi fleksi maka oksiput lebih rendah dari pada sisiput.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Persiapan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan jamin privasi klien
Memantau kemajuan Persalinan Dan Memastikan Posisi/Presentasi janin
1. Lakukan evaluasi secara cepat dan tepat terhadap keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, TD, respirasi) dan kebutuhan cairan
2. Nilai status hidrasi ibu
Test urine untuk mengetahui ada atau tidaknya keton dan berikan cairan IV bila
terdapat keton
3. Nilai emosional dan mekanisme pertahanan diri ibu

Penilaian Kompetensi 163


4. Nilai kondisi janin
Dengarkan DJJ selama dan segera setelah kontraksi
Hitung DJJ satu menit penuh
5. Lakukan pemeriksaan abdomen
 Pantau presentasi, letak dan posisi
 Pantau frekwensi dan durasi kontraksi dengan menggunakan partograf
 Pantau penurunan bagian terendah janin
6. Lakukan pemeriksaan dalam
 Tentukan fase dan kemajuan persalinan
 Tentukan pembukaan serviks
 Tentukan posisi
 Nilai adanya molase/caput
 Nilai keadaan panggul
7. Jika ketuban sudah pecah, perhatikan warna cairan amnion yang keluar
 Kekentalan mekonium mengindikasikan kebutuhan monitoring dan
intervensi
 Saat cairan tidak mengalir setelah membrane rupture, mengindikasikan
berkurangnya volume cairan amnion, janin menjadi distress
Membuat Keputusan Klinik
1. Lakukan analisis terhadap data yang sudah didapatkan dan rancang manajemen
yang tepat
2. Analisis data yang telah dikumpulkan ( latar belakang, pemeriksaan fisik, dan
partograf)
 Persalinan normal atau memanjang
 Kemungkinan persalinan pervagianam atau ada tanda-tanda obstruksi
 Ibu dapat melakukan coping atau tidak
 Janin dalam keadaan baik atau distress
3. Buat keputusan untuk tindakan :
Konsultasi ke dokter
Kebutuhan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi
Member dukungan

Penilaian Kompetensi 164


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PADA KASUS TALI PUSAT MENUMBUNG

Tali Pusat Menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah bagian terbawah janin.
Meskipun merupakan komplikasi yang jarang – kurang dari 1 persen (0.3 sampai 0.6 persen) – tetapi artinya
besar sekali oleh karena angka kematian janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah besar akibat tindakan
operatif yang digunakan dalam penanganannya. Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin dengan
panggul ibu mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak dikoreksi akan menyebabkan
kematian bayi.

KLASIFIKASI TALI PUSAT MENUMBUNG

Presentasi tali pusat. Ketuban utuh. Tali pusat menumbung. Ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari
tiga kedudukan:

1. Terletak di samping bagian terbawah janin di PAP. Penumbungan yang tidak begitu nyata seperti ini lebih
sering dari yang umumnya diduga. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam persalinan tanpa
meninggalkan bukti-bukti sedikitpun pada persalinan per vaginam.

2. Turun ke vagina.

3. Melewati introitus dan ke luar dari vagina. ETIOLOGI Bila bagian terbawah janin tidak menutup dan mengisi
PAP dengan sempurna maka ada bahaya terjadinya tali pusat menumbung. Risikonya lebih besar pada
presentasi majemuk dan bila ketuban pecah.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Jelaskan kondisi yang terjadi pada ibu dan keluarga, jaga privasi ibu
2. Beri oksigen 4-6 liter/menit
3. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
4. Pakai sarung tangan DTT atau steril
5. Lakukan pemeriksaan dalam untuk :
- Memastikan diagnose adanya tali pusat menumbung
- Tentukan pembukaan serviks ( dan fase persalinan)
6. Cek pulsasi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Lakukan analisis terhadap hasil pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan
partograf lalu pertimbangkan :
- Fase dan tahapan persalinan
- Presentasi dan posisi janin
- Apakah keadaan umum ibu baik atau tidak

Penilaian Kompetensi 165


- Apakah keadaan janin masih baik atau sudah terjadi gawat janin
2. Buat keputusan klinis berdasarkan :
- Jika ibu ada dalam kala I atau kala II
- Jika janin hidup atau mati
- Jika presentasi sungsang atau kepala
3. Buat keputusan untuk manajemen kasusnya :
MANAJEMEN – jika ibu pada kala I dan tali pusat janin masih berdenyut,
maka :
PERSIAPAN
1. Dorong bagian terbawah janin ke atas, untuk mengurangi tekanan pada tali pusat
dan mendorong bagian terbawah janin dari panggul sambil posisikan ibu
kneechest atau trandelenberg
2. Tempatkan tangan lain pada abdomen, tepatnya pada pinggir atas simfisis untuk
memfiksasi bagian terendah janin keluar dari panggul

3. Jika bagian terendah sudah ada tepat pada pinggir pintu atas panggul, keluarkan
tangan dari vagina dan pertahankan tangan yang ada di abdomen untuk
memfiksasi bagian terendah janin sampai prosedur SC

4. Pasang infus jika diperlukan


5. Rujuk ibu segera
MANAJEMEN – jika ibu dalam kala II dan terdapat pulsasi tali pusat :
Percepat kelahiran bayi
MANAJEMEN – jika tidak ada pulsasi tali pusat :
Rujuk ibu
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PENCEGAHAN INFEKSI
Lakukan langkah-langkah pencegahan infeksi sebagai berikut :
- Lakukan pembuangan sampah sesuai standar
- Bersihkan permukaan tenpat tidur dengan larutan klorin 0,5 %
- Untuk sarung tangan yang tidak disposable, rendam dalam larutan klorin 0,5%,
rendam dalam keadaan terbalik dan harus benar-benar terendam klorin
- Cuci tangan dengan air dan sabun lalu keringkan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Penilaian Kompetensi 166Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
MANAJEMEN PADA DISTRESS MATERNAL

Pengertian
Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau
intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin.
Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi
didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric
tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila
ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan .
Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia,
sekunder dari infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ
normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur
atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.

Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:

a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :

1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :

1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat


1. Oligihidramnion
2. Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat

d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal


2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,0

Penilaian Kompetensi 167


Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan jaga privasi ibu
PENILAIAN KEMAJUAN PERSALINAN DAN MEMERIKSA POSISI/PRESENTASI JANIN
1. Buat penilaian cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (denyut nadi,
tekanan darah, pernafasan) dan hidrasi
2. Nilai status hidrasi ibu :
- Pemeriksaan ketone pada urine
3. Nilai status emosional ibu dan kemampuan koping ibu
4. Nilai kondisi janin :
- Dengarkan DJJ selama dan segera setelah kontraksi
- Hitung DJJ selama 1 (satu) menit penuh
5. Lakukan pemeriksaan abdomen :
- Nilai presentasi, letak dan posisi janin
- Nilai frekuensi dan durasi kontraksi menggunakan partograf
- Nilai penurunanbagian terendah janin
6. Lakukan pemeriksaan vagina :
- Untuk menentukan tingkat, fase dan kemajuan persalinan
- Untuk menentukan bagian terendah janin yang berada di serviks
- Untuk menentukan posisi janin
- Untuk menilai bila terdapat caput yang penting
7. Jika selaput ketuban telah pecah, nilai warna cairan amnion yang keluar :
- Adanya kandungan mekonium mungkin mengindikasikan kebutuhan monitor
yang lebih ketat dan intervensi
- Tidak adanya cairan amnion yang keluar setelah terjadinya rupture
membrane adalah indikasi dari penurunan volume cairan amnion, yang
mungkin berhubungan dengan fetal distress
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Analisis informasi yang terkumpul dan tentukan penyebab maternal distress
2. Analisis informasi yang terkumpul dari pemeriksaan fisik dan partograf dan
tentukan bila :
- Ibu bisa mengatasi dengan baik atau tidak bisa mengatasinya
- Ibu dehidrasi atau hidrasi secara adekuat
- Kemajuan persalinan berlangsung baik atau buruk/distress
3. Buat keputusan manajemen :
- Kebutuhan konsultasi dengan dokter
- Kebutuhan rujukan ke layanan kesehatan yang lebih tinggi
- Kebutuhan penyediaan layanan pendukung
4. Jika persalinan peervaginam mungkin, buat rencana penilaian persalinan
menggunakan partograf

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN
1. Pastikan kembali ibu tidak cemas setelah mengkomunikasikan temuan kepada
ibu
2. Jika ibu dehidrasi :
- Berikan cairan IV yang cukup bila ibu dehidrasi
- Lakukan pemeriksaan golongan darah dan cross matching
3. Berikan oksigen bila perlu
4. Berikan dukungan :
- Pastikan ibu selalu didampingi, jangan tinggalkan ibu sendiri

Penilaian Kompetensi 168


- Jika dimungkinkan, biarkan ibu memilih seseorang untuk mendapinginya
- Beri semangat ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Massage punggung, bokong, kaki ibu atau di daerah yang terasa sakit
- Pastikan, semangat, beri bantuan dan dukungan kepada ibu
- Jelaskan kemajuan kepada ibu dan keluarganya
- Beri semangat ibu untuk memilih posisi apapun yang dirasakan nyaman
baginya
- Beri semangat kepada ibu untuk minum dan makan yang ia bisa toleransi
5. Berikan rasa nyaman :
- Nafas dalam dan panjang setelah tiap kontraksi untuk meningkan releksasi
dan menghindari hiperventilasi
- Irama nafas secara pant-pant-blow untuk mengalihkan rasa sakit
- Nafas perut untuk memberikan pengalihan dan mengangkat dinding perut
selama kontraksi, sehingga mengurangi tekanan dan bisa mengurangi rasa
nyeri
- Usap perut ibu untuk mengalihkan rasa nyeri dan meningkatkan sirkulasi di
area tersebut
- Berendam atau shower dengan air hangat (tub yang sudah didesinfeksi
sebelum dan sesudah digunakan)
- Lap keringat menggunakan handuk dingin
- Ganti pakaian ibu dan sprei
6. Lanjutkan memonitor ibu / rujuk ibu berdasarkan hasil temuan dan aktifitas yang
berlangsung
7. Dokumentasikan asuhan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Penilaian Kompetensi 169Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
GAWAT JANIN

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi
didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric
tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila
ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan .
Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia,
sekunder dari infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ
normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur
atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.

Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:

a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :

1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat


1. Oligihidramnion
2. Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat

d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal


2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN

Penilaian Kompetensi 170


0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Jelaskan dan yakinkan kembali kondisi kepada ibu dan keluarga
2. Review perbedaan antara kondisi fetal distress dan variasi normal DJJ janin :
- DJJ yang normal selama kontraksi akan mengalami penurunan, akan tetapi
biasanya akan segera kembali normal setelah uterus relaksasi
- DJJ yang sangat menurun dalam keadaan tidak ada kontraksi atau menetap
setelah kontraksi dianggap fetal distress
- Peningkatan DJJ bisa terjadi karena terjadi demam pada ibu
PENGELOLAAN UMUM
1. Lakukan kolaborasi dengan dokter/lakukan rujukan
2. Posisikan ibu miring ke kiri/semifowler
3. Berikan oksigen bila tersedia, jika tidak ada bantu ibu untuk bernafas dalam
4. Berikan infuse NACL atau RL dengan tetesan cepat
MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB FETAL DISTRESS
1. Identifikasi penyebab dari ibu :
- Tanyakan kapan terakhir diberikan obat narcotik
- Kaji tanda-tanda vital
- Nilai status hidrasi
- Cek tanda-tanda inveksi selaput ketuban-panas,urterus keras, pengeluaran
vagina berbau, nyeri perut, sedikit perdarahan pervaginam
- Cek perdarahan prvaginam dan kemungkinan terjadinya solosio placenta
2. Dengarkan DJJ minimal pada tiga kali kontraksi
3. Cuci tangan dan keringkan. Setelah itu memakai sarung tangan srteril
4. Periksa vagina untuk melihat tanda-tanda distress :
- Tanda adanya obstruksi : berhentinya pembukaan serviks dan penurunan
bagian bawah kemudian terjadi caput, terjadi molase tingkat 3, odema
serviks, srgmrn bawah rahim terjadi pembengkaan
- Periksa adanya mekonium dalam cairan ketuban
- Periksa apakah ada tali pusat menumbung pada vagina
5. Cuci tangan dan keringkan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIK
1. Analisa informasi yang diperoleh dan pastikan penyebab fetal distress
2. Lakukan pengelolaan sesuai penyebab :
a. Jika ada penyebab maternal lakukan manajemen yang tepat
b. Jika tidak ada penyebab maternal dan DJJ tetap abnormal pada 3 kali
kontraksi terakhir
- Jika ada perdarahan dengan nyeri yang menetap kemungkinan solusio
plasenta
- Jika tali pusat menumbung lakukan manajemen penanganan tali pusat
menumbung
c. Jika janin tetap distress persiapkan SC

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Jika persalinan pervaginam masih memungkinkan pantau persalinan dengan
partograf, cek DJJ setiap 15 menit, dokumentasikan seluruh penemuan
4. Komunikasikan hasil temuan dan persiapkan untuk tindakan yang akan
dilakukan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Penilaian Kompetensi 171 Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
RESUSITASI BBL

A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (

B. Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan
alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
C. Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak
adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah
efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
2. Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi
denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi
denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih
ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang
dingin.
D. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik,
analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-
kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa
berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
6.
D. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan
kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat
menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat
untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).

E. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-kemungkinan yang terjadi
pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.

F. Persiapan Tempat Resusitasi


Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

 Gunakan ruangan yang hangat dan terang.


 Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau di
atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang
terbuka).

Penilaian Kompetensi 172


Keterangan:

 Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.


 Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
 Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang
persalinan.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan peralatan dan bahan habis pakai yang diperlukan
- Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh (kain
hangat/kain kering dan hangat atau lampu sorot)
- Tiga helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi, untuk
membungkus bayi dan pengganjal bahu)
- Jam dengan jarum detik atau penunjuk waktu
- Penghisap lendir De Lee
- Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
- Sarung tangan
- Oksigen (atau udara ruangan)

PENILAIAN BBL DAN KEBUTUHAN TINDAKAN RESUSITASI


1. Nilai bayi :
- Apakah bayi bernafas menangis atau bernafas/tidak megap-megap
- Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif

2. -
Jika bayi tidak brnafas, megap-megap atau lemas maka potong tali pusat dan
lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
- Jika ada mekoneum kental buka mulut lebar, usap dan isap lendir dari mulut,
potong tali pusat dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
3. Beritahu keluarga bahwa bayi memerlukan tindakan resusitasi
MELAKUKAN LANGKAH AWAL RESUSITASI (dalam waktu kurang dari 30 detik)
1. Jaga bayi tetap hangat.
- Keringkan tubuh bayi dan selimuti dengan kain bersih, kering dan hangat
- Tempatkan pada ruangan hangat dan terhindar dari tiupan angin
- Dekatkan bayi ke pemanas tubuh
- Letakkan pada tempat yang kering dan hangat
- Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat meletakkan
bayi

2. Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah ekstensi)
untuk membuka jalan napas dengan cara mengganjal bahu bayi dengan kain
yang dilipat

3 Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dari mulut kemudian hidung
- Gunakan penghisap lendir Dee Lee
- Mulai bersihkan lendir di mulut, baru kemudian hisap lendir di hidung
- Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang penghisap
- Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat menimbulkan
reaksi vaso-vagal dan menyebabkan henti napas
- (lihat langkah no.2 untuk penghisapan lendir pada kasus adanya mekonium
kental pada cairan ketuban dan bagian tubuh bayi)

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
4. Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil

Penilaian Kompetensi 173


- Dengan sedikit penekanan, gosok tubuh bayi melalui kain pembungkus tubuh
bayi
- Dengan telapak tangan, lakukan rangsangan taktil pada telapak kaki atau
punggung bayi atau menyentil telapak kaki bayi
5. Atur kembali posisi dan jaga kehangatan tubuh untuk dengan membungkus
badan bayi
- Bila kain pembungkus menjadi basah, ganti dengan kain pembungkus yang
baru untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
- Bagian muka dan dada dibiarkan terbuka untuk member keleluasaan
bernapas dan memantau gerakan dinding dada
- Atur kembali ganjal bahu untuk memberikan posisi terbaik bagi jalan napas
6. Penilaian ulang
- Nilai apakah bayi bernapas spontan dan normal atau masih mengalami
kesulitan bernapas
- Bila bayi bernapas spontan dan baik, lakukan asuhan bayi baru lahir yang
normal dan berikan pada ibunya
- Menjaga suhu tubuh (metode kangguru atau diselimuti dengan baik)
- Mendapat ASI
- Kontak batin dan sayang
- Bila bayi masih megap-megap atau belum bernapas spontan
VENTILASI POSITIF PADA BAYI ASFIKSIA
1. Pastikan posisi kepala sudah benar, kemudian pasang sungkup/ambu bag dngan
benar sehingga melingkupi hidung dan mulut
2. Lakukan ventilasi percobaan (dua kali)
- Bila menggunakan balon dan sungkup, lakukan ventilasi dengan tekanan
yang cukup sebanyak dua kali
- Bila menggunakan pipa dan sungkup, tiupkan udara yang dikumpulkan
dalam mulut ke dalam pipa (udara ruangan, bukan udara ekspirasi)
 Pastikan dada mengembang
 Bila tidak mengembang
- Periksa posisi kepala
- Periksa posisi sungkup
- Periksa lendir di jalan napas
3. Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan ventilasi tekanan positif
sebanyak 20 kali dalam 30 detik
- Pastikan dada mengembang saat ventilasi diberikan
- Hentikan ventilasi bila bayi menangis atau bernapas spontan
4. Setelah bayi menangis atau bernapas spontan, hentikan ventilasi dan kembalikan
resuscitator pada tempatnya
- Jaga suhu tubuh bayi
- Berikan bai pada ibunya (diselimuti berdua)
Perhatikan :
Bila bayi tetap belum bernapas atau megap-megap maka lanjutkan ventilasi
20 kali dalam 30 detik berikutnya dan lakukan penilaian ulang setiap 30 detik
dan penilaian kebugaran bayi setiap menit
5. Bila bayi tidak bernapas spontan stelah 2 menit resusitasi
- Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Teruskan resusitasi
- Pastikan ibu dalam keadaan baik dan stabil
6. Bila bayi tetap tidak bernapas setelah 10 menit sejak awal resusitasi maka
tindakan ini dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan
Pemantauan dan perawatan suportif pasca tindakan
1. Lakukan pemantauan secara seksama. Perhatikan :
- Tanda-tanda kesulitan bernapas
- Retraksi intercostals (cekungan antar iga)
- Megap-megap
- Frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit
- Warna kulit kebiruan

2. Lanjutkan rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan bayi


3. Jaga bayi tetap hangat. Tunda untuk memandikan bayi selama 6 – 24 jam
setelah lahir.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
4. Bila pernapasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya :
- Menjaga kehangatan/suhu tubuh bayi

Penilaian Kompetensi 174


- Mendapat ASI
- Kontak batin dan kasih sayang
5. Teruskan pemantauan, bila bayi menunjukkan tanda-tanda dibawah ini, segera
lakukan rujukan :
- Frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit
- Retraksi intercostals (cekungan antar iga)
- Merintih atau megap-megap
- Seluruh tubuh pucat atau berwarna kebiruan
- Bayi menjadi lemah
TINDAKAN SESUDAH PROSEDUR RESUSITASI
1 Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai (disposable) ke
dalam kantong plastic atau tempat yang tidak bocor
- Untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang :
- Rendam di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi.
- Lanjutkan k proses cuci, bilas hingga DTT atau sterilisasi
2. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
MENCATAT TINDAKAN RESUSITASI
1. Catat tanggal dan waktu bayi lahir
2. Catat kondisi bayi saat lahir
3. Catat waktu mulainya tindakan resusitasi
4. Catat tindakan apa yang dilakukan selama resusitasi
5. Catat waktu bayi bernafas spontan atau resusitasi dihentikan
6. Catat hasil tindakan resusitasi
7. Catat perawatan suportif pasca tindakan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
Penilaian Kompetensi 175
VENTILASI BAYI BARU LAHIR
PENGGUNAAN BALON RESUSITASI DAN SUNGKUP

Resusitasi BBL Ventilasi


Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan
tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.

1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

2. Ventilasi 2 kali
 Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah jalan napas
bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.

 Lihat apakah dada bayi mengembang


Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Jika tidak mengembang:

1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
3. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan
4. Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap
berikutnya.

 Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


1. Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian
ulang napas.
3.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

1. Lihat dada apakah ada retraksi


2. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

 Jangan ventilasi lagi


 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
Jangan tinggalkan bayi sendiri.

Lakukan asuhan pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.


 Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2. Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap
3. Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap dan
lakukan asuhan pasca resusitasi.
4. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan
penilaian ulang napas setiap 30 detik.
 Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1. Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
2. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
3. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
4. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
 Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)

Penilaian Kompetensi 176


2. Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung
tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.

Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen .

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MENYIAPKAN DAN MEMERIKSA PERALATAN
A PEMILIHAN ALAT
1. Dipilih peralatan yang dirancang khusus untuk bayi baru lahir.
Pertimbangan harus berdasarkan :
 Kemampuan oksigen
 Ukuran balon resusitasi
 Ukuran sungkup
 Aman
2. Oksigen :
a. Dibutuhkan sumber oksigen 100 % bersama pipa oksigen dan alat
pengukurnya.
b. VTP pada bayi baru lahir harus dengan konsentrasi oksigen 90 – 100 %
yang dapat dilakukan dengan salah satu alat berikut :
 Balon mengembang sendiri dengan reservoir oksigen
 Balon tidak mengembang sendiri
3. Balon resusitasi :
a. Ukuran balon untuk bayi baru lahir tidak boleh melebihi 750 ml, karena
bayi cukup bulan hanya membutuhan 20 – 30 ml setiap ventilasi (6 – 8
ml/kg). ukuran balon besar dari 750 ml sulit untuk memberikanvolume
kecil.
b. Beberapa balon mengembang sendiri mempunyai kapasitas sekecil 240
ml.
4. Sungkup :
a. Harus dipilih sungkup dengan ukuran yang tepat, yaitu dapat menutupi
dagu, mulut dan hidung bayi, tetapi tidak menutupi mata. Sungkup
terlalu lebar dapat merusak mata, sungkup terlalu sempit tidak menutupi
mulut dan hidung.
b. Ada 2 jenis tepi sungkup yaitu yang mempunyai tepi dengan bantalan
dan tanpa bantalan.
Dipilih sungkup bertepi dengan bantalan karena member keuntungan :
 Tepi sungkup lebih mudah disesuaikan dengan muka bayi, sehingga
lebih mudah melekat.
 Tidak memerlukan tekanan yang terlalu tinggi agar melekat.
 Kecil kemungkinan mencederai mata bayi meskipun letak sungkup
tidak benar.
c. Ada 2 bentuk sungkup, yaitu bentuk bundar dan bentuk anatomik.
Dipilih bentuk anatomik, karena sesuai bentuk muka sehingga lebih
mudah dipasang dan kecil kemungkinan menyebabkan kerusakan mata
karena tepinya dibentuk mengikuti lekuk antara mata dan hidung.
Sungkup tidak digunakan pada kasus hernia diafragmatika !

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
B PEMASANGAN ALAT
5. Balon dipasang dan dihubungkan dengan sumber oksigen.
6. Sungkup dihubungkan dengan balon.

C MENGUJI ALAT

Penilaian Kompetensi 177


7. Menguji balon tidak mengembang sendiri
a. Hubungkan balon dengan sumber oksigen.
b. Pasang pengukur aliran pada 5 – 8 liter/menit
c. Tutup sungkup dengan telapak tangan anda. Kalau balon mempunyai
katup pengontrol aliran, atur katup sedemikian rupa sehingga balon
tidak terlalu berkembang.
Periksa apakah balon terisi sempurna :
 Apakah balon retak atau sobek ?
 Apakah katup pengontrol aliran terbuka ?
 Apakah pengukur tekanan hilang ?
 Apakah aliran ke pasien (ke tangan anda) benar-benar tertutup ?
Apabila balon terisi, remas balonnya :
 Apakah anda merasakan adanya tekanan pada tangan anda ?
 Apakah pengukur tekanan menunjukkan tekanan 30 – 40 cm H2O ?
Apabila balon tidak terisi sempurna atau tidak memberikan tekanan dengan
baik, ambil balon lain dan dicoba sekali lagi.
8. Menguji balon mengembang sendiri :
a. Tutup sungkup dengan telapak tangan anda
b. Balon diremas :
 Apakah terasa tekanan pada telapak tangan anda ?
 Apakah pengukur tekanan menunjukkan tekanan 30 – 40 cm H 2O ?
 Dapatkan anda memaksa membuka katup pelepas tekanan ?
 Apakah katup terpasang dan dapat bergerak semestinya ?
Apabila tidak :
 Apakah balon retak atau robek ?
 Apakah pengukur tekanan hilang ?
 Apakah katup pelepas tekanan hilang atau terlalu kencang.
 Apakah aliran ke pasien (ke tangan anda) tertutup total ?
Apabila balon dapat memberikan tekanan dengan baik, sistem
penganman bekerja dengan baik, sedangkan seluruh saluran sungkup –
pasien tertutup, periksalah untuk melihat :
 Apakah balon mengembang kembali dengan cepat apabila anda
melepaskan remasan anda ?
Apabila terdapat masalah pada balon, siapkan balon yang lain.
9. Menguji sungkup
Periksa sungkup dengan teliti apakah terdapat retak atau kerusakan pada
pinggir sungkup.

D VENTILASI BAYI
10. Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
11. Posisi pelaksana ventilasi tekanan positif (VTP) berdiri disebelah atau
dekat kepala bayi.
12. Balon dipegang dengan tangan kanan dan sungkup dipegang dengan kanan
kiri (bagi yang kidal cara memegang sebaliknya)
13. Posisi balon sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi pandangan mata
ke dada bayi untuk melihat gerak turun naik dada bayi selama VTP.
14. Posisi sungkup
a. Sungkup harus diletakkan di wajah bayisedemikian rupa sehingga
menutupi hidung, mulut dan tepi dagu tertutup dengan pinggiran
sungkup, tetapi tidak menutupi mata.
b. Hal itu dilakukan dengan mulai mencakup dagu dulu baru kemudian
menutupi hidung. Sungkup yang berbentuk lancip (anatomik) bagian
lancip harus pada posisi mencakup hidung.
c. Sungkup diletakkan dimuka dengan cara menggunakan ibu jari dan
telunjuk dan/atau jari tengah melingkari hamper sebagian sungkup,
sedangkan jari manis menyangga agar dagu tetap dalam sungkup.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
d. Pengetatan sungkup dapat dilakukan dengan sedikit menekan tepinya
kemuka bayi sehingga posisinya tepat.
Yang harus diperhatikan !
 Jangan menekan sungkup ke muka. Terlalu menekan akan mendatarkan
belakang kepala dan melukai muka.

Penilaian Kompetensi 178


 Jangan menekn daerah trachea, anda dapat menghambat arus udara.
Jangan sampai jari anda atau bagian dari tangan anda atau bagian apapun
dari alat mengenai mata bayi.
15. Memeriksa lekatan
Pada saat balon ditekan untuk pertama kali, lekatan diperiksa apakah tidak
bocor dengan cara melihat apakah dada bayi naik dan tidak ada kebocoran
ditempat lekatan.
16. Cara menekan balon
Jangan sekali-kali menekan habis balon untuk mengembangkan paru-paru
bayi, karena volume paru-paru bayi hanya sebagian kecil dari volume
balon.
Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan
ventilasi harus sesuai.
17. Kecepatan ventilasi
Kecepatan ventilasi sebaiknya 49 0 69 kali/menit. Kecepatan ini dicapai
dengan memompa balon sebagai berikut : pompa – dua (lepas) – tiga
(lepas) – pompa – dua (lepas) – tiga (lepas) – pompa – dan seterusnya.
18. Tekanan ventilasi
Meskipun gerakan dada bayi naik dan turun merupakan tanda terbaik untuk
ventilasi yang adekuat, tetapi tekanan ventilasi yang sesuai yang diperlukan
untuk mengembangkan paru-paru bayi bervariasi, tergantung pada :
 Ukuran bayi
 Kondisi paru-paru bayi
 Apakah sebelumnya bayi telah bernafas.
Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :
 Napas pertama setelah lahir, membutuhkan 30 cm H 2O/lebih
 Setelah nafas pertama, membutuhkan 15 – 20 cm H2O
 Bayi dengan kondisi/penyakit paru-paru yang berakibat turunnya
compliance membutuhkan 20 – 40 cm H2O
Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang
mempunyai pengukur tekanan.
19. Observasi gerak pada bayi
a. Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti bahwa sungkup
terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti
menarik napas dangkal..
b. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik napas panjang,
menunukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti tekanan
diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pnemotoraks.
20. Observasi gerak perut bayi
a. Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif.
b. Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara ke dalam lambung.
21. Penilaian suara nafas bilateral
a. Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop.
b. Adanya suara nafas di paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi
mendapat ventilasi yang benar.
22. Observasi pengembangan dada bayi
a. Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi
meemas balon.
b. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu
penyebab berikut :
 Pelekatan sungkup kurang sempurna. Terdengar udara keluar
(bocor) dari sekitar sungkup.
Yang sering bocor adalah antara pipa dan pangkal hidung
Ulangi lagi pemasangan sungkup dan dicoba dilekatkan lebih baik.
Tepi sungkup sedikit ditekan, jangan menekan terlalu kuat ke muka
bayi.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
 Arus udara terhambat
Cara melakukan koreksi sebgai berikut :
 Periksa posisi bayi dan ekstensikan leher bayi lebuh jauh.
 Periksa mulut, orofaring dan sekresi. Bila perlu isap cairan
dalam mulut dan hidung.
 Di coba dilakukan ventilasi dengan mulut bayi sedikit

Penilaian Kompetensi 179


terbuka dengan dilakukan jalan udara melalui mulut.

Tidak cukup tekanan
Naikkan tekanan sehingga tampak dada bayi turun naik. Tingginya
tekanan yang diberikan sesuai dengan jenis alat yang dipakai.
 Bila menggunakan balon dengan pengukur tekanan, naikkan
tekanan sehingga timbul pernapasan yang mudah.
 Bila menggunakan balondengan katup pelepas tekanan, naikkan
tekanan sehingga katup bergerak. Bila dibutuhkantekanan yang
lebih tinggi dan dimungkinkan untuk menutup katup, maka
dilakukan dengan menaikkan tekanan secara hati-hati.
Apabila dengan tahapan diatas dada bayi masih tetap kurang berkembang,
sebaikkanya dilakukan intubasi endotrakheal dan ventilasi pipa balon !.

E MENILAI FREKUENSI DENYUT JANTUNG


23. Saat menilai
Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai melakukan ventilasi 30
detik pertama.
24. Cara menilai
Ada 2 cara untuk menilai frekuensi denyut jantung :
a. Menggunakan stetoskop, mendengarkan detak jantung di apeks.
b. Meraba denyut arteri umbilikalis arteri brakhialis.
25. Cara menghitung
Frekuensi denyut jantung bayi dihitung dengan cara menghitung jumlah
denyut jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi
jantung permenit.
26. Kategori frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung bayi dibagi 3 kategori :
 Lebih dari 100 kali/menit
 Antara 60 – 100 kali/menit
 Kurang dari 60 kali/menit.

LANGKAH SELANJUTNYA
F 27. Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 kali/menit :
a. Bayi mulai bernapas spontan. Dilakukan rangsangan taktil untuk
merangsang frekuensi dan dalamnya pernapasan.
b. VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas diberikan.
c. Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat dikurangi secara
bertahap.
Apabila pernapasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP dilanjutkan.
28. Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60 – 100 kali/menit:
a. VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung bayi.
b. Apabila frekuensi denyut jantung tetap/tidak meningkat :
 Periksa ventilasi apakah adekuat ?
 Apakah gerak dada cukup adekuat ?
 Apakah posisi sungkup benar ?
 Apakah posisi kepala benar ?
 Apakah tekanan ventilasi adekuat ?
 Apakah udara dalam lambung mengganggu gerakan dada ?
 Apakah suara nafas adekuat ?
 Apakah oksigen yang diberikan benar 100 %.
- Apakah pipa oksigen telah terpasang ke balon dan pengukur
arus ?
- Apakah oksigen mengalir melalui pengukur arus ?
- Bila menggunakan blender, apakah sudah diatur pada 100 % ?
- Bila menggunakan balon mengembang sendiri, apakah
penampung oksigen sudah tersambung ?

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN

- Apabila menggunakan tangki (bukan oksigen dinding), apakah


tangki berisi oksigen ?
Apakah frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit, dimulai
kompresi dada bayi !
29. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit
a. VTP dilanjutkan

Penilaian Kompetensi 180


b. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan benar
100% ?
c. Segera dimulai kompresi dada bayi !

G MEMASANG KATETER OROGASTRIK


30. Indikasi
Ventilasi dengan balon dan sungkup lebih dari beberapa menit harus
dipasang kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi udara dari
orofaring dapat masuk kedalam osophagus & lambung yang berakibat :
a. Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma
menghalangi paru-paru.
b. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung yang
mungkin menimbulkan aspirasi.
c. Udara dalam lambung dapat masuk ke usus, menyebebkan perut
kembung yang akan menekan diafragma.
31. Alat yang dipakai
a. Pipa orogastrik nomor 8 F
b. Semprit 20 ml
32. Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara mengukur panjang
mulai dari pangkal hidung ke daun telinga bayi dan dari daun telinga ke
prosesus sifoideus (ujung bawah tulang dad) bayi.
33. Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi)
34. Setelah pipa dimasukkan sesuai panjang yang diinginkan (sesuai
pengukuran sebelumnya), sambung dengan semprit 20 ml dan isi lambung
dengan cepat dan halus.
35. Lepaskan seprit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka agar ada lubang
udara ke lambung. Plester pipa ke pipi bayi untuk fiksasi ujung pipa.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PERSALINAN SUNGSANG

Penilaian Kompetensi 181


Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan
kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui bantuan
ultrasonografi (USG).

Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain kelahiran kembar, cairan amniotik
yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.

Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi
berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada
dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati
40 minggu.

Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.

Faktor Penyebab Kelahiran Sungsang

Jika kondisi ini terjadi pada kehamilan Anda, maka jangan buru-buru panik. Asalkan usia kandungan
masih di bawah 32 minggu maka si kecil dalam perut masih bisa dikembalikan pada posisi normal kok.

Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di
bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat
kehamilan memasuki trimester kedua. Biasanya Anda akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian
atas dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.

1. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34
minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut,
umumnya janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.

2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak
sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke-37 dan seterusnya.

3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang
lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa
bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.

5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.

6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim.
Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.

7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.

8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung
mengubah posisinya menjadi sungsang.

Mendeteksi Sungsang

1. Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin akan diduga
sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa
kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras dari janin.

2. Melalui pemeriksaan bagian dalam menggunakan jari. Cara ini pun hanya bisa dilakukan oleh dokter atau
bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang.

3. Cara lain adalah dengan ultrasonografi (USG).

Penilaian Kompetensi 182


Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1. Partus set
2. Uterotonika
3. Lidokain 1 %
4. Spuit 5 cc : 2
5. Cairan RL dan infuse set
6. Povidon iodine 10 %
7. Heachting set
8. Masker, celemek
9. Sarung tangan steril / DTT : 2 psg
10. Alas bokong dan penutup perut bagian bawah.

C TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG


1. Beritahu ibu
2. Siapkan posisi litotomi
3. Pakai masker, celemek.
4. Cuci tangan.
5. Pakai sarung tangan.
6. Kosongkan kandung kemih.
7. Memasang alas bokong dan penutup perut.
a. Cara Bracht :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin dan penolong.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berdiri didepan
vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha.
3. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan
2 – 5 unit oksitosin IM.
4. Lakukan episisotomi pada saat bokong membuka vulva.
5. Segera setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Bracht, yaitu
kedua ibu jari enolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-
jari lain memegang panggul.
6. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir
dan tampak sangat tertegang, tali pusat dikendorkan.
7. Pada saat Skapula Inverior di bawah simpisis penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi
anterior, yaitu punggung janin didekatkan keperut ibu. Penolong
hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan. Gerakan ini
hanya disesuaikan dengan gaya berat badan janin.
8. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang
asisten melakukan ekspresi Kristeler pada fundus uteri, sesuai
dengan sunbu panggul.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
9. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
10. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lender dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.
b. Cara klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan cara
Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Prinsip : melahirkan bahu dan lengan secara klasik adalah melahirkan
lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang berada diruang
lebih luas (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang

Penilaian Kompetensi 183


berada dibawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan,
maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan
memutar gelang bahu kearah belakang dan baru kemudian lengan
belakang ini dilahirkan.
1. Kedua kaki dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
2. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai pada fosa kubiti kemudia lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam
kebawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
4. Dengan cara yang sama lengan depan lahir.
5. Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir
dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak dipunggung dan
sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkam
dada. Putaran diarahkan keperut dan dada janin, sehingga lengan
depan terletak dibelakang. Kemudian lengan belakang ini dilahirkan
dengan tehnik tersebut diatas.
c. Cara Muller
Prinsip melahirkan bahu secara muller adalah melahirkan bahu dan
lengan depan terlebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.
1. Bokong janin dipegang secara femuro felvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada Krista iliaka dan jari-jari lain mencengkam paha bagian depan.
Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam kebawah sejauh
mungkin sampai bahu depan tampak dibaah simpisis, dan lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
2. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin masih
dipegang secara femuro pelviks ditarik keatas, sampai bahu
belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya,
maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah
dengan kedua jari penolong.
d. Cara lovset
Prinsip ialah memutar baadan janin dalam setengah lingkaran bolak
balik sambil dilakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada dibelakang akhirnya berada dibawah simfisis.
1. Badan janin dipegang secara femuro felviks dan sambil dilakukan
traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil
dilakukan traksi, badan janin diputar kembali kearah berlawanan
setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga bahu
belakang tampak dibawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
2. Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan
janin dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari
penolong.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
e. Melahirkan Lengan Menunjuk (Nuchal arm)
Prinsip lengan yang menunjuk diubah sedemikian rupa, sehingga
terletak didepan dada.
1. Bila lengan belakang menunjuk, maka badan atas janin dicengkam
dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan
pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari-jari
lain mencengkam dada. Badan anak diputar searah dengan arah
lengan menunjuk kearah belakang (sakrum), sehingga lengan
tersebut terletak didepan dada dan menjadi lengan belakang.
Kemudian lengan ini dilahirkan dengan cara klasik.
2. Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara

Penilaian Kompetensi 184


yang sama, hanya cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari
diletakkan di dada dan jari lain mencengkam punggung.
Cara Melahirkan Kepala Bayi
a. Cara Naujoks
Prinsip : teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari
penolong tidak dapat dimasukkan ke dalam mulut janin.
1. Kedua tangan penolong mencengkam leher janin dari arah depan ke
belakang.
2. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah dan
bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin dari
arah bawah.
b. Cara Prague Terbalik
Prinsip : Tehnik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada
dibelakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simfisis.
1. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari arah bawah dan
punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan
penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki.
2. Kaki janin ditarik curam keatas bersamaan dengan tarikan pada
bahu janin, sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring
sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

MANAJEMEN KALA III


1. Lahirkan plasenta secara sepontan atau manual apabila ada indikasi.
2. Luka episiotomy/robekan perineum dijahit.
3. Beri uterotonika atau medikamentosa yang diperlukan.
4. Awasi kala IV.
5. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.

DEKONTAMINASI

CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN

PERAWATAN PASCA TINDAKAN


1. Periksa kembali tanda vital pasien.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom
yang tersedia dalam status pasien.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

VERSI EKSTRAKSI

Prinsip persalinan dengan versi ekstraksi adalah memutar janin dalam rahim sehingga menjadi kedudukan
sungsang, selanjutnya menarik kakinya untuk dapat menolong persalinan. Dengan dua tindakan tersebut versi

Penilaian Kompetensi 185


(memutar janin) dan ekstraksi (menarik keluar) sudah tentu bahayanya lebih besar bagi janin dan trauma
persalinan untuk ibunya.

Pertolongan persalinan versi ekstraksi ini dilakukan pada letak lintang. Persalinan dengan versi ekstraksi sudah
lama ditinggalkan karena bahayanya jauh lebih besar dengan angka kematian bayi yang tinggi dan trauma
persalinan ibu yang berat. Sebagian besar pertolongan persalinan letak lintang diganti dengan melakukan seksio
sesaria.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1. Partus set : 1
2. Klem Ovum : 2
3. Spuit 5 cc : 2
4. Speculum sims / L : 2
5. Kateter nlaton
6. Alas bokong dan penutup perut bagian bawah
7. Povidon iodine 10 %
8. Uterotonika
9. Masker, celemek
10. Sarung tangan steril /DTT : 2
11. Lampu sorot
12. Tensimeter dan stetoskop

C TINDAKAN VERSI EKSTRAKSI


1. Mengatur posisi ibu pada posisi litotomi, sebelumnya diberi penjelasan.
Penolong memakai masker dan celemek.
2. Cuci tangan
3. Memakai sarung tangan DTT/steril
4. Prosedur versi ekstraksi
a. Buka vulva dengan ibu jari dan telunjuk, tangan lain yang berdekatan
dengan bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir secara
obstetric
 Pada letak lintang tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir ialah
sesuai dengan letak bokong
b. Segera setelah tangan masuk jalan lahir, tangan yang lain dipindahkan
ke fundus uteri, untuk mendekatkan bagian-bagian kecil janin
c. Tangan dalam mencari kaki janin untuk dibawa keluar.
d. Pada letak lintang punggung di depan, pegang kaki bawah dan apabila
punggung dibelakang, pegang kaki atas.
e. Tangan dalam menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah.
f. Setelah kaki fleksi, pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan
dituntun keluar dari vagina sampai atas lutut bersamaan itu tangan
penolong yang keluar memutar kepala janin kearah fundus uteri.
g. Melepas sarung tangan, rendam ke dalam larutan klorin.
h. Setelah dilakukan rotsi, segera periksa apakah versi telah berhasil
dengan baik (letak janin sudah memanjang) dengan cara palpasi dan
kaki janin tidak masuk kembali ke jalan lahir.
i. Memakai sarung tangan steril/DTT.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
j. Setelah evaluasi berhasil dengan baik, janin dilahirkan secara ekstraksi
kaki dengan tehnik seperti persalinan sungsang (ekstraksi kaki)

Penilaian Kompetensi 186


 Kedua tangan penolong memegang betis janin yaitu kedua ibu jari
diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang betis dan jari lain
didepan betis, kaki ditarik curam keawah sampai pangkal paha lahir.
 Pegangan dipindah kepangkal paha setinggi mungkin dengan kedua
ibu jari dibelakang pada sejajar sumbu panjang paha, jari lain di
depan paha.
 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokanter dean lahir,
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi
hingga trokanter belakang lahir (berarti bokong lahir).
 Setelah bokong lahir dilanjutkan cara Mueller, Klasik, Louvsct.
 Lahirkan kepala bayi dengan cara Mauriceau.

D KALA III
1. Beri oksitosin 10 IU IM
2. Lakukan pegangan tali pusat terkendali dan mendorong uterus kearah dorso
cranial.
3. Lahirkan plasenta
4. Periksa kelengkapan plasenta.
5. Masukkan plasenta pada tempatnya.

E EKSPLORASI PASCA TINDAKAN


1. Pasangkan speculum sims atas dan bawah pada vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka erpisiotomi atau
robekan pada dinding vagina tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian
kearah samping searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan partio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy lakukan penjahitan.
F DEKONTAMINASI
G CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
H PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital, dokumentasikan.
2. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya hasil tindakan yang dilakukan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

EKSTRAKSI VAKUM

1. Definisi
Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu

Penilaian Kompetensi 187


untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga
dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat
cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang
kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik
(yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu
tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi
vakum).

2. Indikasi
Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.

3. Kontraindikasi
 Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).
 Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).

4.Syarat khusus
 Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
 Presentasi kepala
 Cukup bulan (tidak prematur)
 Tidak ada kesempitan panggul
 Anak hidup dan tidak gawat janin
 Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul)
 Kontraksi baik
 Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan

5.Prinsip ekstraksi vakum:
Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala
janin melalui alat ekstraktor vakum.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1. Cairan infuse RL dan infuse set
2. Alas bokong dan penutup perut bagian bawah.
3. Oksitosin, ergomtrin, prokain 1 %.
4. Povidon iodine 1 %.
5. Partus set 1
6. Vacum ekstraktor 1
7. Klem ovum 2.
8. Spuit 5 cc : 2
9. Speculum sims / L : 2.
10. Kateter nelaton : 1
11. Masker, celemek.
12. Sarung tangan DTT/steril : 2 ps.
13. Lampu sorot
14. Tensimeter dan stetoskop.
C TINDAKAN
1. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
2. Instruksikan asisten untuk mempersiapkan ekstraktor vakum dan pastikan
petugas dan pesiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
3. Cuci tangan.
4. Pakai sarung tangan.
5. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
ekstraksi vakum.
Bila penurunan kepala diatas II IV (0/5), rujuk pasien ke RS.

Penilaian Kompetensi 188


6. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5 %,
bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan,
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
7. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
D PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan
setelah melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar
tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage didaerah
ubun-ubun kecil).
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan
jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi
mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang
terjepit diantara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksa
dan tangan menahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam
mangkok).

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2
menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau – 6 (malmstroom) dan tunggu
2 menit. Jangan gunakan tekanan maksimal kepada kepala bayi, lebih dari 8
menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa his puncak (fase acme)
pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut
dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.

E PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak his), minta pasien untuk mengedan, secara
simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkok, dengan arah sejajar
lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada mangkok,
telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
2. Jika tidak ada his tarikan dihentikan.Pegangan tarikan vakum tetap
dipertahankan ( tidak dilepas ).Bila ada his dilakukan tarikan selanjutnya.
3. Tarik vakum sampai dengan subociput di bawah simpisis.Tangan kanan
berpindah menahan perineum tangan kiri memegang pengait vakum dan
mengelevasi ke atas sehingga lahir berturut-turut dahi,muka, dagu dan
seluruh kepala.
4. Bila belum berhsil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua.
Episiotomy (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat
kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
 Bila tarikan ke tiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir,
sebaiknya pasien dirujuk (ingat pelaksanaan rujukan).
 Apabila pada penarikan ternyata mangkok terlepas hingga dua kali,
kondisi ini juga mengharuskanpasien dirujuk.

F MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali
pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.

G LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikkan oksitosin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendorong uterus kearah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang
lepas atau tidak lengkap).
3. Masukkan plasenta pada tempatnya
H EKSPLORASI JALAN LAHIR
1. masukkan speculum Sim’s / L atas dan bawah vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau
robekan pada dinding vagina ditempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak dua buah, lakukan penjepitan secara bergantian
kearah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan diluar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan lakukan
kelangkah I.

Penilaian Kompetensi 189


DEKONTAMINASI
I CUCI TNGAN PASCA TINDAKAN
J PERAWATAN PASCA TINDAKAN
K 1. Periksa kembali tanda vital pasien.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom
yang tersedia dalam status pasien.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MENERIMA BAYI BARU LAHIR

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu

Penilaian Kompetensi 190


3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan
a. Alat dan ruangan :
1. Alat pemeriksan fisik bayi baru lahir.
2. Antibiotic tetes mata dalam tempatnya
3. Pita identitas.
4. Alat perawatan tali pusat.
5. Bak stempel.
6. Pakaian bayi lengkap.
7. Status bayi.
b. Pasien.
c. Lingkungan.

2 Pelaksanaan :
a. Mencuci tngan
b. Melakukan pemeriksaan fisik segera setelah lahir.
c. Memberikan tetes mata dengan duduk nyaman.
d. Menimbang / mengukur BB/TB/LK/LD.
e. Mencatat identitas.
f. Menteteki bayi pada ibu ± 15 menit.
g. Menidurkan bayi disamping ibunya.

3 Ketepatan waktu
4 Hasil kerja
5 Penyelesaian
a. Membereskan alat-alat.
b. Mencuci tangan.
c. Mendokumentasikan.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan
pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.

Penilaian Kompetensi 191


Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan
simetris.
2. Pemeriksaan suhu Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.

3. Kulit Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus. Palpasi Lembab, hangat dan tidak ada
pengelupasan.

4. Kepala Inspeksi Distribusi rambut di puncak kepala. Palpasi Tidak ada massa atau area lunak di tulang
tengkorak. Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital. Fortanel
posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.

5. Wajah Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan
simetris.

6. Mata Inspeksi Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah
muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.

7. Telinga Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang
rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.

8. Hidung Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.

9. Mulut Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah
muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di
garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.

10. Leher Inspeksi Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi Triorid di garis
tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.

11. Dada Inspeksi Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit,
pola nafas normal. Palpasi Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali. Auskultasi Suara nafas jernih sama kedua sisi. frekuensi jantung 100- 160 x permenit
teratur tanpa mumur. Perkusi Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.

12. Payudara Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.

13. Abdomen Inspeksi Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
berwarna putih kebiruan. Palpasi Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 – 3 cm,
di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 – 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis
tengah dan tepi perut. Perkusi Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal. Auskultasi Bising usus
ada.

14. Genitalia eksterna Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus
uretra ada di depan orivisium vagina. Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung
glans tetis dan skrotum penuh.

15. Anus Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium
terjadi dalam 24 jam.

16. Tulang belakang Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang
untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda. Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada
defek atau penyimpang yang terlihat. Palpasi Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.

Penilaian Kompetensi 192


17. Ekstremitas Ekstremitas atas Inspeksi Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada
tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama
karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku. Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda
sama kedua sisi. Ekstremitas bawah Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak
antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan
sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama
kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.

18. Pemeriksaan reflek

 berkedip cara : sorotkan cahaya ke mata bayi. normal : dijumpai pada tahun pertama.

 Tonic neck cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi. normal : bayi melakukan perubahan
posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan
fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–
kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.

 Moro cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur. normal : lengan ekstensi, jari–ari
mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan
tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat
selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 – 4 bulan.

 Mengenggam cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri
bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek. normal : jari–jari bayi melengkung
melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia
3 – 4 bulan.

 Rooting cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir. Normal : bayi memutar kearah pipi
yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 – 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan
terutama selama tidur

 Menghisap cara : beri bayi botol dan dot. normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap
stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.

 Menari / melangkah cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai
pada 4 – 8 minggu pertama.

19. Pengukuran atropometrik


 Penimbang berat badan Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan
bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan . BBL 2500 – 4000gram.
 Panjang badan Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada
ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita. PB : 48/52cm.

 Lingkar kepala Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi
bagian atas alis LK : 32 – 37 cm.

 Lingkar dada Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan
garis putih. LD : 32 – 35 cm.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu

Penilaian Kompetensi 193


3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Stetoskop
2. Jam tangan
3. Termometer aksila
4. Timbangan bayi & pengalas
5. Selimut bayi
6. Pakaian bayi
7. Pengukur panjang badan.
8. Pita pengukur/metlin
9. Jangka panggul
10. Lila
11. Tongspatel
12. Tissue
13. Sarung tangan
14. Bengkok
15. Pen Light
16. Larutan pembersih termometer
17. Baki & pengalas
18. Sarung tangan steril
19. Tempat tidur bersih dan hangat
20. Lampu
21. Tempat alat tenun kotor

B Persiapan Pasien :
1. Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan pada ibu bayi
2. Keringkan bayi & tempatkan ditempat yang bersih

C Persiapan Petugas :
1. Perawat cuci tangan.
2. Gunakan handscoon

D Pelaksanaan :
Pemeriksaan segera setelah lahir :
1. Menilai tangisan bayi
2. Memperhatikan gerakan nafas.
3. Memeriksa abdomen : cekung, cembung.
4. Memeriksa tali pusat.

a. Pemeriksaan Lanjutan Keadaan Umum


1. Memeriksa keadaan kulit termasuk Mongolian spot
2. Memeriksa keaktifan bayi : posisi, kesimetrisan.
3. Observasi tangisan bayi : melengking, lemah merintih.
4. Mengamati wajah bayi.
5. Menilai keadan gizi
6. Mengidentifikasi maturitas bayi
7. Mengukur suhu tubuh, Nadi, RR

b. Pemeriksaan sistematis
1. Kulit verniks, edema, lanugo, petekie, tugor ekimosis
2. Kepala dan leher moulage, UUB & UUK, kaput, cepal, enencefali,
mikrocefal, muka, mata, telinga, hidung, mulut, leher.
3. Dada : inspeksi, palpasi, auskultasi
4. Abdomen
5. Tali pusat : omfalokel, omfalitis
6. Genetalia eksterna
7. Anus
8. Tulang belakang : scoliosis, spina bifida
9. Ekstrimitas : pergerakan, jumlah
10. Pemeriksaan antropometri
11. Reflek moro, plantar reflek & grasp reflek, sucking reflek rooting
reflek.

Penilaian Kompetensi 194


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MERAWAT TALI PUSAT


Definisi perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat
dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril,
bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat,2005).

Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, agar tali
pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus
ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka
tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001). Menurut Paisal (2008),
perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi
baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan :
1. Persiapan alat
a. Baki beralas
b. Kom berisi kassa steril dan handscoon
c. Kom berisi kapas DTT
d. Bengkok
e. Larutan DTT dalam tempatnya.
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan pasien

Pelaksanaan
1. Cuci tangan
B 2. Memakai handscoon
3. Bersihkan tali pusat dengan kapas DTT
4. Buang kapas kotor dalam bengkok
5. Keringkan tali pusat
6. Rapikan bayi
7. Lepaskan handscoon rendam dalam larutan DTT

Penilaian Kompetensi 195


8. Cuci tangan
9. Dokumentasi

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran.
Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik..
Berikut ukuran antropometri:
1. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan
(Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran
masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan
yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk,
1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan
keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB) Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu
dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan
ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa
dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi
gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat
yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka.
Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan
(Supariasa, 2001).
3. IMT (Indeks Masa Tubuh) Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2) Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99 Kelebihan berat badan
tingkat berat > 27,00 4. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Nilai normal adalah 23,5 cm LiLA WUS dengan
resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm.
4. Pengukuran lingkar perut Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan
diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai
normal pengukuran lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90 Perempuan 80 >
80

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

Penilaian Kompetensi 196


PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat Dan Bahan :
1. Timbangan berat badan untuk bayi (dalam posisi nol)
2. Pengukuran (metlin, pengukuran LD/LK)
3. Lila
4. Jangka panggul
5. Alas timbangan
6. Baju bayi lengkap
7. Tempat alat tenun kotor
B

Persiapan pasien :
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan
C 2. Membawa bayi ke meja periksa

Pelaksanaan :
12. Melepas baju bayi
13. Meletakkan bayi diatas timbangan dengan hati-hati
14. Membaca angka yang ditunjukkan oleh timbangan
15. Mengangkat bayi dari timbangan keatas meja periksa
16. Mengukur panjang badan bayi dengan penggaris pengukur/metlin dan
membaca hasilnya.
17. Mengukur Lingkar Lengan bayi
18. Mengukur lingkar dada bayi dengan pengukuran dan membaca hasilnya
19. Memakaikan baju bersih
20. Melakukan pengukuran lingkar kepala dan membaca hasilnya :
a. Lingkaran kecil kepala (Circumferentia SOB)
b. Lingkaran sedang kepala (circumferential FO)
c. Lingkaran besa kepala (circumferential MO)
d. Diameter biparietalis
e. Diameter bitemporalis
f. Diameter SOB
g. Diameter SOF
h. Diameter FO
i. Diameter MO
j. Diameter SMB (sub mento bregmatika)
21. Merapikan bayi
22. Membereskan alat
23. Cuci tangan
24. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bayi
25. Melakukan pencatatan dan pelaporan

Penilaian Kompetensi 197


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MEMANDIKAN BAYI

DEFINISI
Cara memandikan bayi yang benar dapat dilakukan dengan menggunakan kain atau washlap pada ibu yang
masih belum berani memandikan bayi dan bayi dapat dimandikan di bak mandi bayi oleh ibu yang sudah yakin
melakukannya. Memandikan bayi harus berhati – hati karena apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat
membahayakan keselematan bayi tersebut.
FUNGSI
Memandikan bayi dengan cara yang benar akan menjaga kebersihan bayi, mengurangi kolonisasi bakteri di
kulit, dan tentunya mengurangi kemungkinan bayi sakit. Memandikan bayi juga dapat meningkatkan bonding
antara bayi dan ibu dan memberikan rasa bahagia pada ibu.
Sebelum memandikan bayi, beberapa bahan yang perlu dipersiapkan adalah washlap, baskom berisi air
hangat, handuk kering dan bersih, tempat meletakkan bayi saat mengeringkan bayi, kapas lembab yang diseduh
dengan air masak, kapas alkohol, peralatan mandi bayi berupa sabun, sampo, bedak serta minyak telon.
Pertama yang harus dilakukan ibu adalah mencuci tangan hingga bersih kemudian bayi yang sudah dibuka
bajunya ditempatkan di tempat yang nyaman dan aman. Selanjutnya mata dibersihkan dengan kapas lembab
dengan arah menggosok dari dalam ke luar dan kapas diganti setiap selesai mengusap. Langkah berikutnya adalah
dengan membersihkan telinga bayi dengan kapas.
Bayi kemudian dibasuh perlahan pada kepala kemudian diberikan sampo bayi dan kemudian dibersihkan.
Bagian tubuh berikutnya adalah bagian leher, dada, perut lengan dan tungkai dibasuh dan disabuni kemudian
dibersihkan. Penting diperhatikan bahwa tangan kiri ibu digunakan untuk menopang punggung bayi dan sabun
yang digunakan memang diindikasikan untuk bayi agar tidak mengiritasi kulit bayi. Kemudian bayi
ditelungkupkan pada tangan kiri ibu dan kemudian bagian punggung dibasuh dan disabuni kemudian dibersihkan
dan dikeringkan dengan lap kering.
Langkah terakhir adalah membersihkan bokong dan kelamin bayi. Membersihkan alat kelamin harus
dilakukan dari arah depan ke belakang untuk mencegah kontaminasi dari bokong. Setelah semua selesai, pastikan
badan bayi kering dan bebas dari sisa sabun. Berikutnya gunakan kapas alkohol untuk membersihkan tali pusat
bayi bila belum lepas.
Bayi kemudian diletakkan di tempat kering yang nyaman dan kemudian diberi bedak, minyak telon serta
dikenakan pakaian untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Pakaian bayi harus bersih dan disetrika serta diletakkan
ditempat yang bebas debu.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat Dan Bahan*) :
1. Bak mandi
2. Sabun mandi
3. Waslap

Penilaian Kompetensi 198


4. Bedak
5. Handuk
6. Pakaian bersih lengkap
7. Sisir
8. Mangkok berisi kapas untuk cuci mata
9. Kapas DDT pada tempatnya
10. Tempat pakaian kotor.
11. Kasa steril
12. Alcohol
13. Korentang
14. Bengkok
15. Pinset steril pada tempatnya

B Persiapan pasien :
Beritahu pada ibu bahwa bayinya akan dimandikan

C Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Siapkan pakaian bersih
3. Bak mandi diisi dengan air hangat
4. Mata bayi dibersihkan dengan Kapas DTT ( tangan memakai handscoon
steril ).
5. Buka pakaian bayi
6. Jika ada feses dibersihkan dengan kapas DTT ( tangan memakai handscoon
bersih ).
7. Popok digulung dan dimasukkan ketempat pakaian kotor ( bhandscoon
dilepas ).
8. Badan bayi dibasahi lalu disabun dengan waslap
9. Pegang bayi dengan perasat garpu lalu masukkan dalam bak mandi
bersihkan badan bayi dengan waslap baru.
10. Angkat bayi lalu keringkan dengan handuk
11. Buka kasa tali pusat, bersihkan tali pusat jika kotor
12. Bungkus kembali tali pusat dengan kasa steril yang kering
13. Berikan minyak penghangat badan dan bedak bila perlu
14. Kenakan baju dan popok dan gunakan gedong bayi
15. Bayi dikembalikan ketempat tidur
16. Alat-alat dibereskan
17. Cuci tangan

Penilaian Kompetensi 199


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MENYIAPKAN BAYI PULANG DARI RUMAH SAKIT / RB. / BPS

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Cuci tangan
2. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
3. Mencocokkan identitas bayi dengan ibu
4. Mengganti pakaian bayi
5. Melakukan pengecekan administrasi
6. Memberikan penyuluhan tentang perawatan sehari-hari dan tanda bahaya.
7. Dokumentasi
8. Memberikan surat keluar dari rumah sakit.
9. Antarkan ibu dan bayinya keluar dari rumah sakit

Penilaian Kompetensi 200


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MELAKSANAKAN RUJUKAN PADA BAYI

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan
a. Alat dan ruangan
b. Pasien
c. Lingkungan

2 Pelaksanaan
a. Menjelaskan maksud dan tujuan
b. Mencuci tangan
c. Mengidentifikasi keadaan bayi
d. Memberitahu/menginformasikan keluarga pasien
e. Membuat rujuakan/surat
f. Merapikan bayi
g. Mengirim/mengantar bayi ke layanan kesehatan yang dituju
h. Merapikan bayi
i. Menyerahkan perawatan bayi selanjutnya ke RS
j. Mencuci tangan
k. Mendokumentasikan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Penilaian Kompetensi 201Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
MEMBERIKAN ASI MELALUI SENDOK PADA BAYI
YANG TIDAK BISA MENYUSU

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Alat dan bahan
1. ASI perasan
2. Gelas steril
3. Sendok
4. Air DTT
5. Lap/oto/kain alas dada
6. Kapas DTT dalam tempatnya
7. Buku catatan bayi

B Langkah-langakah :
1. Pastikan bayi dalam keadaan sadar dan berniat untuk menum.
2. Cuci tangan
3. Menggendong / memangku bayi dengan duduk nyaman
4. Ambil susu dengan sendok sedikit demi sedikit dan sentuhkan dipinggir
bibir bayi.
5. Miringkan sendok sedemikian rupa sehingga sendok menyentuh bibir.
6. Tahan sendok dan tuangkan sedikit demi sedikit (ikuti irama mengecap
bayi).
7. Hentikan pemberian bila sudah memenuhi kebutuhan.
8. Sendawakan bayi dan bersihkan mulut dengan kapas DTT.
9. Cuci dan sterilkan alat-alat yang sudah dipakai.
10. Cuci tangan
11. Catat jumlah ASI yang sudah diberikan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PENYIMPANAN VAKSIN DI LEMARI ES POLAR / SANYO

Penilaian Kompetensi 202


Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Vaksin
2. Lemari polar / sanyo
3. termometer
4. Cold Pach
5. Grafik

B Pelaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Aturlah vaksin dengan rapi
3. Simpanlah vaksin Polio dan Campak pada rak 1, paling atas dekat freezer.
4. Rak II untuk menyimpan vaksin BCG
5. Rak III untuk menyimpan DPT, DT, TT.
6. Sediakanlah botol-botol air / cold pack pada rak paling bawah.
7. Simpanlah thermometer pada rak II
8. Monitor karto cold chain dan diikutsertakan pada vaksin yang sama
sampai vaksin habis digunakan.
9. Tutup dan kunci lemari es (jangan dibuka lebih dari 2 hari).
10. Gambarlah suhu pada grafik suhu 2 X sehari.
11. Petugas mencuci tangan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN IMUNISASI BCG

Pengertian Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )

1) Diskripsi BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang
sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2.
2) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
3) Cara Pemberian dan Dosis :

Penilaian Kompetensi 203


 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
4) Kontra indikasi : Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
5) Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit
dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang
dengan sendirinya.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Bak spuit steril
3. Sput steril 2,5 cc dan 1 cc
4. Vaksin BCG kering
5. Pelarut vaksin BCG (NaCl 0,9 % 1 ml)
6. Kapas DTT
7. Bengkok
8. Daftar / buku suntikan
9. Sampiran bila perlu
10. Chucing
11. Tempat sampah khusus
12. Larutan klorin 0,5 %

B Menyiapkan Pasien
1. Orang tua diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan khusus
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengambil spuit steril 2,5 cc
Menyedot pelarut kedalam spuit.
4. Masukkan secara bertahap semua pelarut ke dalam ampul.
5. Menghisap vaksin pelan-pelan dan suntikan kembali ke dalam ampul
beberapa kali sampai vaksin tercampur.
6. Membuang bekas ampul pelarut dan spuit 2,5 cc dalam tempat sampah
khusus.
7. Mengambil dan mengisi spuit 1 cc dengan vaksin BCG, vaksin dilebihkan
sedikit dari satu dosis (0.05 ml)
8. Mengeluarkan gelembung udara
9. Mengatur posisi bayi
10. Memegang lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan berada
dibawah lengan anak, lingkarkan ibu jari dan jari-jari anda ke lengan anak
dan kulit ditegangkan.
11. Membersihkan lengan dengan kapas yang dibasahi dengan air bersih

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
12. Memegng semprit dengan tangan kanan, lubang jarum menghadap ke atas
(pastikan jarum sudah erat).
13. Meletakkan semprit dan jarum hampir sejajar dengan lengan anak.

Penilaian Kompetensi 204


14. Masukkan ujung jarum kedalam kulit, usahakan sedikit mungkin melukai
kulit, pertahankan jarum sejajar kulit, sehingga hanya masuk ke dalam
kulit bagian atas (pada kulit diatas insersi otot deltoid/lenganatas, suntikan
secara intracutan).
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri diats ujung barel antara jari telunjuk dan
jari tengah
16. Menarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah ada darah/tidak, bila
tidak ada darah menyuntikkan 0,05 vaksin dengan ibu jari tangan kanan.
17. Mencabut jarum.
18. Pasien dirapikan.
19. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
20. Mencuci tangan.
21. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN IMUNISASI DPT/HEPATITIS

Pengertian Imunisasi DPT – Hepatitis B


1. Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang
inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan
bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg
yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
2. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
3. Cara pemberian dan dosis :
Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis
selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah
dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
 vaksin belum kadaluarsa
 vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
 tidak pernah terendam air
 sterilitasnya terjaga

Penilaian Kompetensi 205


 VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
 Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Bak spuit steril
3. Sput steril 2,5 cc dan 1 cc
4. Jarum
5. Vaksin
6. Kapas alkhohol
7. Bengkok
8. Daftar / buku suntikan
9. Sampiran bila perlu
10. Gergaji ampul
11. Tempat sampah khusus
12. Larutan klorin 0,5 %
B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan

D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur
4. Membuka tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul.
5. Mengusap karet penutup flakon dengan kapas basah.
6. Mengambil spuit steril 2,5 cc
7. Menghisap udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
8. Menusukkan jarum kedalam flakon, masukkan udara kedalam flakon dan
isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc.
9. Mencabut jarum dari flakon, semprit ditegakluruskan keatas untuk
melihat gelembung udara, apabila ada gelembung ketuklah pelan-pelan
supaya gelembung naik ke atas, lalu dorong piston sampai ukuran 0,5 cc
10. Mengatur posisi bayi
11. Mencuci trochanter mayor femur dan condilylus lateralis dengan cara
palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat diatas, tempat
suntikan pada batas dari bagian atas dan sepertiga tengah pada garis
tersebut.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
12. Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik.
13. Memegang otot pada diantara jari-jari telunjuk pada posisi yang akan
disuntik.
14. Membersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah (daerah otot vastus
lateralis pada paha).
15. Menusukkan jarum tegak lurus (90º) ke bawah melalui kulit antar jari
sampai kedalam otot (secara intra muskuler).
16. Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarumtidak mengenai
pembuluh darah.

Penilaian Kompetensi 206


17. Mendorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin 0,5
cc
18. Mencabut jarumnya dan bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol.
19. Pasien dirapikan
20. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
21. Mencuci tangan.
22. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

Pengertian Imunisasi Polio


1. Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2
dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa.
2. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
3. Cara pemberian dan dosis
 Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
 Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu.
 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
 Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan
ketentuan :
 vaksin belum kadaluarsa
 vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
 tidak pernah terendam air
 sterilitasnya terjaga
 VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
4. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
5. Efek samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan
oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 : 1988).
6. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare,
maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human

Penilaian Kompetensi 207


Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan
standar jadwal tertentu.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Vaksin polio
3. Tutup vaksin
4. Gergaji ampul
5. Bengkok
6. Daftar / buku suntikan
7. Sampiran bila perlu

B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.

C Persiapan petugas :
Cuci tangan

D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Membuka tutup metal dan tutup karet
4. Memasang pipet plastic pada flakon.
5. Mengatur posisi bayi
6. Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua
pipi anak sehingga mulut terbuka, mpegang bagian pinggir atas pipet dan
ditekan kearah mulut anak dengan kemiringan 45 derajat.
7. Teteskan vaksin polio langsung dari pipet ke dalam mulut anak sebanyak
2 tetes/0,1 ml.
Pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
9. Mencuci tangan.
10. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.

Penilaian Kompetensi 208


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

Imunisasi Campak

1. Diskripsi Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku
kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
2. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
3. Cara pemberian dan dosis
 Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
 Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan
(booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar
kelas 1-6.
 Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
4. Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
5. Kontraindikasi Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Menyiapkan Alat :
1. Baki beralas.

Penilaian Kompetensi 209


2. Bak spuit steril
3. Sput steril 2,5 cc / 1 cc, 5 cc
4. Vaksin BCG kering
5. Pelarut vaksin BCG (NaCl 0,9 % 1 ml)
6. Gergaji ampul
7. Plastic
8. Kapas alkohol
9. Bengkok
10. Daftar / buku suntikan
11. Sampiran bila perlu
12. Tempat sampah khusus
13. Larutan klorin 0,5 %
14. Chucing
15. Jarum

B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat ke dekat psien.
2. Memasang sampiran bila perlu.

C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan khusus
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengambil spuit steril
4. Memegang ampul antar ibu jari dan jari tengah.
5. Jari telunjuk menekan ujung leher ampul.
6. Mengambil gergaji ampul dan gergaji lehernya sampai ampul terlepas
secara melingkar.
7. Membersihkan leher ampul dengan kapas yang telah dibasahi dengan air.
8. Melilitkan plastic pada leher ampul dengan erat.
9. Mematahkan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati.
10. Mengambil spuit steril 5 cc.
11. Menyedot pelarut kedalam semprit dan membuang ampul pelarut.
12. Membuka flakon dengan gergaji ampul.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
13. Membersihkan tutup flakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut
dalam vaksin campak.
14. Memasukkan pelarut ke flakon dan membuang spuit.
15. Mengocok vaksin sampai benar-benar tercampur.
16. Mengambil spuit 1 cc dan mengisi udara atau 2,5 cc
17. Membersihkan tutup karet flakon yang akan digunakan dengan kapas
basah.
18. Memasukkan udara 0,6 cc dalam flakon
19. Menghisap 0,6 cc vaksin semprit.
20. Jarum diganti, semprit ditegakluruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara apabila ada, gelembung udara diketok-ketok pelan sehingga
gelembung naik keatas, lalu dorong piston agar udara keluar.
21. Mengatur posisi bayi
22. Mengapsosis kulit dan jepitlah lengan yang akan disuntik dengan jari-jari
tangan kiri.
23. Masukkan jarum kedalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 45 º
terhadap lengan (1/3 bagian lengan atas) secara subkutan (spuit 2,5 cc)
atau 90 º (spuit 1 cc)
24. Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah.
25. Menekan pistonnya perlahan-laha sebanyak 0,5 cc
26. Mencabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas alcohol
Pasien dirapikan
27. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
28. Mencuci tangan.
29. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.

Penilaian Kompetensi 210


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS DENGAN UNIJECT

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Vaksin polio
3. Tutup vaksin
4. Gergaji ampul
5. Bengkok
6. Daftar / buku suntikan
7. Sampiran bila perlu
8. Tempat sampah khusus/safety box

B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.

C Persiapan petugas :
Cuci tangan

D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Membuka kantong aluminium/plastic dan keluarkan uniject
4. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara telunjuk dan jempol
5. Mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan gerakan yang
cepat, saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus
lapisan.
6. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dam
leher.
7. Mengatur posisi bayi
8. Membuka tutup jarum.
9. Mencari trochanter mayor femur dan condilyus lateralis dengan cara
palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat diatas, tempat
suntikan pada batas daribagian atas dan sepertiga tengah pada garis
tersebut.
10. Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik.

Penilaian Kompetensi 211


11. Memegang otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari diangkat.
12. Membersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah (daerah otot vastus
lateralis pada pada).
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
13. Memegang uniject pada bagian leher dan tusukkan jarum pada pasien.
14. Menusukkan jarum tegak lurus (90 º) kebawah melalui kulit antar jari
sampai kedalam.
15. Memijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir kempis
cabut jarumnya, bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alcohol.
16. Pasien dirapikan
17. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
18. Mencuci tangan.
19. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.

Penilaian Kompetensi 212


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

MEMASANG INFUS PADA BAYI

DEFINISI PEMASANGAN INFUS


Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau
obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(potter, 2005).

Indikasi pemasangan infuse:


 Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung
kedalam intravena.
 Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat.

 Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui
infuse.

 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi


intramuskuler.

 Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau intramuskuler.

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Alat Dan Bahan :
1. Set intravena untuk bayi
2. Larutan infuse
3. Bak instrument steril
4. Sarung tangan steril
5. Standart infus
6. Plester
7. Bidai
8. Gunting
9. Tourniquet
10. Bengkok
11. Kapas alcohol
12. Spuit dari jarum
13. Perban
14. Perlak dan alasnya
B Langkah – Langkah :
1. Cuci tangan
2. Pasang perlak dan alasnya pada daerah yang akan dipasang.
3. Buka set infuse dan kencangkan klem penutup yang berada pada tabung
tetes.
4. Buka penutup bagian atas selang dan pembungkus kantong cairan infuse
tanpa menyentuh bagian yang dibuka.
5. Tusukan trokar ke lambung cairan.
6. Gantung kantong cairan pada standart infuse.
7. Secara perlahan-lahantekan tabung tetes agar terisi cairan.

Penilaian Kompetensi 213


8. Buka penutup ujung slang yang lain dan alirkan ke dalam bengkok.
9. Hilangkan semua gelembung udara dalam slang.
10. Tutup klem pengontrol aliran dan pasang kembali penutup ujung selang.
11. Tentukan lokasi, pasang tourniquet diatas vena yang dipilih.
12. Gunakan handscoon.
13. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70 %.
14. Tusuk vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas, lepas
forniquet bila darah telah mengalir kedalam jarum infuse.
15. Hubungkan jarum infuse dengan slang infus yang sudah disiapkan.
16. Atur tetesan infus sesuai kebutuhan.
17. Fiksasi jarum infus dengan plester.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
18. Pasang bidai/spalk, rapikan pasien.
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan.
21. Dokumentasi

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

Penilaian Kompetensi 214


MEMASANG SONDE BAYI
1. Pengertian:
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan melalui saluran
cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.

2. Tujuan:
Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Mempertahankan fungsi usus
Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan
Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
3. Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,misalnya klien dengan
gangguan jiwa.
Klien yang muntah terus-menerus
Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
4. Indikasi:
Perdarahan GI (Gastrointestinal)
Trauma multiple, pada dada dan abdomen
Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
Obstruksi saluran cerna

5. Kontraindikasi:
Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)

6. Kemungkinan Komplikasi:
Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Sonde dalam kemasannya/dalam tempatnya No.5 – 8
2. Handscoon 1 pasang
3. Jelly
4. Spuit 5 cc dan 20 cc
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan cair sesuai kebutuhan
8. Obat bila diperlukan
9. Serbet makanan
10. Klem
11. Celemek
12. Cutton but.

B Persiapan pasien :
1. Pasien dan keluarga diberitahu
2. Posisi pasien hiperextensi

C Persiapan petugas :
Mencuci tangan
D Pelaksanaan :

Penilaian Kompetensi 215


1. Membawa alat kedekat pasien
2. Mengatur posisi pasien sesuai keadaan (kepala ditengahkan bisa diganjal,
bayi digedong/dipegangi untuk memudahkan bekerja.
3. Memakai celemek
4. Mencuci tangan
5. Sonde dibuka dimasukkan dalam tempatnya.
6. Hidung dibersihkan
7. Sebet dipasang didada
8. a. Bengkok didekatkan.
b. Memakai sarung tangan
9. Slang penduka lambung diukur dari epigastrum s/d hidung belok ke
telinga beri tanda
10. Ujung slang diberi pelican bagian pangkal pipa di klem.
11. Slang dimasukkan perlahan-lahan sampai batas.
12. Test sonde yang telah masuk dalam lambung dengan menggunakan cairan
lambung (bayi tidak cyanosis bila sonde tepat masuk lambung).

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
13. Pasang spuit masukkan air diikuti dengan makan sesuai dengan
kebutuhan.
14. Buka klem
15. Makanan selanjutnya dituangkan sebelum isi spuit habis.
16. Bila pasien harus minum obat, obat dilarutkan dan diberikan sebelum
makan habis.
17. Setelah makanan habis bilas slang dengan air matang kemudian pangkal
pipa diklem.
18. Jika sonde dipasang tetap, dapat diplester.
19. Alat-alat dibereskan.
20. Cuci tangan.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PERAWATAN BBLR DALAM INKUBATOR

DEFINISI
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal.Perawatan bayi dalam incubator adalah perawatan bayi dalam suhulingkungan yang netral yaitu suatu
keadaan dimana panas yang di hasilkan dapatmempertahankan suhu tubuh bayi tetap.

TUJUAN Terciptanya suhu lingkungan yang normal dimana panas yang di hasilkan dapatmempertahankan suhu
tetap2.

RUANG LINGKUPBBLR dan bayi-bayi yang memerlukan perawatan khusus3.

Penilaian Kompetensi 216


PROSEDUR1.

Persiapan pasien2.

Persiapan alat-

Inkubator tertutup/terbuka-

Thermometer-

Jam dengan jarum detik-

Oksigen3.

Pelaksanaan-

Perawatan bayi dalam incubator tertutup-

Inkubator harus selalu tertutup hanya terbuka jika diperlukan dalamkeadaan darurat, misalnya apnea, jika
incubator di buka maka usahakanuntuk memepertahankan suhu bayi tetap hangat, oksigen harus disediakan-

Perawatan dan pengobatan di lakukan melalui lobang-

Bayi dalam keadaan incubator harus berada dalam keadaan telanjang(tidak memakai pakaian) untuk
mememudahkan observasi keadaanumum misalnya: pernafasan dan warna tubuh-

Pengaturan panas bagi bayi harus sesuai dengan hati-hati sesuai dengan berat badan dan kondisi tubuh-

Pengaturan oksigen dan kelembaban di dalam incubator harus diobservasi

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Membersihkan incubator dengan desinfektan setiap hari
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservoir
4. Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi
5. Hangatkan incubator sebelum digunakan
6. Tutup incubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar
incubator tetap hangat.
7. Gunakan satu incubator untuk satu bayi.

Penilaian Kompetensi 217


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PERAWATAN BAYI DENGAN TERAPI SINAR

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan Alat :
a. Pastikan peneutup / pelindung diletakkan pada posisi yang benar.
b. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu dibawah lampu
20 ºc – 30 ºc
c. Nyalakan tombola lat dan periksa seluruh lampu fluoresens menyala
dengan baik.
d. Ganti lampu jika terbakar atau mulai berkedip-kedip :
- Catat tanggal pada pasangan lampu dan hitung total durasi penggunaan
waktu.
- Ganti lampu tiap 2000 jam atau 3 bulan.
- Gunakan kain pada boks bayi atau incubator, untuk memantulkan
kembali sinar sebanyak mungkin kepada bayi.
2
Pelaksanaan :
a. Letakkan bayi dibawah lampu terapi sianar dalam kedaan telanjang.
b. Tutup mata bayi dan pastikan tidak menutupi lubang hidung.
c. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk
d. Ubah posisi bayi tiap 3 jam :
e. Pastikan bayi siap diberi minum :
1. Anjurkan ibu menyususi sesuai kebutuhan bayi.
2. Jika bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras.
3. Jika bayi mendapat cairan IV, naikkan kebutuhannya 10 % selama
bayi dilakukan terapi sinar.
4. Jika bayi mendapat cairan IV atau diberi minuman melalui pipa
lambung bayi tidak perludipindah dari lampu terapi sinar.
f. Selama dilakukan terapi sinar, faeces bayi bisa menjdi cair dan berwarna
kuning. Keadaan ini tidak perlu terapi khusus.
g. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain :
1. Bayi dipindahkan dari alat terapi sianar hanya bila akan di lakukan
tindakan yang tidak dapat dikerjakan dibawah lampu terapi sinar.
2. Jika bayi mendapat terapi oksigen, atikan lampu saat memeriksa bayi
untuk mengetahi sianosis, sentral.

Penilaian Kompetensi 218


h. Pantau sushu tubuh bayi dan suhu udara ruangan setiap 3 jam
i. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam
j. Jika bilirubin serum tidak dapat diperiksa (BB < 2500 gr/UK < 37
minggu) atau sepsis, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PEMBERIAN O2 PADA BAYI
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Memberitahu keluarga pasien
2 Mencuci tangan
3 Persiapan Alat :
a. Tabung oksigen lengkap dengannya :
Monometer, humidifier berisi aquadestilata sampai batas, flowmeter pipa
saluran zat asam, kedok zat asam/corong kateter hidung/canula hidung
untuk bayi
b. Peralatan fiksasi : Plester, gunting.
c. Alat tulis.
4 Alat-alat kedekat pasien
5 Cuci tangan
6 Atur posisi hiperekstensi
7 Isi tabung diperiksa dan dicoba
8 Memasang pipa oksigen pada tabung
9 Pipa oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam/kateter hidung/kanula
10 hidung
11 Mengatur volume oksigen sesuai indikasi
12 Memasang kedok zat asam pada hidung pasien
Amati reaksi setelah pemberian O2 :
13 Frekuensi jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit.
14 Bila oksigen diberikan dalam waktu lama fiksasi pipa oksigen dengan plester
15 Rapikan pasien
16 Bereskan alat
Cuci tangan.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Penilaian Kompetensi 219Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN KLINIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
KOMPRESI DADA

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Indikasi
Bila setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen 100 % frekuensi jantung
bayi kurang dari 60 klai/menit.
2 Posisi pelaksana kompresi dada
Pelaksana menghadap ke dada bayi dengan kedua tangannya dalam posii yang
benar.
3 Lokasi kompresi dada
Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah garis khayal yang
menghuungkan kedua putting susu bayi atau dengan mengikuti batas tulang iga
dengan jari sampai menemukan sifoid. Lalu tempatkan jari-jari sedikit diatas
4 sifoid. Hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus.
Teknik menggunakan ibu jari
a. Kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral, tempat kedua ibu jari di
tulang dada dilokasi kompresi, sedangkan jari-jari lainnya diletakkan
dipunggung bayi.
b. Kedua ibu jari diletakkan berdampingan (untuk bayi kecil ibun jari yang satu
5
diletakkan diatas jari yang lain
Teknik menggunkan 2 jari :
a. Ujung – ujung jari tengah dan jari telunjuk salah satu tangan digunakan
untuk kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada dilokasi kompresi.
Kompesi hanya dilakukan dengan ujung-ijung jari tersebut.
c. Tangan yang lain diletakkan dipunggung bayi, menopang bagian belakang
bayi, sehingga penekanan pada jantung bayi di antara tulang dada dan tulang
belakang lebih efektif. Selain itu tangan yang menopang bagian belakang
bayi dapat merasakan tekanan dan dalamnya kompresi.
Dalamnya kompresi dada (dalamnya tekanan)
Dengan posisi jari-jari dan tangan yang benar, gunakan tekanan yang cukup
untuk menekan tulang dada kira-kira selama 1/3 diameter anteropostereor,
kemudian tekanan dilepaskan untuk memungkinkan pengisian jantung. Yang
dimaksudkan dengan 1 kompresi ialah tekanan kebawah ditambah pembebasan
tekanan.
Kecepatan kompresi dada
a. Rasio kompresi dada dan ventilsi dalam 1 menit ialah 90 kompresi dada
dan 30 ventilasi (rasio 3 : 1). Dengan demikian kompresi dada dilakukan
3 kali dalan 1 ½ detik dan ½ detik untuk ventilasi 1 kali.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
b. Ibu jari atau ujung-ujung jari harus tetap kontak dengan tempat
kompresi dada sepanjang waktu, baik pada saat penekanan maupun pada
saat melepas penekanan. Jika ibu jari atau ujung-ujung jari diangkat
dari tulang dada, maka :
 Membuang waktu untuk melokalisasi kembali daerah
penekanan.

Penilaian Kompetensi 220


 Kehilangan control dalamnya penekanan
 Dapat menekan daerah lain yang salah dan menyebabkan cedera
pada dada atau organ lain.
Konsistensi
Yang terpenting ialah menjaga agar dalam dan kecepatan penekanan tetap
konsisten untuk memastikan sirkulasi yang culup. Setiap interupsi oenekanan
akan menyebabkan penurunan tekanan darah karena peredaran darah terhenti.
Mengontrol efektifitas
Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif, nadi harus dikontrol
secara periodic dengan meraba nadi misalnya ditali pusat, korotis, brakhialis,
dan femoralis.
Evaluasi frekuensi denyut jantung bayi
a. Pada awal, setelah 30 detik tindakan kompresi dada frekuensi denyut jantung
bayi harus dikontrol, oleh Karen setelah frekuensi denyut jantung mencapai
60 kali/menit atau lebih tindakan kompresi dad dihentikan.
b. Frekuensi denyut jantung atau nadi dikontrol tidak lebih dari 6 detik.
c. Apabila menggunakan stetoskop, ventilasi harus dihentikan sementara pada
saat menilai frekuensi denyut jantung bayi agar suara napas tidak
mengaburkan denyut jantung.
d. Pada resusitasi kardiopumonal yang lama pemantauan frekuensi denyut
jantung bayi dapat dikuragi.
Keputusan untuk menghentikan resusitasi neonates
Resusitasi kardiopulmonal dihentikan bila setelah 1,5 menit melakukan tindakan
resusitasi dengan benar, tetap tidak ada denyut jantung.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu

Penilaian Kompetensi 221


3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Tensimeter
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Kom berisi kapas
6. Larutan antiseptik
7. Pinset
8. Sarung tangan
9. Kasa steril
10. Botol cebok
3. Bengkok
4. Perlak

B PERSIAPAN RUANGAN
1. Tutup jendela dan pintu / pasang sampiran untuk menjaga privacy pasien
C PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien diberi tahu tindakan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Berikan pasien posisi berbaring senyaman mungkin
3. Menjaga privasi pasien

D LANGKAH-LANGKAH
1. Beri salam
2. Membawa alat kedekat pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi pasien
5. Menanyakan keluhan ibu dan keluhan mengenai bayinya
a. Apakah dapat istirahat dan cukup tidur
b. Apakah makanan dan minuman dapat dihabiskan atau masih terasa
kurang
c. Apakah obat ysng diberikan diminum
d. Apakah ada masalah mobilisasi
e. Apakah sudah BAB
f. Apakah BAK lancar
g. Bagaimana keadaan lochea dan apakah ada perdarahan
h. Apakah bayi dapat menyusu dengan baik, tidur dengan tenang
6. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Memperhatikan keadaan umum, kesadaran, penampilan (kesakitan,
pucat)
b. Memeriksa tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan
c. Memeriksa status genetalis sesuai dengan keluhan yang ada
d. Meminta ibu untuk membuka sebagian pakaiannya sesuai dengan
daerah yang akan diperiksa
e. Memeriksa payudara, apakah pengeluaran coloctrum / ASI,
pembengkakan, puting susu lecet, puting susu mendatar dan apakah
ada radang dan benjolan abnormal

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
f. Memeriksa abdomen secara umum, memeriksa tinggi fundus uteri dan
kontraksinya
g. Memeriksa apakah kandung kemih kosong / penuh
h. Memeriksa luka jahitan episiotomi (apabila ada), apakah memerlukan
perawatan luka perineum
i. Adakah perdarahan / lochea (observasi jenis, warna, jumlah dan bau).
j. Kebersihan daerah perineum
k. Apakah ada hemoroid, perdarahan pada anus
l. Periksa ekstremitas bawah (pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki
yang menyebabkan nyeri, edema, varises, dan homans’sign)

7. Kembalikan posisi ibu dan membantu merapikan kembali pakaiannya


8. Bereskan peralatan

Penilaian Kompetensi 222


9. Cuci tangan
10. Menjelaskan hasil pemeriksaan
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PELAYANAN KONDOM

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

Penilaian Kompetensi 223


PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING
1 Memberikan salam dengan sopan dan hormat.
2 Memperkenalkan diri
3 Menayakan motivasi ber-KB, apabila memungkinkan tanyakan apakah ingin
menjarangkan kehamilan atau tidak ingin hamil lagi.
4 Melakukan wawancara, apabila memungkinkan tanyakan tentang resiko IMS /
AIDS, alergi lateks, kelainan medic, dan kesediaan menggunakan kondom.
5 Menanyakan hal-hal yang sudah diketahui klien tentang kondom, dan apabila
ada hal-hal yang belum betul memberikan penjelasan dengan baik.
6 Memberikan penjelasan secara singkat mengenai topik-topik yang berkaitan
dengan kondom.
7 Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya atau menyampaikan
pendapatnya.

PEMAKAIAN DAN PELEPASAN


8 Memberikan kondom kepada klien
9 Memberikan penjelasan pemakaian, penyimpanan, dan cara memperoleh
kondom.
10 Memperlihatkan pemakaian dan pembuangan kondom dengan menggunakan
model secara benar.
11 Menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila kondom bocor / pecah atau
semen tumpah pada waktu senggama.
12 Meminta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti.
13 Menanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan.
14 Memeritahukan pada klien untuk kembali pada tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan.
15 Mengucapkan terima kasih dan meminta klien kembali lagi.
16 Melakukan pencatatan pada buku register / catatan akseptor

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PELAYANAN KONTRASEPSI PIL

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING
1 Memberikan salam pada klien.

Penilaian Kompetensi 224


2 Memperkenalkan diri pada klien.
3 Menanyakan pada klien tentang masalah reproduksinya.
4 Menanyakan riwayat reproduksi dan masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan pil.
5 Meminta klien menjelaskan apa yang sudah diketahui tentang kontrasepsi pil,
dan melakukan koreksi bila terdapat pendapat-pendapat yang keliru.
6 Memberikan penjelasan yangn penting tentang kontrsepsi pil pada klien antara
lain efektifitas, cara minum, keuntungan dan kerugian, dan efek samping.
7 Menegaskan bahwa klien dapat menghentikan pemakaian kontrasepsi pil setiap
saat.
PEMBERIAN KONTRASEPSI
8 Memberikan kontrasepsi pil pada klien.
9 Memberikan instruksi pada klien perihal cara minum pil, penanganan bila
terjadi efek samping, dan keadaan yang mengharuskan klien kembali ke klinik,
serta tindakan bila lupa minum pil.
10 Meminta klien mengulangi instruksi untuk meyakinkan bahwa klien sudah
mengerti.
11 Menanyakan pada klien apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal yang belum
mengerti.
12 Diskusikan kunjungan ulang dan pengmatan lanjutan dengan klien.
Secara spontan mengucapkan salam perpisahan pada klien dan dengan ramah
sampaikan bahwa klien dapat berkunjung / kembali setiap saat.
13 Melakukan pencatatan pada buku register / catatan akseptor.

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PELAYANAN KONTRASEPSI SUNTIKAN

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING
1 Memberikan salam pada klien
2 Menanyakan rencana keluarga
3 Menjelaskan mengenai KB suntik : cara kerja, efektifitas, keuntungan dan
kerugian, efek samping, serta apa yang perlu dilakukan kalau terlambat suntik.
4 Memastikan bahwa DMPA merupakan pilihan klien
5 Menanyakan pemakaian kontrasepsi sebelumnya dan riwayat penyakit

Penilaian Kompetensi 225


sebelumnya untuk memastikan bahwa klien merupakan calon yang tepat
sebagai akseptor DMPA.
6 Menanyakan kembali pengetahuan klien mengenai efek samping, kebutuhan,
dan kekawatirannya tentang DMPA.
7 Menganjurkan klien untuk kembali 12 (dua belas) minggu lagi, berikan tanggal
pastinya.
8 Menganjurkan agar kembali lagi ke klinik (sebelum waktu suntik ulang yang
dijadwalkan) apabila mengalami perdarahan banyak pervaginam atau terlambat
haid.

PENYUNTIKAN
Persiapan dan Pemeriksaan
9 Menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan (semprit, kapas, alcohol
10 Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik (tertera dilabel vial).
11 Menimbang berat badan
12 Mengukur tekanan darah
13 Mengatur posisi klien

Persiapan Lokasi Suntikan


14 Membersihkan kulit tempat suntikan menggunakan kapas alkohol.

Persiapan Menyuntik
15 Mengocok dengan baik vial DMPA, hingga semua obat larut
16 Membuka penutup plastic atau logam tanpa menyentuh penutup karet.
17 Membuka kemasan semprit dan jarum suntik tanpa terkontaminasi
18 Mengencangkan jarum suntik pada tabung.
19 Memasukkan obat kedalam semprit
20 Mengeluarkan udara dari jarum semprit.

Pemberian Suntikan
21 Menusukkan jarum ke otot secara IM
22 Melakukan aspirasi
23 Menyuntikkan obat dengan perlahan
24 Mencabut arum suntik secara cepat.
Pasca Suntikan
25 Menekan bekas suntikan menggunakan kapas alcohol
26 Dekontaminasi jarum suntik membuangnya dengan benar

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
27 Mencuci tangan
28 Mengisi kartu peserta KB dan menyerahkan kepada klien
29 Memberitahu tanggal suntik kembali
30 Melakukan pencatatan pada buku register / catatan akseptor.

Penilaian Kompetensi 226


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PEMASANGAN IMPLAN

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PEMASANGAN IMPLAN

1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri.


2 Menanyakan tujuan kunjungannya.
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana.
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
5 Klien Menanyakan tujuan pemakain alat kontrasepsi (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anak )
6 Menanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung atau
menolak salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada.
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
8 Mengumpulkan data-data pribadi klien.
9 Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi termasuk implant.

Penilaian Kompetensi 227


10 Mendiskusikan kebutuhan,pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik.
11 Membantu klien untuk memilih metode yang tepat.
Bila Klien Memilih IMPLANT :
12 Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
13 Menjelaskan proses pemasangan IMPLANT dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.
14 Memberikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya, serta berikan
jawaban sesuai kebutuhan.
15 Persilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent, dan
mintalah tanda tangan klien dan suaminya.

PENAPISAN KLIEN IMPLANT


Anamnesis :
16 Menanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling
tentang prosedur pemasangan IMPLANT.
17 Menanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat (anestesi local atau
jenis antiseptic tertentu)
18 Menyingkirkn kemungkinan adanya kehamilan

Pemeriksaan Fisik :
19 Memeriksa apakah klien tidak memiliki kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah
20 Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan bila ada indikasi dan meneliti kembali
rekan medik.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PEMASANGAN KAPSUL IMPLANT
21 Persiapan alat :
a. Meja periksa
b. Batang implan dalam kemasan
c. Kain penutup steril/DTT
d. Duk lubang steril atau DTT 1 buah
e. Kom kecil steril 2 buah
f. Sepasang sarung tangan steril atau DTT
g. Sabun untuk cuci tangan
h. Betadin/Povidon iodine
i. Lidokain 1% tanpa epinefrin
j. Spuit 5-10 cc 1 buah
k. Trokar 1 buah
l. Skapel 1 buah
m. Klem penjahit/mosquito
n. Kasa pembalut,band aid atau plester
o. Kasa steril dan pembalut
p. Bak instrumen
q. Tempat sampah medis dan non medis
r. Larutan klorin 0,5%

Persiapan klien :
22 Tanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang
prosedur pemasangan implant.
23 Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi.
Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anastesi
24 Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada
sisa sabun.

Persiapan petugas
25 Membantu klien naik kemeja periksa dan menutup tempat tidur klien.
26 Meletakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien dan mengatur
posisi lengan dengan benar.
27 Menentukan lokasi pemasangan pada bagian dalam lengan atas dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku.

Penilaian Kompetensi 228


28 Beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola untuk memasang dua kapsul
implant.
29 Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT
) sudah tersedia.
30 Buka peralatan steril dari kemasannya.
31 Buka kemasan implant dan jatuhkan kedalam mangkok kecil yang steril (atau
biarkan dalam kemasannya bila tidak tersedia mangkok kecil yang steril).

Tindakan Pra Pemasangan Implant


32 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk atau kain
bersih.
33 Menggunakan sarung tangan steril atau DTT dengan benar
34 Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
35 Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap.
36 Melakukan antiseptic pada daerah pemasangan dengan gerakan ke arah luar
secara melingkar seluas 8-13 cm dan biarkan kering.
37 Memasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekililing lengan pasien.

Pemasangan Kapsul Implant


38 Menyuntikkan anastesi local 0,3-0,5 cc tepat dibawah kulit ( intradermal ) pada
tempat insisi yang telah ditentukan sampai kulit sedikit menggelembung.
39 Teruskan penusukan jarum kelapisan bawah kulit (subdermal ) kurang lebih 4
cm dan suntikkan 1 cc diantara pola pemasangan nomer 1 dan 2.
40 Menguji efek anastesinya sebelum melakukan insisi pada kulit.
41 Membuat insisi dangkal selebar ± 2 mm dengan bisturi
(Alternative lain tusukkan trokar langsung kelapisan dibawah kulit/subdermal ).

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
42 Sambil mengungkit kulit,masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 ( pada pangkal trokar ) tepat berada pada luka insisi.
43 Keluarkan pendorong.
44 Memasukkan kapsul yang pertama kedalam trokar dengan tangan atau dengan
pinset,tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul sehingga dapat menangkap
kapsul bila jatuh.
45 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan.
46 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan dan tarik trokar keluar
dengan sampai mencapai pegangan pendorong .
47 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda 2
( pada ujung trokar terlihat pada luka insisi ; jangan mengeluarkan trokar dari
tempat insisi).
48 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
49 Setelah kapsul terpasang arahkan kembali trokar 15 derajat mengikuti tanda
yang telah digambar pada kulit untuk memasang kapsul ke dua. (Tehnik sama
dengan pemasangan kapsul pertama)
DENGAN TROKAR DISPOSIBLE
a. Ambil trokar dari kemasan
b. Setelah membuat insisi, tusukkan trokar sampai batas, dorong pendorong
hingga ada tahanan kemudian putar pangkal pendorong hingga bunyi klik
c. Tarik trokar jangan sampai keluar ujungnya, arahkan trokar ke pola ke 2
dengan memutar 15 0 , sedikit mengungkit kulit masukkan trokar, dorong
pendorong hingga ada tahanan, kemudian putar pangkal pendorong hingga
bunyi klik
50 Hindari kapsul yang telah dipasang mengalami kerusakan akibat tertusuk trokar
pada waktu pemasangan kapsul selanjutnya.Gunakan jari telunjuk untuk
memasang kapsul yang sudah terpasang sementara memasukkan trokar ke
posisi berikutnya.
51 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang.
52 Raba kapsul untuk memastikan ke dua kapsul implant telah terpasang dalam
pola kipas.
53 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh.

Tindakan Pasca Pemasangan

Penilaian Kompetensi 229


54 Menekan tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan kalau
(ada).
55 Mendekatkan tepi luka dan menutup dengan band aid.
56 Memasang pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi
memar.
57 Memberi petunjuk pada klien cara merawat luka misalnya bila ada nanah atau
darah atau kapsul keluar dari luka insisi,klien harus segera kembali ke klinik.
58 Melakukan proses dekontaminasi pada semua peralatan yang dipakai dan
membuang sampah ketempat yang benar.
59 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin,kemudian buka dan rendam selama 10 menit
60 Mencuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan handuk atau
kain bersih.

KONSELING PASCA PEMASANGAN IMPLANT


Konseling Pasca Pemasangan
61 Membuat rekam medic tentang pemasangan IMPLANT, lakukan pencatatan
pada buku register/catatan akseptor.
62 Mengobservasi klien selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
63 Menjelaskan pada klien apa yang harus dialakukan bila mengalami efek
samping
64 Memberitahu kapan klien harus datang kemabali ke klinik untuk control dan
mengingatkan kembali masa kerja IMPLANT.
65 Meyakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic atau bila menginginkan mencabut
kembali IMPLANT tersebut.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
66 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
67 Memberi kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya, berikan jawaban
sesuai kebutuhan.
68 Mengobservasi selama 5 menit sebelum memperboleh klien pulang.

Penilaian Kompetensi 230


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PENCABUTAN IMPLAN

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PENCABUTAN IMPLAN
Konseling Pra Pencabutan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungan klien ingin mencabut implant dan jawab semua
pertanyaannya.
3 Menanyakan tujuan Keluarga Berencana selanjutnya
4 Menjelaskan proses pencabutan implant dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pencabutan dan setelah pencabutan

PENCABUTAN IMPLAN DUA KAPSUL


5 Persiapan alat :
a. Meja periksa.
b. Penyangga lengan.
c. Sarung tangan steril atau DTT 1 pasang.
d. Duk lubang ateril atau DTT 1 buah.
e. Kain bersih dan kering 1 buah.
f. Klem 1 buah.
g. Scapel 1 buah.
h. Klem mosquito ( untuk teknik standar ).
i. Klem pemegang implan (untuk teknik U ).
j. Kom kecil steril 2 buah.
k. Spuit 5 cc atau 10 cc 1 buah.
l. Lidokain 1% tanpa efineprine.
m. Kasa steril.
n. Povidone iodine.

Penilaian Kompetensi 231


o. Band aid.
p. Kasa pembalut.
q. Tempat sampah medis dan non medis.
r. Larutan klorin 0,5%.

Persiapan Pasien
6 Menanyakan adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
7 Memastikan klien mencuci lengannya dengan benar.
8 Mengatur posisi klien dan raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi.
Persiapan Petugas
9 Memastikan semua peralatan sudah steril atau DTT tersedia.
10 Membuka peralatan steril dari kemasannya.

Tindakan Pra Pencabutan


11 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk atau kain
bersih.
12 Memakai sarung tangan steeril atau DTT.
13 Menyiapkan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
14 Melakukan antiseptic pada daerah pencabutan.
15 Memasang kain penutup (doek) steril atau DTT disekeliling

Pencabutan Kapsul Dengan Teknik Baku


16 Menyuntikkan anestesi lokal 0,5 cc pada tempat insisi dan ujung bawah dari
kapsul sampai sepertiga panjang kapsul.
17 Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
18 Membuat insisi kecil dengan bisturi pada lokasi di bawah ujung dari kapsul.
19 Menampakkan ujung kapsul dengan mendorong kapsul yang termudah untuk
dicabut secara pelan-pelan kearah insisi.
19 Menjepit dengan klem lengkung (mosquito) dan membersihkan jaringan ikat
dari ujung kapsul dengan skapel atau kasa steril.

Pencabutan Kapsul Yang Sulit


20 Menyuntikkan anestesi lokal 0,5 cc pada tempat insisi dan ujung bawah dari
kapsul sampai sepertiga panjang kapsul.
21 Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
22 Membuat insisi kecil dengan bisturi pada lokasi di bawah ujung dari kapsul.
23 Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung
24 Menjatuhkan klem tersebut 180 derajat kearah bahu klien untuk membuat
ujung kapsul mencuat.
25 Jepit kapsul yang telah mencuat itu dengan klen lain dan cabut kapsul dengan
hati-hati dan taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%.
26 Pilih kapsul berikutnya yang akan dicabut dan bila perlu suntikkan lagi
anastesi.

Pencabutan Kapsul Dengan Teknik Pop Out


27 Menyuntikkan anestesi lokal 0,5 cc pada tempat insisi dan ujung bawah dari
kapsul sampai sepertiga panjang kapsul.
28 Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
29 Memilih kapsul yang mudah dicabut.
30 Mendorong ujung atas dari kapsul (dekat bahu) dengan menggunakan jari.
31 Membuat insisi di kulit 4 mm di bawah ujung dari kapsul.
32 Mendorong ujung atas dari kapsul (dekat bahu )dengan menggunakan jari
33 untuk membuat ujung kapsul (dekat siku ) menonjol keluar .
34 Membersihkan jaringan ikat yang menutupi ujung kapsul.
35 Dorong ujung atas dari kapsul sehingga mencuat ( pop out ) [ada tempat insisi
dan taruh kapsul pada magkok yang berisi laturtan klorin 0,5% .

Pencabutan Kapsul Dengan Teknik U


36 Menyuntikkan anestesi lokal 0,5 cc pada tempat insisi dan ujung bawah dari
kapsul sampai sepertiga panjang kapsul.
37 Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
38 Membuat insisi di tempat yang tepat dengan arah memanjang lebih kurang 5
mm diatas ujung kapsul.
39 Jatuhkan klem implant 90º ke arah bahu hingga kapsul terlihat.
40 Membersihkan jaringan ikat yang menutupi ujung kapsul
41 Jepit kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung tarik keluar dan

Penilaian Kompetensi 232


taruh pada mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%.

Tindakan Pasca Pencabutan


42 Hitung kembali jumlah kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah tercabut
dan memperlihatkan kedua kapsul tersebut kepada klien.
43 Menutup luka dengan band aid.
44 Memasang pembalut tekan untuk mengurangi perdarahan dan memar.
45 Taruh alat suntik di tempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam larutan
klorin untuk didekontaminasikan.
46 Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ketempatnya..
47 Melepas sarung tangan.
48 Mencuci tangan dengan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan
handuk atau kain bersih.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN

KONSELING PASCA PENCABUTAN IMPLAN


49 Memberitahu klien untuk menjaga luka insisi dan kapan harus kembali untuk
kontrol.
50 Memberitahu apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah bila
nanah atau darah keluar dari luka insisi.
51 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
52 Beritahu konseling untuk alat kontrasespsi yang baru.
53 Membantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat
kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru
yang akan dipakai.
54 Melakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

Penilaian Kompetensi 233


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
KETRAMPILAN
PEMASANGAN IUD

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PEMASANGAN IUD
Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Menanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi.
6 Menanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung atau
menolak salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada.

Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan data-data pribadi klien.
9 Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta kuntungan dari masing-masing kontrasepsi, jelaskan juga mengenai IUD
10 Mendiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik.
11 Membantu klien untuk memilih metode yang tepat.
12 Meneliti bahwa klien tidak memiliki kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah (lengkapi rekam medic).
13 Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
14 Memastikan apakah klien cocok menggunakan IUD.
15 Menjelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul
16 Menyingkirkan kemungkinan klien sedang hamil.
17 Menjelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.
18 Memberikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya, serta berikan
jawaban sesuai kebutuhan.
19 Persilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent, dan
mintalah tanda tangan klien dan suaminya
PENAPISAN KLIEN
Anamnesis
20 Menanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling
tentang prosedur pemasangan IUD.
21 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan apakah klien cocok

Penilaian Kompetensi 234


menggunakan IUD.
Pemeriksaan Fisik
22 Menanyakan pada klien apakah sudah mengosongkan kandung kencingnya.
23 Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
24 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan air bersih.
25 Melakukan palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, tumor atau
kelainan lainnya didaerah supra publik.
.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Pemeriksaan Panggul
26 Membantu klien untuk berbaring dalam posisi litotomi.
27 Menjelaskan pada klien mengenai pemeriksaan panggul yang akan dilakukan.
28 Memasang kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul.
29 Memakai sarung tangan steril atau DTT.
30 Mengatur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam tempat
(container) steril atau DTT.
31 Menyiapkan lampu periksa yang terang.
32 Melakukan inspeksi pada genetalia eksterna.
33 Memasukkan speculum vagina dengan benar.
34 Melakukan pemeriksaan inspekulo.
35 Mengeluarkan pemeriksaan bimanual dan melakukan pemeriksaan rektovaginal
bila ada indikasi.
36 Membuka sarung tangan.

Pemeriksaan Mikroskopik (bila ada indikasi dan tersedia)


37 Melakukan pemeriksaan dengan kertas PH (lakmus)
38 Melakukan pemeriksaan dan identifikasi dengan larutan baycline dan KOH.
39 Lakukan pemeriksaan dan identifikasi dengan pengecatan gram.

PEMASANGAN IUD COPPER T 380 A


Tindakan Pra Pemasangan
40 Mencuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain atau handuk
bersih.
41 Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
42 Masukkan lengan IUD Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya.

Tindakan Pemasangan IUD


43 Memasang dan menyalakan lampu periksa
44 Memakai kembali sarung tangan (steril atau DTT) yang baru.
45 Memasang speculum dengan benar.
46 Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic (misalnya povidon
iodine 10 %) 2 sampai 3 kali.
47 Menjepit serviks dengan tenakulum (pada posisi pukul 12) secara hati-hati.
48 Memasukkan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no touch
technique)
49 Menentukan posisi dan kedalaman rongga uterus.
50 Mengatur leher biru, menyesuaikan dengan kedalaman uterus.
51 Mengeluarkan inserter dari tempat kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril (no touch technique).
52 Memasukkan inserter kedalam kavum uteri.
53 Melepaskan tangan IUD dengan menggunakan teknik withdrawal
54 Mengeluarkan pendorong dari tabung inserter, kemudian inserter didorong
kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya
tahanan.
55 Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan menggunting benang IUD.
56 Mengeluarkan seluruh tabung inserter.
57 Melepaskan tenakulum dengan hati-hati.
58 Memeriksa serviks dan mengatasi bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum.
59 Mengeluarkan speculum dengan hati-hati.

Tindakan Pasca Pemasangan


60 Melakukan proses dekontaminasi pada semua peralatan yang digunakan.
61 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi dengan benar.
62 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain atau handuk

Penilaian Kompetensi 235


bersih.
63 Membuat rekam medic dan melengkapi kartu IUD untuk klien, lakukan
pencatatan pada buku register/catatan akseptor.

LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
KONSELING PASCA PEMASANGAN IUD
64 Melengkapi rekam medic
65 Mengajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang IUD dan
kapan harus dilakukan.
66 Menjelaskan klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
67 Memberitahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk control dan
mengingatkan kembali masa pemakaian IUD Cu T 380 A adalah 8 tahun.
68 Meyakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic, atau bila menginginkan mencabut
kembali IUD tersebut.
69 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
70 Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan berikan jawaban
yang diperlukan.
71 Melakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

Penilaian Kompetensi 236


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

KETRAMPILAN
PENCABUTAN IUD
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PRA PENCABUTAN IUD
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungan klien
3 Menanyakan alasan pencabutanIUD
4 Menanyakan tujuan Keluarga Berencana selanjutnya
5 Menjelaskan proses pencabutan IUD dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan.
6 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab sesuai kebutuhan.

PENCABUTAN IUD
Tindakan Pra Pencabutan
7 Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
8 Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
9 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
10 Memasang dan memakai lampu periksa.

Tindakan Pencabutan
11 Menggunakan sarung tangan dengan cara aseptic
12 Memasang speculum vagina untuk melihat serviks.
13 Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali.
14 Menjepit benang yang dekat serviks dengan klem.
15 Menarik keluar benang IUD dengan perlahan untuk mengeluarkan IUD.
16 Menunjukkan IUD tersebut pada klien.
17 Mengeluarkan speculum dengan hati-hati.

Tindakan Pasca Pencabutan


18 Melaksanakan prosedur dekontaminasi pada semua peralatan yang digunakan.
19 Membuang bahan-bahan yang tidak dipakai lagi ke tempat yang sudah
disediakan.
20 Mencuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan handuk atau jain yang
bersih.
21 Membuat rekam medic tentang pencabutan IUD, lakukan pencatatan pada buku
register/catatan akseptor.

KONSELING PASCA PENCABUTAN IUD


22 Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah.
23 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
24 Memberi kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan jawablah
sesuai kebutuhan.
25 Mengulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan
resiko serta keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi
26 Membantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yangt baru atau berikan
alat kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi
baru yang akan dipakai.(bila klien belum menginginkan kehamilan).
27 Melakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.

Penilaian Kompetensi 237


YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

KETRAMPILAN
KONSELING TUBEKTUMI

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING AWAL

Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Tanyakan alasan klien mengikuti program KB
6 Tanyakan apa yang diketahui klien tentang kondisi/situasi yang menurutnya
dapat mendukung atau membatasi pilihannya terhadap pilihannya atas salah
satu atau beberapa metode kontrasepsi yang ada.

Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan dan mencatat data pribadi klien (nama, alamat, dan
sebagainya).
9 Memberikan informasi tentang kuntungan dan keterbatasan pilihan kontrasepsi
yang tersedia.
10 Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk
diri dan pasangannya.
11 Memastikan bahwa klien telah memenuhi syarat : sukarela, bahagia, dan sehat.
Memastikan klien telah mengenali dan mengerti tentang keputusannya
12 memilih tubektumi.
Mempersilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent,
13 dan mintalah tanda tangan klien dan suaminya

KONSELING SEBELUM PELAYANAN


Mengajukan pertanyaan untuk memastikan klien dan suaminya telah mengerti
14 hal-hal penting soal tubektumi.
Menjelaskan bahwa sebelum prosedur tubektumi akan dilakukan pemeriksaan
15 fisik dan dalam (bimanual.
Memastikan apakah klien dalam waktu yang tepat untuk prosedur tubektumi
16 (interval, pasca persalinan, pasca keguguran).
Menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan.
Menjelaskan tentang teknik operasi, anastesi local, dan kemungkinan rasa
17 sakit, atau tidak nyaman selama operasi
18 Menanyakan pada klien bila masih ada hal-hal yang ingin diketahuinya tentang
tubektumi.
19
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Konseling Pasca Tindakan
20 Memastikan klien dalam kondisi yang baik untuk menerima informasi dan
jelaskan jalannya, serta hasil prosedur tubektomi
21 Menjelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap kering
(berikan lembar Asuhan Mandiri).
22 Meyakinkan klien bahwa ia dapat dating kembali setiap saat apabila

Penilaian Kompetensi 238


23 diperlukan.
Menjelaskan keadaan-keadaan yang membuat klien perlu kembali ke klinik.
24 Menjelaskan pada klien kapan senggama dapat dilakukan dan jadwal
kunjungan ulang.
25 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
Memberikan kesempatan untuk bertanya.
26 Meyakinkan bahwa kondisi klien stabil dan baik sebelum memulangkannya
27

YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com

KETRAMPILAN
KONSELING VASEKTOMI

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :


0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus

Penilaian Kompetensi 239


berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini

PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING AWAL
Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Tanyakan alasan klien mengikuti program KB
6 Tanyakan apa yang diketahui klien tentang kondisi/situasi yang menurutnya
dapat mendukung atau membatasi pilihannya terhadap pilihannya atas salah
satu atau beberapa metode kontrasepsi yang ada.

Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan dan mencatat data pribadi klien (nama, alamat, dan
sebagainya).
9 Memberikan informasi tentang kuntungan dan keterbatasan pilihan kontrasepsi
yang tersedia.
10 Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk
diri dan pasangannya.

Bila Klien Memilih Vasektomi


11 Memastikan bahwa klien telah memenuhi syarat : sukarela, bahagia, dan sehat.
Memastikan klien telah mengenali dan mengerti tentang keputusannya
12 memilih vasektomi.
Mempersilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent,
13 dan mintalah tanda tangan klien dan istrinya

KONSELING SEBELUM PELAYANAN


Mengajukan pertanyaan untuk memastikan klien telah mengerti hal-hal penting
14 soal vasektomi.
Memberikan dorongan agar klien mau mengutarakan perasaannya dan bertanya
15 tentang hal-hal yang belum diketahuinya.
Menjelaskan tentang teknik operasi, anastesi local, dan kemungkinan rasa
16 sakit, atau tidak nyaman selama operasi
Memberikan kesempatan bertanya.
17
Konseling Pasca Tindakan
Memastikan klien dalam kondisi yang baik untuk menerima informasi dan
18 jelaskan jalannya, serta hasil prosedur vasektomi.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
19
Menjelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap kering
(berikan lembar Asuhan Mandiri).
20
Menjelaskan pada klien bila terjadi nyeri, perdarahan luka operasi, demam,
segera kembali untuk ditanggulangi.
21
Menjelaskan pada klien kapan senggama dapat dilakukan dan jadwal
kunjungan ulang.
22
Menjelaskan bahwa vasektomi baru efektif setelah terjadi ejakulasi sperma
minimal 10 kali.
23
Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang sudah diberikan.
24
Memberikan kesempatan untuk bertanya.
Meyakinkan bahwa ia dapat dating kembali setiap saat bila diperlukan.
25
26

Penilaian Kompetensi 240


Penilaian Kompetensi 241

Anda mungkin juga menyukai