SEKOLAH TINGGI
PADA KUNJUNGAN ILMU
ANTENATAL KESEHATAN
PERTAMA
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan (Siti M, 2005). Antenatal care (ANC) diartikan sebagai
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba, I.B.G, 1998). Melalui antenatal care dapat ditapis kehamilan risiko tinggi, risiko meragukan untuk
mendapatkan konsultasi dan penanganan yang lebih baik, sedangkan kehamilan dengan risiko rendah dapat
dilakukan pertolongan setempat (Manuaba, I.B.G, 2001).
1. Pengawasan kehamilan untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi
setiap kelainan yang timbul, dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan, dan
periode postnatal.
2. Penyuluhan atau pendidikan mengenai kehmilan dan bagaimana cara-cara mengatasi gejalanya.
3. Persiapan (baik fisik maupun psikologis) bagi persalinan serta kelahiran, dan pemberian petunjuK
4. mengenai segala aspek dalam perawatan bayi.
5. Dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis. (Farrer, H, 2001)
Penilaian Kompetensi 66
Sarung tangan DTT
Waskom berisi klorin 0,5 %
PERKENALAN
Sambut ibu dan pendamping serta perkenalkan diri anda (5S)
Ciptakan suasanan nyaman
Tanyakan secara sopan mengenai identitas klien
Kaji tujuan ibu dating ke fasilitas kesehatan
Tanyakan pada ibu apakah ada keberatan atau pertanyaan yang ingin diajukan
sebelum ana melanjutkan
Kaji apakah ibu mengalami/merasakan tanda-tanda bahaya kehamilan (sesuai
dengan trimester)
Kaji dan catat keluhan yang normal dalam kehamilan yang mungkin dirasakan
oleh ibu dan bagaimana ibu mengatasinya
PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN
1. Jelaskan prosedur klinik dan tujuan penggalian riwayat yang akan anda lakukan
2. Kaji biodata/riwayat sosial ekonomi an catat, termasuk :
Nama, usia, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, alamt dan no. Telp. Ibu
dan suaminya
Status perkawinan dan lama menikah
Bahasa yang digunakan
Kebiasaan sosial/life style (merokok, komsumsi alkhohol dan napza)
Dukungan selama hamil
Status kesehatan suami
Imunisasi tetanus toxoid (TT)
Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
Pengambil keputusan dalam keluarga
Hubungan seks selama kehamilan
Rencana tempat persalinan yang diinginkan ibu
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
3. Kaji dan catat riwayat kesehatan keluarga, termasuk
Hipertensi
Diabetes Mellitus
Keturunan kembar
Sickle cell disease
Alergi
Epilepsi
Penyakit jantung
Kelainan mental
Kelainan kongenital
4. Kaji dan catat riwayat kesehatan ibu, khususnya kondisi kesehatan yang dapat
diperparah dengan adanya kehamilan, termasuk :
Penyakit jantung
Hipertensi
Diabetes militus
Astma atau batuk yang berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Penyakit ginjal
Sickle cell disease
Riwayat alergei
Obat-obatan
Psychosa postpartum
5. Kaji dan catat riwayat penyakit menular seksual, termasuk :
Riwayat diagnosis dan pengobatan seksual transmitted infection (STI)
termasuk AIDS
Pengeluaran vagina yang abnormal
Luka dan pembengkakan pada vagina
Rasa nyeri pada saat berkemih
Diare yang berkelanjutan lebih dari 1 bulan
6. Kaji dan catat riwayat operasi, termasuk :
Operasi atau luka pada pelvis yang dapat mempengaruhi diameter pelvis
Transfuse darah
7. Kaji dan catat riwayat ginekologi, termasuk :
Salpingectomy
Pengobatan infertilitas
Penilaian Kompetensi 67
Kehamilan ektopik
Operasi pada vagina, pelvik dan uterus
Kaji dan catat riwayat menstruasi, termasuk :
Usia menarche
Siklus menstruasi
Lama dan jumlah darah
Rasa sakit pada saat menstruasi (dismnorhoe)
Kajin dan catat riwayat kontrasepsi, termasuk :
Metode yang pernah digunakan
Kapan berhenti dan alasannya
Lama penggunaan kontrasepsi sebelum hamil
Kaji dan catat riwayat obstetric, termasuk :
Riwayat Kehamilan Sekarang
1) HPHT dan apakah normal serta tentukan TP
2) Kapan pertama kali merasakan gerakan janin
3) Jika sudah merasakan gerakan janin, bagaimana pergerakannya dalam 24 jam
terakhir
4) Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu)
5) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus
Riwayat Kehamilan Yang Lalu
1. Jumlah kehamilan
2. Jumlah anak yang hidup dan riwayat menyusui
3. Jumlah kelahiran premature
4. Jumlah keguguran
5. Persalinan dengan tindakan (operasi Caesar, forsep, vakum)
6. Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi
8. Berat bayi < 2,5 atau 4 kg
9. Masalah lain
10. Kaji riwayat diet ibu secara komplit : berusaha untuk mengetahui apa yang ibu
makan dan berapa kali ibu makan.
Tanyakan apakah ibu menkonsumsi makan non food (pica)
Tanyakan apakah ibu mengalami gejala-gejala : kelalahan, sakit kepala, letih,
lesu, sakit gusi, kehilangan selera makan, mual muntah
11. Hitung usia kehamilan dan tanyakan kepada ibu apakah dia tahu berapa bulan
usia kehamilannya ?
12. Beritahu ibu tentang temuan yang anda dapatkan dari hasil penggalian riwayat
13. Tanyakan pada ibu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan sebelum
dilanjutkan
14. Jelaskan bahwa akan dilakukan prosedur pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
1. Jelaskan alas an akan dilakukan beberapa pemeriksaan dan diskusikan area mana
saja yang akan diperiksa.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.
3. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Pastikan bahwa privacy ibu terjaga (tanyakan juga, apakah ada orang yang ibu
inginkan mendampingi ibu pada saat pemeriksaan fisik)
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
1. Perhatikan :
Tingkat energi ibu, dan keadaan umum emosi ibu
Postur dan sikap tubuh
Ukur dan catat tinggi dan berat badan ibu
Ukur tanda-tanda vital
2. Jelaskan seluruh prosedur sambil melakukan pemeriksaan
3. Ajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan
sesuai dengan kebutuhan.
4. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan menawarkan kain linen untuk
penutup tubuhnya ( atau meminta pasien untuk melonggarkan pakaian dan
menggunakannya sebagai penutup tubuh)
Kepala dan leher
1. Periksa rambut ibu untuk melihat kebersihan, ketombe, alopesia, infeksi kulit.
Penilaian Kompetensi 68
2. Periksa wajah untuk melihat apakah terjadi edema dan cloasma
3. Periksa mata untuk melihat apakah :
Pucat pada kelopak bagian bawah
Berwarna kuning pada sclera
4. Periksa mulut, untuk melihat :
Kering, pecah-pecah dan inflamasi pada bibir
Apakah rahang dan lidah pucat, sakit dan terdapat lesi
Adakah gigi yang rusak
5. Periksa dan raba leher untuk mengetahui :
Pembesaran kelenjar teroid
Pembesaran pembuluh limfe
Peningkatan vena jugularis
Payudara
1. Dengan posisi tangan klien disamping, periksa :
Bentuk
Ukuran
Tanda-tanda kehamilan
Kondisi puting
Kondisi kulit
2. Pada saat ibu mengangkat tangan ke atas kepala, periksa payudara untuk
mengetahui adanya retraksi atau dimpling
3. Lakukan palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri (sesudah itu
sebelah kanan juga) aria arah payudara, axilla dan moduler, kalau-kalau
terdapat : massa dan pembesaran pembuluh limfe
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
4. Tanyakan tentang rencana menyusui
5. Ajarkan ibu cara merawat payudara dan melakukan pemeriksaan sendiri
Tangan dan Kaki
1. Tanyakan pada ibu apakah ada rasa nyeri dan perih pada saat menggenggam
2. Periksa tangan dan jari tangan untuk melihat adanya oedema, pucat pada telapak
tangan dan ujung jari
3. Periksa kaki :
Oedema
Varices
Reflex Patella
Punggung
Periksa punggung untuk melihat :
Oedema pada daerah sacral
Deformitas pada tulang belakang (skoliosis)
Bantu ibu untuk relaks saat berada ditempat tidur, berikan bantal dibawah kepalanya
dan beerikan selimut yang hangat.
Abdomen
1. Periksa, apakah ada :
Bekas luka operasi
Ukuran dan bentuk
Tanda-tanda kehamilan
Gerakan janin
2. Tanyakan apakah ibu merasakan adanya nyeri pada abdomen
3. Palpasi abdomen, untuk pemeriksaan :
Kelembutan (konsistensi)
Massa
Pembesaran hati dan lien
Suprapubis tenderness
4. Cek presentasi, posisi dan letak fetus dari atau setelah 36 minggu kehamilan
(lihat penuntun belajar pemeriksaan abdomen).
5. Ukuran tinggi fundus uteri .
Gunakan jari tangan ( kalau < 20 minggu ) atau pita ukuran ( kalau > 22
minggu).
Bandingkan tinggi fundus hasil pengukuran dengan perkiraan tinggi fundus
Penilaian Kompetensi 69
berdasarkan usia kehamilan
6. Dengarkan denyut jantung janin (dengan fetoskop kalau > 20 minggu) selama
satu menit dan hitung
7. Beritahu jika merasakan gerakan janin dan tanyakan apakah ibu juga
merasakannya.
Pemeriksaan lipat paha
1. Cuci tangan anda dan keringkan. Pakai sarung tangan bersih sebelum anda
melakukan pemeriksaan lipat pada
2. Priksa lipat paha :
Palpasi apakah ada pembengkakan kelenjar lympe
Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
Cuci tangan dan keringkan
Vulva dan perineum
1. Persiapkan alat-alat untuk mengambil specimen jika diperlukan
2. Siapkan lampu sorot untuk menerangi daerah genitalia
3. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk pemeriksaan
4. Pakai sepasang sarung tangan DTT
5. Duduklah dengan nyaman agar dapat melihat bagian genitalia dengan mudah
6. Beritahu ibu apa yang akan dilakukan. Pastikan bahwa bahasa yang digunakan
dapat dimengerti oleh ibu.
7. Sentuhlah bagian paha dalam ibu sebelum memulai menyentuh daerah genitalia
agar tidak mengagetkan ibu.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Panggul : Genitalia Luar
1. Inspeksi daerah labia, klitoris dan perineum
Kulit harusnya lembut, bersih dan terdapat rambut pubis
Labia mayora biasanya memiliki bentuk dan ukuran yang sama
Konsistensi labia biasanya terasa lembut pada seluruh bagian. Jika terdapat
kemerahan, bengkak terutama jika terdapat pada salah satu bagian samping
posterior mungkin berhubungan dengan abses pada kelenjar bartolini
Lihat bekas garukan, luka atau benjolan yang berhubungan dengan infeksi
Lihat daerah kulit apakah ada perbedaan warna yang mencolok, pembesaran
pembuluh darah, jaringan parut dan tanda-tanda trauma.
Lihat apakah ada bekas luka episiotomy atau laserasi jika ibu sudah pernah
melahirkan
Lihat apakah ada discharge, luka, kutil, bisul dan tanda-tanda inflamasi
Lihat apakah ada tanda-tanda fistulae
Lihat apakah ada discharge yang abnormal (catat warna, konsistensi dan
baunya) ataupun perdarahan
2. Lakukan pemeriksaan vagina (lihat penuntun belajar pemeriksaan vagina)
untuk :
Melihat tanda-tanda kehamilan
Konfirmasi usia kehamilan
Dilatasi cervik untuk tujuan diagnosis
Mendeteksi posisi uterus
Mendeteksi kelainan pada vulva dan vagina
3. Cuci tangan dengan sabun dan air serta mentgangin-anginkan atau melapnya
dengan kain bersih.
Lakukan pemriksaan yang tepat jika diperlukan (sesuai indikasi) dan jika fasilitas
memungkinkan
1. Pemeriksaan urine untuk mengetes adanya :
Kehamilan
Albumin
Asymptomatic bacteriuria (rekomdasi WHO)
Gula
Aceton
2. Pemeriksaan darah untuk :
Haemoglobin
Golongan darah dan factor RH
Test untuk sipilis
HIV (lihat penuntun belajar untuk konseling tes HIV selama pemeriksaan
antenatal)
Penilaian Kompetensi 70
Glukosa 6 phosphate dehydrogenase (G6PD)
3. Ambil apus vagina jika dietemukan adanya discharge
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi hasil temuan baik dari hasil pengkajian riwayat maupun dari
pemeriksaan fisik untuk menemukan factor-faktor yang berhubungan dengan
keluhan yang normal, maupun masalah dan komplikasi
2. Analisis data yang telah dikumpulkan dan buat keputusan tentang asuhan rutin
apa yang akan diberikan, asuhan untuk keluhan-keluhan yang normal,
penanganan komplikasi yang ditemukan atau perlunya rujukan.
3. Nilai kebutuhan pendidikan yang ibu perlukan dan buat rencana untuk konseling
PEMBERIAN ASUHAN
1. Informasikan hasil temuan pemeriksaan kepada ibu dan pendamping
Kemajuan kehamilan
Status kesehatannya dan janinnya
2. Diskusikan masalah/komplikasi yang ditemukan (jelaskan kemungkinan
penyebab dari masalah/komplikasi yang muncul tersebut) selama kunjungan,
jelaskan penanganan dan pentingnya hal tersebut untuk kehamilan dan
persalinan ibu.
3. Jika ibu perlu untuk di rujuk ketempat pelayanan yang lebih tinggi, jelaskan
alasan kenapa ibu harus dirujuk
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
4. Tulis dan jelaskan tentang obat-obatan yang diberikan, seperti :
Fe
Asam folat
Obat-obatan lain yang diperlukan ibu
5. Berikan imunisasi TT sesuai dengan jadwal dan informasikan kapan ibu harus
mendapatkan imunisasi TT kembali.
KONSELING
Target konseling yang berikan harus sesuai dengan kebutuhan ibu yang telah di
identifikasi sebelumnya
TINDAK LANJUT
1. Informasikan kepada ibu tentang tahapan selanjutnya. Jadwal kunjungan ulang.
Jika ibu datang sendiri, dorong ibu untuk datang bersama dengan orang yang ibu
inginkan untuk menemani ibu pada kunjungan berikutnya.
2. Evaluasi pemahaman ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu agar segera mengunjungi bidan/dokter jika menemukan/merasakan
tanda-tanda bahaya atau mempunyai pertanyaan yang ingin diajukan
4. Berikan ibu kartu kunjungan antenatal
5. Ucapkan salah dan terima kasih
6. Dokumentasikan asuhan
Rekan mahasiswa, selanjutnya akan membahas Praktikum 2 yaitu mengenai Anamnese pada ibu hamil kunjungan
ulang. Anamnese pada ibu hamil kunjungan ulang ini hampir sama dengan Anamnese pada kunjungan awal,
bedanya pada kunjungan ulang tidak semua data yang sudah ditanyakan pada anamnese kunjungan awal
ditanyakan.
Data yang tidak berubah, tidak akan ditanyakan lagi pada kunjungan ulang misalnya tentang biodata, riwayat
menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat obstetric tidak perlu ditanyakan lagi karena data pada kunjungan awal
tidak mungkin berubah. Anamnese ini bertujuan untuk mengkaji data subyektif tentang:
Penilaian Kompetensi 72
Tanyakan pada ibu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan sebelum anda
melanjutkan
Kaji dan catat keluhan yang normal dalam kehamilan yang mungkin dirasakan oleh ibu
dan bagaimana ibu mengatatasinya
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
1. Tanyakan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan terakhirnya
2. Tanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran yang timbul
sejak kunjungan terakhirnya
3. Tanyakan tentang gerakan janin dalam 24 jam terakhir ini
4. Kaji informasi tentang masalah atau tanda-tanda bahaya yang mungkin dialami
klien sejak kunjungan terakhirnya
5. Hitung usia kehamilan berdasarkan HPHT
6. Tanyakan dan kaji mengenai obat-obatan yang dikonsumsi
7. Jelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
PENDEKATAN UMUM UNTUK PEMERIKSAAN
Amati penampilan, suasana emosi dan sikap ibu selama pemeriksaan
Jelaskan prosedur sebelum melakukan pemeeriksaan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Lanjutkan pertanyaan yang diperlukan dan klarifikasi kembali sambil melakukan
pemeriksaan
Anjurkan untuk mengosongkan kandung kencing, jika ibu menginginkan
Jaga privasi
PEMERIKSAAN FISIK
1. Nilai keadaan umum ibu
2. Cek berat badan dan bandingkan dengan berat badan terakhir
3. Periksa tekanan darah
4. Periksa muka (oedema)
5. Periksa mata (konjungtiva, sclera)
6. Periksa gigi (karies, plak), gusi (pucat), bibir (pucat, stomatitis)
7. Periksa telapak tangan dan ujung kuku untuk melihat apakah ada pucat atau
tidak
PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Ukur tinggi fundus uteri dengan jari tangan (kalau > 12 minggu), dengan pita
ukuran (kalau >22 minggu)
2. Palpasi abdomen untuk kehamilan ganda ( jika > 28 minggu)
3. Palpasi abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin ( > 36 minggu)
4. Periksa DJJ (dengan feteskop kalau > 20 minggu)
Lakukan pemeriksaan genitalia hanya jika diperlukam
Lakukan pemeriksaan lain jika diperlukan (urine, darah dan lab. Lain)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi hasil pengkajian riwayat dan pemeriksaan fisik untuk menentukan
normalitas kehamilan atau adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan
komplikasi/masalah dalam kehamilan
2. Lakukan analisis data yang dikumpulkan dan buat keputusan tentang asuhan
yang akan diberikan temasuk asuhan rutin, penatalaksanaan komplikasi dan
rujukan.
3. Tentukan kebutuhan pendidikan kesehatan dan rencana konseling
PELAKSANAAN ASUHAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang :
- Perkembangan kehamilan
- Status kesehatan ibu dan janin
2. Diskusikan komplikasi/masalah yang ditemukan (jelaskan penyebabnya apabila
memungkinkan) dan jelaskan penanganan yang harus dilakukan dan pentingnya
hal tersebut untuk kehamilan dan persalinannya
3. Jika ibu perlu dirujuk, jelaskan alasannya
4. Jelaskan dan catat terapi yang diberikan
5. Berikan imunisasi TT sesuai jadwal dan informasikan waktu untuk penyuntikan
ulang
Penilaian Kompetensi 73
KONSELING
Konseling yang diberikan sesuai dngan kebutuhan ibu (lihat penuntun belajar
pendidikan kesehaan secara individu dalam antenatal care
TINDAK LANJUT
1. Informasikan kepada ibu tenang ahapan selanjutnya. Jadwal kunjuntgan ulang.
Jika ibu dating sendiri, dorong ibu untuk dating bersama dengan orang yang ibu
inginkan untuk menemani ibu pada kunjungan berikutnya.
2. Evaluasi pemahaman ibu tentang hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu agar segera mengunjungi bidan/dokter jika menemukan/merasakan
tanda-tanda bahaya atau mempunyai pertanyaan yang ingin diajukan.
4. Beri ibu kartu kunjungan antenatal
5. Uacapkan salam dan terima kasih
6. Dokumentasikan asuhan
1. Pengertian
Suatu tindakan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk mengetahui bentuk
dan fungsi serta kelainan organ yang ada di dalam rongga abdomen dan sekitarnya.
2. Tujuan
1. Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda luka, umbilical, kulit dinding perut,
bentuk dan gerakan perut.
2. Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vascular/ mendengarkan suara
peristaltik usus.
3. Memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
4. Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut.
5. untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur dalam perut (intra
abdominal).
6. untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa.
7. untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih.
Penilaian Kompetensi 75
1. Jelaskan prosedur kepada ibu
2. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih
3. Jaga privasi ibu
4. Bantu ibu berbaring di tempat tidur dalam posisi dorsal recumbent
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air lalu keringkan
6. Buka pakaian ibu hanya didaerah abdomen
7. Gosokkan kedua telapak tangan supaya hangat
8. Berdiri disamping kanan ibu
9. Lakukan pemeriksaan inspeksi :
- Bentuk dan ukuran
- Luka bekas operasi
- Garis dan striae gravidarum
- Pergerakan janin
10. UKUR TINGGI FUNDUS UTERI
- Tentukan pinggir atas dari simphisispubis
- Letakkan titik “ 0 (nol) “ dari pita ukuran di pinggir atas simphisis
- Bentangkan pita ukuran sepanjang gais tengah abdomen sampai fundus uteri
- Catat hasil pengukuran dalam sentimeter
- Palpasi abdomen (gunakan telapak dan pinggir tangan dibanding
menggunakan ujung jari)
- Bandingkan hasil pengukuran fundus uteri dengan umur kehamilan untuk
mengetahui ada/tidaknya ketidaksesuaian
- Fundus :
a. Posisi menghaap ibu, tempatkan kedua telapak tangan di kedua sisi
fundus
b. Lengkungkan jari-jemari melingkari bagian atas fundus
c. Tentukan bagian janin yang berada di fundus
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
- Lateral :
a. Tempatkan telapak tangan di kedua sisi uterus, dipertengahan antara
simphisis dan fundus
b. Fiksasi satu sisi uterus menggunakan 1 tangan dan nilai bagian sisi lain
dengan menggunakan tangan yang bebas
c. Palpasi keseluruhan area garis tengah abdomen menuju lateral, dan dari
simphisis pubis ke fundus dengan cara melingkar. tentukan posisi
punggung janin (permukaan lebar dan datar mengindikasikan punggung,
sedangkan bila terasa pergerakan mengindikasikan bagian-bagian kecil)
d. Lakukan secara bergantian pada sisi lainnya dengan cara yang sama.
- Pelvik :
a. Pemeriksaan berbalik menghadap bagian kaki ibu
b. Minta ibu untuk sedikit menekukkan kakinya. Bantu ibu untuk relaksasi
dengan cara mengatur nafas teratur dan perlahan
c. Letakkan tangan pada kedua sisi uterus, dengan posisi telapak tangan
sedikit dibawah garis umbilical dan jemari mengarah simphisis pubis,
kedua ibu jari hampir bersentuhan. Tentukan apakah kepala janin yang
menjadi presentasi.
Penilaian Kompetensi 76
d. Hitung berapa bagian jari yang dapat meraba kepala (perlimaan)
AUSKULTASI
Catat pergerakan janin, dan tanyakan kepada ibu apakah ia merasakan gerakan
janin (ibu dapat mulai merasakan gerakan janin dari usia kehamilan 5 – 6 bulan)
- Tanyakan kepada ibu apakah bayinya bergerak atau terdapat perubahan
gerakan janin
Nilai kebutuhan informasi kesehatan dan rencanakan konseling untuk ibu dan
keluarga.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
TINDAK LANJUT
1. Sampaikan hasil temuan kepada ibu
2. Tutup kembali dengan abdomen dan bantu ibu bangun dari tempat tidur
3. Rapikan tempat tidur
4. Cuci tangan dan keringkan
5. Dokumentasikan asuhan yang diberikan
Penilaian Kompetensi 77
PEMERIKSAAN GENITALIA DALAM ASUHAN ANTEN
Untuk pemeriksaan ini, posisi pasien perlu terlentang dengan kaki mengangkang dan ditempatkan di penyanggah.
Persiapan dan peralatan harus telah dipersiapkan dan minimalkan waktu pasien dalam posisi ini untuk mencegah
pusing dan hipotensi dari kompresi uterus pada pembuluh darah besar abdomen.
Inspeksi dinding vagina saat menarik spekulum. Identifikasi warna, relaksasi, rugae, dan cairan
discharge. Pada masa kehamilan warna kebiruan, rugae yang dalam, dan leukorrhea adalah normal.
Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan bimanual lebih mudah dilakukan pada masa kehamilan, karena dasar panggul relaksasi. Mulai
dengan menghindari struktur uretra yang sensitif, dengan masukan dua jari yang telah dilumasi ke dalam
introitus, dengan posisi sisi palmar berada di bawah, dengan sedikit memberikan tekanan ke bawah pada
perineum. Selanjutnya, putar jari dengan lembut sehingga sisi palmar berada di atas.
Serviks. Karena pelunakan jaringan selama kehamilan, sulit untuk membedakan serviks pada awalnya.
Tentukan panjang serviks dengan meraba permukaan lateral ujung serviks ke forniks lateral. Pada umur
kehamilan 34-36 minggu, leher rahim mempunyai panjang 3 cm atau lebih. Selanjutnya temukan ostium
serviks. Ostium eksternal dapat saja terbuka pada ibu multiparitas. Ostium internal, antara
kanal endoserviks dan rongga rahim, harus tertutup sampai akhir kehamilan. Permukaan serviks pada ibu
multiparitas akan terasa tidak teratur karena luka yang sembuh dari kelahiran sebelumnya.
Uterus. Dengan jari-jari internal ditempatkan di kedua sisi leher rahim dan tangan eksternal pada perut
pasien di area fundus uteri. Selanjutnya gunakan jari-jari internal untuk mengangkat rahim dengan lembut
ke atas menuju sisi perut. Dengan posisi tangan seperti “menangkap” fundus uteri diantara dua
tangan ukuran uterus dapat dinilai. Penilaian diteruskan untuk bentuk, konsistensi, dan posisi uterus.
Adneksa. Palpasi adneksa kanan dan kiri. Korpus luteum akan teraba sebagai nodul kecil di ovarium
pada minggu pertama setelah pembuahan. Setelah trimester pertama, massa adneksa menjadi sulit untuk
dirasakan.
Dasar panggul. Evaluasi kekuatan dasar panggul saat Anda menarik keluar jari.
Penilaian Kompetensi 78
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan alat (lampu sorot, sarung tangan, kassa/kapas DTT, air DTT)
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Bantu ibu untuk tidur di meja pemeriksaan dengan nyaman, tempatkan bantal di
bawah kepala ibu dan berikan selimut untuk menjaga kehangatan dan
kenyamanan. Jaga privasi dan bersikap sopan
2. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan dengan handuk bersih
3. Posisikan kaki ibu menekuk dan membuka kakinya dengan lembut dan sopan
4. Nyalakan lampu sorot dan atur cahayanya tepat menyinari daerah genitalia
5. Pakai sarung tangan DTT dengan teknik yang benar
6. Bidan duduk dengan nyaman sehingga dapat melakukan inspeksi daerah
genitalia dengan mudah
7. Jlaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan pastikan bahasa yang digunakan
dapat dimengerti oleh ibu
Penilaian Kompetensi 79
11. Periksa pengeluaran dan tenderness dari kelenjar skene dan uretra. Dengan
telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam ujung
lubang vagina bagian atas, dorong ke atas dengan lembut untuk melihat
pengeluaran yang berasal dari uretra dan kelenjar skene
- Lakukan prosedur di atas pada sisi lain dari uretra dan bagian dibawah uretra
- Jika ada pengeluaran, ambil cairan yang keluar untuk pemeriksaan lab
terhadap penyakit Gonorhoe dan klamidia (jika fasilitas labnya tersedia)
-
12. Periksa kelenjar Bartholin. Masukkan jari telunjuk ke dalam lubang vagina
bagian bawah dan ibu jari berada di labia Mayora (pada arah jam 7 dan 8
ataupun arah jam 4 dan jam 5)
- Palpasi area kelenjar bartholin apakah ada bengkah atau tenderness, jika ada
maka mengindikasikan adanya abses dari kelenjar. Massa yang tidak kenyal
menandakan adanya kista yang berhubungan dengan adanya inflamasi kronis
dari kelenjar tersebut, atau adanya penyumbatan saluran cairan yang berasal
dari kelenjar Bartholini
- Jika ada pengeluaran, ambil cairan yang keluar untuk pemeriksaan lab
terhadap penyakit Gonorhoe dan klamidia (jika fasilitas labnya tersedia)
13. Anjurkan ibu untuk meneran sambil pemeriksa mmbuka labia dan melihat
apakah ada bagian dinding anterior dan posterior vagina yang menonjol (jika ada
dinding anterior maka mengindikasikan adanya sistokel, dan jika dibagian
posterior disebut rektokel. Jika serviks terdorong ke dalam vagina maka
mengindikasikan adanya prolaps uteri
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
3. Ketika memasukkan speculum ke dalam vagina, anjurkan ibu untuk menarik
nafas dalam dari hidung dan keluarkan dari mulut, hal ini akan membantu ibu
untuk lebih relaks sehingga otot vagina ibu tidak berkontraksi
Penilaian Kompetensi 80
speculum ditarik keluar sedikit dan masukkan kembali sampai serviks
terlihat jelas.
- Catat posisi dari serviks (anterior atau posterior); jika ada polip, nodul, kista
atau erosi atau ada jaringan berwarna merah seputar lubah serviks
(ectropion ); atau adanya perdarahan atau pengeluaran nanah. Sekresi serviks
yang normal seharusnya berwarna bening atau putih dan ada bau yang tidak
menyengat.
- Serviks yang normal tidak mudah berdarah jika disentuh dengan lembut atau
diusap dengan kapas.
- Jika serviks mudah berdarah, maka periksakan adanya infeksi Gonore atau
clamidia (jika fasilitas lab ada)
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PEMERIKSAAN BIMANUAL
Catatan : Tangan kanan biasanya ditempatkan di dalam vagina dan tangan kiri di luar,
beritahu ibu bahwa ia akan merasakan ketidaknyamanan selama pemeriksaan, lihat
ekspresi muka ibu dikhawatirkan ibu kesakitan.
1. Bersihkan daerah genitalia luar dengan Kapas DTT
2. Buka labia dengan tangan kiri dengan lembut, masukkan dengan lembut jari
tengah dan jari telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, cari serviks. Ibu jari yang
di luar jangan menekan bagian klitoris karena membuat ibu tidak nyaman.
3. Rasakan temperature/kelembaban dari dinding vagina dan tonus otot vagina
4. Mulai palpasi dengan lembut :
- Serviks yang tidak hamil konsistennya seperti hidung. Selama hamil serviks
akan lebih lembut, lebih besar dan konsistensinya seperti bibir
- Panjang serviks sangat penting untuk diperiksa untuk menilai pendataran
serviks
- Serviks normalnya lembut
Penilaian Kompetensi 81
- Posisi serviks mengindikasikan posisi corpus uteri. Jika posisi ke atas, maka
uterusnya retroverted, jika posisinya ke bawah maka uterusnya anteverted
- Adanya dilatasi serviks menandakan telah masuk fase persalinan, adanya
serviks incompetent atau abortus.
- Goyangkan serviks, serviks normal dapat bergerak ke sisi kanan dan kiri 1-2
cm tanpa menimbulkan sakit pada ibu.
- Catatan : jika ibu merasakan sakit maka mengindikasikan adanya infeksi
pada uterus atau adneksa. Tanya pada ibu bagaimana yang terasa sakit secara
tepat.
5. Palpasi Uterus :
- Untuk merasakan uterus, tempatkan jari di belakang serviks, dengan posisi
telapak tangan menghadap ke atas. Lalu tempatkan tangan menghadap ke
atas. Lalu tempatkan tangan yang di luar (tangan kiri) pada garis tengah
antara pusat dan tulang simfisis
- Dengan perlahan pindahkan tangan ke supra pubis tekan ke bawah, dan
tangan yang berada dalam vagina menekan ke atas, rasakan jika uterus teraba
diantara jari yang di dalam dan di luar maka uterusnya anteverted dan dalam
keadaan ini fundus dapat teraba 2-4 cm diatas tulang pubis.
Catatan : Dalam prosedur ini suruh ibu untuk bernafas dalam untuk
mengurangi rasa tidak nyaman dan relaks.
- Jika uterus tidak teraba diantara jari tangan mungkin posisi uterusnya
retroverted, untuk memastikan hal ini perlu ditempuh pemeriksaan sebagai
berikut :
a. Gerakan uterus ke atas : tempatkan tangan yang berada di vagina di
bawah servks dan dengan lembut dorong ke atas (ke anterior) atau
b. Tekanan tangan yang berada di abdomen lebih dalam
c. Jika masih belum menemukan uterus, pindahkan ke sisi lain dari serviks
dan tekan dengan lembut dan ibu tetap nyaman
d. Jika maneuver ini juga tidak membantu, maka diperlukan pemeriksaan
retrovaginal
6. Selama palpasi Uterus, cek juga :
- Ukuran : ukuran uterus ibu ynag tidak hamil bervariasi tergantung varitas,
tetapi ukuran uterus kira-kira panjangnya 5-8 cm, lebar 3-5 cm dan tebalnya
2 cm. Jika ada perubahan ukuran menjadi besar berarti ada kehamilan
- Bentuk : uterus berbentuk seperti buah pir, jika ada bagian yang irregular
maka mengindikasikan adanya fibroid, jika bentuknya seperti bentuk jantung
maka menandakan adanya kelainan konginetal dari uterus seperti uterus
didelphis. Selama kehamilan uterus membesar, menjadi globular dan
cenderung membesar dengan bertambahnya usia kehamilan.
- Lokasi : lokasi uterus pada garis tengah, jika fundus uteri berada disebelah
kanan atau kiri maka curigai adanya jaringan, adanya masa di adneksa atau
adanya kehamilan (kehamilan ektopik)
- Konsistensi : Uterus harus lembut, jika ada kelembutan yang lebih berarti ada
kehamilan. Tanda Hegar pada awal kehamilan menjadi salah satu tanda
mungkin kehamilan dimana adanya isthmus uteri yang sangat lembut.
- Mobilitas : Uterus mudah bergerak ke anterior atau posterior, jika tidak
mobile atau terfiksasi maka curigai adanya masalah lain
- Tenderness : secara normal, uterus tidak kenyal dengan bergerak atau dengan
palpasi. Jika ada tenderness, curigai adanya infeksi uterus (endometritis).
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Cari lokasi ovarium, biasanya terletak dibelakang dan kedua sisi uterus :
- Untuk palpasi ovarium kanan, tempatkan jari kanan yang berada dalam
vagina ke sisi serviks/pada formiks lateral, pindahkan tangan yang berada
diatas abdomen ke sisi yang ssama dengan tangan yang di dalam vagina,
tekankan tangan yang di atas abdomen ke bawah (kea rah posterior)
sedangkan tangan yang berada di vagina ke arah atas (ke arah anterior). Ke
dua tangan harus merasakan ovarium. Pegang ovarium secara lembut karena
ibu akan merasakan sakit.
- Ulang untuk ovarium yang lain
- Sebelum mengeluarkan tangan cek masa dan tenderness di dalam cul-de-sac
(ruang dia belakang uterus dan di depan rectum).
Catatan : Akan lebih mempermudah pemeriksaan jika tangan yang berada di
dalam vagina, merupakan tangan sama dengan tangan untuk mendeteksi
ovarium sisi yang sama mis tangan kanan untuk pemeriksaan ovarium bagian
kanan)
Catatan : Menemukan ovarium memerlukan ketrampilan yang baik, kondisikan
ibu dalam keadaan nyaman. Jika anda masih dalam tahap belaja maka biasanya
Penilaian Kompetensi 82
anda tidak dengan mudah menemukan ovarium dari setiap klien. Jika tidak
mudah meraba bagian ovarium dan adneksa beati ukurannya normal
(panjangnya sekitar 3 cm, lebar 2 cm dan tebalnya 1 cm) yang penting untuk
dicek.
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN
1. Setelah menyelesaiakan pemeriksaan, rendam sarung tangan di dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan dalam posisi terbalik. Bila sarung tangan disposable,
tempatkan sarung tangan pada kantung plastik atau pada tempat yang keap air
2. Cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir lalu keringkan
3. Bantu ibu untuk bangun dari posisi tidur ke dalam posisi duduk. Jika setelah
pemeriksaan terdapat kotoran (darah, lendir dll) pada genutalia eksterna berikan
tisu untuk membersihkan kotoran tersebut
4. Setelah ibu berpakaian kembali, jelaskan hasil pemeriksaan
5. Jika perlak karet yang digunakan, dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Evaluasi penemuan :
- Penemuan pada pemeriksaan speculum apakah normal
- Jika ternyata ibu perlu follow-up
- Apusan vagina untuk pemeriksaan bakteri gram atau kultur bakteri
- pemeriksaan speculum untuk mengevaluasi serviks
- apakah perlu dirujuk ke dokter spesialis atau tempat pelayanan yang lebih
lengkap
2. Lakukan analisis data yang ditemukan dan buat keputusan mengenai :
- Kebutuhan pengobatan
- Perencanaan untuk follow-up
TINDAK LANJUT
1. Komunikasikan hasil temuan kepada ibu
2. Jawab setiap pertanyaan yang ibu ajukan
3. Lakukan rujukan jika diperlukan. (jelaskan alasan dirujuk)
4. Dokumentasikan asuhan
Penilaian Kompetensi 83
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID
Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan
terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).
1. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan
oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat
(Saifuddin dkk, 2001).
2.Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000).
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc
diinjeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Buka box vaksin dan siapakan vaksin yang dibutuhkan
2. Lihat botol vaksin apakah ada yang rusak atau terdapat perubahan warna pada
vaksin (jika ada, jangan gunakan vaksin tersebut)
3. Cuci botol vaksin dengan sabun dan air jika kotor
4. Keringkan dengan handuk bersih atau pengering lainnya
PERSIAPAN SEBELUM PACKING
1. Pindahkan es batu yang dibutuhkan dari freezer
2. Jika ada kerak, pisahkan dari es batu yang dibutuhkan
3. Masukkan es batu dan vaksin ke dalam box vaksin
4. Cek temperature di dalam box vaksin
Penilaian Kompetensi 84
PACKING VAKSIN
1. Lapisi es batu dengan kertas
2. Ambil vaksin TT dari refrigator
3. Mengecek tanggal kedaluarsa vaksin
4. Lihat perubahan warna pada vaksin (jangan gunakan vaksin jika ada perubahan
warna)
5. Taruh vaksin di dalam box vaksin
6. Tutupi vaksin dengan kertas
7. Taruh kembali es batu diatas kertas
8. Tutup box vaksin secara benar
PROSEDUR SEBELUM PEMBERIAN
1. Bawa box vaksin dan tempatkan di udara yang sejuk
2. Jalin hubungan dengan klien : beri salam, anjurkan untuk duduk dengan nyaman
dan perkenalkan diri anda
3. Kaji ibu apakah sudah mendapatkan imunisaasi TT atau belum, kalau sudah
berapa kali mendapatkan imunisasi TT
4. Jelaskan prosedur dan pentingnya imunisasi
5. Periksa kartu antenatal untuk mengetahui usia kehamilan ibu
6. Jelaskan kepada ibu jenis imunisasi yang akan dia terima
7. Jelaskan reaksi dari pemberian vaksin tersebut dan apa yang harus ibu lakukan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan
9. Gunakan alas yang bersih pada permukaan yang akan digunakan untuk
menyimpan vaksin
10. Susun alat/perlengkapan untuk imunisasi di atas permukaan yang bersih agar
mudah digunakan
11. Memeriksa peralatan imunisasi yang akan digunakan
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan pada klien tentang reaksi dari vaksinasi dan apa yang harus dilakukan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
3. Ambil vaksin dari box vaksin dan cek tanggal kedaluarsanya. Warna dan cara
pemberian
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan
5. Bersihkan tutup karet vial
6. Isi spuit sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (0,5 cc)
7. Keluarkan udara yang terdapat dalam spuit
8. Anjurkan ibu untuk membebaskan daerah yang akan disuntik
9. Pilih daerah yang tepat (muskulus deltoideus)
10. Bersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT (jangan menggunakan
antiseptic)
11. Suntikkan dengan cara IM atau subkutan dengan jarum yang sesuai
12. Tarik jarum setelah semua vaksin masuk
13. Tekan daerah bekas suntikan dengan kapas/kassa untuk menghentikan
perdarahan jika diperlukan
14. Buang bekas kassa/kapas sesuai dengan prosedur PI
15. Cuci tangan dengan air dan sabun dan keringkan
SETELAH PELAKSANAAN
1. Catat pemberian immunisasi pada kartu antenatal
2. Beritahu ibu untuk tidak mengoleskan saleb atau memijat daerah bekas suntikan
3. Anjurkan ibu untuk memberitahu reaksi yang dirasakan
4. Minta ibu untuk menyebutkan kembali imunisasi yang telah diberikan
5. Beritahu jadwal suntikan berikutnya
6. Ucapkan terimakasih kepada ibu
7. Bereskan peralatan yang telah digunakan sesuai dengan langkah-langkah
pencegahan infeksi
8. Bersihkan daerah yang terkontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
9. Cuci tangan dan keringkan
10. Tutup lagi vaksin yang telah digunakan jika akan digunakan dalam 24 jam dan
Penilaian Kompetensi 85
simpan dalam tempatnya (box vaksin)
11. Keluarkan dari box vaksin
12. Masukkan ke dalam refrigator dan tutup dengan benar (untuk penggunaan
selanjutnya)
13. Bersihkan box vaksin
14. Simpan box vaksin pada tempat yang bersih dan kering
SENAM HAMIL
Senam Hamil
Penilaian Kompetensi 86
Senam hamil ialah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, ligament-ligament, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan (FK Unpad, 1998).
Mochtar (1998) membagi tujuan dari senam hamil menjadi tujuan secara umum dan khusus, tujuan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
Tujuan Umum:
1. Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam
proses mekanisme persalinan.
2. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi
persalinan.
3. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
Tujuan Khusus:
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan
jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan.
2. Melonggarkan persendian—persendian yang berhubungan dengan proses persalinan.
3. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan
mengurangi sesak nafas.
4. Menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan.
5. Dapat mengatur diri kepada ketenangan.
Manfaat Senam Hamil
Eisenberg (1996), membagi senam hamil menjadi 4 tahap dimana setiap tahapnya mempunyai manfaat tersendiri
bagi ibu hamil. Tahap dan manfaat dari senam hamil tersebut, yaitu:
1. Senam Aerobik
Merupakan aktivitas senam berirama, berulang dan cukup melelahkan, dan gerakan yang disarankan untuk ibu
hamil adalah jalan-jalan.
Manfaat:
1. Meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot
2. Merangsang paru-paru dan jantung juga kegiatan otot dan sendi
3. Secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan tubuh terutama kemampuan untuk memproses
dan menggunakan oksigen.
4. Meningkatkan peredaran darah.
5. Meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot.
6. Meredakan sakit punggung dan sembelit
7. Memperlancar persalinan.
8. Membakar kalori (membuat ibu dapat lebih banyak makan makanan sehat).
9. Mengurangi keletihan.
10. Menjanjikan bentuk tubuh yang baik setelah melahirkan.
2. Kalistenik
Latihan berupa gerakan-gerakan senam ringan berirama yang dapat membugarkan dan mengembangkan otot-
otot serta dapat memperbaiki bentuk postur tubuh.
Manfaat:
1. Meredakan sakit punggung.
2. Membantu ibu menyimpan energi untuk ibu siap menghadapi persalinan.
3. Menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perineal) sebagai persiapan untuk persalinan.
Syarat Mengikuti Senam Hamil
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil. Menurut Mochtar
(1998), syarat tersebut antara lain:
Penilaian Kompetensi 87
1. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
2. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu.
3. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu.
4. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam
hamil.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan
1. Usia kehamilan ibu sudah memasuki 22 minggu
2. Ibu memakai baju senam
3. Matras /alas
4. Ruangan cukup penerangan dan sirkulasi udara
B Pelaksanaan
Kehamilan minggu 22 – 25
a. Posisi Awal Berdiri
a. Sikap Tubuh Sempurna
Pandangan muka lurus ke depan, badan tegak, tarik otot dinding perut
ke dalam dan ke atas, ke dua tungkai lurs dan kedua lengan lurus
disamping badan
b. Pernafasan diafragma
Berdiri tegak, angkat kedua lengan keatas kepala sedikit
kebelakang kepala, pergelangan tangan kanan menyilang didepan
pergelangan tangan kiri, sambil menarik nafas ke dalam, kemudian
turunkan kembali ke posisi awal pelan-pelan sambil mengeluarkan
nafas. Lakukan gerakan ini hingga 4 kali.
Ulangi dengan pergelangan tangan hingga 4 kali
b. Posisi Awal Duduk
a. Latihan pergelangan kaki
Duduk tegak bersandar pada kedua lengan, kedua tungkai diluruskan
dan dibuka sedikit.
Gerakkan kaki jauh ke depan dan kaki kanan jauh ke belakang,
bergantian hingga 8 kali.
Gerakkan kaki kiri dan kaki kanan bersama-sama, jauh ke depan,
kemudian gerakkan jauh ke belakang bersama-sama, hingga 8 kali
Gerakkan kaki kiri dan kanan bersama-sama ke kiri dan kanan,
hingga 8 kali
Gerakkan kaki kiri dan kanan bersama-sama kedalam sampai
ujung-ujung jari menyentuh lantai, kemudian gerakkan kedua kaki
tersebut keluar hingga 8 kali
Putar ke dua kaki bersama-sama kakiri 4 kali, kemudian ke kanan 4
kali
b. Latihan otot dasar panggul
Angkat kedua lutut, tekan kedua tungkai sambil kerutkan dubur dan
kempiskan perut, kemudian lemaskan kembali hingga 8 kali
Letakkan tungkai kanan diatas tungkai kiri, kempiskan perut dan
kerutkan dubur, kemudian lemaskan kembali, ulangi kembali
hingga 8 kali.
Sama seperti diatas, tetapi letakkan tungkai kiri di atas tungkai
kanan, ulangi hingga 8 kali.
Penilaian Kompetensi 88
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
c. Latihan pergerakan leher
Duduk sila tegak
Kedua tangan diatas lutut, tundukkan kepala, putar kepala ke arah
kiri, kembali ke posisi semula ulangi hingga 4 kali
Kemudian putar ke arah kanan, lakukan 4 kali
d. Latihan pergerakan bahu
Duduk sila tegak
Kedua tangan diatas bahu, putar kedua lengan ke depan, ke atas dan ke
belakang, kembali ke posisi awal, lakukan 8 kali
c. Posisi awal berbaring terlentang
a. Latihan pengulur otot punggung bawah dan penguatan otot dinding
perut.
Kedua lengan disamping badan, kedua lutut ditekuk dan rileks, angakat
kedua tungkai kemudian turunkan perlahan-lahan, ulangi hingga 8 kali.
b. Latihan penguatan dan penguluran otot penggantung panggul.
Berbaring terlentang kedua lengan disamping badan, kedua tungkai
lurus.
Panjangkan tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu
kiri, kembali ke posisi semula, ulangi 2 kali ganti tungkai kiri yang
dipanjangkan, ulangi 2 kali. Lakukan gerakan ini berganti-ganti hingga
8 kali
c. Latihan penguluran otot punggung dan penguatan otot dinding perut
bersamaan dengan latihan otot dasar panggul. Berbaring terlentang,
kedua lengan disamping badan, kedua tungkai lurus.
Putar punggung ke kiri, tekan pinggang ke lantai, kempiskan perut
kerutkan dubur, kemudian gerakkan panggul ke kanan dan rileks.
Putar kembali kekiri. Ulangi hingga 4 kali, kemudian ganti putar ke
kanan dulu, ulangi hingga 4 kali.
d. Latihan penguatan otot bokong dan punggung bawah. Kedua lutut
ditekuk, kedua lengan disamping badan dan rileks.
Angkat panggul, kemudian turunkan pelan-pelan, ulangi hingga 8 kali
e. Latihan pembentukan postur tubuh dan latihan otot dasar panggul posisi
awal seperti diatas.
Angkat pinggang, tekan pinggang ke lantai sambil kempiskan perut.
Kerutkan dubur, kembali rileks, ulangi hingga 8 kali.
f. Latihan kontraksi relaksasi
Tegangkan otot-otot muka (kerutkan dahi katupkan tulang rahang dan
tegangkan otot leher), lemaskan kembali ulangi hingga 8 kali.
g. Pernafasan diafragma
Kedua lutut ditekuk, lrtakkan tangan kanan diatas perut. Lakukan
pernafasan diafragma, tarik nafas melalui hidung, tiup nafas melalui
celah-celah bibir sambil mengempiskan perut, ulangi hingga 8 kali.
h. Latihan relaksasi
Berbaring miring kiri (kearah punggung janin), lutut kanan ditekuk
didepan lutut kiri (ganjal dengan bantal), lengan kanan ditekuk didepan
dan lengan kiri dibelakang badan. Dapat berbaring pada posisi yang
dianggap paling enak bagi ibu.
Lemaskan seluruh tubuh, tenang, tutup mata dan berusaha mengatasi
suara dari luar selama 5 menit.
Kehamilan Minggu 26 – 30
Latihan :
Tundukkan kepala, sampai terlihat kearah vulva, pinggang diangkat sambil
mengempiskan perut bawah dan mengerutkan dubur.
Lalu turunkan pinggang, angkat kepala sambil lemaskan otot-otot dinding
perut dan dasar panggul. Ulangi kegiatan diatas sebanyak 8 kali.
Penilaian Kompetensi 89
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Sikap : berbaring terlentang, kedua tangan disamping badan, kedua kaki di tekuk
pada lutut dan santai.
Lemaskan seluruh tubuh, kepalkan kedua lengan dan tegangkan selama
beberapa detik, lalu lemaskan kembali. Kerjakan sebayak 8 kali.
Latihan pernafasan
Sikap : berbaring terlentang, kedua kaki ditekuk pada lutut, kedua lengan
disamping badan dan lemaskan badan.
Lakukan pernafasan torak (dada) yang dalam selama satu menit, lalu ikuti
dengan pernafasan diafragma. Kombinasi kedua pernafasan ini dilakukan 8
kali dengan masa interval 2 menit.
Latihan pernafasan bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri atau sakit his pada
waktu persalinan.
Kehamilan Minggu 31 – 34
Latihan Pembentukan Sikap Tubuh
Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus, lalu tegak
berdiri perlahan-lahan.
Pada mula berlatih supaya jangan jatuh, kedua tangan boleh berpegang
pada misalnya sandaran kursi. Lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan Kontraksi Dan Relaksasi
Sikap : tidur terlentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki ditekuk dan
lemaskan badan.
Lakukan pernafasan diafragma dan pernafasan dada yang dalam seperti
yang telah dibicarakan.
Latihan Pernafaan
Latihan pernafasan seperti telah diaharapkan tetap dengan frekuensi 26 – 28 per
menit dan lebih cepat.
Penilaian Kompetensi 90
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
1. Persalinan adalah
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Sarwono, 1999: 180)
Penilaian Kompetensi 91
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998: 134)
Suatu proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, Lahirnya janin dan plasenta dari rahim ibu ( APN, 2002:
-1)
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001 : 180)
Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Sarwono, 1999: 1000)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
TENAGA KESEHATAN TERLATIH
Bantu ibu mendapatkan pertolongan petugas kesehatan terlatih untuk menolong proses
persalinannya
Pastikan ibu mengetahui cara menghubungi petugas kesehatan terlatih atau fasilitas
kesehatan pada saat yang tepat
TEMPAT PERSALINAN
Tanyakan kepada ibu dimana ia berencana melahirkan (di rumah, RB, Rumah Sakit,
BPS atau lainnya)
TRANSPORTASI/TRANSPORTASI GAWAT DARURAT
Tanyakan kepada ibu bagaimana ia akan pergi ke tempat bersalin, misalnya :
a. Perjalanan ke tempat persalinan
b. Transportasi gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang tepat apabila muncul tanda-
tanda bahaya
BIAYA/BIAYA GAWAT DARURAT
Tanyakan kepada ibu apakah ia memiliki uang untuk biaya persalinan dan perawatan
gawat darurat, dan apabila memungkinkan untuk mendapatkan bantuan dana melalui
masyarakat atau fasilitas untuk keadaan gawat darurat
PEMBUAT KEPUTUSAN
Tanyakan kepada ibu tentang pembuat keputusan yang utama dan keluarganya
apabila :
- Pembuatan keputusan harus dilakukan pada saat tanda bahaya muncul
Penilaian Kompetensi 92
- Bila pembuat keputusan tersebut tidak ada, siapakah yang akan membuat keputusan
DUKUNGAN
Tanyakan kepada ibu :
a. Siapakah yang dipilih untuk mendampingi ibu selama persalinan, dan menemani
ibu selama perjalanan apabila diperlukan
b. Siapakah yang akan menjaga rumah dan anak-anak selama ibu tidak ada
DONOR DARAH
Tanyakan kepada ibu siapakah yang akan menjadi donor, dan bagaimana cara
menghubungi pada keadaan kegawatdaruratan
Penilaian Kompetensi 93
gejala tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan juga kejang-kejang. Biasanya penyakit ini terjadi pada saat ibu
hamil berada pada trimester kedua. Jika ibu hamil terbukti mengelami preeclampsia maka dapat dilakukan
berbagai perawatan agar tidak terjadi masalah gangguan kesehatan yang lebih serius.
Untuk mengetahui apakah pada urine kita mengandung protein yang banyak atau tidak dapat dilihat dari
kekeruhan dan warna dari urine. Kekeruhan urine dapat menandakan tinggi rendahnya kadar protein, jika urine
berwarna jernih maka sudah dipastikan dalam urine tersebut tidak mengandung kadar protein yang tinggi. Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi kandungan urin yaitu pola hidup seseorang terutama pola makan sehari-
hari. Pada masa kehamilan kenaikan hemodinamika ginjal merupakan suatu hal yang normal. Proteinuria terjadi
ketika glomerulus mengalami kebocoran saat melakukan filtrasi. Untuk lebih jelasnya mengenai pemeriksaan
protein urine pada ibu hamil, simaklah penjelasannya dibawah ini.
Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan protein urine pada ibu hamil dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada saluran
kemih ibu hamil. Adanya infeksi saluran kemih pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya kontraksi dini
sehingga sangat membahayakan untuk kondisi kehamilan Anda. Idealnya pemeriksaan protein urine sangat baik
dilakukan pada saat ibu hamil memasuki trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan protein urine dilakukan pada
trimester pertama bertujuan mengtahui kondisi kesehatan ibu hamil dengan begitu maka ibu hamil dapat
melakukan berbagai perawatan jka terbukti ibu hamil mengalami proteinuria.
Jika pada trimester pertama Anda melewatkan tes protein urine ini maka Anda dapat
melakukannya pemeriksaan kehamilan trimester 2. Jika Anda terbukti tidak mengalami proteinuria janganlah
langsung bersantai-santai ketika usia kandungan memasuki trimester ketiga lakukan kembali pemeriksaan protein
urine hal ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi urine Anda tetap sehat hingga memasuki trimester
ketiga ini. Karena beberapa ibu hamil mengalami kasus terjadi gangguan penyakit seperti preeclampsia dan juga
diabetes pada saat memasuk trimester ketiga. Oleh karena itu lakukan lah pemeriksaan protein urine pada
trimester pertama dan lakukan pemeriksaan kembali pada saat usia kandungan memasuki periode pemeriksaan
kehamilan trimester 3.
Metode Pemeriksaan
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk melakukan pemeriksaan protein urine. Akan tetapi metode
yang sering digunakan untuk melakukan tek pemeriksaan urine yaitu dipstick test atau specimen urine acak dan
tes protein urine 24 jam. Berikut ini penjelasan mengenai metode pemeriksaan protein urine.
1. Dipstick test
Metode yang pertama yaitu menggunakan dipstick test. Cara kerja metode dipstick test ini yaitu ambil
sampel urin kemudian celupkan dipstick ke dalam urine. Untuk mendapatkan hasilnya Anda hanya perlu
menunggu 60 detik, lihatlah perubahan warna yang terjadi pada dipstick tersebut dan cocokkan warna yang
ada pada dipstick tersebut pada keterangan warna-warna. Indicator warna yang menunjukkan protein pada
urine yaitu bromphenol biru. Selain protein dipstick test juga dapat mengindikasi kadar glukosa pada urine.
Tes protein urine diklasifikasikan dengan + hingga ++++ yang artinya 1 menunjukkan kadar protein rendah
dan 4 menunjukkan kada protein pada urine tinggi. Adanya kadar protein yang tinggi pada ibu hamil
menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami infeksi saluran kemih ataupun preeklampsia.
Metode protein urine yang kedua yaitu uji protein 24 jam. Metode uji urine 24 jam merupakan metode
pengujian dengan cara memasukkan urine pada suatu wadah kemudian simpan pada lemari es selama 24 jam.
Setelah disimpan 24 jam ukurlah urin tersebut menggunakan fotometer ataupun analyzer kimiawi. Kadar urine
normal pada ibu hamil yaitu < 300mg/24 jam sedangkan spot urine ibu hamil yaitu < 300mg/L dan spot urine
dipstick ibu hamir negatir atau trace.
Manfaat
Melakukan pemeriksaan protein pada urine tentunya memberikan manfaat bagi ibu hamil. Beberapa manfaat
dari dilakukannya pemeriksaan protein urine yaitu sebagai berikut.
a. Mengukur kadar gula yang ada pada urin. Jika Ibu hamil mempunyai kadar gula yang tinggi maka bisa
jadi ibu hamil sedang mengelami diabetes.
b. Mengetahui protein yang berlebihan pada urin. Dengan melakukan tes protein urine sudah tentu
tujuannya untuk mengetahui kandungan protein yang ada pada urine. Kadar protein yang tinggi pada
Penilaian Kompetensi 94
urine dapat menunjukkan Anda mengalmai infeksi saluran kemih, kerusakan pada organ ginjal dan juga
preeklampsia.
d. Mengetahui sensitivitas antibotik pada tubuh. Tes urin mempunyai manfaat mengetahui ketahanan tubuh
terhadap berbagai infeksi.
e. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan kesehatan mulai dari infeksi saluran kemih, preeklampsia
maka lakukanlah tes urine pada saat pemeriksaan kehamilan pertama. Setelah itu lakukan kembali tes
urine pada saat usia kehamilan Anda memasuki 8 atau 9 bulan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Urin 5 cc
2. Asam asetat 6 % (1 cc)
3. Lampu spiritus 1 buah
4. Tabung reaksi 2 buah
5. Sarung tangan 1 pasang
6. Spuit 2-3 cc
7. Pipet 2 buah
8. Korek api
9. Tissue dan kertas kering
10. Bengkok atau ember dengan larutan klorin 0,5 %
PELAKSANAAN
1. Isilah tabung reaksi masing-masing dengan urin yang sudah disaring 2-3 cc (satu
tabung reaksi sebagai control)
2. Panaskan urin di atas lampu spirtus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sambil
digoyang-goyang hingga mendidih
3. Tambahkan 4 tetes asam asetat 6 %
4. Panaskan sekali lagi
5. Bandingkan dengan urine kontrol
Catatan :
Penilaian Kompetensi 95
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
A. GLUKOSA URINE
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati berbagai proses di
ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan
karena kurang hormon insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti
gula di darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Dasar teori glukosa: Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70110 mg/dl dan 16-300 mg/24 jam pada urin
(Schteingart, 2005).Sel-sel otak bersifat permeabel.
Penilaian Kompetensi 96
Tujuan: Mengetahui kandungan amonia, clor, protein, dan glukosa pada urin Untuk membandingkan
kadar gula (glukosa) yang terkandung dalam urine normal, urine penderita diabetes mellitus dan urine wanita
hamil.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna
kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5,
urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa
jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.Secara kimiawi kandungan zat dalam urin
diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan
sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,
Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel
darah Kristal kapur dsb).
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor
diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak,
atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan
dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya
perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan
kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati
seperti hepatitis atau serosis.Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin
kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. Kita cek kondisi organ dalam kita dengan
mengamati warna urin. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pH urin, kadar klorida, kadar glukosa,
dan kadar protein urin.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Pereaksi Benedict, Reagen Benedict
2. Urin wanita hamil (diberi label nama)
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi, penjepit tabung, sarung tangan
5. Lampu spiritus
6. Korek api
7. Spuit 5 cc
8. Pipet
9. Bengkok
10. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
PELAKSANAAN
1. Isilah dua tabung reaksi dengan pereaksi Benedict masing-masing 2,5 cc
2. Masukkan urin pada salah satu tabung tersebut sebanyak 4 tetes
3. Panaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih, biarkan dingin
4. Bandingkan dengan tabung yang lain, dan lihat perbedaan warnanya
Catatan :
Penilaian Kompetensi 97
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
Penilaian Kompetensi 98
C. BAHAN PEMERIKSAAN
Darah kapiler atau darah vena dan darah tepi.
D. PRINSIP PEMERIKSAAN
Mengukur kadar HB berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh
adanya HCl 0,1N
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN ALAT
1. Standar hemoglobin 1 set
2. HCl 0,1 % N
3. Sarung tangan bersih
4. Aquades
5. Lanset steril
6. Kapas/tissue kering
7. Pipet 2 buah
8. Klorin 0,5 % dalam wadahnya
PELAKSANAAN
1. Isilah tabung sahli dengan ditetesi HCl 0,1 % N sampai batas angka 2 pada
tabung scula
2. Pakai sarung tangan bersih untuk menghindari kontak dengan darah
3. Tusuk ujung jari dengan lanset steril
4. Bersihkan darah yang pertama keluar dengan kapas/tisu kering
5. Tekan dengan jari supaya darah yang keluar tidak sampai jatuh/terbuang
6. Gunakan pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis warna biru
pada tabung atau angka 20 mm
7. Usaplah ujung pipet dengan tissue kering untuk menghindari sisa darah di luar
pipet
8. Masukkan pipet ke dalam tabung sahli kemudian keluarkan darah sambil
menarik pipet keluar
9. Aduk HCl dengan darah sampai benar-benar tercampur dan diamkan selama 3-5
menit supaya hematin dalam darah berubah menjadi asam hematin
10. Masukkan aquades tetes demi tetes ke dalam tabung sahli, aduk kembali setelah
ditetesi sampai warnanya sama dengan warna standar
11. Lihat terdapat pada angka berapa permukaan darah, angka itulah yang
menunjukkan kadar Hb.
(Dalam membaca hasil pemeriksaan : tabung sejajar dengan mata, tepat pada
lengkungan di bagian tengah, bukan di bagian pinggir dari cairan).
Penilaian Kompetensi 99
YAYASAN SAMODERA ILMU CENDEKIA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BORNEO CENDEKIA MEDIKA
Izin Operasional : Nomor 95/M/Kp/III/2015
Jl. Sutan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Tlp/Fax : (0532) 28200 E-mail: stikesbcm15@gmail.com
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Tanyakan dan catat gejala anemia :
- Pusing
- Palpitasi/jantung berdebar-debar
- Kelelahan
- Sesak nafas saat beraktifitas
4. Minta pasien untuk pemeriksaan laboratorium apabila ada tanda dan gejala
seperti di atas :
- Haemoglobin
- Sicling test
- Blood film untuk parasit malaria
- Pemeriksaan feses untuk penilaian rutin
- Urine untuk urinalisis dan kultur dan sensitifitas, atas indikasi
DEFINISI
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan.
Terdapat klasifikasi yang membagi beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan ini.
a. Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang tidak menderita hipertensi
sebelumnya dan akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan adanya
protein dalam urin.
b. Preeclampsia yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya
protein dalam urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi menjadi
preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan tekanan darah lebih dari 160/110
dengan kadar protein dalam urin mencapai 2 gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
JIKA DIASTOLE > 90 mmHg
1. Tanyakan dan kaji riwayat ibu atau keluarga mengenai :
- Epilepsi
- Hipertensi
- Penyakit ginjal atau jantung
- Cerebro-vasculer accident (CVA)
2. Tanya dan kaji riwayat tanda/gejala bahaya, secara spesifik mengenai :
- Nyeri epigastrium
- Sakit kepala
- Masalah penglihatan
- Oedem pada muka dan tangan
3. Periksa reflex patella dan biceps
4. Periksa protein urine dengan menggunakan urine “midstream”
5. Periksa oedem muka dan tangan
TENTUKAN DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
JIKA DIASTOLE > 90 mmHg TETAPI < 110 mmHg TANPA PROTEIN URINE
1. Jika diastolic > 90 mmHg ttapi, 110 mmHg dan reflex normal dan protein urine
negative, dan tidak ada gejala pre-eklampsia :
- Berikan hidrasi pada ibu
- Meminta ibu untuk berbaring miring ke kiri selama 20 menit
2. Periksa tekanan darah setelah 20 menit
3. Jika tekanan darah dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Beritahu untuk kunjungan selanjutnya 1 minggu kemudian untuk mengetahui
tekanan darah
4. Jika tekanan darah masih tetap, anjurkan ibu untuk bedrest selama 4 jam
5. Periksa ulang tekanan darah setelah4 jam
6. Jika tekanan darah masih tetap dan umur kehamilan < 20 minggu maka berikan
asuhan sebagai hipertensi kronis
7. Jika tekanan darah masih tetap dan umur kehamilan > 20 minggu maka berikan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Jika tekanan darah dan protein urine dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk mengecek tekanan darah dan
protein urin
4. Jika tekanan darah masih tetap, anjurkan ibu untuk bedrest selama 4 jam
5. Periksa ulang tekanan darah setelah 4 jam
6. Jika tekanan darah dan protein urine dalam batas normal :
- Berikan pendidikan kesehatan untuk minum minimal 8 gelas/hari dan
mengurangi beban kerja
- Jelaskan mengenai tanda bahaya (sakit kepala, nyei epigastrium, oedema
muka dan tangan, masalah visual dan muntah) dan beritahu untuk segera
memeriksakan diri jika ada tanda bahaya tersebut
- Kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk mengecek tekanan darah dan
protein urin
7. Jika Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg , Protein Urine + 1 menetap setelah
4 jam, dengan atau tanpa gejala pre eklampsi (sakit kepala, nyeri epigastrum,
masalah visual), kelola sebagai pre eklampsi ringan
Jika Diastole > 110 mmHg Tanpa Protein Urine
1. Diastole > 110 mmHg merupakan suspek adanya diagnose hipertensi
2. Bila diastole > 110 mmHg , kehamilan < 20 minggu, kelola sebagai hipertensi
kronis
3. Bila diastole > 110 mmHg , kehamilan > 20 minggu, kelola sebagai PIH
Jika Diastole > 110 mmHg dengan Protein Urine
1. Jika Distole > 110 mmHg Protein Urine + 2, aa atau tanpa gejala berikut :
- Oliguri (< 400 ml dalam 24 jam)
- oedem paru-paru (bernafas dangkal, sianosis atau rales)
- nyeri perut bagian aas (nyeri epigastrum/ di kuadran kanan atas)
- Gangguan visual ( scotoma atau pandangan kabur )
- Perubahan pada mata (spasma arteriolar, oedem atau retinal detachment)
- Hiperrefleksi, kegagalan koagulasi (koagulopati dan haemolisis, HELLP
syndrome
- IUGR
Kelola sebagai Pre eklampsi berat
2. Jika ada tanda dan gejala pre eklampsi disertai kejang atau koma dengan kejang,
kelola sebagai eklampsi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Analisis data yang telah dikumpulkan dan buat differensial diagnosis :
- Hipertensi kronis : Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg tanpa Protein
Urine, kehamilan < 20 minggu
- Pregnasuhan antenataly Induced Hipertension (PIH) : jika : Distole > 90
mmHg tanpa Protein Urine, kehamilan > 20 minggu
- PER : Distole > 90 mmHg atau < 110 mmHg, dengan Protein Urine + 1
- PEB : Distole > 110 mmHg, dengan Protein Urine ≥ + 3 tanpa kejang
- Eklampsi : Distole > 90 mmHg dengan Protein Urine dan kejang
2. Buat perencanaan untuk dilakukan rujukan
3. Identifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan dan berikan sesuai kebutuhan
4. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan :
- Status kesehatan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Menganjurkan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit dan menjelaskan alasannya
2. Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu
TINDAK LANJUT
1. Jelaskan kepada ibu tentang tagap selanjutnya termasuk hospitalisasi, rujukan
atau rawat jalan
2. Kaji ulang pemahaman ibu mengenai hal-hal yang ditemukan
3. Ingatkan ibu untuk dating jika ada pertanyaan/tanda-tanda bahaya dan tidak
menunggu waktu kunjungan selanjutnya, jika ibu dirawat jalan
4. Berikan kartu antenatal
5. Berikan ucapan terima kasih dan selamat jalan
6. Dokumentasikan asuhan
1. Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang tidak menderita hipertensi
sebelumnya dan akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan adanya
protein dalam urin.
2. Preeclampsia yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya
protein dalam urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi menjadi
preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan tekanan darah lebih dari 160/110
dengan kadar protein dalam urin mencapai 2 gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan
GEJALA
Umumnya hipertensi tidak memiliki gejala. Namun pada kasus dimana terjadi preeklampsia dapat ditemukan
adanya nyeri kepala terus menerus, rasa tegang di tengkuk, nyeri pada ulu hati, gangguan penglihatan maupun
adanya kejang pada eklampsia
PENYEBAB
Penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan masih menjadi perdebatan namun diperkirakan faktor
penyebab yang penting adalah adanya implantasi plasenta yang invasif dan abnormal pada rahim, adanya reaksi
imunologis yang keliru terhadap adanya janin, serta adanya faktor genetik yang diturunkan. Teori lain
menyebutkan adanya kekurangan asupan beberapa zat gizi dan adanya gangguan dalam pembentukan
prostaglandin, maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan dari pembuluh darah.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hati-hati dalam menjelaskan diagnose dan tujuan manajemen pada ibu dan keluarganya ( PENTING !
mengingat bahwa persiapan dan pendidikan yang baik akan menghasilkan hasil yang lebih baik)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN PRE-EKLAMPSI RAWAT JALAN
1. Berikan diet regular (disarankan untuk tidak mengurangi garam)
2. Monitor tekanan darah (2 kali sehari) dan protein urine setiap hari
3. Tidak memberikan pengobatan khusus (anti konvulsan, anti hipertensi, sedative)
kecuali tekanan darah dan protein urine meningkat (lihat penanganan pre
eklamsia berat)
4. Jangan berikan diuretic. Diuretik adalah berbahaya dan hanya bila ada indikasi
pre eklamsia dengan oedema pulmonary, sakit jantung, kegagalan jantung atau
kegagalan ginjal akut
5. Jika tekanan diastole menurun ke batas normal atau kondisi tetap stabil seperti
sering terjadi pada pasien, maka diperbolehkan pulang :
- Sarankan untuk istirahat dan memperhatikan peningkatan BB secara tiba-tiba
dan gejala pre-eklamsia berat
- Kunjungi pasien 2 kali seminggu untuk memonitor tekanan darah, protein
urin, reflex patella dan kesejahteraan janin
- Jika tekanan diastole meningkat kembali, kirim lagi ke Rumah Sakit
6. Jika tanda-tanda tetap tidak berubah, pertahankan wanita tetap di Rumah Sakit.
Lanjutkan manajemen an monitor perkembangan dan pertumbuhan janin dengan
mengukur tinggi fundus. Bila terbukti pertumbuhan terhambat pertimbangkan
untuk kelahiran dini, dan jika tidak rawat sampai aterm
7. Peningkatan protein urine adalah tanda memburuknya penyakit, jika tanda ini
terjadi dapat menetapkan diagnose pre eklamsia berat, ikuti manajemen dibawah
ini.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN EKLAMPSI
1. Kelola seperti pre-eklamsia berat ditambah :
- Berikan infuse NaCl aau Ringer Lactat untuk menggantikan kehilangan
darah, muntah, diare atau keringat. Pertahankan volume intravaskuler an
hindari overload. Monitor jumlah cairan dan pengeluaran urin untuk
memastikan tidak terjadi overload
- Dengarkan crepitation paru-paru karena hal ini menandakan terjadinya
oedema paru. Jika terjadi perhatikan pemasukan dan berikan diuretic seperti
frusemide 20 mg IV satu kali
- Setelah kondisi stabil kelahiran dilakukan sesegera mungkin dalam 12 jam
dari terjadi kejang tanpa melihat usia kehamilan
- Lakukan induksi persalinan jika serviks sudah matang (lunak, tipis sudah ada
pembukaan)
- Sebelum dilakukan SC harus disiapkan darah segar untuk antisipasi
terjadinya koagulopati
2. Persiapan SC jika :
Serviks belum matang atau kelahiran tidak mungkin terjadi dalam 12 jam.
Bila terjadi gawat janin (mekonium, DJJ kurang dari 100 kali/menit dan lambat
serta tak teratur), tunggu sampai keadaan normal.
Antisipasi terjadina koagulopati
Siapkan anestesi yang nyaman.
Manajemen umum selama kondisi baik
1. Lindungi ibu dari kemungkinan kecelakaan tetapi ibu tidak dikekang (terjatuh,
lidah tergigit, trauma)
2. Lakukan penghisapan pada mulut dan tenggorokan bila perlu
3. Posisikan ibu miring kiri atau Trendelenburg (kepala lebih rendah) untuk
mengurangi aspirasi dari sekresi, muntag dan darah.
4. Berikan oksigen 4 – 6 L/menit dengan menggunakan masker atau nasal canule
5. Berikan obat anti kejang
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria
yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Review catatan antenatal ibu :
- Kunjungan keberapa dan jenis kunjungan
- Umur kehamilan
- Faktor-faktor yang bergubungan dengan komplikasi yang teridntifikasi pada
kunjungan ini
- Keluhan umum yang tercatat
- Masalah/komplikasi yang teridentifikasi pada kunjungan ini
- Topik-topik yang tercatat pada kunjungan sebelumnya
2. Buat keputusan mengenai topic pendidikan kesehatan yang paling sesuai
denganh kebutuhan ibu pada kunjungan ini
3. Review prinsip umum dari pendidikan kesehatan :
- Nilai level pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan
- Arahkan pembicaraan sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu dan
pemahaman yang lalu
- Lengkapi informasi yang diberikan kepada ibu berasarkan kondisi sosial ibu,
umur kehamilan dan masalah/komplikasi yang didapat selama kunjungan
PENDAHULUHAN
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Tanyakan identitas ibu secara sopan
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan personal
4. Bila ada pendamping, identifikasi dan tanyakan kepada ibu apakah ia ingin
ditemani oleh pndamping selama pelaksanaan pendidikan kesehatan
5. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan serta prosedur yang akan
dilakukan. Jelaskan bahwa pendidikan kesehatan ini bermanfaat bagi ibu,
sehingga ibu merasa bebas untuk memberikan pertanyaan setiap saat
6. Pastikan kenyaman dan privasi ibu terjaga
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Diskusikan factor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi dan
tercatat selama kunjungan, menjelaskan pentingnya hal tersebut untuk selama
proses kehamilan dan persalinannya yaitu :
- Gravida, paritas ( ≥ 6 ), dan umur ( < 17 tahun )
- Adanya riwayat perdarahan antepartum, SC, still birth, bayi dengan BBLR,
mperdarhan post partum, infeksi post partum, kehamilan ganda, hipertensi,
preeklamsia/eklamsia
- Ibu yang sedang menjalani pengobatan penyakit kronis, seperti AIDS, asma,
tuberkolosis, diabetes, penyakit jantung, epilepsu, dsb.
2. Tanyakan ibu mengenai perencanaan persalinan :
- Kebutuhan yang pelu disiapkan saat persalinan (pakaian bayi, sabun, pakaian
bersih, pembalut, air mencuci, dll)?
- Siapa penolong persalinan yang terlatih dan dimana tempat persalinan?
- Bagaimana cara ibu dan keluarga membayar biaya proses persalinan normal
- Apakah ibu mengetahui tanda persalinan normal ?
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Tanyakan mengenai rencana ibu bila menemukan tanda-tanda bahaya dalam
ASUHAN ANTENATAL
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria
yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN SECARA KELOMPOK
1. Pastikan suara pembicara dapat didengar dengan jelas
2. Perliahatkan sikap antusias kepad topic yang disampaikan
3. Pertahankan kontak mata dengan audience
4. Gunakan bantuan ( alat bantu ) audio-visual secara efektif
PENDAHULUAN
1. Berikan salam kepada ibu dan perknalkan diri
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan kondusif
3. Identifikasi kelompok yang akan diberikan pendidikan kesehatan
4. Jelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan selama kehamilan
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Ajukan pertanyaan secara umum mengenai pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai
kehamilan dan ASUHAN ANTENATAL
2. Diskusikan berbagai aspek ASUAHAN ANTENATAL termasuk komplikasi
yang mungkin ada. Pilih salah satu topic pada setiap sesi.
Informasi-informasi yang dapat diberikan antara lain :
- Proses kehamilan , persalinan
- Pemeriksaan rutin kehamilan
- Praktik-poraktik tradisional yang merugikan dan mungkin dilarang untuk
dipraktikkan
- Praktik-praktik tradisional yang menguntungkan dan mungkin dapat
direkomendaasikan
- Bahaya dari mengkonsumsi obat-obat tanpa instruksi dalam kehamilan
- Nutrisi
- Pemberian tablet Fe
- Pencegahan malaria
- Vaksin tetanus toxoid
- Kesehatan personal dan lingkungan
- Latihan, istirahat dan tidur
- Aktivitas hubungan seksual selama kehamilan
- Pentingnya “hubungan sex” yang aman dengan menggunakan kondom
selama kehamilan untuk mencegah HIV/AIDS, bila suami istri.
- Pentingnya test HIV selama kehamilan
- Persiapan menyususi
- Keluarga berencana
- Self care selama periode post partum
- Perawatan BBL
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Diskusikan kepada ibu dan keluarga yang mendampingi tentang tanda-tanda
bahaya, dan jelaskan jika terjadi tanda-tanda bahaya pada ibu maka segera pergi
ke tenaga kesehatan, tanda-tanda bahaya tersebut antara lain :
- Pecah ketuban sebelum waktu
MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman
yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke
pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan (Schaffer,
et.al., 2000). Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain.
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan harus di cuci sebelum dan
sesudah memakai sarung tangan.Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Tujuan cuci tangan Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk Mengangkat
mikroorganisme yang ada di tangan, Mencegah infeksi silang (cross infection), Menjaga kondisi steril,
Melindungi diri dan pasien dari infeksi, Memberikan perasaan segar dan bersih
PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
I. MENYUAPKAN SARANA
1. Sediakan pasokan air bersih yang mengalir, baik dari kran atau ember bertutup
2. Sediakan sabun batangan (sebaiknya dalam potongan kecil) atau cair (tidak
harus mengandung antiseptic) dan wadah sabun (bagian dasarnya berlubang)
3. Sediakan tissue atau handuk pribadi
II. MENCUCI TANGAN
1. Lepaskan perhiasan (cincin, gelang, jam) dari jari-jari dan pergelangan tangan
dan simpan di tempat yang aman
2. Alirkan air dari kran atau tuangkan dari gayung
3. Basahi kedua belah tangan hingga bagian lengan yang terbuka atau hingga
bagian siku (tidak tertutup pakaian)
4. Tuangkan secukupnya sabun cair pada telapak tangan atau ambil potongan sabun
dan gosok-gosokan dengan sedikit air sehingga berbusa (bila menggunakan
potongan sabun maka letakkan sisa sabun pada wadah yang tersedia)
5. Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan sedikit tekanan dan saling
menelusupkan jari-jari pada satu tangan diantara jari tangan sebelahnya dan
sebaliknya
6. Dengan gerakan yang sama, lakukan hal tersebut pada kedua punggung tangan
7. Genggam ibu jari tangan yang satu dengan jari-jari dan telapak tangan yang
lainnya dan lakukan gosokan secara rotasi ke kiri dan kanan
8. Tekuk jari-jari tangan kiri dan tangan (seperti huruf U) kemudian temukan pada
bagian dalam (palmar) jari tangan (alur jari tangan kiri dan kanan saling
menyusup) dan saling gosokan ke kiri dan kanan
9. Temukan dan kuncupkan ujung-ujung jari tangan yang satu kemudian gosok-
gosokan pada telapak tangan yang lainnya (langkah 5 – 9 dilakukan dalam 10 –
15 detik)
10. Bilas kedua tangan sambil melakukan kerakan menggosok dengan air bersih
mengalir hingga semua busa sabun dapat dihilangkan
11. Keringkan kedua tangan dan lengan yang basah dengan tissue atau handuk
pribadi
12. Gunakan tissue/handuk pribadi untuk mematikan kran atau menutup ember
tempat menyimpan air
PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Pakai sarung tangan rumah tangga yang tebal pada kedua belah tangan (pastikan
tiak bocor dan tahan tusukan)
2. Perhatikan apakah wadah benda tajam sudah ¾ penuh, jika demikian pasang
penutup atau sumbat, atau beri perekat (plester) agar wadah tertutup rapat.
Perhatikan dan pastikan agar tak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar
wadah
3. Buanglah wadah dan semua benda tajam di dalamnya ke tempat pembakaran
atau incinerator, enkapsulasi (diberi bahan pembungkus atau semen), atau
dikubur dalam kedalaman yang cukup aman
4. Secara hati-hati, lepaskan sarung tangan tersebut dari kedua tangan. Perhatikan
tak ada bocoran atau kontaminasi pada tangan. Kedua sarung tangan tersebut
harus dicuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor, kemudian keringkan.
5. Segera cuci tangan dan keringkan dengan kain atau handuk bersih atau alat
pengering lain. Sebagai alternative, jika tangan tidak terlihat kotor, tuangkan 5
ml ( 1 sendok teh) pembilas tangan antiseptic, gosokkan secara merata pada
seluruh permukaan tangan dan biarkan mengering
DEFINISI
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme berbahaya
penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alat – alat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfektan melalui cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.
PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
DENGAN TANGAN
Persiapan
1. Pakai sarung tangan rumah tangga, pelindung mata, apron plastik/karet, sepatu
bot
2. Siapkan air hangat, cairan pemutih, cairan asam lemah secukupnya (sesuai
jumlah linen yang akan dicuci)
3. Siapkan ember untuk :
- Linen sangat kotor
- Linen kurang kotor
- Linen bersih
PENCUCIAN SECARA MANUAL
4. Pisahkan dan masukkan linen yang sangat kotor dengan linen yang kurang kotor
dalam ember yang berbeda
5. Cuci linen kotor dari maasing-masing ember tersebut dengan sabun cair dan air
hangat (jika tersedia)
6. Tambahkan pemutih 30 – 60 ml atau kira-kira 2 – 3 sendok makan serta larutan
asam lemah (jika perlu)
Jika linen tersebut berwarna maka cukup dilakukan proses pencucian secara
saksama, kemudian baru ditambahkanlarutan asam lemah.
7. Periksa kebersihan linen yang telah dicuci. Cuci ulang apabila masih terdapat
kotoran
Bilas cucian dengan air bersih (lanjutkan pengeringan)
DENGAN MESIN
Persiapan
1. Pakai sarung tangan rumah tangga, pelindung mata, apron plastik/karet, sepatu
bot
2. Siapkan air hangat, cairan pemutih, cairan asam lemah secukupnya (sesuai
jumlah linen yang akan dicuci)
3. Siapkan ember untuk :
- Linen sangat kotor
- Linen kurang kotor
- Linen bersih
4. Periksa dan siapkan mesin cuci
Pencucian
5. Pisahkan linen yang sangat kotor dengan linen yang kurang kotor dalam ember
yang berbeda
6. Cuci linen kotor dari masing-masing ember tersebut, atur dan sesuaikan
temperature dan siklus waktu (lihat instruksi pabrik) dan jenis sabun/pencuci
lainnya, yang akan dipakai
7. Lakukan pengaturan agar air panas mencapai temperature 71 ˚C atau diatasnya
8. Tambahkan cairan pemutih dan asam lemah secukupnya
Untuk linen berwarna cukup dilakukan pencucian sesuai dengan ketentuan yang
ada, kemudian baru tambahkan larutan asam lemah secukupnya
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).
2. Sampah Infeksius
Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Sampah
infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini
antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit
dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).
4. Sampah Citotoksik
Sampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang
terdapat sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000°C.
5. Sampah Farmasi
Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch
tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau
dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan
limbah hasil produksi obat-obatan.
6. Sampah Kimia
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium,
proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
8. Sampah Plasti
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah
beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang
mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran,
pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam
sampah ( lalat dan tikus).
Jika system pembuangan kotoran tidak tersedia, buanglah sampah cair tersebut
dalam lubang tertutup, jangan dibuang ke saluran terbuka.
3. Seka dan bersihkan bagian luar wadah sampah/limbah cair dengan larutan klorin
0,5 % dan lakukan dekontaminasi pada seluruh bagian dalam wadah sampah cair
dengan larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, sebelum dicuci
4. Lepaskan sarung tangan rumah tangga (cuci setiap hari atau apabila kotor
kemudian keringkan) dan APD lainnya.
5. Cuci tangan, keringkan dan gunakan pembilas antiseptic seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).
9. Sampah Infeksius
Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Sampah
infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini
antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit
dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah
beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang
mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran,
pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam
sampah ( lalat dan tikus).
PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip
3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas
ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
a. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
d. Replace ( Mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang
lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan
jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Pakai sarung tangan rumah tangga yang tebal, kacamata pelindung, dan apron
plastic untuk menangani/membawa sampah padat
2. Masukkan dan susun sampah padat ke dalam wadah bersepuh logam atau plastic
yang berpenutup ketat
3. Setelah tertutup, bawa sampah tersebut ke tempat pembakaran atau incinerator
(hati-hati jangan ada yang jatuh atau tumpah)
Periksa dan ambil secara regular sampah padat yang telah terkontaminasi,
jangan menunggu hingga sampah menjadi penuh atau ditumpuk diluar tempat
penampungannya
4. Masukkan sampah ke tempat pembakaran atau insinerator
5. Lepaskan sarung tangan (cuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor kemudian
keringkan) dan APD lainnya
6. Cuci tangan, keringkan dan gunakan pembilas antiseptic tangan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya
MENGUBUR SAMPAH
PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip
3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas
ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.
a. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
PENILAIAN
LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2 3 N/A
1. Siapkan lokasi yang tepat untuk penguburan sampah
- Tanah dengan permeabilitas rendah (tanah liat)
- Jarak 50 meter dari sumber air
- Mempunyai aliran air yang baik, level yang lebih rendah dari sumber
air/sumur, tak tergenang air dan tidak banjir
- Disekitar tempat penguburan sampah, diberi pagar agar tidak dapat dimasuki
anak-anak dan hewan peliharaan
2. Lakukan penggalian lobang dengan diameter/garis tengah sekitar 1m (3 kaki)
atau bentuk kubus dengan panjang masing-masing sisi adalah 1 meter dan
kedalaman 2 m. (upayakan dasar berada pada level 2 m diatas permukaan air)
3. Buang sampah terkontaminasi ke dalam lobang, kemudian tutup dengan tanah
setebal 10 – 15 cm (4 – 6 inci) setiap hari.
4. Lubang dianggap penuh bila tumpukan sampah terakhir telah mencapai
50 – 60 cm (20 – 24 inci) dari tepi atas lobang atau sama dengan ketebalan tanah
penutup terakhir. Tanah penutup ini akan dipadatkan untuk menyekat bau yang
dapat menarik serangga dan hewan lainnya untuk menggali tanah dan mengorek
sampah di tempat penguburan tersebut
Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam keadaa gawatdarurat atau tidak, secara
prinsip harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan
pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena pemeriksaan sistematis membutuhkan waktu yang agak lama,
padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan penilaian awal.
Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan
kegawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit yang dihadapi. Dalam
penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesa awal dilakukan bersama-sama periksa
pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting
berkaitan dengan kasus. Misalnya apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar, kejang, sudah
mengedan, atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus utama penilaian adalah apakah pasieng mengalami
syok hipofolemik, syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologik, dan sebagainya), koma,
kejang-kejang, atau koma disertai kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan, atau pasca
persalinan.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
8. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
9. Bantu ibu untuk tidur dengan relaks dan hindari posisi supine
10. Beritahu ibu bahwa anda akan melakukan pemeriksaan abdomen
11. Inspeksi abdomen, untuk melihat :
Bentuk
Ukuran
Luka bekas operasi
12. Ukur tinggi fundus dan nilai apakah sesuai dengan usia kehamilan
13. Lakukan pemeriksaan abdomen, untuk
Leopold ( I s.d IV)
Penurunan bagian terenah dengan perlimaan
Kesejahteraan janin dengan memeriksa DJJ dan pergerakan janin
14. Periksa kontraksi uterus
Taruh tangan anda di daerah fundus
Cek waktu dan mulai hitung his/kontraksi
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
7. Nilai partograf secara terus menerus, interpretasikan temuan dan buat intervensi
yang tepat
8. Jaga kebersihan. Ganti atau anjurkan ibu untuk mengganti pembalut atau baju
jika diperlukan
9. Pada saat ketuban pecah, ulangi pemeriksaan daam untuk menilai ada bagian
kecil/tali pusat menumbung atau tidak dan nilai kemajuan persalinan
10 Nilai apakah perlu untuk melakukan pemeriksaan glukosa urine, protein dan
keton serta haemoglobin
11 Informasikan hasil temuan anda kepada ibu dan keluarga
A. Definisi
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks
menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari(lebar satu
jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio).
B. Tujuan
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan:
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan set alat dalam baki yaitu :
- Sarung tangan DTT/steril
- Kapas DTT dalam kom
- Alas bokong dan perlak
SELALU INGAT UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN DALAM DIANTARA KONTRAKSI. Jika ibu
mengalami kontraksi pada saat jari tangan anda di dalam vagina. TUNGGU dan pertahankan di dalam jangan
mengeluarkan dan memasukkannya kembali.
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur pada ibu dan jaga privasi ibu
2. Pastikan kandung kencing kosong
3. Bantu ibu untuk mengambil posisi litotomi dan tenangkan ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
dan pakai sarung tangan DTT/steril
5. Pindahkan dan buang pembalut yang kotor dengan tangan kiri
6. Bantu ibu untuk menekukkan lutut, minta ibu untuk membuka tungkainya.
Jangan memisahkan tungkai ibu dengan paksa melainkan dengan pelahan
7. Inspeksi bagian vulva dan vagina untuk mengidentifikasikan hal-hal sebagai
berikut :
- Lihat adakah luka parut bekas persalinan yang lalu
- Lihat apakah ada tanda imflamasi, dermatitis/iritasi, area dengan warna yang
berbeda, varises, lesi/vesikel/ulserasi/kulit yang mengeras, condilomata,
oedema
- Catat pengeluaran pervaginam apakah bau
8. Dengan lembut besihkan vulva :
- Ambil kapas DTT dengan tangan kanan
- Celupkan kapas DTT ke dalam air DTT
- Bersihkan labia majora, labia minora, vestibulum dengan kapas DTT sekali
usap dari arah anterior ke posterior
- Buang kapas DTT sesuai dengan prinsip PI
9. Dengan membuka labia minora, masukkan secara perlahan jari tengah kedalam
vagina mengarah ke bawah lalu masukkan jari telunjuk
10. Identifikasi hal-hal berikut ini :
- Kondisi vagina : kehangatan, kekeringan dan kelembaban vagina
- Kondisi serviks : kelembutan, kekakuan atau oedem
- Nilai dilatasi serviks
- Nilai pendataran serviks (derajat penipisan)
- Tentukan bagian terendah janin dan posisinya (jika selaput ketuban sudah
pecah)
- Jika presentasi vertex, cari sutura dan fontanel untuk menilai fleksi dan rotasi
- Jika terjadi prolapus tali pusat (kelola sesuai dengan standarnya)
- Rasakan apakah selaput ketuban utuh atau sudah pecah. Jika ketuban sudah
pecah, LIHAT karakteristik air ketuban (warna, bau, konsistensi dan
kuantitas)
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
11. Keluarkan tangan dengan hati-hati
12. Bersihkan vulva (jika diperlukan)
13. Rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% dalam keadaan terbalik
14. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta keringkan
15. Buat keputusan klinis mengenai fase dank ala persalinan
16. Jelaskan temuan kepada ibu
17. Dokumentasikan
DEFINISI
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks
menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari(lebar satu jari berarti 1
cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio).
TUJUAN
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan inpartu
2. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
3. Menentukan ramalan persalinan
4. Untuk menilai vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempit
5. Untuk menilai keadaan serta pembukaan servik
6. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
7. Untuk menilai sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya bartholinitis
8. Untuk mengetahui pecah tidaknya selaput ketuban.
9. Untuk mengetahui presentasi janin
10. Untuk mengetahui turunnya kepala dalam panggul
11. Untuk mengetahui penilaian besarnya kepala terhadap panggul
12. Untuk mengetahui apakah proses persalinan telah dimulai serta kemajuan persalinan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
Siapkan set alat dalam baki yaitu :
- Sarung tangan DTT/steril
- Kapas DTT dalam kom
- Alas bokong dan perlak
SELALU INGAT UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN DALAM DIANTARA KONTRAKSI. Jika ibu
mengalami kontraksi pada saat jari tangan anda di dalam vagina. TUNGGU dan pertahankan di dalam jangan
mengeluarkan dan memasukkannya kembali.
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur pada ibu dan jaga privasi ibu
2. Pastikan kandung kencing kosong
3. Bantu ibu untuk mengambil posisi litotomi dan tenangkan ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
dan pakai sarung tangan DTT/steril
5. Pindahkan dan buang pembalut yang kotor dengan tangan kiri
6. Bantu ibu untuk menekukkan lutut, minta ibu untuk membuka tungkainya.
Jangan memisahkan tungkai ibu dengan paksa melainkan dengan pelahan
7. Dengan lembut besihkan vulva :
- Ambil kapas DTT dengan tangan kanan
- Celupkan kapas DTT ke dalam air DTT
- Bersihkan labia majora, labia minora, vestibulum dengan kapas DTT sekali
usap dari arah anterior ke posterior
- Buang kapas DTT sesuai dengan prinsip PI
PENILAIAN PANGGUL
1. Coba untuk mencapai promontorium. Jika teraba, ukur jaraknya dari pinggir
bawah simfisis
2. Palpasi kurva sakrum dengan menggunakan jari tangan dengan telapak tangan
menghadap bawah untuk menentukan kekonkafan
3. Palpasi spina ischiadica dan catat bila menonjol
4. Palpasi sudut pubis dengan dua jari (telunjuk dan jari tengah) dengan telapak
tangan menghadap keatas menyusuri arcus pubis
5. Bandingkan kapasitas ukuran panggul dengan ukuran bagian terendah putuskan
cara persalinan yang akan dilakukan
6. Bersihkan ibu dan pasangkan pembalut bersih
7. Rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
9. Bantu ibu untuk duduk dan jaga kenyamanan ibu
10. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan berikan kesempatan kepada ibu untuk
bertanya dan mengekspresikan kecemasannya
11. Informasikan kemajuan persalinan sementara
12. Catat semua penemuan
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Berdasarkan penemuan, tentukan :
- Jika semua keadaan normal
- Komplikasi atau masalah yang dapat terdeteksi, dan kebutuhan rujukan
- Ibu mengalami komplikasi yang membutuhkan tindakan cepat untuk
evakuasi atau rujukan
- Jika komplikasi tidak teridentifikasi, lakukan observasi persalinan
2. Analisis hasil pemeriksaan dan tentukan jenis persalinan
3. Informasikan hasil pemeriksaan, kesimpulan dan rekomendasi untuk persalinan
setelah melakukan pencatatan
Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik.
Patograph adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3. Mencatat kondisi ibu dan janin
4. Untuk membuat keputusan klinik
h. Parameter Partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam*
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan format partograf yang baru dan siapkan dokumen lainnya yang
diperlukan
2. Siapkan instrument yang diperlukan untuk pemeriksaan pasien sehingga hasil
pemeriksaan dapat didokumentasikan ke dalam partograf
Identifikasi bagian-bagian partograf, diantaranya yaitu :
a. Nomor register rumah sakit
b. Identitas baru
c. Riwayat kebidanan yang lalu
d. Tanggal persalinan yang lalu
e. Pecah ketuban
f. Pemajuan persalinan
- Penurunan kepala
10.Pemberian oksitosin :
Catat tetesan oksitosin dan waktu pemberiannya paa bagian bawah kolom
kontraksi
11. Obat dan cairan :
- Catat jenis dan jumlah obat yang diberikan
- Catat tipe pemberian secara oral ataupun cairan intravena yang diberikan
12. Tanda-tanda vital :
- Denyut nadi dengan menuliskan •
- Tekanan darah dengan tanda ↕
- Catat temperatur pada kolomnya
13. Pengeluaran urine :
- Ukur volume urine
- Tuliskan hasil pemeriksaan protein dan aceton urine
PEMANTAUAN DENGAN PARTOGRAF
1. Pemantauan DJJ :
- Setiap 30 menit pada kala I
- Setiap setelah kontraksi pada kala II
2. Pemeriksaan dalam untuk melihat penipisan dan dilatasi serviks, caput dan
molase jika yang menjadi presentasi adalah kepala, selaput dan cairan ketuban,
penurunan bagian terbawah anak yang dilakukan :
- Setiap 4 jam pada fase laten
- Setiap 2-4 jam pada fase aktif
- Pada saat ketuban pecah
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
9. Catat respon emosional :
- Setiap 30 menit pada kala I
- Dilanjutkan selama kala II
10. Diskusikan hasil pemeriksaan dan tentukan rencana asuhan
KESIMPULAN
1. Identifikasi masalah dan kebutuhan setiap kali pemeriksaan dilakukan, ingat
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan persalinan yaitu
passanger-power dan passage, jika ada kelainan ambil keputusan sesuai dengan
kebutuhan
2. Hubungkan kesimpulan yang diambil dengan rencana asuhan
3. Assessmen berubah dari waktu ke waktu. Buat analisis sesuai dengan kondisi
yang ditemukan. Jika ada indikasi yang memerlukan pemeriksaan maka lakukan
pemeriksaan ulang.
4. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kemajuan persalinan setiap saat setelah
pemeriksaan
INTERVENSI
1. Jika fase laten lebih dari 8 jam selanjutnya lihat daftar tilik penatalaksanaan
persalinan lama
2. Jika partograf melewati garis waspada, lakukan persiapan rujukan ke RS
3. Lakukan pimpinan persalinan ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan kepala
sudah ada di dasar panggul
4. Buat catatan tentang waktu dan intervensi selama proses persalinan
LENGKAPI PARTOGRAF DAN LAKUKAN FOLLOW-UP ASUHAN
1. Jika persalinan telah selesai, lengkapi partograf
2. Catat aktivitaf ibu selama kala I sampai periode awal post partum pada bagian
belakang partograf
3. Gabungkan partograf pada status ibu
4. Buat laporan persalinan dan rencanakan asuhan lanjutan
AMNIOTOMI
DEFINISI
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian
akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion. Tindakan ini
umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan
berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai
upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas
panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah, dapat
menyebabkan cairan amniotomi sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan
morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya.
AMNIOTOMI ELEKTIF
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dengan tujuan mempercepat persalinan merupakan salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan di bidang obstetri. Melalui penelitian diketahui bahwa amniotomi pada
pembukaan sekitar 5cm mempercepat persalinan 1 sampai 2 jam tanpa meningkatkan angka keseluruhan seksio
sesarea atau kebutuhan akan stimulasi olsitosin. Dalam studi oleh Garite dkk. (1993), pemakaian oksitosin
berkurang apabila dilakukan amniotomi elektif dini. Yang utama, tidak terjadi efek samping pada neonatus.
Namun, para peneliti ini memang mengidentifikasi adanya peningkatan pola penekanan tali pusat ringan sampai
sedang akibat amniotomi. Walaupun demikian, deselerasi berat tidak terjadi dan karena itu angka seksio sesarea
atas indikasi gawat janin tidak terpengaruh.
INDUKSI AMNIOTOMI
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dapat digunakan untuk menginduksi persalinan, tetapi hal ini
mengisyaratkan komitmen yang pasti untuk melahirkan per vaginam. Kerugian utama amniotomi apabila
digunakan secara tunggal untuk induksi persalianan adalah interval yang tidak dapat diperkirakan dan kadang
berkepanjangan sampai timbulnya kontraksi. Walaupun hal ini dipraktikkan secara luas, hanya sedikit penelitian
yang sudah dilakukan untuk membandingkan amniotomi saja dengan metode lain. Dalam sebuah uji coba klinis
acak, Bakos dan Backstrom (1987) mendapatkan bahwa amniotomi saja atau amniotomi plus oksitosin lebih baik
dari pada oksitosin saja. Mercer dkk. (1995) membagi secara acak 209 wanita yang menjalani induksi oksitosin
ke dalam kelompok amniotomi pada pembukaan 1 sampai 2 cm (amniotomi dini) atau pembukaan 5cm
(amiotomi lanjut). Amniotomi dini menyebabka durasi persalinan yang secara bermakna lebih singkat (sekitar 4
jam), tetapi terjadi peningkatan insidensi korioamnionitis (23%) dan pola pemantauan penekanan tali pusat
(12%).
INDIKASI
1.Persalinan kala II
2.Akselerasi persalinan
3.Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
4.Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila diantisipasi terdapat
gangguan pada janin
5.Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan
6.Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan atau mendeteksi mekonium.
KONTRA INDIKASI
1.Polihidramnion
2.Presentasi muka
3.Tali pusat terkemuk
4.Vasa previa
5.Letak lintang
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Bahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang
mereka ajukan.
2. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf.
3. Cuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air lalu keringkan
4. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
5. Diantara kontraksi, lakukan pemerikasaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan
hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan
baik(masuk kedalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian
tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat
umbilicus atau bagian-bagian yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban. Rujuk ibu segera.
Catatan : pemeriksaan dalam yang dilakukan diantara kontraksi seringkali
lebih nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba diantara
kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi beikutnya mendorong cairan
ketuban menekan selaput ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi
dan dipecahkan
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau
setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut kedalam
vagina dan pandu klem dengan jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
hingga mencapai selaput ketuban.
7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan
lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan.
Catatan : seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban diantara
kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga mencegah air ketuban
menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil pemecah ketuban dan
PELAKSANAAN EPISIOTOMI
DEFINISI
Episiotomi adalah insisi pada perineum yang dilakukan sebelum kelahiran bayi. • Suatu tindakan operatif berupa
sayatan pd perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pd septum rektovaginal, otot2 &
fascia perineum & kulit depan perineum.
INDIKASI
Untuk mempercepat kelahiran :
- Pre eklamsia
- Eklamsia
- Penyakit jantung/pernafasan
- Perbaikan dasar pelvis sblmnya
- Gawat maternal/janin
- Prolapsus funiculus umbilicalis
- Persiapan kelahiran cunam (forcep) L
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Catatan :
Episiotomi tidak dilakukan secara rutin. Tidak ada bukti bahwa episiotomi rutin akan
menurunkan kerusakan pada perineum dan prolap vagina dimasa yang akan datang
maupun incontinensia urin. Kenyataannya episiotomi rutin dihubungkan dengan
peningkatan robekan jalan lahir derajat 3 dan 4, termasuk disfungsi otot spingter ani.
Prosedur ini dapat dilakukan mempertimbangkan indikasi sebagai berikut :
- Persalinan pervaginam dengan penyulit ( sungsang, distosia bahu, persalinan
dengan forcep an vakum)
- Adanya jaringan parut bekas robekan jalan lahir derajat 3 atau 4
- Fetal distres
Persiapan
1. Persiapkan peralatan yaitu :
Nalfuder
Jarum
Benang jahit
Spuit 10 cc
Lidocain 10 %
Gunting episiotomi
Sarung tangan steril/DTT
Lampu sorot
2. Episiotomi dilakukan pada saat adanya regangan perineum dan diameter kepala
terlihat di vulva 3-4 cm
ANESTESI
3. Jelaskan kpada ibu adanya kebutuhan untuk melakukan episiotomy
4. Jelaskan pada ibu bahwa robekan perineum akan dijahit setelah kelahiran bayi
5. Bantu ibu untuk mengambil posisi untuk dilakukan episiotomy
6. Identifikasi tidak ada alergi lidokain dan obat-obatan kelompok lidokain
7. Dengan memakai sarung tangan DTT, suntikkan lidokain kedalam mikosa
vagina dan kulit perineum dan sampai otot perineum dengan menggunakan
lidokain sebanyak 10 cc
8. Lakukan aspirasi untuk meyakinkan tidak terjadi penetrasi ke dalam pembuluh
darah. Jika darah teraspirasi, pindahkan jarum. Cek ulang posisi jarum dengan
hati-hati dan coba lagi. Jangan suntikkan jika darah teraspirasi. Wanita dapat
mengalami kematian jika suntikan berisi lidokain masuk ke dalam vena
9. Setelah disuntikkan tunggu 2 menit lalu untuk pastikan apakah reaksi obat telah
bekerja dengan cara mencubit bagian perineum yang telah diberikan anastesi.
Bila ibu masih merasakan cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi selanjutnya
lakukan tes kembali.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
MEMBUAT IRISAN EPISIOTOMI
- Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri (tangan yang tidak dominan) ke
dalam vagina, posisikan tangan tersebut berada diantara kepala janin dan perineum.
- Gunakan tangan kanan (tangan yang dominan) masukkan gunting episiotomy
dengan bagian yang tumpul berada di dinding dalam vagina. Gunting perineum
dimulai dari vorchet dan memutar 45 derajat dari garis tengah (medio lateral). Bisa
dilakukan pada posisi kiri atau kanan.
- Buat robekan kira-kira 2-3 cm diatas garis tengah posterior vagina, atau 3-4 cm
dalam mediolateral. Irisan dibuat pada saat kontraksi kuat.
PERSALINAN NORMAL
PENGERTIAN APN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri).
Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan
dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi
ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi
seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang
seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada
alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses
persalinan yang fisiologis/alamiah.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Amati dan melihat adanya tanda persalinan kala dua :
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan jari telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit antara ibu dan bayi.
Letakkan bayi tengkurep di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
5. jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan segera lakukan plasenta manual.
38. Setelah plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
satu jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30 – 60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
Menyusu pertama biasanya belangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri antero lateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan antero lateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
didalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam.
2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalin.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.
50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 –
60 x/menit) serta suhu tubuh normal ( 36,5 – 37,5 ºC ).
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makan yang diinginkannya.
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan
karena itu di hindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. (Maryunani, Anik,
Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)
Robekan/laserasi jalan lahir diakibatkan episiotomi, robekan perineum spontan, trauma forceps atau vakum
ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
(Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiirohardjo.
Jakarta)
- Laserasi derajat I :
a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. (Maryunani, Anik, Puspita,
Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)
b. Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum tepat
dibawahnya. (Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)
c. Perlukaannya hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum. (Nugroho, Taufan. OBSGYN
Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012. Nuha Medika. Yogyakarta)
- Laserasi derajat II :
a. Perlukaanya terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
(Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info
Media. Jakarta)
b. Laserasi derajat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai garis
tengah dan melebar sampai corpus perineum.(Oxorn, Harry, R.Forte, William. 2010. Ilmu Kebidanan
Patologi & Fisiologi Persalinan. CV Andi Offset. Yogyakarta)
a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfinter
ani. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Trans Info
Media. Jakarta)
b. Robekan derajat ketiga meluas sampai corpus perineum, musculus tranversus perineus dan sphinceter
recti. (Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. 2012.
Nuha Medika. Yogyakarta)
c. Perlukaan yang meluas dan lebih dalam yang menyebabkan musculus sfinter ani eksternus terputus
didepan robekan serviks. (Nugroho, Taufan.OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan.2012. Nuha Medika. Yogyakarta)
- Laserasi derajat IV :
a. Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura porterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfinter
ani dan dinding depan rectum. (Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Trans Info Media. Jakarta)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan
2. Siapkan peralatan yang anda butuhkan termasuk lampu sorot yang anda arahkan
untuk menerangi vagina ibu.
3. Beritahu ibu bahwa prosedur ini mungkin akan sedikit membuatnya tidak
nyaman, tetapi anda akan melakukannya secepat mungkin dan selembut
mungkin. Beritahu ibu bahwa hal ini adalah sangat penting untuk memastikan
agar ia tidak mengalami robekan yang dapat membuatnya mengalami pedarahan.
4. Sebelum anda memulainya, periksalah uterus untuk memastikan berkontraksi
dengan baik
5. Pakai sarung tangan DTT/steril
6. Bersihkan daerah vagina dengan kapas/kassa DTT
7. Letakkan kain bersih/DTT dibawah bokong ibu
8. Pisahkan labia dan periksa dengan cermat apakah ada robekan atau hematoma.
Jika tidak terdapat robekan, periksa vagina bagian dalam
PEMERIKSAAN ROBEKAN PADA VAGINA
9. Tekanlah dinding belakang vagina ibu dengan ibu jari anda. Jika terdapat banyak
darah, hapulah atau serap dengan kain kassa agar anda bisa melihat dinding
vagina
10. Gubakan venster klem dengan kassa untuk menjangkau bagian yang jauh
11. Lihat sampai jauh kedalam vagina. Perdarahan dari laserasi mungkin saja berupa
cucuran perlahan atau semburan deras arteri yang berdenyut
12. Dengan perlahan tekanlah dinding vagina dan gerakkan jari anda kebagian atas
dinding vagina, satu per satu. Lihat dan raba. Jika tidak terdapat robekan pada
dinding vagina, periksa serviks.
PEMERIKSAAN ROBEKAN CERVIKS
13. Minta petugas lain untuk mendorong uterus agar cerviks terdorong kdepan
vagina agar dapat melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti
14. Masukkan speculum sims pada bagian anterior dan posterior dan minta petugas
lain untuk memegangnya
15. Jepit bagian anterior cervikc dengan venster klem pada arah jam 12. Hati-hati
beakan bibir cerviks dengan kandung kemih dan dinding vagina
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
21. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
22. Lepaskan venster klem pertama dari arah jam 6 dan jepit pada arah jam 12
23. Pegang dan tegangkan dua venster klem dengan satu tangan anda agar cerviks
terlihat jelas. Periksa sumber perdarahan diantara 2 venster tersebut. Gunkan
kassa untuk membersihkan darah
24. Jika terdapat robekan, lihat penuntun belajar penjahitan robekan jalan lahir
25. Jika tidak terdapat robekan, lepaskan venster klem dan speculum
26. Bereskan alat dan proses ssuai prosdur Pl
27. Cuci tangan dengan sabun an air bersih serta keringkan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai
2. Masukkan larutan lidokain 0,5 % atau 1 % kedalam alat suntik sekali pakai
sesuai dengan kebutuhan (tabung suntik yangt lebih besar boleh digunakan, jika
diperlukan). Jika lidokain 0,5 % atau 1 % tidak tersedia, maka buat larutan
sesuai dengan kebutuhan
3. Tusukkan jarum ke ujung laserasi atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi
luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum).
4. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak
berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik,
jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum
dan suntikkan kembali
5. Suntikkan anesthesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.
6. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan
7. Arahkan lagi jarum kedaerah diatas tengah luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke-4
sehingga tiga garis disatu sisi luka mendapatkan anestesi local. Ulangi proses ini
disisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml
lidokain 1 % untuk mendapatkan anestesi yang cukup
8. Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianestesi dengan cara dicubit dengan forceps atau disentuh dengan
jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua
menit dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat
keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan
memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan
menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang
pernah mengalami pelecehan seksualsering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada
kerusakan yang pernah mereka alami.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku.
Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.
Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
24. Jika penyembuhan belum sempurna ( misalnya jika da fistula rektovaginal atau
jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), rujuk ibu segera ke fasilitas
kesehatan rujukan.
25. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat
tinggi.
26. Keringkan daerah genitalia ibu
27. Buang sampah sesuai prosedur P1
28. Bereskan seleuruh peralatan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
29. Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan
KONSELING
Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
c. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai
empat kali per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan luka. Ibu harus
kembali lebih awal jika ia mmengalami demam atau mengeluarkan cairan yang
berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebi nyeri.
MANUAL PLASENTA
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan
mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan
penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit
dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah
30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi
perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi
plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita.
Etiologi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih
400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk
eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.
- Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan
kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1) Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
2) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium
3) Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium
4) Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus
5) Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi
ostium uteri.
- Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi :
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya Mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan.
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
Darah penderita terlalu banyak hilang
Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta
riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif
setelah bayi dilahirkan.
Pada pemeriksaan pervagina, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam uterus.
Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu diagnosa dan
komplikasi retensio plasenta
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan dan resiko tindakan klinik.
3. Membuat persetujuan tindakan medik.
4. Mempersiapkan alat secara rgonomis
a. Giving set :
- Cairan infus NaCl/RL
- Infus set
- Abocath
- Plester
- Gunting plester
- Kassa
b. Alat perlindungan diri :
- Apron, masker, google, boot
c. Oksigen dan regulator
d. Kain alas bokong
e. Alas perut
f. Sarung kaki
g. Obat-obatan :
- Uterotonika (oksitosin, ergometrin, methergin)
- Spuit 5 cc/3 cc 3 buah
- Larutan antiseptik
h. Instrumen :
- Bak instrumen
- Sarung tangan panjang DTT/steril 1 pasang
- Sarung tangan DTT/steril 1 pasang
- Klem kocher 2 buah
- Kateter nelaton 1 buah
- Bengkok
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
17. Masukkan satu tangan kedalam vagina secara obstetrik (punggung tangan ke
bawah) dengan menelusuri tali pusat.
18. Setelah tangan mencapai permukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher, kemudian tangan penolong yang lain menahan fundus.
19. Masukkan tangan kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta.
20. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk)
21. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
(tentukan bagian yang suah terlepas).
22. Posisikan tangan tetap dibawah tali pusat dengan punggung tangan menghadap
ke bawah.
23. Pindahkan tangan ke atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.
24. Lepaskan plasenta dari dinding implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung
jari diantara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap
ke dinding uterus.
25. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
26. Lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang
masih melekat pada dinding uterus sebelum plasenta dikeluarkan.
27. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan.
28. Minta asisten untuk memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam menarik plasenta keluar
29. Letakkan plasenta kedalam wadah yang telah disediakan
30. Lakukan masase uterus selama 15 detik.
31. Nilai kontraksi uterus dan perdarahan yang keluar.
32. Lakuan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah
plasenta lahir.
33. Masukkan sampah habis pakai pada tempatnya.
34. Masukka instrumen kedalam wadah yang berisi klorin 0,5%.
35. Bersihkan sarung tangan dan rendam paa larutan klorin 0,5 %.
36. Cuci tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir dan mengeringkannya.
37. Lakukan pemantauan kala IV.
38. Beritahukan kepada pasien dan keluarga hasil tindakan dan perawatan lanjutan.
39. Catat kondisi pasien dan membuat laporan tindakan.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan
paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tersebut tidak berkontraksi.
DEFINISI
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
ETIOLOGI
1. overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari
uterus.
MANIFESTASI KLINIS
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
SELALU INGAT BAHWA PERDARAHAN POST PARTUM KEMUNGKINAN MEMILIKI BANYAK
PENYEBAB (ATONIA UTERI, RETENSIO PLACENTA, LASERASI GENITAL)
MASASE UTERUS
1. Jelaskan kepada ibu bahwa ibu mengeluarkan darah terlalu banyak dan anda
perlu melakukan masase uterus untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Jelaskan bahwa masase uterus akan sedikit menyakitkan, tetapi anda akan
mencoba untuk melakukannya secepat mungkin an meminimalkan rasa sakit.
3. Anjurkan ibu untuk berbaring
4. Masase uterus untuk menstimulasi kontraksi dan untuk mengeluarkan gumpalan
darah dan jaringan lainnya
5. Gunakan oksitosin yang dapat diberikan bersamaan atau berturut-turut.
Oksitosin
Berikan 20 IU dalam 1 L cairan infus 60 tetes/menit atau berikan 10 IU
secara IM
Lanjutkan dengan 20 IU dalam 1 L cairan infus tetesan 40 kali/menit.
Jangan diberikan lebih dari 3 L cairan infus yang berisi oksitosin.
Egometrin
0.2 mg IM atau IV (berikan secara perlahan-lahan)
Ulangi 0,2 mg IM setelah 15 menit, jika tersedia berikan 0,2 mg IM atau
IV (secara perlahan-lahan) setiap 4 jam
Jangan berikan dosis lebih dari 5 kali (1mg)
6. Antisipoasi kebutuhan donor darah dan siapkan untuk transfusi darah
7. Jika perdarahan terus berlanjut :
Periksa kembali kelengkapan placenta
Periksa jika ada tanda-tanda bagian placenta yang tertinggal
Nilai kondisi pembekuan darah menggunakan bedside clotting test. Apabila
setelah menit aah tidak membeku atau bekuan darah mudah pecah berarti
ada koagulapati
8. Jika perdarahan terus berlanjut setelah manajemen di atas, lakukan kompresi
bimanual internal.
PROSEDUR KOMPRESI BIMANUAL INTENAL
1. Gunakan sarung tangan DTT/steril
2. Mengeluarkan semua darah beku atau selaput yang mungkin masih menyumbat
lubang rahim atau uterus.
3. Segera memulai kompresi bimanual internal
- Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina
- Kepalkan tangan
- Tekankan tangan yang ada dalam vagina pada forniks anterior dengan kuat
- Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan
- Tkankan tangan pada perut dan kepalan tangan yang berada di dalam vagina
bersamaan
- Tahan dengan kuat
- Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit.
4. Jika anda merasa uterus mulai berkontraksi, pertahan kan KBI selama 2 menit.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
5. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, ajarkan anggota keluarganya
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal.
6. Beri injeksi Mathergine 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (rL dengan 20 IU
Oksitosin/500 cc terbuka lebar).
7. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali kompresi bimanual
internal.
8. Jika uterus belum juga mulai berkontraksi setelah 5-7 menit, segeralah siapkan
perujukan dengan infuse tetap terpasang dengan laju 500 cc/jam hingga tiba
ditempat perujuakan atau jumlah seluruhnya 1,5 liter diinfuskan. Lalu teruskan
Kompresi bimanual dan aorta Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanika yang digunakan adalah dengan aplikasi tekanan pada
korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi meometrium (yang untuk sementara waktu tidak dapat
berkontraksi). Kontraksi meometrium dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang- cabang pembuluh darah besar
yang berjalan diantaranya.
Prosedur ini dilakukan dari luar (kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam (kompresi bimanual interna),
tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua
upaya tersebut belum berhasil, segera lakukan usaha lanjutan, yaitu kompresi aorta abdominalis.
Pada keadaan yang sangat terpaksa dan termpat rujukan yang sangat jauh, walaupun bukti- bukti keberhasilan
kurang menyokong tapi dapat dilakukan tindakan alternatif yaitu pemasangan tampon uterovaginal dan kompresi
eksternal. Upaya tersebut diatas sebaiknya dikombinsikan dengan uterotonika (oksitosin 20 UI, ergometrin 0,4
mg dan / atau misoprostol 600 mg).
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
1. Baringkan ibu di ranjang
2. Posisi anda disisi kanan ibu dan atur posisi ibu setinggi pinggul anda
3. Letakkan tungkai pada permukaan yang rata (tidak menggunakan penopang
kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio coxae.
4. Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha
5. Kapalkan tangan kiri dan tekankan punggung jari telunjuk hingga kelingking
pada umbilicus, tegak lurus searah kearah kolumna vertebralis hingga terhenti
pada bagian tulang yang keras
6. Perhatikan pulsasi arteri femoralis dan perdarahan yang terjadi
7. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, lakukan pemijatan uterus hingga uterus
berkontraksi dengan baik.
Perhatikan :
- Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung, cari sumber
perdarahan lain
- Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi
dengan baik
ASUHAN PASCA TINDAKAN
8. Periksa tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit dalam 2 jam
pertama
9. Tulis hasil tindakan dan instruksi asuhan lanjutan
10. Beritahu ibu dan keluarganya tentang tindakan dan hasilnya serta perawatan
lanjutan yang masih diperlukan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Persiapan
1. Beri salam pada ibu dan keluarga dan perkenalkan diri sebagai pemberi asuhan
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai masalah kemajuan persalinan yang
sudah teridentifikasi
3. Berikan respon terhadap reaksi dan pertanyaan ibu
Membuat Assesment
1. Evaluasi secara cepat dan tepat kondisi umum ibu termasuk tanda-tanda vital,
serta hidrasi
2. Kaji ulang pendokumentasian (kartu antenatal, riwayat obstetric)
3. Kaji ulang jam dan keadaan ibu saat baru datang ke tempat pelayanan
4. Kaji ulang partograf
- Bunyi jantung janin
- Kekuatan dan frekuensi kontraksi
- Penurunan janian
- Dilatasi servik
- Posisi selaput ketuban dan cairan
- Kondisi ibu
- Moulase
- Obat-obatan
5. Lakukan pemeriksaan fisik
- Abdominal :
Kelembutan
Lingkaran bandl
Frekwensi dan durasi kontraksi uterus
Presentasi janin
Kandung kemih
Bunyi DJJ
TFU
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Fase aktif memanjang : pembukaan serviks sampai ke kanan garis waspada
Aktivitas uterus tidak adekuat : frekwensi kontraksi kurang dari 3 kali dalam
10 menit, lamanya kurang dari 40 detik.
Malpresentasi : presentasi selain vertek dengan UUK di depan
Obstruksi : adanya gangguan dilatasi serviks dan penurunan bagian terbawah
janin, adanya caput yang besar, molase derajat 3, edema serviks, lingkaran
bandl di SBR, ibu dan bayi mengalami distress
Disproporsi chepalopelviks
Ukuran pelviks
2. Berikan manajemen yang tepat berdasarkan kemungkinan penyebab
JIKA BERADA DI RUMAH SAKIT :
Melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan manajement
Memberikat support
Memberikan oksitosin dan lakukan monitor secara teliti
Vakum ekstrasi atau forcep atau sympisiotomy
Perawatan atau identifikasi masalah (contoh : infeksi)
Operasi Caesar
Operasi yang merusak
JIKA BERADA DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN/KLINIK
KEBIDANAN
Siapakan rujukan dan antar ibu ke rumah sakit
Rehidrasi ibu, dengan cairan infuse ( RL < normal saline atau 5 % glucose,
dan rujuk ibu dengan infuse
Berikan dosis pertama antibiotic IM, jika selaput ketuban sudah pecah 6 jam
atau lebih
3. Informasikan dan menenangkan ibu/klien dan pasangannya
4. Meneruskan observasi dengan partograf
Pemeriksaan umum:
(1) Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu termasuk tanda vital
(2) Lakukan evaluasi kondisi janin:
a. Dengarkan DJJ atau CTG, selama dan segera sesudah kontraksi. Hitung DJJ selama satu menit penuh
minimal setiap 30 menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit dalam kala dua.
b. Bila ketuban pecah, lihat warna air ketuban. Bila didapatkan mekonium awasi lebih ketat atau lakukan
intervensi. Dan bila tidak ada cairan ketuban atau oligohidramnion pada saat ketuban pecah menandakan
adanya pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin
c. Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki kontraksi atau mempercepat
kemajuan persalinan:
1. Berikan dukungan emosi dan dorongan mental. Anjurkan berjalan, duduk atau merubah posisi
2. Berikan massase dan air hangat
3. Berikan minuman atau cairan intravena yang cukup dan anjurkan kencing
4. Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
5. Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secara spesifik sesuai dengan keadaan malposisi dan
malpresentasi yang didapatkan (Saifuddin, 2001)
6. Untuk menegakan diagnose lakukan penilaian klinik untuk menentukan bagian terendah janin: bila bagian
terendah kepala lakukan evaluasi posisi kepala janin; posisi oksiput transversal atau anterior adalah keadaan
normal, bila terjadi fleksi maka oksiput lebih rendah dari pada sisiput.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
Persiapan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan jamin privasi klien
Memantau kemajuan Persalinan Dan Memastikan Posisi/Presentasi janin
1. Lakukan evaluasi secara cepat dan tepat terhadap keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, TD, respirasi) dan kebutuhan cairan
2. Nilai status hidrasi ibu
Test urine untuk mengetahui ada atau tidaknya keton dan berikan cairan IV bila
terdapat keton
3. Nilai emosional dan mekanisme pertahanan diri ibu
Tali Pusat Menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah bagian terbawah janin.
Meskipun merupakan komplikasi yang jarang – kurang dari 1 persen (0.3 sampai 0.6 persen) – tetapi artinya
besar sekali oleh karena angka kematian janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah besar akibat tindakan
operatif yang digunakan dalam penanganannya. Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin dengan
panggul ibu mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak dikoreksi akan menyebabkan
kematian bayi.
Presentasi tali pusat. Ketuban utuh. Tali pusat menumbung. Ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari
tiga kedudukan:
1. Terletak di samping bagian terbawah janin di PAP. Penumbungan yang tidak begitu nyata seperti ini lebih
sering dari yang umumnya diduga. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam persalinan tanpa
meninggalkan bukti-bukti sedikitpun pada persalinan per vaginam.
2. Turun ke vagina.
3. Melewati introitus dan ke luar dari vagina. ETIOLOGI Bila bagian terbawah janin tidak menutup dan mengisi
PAP dengan sempurna maka ada bahaya terjadinya tali pusat menumbung. Risikonya lebih besar pada
presentasi majemuk dan bila ketuban pecah.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Jelaskan kondisi yang terjadi pada ibu dan keluarga, jaga privasi ibu
2. Beri oksigen 4-6 liter/menit
3. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
4. Pakai sarung tangan DTT atau steril
5. Lakukan pemeriksaan dalam untuk :
- Memastikan diagnose adanya tali pusat menumbung
- Tentukan pembukaan serviks ( dan fase persalinan)
6. Cek pulsasi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Lakukan analisis terhadap hasil pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan
partograf lalu pertimbangkan :
- Fase dan tahapan persalinan
- Presentasi dan posisi janin
- Apakah keadaan umum ibu baik atau tidak
3. Jika bagian terendah sudah ada tepat pada pinggir pintu atas panggul, keluarkan
tangan dari vagina dan pertahankan tangan yang ada di abdomen untuk
memfiksasi bagian terendah janin sampai prosedur SC
Pengertian
Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau
intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin.
Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi
didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric
tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila
ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan .
Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia,
sekunder dari infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ
normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur
atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Etiologi
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan jaga privasi ibu
PENILAIAN KEMAJUAN PERSALINAN DAN MEMERIKSA POSISI/PRESENTASI JANIN
1. Buat penilaian cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (denyut nadi,
tekanan darah, pernafasan) dan hidrasi
2. Nilai status hidrasi ibu :
- Pemeriksaan ketone pada urine
3. Nilai status emosional ibu dan kemampuan koping ibu
4. Nilai kondisi janin :
- Dengarkan DJJ selama dan segera setelah kontraksi
- Hitung DJJ selama 1 (satu) menit penuh
5. Lakukan pemeriksaan abdomen :
- Nilai presentasi, letak dan posisi janin
- Nilai frekuensi dan durasi kontraksi menggunakan partograf
- Nilai penurunanbagian terendah janin
6. Lakukan pemeriksaan vagina :
- Untuk menentukan tingkat, fase dan kemajuan persalinan
- Untuk menentukan bagian terendah janin yang berada di serviks
- Untuk menentukan posisi janin
- Untuk menilai bila terdapat caput yang penting
7. Jika selaput ketuban telah pecah, nilai warna cairan amnion yang keluar :
- Adanya kandungan mekonium mungkin mengindikasikan kebutuhan monitor
yang lebih ketat dan intervensi
- Tidak adanya cairan amnion yang keluar setelah terjadinya rupture
membrane adalah indikasi dari penurunan volume cairan amnion, yang
mungkin berhubungan dengan fetal distress
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
1. Analisis informasi yang terkumpul dan tentukan penyebab maternal distress
2. Analisis informasi yang terkumpul dari pemeriksaan fisik dan partograf dan
tentukan bila :
- Ibu bisa mengatasi dengan baik atau tidak bisa mengatasinya
- Ibu dehidrasi atau hidrasi secara adekuat
- Kemajuan persalinan berlangsung baik atau buruk/distress
3. Buat keputusan manajemen :
- Kebutuhan konsultasi dengan dokter
- Kebutuhan rujukan ke layanan kesehatan yang lebih tinggi
- Kebutuhan penyediaan layanan pendukung
4. Jika persalinan peervaginam mungkin, buat rencana penilaian persalinan
menggunakan partograf
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MANAJEMEN
1. Pastikan kembali ibu tidak cemas setelah mengkomunikasikan temuan kepada
ibu
2. Jika ibu dehidrasi :
- Berikan cairan IV yang cukup bila ibu dehidrasi
- Lakukan pemeriksaan golongan darah dan cross matching
3. Berikan oksigen bila perlu
4. Berikan dukungan :
- Pastikan ibu selalu didampingi, jangan tinggalkan ibu sendiri
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi
didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric
tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila
ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan .
Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia,
sekunder dari infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ
normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin
bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur
atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Etiologi
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
3. Jika persalinan pervaginam masih memungkinkan pantau persalinan dengan
partograf, cek DJJ setiap 15 menit, dokumentasikan seluruh penemuan
4. Komunikasikan hasil temuan dan persiapkan untuk tindakan yang akan
dilakukan
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (
B. Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan
alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
C. Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak
adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah
efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
2. Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi
denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau
frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi
denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih
ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang
dingin.
D. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik,
analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-
kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa
berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
6.
D. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan
kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat
menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat
untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).
E. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-kemungkinan yang terjadi
pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
PERSIAPAN
1. Siapkan peralatan dan bahan habis pakai yang diperlukan
- Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh (kain
hangat/kain kering dan hangat atau lampu sorot)
- Tiga helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi, untuk
membungkus bayi dan pengganjal bahu)
- Jam dengan jarum detik atau penunjuk waktu
- Penghisap lendir De Lee
- Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
- Sarung tangan
- Oksigen (atau udara ruangan)
2. -
Jika bayi tidak brnafas, megap-megap atau lemas maka potong tali pusat dan
lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
- Jika ada mekoneum kental buka mulut lebar, usap dan isap lendir dari mulut,
potong tali pusat dan lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
3. Beritahu keluarga bahwa bayi memerlukan tindakan resusitasi
MELAKUKAN LANGKAH AWAL RESUSITASI (dalam waktu kurang dari 30 detik)
1. Jaga bayi tetap hangat.
- Keringkan tubuh bayi dan selimuti dengan kain bersih, kering dan hangat
- Tempatkan pada ruangan hangat dan terhindar dari tiupan angin
- Dekatkan bayi ke pemanas tubuh
- Letakkan pada tempat yang kering dan hangat
- Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat meletakkan
bayi
2. Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah ekstensi)
untuk membuka jalan napas dengan cara mengganjal bahu bayi dengan kain
yang dilipat
3 Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir dari mulut kemudian hidung
- Gunakan penghisap lendir Dee Lee
- Mulai bersihkan lendir di mulut, baru kemudian hisap lendir di hidung
- Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang penghisap
- Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat menimbulkan
reaksi vaso-vagal dan menyebabkan henti napas
- (lihat langkah no.2 untuk penghisapan lendir pada kasus adanya mekonium
kental pada cairan ketuban dan bagian tubuh bayi)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
4. Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah jalan napas
bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
3. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan
4. Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap
berikutnya.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen .
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
MENYIAPKAN DAN MEMERIKSA PERALATAN
A PEMILIHAN ALAT
1. Dipilih peralatan yang dirancang khusus untuk bayi baru lahir.
Pertimbangan harus berdasarkan :
Kemampuan oksigen
Ukuran balon resusitasi
Ukuran sungkup
Aman
2. Oksigen :
a. Dibutuhkan sumber oksigen 100 % bersama pipa oksigen dan alat
pengukurnya.
b. VTP pada bayi baru lahir harus dengan konsentrasi oksigen 90 – 100 %
yang dapat dilakukan dengan salah satu alat berikut :
Balon mengembang sendiri dengan reservoir oksigen
Balon tidak mengembang sendiri
3. Balon resusitasi :
a. Ukuran balon untuk bayi baru lahir tidak boleh melebihi 750 ml, karena
bayi cukup bulan hanya membutuhan 20 – 30 ml setiap ventilasi (6 – 8
ml/kg). ukuran balon besar dari 750 ml sulit untuk memberikanvolume
kecil.
b. Beberapa balon mengembang sendiri mempunyai kapasitas sekecil 240
ml.
4. Sungkup :
a. Harus dipilih sungkup dengan ukuran yang tepat, yaitu dapat menutupi
dagu, mulut dan hidung bayi, tetapi tidak menutupi mata. Sungkup
terlalu lebar dapat merusak mata, sungkup terlalu sempit tidak menutupi
mulut dan hidung.
b. Ada 2 jenis tepi sungkup yaitu yang mempunyai tepi dengan bantalan
dan tanpa bantalan.
Dipilih sungkup bertepi dengan bantalan karena member keuntungan :
Tepi sungkup lebih mudah disesuaikan dengan muka bayi, sehingga
lebih mudah melekat.
Tidak memerlukan tekanan yang terlalu tinggi agar melekat.
Kecil kemungkinan mencederai mata bayi meskipun letak sungkup
tidak benar.
c. Ada 2 bentuk sungkup, yaitu bentuk bundar dan bentuk anatomik.
Dipilih bentuk anatomik, karena sesuai bentuk muka sehingga lebih
mudah dipasang dan kecil kemungkinan menyebabkan kerusakan mata
karena tepinya dibentuk mengikuti lekuk antara mata dan hidung.
Sungkup tidak digunakan pada kasus hernia diafragmatika !
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
B PEMASANGAN ALAT
5. Balon dipasang dan dihubungkan dengan sumber oksigen.
6. Sungkup dihubungkan dengan balon.
C MENGUJI ALAT
D VENTILASI BAYI
10. Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
11. Posisi pelaksana ventilasi tekanan positif (VTP) berdiri disebelah atau
dekat kepala bayi.
12. Balon dipegang dengan tangan kanan dan sungkup dipegang dengan kanan
kiri (bagi yang kidal cara memegang sebaliknya)
13. Posisi balon sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi pandangan mata
ke dada bayi untuk melihat gerak turun naik dada bayi selama VTP.
14. Posisi sungkup
a. Sungkup harus diletakkan di wajah bayisedemikian rupa sehingga
menutupi hidung, mulut dan tepi dagu tertutup dengan pinggiran
sungkup, tetapi tidak menutupi mata.
b. Hal itu dilakukan dengan mulai mencakup dagu dulu baru kemudian
menutupi hidung. Sungkup yang berbentuk lancip (anatomik) bagian
lancip harus pada posisi mencakup hidung.
c. Sungkup diletakkan dimuka dengan cara menggunakan ibu jari dan
telunjuk dan/atau jari tengah melingkari hamper sebagian sungkup,
sedangkan jari manis menyangga agar dagu tetap dalam sungkup.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
d. Pengetatan sungkup dapat dilakukan dengan sedikit menekan tepinya
kemuka bayi sehingga posisinya tepat.
Yang harus diperhatikan !
Jangan menekan sungkup ke muka. Terlalu menekan akan mendatarkan
belakang kepala dan melukai muka.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
Arus udara terhambat
Cara melakukan koreksi sebgai berikut :
Periksa posisi bayi dan ekstensikan leher bayi lebuh jauh.
Periksa mulut, orofaring dan sekresi. Bila perlu isap cairan
dalam mulut dan hidung.
Di coba dilakukan ventilasi dengan mulut bayi sedikit
LANGKAH SELANJUTNYA
F 27. Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 kali/menit :
a. Bayi mulai bernapas spontan. Dilakukan rangsangan taktil untuk
merangsang frekuensi dan dalamnya pernapasan.
b. VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas diberikan.
c. Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat dikurangi secara
bertahap.
Apabila pernapasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP dilanjutkan.
28. Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60 – 100 kali/menit:
a. VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung bayi.
b. Apabila frekuensi denyut jantung tetap/tidak meningkat :
Periksa ventilasi apakah adekuat ?
Apakah gerak dada cukup adekuat ?
Apakah posisi sungkup benar ?
Apakah posisi kepala benar ?
Apakah tekanan ventilasi adekuat ?
Apakah udara dalam lambung mengganggu gerakan dada ?
Apakah suara nafas adekuat ?
Apakah oksigen yang diberikan benar 100 %.
- Apakah pipa oksigen telah terpasang ke balon dan pengukur
arus ?
- Apakah oksigen mengalir melalui pengukur arus ?
- Bila menggunakan blender, apakah sudah diatur pada 100 % ?
- Bila menggunakan balon mengembang sendiri, apakah
penampung oksigen sudah tersambung ?
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PERSALINAN SUNGSANG
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain kelahiran kembar, cairan amniotik
yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.
Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi
berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada
dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati
40 minggu.
Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.
Jika kondisi ini terjadi pada kehamilan Anda, maka jangan buru-buru panik. Asalkan usia kandungan
masih di bawah 32 minggu maka si kecil dalam perut masih bisa dikembalikan pada posisi normal kok.
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di
bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat
kehamilan memasuki trimester kedua. Biasanya Anda akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian
atas dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.
1. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34
minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut,
umumnya janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak
sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang
lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa
bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim.
Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.
8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung
mengubah posisinya menjadi sungsang.
Mendeteksi Sungsang
1. Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin akan diduga
sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa
kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras dari janin.
2. Melalui pemeriksaan bagian dalam menggunakan jari. Cara ini pun hanya bisa dilakukan oleh dokter atau
bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
9. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
10. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lender dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.
b. Cara klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan cara
Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Prinsip : melahirkan bahu dan lengan secara klasik adalah melahirkan
lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang berada diruang
lebih luas (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
e. Melahirkan Lengan Menunjuk (Nuchal arm)
Prinsip lengan yang menunjuk diubah sedemikian rupa, sehingga
terletak didepan dada.
1. Bila lengan belakang menunjuk, maka badan atas janin dicengkam
dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan
pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari-jari
lain mencengkam dada. Badan anak diputar searah dengan arah
lengan menunjuk kearah belakang (sakrum), sehingga lengan
tersebut terletak didepan dada dan menjadi lengan belakang.
Kemudian lengan ini dilahirkan dengan cara klasik.
2. Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara
DEKONTAMINASI
VERSI EKSTRAKSI
Prinsip persalinan dengan versi ekstraksi adalah memutar janin dalam rahim sehingga menjadi kedudukan
sungsang, selanjutnya menarik kakinya untuk dapat menolong persalinan. Dengan dua tindakan tersebut versi
Pertolongan persalinan versi ekstraksi ini dilakukan pada letak lintang. Persalinan dengan versi ekstraksi sudah
lama ditinggalkan karena bahayanya jauh lebih besar dengan angka kematian bayi yang tinggi dan trauma
persalinan ibu yang berat. Sebagian besar pertolongan persalinan letak lintang diganti dengan melakukan seksio
sesaria.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
j. Setelah evaluasi berhasil dengan baik, janin dilahirkan secara ekstraksi
kaki dengan tehnik seperti persalinan sungsang (ekstraksi kaki)
D KALA III
1. Beri oksitosin 10 IU IM
2. Lakukan pegangan tali pusat terkendali dan mendorong uterus kearah dorso
cranial.
3. Lahirkan plasenta
4. Periksa kelengkapan plasenta.
5. Masukkan plasenta pada tempatnya.
EKSTRAKSI VAKUM
1. Definisi
Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu
2. Indikasi
Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.
3. Kontraindikasi
Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).
Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).
4.Syarat khusus
Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
Presentasi kepala
Cukup bulan (tidak prematur)
Tidak ada kesempitan panggul
Anak hidup dan tidak gawat janin
Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul)
Kontraksi baik
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
5.Prinsip ekstraksi vakum:
Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala
janin melalui alat ekstraktor vakum.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2
menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau – 6 (malmstroom) dan tunggu
2 menit. Jangan gunakan tekanan maksimal kepada kepala bayi, lebih dari 8
menit.
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa his puncak (fase acme)
pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut
dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.
E PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak his), minta pasien untuk mengedan, secara
simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkok, dengan arah sejajar
lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada mangkok,
telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
2. Jika tidak ada his tarikan dihentikan.Pegangan tarikan vakum tetap
dipertahankan ( tidak dilepas ).Bila ada his dilakukan tarikan selanjutnya.
3. Tarik vakum sampai dengan subociput di bawah simpisis.Tangan kanan
berpindah menahan perineum tangan kiri memegang pengait vakum dan
mengelevasi ke atas sehingga lahir berturut-turut dahi,muka, dagu dan
seluruh kepala.
4. Bila belum berhsil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua.
Episiotomy (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat
kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
Bila tarikan ke tiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir,
sebaiknya pasien dirujuk (ingat pelaksanaan rujukan).
Apabila pada penarikan ternyata mangkok terlepas hingga dua kali,
kondisi ini juga mengharuskanpasien dirujuk.
F MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali
pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
G LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikkan oksitosin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendorong uterus kearah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang
lepas atau tidak lengkap).
3. Masukkan plasenta pada tempatnya
H EKSPLORASI JALAN LAHIR
1. masukkan speculum Sim’s / L atas dan bawah vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau
robekan pada dinding vagina ditempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak dua buah, lakukan penjepitan secara bergantian
kearah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan diluar luka episiotomy, lakukan penjahitan dan lakukan
kelangkah I.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan
a. Alat dan ruangan :
1. Alat pemeriksan fisik bayi baru lahir.
2. Antibiotic tetes mata dalam tempatnya
3. Pita identitas.
4. Alat perawatan tali pusat.
5. Bak stempel.
6. Pakaian bayi lengkap.
7. Status bayi.
b. Pasien.
c. Lingkungan.
2 Pelaksanaan :
a. Mencuci tngan
b. Melakukan pemeriksaan fisik segera setelah lahir.
c. Memberikan tetes mata dengan duduk nyaman.
d. Menimbang / mengukur BB/TB/LK/LD.
e. Mencatat identitas.
f. Menteteki bayi pada ibu ± 15 menit.
g. Menidurkan bayi disamping ibunya.
3 Ketepatan waktu
4 Hasil kerja
5 Penyelesaian
a. Membereskan alat-alat.
b. Mencuci tangan.
c. Mendokumentasikan.
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan
pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
3. Kulit Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus. Palpasi Lembab, hangat dan tidak ada
pengelupasan.
4. Kepala Inspeksi Distribusi rambut di puncak kepala. Palpasi Tidak ada massa atau area lunak di tulang
tengkorak. Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital. Fortanel
posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan
simetris.
6. Mata Inspeksi Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah
muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang
rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah
muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di
garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher Inspeksi Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi Triorid di garis
tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada Inspeksi Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit,
pola nafas normal. Palpasi Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali. Auskultasi Suara nafas jernih sama kedua sisi. frekuensi jantung 100- 160 x permenit
teratur tanpa mumur. Perkusi Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen Inspeksi Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
berwarna putih kebiruan. Palpasi Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 – 3 cm,
di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 – 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis
tengah dan tepi perut. Perkusi Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal. Auskultasi Bising usus
ada.
14. Genitalia eksterna Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus
uretra ada di depan orivisium vagina. Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung
glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium
terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang
untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda. Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada
defek atau penyimpang yang terlihat. Palpasi Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
berkedip cara : sorotkan cahaya ke mata bayi. normal : dijumpai pada tahun pertama.
Tonic neck cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi. normal : bayi melakukan perubahan
posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan
fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–
kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
Moro cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur. normal : lengan ekstensi, jari–ari
mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan
tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat
selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 – 4 bulan.
Mengenggam cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri
bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek. normal : jari–jari bayi melengkung
melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia
3 – 4 bulan.
Rooting cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir. Normal : bayi memutar kearah pipi
yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 – 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan
terutama selama tidur
Menghisap cara : beri bayi botol dan dot. normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap
stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
Menari / melangkah cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai
pada 4 – 8 minggu pertama.
Lingkar kepala Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi
bagian atas alis LK : 32 – 37 cm.
Lingkar dada Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan
garis putih. LD : 32 – 35 cm.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Stetoskop
2. Jam tangan
3. Termometer aksila
4. Timbangan bayi & pengalas
5. Selimut bayi
6. Pakaian bayi
7. Pengukur panjang badan.
8. Pita pengukur/metlin
9. Jangka panggul
10. Lila
11. Tongspatel
12. Tissue
13. Sarung tangan
14. Bengkok
15. Pen Light
16. Larutan pembersih termometer
17. Baki & pengalas
18. Sarung tangan steril
19. Tempat tidur bersih dan hangat
20. Lampu
21. Tempat alat tenun kotor
B Persiapan Pasien :
1. Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan pada ibu bayi
2. Keringkan bayi & tempatkan ditempat yang bersih
C Persiapan Petugas :
1. Perawat cuci tangan.
2. Gunakan handscoon
D Pelaksanaan :
Pemeriksaan segera setelah lahir :
1. Menilai tangisan bayi
2. Memperhatikan gerakan nafas.
3. Memeriksa abdomen : cekung, cembung.
4. Memeriksa tali pusat.
b. Pemeriksaan sistematis
1. Kulit verniks, edema, lanugo, petekie, tugor ekimosis
2. Kepala dan leher moulage, UUB & UUK, kaput, cepal, enencefali,
mikrocefal, muka, mata, telinga, hidung, mulut, leher.
3. Dada : inspeksi, palpasi, auskultasi
4. Abdomen
5. Tali pusat : omfalokel, omfalitis
6. Genetalia eksterna
7. Anus
8. Tulang belakang : scoliosis, spina bifida
9. Ekstrimitas : pergerakan, jumlah
10. Pemeriksaan antropometri
11. Reflek moro, plantar reflek & grasp reflek, sucking reflek rooting
reflek.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan :
1. Persiapan alat
a. Baki beralas
b. Kom berisi kassa steril dan handscoon
c. Kom berisi kapas DTT
d. Bengkok
e. Larutan DTT dalam tempatnya.
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan pasien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
B 2. Memakai handscoon
3. Bersihkan tali pusat dengan kapas DTT
4. Buang kapas kotor dalam bengkok
5. Keringkan tali pusat
6. Rapikan bayi
7. Lepaskan handscoon rendam dalam larutan DTT
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran.
Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik..
Berikut ukuran antropometri:
1. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan
(Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran
masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan
yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk,
1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan
keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB) Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu
dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan
ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa
dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi
gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat
yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka.
Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan
(Supariasa, 2001).
3. IMT (Indeks Masa Tubuh) Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2) Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99 Kelebihan berat badan
tingkat berat > 27,00 4. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Nilai normal adalah 23,5 cm LiLA WUS dengan
resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm.
4. Pengukuran lingkar perut Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan
diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai
normal pengukuran lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90 Perempuan 80 >
80
Persiapan pasien :
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan
C 2. Membawa bayi ke meja periksa
Pelaksanaan :
12. Melepas baju bayi
13. Meletakkan bayi diatas timbangan dengan hati-hati
14. Membaca angka yang ditunjukkan oleh timbangan
15. Mengangkat bayi dari timbangan keatas meja periksa
16. Mengukur panjang badan bayi dengan penggaris pengukur/metlin dan
membaca hasilnya.
17. Mengukur Lingkar Lengan bayi
18. Mengukur lingkar dada bayi dengan pengukuran dan membaca hasilnya
19. Memakaikan baju bersih
20. Melakukan pengukuran lingkar kepala dan membaca hasilnya :
a. Lingkaran kecil kepala (Circumferentia SOB)
b. Lingkaran sedang kepala (circumferential FO)
c. Lingkaran besa kepala (circumferential MO)
d. Diameter biparietalis
e. Diameter bitemporalis
f. Diameter SOB
g. Diameter SOF
h. Diameter FO
i. Diameter MO
j. Diameter SMB (sub mento bregmatika)
21. Merapikan bayi
22. Membereskan alat
23. Cuci tangan
24. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bayi
25. Melakukan pencatatan dan pelaporan
MEMANDIKAN BAYI
DEFINISI
Cara memandikan bayi yang benar dapat dilakukan dengan menggunakan kain atau washlap pada ibu yang
masih belum berani memandikan bayi dan bayi dapat dimandikan di bak mandi bayi oleh ibu yang sudah yakin
melakukannya. Memandikan bayi harus berhati – hati karena apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat
membahayakan keselematan bayi tersebut.
FUNGSI
Memandikan bayi dengan cara yang benar akan menjaga kebersihan bayi, mengurangi kolonisasi bakteri di
kulit, dan tentunya mengurangi kemungkinan bayi sakit. Memandikan bayi juga dapat meningkatkan bonding
antara bayi dan ibu dan memberikan rasa bahagia pada ibu.
Sebelum memandikan bayi, beberapa bahan yang perlu dipersiapkan adalah washlap, baskom berisi air
hangat, handuk kering dan bersih, tempat meletakkan bayi saat mengeringkan bayi, kapas lembab yang diseduh
dengan air masak, kapas alkohol, peralatan mandi bayi berupa sabun, sampo, bedak serta minyak telon.
Pertama yang harus dilakukan ibu adalah mencuci tangan hingga bersih kemudian bayi yang sudah dibuka
bajunya ditempatkan di tempat yang nyaman dan aman. Selanjutnya mata dibersihkan dengan kapas lembab
dengan arah menggosok dari dalam ke luar dan kapas diganti setiap selesai mengusap. Langkah berikutnya adalah
dengan membersihkan telinga bayi dengan kapas.
Bayi kemudian dibasuh perlahan pada kepala kemudian diberikan sampo bayi dan kemudian dibersihkan.
Bagian tubuh berikutnya adalah bagian leher, dada, perut lengan dan tungkai dibasuh dan disabuni kemudian
dibersihkan. Penting diperhatikan bahwa tangan kiri ibu digunakan untuk menopang punggung bayi dan sabun
yang digunakan memang diindikasikan untuk bayi agar tidak mengiritasi kulit bayi. Kemudian bayi
ditelungkupkan pada tangan kiri ibu dan kemudian bagian punggung dibasuh dan disabuni kemudian dibersihkan
dan dikeringkan dengan lap kering.
Langkah terakhir adalah membersihkan bokong dan kelamin bayi. Membersihkan alat kelamin harus
dilakukan dari arah depan ke belakang untuk mencegah kontaminasi dari bokong. Setelah semua selesai, pastikan
badan bayi kering dan bebas dari sisa sabun. Berikutnya gunakan kapas alkohol untuk membersihkan tali pusat
bayi bila belum lepas.
Bayi kemudian diletakkan di tempat kering yang nyaman dan kemudian diberi bedak, minyak telon serta
dikenakan pakaian untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Pakaian bayi harus bersih dan disetrika serta diletakkan
ditempat yang bebas debu.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat Dan Bahan*) :
1. Bak mandi
2. Sabun mandi
3. Waslap
B Persiapan pasien :
Beritahu pada ibu bahwa bayinya akan dimandikan
C Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Siapkan pakaian bersih
3. Bak mandi diisi dengan air hangat
4. Mata bayi dibersihkan dengan Kapas DTT ( tangan memakai handscoon
steril ).
5. Buka pakaian bayi
6. Jika ada feses dibersihkan dengan kapas DTT ( tangan memakai handscoon
bersih ).
7. Popok digulung dan dimasukkan ketempat pakaian kotor ( bhandscoon
dilepas ).
8. Badan bayi dibasahi lalu disabun dengan waslap
9. Pegang bayi dengan perasat garpu lalu masukkan dalam bak mandi
bersihkan badan bayi dengan waslap baru.
10. Angkat bayi lalu keringkan dengan handuk
11. Buka kasa tali pusat, bersihkan tali pusat jika kotor
12. Bungkus kembali tali pusat dengan kasa steril yang kering
13. Berikan minyak penghangat badan dan bedak bila perlu
14. Kenakan baju dan popok dan gunakan gedong bayi
15. Bayi dikembalikan ketempat tidur
16. Alat-alat dibereskan
17. Cuci tangan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Cuci tangan
2. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
3. Mencocokkan identitas bayi dengan ibu
4. Mengganti pakaian bayi
5. Melakukan pengecekan administrasi
6. Memberikan penyuluhan tentang perawatan sehari-hari dan tanda bahaya.
7. Dokumentasi
8. Memberikan surat keluar dari rumah sakit.
9. Antarkan ibu dan bayinya keluar dari rumah sakit
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan
a. Alat dan ruangan
b. Pasien
c. Lingkungan
2 Pelaksanaan
a. Menjelaskan maksud dan tujuan
b. Mencuci tangan
c. Mengidentifikasi keadaan bayi
d. Memberitahu/menginformasikan keluarga pasien
e. Membuat rujuakan/surat
f. Merapikan bayi
g. Mengirim/mengantar bayi ke layanan kesehatan yang dituju
h. Merapikan bayi
i. Menyerahkan perawatan bayi selanjutnya ke RS
j. Mencuci tangan
k. Mendokumentasikan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Alat dan bahan
1. ASI perasan
2. Gelas steril
3. Sendok
4. Air DTT
5. Lap/oto/kain alas dada
6. Kapas DTT dalam tempatnya
7. Buku catatan bayi
B Langkah-langakah :
1. Pastikan bayi dalam keadaan sadar dan berniat untuk menum.
2. Cuci tangan
3. Menggendong / memangku bayi dengan duduk nyaman
4. Ambil susu dengan sendok sedikit demi sedikit dan sentuhkan dipinggir
bibir bayi.
5. Miringkan sendok sedemikian rupa sehingga sendok menyentuh bibir.
6. Tahan sendok dan tuangkan sedikit demi sedikit (ikuti irama mengecap
bayi).
7. Hentikan pemberian bila sudah memenuhi kebutuhan.
8. Sendawakan bayi dan bersihkan mulut dengan kapas DTT.
9. Cuci dan sterilkan alat-alat yang sudah dipakai.
10. Cuci tangan
11. Catat jumlah ASI yang sudah diberikan
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Vaksin
2. Lemari polar / sanyo
3. termometer
4. Cold Pach
5. Grafik
B Pelaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Aturlah vaksin dengan rapi
3. Simpanlah vaksin Polio dan Campak pada rak 1, paling atas dekat freezer.
4. Rak II untuk menyimpan vaksin BCG
5. Rak III untuk menyimpan DPT, DT, TT.
6. Sediakanlah botol-botol air / cold pack pada rak paling bawah.
7. Simpanlah thermometer pada rak II
8. Monitor karto cold chain dan diikutsertakan pada vaksin yang sama
sampai vaksin habis digunakan.
9. Tutup dan kunci lemari es (jangan dibuka lebih dari 2 hari).
10. Gambarlah suhu pada grafik suhu 2 X sehari.
11. Petugas mencuci tangan
1) Diskripsi BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang
sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2.
2) Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
3) Cara Pemberian dan Dosis :
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Bak spuit steril
3. Sput steril 2,5 cc dan 1 cc
4. Vaksin BCG kering
5. Pelarut vaksin BCG (NaCl 0,9 % 1 ml)
6. Kapas DTT
7. Bengkok
8. Daftar / buku suntikan
9. Sampiran bila perlu
10. Chucing
11. Tempat sampah khusus
12. Larutan klorin 0,5 %
B Menyiapkan Pasien
1. Orang tua diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan khusus
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengambil spuit steril 2,5 cc
Menyedot pelarut kedalam spuit.
4. Masukkan secara bertahap semua pelarut ke dalam ampul.
5. Menghisap vaksin pelan-pelan dan suntikan kembali ke dalam ampul
beberapa kali sampai vaksin tercampur.
6. Membuang bekas ampul pelarut dan spuit 2,5 cc dalam tempat sampah
khusus.
7. Mengambil dan mengisi spuit 1 cc dengan vaksin BCG, vaksin dilebihkan
sedikit dari satu dosis (0.05 ml)
8. Mengeluarkan gelembung udara
9. Mengatur posisi bayi
10. Memegang lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan berada
dibawah lengan anak, lingkarkan ibu jari dan jari-jari anda ke lengan anak
dan kulit ditegangkan.
11. Membersihkan lengan dengan kapas yang dibasahi dengan air bersih
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
12. Memegng semprit dengan tangan kanan, lubang jarum menghadap ke atas
(pastikan jarum sudah erat).
13. Meletakkan semprit dan jarum hampir sejajar dengan lengan anak.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Bak spuit steril
3. Sput steril 2,5 cc dan 1 cc
4. Jarum
5. Vaksin
6. Kapas alkhohol
7. Bengkok
8. Daftar / buku suntikan
9. Sampiran bila perlu
10. Gergaji ampul
11. Tempat sampah khusus
12. Larutan klorin 0,5 %
B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur
4. Membuka tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul.
5. Mengusap karet penutup flakon dengan kapas basah.
6. Mengambil spuit steril 2,5 cc
7. Menghisap udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
8. Menusukkan jarum kedalam flakon, masukkan udara kedalam flakon dan
isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc.
9. Mencabut jarum dari flakon, semprit ditegakluruskan keatas untuk
melihat gelembung udara, apabila ada gelembung ketuklah pelan-pelan
supaya gelembung naik ke atas, lalu dorong piston sampai ukuran 0,5 cc
10. Mengatur posisi bayi
11. Mencuci trochanter mayor femur dan condilylus lateralis dengan cara
palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat diatas, tempat
suntikan pada batas dari bagian atas dan sepertiga tengah pada garis
tersebut.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
12. Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik.
13. Memegang otot pada diantara jari-jari telunjuk pada posisi yang akan
disuntik.
14. Membersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah (daerah otot vastus
lateralis pada paha).
15. Menusukkan jarum tegak lurus (90º) ke bawah melalui kulit antar jari
sampai kedalam otot (secara intra muskuler).
16. Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarumtidak mengenai
pembuluh darah.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Vaksin polio
3. Tutup vaksin
4. Gergaji ampul
5. Bengkok
6. Daftar / buku suntikan
7. Sampiran bila perlu
B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Membuka tutup metal dan tutup karet
4. Memasang pipet plastic pada flakon.
5. Mengatur posisi bayi
6. Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua
pipi anak sehingga mulut terbuka, mpegang bagian pinggir atas pipet dan
ditekan kearah mulut anak dengan kemiringan 45 derajat.
7. Teteskan vaksin polio langsung dari pipet ke dalam mulut anak sebanyak
2 tetes/0,1 ml.
Pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
9. Mencuci tangan.
10. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.
Imunisasi Campak
1. Diskripsi Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku
kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
2. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
3. Cara pemberian dan dosis
Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan
(booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar
kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
4. Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
5. Kontraindikasi Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Menyiapkan Alat :
1. Baki beralas.
B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat ke dekat psien.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan khusus
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Mengambil spuit steril
4. Memegang ampul antar ibu jari dan jari tengah.
5. Jari telunjuk menekan ujung leher ampul.
6. Mengambil gergaji ampul dan gergaji lehernya sampai ampul terlepas
secara melingkar.
7. Membersihkan leher ampul dengan kapas yang telah dibasahi dengan air.
8. Melilitkan plastic pada leher ampul dengan erat.
9. Mematahkan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati.
10. Mengambil spuit steril 5 cc.
11. Menyedot pelarut kedalam semprit dan membuang ampul pelarut.
12. Membuka flakon dengan gergaji ampul.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
13. Membersihkan tutup flakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut
dalam vaksin campak.
14. Memasukkan pelarut ke flakon dan membuang spuit.
15. Mengocok vaksin sampai benar-benar tercampur.
16. Mengambil spuit 1 cc dan mengisi udara atau 2,5 cc
17. Membersihkan tutup karet flakon yang akan digunakan dengan kapas
basah.
18. Memasukkan udara 0,6 cc dalam flakon
19. Menghisap 0,6 cc vaksin semprit.
20. Jarum diganti, semprit ditegakluruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara apabila ada, gelembung udara diketok-ketok pelan sehingga
gelembung naik keatas, lalu dorong piston agar udara keluar.
21. Mengatur posisi bayi
22. Mengapsosis kulit dan jepitlah lengan yang akan disuntik dengan jari-jari
tangan kiri.
23. Masukkan jarum kedalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 45 º
terhadap lengan (1/3 bagian lengan atas) secara subkutan (spuit 2,5 cc)
atau 90 º (spuit 1 cc)
24. Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah.
25. Menekan pistonnya perlahan-laha sebanyak 0,5 cc
26. Mencabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas alcohol
Pasien dirapikan
27. Alat-alat dibereskan, membuang bahan habis pakai ketempat sampah dan
merendam alat-alat ke larutan klorin 0,5 %.
28. Mencuci tangan.
29. Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Baki beralas.
2. Vaksin polio
3. Tutup vaksin
4. Gergaji ampul
5. Bengkok
6. Daftar / buku suntikan
7. Sampiran bila perlu
8. Tempat sampah khusus/safety box
B Menyiapkan Pasien
1. Membawa alat kedekat pasien.
2. Memasang sampiran bila perlu.
C Persiapan petugas :
Cuci tangan
D Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Melakukan pengecekan vaksin
3. Membuka kantong aluminium/plastic dan keluarkan uniject
4. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara telunjuk dan jempol
5. Mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan gerakan yang
cepat, saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus
lapisan.
6. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dam
leher.
7. Mengatur posisi bayi
8. Membuka tutup jarum.
9. Mencari trochanter mayor femur dan condilyus lateralis dengan cara
palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat diatas, tempat
suntikan pada batas daribagian atas dan sepertiga tengah pada garis
tersebut.
10. Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik.
Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui
infuse.
Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau intramuskuler.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Alat Dan Bahan :
1. Set intravena untuk bayi
2. Larutan infuse
3. Bak instrument steril
4. Sarung tangan steril
5. Standart infus
6. Plester
7. Bidai
8. Gunting
9. Tourniquet
10. Bengkok
11. Kapas alcohol
12. Spuit dari jarum
13. Perban
14. Perlak dan alasnya
B Langkah – Langkah :
1. Cuci tangan
2. Pasang perlak dan alasnya pada daerah yang akan dipasang.
3. Buka set infuse dan kencangkan klem penutup yang berada pada tabung
tetes.
4. Buka penutup bagian atas selang dan pembungkus kantong cairan infuse
tanpa menyentuh bagian yang dibuka.
5. Tusukan trokar ke lambung cairan.
6. Gantung kantong cairan pada standart infuse.
7. Secara perlahan-lahantekan tabung tetes agar terisi cairan.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
18. Pasang bidai/spalk, rapikan pasien.
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan.
21. Dokumentasi
2. Tujuan:
Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Mempertahankan fungsi usus
Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan
Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
3. Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,misalnya klien dengan
gangguan jiwa.
Klien yang muntah terus-menerus
Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
4. Indikasi:
Perdarahan GI (Gastrointestinal)
Trauma multiple, pada dada dan abdomen
Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
Obstruksi saluran cerna
5. Kontraindikasi:
Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
6. Kemungkinan Komplikasi:
Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A Persiapan Alat :
1. Sonde dalam kemasannya/dalam tempatnya No.5 – 8
2. Handscoon 1 pasang
3. Jelly
4. Spuit 5 cc dan 20 cc
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan cair sesuai kebutuhan
8. Obat bila diperlukan
9. Serbet makanan
10. Klem
11. Celemek
12. Cutton but.
B Persiapan pasien :
1. Pasien dan keluarga diberitahu
2. Posisi pasien hiperextensi
C Persiapan petugas :
Mencuci tangan
D Pelaksanaan :
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
13. Pasang spuit masukkan air diikuti dengan makan sesuai dengan
kebutuhan.
14. Buka klem
15. Makanan selanjutnya dituangkan sebelum isi spuit habis.
16. Bila pasien harus minum obat, obat dilarutkan dan diberikan sebelum
makan habis.
17. Setelah makanan habis bilas slang dengan air matang kemudian pangkal
pipa diklem.
18. Jika sonde dipasang tetap, dapat diplester.
19. Alat-alat dibereskan.
20. Cuci tangan.
DEFINISI
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal.Perawatan bayi dalam incubator adalah perawatan bayi dalam suhulingkungan yang netral yaitu suatu
keadaan dimana panas yang di hasilkan dapatmempertahankan suhu tubuh bayi tetap.
TUJUAN Terciptanya suhu lingkungan yang normal dimana panas yang di hasilkan dapatmempertahankan suhu
tetap2.
Persiapan pasien2.
Persiapan alat-
Inkubator tertutup/terbuka-
Thermometer-
Oksigen3.
Pelaksanaan-
Inkubator harus selalu tertutup hanya terbuka jika diperlukan dalamkeadaan darurat, misalnya apnea, jika
incubator di buka maka usahakanuntuk memepertahankan suhu bayi tetap hangat, oksigen harus disediakan-
Bayi dalam keadaan incubator harus berada dalam keadaan telanjang(tidak memakai pakaian) untuk
mememudahkan observasi keadaanumum misalnya: pernafasan dan warna tubuh-
Pengaturan panas bagi bayi harus sesuai dengan hati-hati sesuai dengan berat badan dan kondisi tubuh-
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1. Membersihkan incubator dengan desinfektan setiap hari
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservoir
4. Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi
5. Hangatkan incubator sebelum digunakan
6. Tutup incubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar
incubator tetap hangat.
7. Gunakan satu incubator untuk satu bayi.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Persiapan Alat :
a. Pastikan peneutup / pelindung diletakkan pada posisi yang benar.
b. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu dibawah lampu
20 ºc – 30 ºc
c. Nyalakan tombola lat dan periksa seluruh lampu fluoresens menyala
dengan baik.
d. Ganti lampu jika terbakar atau mulai berkedip-kedip :
- Catat tanggal pada pasangan lampu dan hitung total durasi penggunaan
waktu.
- Ganti lampu tiap 2000 jam atau 3 bulan.
- Gunakan kain pada boks bayi atau incubator, untuk memantulkan
kembali sinar sebanyak mungkin kepada bayi.
2
Pelaksanaan :
a. Letakkan bayi dibawah lampu terapi sianar dalam kedaan telanjang.
b. Tutup mata bayi dan pastikan tidak menutupi lubang hidung.
c. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk
d. Ubah posisi bayi tiap 3 jam :
e. Pastikan bayi siap diberi minum :
1. Anjurkan ibu menyususi sesuai kebutuhan bayi.
2. Jika bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras.
3. Jika bayi mendapat cairan IV, naikkan kebutuhannya 10 % selama
bayi dilakukan terapi sinar.
4. Jika bayi mendapat cairan IV atau diberi minuman melalui pipa
lambung bayi tidak perludipindah dari lampu terapi sinar.
f. Selama dilakukan terapi sinar, faeces bayi bisa menjdi cair dan berwarna
kuning. Keadaan ini tidak perlu terapi khusus.
g. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain :
1. Bayi dipindahkan dari alat terapi sianar hanya bila akan di lakukan
tindakan yang tidak dapat dikerjakan dibawah lampu terapi sinar.
2. Jika bayi mendapat terapi oksigen, atikan lampu saat memeriksa bayi
untuk mengetahi sianosis, sentral.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Memberitahu keluarga pasien
2 Mencuci tangan
3 Persiapan Alat :
a. Tabung oksigen lengkap dengannya :
Monometer, humidifier berisi aquadestilata sampai batas, flowmeter pipa
saluran zat asam, kedok zat asam/corong kateter hidung/canula hidung
untuk bayi
b. Peralatan fiksasi : Plester, gunting.
c. Alat tulis.
4 Alat-alat kedekat pasien
5 Cuci tangan
6 Atur posisi hiperekstensi
7 Isi tabung diperiksa dan dicoba
8 Memasang pipa oksigen pada tabung
9 Pipa oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam/kateter hidung/kanula
10 hidung
11 Mengatur volume oksigen sesuai indikasi
12 Memasang kedok zat asam pada hidung pasien
Amati reaksi setelah pemberian O2 :
13 Frekuensi jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit.
14 Bila oksigen diberikan dalam waktu lama fiksasi pipa oksigen dengan plester
15 Rapikan pasien
16 Bereskan alat
Cuci tangan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
1 Indikasi
Bila setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen 100 % frekuensi jantung
bayi kurang dari 60 klai/menit.
2 Posisi pelaksana kompresi dada
Pelaksana menghadap ke dada bayi dengan kedua tangannya dalam posii yang
benar.
3 Lokasi kompresi dada
Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah garis khayal yang
menghuungkan kedua putting susu bayi atau dengan mengikuti batas tulang iga
dengan jari sampai menemukan sifoid. Lalu tempatkan jari-jari sedikit diatas
4 sifoid. Hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus.
Teknik menggunakan ibu jari
a. Kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral, tempat kedua ibu jari di
tulang dada dilokasi kompresi, sedangkan jari-jari lainnya diletakkan
dipunggung bayi.
b. Kedua ibu jari diletakkan berdampingan (untuk bayi kecil ibun jari yang satu
5
diletakkan diatas jari yang lain
Teknik menggunkan 2 jari :
a. Ujung – ujung jari tengah dan jari telunjuk salah satu tangan digunakan
untuk kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada dilokasi kompresi.
Kompesi hanya dilakukan dengan ujung-ijung jari tersebut.
c. Tangan yang lain diletakkan dipunggung bayi, menopang bagian belakang
bayi, sehingga penekanan pada jantung bayi di antara tulang dada dan tulang
belakang lebih efektif. Selain itu tangan yang menopang bagian belakang
bayi dapat merasakan tekanan dan dalamnya kompresi.
Dalamnya kompresi dada (dalamnya tekanan)
Dengan posisi jari-jari dan tangan yang benar, gunakan tekanan yang cukup
untuk menekan tulang dada kira-kira selama 1/3 diameter anteropostereor,
kemudian tekanan dilepaskan untuk memungkinkan pengisian jantung. Yang
dimaksudkan dengan 1 kompresi ialah tekanan kebawah ditambah pembebasan
tekanan.
Kecepatan kompresi dada
a. Rasio kompresi dada dan ventilsi dalam 1 menit ialah 90 kompresi dada
dan 30 ventilasi (rasio 3 : 1). Dengan demikian kompresi dada dilakukan
3 kali dalan 1 ½ detik dan ½ detik untuk ventilasi 1 kali.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
b. Ibu jari atau ujung-ujung jari harus tetap kontak dengan tempat
kompresi dada sepanjang waktu, baik pada saat penekanan maupun pada
saat melepas penekanan. Jika ibu jari atau ujung-ujung jari diangkat
dari tulang dada, maka :
Membuang waktu untuk melokalisasi kembali daerah
penekanan.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
A PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Tensimeter
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Kom berisi kapas
6. Larutan antiseptik
7. Pinset
8. Sarung tangan
9. Kasa steril
10. Botol cebok
3. Bengkok
4. Perlak
B PERSIAPAN RUANGAN
1. Tutup jendela dan pintu / pasang sampiran untuk menjaga privacy pasien
C PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien diberi tahu tindakan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Berikan pasien posisi berbaring senyaman mungkin
3. Menjaga privasi pasien
D LANGKAH-LANGKAH
1. Beri salam
2. Membawa alat kedekat pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi pasien
5. Menanyakan keluhan ibu dan keluhan mengenai bayinya
a. Apakah dapat istirahat dan cukup tidur
b. Apakah makanan dan minuman dapat dihabiskan atau masih terasa
kurang
c. Apakah obat ysng diberikan diminum
d. Apakah ada masalah mobilisasi
e. Apakah sudah BAB
f. Apakah BAK lancar
g. Bagaimana keadaan lochea dan apakah ada perdarahan
h. Apakah bayi dapat menyusu dengan baik, tidur dengan tenang
6. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Memperhatikan keadaan umum, kesadaran, penampilan (kesakitan,
pucat)
b. Memeriksa tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan
c. Memeriksa status genetalis sesuai dengan keluhan yang ada
d. Meminta ibu untuk membuka sebagian pakaiannya sesuai dengan
daerah yang akan diperiksa
e. Memeriksa payudara, apakah pengeluaran coloctrum / ASI,
pembengkakan, puting susu lecet, puting susu mendatar dan apakah
ada radang dan benjolan abnormal
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
f. Memeriksa abdomen secara umum, memeriksa tinggi fundus uteri dan
kontraksinya
g. Memeriksa apakah kandung kemih kosong / penuh
h. Memeriksa luka jahitan episiotomi (apabila ada), apakah memerlukan
perawatan luka perineum
i. Adakah perdarahan / lochea (observasi jenis, warna, jumlah dan bau).
j. Kebersihan daerah perineum
k. Apakah ada hemoroid, perdarahan pada anus
l. Periksa ekstremitas bawah (pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki
yang menyebabkan nyeri, edema, varises, dan homans’sign)
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING
1 Memberikan salam pada klien.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING
1 Memberikan salam pada klien
2 Menanyakan rencana keluarga
3 Menjelaskan mengenai KB suntik : cara kerja, efektifitas, keuntungan dan
kerugian, efek samping, serta apa yang perlu dilakukan kalau terlambat suntik.
4 Memastikan bahwa DMPA merupakan pilihan klien
5 Menanyakan pemakaian kontrasepsi sebelumnya dan riwayat penyakit
PENYUNTIKAN
Persiapan dan Pemeriksaan
9 Menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan (semprit, kapas, alcohol
10 Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik (tertera dilabel vial).
11 Menimbang berat badan
12 Mengukur tekanan darah
13 Mengatur posisi klien
Persiapan Menyuntik
15 Mengocok dengan baik vial DMPA, hingga semua obat larut
16 Membuka penutup plastic atau logam tanpa menyentuh penutup karet.
17 Membuka kemasan semprit dan jarum suntik tanpa terkontaminasi
18 Mengencangkan jarum suntik pada tabung.
19 Memasukkan obat kedalam semprit
20 Mengeluarkan udara dari jarum semprit.
Pemberian Suntikan
21 Menusukkan jarum ke otot secara IM
22 Melakukan aspirasi
23 Menyuntikkan obat dengan perlahan
24 Mencabut arum suntik secara cepat.
Pasca Suntikan
25 Menekan bekas suntikan menggunakan kapas alcohol
26 Dekontaminasi jarum suntik membuangnya dengan benar
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
27 Mencuci tangan
28 Mengisi kartu peserta KB dan menyerahkan kepada klien
29 Memberitahu tanggal suntik kembali
30 Melakukan pencatatan pada buku register / catatan akseptor.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PEMASANGAN IMPLAN
Pemeriksaan Fisik :
19 Memeriksa apakah klien tidak memiliki kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah
20 Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan bila ada indikasi dan meneliti kembali
rekan medik.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PEMASANGAN KAPSUL IMPLANT
21 Persiapan alat :
a. Meja periksa
b. Batang implan dalam kemasan
c. Kain penutup steril/DTT
d. Duk lubang steril atau DTT 1 buah
e. Kom kecil steril 2 buah
f. Sepasang sarung tangan steril atau DTT
g. Sabun untuk cuci tangan
h. Betadin/Povidon iodine
i. Lidokain 1% tanpa epinefrin
j. Spuit 5-10 cc 1 buah
k. Trokar 1 buah
l. Skapel 1 buah
m. Klem penjahit/mosquito
n. Kasa pembalut,band aid atau plester
o. Kasa steril dan pembalut
p. Bak instrumen
q. Tempat sampah medis dan non medis
r. Larutan klorin 0,5%
Persiapan klien :
22 Tanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang
prosedur pemasangan implant.
23 Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi.
Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anastesi
24 Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak ada
sisa sabun.
Persiapan petugas
25 Membantu klien naik kemeja periksa dan menutup tempat tidur klien.
26 Meletakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien dan mengatur
posisi lengan dengan benar.
27 Menentukan lokasi pemasangan pada bagian dalam lengan atas dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
42 Sambil mengungkit kulit,masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 ( pada pangkal trokar ) tepat berada pada luka insisi.
43 Keluarkan pendorong.
44 Memasukkan kapsul yang pertama kedalam trokar dengan tangan atau dengan
pinset,tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul sehingga dapat menangkap
kapsul bila jatuh.
45 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan.
46 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan dan tarik trokar keluar
dengan sampai mencapai pegangan pendorong .
47 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda 2
( pada ujung trokar terlihat pada luka insisi ; jangan mengeluarkan trokar dari
tempat insisi).
48 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
49 Setelah kapsul terpasang arahkan kembali trokar 15 derajat mengikuti tanda
yang telah digambar pada kulit untuk memasang kapsul ke dua. (Tehnik sama
dengan pemasangan kapsul pertama)
DENGAN TROKAR DISPOSIBLE
a. Ambil trokar dari kemasan
b. Setelah membuat insisi, tusukkan trokar sampai batas, dorong pendorong
hingga ada tahanan kemudian putar pangkal pendorong hingga bunyi klik
c. Tarik trokar jangan sampai keluar ujungnya, arahkan trokar ke pola ke 2
dengan memutar 15 0 , sedikit mengungkit kulit masukkan trokar, dorong
pendorong hingga ada tahanan, kemudian putar pangkal pendorong hingga
bunyi klik
50 Hindari kapsul yang telah dipasang mengalami kerusakan akibat tertusuk trokar
pada waktu pemasangan kapsul selanjutnya.Gunakan jari telunjuk untuk
memasang kapsul yang sudah terpasang sementara memasukkan trokar ke
posisi berikutnya.
51 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang.
52 Raba kapsul untuk memastikan ke dua kapsul implant telah terpasang dalam
pola kipas.
53 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
66 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
67 Memberi kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya, berikan jawaban
sesuai kebutuhan.
68 Mengobservasi selama 5 menit sebelum memperboleh klien pulang.
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PENCABUTAN IMPLAN
Konseling Pra Pencabutan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungan klien ingin mencabut implant dan jawab semua
pertanyaannya.
3 Menanyakan tujuan Keluarga Berencana selanjutnya
4 Menjelaskan proses pencabutan implant dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pencabutan dan setelah pencabutan
Persiapan Pasien
6 Menanyakan adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
7 Memastikan klien mencuci lengannya dengan benar.
8 Mengatur posisi klien dan raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi.
Persiapan Petugas
9 Memastikan semua peralatan sudah steril atau DTT tersedia.
10 Membuka peralatan steril dari kemasannya.
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PEMASANGAN IUD
Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Menanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi.
6 Menanyakan sikap atau agama yang dianutnya yang dapat mendukung atau
menolak salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang ada.
Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan data-data pribadi klien.
9 Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta kuntungan dari masing-masing kontrasepsi, jelaskan juga mengenai IUD
10 Mendiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik.
11 Membantu klien untuk memilih metode yang tepat.
12 Meneliti bahwa klien tidak memiliki kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah (lengkapi rekam medic).
13 Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
14 Memastikan apakah klien cocok menggunakan IUD.
15 Menjelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul
16 Menyingkirkan kemungkinan klien sedang hamil.
17 Menjelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pemasangan dan setelah pemasangan.
18 Memberikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya, serta berikan
jawaban sesuai kebutuhan.
19 Persilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent, dan
mintalah tanda tangan klien dan suaminya
PENAPISAN KLIEN
Anamnesis
20 Menanyakan dengan seksama apakah klien telah mendapatkan konseling
tentang prosedur pemasangan IUD.
21 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan apakah klien cocok
LANGKAH/TUGAS PENILAIAN
KONSELING PASCA PEMASANGAN IUD
64 Melengkapi rekam medic
65 Mengajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang IUD dan
kapan harus dilakukan.
66 Menjelaskan klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
67 Memberitahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk control dan
mengingatkan kembali masa pemakaian IUD Cu T 380 A adalah 8 tahun.
68 Meyakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medic, atau bila menginginkan mencabut
kembali IUD tersebut.
69 Meminta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
70 Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan berikan jawaban
yang diperlukan.
71 Melakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
KETRAMPILAN
PENCABUTAN IUD
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus
berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING PRA PENCABUTAN IUD
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungan klien
3 Menanyakan alasan pencabutanIUD
4 Menanyakan tujuan Keluarga Berencana selanjutnya
5 Menjelaskan proses pencabutan IUD dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan.
6 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab sesuai kebutuhan.
PENCABUTAN IUD
Tindakan Pra Pencabutan
7 Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
8 Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
9 Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
10 Memasang dan memakai lampu periksa.
Tindakan Pencabutan
11 Menggunakan sarung tangan dengan cara aseptic
12 Memasang speculum vagina untuk melihat serviks.
13 Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali.
14 Menjepit benang yang dekat serviks dengan klem.
15 Menarik keluar benang IUD dengan perlahan untuk mengeluarkan IUD.
16 Menunjukkan IUD tersebut pada klien.
17 Mengeluarkan speculum dengan hati-hati.
KETRAMPILAN
KONSELING TUBEKTUMI
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING AWAL
Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Tanyakan alasan klien mengikuti program KB
6 Tanyakan apa yang diketahui klien tentang kondisi/situasi yang menurutnya
dapat mendukung atau membatasi pilihannya terhadap pilihannya atas salah
satu atau beberapa metode kontrasepsi yang ada.
Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan dan mencatat data pribadi klien (nama, alamat, dan
sebagainya).
9 Memberikan informasi tentang kuntungan dan keterbatasan pilihan kontrasepsi
yang tersedia.
10 Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk
diri dan pasangannya.
11 Memastikan bahwa klien telah memenuhi syarat : sukarela, bahagia, dan sehat.
Memastikan klien telah mengenali dan mengerti tentang keputusannya
12 memilih tubektumi.
Mempersilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar informed consent,
13 dan mintalah tanda tangan klien dan suaminya
KETRAMPILAN
KONSELING VASEKTOMI
PENILAIAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2 3 N/A
KONSELING AWAL
Wawancara Pendahuluan :
1 Menyapa klien dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan tujuan kunjungannya
3 Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
4 Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5 Tanyakan alasan klien mengikuti program KB
6 Tanyakan apa yang diketahui klien tentang kondisi/situasi yang menurutnya
dapat mendukung atau membatasi pilihannya terhadap pilihannya atas salah
satu atau beberapa metode kontrasepsi yang ada.
Metode Konseling
7 Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
8 Mengumpulkan dan mencatat data pribadi klien (nama, alamat, dan
sebagainya).
9 Memberikan informasi tentang kuntungan dan keterbatasan pilihan kontrasepsi
yang tersedia.
10 Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai untuk
diri dan pasangannya.