PENDAHULUAN
A. Pengertian Las
Las atau welding merupakan salah satu cara penyambungan logam, dengan istilah
daerah lasan atau weld dimaksud daerah penyambungan logam yangh dihasilkan
pengelasan tersebut.
Pengelasan yaitu mencairkan sebagian logam induk dengan logam pengisi atau
logam tambahan (jika diperlukan tambahan logam pengisi) untuk menghasilkan
sambungan yang kontiniu. Pengelasan merupkan salah satu bagian yang tak terpisahkan
dari proses manufaktur. Proses manufaktur yang kita kenal antara lain proses pengecoran
(metal casting), pembentukan (metal forming), permesinan (machining), dan metalurgy
serbuk (powder metallurgy). Proses pengelasan yang pada prinsip nya adalah
menyambungkan dua atau lebih komponen. Lebih tepat di tujukan untuk merakit
(assembly) beberapa komponen menjadi suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit
bisa saja dari produk hasil pengecoran, pembentukan atau permesinan, baik dari logam
yang sama maupun berbeda.
Cara penyambungan lain yang telah dikenal lama selain pengelasan adalah
penyambungan dengan cara brazingdan soldering. Perbedaannya dengan [engelasan
adalah pada brazing dan soldering tidak sampai mencairkan logam induk. Sedangkan
perbedaan antara brazing dan soldering terletak pda titik cair logam pengisinya. Titik cair
logam pengisi proses brazing berkisar 4500C – 9000C. Sedangkan uintuk soldering, titik
cair logam pengisinya kurang dari 4500C. Disini dapat kita lihat bahwa proses proses
pengelasan dapat dibagi tiga bagian utama, yaitu pengelasan mencair (fusion weding),
pengelasan tidak mencair (solid state welding)dan soldering/brazing. Dengan demikian
dalam pelaksanaan pengelasan diperlukan alat untuk mencairkan logam yang akan
disambungkan. Perlatan pencair dan atau pemanas logam dapat didasarkan pada
penggunaan energi gas atau energi mekanik.
1. Mesin las
Sumber tenaga Las dapat diperoleh dari motor bensin atau diesel dan gardu
induk. Tenaga listrik tegangan tinggi dialihkan kebengkel melalui beberapa
transformator. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las biasanya
- 110 volt
- 220 volt
- 380 volt
Pesawat las jenis ini terdiri dari transformator yang dihubungkan dengan jala
PLN atau dengan pembangkit listrik, motor disel, atau motor bensin.Kapasitas
trafo biasanya 200 sampai 500 ampere. Sedangkan voltase (tegangan) yang ke luar
dari pesawat trafo ini antara 36 sampai 70 volt, dan ini bervariasi menurut pabrik yang
mengeluarkan pesawat las trafo ini.
Pada mesin las A.C, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Besar arus dalam pengelasan dapat diatur dengan alat penyetel, dengan jalan
memutar handle menarik atau menekan, tergantung pada konstruksinya.
Pemasangan kabel sekunder, pada mesin las D.C dapat diatur / dibuat menjadi DCSP
atau DCRP.
Bila kabel elektroda dihubungkan kekutub negative mesin, dan kabel masa
dihubungkan kekutub positif maka disebut hubungan polaritas lurus (D.C.S.P)
catatan:
DCSP = direct current straight polarity
DCRP = direct current revers polarity
Pada hubungan D.C.R.P, panas yang timbul, dua pertiga memanaskan
elektroda dan sepertiga memanaskan benda kerja. Berarti elektroda menerima
panas yang lebih banyak dari benda kerja
kapan dipergunakan D.C.R.P, tersebut?
Ini tergantung pada :
- bahan benda kerja
- posisi pengelasan
- bahan dan salutan elektroda
- penembusan yang diinginkan
Keuntungan-keuntungan pada mesin D.C antara lain:
- busur nyala stabil
2. Elektroda
Elektroda yang dipergunakan pad alas busur mempunyai perbedaan komposisi
selaput maupun kawat inti. Diantaranya adalah elektroda berselaput.
Pada elektroda ini pengelasan fluksi pada kawat inti dapat dengan cara destruksi,
semprot atau celup
.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 sampai 7 mm dengan panjang antara 350
sampai 450 mm.
Bahan untuk selaput fluksi elektroda tergantung pada kegunaanya, yaitu antara
lain selulosa, kalium karbonat, tintanikum dioksida, kaolin, kalium oksida
mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silicon, besi mangan dan sebagainya, dengan
persentase yang berbeda-beda untuk tiap jenis elektroda.
b. Tebal selaput
Tergantung dari jenisnya, tebal selaput elektroda antara 10% sampai 50% dari
diameter elektroda.
Udara luar yang mengandunng O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik
dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak akan tereapung dadn membeku
melapisi permukaan las yang masih panas.
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam-
macam elektroda las.
Keterangan :
a. E menyatakan elektroda
b. Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit
las dalam ribuan dengan 1b/inchi²
c. Angka ketiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
– Angka (1) untuk pengelasan segala posisi,
– Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan.
d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan.
b. Pemegang elektroda.
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus
oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian
pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan
dari bahan fiber atau kayu.
c. Palu las.
Digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.Berhati-hatilah
membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke
mata atau ke bagian badan lainnya.
d. Klem Massa.
Adalahsuatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya
klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti
Tembagaagar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi
dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja dengan baik .
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem
massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat,
minyak.
e. Tang (penjepit).
Yang dimaksud dengan posisi atau sikap pengelasan yaiu pengaturan posisi atau
letak gerakan elektroda las. Posisi pengelasan yang diambil oleh operator las
biasanya tergantung dari letak kampuh-kampuh atau celah-celah benda kerja yang
akan di las. Posisi-posisi pengelasan pad alas listrik, yaitu posisi pengelasan dibawah
tangan, posisi pengelasan mendatar (horizontal), posisi pengelasan tegak (vertical
dan posisi pengelasan di atas kepala.
Posisi pengelasan yang paling mudah untuk las listrik yaitu pengelasan dengan
posisi dibawah tangan. Posisi ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar.
Sudut pengelasan yang dibentuk sekitar 85˚. Yang perlu diperhatikan yaitu posisi
kemiringan elektroda pada bendakerja. Posisi pengelasan ini sering dilakukan pada
pengelasan umum, misalnya penyambungan komponen-komponen.
Benda kerja terletak di atas kepala operator las. Posisi pengelasan ini lebih
sulit dibandingkan dengan posisi yang lain karena posisi benda kerja diatas kepala.
Sudut yang dibentuk sekitar 80˚. Posisi pengelasan ini dilakukan untuk pengelasan
pada permukaan datar atau permukaan yang agak miring tetapi posisinya berada
diatas kepala, yaitu letak elektroda berada dibawah benda kerja.
D. Kesalahan Pengelasan
6) Terjadi pengerutan
Pengelasan dengan oksi asitelin adalah proses pengelasan secara manual dengan
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung atau mencair oleh nyala gas
asitelin melalui pembakaran C2H2dengan gas O2 dengan atau tidak dengan logam pengisi.
Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang
dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
Gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG), methane dan hydrogen.
Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka ketiga jenis
gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.
Prinsip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas
asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul
nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan
memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan
maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya
terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur
dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang
mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang
digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-
asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100
kPa dandisimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi
berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen mapu
menahantekanan sampai 1,7 MPa.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen
komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari
nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa.Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.Gelembung-gelembung gas naik dan
endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat
dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun,
berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan
tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh
lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen
haruslah selalu tegak lurus).
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan.Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-
tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium.Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam
mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan
dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung.
Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau
gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu. Table berikut ini
menunjukan kode warna tabung gas untuk berbagai jenis warna.
Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
6. Katup tabung.
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini
ditempatkan tepat dibagian ats dari tabung. Pada tabung oksigen, katup biasanya dibuat dari
material kuningan, sedangkan untuk tabung gas asetelin, katup ini terbuat dari material baja.
Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen. Nyala
apimenampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.
2. Nyala Karburasi
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhunyalanya
bisa mencapai 3500 derajat Celcius.Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam
pengisi.Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air denganreaksi
sebagai berikut :C2H2+2 H2O Ca(OH)2+C2H2.
3. Nyala Oksidasi
4. Nyala Netral
Kebocoran gas asetelin akan sangat membahakan karena hal ini dapat mengakibatkan
awal terjadinya kebakaran atau ledakan. Kebocoran gas biasanya terjadi pada bagian
penutup, bagian hubungan antara tabung dan penutup tabung, dan bagian – bagian
sambungan – smbungan tabung, karena tabung dirancang untuk bekerja pada tekana kerja
yang tinggi sehingga konstruksinya kokoh. Untuk menghindari terjadinya kebocoran –
kebocoran sebaiknya :
Untuk menghindari bahaya kebakaran maka dalam bengkel las harus mempunyai
tabung pemadam kebakaran, yang diletak pada posisi yang mudah dan seepat dijangkau
bila sewaktu – waktu akan digunakan. Selain tabung pemadam kebakaran yang harus
tersedia dalam bengkel las yaitu adalah sumber air. Air dapat digunakan untu membantu
proses pengelasan misalnya untuk proses pendinginan juga dapat digunakan utuk
membantu pengamanan m,isalnya untuk pendinginan tabung asetelin jika terjadi
pemanasan pada tabung asetelin.
Alat – alat keselamtan kerja pada bengkel las asetelin yang digunakan sama dengan
alat – alat keselamatan kerja pada las listrik yaitu :
1. Topeng Las/Helm Las
Untuk melindungi mata, kepala/rambut dari percikan pada saat melakukan
pemotongan dengan oksi-asetelin atau api las benda – benda las lainny. Juga untuk
melindungi muka operator las terhadap percikan hasil pemotongan, dan ledakan
percampuran gas yang tidak sempurna.
2. Pakaian kerja (Apron)
Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api. Apron terbuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar seperti kulit atau dari asbes. Apron terdiri apron
lengan dan apron dada.
3. Sarung tangan ( Welding Gloves)
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehuingga tidak menghalangi
pergerakan jari – jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau peralatan
lainnya.sepasang sarung tangan tidak terkena percikan bunga api atau benda panas
yang dilas.
4. Sepatu Las.
Karakteristik sepatu las sangat berbeda denga sepatu biasa pada umumnya.
Sepatu las harus dapat dibuat dari bahan kulit dimana bagian ujunhgnya terdapay
pelat besi pelindung. Hal ini sangat berguna untuk melindungi kaki dari benda –
benda keras dan tajam yang jatuh mengenai kaki. Selain itu, alas sepatu terbuat dari
karet yang tidaklicin sehingga pemakainnya tidak mudah terpeleset saat mengangkat
benda – benda berat.
5. Kamar Las.
Kamar las memiliki meaj las untuk meletakkan benda kerja dan tabir – tabir
untuk menghalangi sinar las keluar secara berlebihan. Pengelasan yang dilakukan
diluar kamar las biasanya, menimbulkan gangguan terhadap orang yang ada disekitar
operator las akibat sinar las.
A. Kesimpulan
Setelah penulis membaca dari semua referensi yang didapatkan dari penyusunan
makalah ini maka penulis dapatmenyimpulkan bahwa :
Pada akhirnya penulis menngetahui pengertian las listrik, alat – alat yang
digunakanpada proses las listrik, posisi pengelasan las listrik serta keselamatan
kerja yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik.
Penulis pada akhirnya dapat mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yang
digunakan pada praktikmlas gas, jenis – jenis nyala api, serta posisi pengelasan
pada proses las gas.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut :
Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai
referensi agar makalah yang dibuat agar lebih baik.
Pelajarilah makalah yang telah dibuat agar dapat menambah wawasan lagi.
www.labteknologimekanik.com
http://kamissore.blogspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html
Cary Howard B,”Modern Welding Technology” Prentice Hall, EnglewoodCliffs, New Jersey
Q7632, USA, 1994
http://laslistrik.blogspot.com/2008/06/html
http://materialkuliah.blogspot.com/2009/06/.html
http://arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html