Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan
sifat kimia atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya
reaksi kimia atau suatu materi yang di ciptakan atau memusnahkan serta
dapat dijelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut
misalnya terjadi perubahan materi dan energy.
Kita hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak
dahulu telah dikenal dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar
Polimer sintesis. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
Ag pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaks idengan indicator
membentuk endapan coklat kemerahan. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi terhadap
kerusakan lingkungan akibat aktivitasmia yang semakin meningkatkan
Kadar halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan suatu metode analisis titrimetri titrasi yang digunakan adalah
titrasi argentometri.
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif
melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri
sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal
atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan penyaringan atau
pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat
yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama
dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada
berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam
larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.(G.Svehla, 1979)
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan
menimbang zat secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua
menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat
pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode titrasi.
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu
larutan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut
larutan baku atau larutan standar,sedangkan indicator adalah zat yang
memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan
istilah titik akhir titrasi.(Nana Sutresna, 2008)
Titrasi argentometri biasa juga di sebut dengan titrasi pengendapan yang
merupakan titrasi yang memperlihatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titran.Jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran di tambahkan
analit,tidak adanya interpensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi
mudah diamati.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung
ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3 selanjutnya dititradi kembali dengan
ammonium tiosianidat menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat.
(Ibnu Gholib Gandjar, 2009)
Argentometri adalah titrasi pengendapan yang menggunakan larutan
standar AgNO3 sebagai larutan bakunya.Biasa ada tiga metode Mohr,metode
Volhard dan metode Vajans.
Ada dua syarat untuk titrasi ini yaitu :
1. Konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar.
2. Hasil kali kelarutan (KSP) harus sekecil mungkin,karena semakin kecil
KSP maka semakin tajam perubahan.(Raymond’s, 2001)
1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta menetapkan
kadarnya dengan menggunakan prinsip reaksi pengendapan.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui kadar pada suatu sampel dengan menggunakan
metode argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil
reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip
dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada
setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta
diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
2.2 Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)
2.3 Metode-Metode Titrasi Argentometri
2.3.1 Metode Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan
K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna.
Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan
sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak
terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat
digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini,
endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama
yang terbentuk selama titrasi.
Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan
BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang
berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2.3.2 Metode Volhard
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana
haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis.
AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak
bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
2.3.3 Metode K. Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator
adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau
kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga
macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah
muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh
menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir
tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
2.3.4 Metode Liebig
Pada metode ini titik akhit titrasinya tidak ditentukan dengan
indicator, akan tetapi di tunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat di tambahkan pada larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada pengocokan larut kembali karena
terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna
penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan perak
sianida. Titik akhir di tunjukkan dengan terjadinya kekeruhan yang
tetap. Kesukaran dalam memperoleh titik akhir yang jelas disebabkan
karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik
akhir. (Tim Penyusun Kimia Analitik 1, 2015)
2.4 Uraian bahan
1. Aquades (H2O)
Aquades berbentuk cair, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa,
titik didih 100 ºC, berat molekul 18 gram/mol, pH 7 (netral) dan
merupakan pelarut murni (Anonim, 2005).
2. Perak Nitrat (AgNO3)
AgNO3 larut dalam air, merupakan garam, oksidator kuat, dapat di
isolasi, beracun, padatan kristal, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
aromatis.
3. Kalium Kromat (K2CrO4)
Berwujud padat dan berwarna kuning sistem belah ketupat. Kalium
kromat tidak berbau, larut dalam air dan merupakan senyawa anorganik.
4. Natrium Klorida (NaCl)
Nama lain ialah garam dapur atau halit, berwujud kristal putih dan
tidak berwarna bersifat higroskopis yang artinya zat yang dapat
menyerap air. Aplikasi nyata adalah garam dapur, bila tidak disimpan
tempat tertutup rapat lama kelamaan akan basah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia stikes bina mandiri
gorontalo pada hari sabtu tanggal 07 bulan November tahun 2017 pukul 13.00
WITA.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Batang pengaduk,
buret, corong, erlenmeyer, kaca arloji, klem dan statif, labu ukur, neraca
analitik, pipet tetes, dan gelas kimia.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, AgNO3 murni,
K2CrO4 5%, NaCl, sampel garam dapur, dan aquades.
3.4 Prosedur Kerja
Pembuatan dan standarisasi larutan baku.
1. Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N
Timbangan secara seksama AgNO3 murni sebanyak 8,5 gr, larutan
dengan aquadest sebanyak 50 ml dalam gelas piala, aduk sampai
homogen, cukupkan volumenya hingga 500 ml dengan menggunakan labu
takar.
2. Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl
Timbang sebanyak 80 mg NaCl yang telah bebas dari air, larutan dalam
50 ml aquadest, titrasi dengan menggunakan perak nitrat 0,1 N dengan
menggunakan indikator K2CrO3 5 % hingga terbentuk warna cokelat
merah lemah. Perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Hitung normalitas.
3.5 Penetapan Kadar Sampel
Metode yang digunakan : Metode Mohr
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, bilas buret menggunakan
aquades kemudian kalibrasi dengan AgNO3, isi buret dengan menggunakan
AgNO3 0,1 N. Timbang garam dapur dengan seksama 0,3 gr. Larutkan
dengan menggunakan aquades sebanyak 100 ml, sampai tanda batas labu
ukur. Ambil 25 ml, masukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan indicator
kalium kromat 4 tetes. Titrasi dengan menggunakan AgNO3 0,1 N sampai
terjadi perubahan warna dari kuning sampai terdapat endapan merah bata.
Catat volume AgNO3 yang digunakan, ulangi percobaan sebanyak 2 kali.
Kemudian hitung kadar NaCl dalam garam dapur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap argentometri dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1 Hasil Pembuatan larutan baku
No Bahan Massa/ml Volume
1. AgNO3 Murni 8,5 gr 50 ml
2. NaCl 80 mg 50 ml
3. Garam Dapur 0,3 gr 100 ml

Tabel 2 Hasil standarisasi dan penetapan kadar


No Bahan V titrat V titran Indikator Hasil
1. NaCl 50 ml 7,2 K2CrO4 5 % Terjadi perubahan
warna coklat
lemah.
2. Garam 25 ml 15,5 ml K2CrO4 5 % Dari warna kuning
dapur menjadi endapan
warna coklat merah
lemah.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan argentometri untuk pembuatan
dan standarisasi larutan baku serta menentukan kadar NaCl dalam garam
dapur.
Langkah pertama membuat larutan AgNO3 0,1 N dengan menimbang
AgNO3 murni sebanyak 8,5 gr kemudian larutkan dengan aquadest sebanyak
50 ml dan homogenkan, cukupkan volumenya hingga 500 ml dengan
menggunakan labu takar. Setelah itu standarisasi larutan baku AgNO3 0,1 N
dengan NaCl, menimbang NaCl sebanyak 80 mg kemudian larutkan dengan
50 ml aquadest dan titrasi dengan menggunakan AgNO3 0,1 N dengan
menggunakan indikator kalium kromat 5% hingga terbentuk warna coklat
merah lemah. Tujuan ditambahkannya indikator tersebut adalah supaya ketika
mencapai titik akhir titrasi keadaan analit dapat diamati secara visual, karena
dengan penambahan kalium kromat akan terbentuk endapan merah bata yang
menjadi tanda titik akhir titrasi (Yova yuvitasari, 2013).
Langkah selanjutnya yaitu penetapan kadar NaCl dalam garam dapur
dengan menggunakan metode mohr. Menimbang garam dapur sebanyak 0,3
gr, larutkan dengan menggunakan aquadest sebanyak 100 ml. Pipet 25 ml
larutan NaCl dan masukkan kedalam erlenmeyer kemudian tambahkan 4 tetes
indikator kalium kromat. Sebelumnya buret telah diisi dengan AgNO3 0,1 N
untuk proses titrasi dengan NaCl sampai terjadi perubahan warna dari kuning
bening sampai terdapat endapan merah bata.
Persamaan Reaksi:
NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini maka dari hasil pengamatan serta hasil praktikum
dapat disimpulkan bahwa telah mengidentifikasi zat dalam sampel yakni NaCl
yang terdapat didalam garam dapur serta telah menetapkan kadar NaCl dari
prinsip yang digunakan yaitu reaksi pengendapan (Argentometri) pada metode
mohr.
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini dan selanjutnya, sebaiknya harus diperhatikan
sebelum melakukan percobaan alat yang akan digunakan harus dalam
keadaan aman agar tidak membahayakan praktikan. Dan pada saat
melakukan titrasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
kelebihan titran. Dan juga diberikan waktu yang lebih leluasa agar praktikan
dapat menganalisa hasilnya dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Prof.Dr.Ibnu Gholib,2009. Kimia Farmasi Analis. Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Raymond’s. 2001. Frame Analisis chemistry of pharmacy 2. Makassar

Shehla.G,1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Edisi Ke Lima. Kalma Media Pustaka; Jakarta

Sutresna Nana. 2008. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo Media Pratama; Jakarta

Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga. Jakarta.


LAMPIRAN

Perhitungan

1. Penentuan jumlah AgNO3 yang akan ditimbang


Dik : Mr AgNO3 = 170
P = 250
AgNO3 = 0,1 N
Dit : Gr
Mr x P X AgNO3
Penye : Gr =
1000
170 x 250 x 0,1 4,250
= =
1000 1000

= 4,25
2. Volume Titrasi
T1 = 13,5
T2 = 27,5 – 13,5
= 14,0
3. Penentuan Kadar NaCl
Fp x V.AgNO3 x N.AgNO3 x Bst NaCl
Kadar NaCl = x 100%
1000

100
x 13,25 x 0,1 x 58,45
= 15 x 100%
1000

309
= x 100
300

= 103,2 %
LEMBAR ASISTENSI

No Hari/tgl Koreksi Paraf

Anda mungkin juga menyukai