Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Trafficking

a.Pengertian

adalah sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara bersembunyi-sembunyi


untuk direkrut dan dibawa baik antar daerah maupun ke luar negeri dengan tujuan untuk
memaksa perempuan masuk ke dalam situasi eksploitasi demi keuntungan perekrut,
penyelundup dan sindikat kriminal.( Amirudin ,2009)

adalah praktek perbudakan manusia oleh manusia yang prosesnya dilakukan dengan
kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan sosial dan ekonomidengan modus dari cara yang
halus seperti bujukan dan penipuan sampai cara yang kasar seperti paksaan dan perampasan.
(Wyatt,2009)

Perdagangan anak biasanya bertujuan:

1. Eksploitasi untuk tujuan pekerjaan( termasuk perbudakan dan tebusan)


2. Eksploitasi seksual (termasuk prostitusi dan pornografi anak)
3. Eksploitasi untuk pekerjaan ilegal( mengemis, perdagangan obat terlarang)
4. Perdagangan adopsi
5. Perjodohan dengan pemaksaan

Pelaku trafficking menggunakan berbagai tehnik untuk menanamkan rasa takut pada korban
supaya bisa terus diperbudak, dengan cara:

1. Menahan gaji agar korban tidak memiliki uang untuk melarikan diri
2. Menahan paspor, visa, dan dokumen penting lainnya agara korban dapat bergerak
dengan leluasa karena takut tertangkap polisi
3. Memberitahukorban bahwa status mereka ilegal dan akan dipenjara serta dideportasi
jika mereka berusaha kabur
4. Mengancam akan menyakiti korban dan keluarganya
5. Membatasi hubungan dengan pihak luaragar korban terisolasi dari mereka yang dapat
menolong
6. Membuat korban tergantung pada pelaku dalam hal makanan, tempat tinggal,
7. Memutus hubungan antara pekerja dengan keluarga dan teman

b. Faktor-faktor terjadinya perdagangan anak :

 Kemiskinan ( permasalahan ekonomi)


Perekonomian semakinsulit dan semakin banyak rakyatyang tidak mampu untuk
membiayai keluarganya khususnya anaknya. Mulai pendidikan sekoalh, hingga biaya
kehidupan sehari-hari sehingga kelompok keluarga miskin biasanya mengerahkan
seluruh tenaga kerja keluarga termasuk anak-anaknya untuk memperoleh penghasilan.
Himpitan perekonomian itu membuat keluarga khususnya orang tua semakin mudah
terbujuk rayu oleh agen atau pelaku perdagangan anak dengan janji-janji palsu akan
pekerjaan yang dapat membuat hidup lebih baik dengan gaji yang
besar.ketidakjelasan akan pekerjaan juga membuat orangmenjadi pasrah dalam
menerima pekerjaan untuk diper
Kerjakan sebagai apasaja dan hal inimembuat pelaku menargetkan anak sebagai
korban.
 Kurangnya pendidikan dan informasi
Korban biasanya adalah perempuan atau gadis desa dengan pendidikan rendah sering
kali tidak menyadari tanda-tanda bahaya dari perdagangan atau tidak dilengkapi
dengan keterampilan, pengetahuan dan sumber daya untukbermigrasi dengan aman.
Kekurangan akan informasi akan mengenai perdagangan anak membuat orang-orang
lebih mudah terjebak menjadi korban perdagangan anak khususnya dipedesaan dan
para korban biasanya susah untuk mencari bantuan dinegara dimana mereka dijual
karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa dinegara
tersebut
 Kurangnya kepedulian orang tua
Tidak jarang ditemukan orang tua yang kurang peduli untuk membuat akte kelahiran
anak dengan berbagai alasan. Orang tua tanpa tanda pengenal yang memadai lebih
mudah menjadi korban trafficking karena usia dan kewarganegaraan tidak
terdokumentasi, sehingga pelaku dapat melakukan aksinya tanpa kuatir identitas
korban tidak mudah terlacak .

c. Usaha-usaha perlindungan anak korban trafficking

Pemerintahan Indonesia telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah
child trafficking yang terjadi di Indonesia,Upaya tersebut dapat dilihat:

1. Undang-undang yang relevan untuk memberikan perlindungan kepada korban


trafficking, no.37/1997 tentang hubungan luar negeri: Undang-undang ini dapat
digunakan untuk melindungi orang indonesia yang diperjualbelikan diluar negeri
2. Undang no 21 tahun2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang
3. Undang no.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pun melarang perdagangan
anak, dimana tujuan dari perlindungan anak sendiri disebutkan dalam pasal 3 UU
no.23 tahun 2002” perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-
hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta dapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera.
4. UNICEF, konvensi hak-hak anak
5. Undang-undang no 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
6. Adanya RPSA ( Rumah Perlindungan Sementara Anak), diamna fungsi RPSA ini
adalah;
 Pemberian pelayanan segera bagi anak yang menghadapi tindak kekerasan dan
perlakuan salah (emergency service)
 Perlindungan (protection)
 Pengembalian keberfungsian sosial anak agar dapat melaksanakan perannya
secara wajar (rehabilitation)
 Pemulihan kondisi mental anak akibat tekanan dan trauma( recovery)
 Advokasi
 Penyatuan kembali anak pada keluarga asl, keluarga pengganti, lembaga
lainnya ( reunifikasi)

d. Unsur-unsur Trafficking

1) Perbuatan : Merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima


2) Sarana (Cara) untuk mengendalikan korban : Ancaman, paksaan, berbagai bentuk
kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunan kekuasaan, atau posisi
rentan, pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban.
3) Tujuan : Eksploitasi untuk prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja
paksa, perbudakan, pengambilan organ tubuh.

e. Jenis-jenis Trafficking

1. Perkawinan Transinternasional
Perkawinan yang diatur antara perempuan indonesia dengan laki-laki dari negara lain,
perempuan yang dikawinkan sering kali menjadi objek eksploitasi dan kekerasan
suami ataupun para keluarganya, ekonomi yang sulit merupakan penyebab utama
mudahnya para perempuan dibujuk oleh para pelaku. Dari perkawinan yang
dikomersilkan keluarga memperoleh keuntungan dalam bentuk mas kawin
2. Eksploitasi seks phedophilia
Kegiatan pedagangan bentuk ini sering kalimelibatkan orang-orang asing dan jaringan
international. Anak yang menjadi korban pada umumnya antara usia 12-20 tahun.
Pada umunya mereka tergiur janji dan harapan indah diluar negeri dan bekerja disana.
3. Pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk
Secara umum keberadaan pembantu rumah tangga kurang mendapat penghargaan
sehingga tidak mendapat perlindungan baik secara hukum maupu sosial secara layak,
akibatnya mereka rentan menghadapi berbagai bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual
dan ekonomi.
4. Penari erotis
Salah satu pengguna dari kegiatan perdagangan perempuan adalah pengusaha hiburan
yang memerlukan gadis-gadis penghibur untuk menyemarakkan bisnisnya, dimana
mereka harus menari dengan gerakan yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.

f. Dampak psikososial pada korban Trafficking

1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Merupakan suatu pengalaman individu yang mengalami peristiwa trumatik
yang menyebabkan gangguan pada integritas diri individudan sehingga
individumengalami ketakutan, ketidakberdayaan, dan trauma tersendiri. Sedangkan
menurut NANDA adalah respon maladaptif yang terus-menerus berlangsung terhadap
kejadian traumatik dan melelahkan.
Hasil yang disarankan NOC adalah penghentian penganiayaan, perlindungan,
pemulihan, koping, pengendali impuls. Intervensi prioritas NIC yaitu konseling,
penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan, masalh
atau perasaa korban dan orang yang berartibagi korban, intervebsi yang kedua
pencapaina sistem dukungan dengan memfasilitasi atau memberikan dukungan terh
adap korban, keluarga, teman dan komunitas.
2. Kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan, kekuatiranpada sesuatu yang akan terjadi
dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu
dan tidakberdaya.
Prnsip penatalaksanaan kecemasan yang muncul pada korban trafficking diantaranya;
dengarkan klien secara aktif dan mengajak untuk mendiskusikan perasaan ,
memfokuskan observasi pada perilaku yang mengindikasikan adanya ansietas,
mengeksplorasikan mekanisme koping klien dengan baik.

3.Ketidakberdayaan

Adalah persepsi prilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil. Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi, ambivalen,
kebingungan, fokus menyempit,bloking, kurang kreatif, kecenderungan untuk isolasi,
partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut akan tampak pada korban.

B. Anak Jalanan

a.Pengertian

Menurut departemen sosial RI anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktu
nya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalanan untuk mencari nafkah atau
Berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum lainnya.Anak jalanan mempunyai ciri-ciri
antara 5 samapi 18 tahun.

b. Karakteristik anak jalanan

 Berdasarkan Usia:
Direktorat kesejahteraan anak , keluarga dan lanjut usia departemen sosial :
memaparkan bahwa anak jalanansekitar usia mereka 6-18 tahun
 Berdasarkan pengelompokkan:
1. Children on the street
Yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi, sebagai pekerja anakdi
jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka,
sebagian penghasilan mereka untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan ekonomi
2. Children of the street
Yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, abik secara sosial maupun
ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang
tuanya tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu, banyak diantara mereka
karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah
Pada katagori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah baik secara sosial,
emosional, fisik maupun seksual
3. Children form families of the street
Yakni anak-anak yang berasal dari keluargayang hidup di jalanan, meskipun anak-
anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup
mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lainnya dengan segala
resiko.

Pengelompokkan anak jalanan terdapat dua kelompok yaitu:

a. Kelompok anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan, anak yang hidup dijalan
melakukan semua aktivitas dijalan seperti tidur dan menggelandang secara
berkelompok
b. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan( masih pulang ke rumah orangtua)

Menurut pasal 1 ayat 7 UU no 4 tahun 1979 disebutkan bahwa anak terlantar adalah anak
yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak
tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

b.Faktor-faktor yang menyebabkan anak jalanan

1. Ekonomi
2. Kekerasan dalam keluarga
3. Dorongaan keluarga
4. Ingin bebas
5. Ingin memiliki uang sendiri
6. Pengaruh teman

c. Solusi dan peran pemerintah dalam mengatasi anak jalanan

1. Pendekatan penghapusan (abolition)


Lebih mendekatkan pada persoalan struktural dan munculnya gejala anak
jalanan. Anak jalanan adalah produk dari kemiskinan dan merupakan akibat dari
bekerjanya sistem ekonomi politik masyarakat yang tidak adildalam masyarakat.
Pendekatan ini lebih menekannkan kepada perubahan struktur sosial atau politik
dalam masyarakat.
2. Pendekatan perlindungan (protection)
Mengandung arti perlunya perlindungan bagi anak-anak yang terlanjur
menjadi anak jalanan, karena kompleksnya faktor penyebab muculnya masalah
kemiskinan. Untuk itu anak-anak yang menjadi korban perlu dilindungi dengan
berbagai cara, misalnya perumusan hukum yang melindungi anak-anak,
fungsionslisasi lembaga pemerintah
3. Pendekatan pemberdayaan ( empowerment)
Menekankan perlunya pemberdayaan bagi anak jalanan, pemberdayaan ini
bemaksud menyadarkan mereka yang telah menjadi anak jalananagar menyadari hak
dan posisinya dalam konteks sosial, politik, ekonomi yang abadi dimasyarakat.
Pemberdayaan ini biasanya dalam bentuk pendampingan yang berfungsi sebagai
fasilitator, dinamisator, katalisator bagi anak jalanan. Pemberdayaan ini dianggap
berhasil jika anak jalanan ini mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya anak jalanan
1.Tingkat Mikro (immediate cause)
Yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya,yaitu:
 Lari dari keluarga: disuruh bekerja baik karena mesaih sekolah atau sudah
putus sekolah, berpetualang
 Sebab dari keluarga adalah terlantar: ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar
 Melemahnya keluarga besar: dimana keluarag besar tidak mampu lagi
membantu terhadap keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh pergeseran nilai,
kondisi ekonomi
 Kesenjangan komunikasi: antara orang tua dan anak, dimana orang tua tidak
mampu lagi memahamikondisi serta harapan anak-anak.
 Keluarga miskin: Sebagian mereka berasal dari perkampungan yang
menduduki lahan-lahan milik negara dengan membangun rumah-rumah petak
 Perceraian dan kehilangan orang tua:Perceraian orang tua menjadi salah satu
faktor resiko yang mendorong anak-anak pergi ke jalanan
 Kekerasan keluarga: Merupakan faktor resiko yang paling banyak dihadapi
oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan untuk keluar dari rumah dan
hidup dijalanan
 Eksploitasi ekonomi: anak-anak yang turun kejalan karena didorong oleh
orang tuabiasanya bersifat eksploratif, anak ditempatkan sebagai sosok yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, dimana anak-anak yang masih
aktif sekolah disorong oleh orang tuanya mencari uang.
 Keluarga homeless: seorang anak menjadi anak jalanan disebabkan karena
terlahirkan dari sebuah keluarga yang hidup dijalanan tanpa memiliki tempat
tinggal yang tetep
2. Tingkat messo( underlying cause)
Faktor-faktor penyebab munculnya pada tingkat messo ini yaitu faktor
masyarakat.
 Pada masyarakat miskin anak-anak adalah aset untuk membantu peningkataan
pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang menyebabkan drop
out dari sekolah
 Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan ank-anak mengikuti
kebiasaan tersebut
 Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanansebagai calon kriminal
 Ikut-ikutan teman

3.Tingkat makro ( Basic cause)

 Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu
membutuhakan modal keahlian , mereka harus lama dijalanan dan
meninggalkan sekolahan
 Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dengan alasan “demi
pembangunan” mereka semakin tidakberdaya dengan kebijakan pemerintah
 Pendidikan adalah biayasekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif
dan ketentuan-ketentuan teknis yang mengalahkan kesempatan belajar dan
meningkatnya anak putus sekolah.
 Korban bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya.karena didalam pengungsian yang terbatas dengan fasilitas dan
persediaan bahan pangan menyebabkan ank-anak melakukan kegiatan
dijalanan sepertimenjadi pengemis.
 Korban penculikan merupakan salah satu faktor anak-anak berada dijalanan,
kasus penculikan pada anak-anak untuk dijadikan anak pengemis atau yang
lainnya.

C. Korban Narapidana

1. Pengertian

 Terjadinya suatu tindak pidana dalam masyarakat mengakibatkan adanya korban


tindak pidanadan juga pelaku tindak pidana.
 Orang-orang yang baik secara individual maupun kolektiftelah mendrita kerugian,
termasuk kerugian fisik, atau mental, emosional , ekonomi, atau gangguan substantial
terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui perbuatan atau koisi yang melanggar
hukum pidana masing-masing negara termasuk penyalahgunaan kekuasaan.

Menurut sutherland(dalam bawengan,1991)kecenderungan dari kejahatan dilihat dari segi


psikologis sebenarnya tak lain dari melaksanakan kebiasaan ,banyak para narapidana tidak
memperoleh fasilitas untuk bergaul dengan lingkungan yang menaati hukum, kemudian
kurang memperoleh kesempatan untuk mengadakan kontak sebelum atau setelah menjalani
suatu hukuman

Rasa trauma, cemas, hidup tidak tenang, kebebasan terenggut karea kesalahan yang telah
dibuat, itu tidak bisa terlepas dari dalam narapidana tersebut.

Narapidan juga mengalai kehidupan yang lain dengan kehidupan yang sebelumnya antara
lain kehilangan hubungan dengan lawan jenis, kehilangan hak untuk menentukan segala
sesuatunya sendiri, kehilangan hak memiliki barang, kehilangan kontrol diri, kehilangan
model, kehialngan dukungan orang-orang terdekat, kehilangan mendapat pelayanan dan
kehilangan rasa aman selama menjadi napi atau bahkan sudah keluar menjadi mantan napi.
Berbagi permasalahan tersebut merupakan gangguan yang akan mempengaruhi narapidan
secara fisik maupun psikologis.

 Alasan narapidana memerlukan hak untuk mendapatkan perlindungan diantaranya


adalah:
 Sistem peradilan pidana dianggap terlalu mmberikan perhatian pada
permasalahan dan pelaku kejahatan
 Terhadap potensi informasi dari korban untuk menjelaskan dan melengkapi
penafsiran tentang statistik kriminal melalui riset tentang korban dan harus
dipahami bahwa korbanlah yang menggerakkan mekanisme sistem peradialan
pidana
 Semakindisadari bahwa selain korban kejahatan konvensional, tidak kurang
pentingnya memberikan perhatian kepada korban kejahatan dan non
konvensional maupun koraban.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tindak pidana:
a) Sigmund freud dalam perspektif psikoanalisa memiliki pandangan sendiri
tentang apa yang menjadi seseorang kriminal. Ketidakseimbangan hubungan
id,ego, dan superego membuat manusialemah dan akibatnya lebih mungkin
melakukan perilaku menyimpang atau kejahatan.
b) Dari perspektif belajar sosial albert bandura menjelaskan bahwa perilaku
kejahatan adalah hasil proses belajar psikologis yang mekanismenya diperoleh
melalui pemaparan pada perilaku kejahatan yang dilakukan oleh orang
disekitarnya , lalu terjadi pengulangan.
c) Teori sosial menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah hasil kerusakan
sistem dan stuktur sosial, mengalami masa kecil yang sulit , hidup
dilingkungan yang miskin dan banyak terjadi pelanggaran hukum, tidak
memiliki pendidikan yang baik, memiliki gangguan fisik dan mental dan
berbagai kesuitan psikosoial lainnya.

 Upaya penanggulangan yang dilakukan lembaga pemasyarakatan untuk mengatasi


dampak psikologis bagi narapidana :
1. Pembinaan kemandirian
Pembinaan kemandirian lebih mengarahkan kepada tujuan agar narapidana siap
mandiri dengan bekal keterampilan hasil dari pembinaan, seperti;
a) Pembinaan keterampilan:pembinaan ini bersifat manual atau
keterampilan tangan, contohnya merajut, menjahit, bordir, batik, merenda.
Bentuk pembinaan keterampilan yang diterapkandisesuaikan denagn bakat
dan pendidikan masing-masing narapidana.dan pembinaan ini sebagai
bekal narapidana untuk bisa hidup mandiri
b) Pembinaan pendidikan : Untuk menambah pengetahuan narapidana
menyediakan ruang pendidikan dan ruang perpustakaan , bagi narapidana
yang putus sekolah dapat meneruskan sekolah dan jika sudah selesai bisa
langsung mengikuti ujian persamaan sekolah-sekolah umum yang sudah
ditentukan
2. Pembinaan Kepribadian
Pembinaan kepribadian lebih diarahkan kepada perbaikan sikap dan perilaku yang
sebelumnya buruk akan menjadi lebih baik,seperti
a) Pembinaan Agama : Adalah pembinaan agama yang meliputi pembinaan
mental spiritual melaluipembinaan rohani baik secara umum maupun
konseling, pembinaan agama ini disesuaikan agama masing-masing
narapidana dan saran di lembaga permasyarakatan tersedia masjid atau
gereja.
b) Penyuluhan tentang Hukum: Diberikan kepada narapidana dengan tujuan
agar narapidana mempunyai kesadaran hukum yang tinggi dan membentuk
keluarga yang sadar hukum , diharapkan setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan, para narapidana menyadari akan pentingnya hukum dan
mengerti hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat.
c) Psikologis : Yang dimaksud psikologis ini adalah bagi narapidana yang
mempunyai masalah psikologis yang serius atau hal-hal yang tidak dapat
diselesaikan menyangkut kejiwaan seseorang
3. Pendidikan Jasmani
Didalam lembaga pemasyarakatan menyediakan poliklinik, saran olahraga seperti
menyediakan lapangan bola volly, tenis meja dan bulu tangkis serta setiap hari
dilaksanakan senam kesegaran jasmani
4. Pembinaan Sosial
Pembinaan sosial ini meliputi, surat menyurat denagn keluarga adanya wartel di
dala lembaga permasyarakatan sehingga narapidaan yang ingin menelpon
keluarganya bisamenggunakan fasilitas tersebut, adanya kunjungan dari institusi
dan organisasi-organisasi, adanya rekreasi atau hiburan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.anamnesa: identitas, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu.
2. pemeriksaan fisik:
B. Diagnosa keperawatan
1. PTSD (sindrom pasca trauma)
2. Kecemasan
3. Ketidakberdayaan
C. Intervensi
NOC: DX.1. sindrom pasca trauma

 Status pemuliahn dari penganiayaan : Tingkat penyembuhan setelah mengalami


penganiayaan fisik atau psikologis yang dapat mencangkupneksploitasi seksual
atau keuangan
 Tingkat ansietas: Tingkat manifestasi rasa takut, ketegangan atau kegelisahan
yang berasal dari sumber yang tidak jelas
 Status kenyamanan: Kenyamanan psikospiritual yang berkaitan dengan konsep
diri , kesejahteraan emosi, sumber inspirasidan makna tujuan hidup
 Koping: Tindaka personal untuk mengatasi stresor yang membebani
 Persepsi terhadap ancaman: Keyakinan personal bahwa masalah kesehatan yang
mengancam serius dan berpotensi memiliki konsekuensi negatif terhadap gaya
hidup
 Daya tahan diri: Adaptasi positif dan fungsi individualsetelahpenyimpangan atau
krisis
 Pengendalian resiko: Tindakan personal untuk mencegah , menghilangkan atau
mengurangi ancaman
 Deteksi resiko: Tindakan personal untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan
personal
 Harga diri: Penilaian seseorang tentang dirinya sendiri
 Dukungan sosial: Persepsi keberadaan dan bantuan yang realibel dari orang lain
 Tingkat stres: Tingkat manifestasi ketegangan fisik atau mental yang berasal dari
faktor yang menganggu

NIC. DX. 1. (PTSD)


 Kaji respon psikologis terhadap trauma
 Kaji keadekuatan dan ketersediaan sistem pendukung dan sumber-sumber
dikomunitas
 Kaji situasi keluarga
 Penyuluhan kapeda keluarga dan pasien: Jelaskan kepada orang terdekat
pasien tentang bagaimana mereka dapat memberikan dukungan
 Berikan informasi atau rujukan ke sumber-sumber dikomunitas
 Berikan kesempatan untuk mendapat dukungan sosial dan penyelesaian
masalah
 Ajurkan pasien untuk menjelaskan kejadian secara detail

NOC. 2. Kecemasan

 Amsietas berkurang dibuktikan tingkt ansietas hanya ringan sampai


sedang dan menunjukkan pengendalian diri trhadap ansietas
 Menunjukkkanaktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami
kecmasan
 Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pengetahuan dan
keterampilan yang baru
 Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pada pasien
 Memiliki tanda-tanda vital yang normal

NIC. 2. Kecemasan

 Kaji tingkat kecemasan pasien


 Kaji untuk faktorbudaya (misal konflik nilai) yang menjadi penyebab
ansietas
 Gali bersama pasien tentang tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu
 Informasikan tentang gejala ansietas
 Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan megurangi rasa
takut
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

NOC. 3. Ketidak berdayaan

 Pengendalian diri terhadap depresi: Tindakan individu untuk


meminimalkan sifat melankolis dan mempertahankan minat terhadap
peristiwa hidup
 Partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan:
Keterlibatan individu dalam memilih dan mengevaluasi pilihan
perawatan kesehatan untuk mencapai hasil yang diharapkan
 Otonomi atau personal: Tindakan individu yang kompeten untuk melatih
kepemimpinan dalam mengambil keputusan hidup
 Dapat mengungkapkan secara verbal tentang segala perasaan
ketidakberdayaan
NIC.3.Ketidakberdayaan

 Tentukan kepercayaan diri pasienterhadap keputusannya sendiri


 Pantau tingkat harga diri
 Pantau tingkat tanggung jawab pasien yang diemban pasien
 Tentukan apakah pasien memiliki pengetahuan yang adekuat
tentang kondisi perawatan kesehatan
 Adakan suatu konfrensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan rutinitas perawatan pasien
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan ketidakberdayaan
 Diskusikan dengan pasien tentang pilihan yang relistis dalam
perawatan
 Libatkan pasien dalam pengambilan keputausan tentang perawatan

Anda mungkin juga menyukai