Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke
terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan lagi (syok ireversibel); oleh karena itu
penting untuk mengenali keadaan yang dapat disertai syok, gejala dini dan
penanggulangannya.
berlebihan).
2. Kehilangan cairan di dalam ruang tubuh – patah tulang panggul atau iga,
thrombus).
Secara umum didapatkan gambaran kegagalan perfusi jaringan yang terjadi melalui
Hiperglikemi.
Menurut beratnya gejala, dapat dibedakan empat stadium syok; pembagian ini
hilang
1. Presyok 10 – 15 % Pusing, takikardi
(compensated) ringan
± 750 ml
Sistolik 90 – 100
mmHg.
100/menit sistolik
80 –90 mmHg.
70 – 80 mmHg.
4. Berat 35 – 50 % Pucat, sianotik,
Takikardi/tak teraba
lagi. Sistolik 0 – 40
mmHg.
A. SYOK ANAFILAKTIK
A. PENGERTIAN
Secara harfiah, anafilaksis berasal dari
kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini
respons imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan,
dengan kata lain kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang
merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat
vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi
darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian. Syok anafilaktik merupakan
kasus kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara
keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi,
seperti pada anafilaksis dengan gejala utama obstruksi saluran napas
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis adalah sifat
alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen.
Golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis adalah makanan,
obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan kacang-
kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan yang
biasanya menyebabkan suatu reaksi anafilaksis. Obat-obatan yang bisa
menyebabkan anafikasis seperti antibiotik khususnya penisilin, obat anestesi
intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan lain-
lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga
bisa menyebabkan anafilaksis.
C. PATOFISIOLOGI
Coomb dan Gell (1963) mengelompokkan anafilaksis dalam hipersensitivitas tipe
I (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase
sensitisasi dan aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan
mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya
pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di
tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut
kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang
menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma
memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor
permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan
reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke
dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu
terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin,
serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut
dengan istilah preformed mediators.
1. Pengertian :
darah (teekanan darah sistolik < 90mmHg/ penurunan darah sistolik > 40
2. HR . 90x/ menit
3. Takipnoe
6. Hiperglikemi
7. Leukositosis
8. Leukopeni
9. Hipotensi
10. Hipoksemia arteri
11. Oliguria
13. Trombositopeni
14. hiperbilirubinemia
3. patofisiologi
mengakibatkan kematian.
PENYERBUAN
MIKROORGANISME
PENINGKATAN
VASODILATASI TROMBUS VASOKONSTRIKSI
PERMEABILITAS
PERIFER MIKROVASKULER SELEKTIF
MEMBRAN KAPILER
GANGGUAN
SIRKULASI
VOLUME
STATUS
DARAH
HIPERMETABOLIK
PENINGKATAN
KEBUTUHAN
PENURUNAN
OKSIGEN
PERSEDIAAN
SELULER
OKSIGEN
SELULER
Kegagalan
pembentukan
energi
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
Antibiotik :
Golongan penicillin :
- Klebsiella,
Gentamisin
Enterobacter
- Pr.Rettgeri,Pr.
Gentamisin
Morgagni, Pr. Vulgaris
- Milma-Herellea
- Pseudomonas Gentamisin
- Bacteroides
Gentamisin
Kloramfeniko /
klindamisin
dosis sefalotin : 1 – 2 gram tiap 4 – 6 jam, biasanya
Obat-obatan lain :
Diuretik
1. Pengertian :
Disebut juga sebagai syok spinal yang merupakan bentuk dari syok
oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri hebat.
(Dorland ,2010)
3. patofisiologi
Tonus simpatethik
menurun
Vasodilatasi
pembuluh darah
Perfusi jaringan
menurun
Metabolisme sel
anaeob
Iskemia
Kesadaran
Hipothermia Sianosis Kerja paru ↑ Kerja jantung ↑
↓
Teraba
Takhipnea
dingin, 1. Perubahan proses
kebiruan berpikir.
2. Resiko cedera
Kelelahan Takhikardi
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
Intoleran
aktifitas
B. Syok anafilatik.
SYOK ANAFILAKTIK
D. PENGERTIAN
Secara harfiah, anafilaksis berasal dari
kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini
respons imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan,
dengan kata lain kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang
merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat
vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi
darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian. Syok anafilaktik merupakan
kasus kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara
keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi,
seperti pada anafilaksis dengan gejala utama obstruksi saluran napas
E. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis adalah sifat
alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen.
Golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis adalah makanan,
obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan kacang-
kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan yang
biasanya menyebabkan suatu reaksi anafilaksis. Obat-obatan yang bisa
menyebabkan anafikasis seperti antibiotik khususnya penisilin, obat anestesi
intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan lain-
lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga
bisa menyebabkan anafilaksis.
F. PATOFISIOLOGI
Coomb dan Gell (1963) mengelompokkan anafilaksis dalam hipersensitivitas tipe
I (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase
sensitisasi dan aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan
mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya
pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di
tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut
kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang
menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma
memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor
permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan
reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke
dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu
terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin,
serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut
dengan istilah preformed mediators.
bahan tertentu.
Ciri khas yang pertama dari anafilaksis adalah gejala yang timbul dari
kegiatan jasmani.
Ciri kedua dari anafilaksis merupakan reasi sistemik yang terdiri dari :
- Umum : lesu, lemah, rsa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak eak di dada
- Pernapasan :
Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak napass, stridor, edema, spasme.
Lidah : edema
aritmia.
Gastro intestinal : disfagia, mual, muntah, kolik, diare tyang kdang2 diertai
Takikardi
Aritmia
Henti jantung
Broncospasme
koagulopati
gangguan penglihatan
3. patofisiologi
Pengobatan :
kemudian.
(dalam 30 detik).