Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah
ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolism sel. Dalam keadaan
berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan lagi (syok ireversibel);
oleh karena itu penting untuk mengenali keadaan yang dapat disertai syok,
gejala dini dan penanggulangannya.
A. Syok Sepsis
1. Definisi
Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penururnan tekanann
darah (teekanan darah sistolik < 90mmHg/ penurunan darah sistolik >
40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun telah dilakukan
resusitsi cairan secara adekuat atau memerlukan vasopresor untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ.
Syok septik merupakan keadaan yang diakibatkan respon sistemik tubuh
terhadap infeksi dan merupakan keadaan gawat darurat yang
membutuhkan penangan segera.
2. Tanda Gejala
a. Demam > 38, 3 0 atau hipotermi < 36 0
b. HR . 90x/ menit
c. Takipnoe
d. Perubahan status mental
e. Edema kesemimbangan cairan positif
f. Hiperglikemi
g. Leukositosis
h. Leukopeni
i. Hipotensi
j. Hipoksemia arteri
k. Oliguria
l. Peningkatan kreatinin
m. Trombositopeni
n. hiperbilirubinemia
3. Patofisiologi
penyebab syok sepsis yang paling banyak diakibatkan adanya stimulasi
toksin baik endotoksin maupun eksotoksin yang menyebabkan
kerusakan pada endotel menyebabkan ganggguan vaskuler yang
menyebabkan pada akhirnya menyebakan kerusakan multiorgan.
Trombosit dan koagulasi pada pembuluh darah kecil mengakibatkan
syok septik dan mengakibatkan kematian.
Pathway:
PENYERBUAN
MIKROORGANISME
PENINGKATAN
VASODILATASI TROMBUS VASOKONSTRIKSI
PERMEABILITAS
PERIFER MIKROVASKULER SELEKTIF
MEMBRAN KAPILER
GANGGUAN
SIRKULASI
VOLUME
STATUS
DARAH
HIPERMETABOLIK
PENINGKATAN
KEBUTUHAN
PENURUNAN
OKSIGEN
PERSEDIAAN
SELULER
OKSIGEN
SELULER
Kegagalan
pembentukan
energi
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
Disebut juga sebagai syok spinal yang merupakan bentuk dari syok
distributif yang terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak diseluruh tubuh
sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah.Syok neurogenik
juaga disebut sinkop.
2. Tanda Gejala
a. Hipotensi
b. Nadi tidak bertambah cepat bahkan dapat bradikardi
c. Defisit neurologis ( paraplegi/quadri plegi)
3. Patofisiologi
a. Penderita segera dibaringkan dengan kepala lebih rendah; pada
pemeriksaan mungkin didapatkan bradikardi.
b. Hilangkah penyebab; bila perlu dapat diberikan analgetik.
c. Dalam hal lesi sumsum tulang, berikan kortikosteroid untuk
mencegah edema sumsum tulang.
Tonus simpatethik
menurun
Vasodilatasi
pembuluh darah
Perfusi jaringan
menurun
Metabolisme sel
anaeob
Iskemia
Kesadaran
Hipothermia Sianosis Kerja paru ↑ Kerja jantung ↑
↓
Teraba
Takhipnea
dingin, 1. Perubahan proses
kebiruan berpikir.
2. Resiko cedera
Kelelahan Takhikardi
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
Intoleran
aktifitas
C. Syok Anafilatik
1. Definisi
2. Tanda Gejala
Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Secara klinik terdapat 3
tipe dari reaksi anafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa
menit sampai 1 jam setelah terpapar dengan alergen; reaksi moderat
terjadi antara 1 sampai 24 jam setelah terpapar dengan alergen; serta
reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam setelah terpapar dengan alergen.
Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat, tetapi
kadang-kadang langsung berat. Berdasarkan derajat keluhan, anafilaksis
juga dibagi dalam derajat ringan, sedang, dan berat.
a. Derajat ringan sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi
hangat, rasa sesak dimulut, dan tenggorok. Dapat juga terjadi
kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin-
bersin, dan mata berair. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam
pertama setelah pemajanan.
b. Derajat sedang dapat mencakup semua gejala-gejala ringan
ditambah bronkospasme dan edema jalan nafas atau laring dengan
dispnea, batuk dan mengi. Wajah kemerahan, hangat, ansietas, dan
gatal-gatal juga sering terjadi. Awitan gejala-gejala sama dengan
reaksi ringan.
c. Derajat berat mempunyai awitan yang sangat mendadak dengan
tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama seperti yang telah
disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat kearah
bronkospame, edema laring, dispnea berat, dan sianosis. Bisa
diiringi gejala disfagia, keram pada abdomen, muntah, diare, dan
kejang-kejang. Henti jantung dan koma jarang terjadi. Kematian
dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau renjatan
yang irreversible.
Ciri kedua dari anafilaksis merupakan reasi sistemik yang terdiri dari :
a. Umum : lesu, lemah, rsa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak
eak di dada dan perut, rasa gatal di hidung an palatum.
b. Pernapasan :
c. Hidung : hidung gatal, bersin dan tersumbat.
d. Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak napass, stridor, edema,
spasme.
e. Lidah : edema
f. Bronkus : batuk, sesak, mengi,spasme.
g. Kardiovaskuler : pingsan, sinkop, palpitasi, takikardi, hipotnsi
sampai syok, aritmia.
h. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda2 infark
miokard.
i. Gastro intestinal : disfagia, mual, muntah, kolik, diare tyang
kdang2 diertai darah, peristaltik usus meninggi
j. Kuit : urtikaria, angiodema, dibibir, muka atau ekstremitas.
k. Mata : gatal, lakrimasi,
l. Susunan saraf pusat : gelisa, kejang.
3. Patofisiologi
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
makan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan
antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan
sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi
sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Ig E spesifik untuk
antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel Mast
(Mastosit) dan basofil.
2. Data objektif:
a. Bronkospasme dan edema saluran nafas atau laring
b. Pembengkakan periorbital
c. Pruritus
d. Pasien tampak menggaruk daerah yang gatal
e. Pasien terlihat kejang-kejang
4. Disability
Kaji dengan menggunakan AVPU atau Glasgow Coma Scale:
A – alert (kesadaran)
V – respon terhadap perintah verbal
P – respon terhadap nyeri
U – unresponsive/tidak berespon
5. Exposure
a. Perhatikan adanya kemerahan dan luka pada kulit
b. Jika tidak yakin dengan penyebab, cari tanda adanya gigitan
serangga, dan ular.
F. Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan (kardiopulmonal ) berhubungan
dengan penurunan pertukaran sel.
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda vital pasien a. Penurunan frekuensi jantung,
(frekuensi jantung, tekanan CVP, dan tekanan darah dapat
darah, dan tekanan vena sentral mengindikasikan perubahan
(Central Venous Pressure / arteriovenousa yang mengarah
CVP) setiap jam hingga stabil, pada penurunan perfusi
kemudian setiap 2 jam. jaringan.
b. Pantau warna dan suhu kulit b. kulit yang dingin, pucat,
pasien setiap 2 jam dan kaji berbercak dan sianosis dapat
tanda-tanda kerusakan kulit. mengindikasikan penurunan
perfusi jaringan.
Guntur HA. 2008. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret University Press
Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II1(Edisi 4). Jakarta:
Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI