Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

Implementasi Supermarket Dalam Prespektif Islam


Disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Syariah

DISUSUN OLEH :
Nada Syarifatus Sana
041511433001
No.Absen 14
Manajemen Pemasaran Syariah Kelas D

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
ABSTRAK

Supermarket syariah merupakan media pemasaran yang digunakan oleh perusahaan


dalam menjual produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dikelola sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Yang dalam aktivitasnya tidak lain hanya untuk beribadah kepada
Allah SWT untuk mencapai falah yakni kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

Kata Kunci : Supermarket syariah, Prinsip-prinsip syariah, dan Falah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini kemajuan di bidang perdagangan banyak menunjukan perkembangan


yang pesat. Sejalan dengan itu tidak sedikit perusahaan dagang yang bergerak di bidang
perdagangan eceran yang berbentuk seperti toko, supermarket, departemen store, pasar
swalayan dan lain-lain. Bisnis perdagangan seperti minimarket maupun supermarket
nampaknya cukup menjanjikan, karena seiring bertambahnya jumlah penduduk maka
bertambahlah pula tingkat kebutuhan sehari-hari penduduk. Banyak masyarakat yang lebih
mencari barang atau makanan yang lebih praktis, karena lebih efisien dan efektif. Yang
mana masayarakat membutuhkan produsen siap menyediakan Oleh karena itu tidak heran
jika banyak swalayan seperti minimart, supermarket maupun hypermarket yang saling
bersaing dalam memenuhi kebutuhan pelangganya. Dalam rangka memenangkan
persaingan usaha tersebut, maka berbagai upaya dilakukan oleh setiap perusahaan
dagang. Misalnya dengan melakukan promosi yang menarik dengan adanya promo atau
diskon dari suatu produk, pelayanan yang optimal, perluasan cabang dan sebagainya.
Seiring dengan berkembangnya waktu banyak supermarket yang berkembang yang
sudah memiliki nama-nama besar seperti Super Indo, Carrefour, Giant, Foodmart, Lotte
Mart, Hypermart, dan lainya. Yang sebagian besar dimiliki oleh pihak asing dan sebagian
besar diterapkan berdasarkan prinsip konvensional yang menawarkan produk dengan
berbagai kenyamanan. Namun dibalik semua kenyamanan tersebut, masih banyak produk
yang ditawarkan disana merupakan produk yang masih belum ada label Halal dari LP-
POM MUI maupun dari BPOM-RI. Karena dengan adanya pencantuman Halal dan tanggal
kadaluwarsa pada suatu produk merupakan upaya perlindungan untuk konsumen .
Di dalam ajaran Islam terdapat aturan halal dan haram yang telah memerintahkan
kita hanya mengkonsumsi sesuatu yang halal dan baik saja, boleh atau tidak nya suatu
produk baik makanan maupun minuman yang diperdagangkan haruslah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang sudah diatur dan dijelaskan dalam Al-quran. “ Dan makanlah
makan yang halal lagi baik baik dari apa yang Allah SWT telah rizkikan kepadamu, dan
bertaqwalah kepada Allah SWT yang kamu beriman kepadanya” (QS. Al Maaidah: 88).
Ayat tersebut dengan jelas telah menyuruh kita hanya memakan makanan yang halal dan
baik saja, halal dan thayyib tidak bisa dipisahkan, yang dapat diartikan halal dari segi
syariah dan baik (Thoyyib) dari segi kesehatan, gizi, estetika dan lainya. Sesuai dengan
kaidah ushul fiqih “segala sesuatu yang Allah SWT tidak melarangnya berarti halal”
dengan demikian semua makanan dan minuman di luar yang diharamkan adalah halal.
Halal berdasarkan Kamus Besar Indonesia adalah hal-hal yang diizinkan atau tidak
dilarang oleh syarak. Oleh karena itu, dilihat dari kaidah tersebut, sebenarnya sangatlah
sedikit makanan dan minuman yang diharamkan dan masih banyak yang di halalkan untuk
manusia terutama untuk kaum muslim. Namun demikian, pada zaman yang mana
teknologi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari manusia maka permasalahan
makanan dan minuman halal menjadi relatif kompleks.
Melihat dari apa yang terjadi, munculah gagasan untuk dikembangkannya
Supermarket dengan konsep syariah. Di dalamnya terdapat sistem bagi hasil yang tentu
tidak merugikan baik produsen maupun konsumen dan fokus utama penjualan tidak hanya
mengenai profitabilitas saja tetapi juga mengandung unsur sosial bagi masyarakat yang
kurang mampu. Selain itu tingkat kehalalan baik dari permodalan, produk yang ditawarkan,
sampai pelayanan dan fasilitas yang ada juga terjamin.

1.2 Literature Review

1.2.1 Pengertian Supermarket

Supermarket atau pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari. Kata yang secara harfiah diambil dari bahasa Inggris ini
memiliki arti pasar yang besar. Barang yang dijual di supermarket biasanya adalah
barang-barang kebutuhan sehari-hari. Supermarket menawarkan berbagai macam
makanan baik berupa bahan makanan maupun makanan siap saji, minuman, barang-
barang keperluan rumah tangga seperti tissue, sabun, detergen, dan lain sebagainya.
Supermarket lebih besar dalam ukuran dan lebih luas dibandingkan dengan toko
bahan makanan tradisional atau mini market, akan tetapi lebih kecil bila dibandingkan
satu pasar raya atau superstore ataupun Hypermarket. Supermarket berukuran 1000
m2 sampai dengan 4.999 m2.
Pengertian supermarket dalam ilmu marketing merupakan media pemasaran yang
digunakan oleh perusahaaan dalam menjual barang atau produk untuk memenuhi
kebutuhan konsumennya. Supermarket ini tentu saja menawarkan barang atau produk
kemasan yang jauh lebih banyak dari pasar tradisional.
Menurut Kotler dan Amstrong (1996 : 428) adalah “ A Supermarket is a retail
organization that carries a wide variety of product lines tipicaly clothing, home
furnishings, and household goods, each line is operated as a separete departement
managed by specialist buyers or merchandisers.” Maksud dari pengertian tersebut
menyatakan sebuah supermarket merupakan organisasi ritel yang membawa berbagai
macam produk khususnya pakaian, perabotan rumah dan barang rumah tangga.
Setiap produk dioperasikan oleh departemen yang berbeda dan diatur oleh pembeli
spesialis.
Menurut George H. Lucas et all (1994 : 43), pengertian supermarket adalah “
Supermarket is vast retail organization that ofer consumers both wide variety and deep
assortment within their product mix.” Maksud dari pengertian tersebut menyatakan
bahwa supermarket adalah suatu organisasi perdagangan eceran yang menawarkan
berbagai macam produk yang mendalam kepada konsumen mereka.
Menurut Marwan Asri (1991 : 289) Supermarket adalah salah satu bentuk usaha
eceran yang menyediakan beraneka macam kebutuhan konsumen. Yang menjual
berbagi macam kebutuhan manusia seperti makanan, minuman, pakaian, alat rumah
tangga, maupun alat tulis)
Sedangkan menurut Winardi (1993 : 121) supermarket merupakan lembaga
perniagaan eceran, yang menjual berbagai macam barang yang dikelompokkan
kedalam bagian-bagian yang di atur dengan teliti untuk mencapai tujuan.
a. Ciri-ciri Supermarket
Menurut Winardi (1993 : 121) ada hal yang membedakan supermarket dengan
perusahaan perdagangan eceran lainya yaitu :
1. Supermarket menitikberatkan pada penjualan shopping Goods dan beberapa
macam Specilty Goods
2. Supermarket merupakan suatu swalayan yang besar dan membutuhkan
banyak sekali tenaga kerja
b. Sifat-sifat Operasional Khusus pada Supermarket
Ada tiga aspek penting dalam bidang operasi supermarket :
1. Basement Store (swalayan dilantai bawah)
Biasanya swalayan bawah (Basement Store) menjual produk-produk jenis
umum seperti Convenience Goods (barang-barang kebutuhan sehari-hari)
2. Leased Departement (bagian-bagian yang di sewakan)
Sebuah Leased Departement adalah sebuah bagian yang dikendalikan serta
diawasi pihak manajemen swalayan, sedangkan ruangan tersebut disewakan
kepada pihak penyewa. Keuntungan utama menyewakan bagian-bagian dari
supermarket adalah bahwa supermarket tersebut dapat menawarkan produk-
produk dan mengalihkan usaha-usaha lengkap kepada konsumen tanpa harus
mengalihkan usaha-usaha manajemennya ke bidang usaha lain.
3. Branch Swalayan
Adanya perpindahan penduduk antar keluar daerah maka setiap supermarket
cenderung untuk mendirikan cabang(Branch Store) dalam usahanya untuk
tetap mempertahankan omset penjualan serta laba mereka. Ciri khas
supermarket cabang adalah bahwa supermarket tersebutdikendalikan oleh
swalayan utama, dimana produk-produk yang dibelli supermarket utama
disimpan dan didistribusikan ke supermarket cabang tersebut.

1.2.2 Pengertian Prespektif Islam

Menurut Joel M Charon pengertian prespektif adalah kerangka konseptual,


perangkat asumsi, perangkat nilai dan perangkat gagasan yang mempengaruhi
presepsi seseorang sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan seseorang
dalam situasi tertentu.
Menurut Ardianto dan Q-Arries (2007) pengertian prespektif adalah cara pandang
atau sudut pandang terhadap sesuatu. Prespektif seseorang jugga dapat
mempengaruhi perilaku hingga gaya hidup seseorang menjadi lebih baik atau bahkan
menjaadi lebih buruk.
Menurut Martono (2010) pengertian prespektif adalah suatu cara pandnag
terhadap sesuatu masalah yang terjadi atau sudut pandang tertentu yang digunakan
dalam melihat suatu fenomena.
Prespektif Islam adalah suatu cara sudut pandang terhadap sesuatu masalah
yang terjadi atau sudut pandang tertentu dalam melihat suatu fenomena berdasarka
Al-Quran dan Al-Hadits

1.2.3 Pengertian Supermarket dalam Prespektif Islam

Supermarket syariah merupakan media pemasaran yang digunakan oleh


perusahaan dalam menjual barang atau produk untuk memenuhi kebutuhan
konsumenya yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi
produk yang dijual, bentu-bentuk pelayanan yang di sediakan maupun fasilitasnya,
sekaligus permodalan dari usaha tersebut. Pada dasarnya supermarket syariah
dengan supermarket pada umumnya ialah sama, yang mana supermarket ini
menyediakan kebutuhan sehari-hari. Namun yang membedakan supermarket syariah
ini dengan supermarket yang lain adalah terletak pada adanya prinsip-prinsip syariah
atau aturan-aturan syariah yang sudah banyak dijelaskan dalam Firman Allah SWT
yaitu Alquran dan dijelaskan pula dalam Hadits. Aturan syariah ini harus terpenuhi
dalam pendirian supermarket syariah.
Penerapan prinsip syariah dalam sebuah konsep supermarket syariah merupakan
ciri khas kebudayaan Islam yang membedakan dengan kebudayaan lainya. Di dalam
kitab suci Alquran telah dijelaskan bahwa semua aktivitas yang dapat di lakukan oleh
manusia patut mendapatkan falah yaitu untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Jika falah ini dicapai maka manusia akan mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat, suatu keadaan dimana kedua aspek tersebut tidak
menimbulkan konflik kepentingan. Oleh karena itu penerapan prinsip syaria dalam
sebuah konsep supermarket syariah sangat lah penting, agar terbentuknya
supermarket yang menjamin tersedianya produk halal, thayib dan barakah. Serta
model pelayananya pula secara islami dengan menerapkan prinsip keramahan
(senyum, salam, sapa) , prinsip keadilan, dan persaudaraan.

“ Sesungguhnya Allah dan Rosul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi
dan patung.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim no. 4132)
Dalil diatas menujukkan adanya larangan yang tegas, bahwa seseorang tidak boleh
melakukan transaksi jual-beli atas barang terlarang atau barang yang diharamkan.
Dan Allah berfirman dalam Alq-uran Surat Al-Isra’ ayat 35 :
Artinya : “ dan sempurnahkan lah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah

dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Qur’an surat Al-Isra diatas menjelaskan bahwa bisnis yang menguntungkan bukan
hanya dengan melakukan ukuran yang benar dan timbangan yang tepat, tetapi juga
dengan menghindarkan segala bentuk praktek kecurangan yang kotor.
Salah satu perbedaan supermarket syariah ini dengan supermarket yang lainya
daalah terlatak pada kepedulaian terhadap umat. Supermarket syariah ini
menggunakan pendekatan konsep yang berorientasi pada zakat, diantaranya adalah
sebagian dari laba (2.5 %) digunakan untuk zakat (sebagai bentuk ketaatan pada
kewajiban dari Allah). tidak seperti kebanyakan supermarket yang lain yang mana
tujuan akhirnya adalah keuntungan yang maksimal, pembentukan supermarket syariah
ini adalah untuk memaksimalkan amal (zakat maupun sedekah ). Karena dengan
target bisnis jumlah pembayaran zakat yang optimal atau zakat yang terkumpul dari
bisnis ini besar, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh dari bisnis ini.
Dengan demikian tujuan akhir dari aktivitas Supermarket syariah bukan hanya
berorientasi pada keuntungan yang maksimal tetapi untuk memperoleh Ridla Allah
SWT.
BAB II
ANALISIS

2.1 Konsep Supermarket dalam Prespektif Islam

Islam telah memberikan ajaran kepada umatnya untuk memenuhi kebutuhannya


dalam rangka untuk mempertahankan hidup di dunia. Sebagaimana Allah SWT telah
menjelaskan ajaran ini melalui salah satu dari ayat-ayat Al-Quran yaitu firman Allah
QS. An-nisa ayat 29 :

Yang Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka-suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Ayat diatas memberikan pesan yang kuat tentang perdagangan Islam, islam
membimbing pengikutnya untuk terlibat dalam kegiatan perdagangan dan menahan
diri dari praktek bunga atau riba. Selain itu islam juga memberikan arahan yang
sangat jelas untuk melaksanakan muamalah yang baik dalam berdagang. Allah SWT
telah berfirman dalam Al-Quran tentang berdagang yang tidak hanya sekedar
mendapat keuntungan tetapi juga tidak merugikan satu sama lain. Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran Surat Al- Baqarah ayat 42 :

Yang artinya : “ Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil
dan jangan lah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui”.

Kepedulian Islam terhadap masalah muamalah khususnya dalam jual-beli telah


dimulai sejak permulaan Islam diturunkan. Islam telah memberikan solusi yang telah
dipraktekan sejak masa Nabi Muhammad Rasulullah SAW (579 Masehi) hingga saat
ini. Nabi Muhammad SAW benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang
adil dalam transaksi-transaksinya. Selain itu juga Nabi Muhammad SAW selalu
menasehati sahabat-sahabatnya untuk melakukan hal serupa. Ketika berkuasa dan
menjadi kepala negara di Madinah, Nabi Muhammad SAW telah mengikis habis
transaksi-transaksi dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur
penipuan, riba, judi, ketidak pastian (gharar), keraguan, eksploitasi, pengambilan
untung yang berlebihan dan pasar gelap. Nabi Muhammad SAW juga melakukan
standarisasi timbangan dari ukuran, serta melarang orang-orang tidak
mempergunakan standar timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan
pegangan.
Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran seperti pendirian Supermarket
Syariah harus dilandasi semangat beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta,
berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk
kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri. Selain itu juga Islam memandang
bahwa pemasaran sebagi jual-beli yang harus dipajang dan ditunjukkan keistimewaan
dari produk atau barang tersebut selain kelemahan-kelemahan dari barang tersebut
juga harus dijelaska agar pihak lain tertarik membelinya dan pihak tersebut tidak
merasa di rugikan. Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat At- Taubah ayat 11 :

Yang Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan :

“ Ketahuilah bahwa surga adalah barang dagangan Allah, dan ketahuilah bahwa
barang-barang dari surga mahal harganya” (HR. At- Tirmidzi).
Sula (2006) menjelaskan bahwa dalam pemasaran syariah, bisnis yang disertai
keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridlan Allah, maka seluruh bentuk
transaksinya InshaAllah menjadi nilai ibadah dihadapan Allah SWT. Yang akan
menjadi bibit dan modal dasar baginya untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar,
yang memiliki spiritual brand, yang memiliki karisma, keunggulan, dan keunikan yang
tak tertandingi.
Dalam melakukan suatu bisnis yang berbasis syariah (Supermarket Syariah) ada
beberapa poin yang harus dipenuhi sesuai sengan ajaran dalam Islam. Yaitu terdapat
4 karakteristik pemasaran atau bisnis islami (pemasaran Syariah) yang dapat menjadi
panduan bagi para pemasar atau pembisnis (M. Syakir Sula dan Hermawan
Kertajaya: 2005) diantaranya :
1. Teistis (Rabbaniyah)
Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh pemasaran syariah yang tidak dimiliki
dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang
religius. Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariah
yang bersifat ketuhanan merupakan hukum yang paling adil, sehingga akan
mematuhinya dalam setiap aktivitas pemasaran yang dilakukan. Dalam setiap
langkah aktivitas dan kegiatan yang dilakukan tersebut selalu menginduk kepada
syariat islam.
Jiwa Seseorang pemasar syariah meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang
teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling sempurnah.
Meskipun ia tak mampu melihat Allah SWT, ia akan selalu merasa bahwa Allah
SWT selalu senantiasa mengawasi perbuatan yang dilakukan olehnya. Sehingga
ia akan mampu untuk menghindari dari segala macam perbuatan yang
menyebabkan orang lain tertipu atas produk-produk yang dujualnya. Sebab
pemasar syariah akan selalu merasa bahwa setiap perbuatan yang dilakukan
akan dihisab. Jadi seorang pemasar syariah memiliki orientasi maslahah yang
mana memelihara tujuan syara’ dan meraih manfaat atau menghindarkan
kemudharatan , sehingga tidak hanya mencari keuntungan saja namun diimbangi
pula dengan keberkahan didalamnya. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-
Zalzalah ayat 7-8 :

Yang Artinya : 7. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun,


niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. 8. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula”.
2. Etis (Akhlaqiyah)
Keistimewaan yang lain dari pemasar syariah adalah ia sangat
mengedepankan masalah akhlak dalam seluruh aspek kegiatanya. Pemasar
syariah adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral
dan etika tanpa peduli dari agama manapun, karena nilai etika ini adalah nilai
yang bersifat universal yang diajarkan oleh semua agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah SWT memberikan petunjuk melalui
Rasul-Nya yang meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah,
akhlak (moral, etika), maupun syariah. Dua komponen pertama, akidah dan
akhlak bersifat konstan, keduanya tidak mengalami perubahan apapun dengan
berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai
dengan kebutuhan dan taraf peradaban manusia, yang berbeda-beda sesuai
dengan rasulnya masing-masing. Allah berfirman dalam surat Al- Maidah ayat 8 :

Yang Artinya : “ hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
3. Realistis (Al-waqiyyah)
Pemasar syariah bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti modernitas,
dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan
den keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Pemasar syariah
bukanlah berarti para pemasar itu harus berpenampilan ala bangsa Arab dan
mengharamkan dasi karena dianggap dasi merupakan simbol masyarakat barat.
Pemasar syariah adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang
bersih, rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang
dikenakannya. Mereka bekerja dengan profesional yang mengedepankan nilai-
nilai religius, kesalehan, aspek moral dengan etika yang baik dan kejujuran dalam
segala aktivitas pemasaranya. Yang mana dalam sebuah hadits disebutkan :

“ Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi,
orang-orang shiddiq dan para syahada”. (HR. Tirmidzi No. 1209)
4. Humanistis (Insaniyah)
Keistimewaan yang lain yang dimiliki oleh pemasar syariah adalah sifatnya
yang humanistis universal. Sifat kemanusiaan nya terjaga dan terpelihara serta
sifat-sifat kehewananya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan
demikian penerapan nilai humanistis ini menjadikan manusia yang terkontrol, dan
seimbang (tawazun), bukan manusia yang serakah, yang menghlalkan segala
cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan menjadi manusia
yang bahagia diatas penderitaan orang lain atau manusia yang kering dengan
kepedulian sosial.
Syariah islam adalah syariah humanistis diciptakan untuk manusia sesuai
dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan
status. Hal ini membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah
humanistis universal. Allah berfirman dalam surat Al- Hujarat ayat 13 :
Yang Artinya : “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu ber bangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengatur lagi Maha mengenal “.
Menurut Hermawan dan Muhammad Syakir konsep pemasaran syariah
terbagi menjadi 5 konsep pemasaran syariah antara lain :
1. Syariah Marketing Strategy, untuk memenangkan mind share, dapat
dilakukan pemetaan pasar berdasarkan pertumbuhan pasar, keunggulan
kompetitif dan situasi persaingan. Dari pemetaan potensi pasar
sebelumnya, dapat dilihat bahwa pasar rasional atau pasar mengambang
merupakan pasar yang sangatbesar. Para pebisnis harus dapat
membidik pasar rasional yang sangat potensial tersebu. Setelah itu
mereka perlu melakukan positioning sebagai perusahaan yang mampu
meraih mind- share.
2. Syariah Marketing Tactic, untuk memenangkan market–share. Ketika
positioning pebisnis shariah di benak pasar rasional telat kuat, mereka
harus melakukan diferensisasi yang mencakup apa yang ditawarkan
(content), bagaimana menawarkan (context) dan apa insfraktutur dalam
menawarkannya. Langkah selanjutnya adalah para marketer perlu
menerapkan diferensiasi secara kreatif dan inovatis dengan
menggunakan marketing mix (price, product, place, dan promotion). Hal-
hal yang diperlukan juga, bagaimana pebisnis melakukan selling dalam
meningkatkan hubungan dengan pelanggan sehingga mampu
menghasilkan keuntungan finansial.
3. Syariah Marketing Value, untuk memenangkan heart-share (kecintaan
pelanggan terhadap produk). Semua strategi dan taktik yang sudah
dirancang akan berjalan optimal bila disertai dengan peningkatan value
dari produk atau jasa yang dijual. Peningkatan value disini berarti
bagaimana kita mampu membangun brand yang kuat, memberikan
service yang membuat pelanggan loyal, dan mampu menjalankan proses
yang sesuai dengan kepuasan pelanggan. Dalam syariah marketing
value, brand merupakan nama baik yang menjadi identitas seseorang
atau perusahaan.contohnya yaitu ketika Nabi Muhammad SAW menjadi
seorang pedagag , terekam kuat di pikiran semua orang ketika
mendengar Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang A-
Amin ( terpercaya). Itu menjadikan Nabi Muhammad SAW lebih mudah
mengkomunikasikan produknya, karena semua orang telah mempercayai
semua apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW.
4. Syariah Marketing Scorecard, untuk menciptakan keseimbangan value
kepada para stakeholders. Tiga stackholders utama dari perusahaan
adalah people, customers, dan stackholders. Ketiga stackholders
tersebut sangat penting karena mereka adalah orang-orang yang sangat
berperan dalam menjalankan suatu usaha. Di dalam pasar komersial
(commercial market), perusahaan harus bisa mengakuisisi dan meretensi
pelanggannya. Didalam pasar kompetensi (Competency Market),
perusahaan harus bisa memilih dan mempertahankan orang-orang tepat.
Sedangkan di dalam pasar modal (capital market), perusahaan harus
bisa mendapatkan dan menjaga para pemegang saham yang tepat.
Untuk menjaga keseimbangan ini perusahaan bisa menciptakan value
yang unggul bagi ketiga stackholders utama tersebut dengan ukuran dan
bobot yang sama.
5. Syariah Marketing Enterprise, untuk menciptakan sebuah inspirasi
(inspiration), setiap perusahaan, layaknya manusia, haruslah memiliki
impian (dream) atau capaian. Inspirasi tentang impian yang hendak
dicapai inilah yang akan membimbing manusia, dan juga perusahaan
sepanjang perjalananya. Sebuah perusahaan harus mampu
menggabungkan antara idealisme dan pragmatisme. Perusahaan harus
mampu idealistik dan sekaligus pragmatis, dan mampu
mengimplemntasikan kedua hal ini sekaligus secara simultan, tanpa
adanya trade-off.
Supermarket syariah juga harus memperhatikan elemen-elemen marketing
mix yang meliputi (product, price, place, dan promotion) yang dapat dimunculkan
suatu konsep yang sesuai dengan Islam :
1. Produk
Dalam konsep islam harus halal dan kejelasan yang rinci dalam suatu
produk. Dengan begitu Tidak semua produk dapat dijual di supermarket
syariah, hanya produk yang halal dan thayyib yang dapat dijual di
supermarket syariah. Menurut Al Muslih (2004, 331-386) ada tiga hal
yang perlu dipenuhi dalam suatu produk : produk yang ditawarkan
memiliki kejelasan barang,ukuran,takaran. Produk yang dijual adalah
produk yang halal. Dan dan dalam promosi produk tidak dilebih-lebihkan
keunggulannya.
2. Price
Islam dalam menentukan harga tidak boleh membanting harga guna
menjatuhkan pembisnis lainya. Islam tentu memperbolehkan pedagang
untuk mengambil keuntungan. Karena hakekat berdagang ialah untuk
mencari keuntungan , namun untuk mengambil keuntungan tersebut
jangan lah berlebih-lebihan (Ghazali,2001:308). Karena jika harga yang
ditetapkan adalah harga wajar, maka pedagang tersebut pasti akan
unggul dalam kualitas. Dengan kata lain mendapatkan keuntungan dari
banyaknya barang yang terjual ,dan tampak nyatalah keberkahan
rizkinya (Hazali,2001:309)
3. Place
Dalam prinsip islami tempat disiin tidak hanya sebagai sarana untuk
mempermudah pendistribusian barang tetapi dengan desain bangunan
dari supermarket itu sendiri. Dalam prinsip islami yang dimaksud disini
adalah ketersediaan tempat untuk ibadah seperti musholla atau masjid.
4. Promosi
Islam tidak melarang adanya iklan atau promosi karena iklan pula
dijadikan untuk syiar islami. Namun, periklanan yang dilarang dalam
islam adalah iklan yang melebih-lebihkan suatu produk yang
menimbulkan adanya penipuan.
Supermarket syariah ini bukan hanya sebuah supermarket yang ditambahkan
syariah dibelakangnya, tetapi supermarket syariah ini benar-benar diterapkan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Supermarket yang berperan dalam
syariah ini diartikan bahwa supermarket yang berbasis yariah ini diharapkan
dapat bekerja dan bersikap profesional dalam dunia bisnis, karena dengan
profesionalitas dapat menumbuhkan kepercayaan kepada konsumen. Syariah
berperan dalam supermarket bermakna suatu pemahaman akan pentingnya
nilai-nilai etika dan moralitas pada pemasaran, sehingga diharapkan
supermarket tersebut tidak hanya serta merta menjalankan bisnisnya demi
keuntungan pribadi saja, melainkan juga dengan jalan yang wajar yang diridloi
oleh Allah SWT. Yang harus diraih oleh seorang pedagang dalam melakukan
bisnis ini tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang penting lagi
adalah keuntungan in materiil (spiritual). Selain itu ia juga harus berusaha untuk
menciptakan dan menawarkan yang bahkan dapat merubah satu values kepada
para stakeholders nya sehingga supermarket tersebut dapat menjaga
keseimbangan laju bisnisnya sehingga menjadi bisnis yang sustainble.

2.2 Prinsip-Prinsip Syariah yang diterapkan dalam Supermarket Syariah

Dalam mengelolah suatu usaha (Supermarket Syariah) yang berdasarkan prinsip


ekonomi Islam, pengelolaan usaha tersebut harus dilandasi dasar-dasar moral yang
mengedepankan nilai-nilai etika didalamnya, agar selaras dengan tujuan akhir yaitu
untuk mendapatkan falah yakni kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Sehingga
usaha tersebut dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang terdapat nilai
moral didalamnya, antara lain :
1. Kejujuran (Al-Shidq)
Kejujuran adalah ruh dari sistem ekonomi syariah. Kejujuran menjadi bukti adanya
komitmen akan pentingnya perkataan, tindakan dan semua yang terkait dengan
perikatan dalam sistem ekonomi syariah sehingga dapat dijadikan pegangan
dalam muamalah.
2. Kesetaraan (al-Musawah)
Kesetaraan adalah bagian penting dari nilai ketauhidan karena setiap pihak
melaksanakan muamalah dengan tanggung jawab bukan hanya dalam kaitanya
dengan pemilik perusahaan tetapi juga kepada Allah SWT
3. Keadilan dan kebenaran (al- ‘adhilah)
Keadilan dan kebenaran ini sangat penting karena ketiadaan rasa keadilan akan
mempengaruhi hasil dari transaksi tersebut. Misalnya, dalam transaksi jual beli
atau sewa. Faktor keadilan dan kebenaran menjadi sangat penting untuk saling
dirasakan oleh semua pihak.
Selain prinsip-prinsip diatas, terdapat pula prinsip-prinsip ajaran Rasulullah SAW
yang juga dapat dijadikan acuan dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan
ajaran Islam (Supermarket Syariah) antara lain :
1. Mengetahui pengetahuan tentang hukum jual beli dalam Islam
Seorang muslim yang berniat terjun ke dalam dunia bisnis Islam harus
membekali dirinya dengan pengetahuan jual beli sesuai dengan tuntunan agama
Islam. Agar pedagang muslim tidak terjerumus ke dalam transaksi ribawi. Pada
prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari rizki itu adalah wajib, Agama islam
tidaklah mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan. Setiap orang
dapat memilih usaha dan pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan, dan
faktor-faktor lingkungan masing-masing. Salah satu satu bidang yang dianjurkan
oleh agama Islam adalah berdagang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-
Nya. Pada hukum jual beli dagang dalam Islam adalah halal. Prinsip hukum ini
ditegaskan dalam Al-Quran dan Hadits serta Ijma Ulama.
Mereka mencari untung dan laba sebagaimana saudagar-saudagar pada
umumnya, tetapi tidaklah menjadikan keuntungan materil itu sebagai tujuan akhir.
Keuntungan yang diperolehnya dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Tujuan akhir yang sebenarnya adalah falah yaitu kebahagiaan yang
akan diperoleh baik didunia maupun akhirat.
2. Jujur dan Amanah
Yang dimaksud jujur dalam berbisnis adalah memberi keterangan produk
yang sesuai dengan keadaan yang sesusungguhnya. Tidak berbohong dalam
menyebutkan bahan baku, tempat asal barang, tempat asal barang itu
didatangkan, termasuk biaya produksinya. Tidak melebih-lebihkan suatu produk
dan tidak menutupi kekurangan produk. Sesuai dengan hadits yang dijelaskan :

“ pedagang yang jujur dan amanah bersama para Nabi, para pecinta kebenaran
dan orang-orang yang mati syahid “. (HR. Tirmidzi)
3. Membatasi hanya bisnis yang Halal
Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW menegaskan hanya bisnis halal
yang direkomendasikan untuk umatnya. Yang bermakna seorang muslim hanya
boleh berbisnis dalam bidang usaha yang halal.
“ seseorang berkata : wahai Rasulullah pekerjaan apa yang paling baik/ Rasulullah
bersabda : pekerjaan seseorang dengan tanganya dan bisnis yang halal”
Dalam penentuan halal dan haram, Allah lah yang berhak menentukan halal dan
haram sesuatu, baik yang sudah dijelaskan dalam Al- quran maupun Al- Hadits.
Tugas manusia hanya menerangkan hukum Allah tentang halal dan haram itu.
Salah satu hal penting dalam menjalankan bisnis yang halal yaitu dengan
menjauhi riba. Karena riba dilarang dalam ajaran Islam. Riba adalah tambahan
yang diberikan oleh pihak peminjam kepada pihak yang meminjam sebagai
kompensasi dari tenggang waktu yang ditetapkan.dan siapa yang melakukan riba
amatlah pedi siksaanya. Telah dijelaskan dalam firman Allah SWT Quran Surat Al-
Baqarah ayat 275 :

Yang Artinya : “ orang-orang yang makan dengan mengambil riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat). Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan , dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba). Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya.
4. Membayar zakat dan banyak bersedekah
a. Zakat
Salah satu rukun Islam ialah Zakat. Barang siapa yang mengakui dirinya
muslim dan memiliki harta sampai nishab (ukuran tertentu yang telah
ditetapkan oleh Allah) maka ia berkewajiban mengeluarkan zakat. Zakat
berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta. Oleh karena itu
seorang pedagang / pebisnis yang sudah memiliki harta mencapai nishab, ia
harus mengeluarkan zakat sebagaimana kewajiban setiap muslim. Firman
Allah SWT dalam Quran Surat Ad- Dzariyat ayat 19 :
Yang Artinya : “ Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin

yang meminta dan orang memiskin yang tidak meminta “.


Allah telah menjelaskan akibat orang-orang yang menolak mengeluarkan
zakat, bahwa perbuatan mereka tidak membawa kebaikan sama sekali
bahkan sebaliknya.
b. Sedekah
Didalam al-Quran dan Hadits telah dijelaskan anjuran umat muslim untuk
mengeluarkan sedekah disetiap saat, siapa yang akan bersedekah Allah
SWT menjanjikan balasan yang berlipat ganda. Yang dijelaskan pada Hadits
dibawah :
“ Sedekah adalah bukti akan perbuatan keimanan seseorang, puasa adalah
perisai dan sadaqah menghapus dosa sebagaimana mentari melelehkan
salju “ . (HR. Ibnu Hibban)
Seseorang yang memiliki kelebihan harta janagn khawatir hartanya akan
berkurang akibat bersedekah, karena Rasulullah telah menjanjikan bahwa
sedekah tidak akan mengurangi harta. Allah telah memeberikan jaminan
untuk menggantinya bahkan dengan yang lebih banyak dan lebih baik.
Disamping itu, sedekah juga dapat menghapus dosa sehingga dijauhkan dari
neraka.
Prinsip-prinsip ajaran Rasulullah SAW tersebut diterapkan kepada
seseorang yang bergelut didunia bisnis karena Rasulullah SAW sangat
memahami pebisnis yang sulit menghindar dari hal-hal yang samar anatara
halal dan haram (syubhat), karena manusia tidak lepas dari salah dan khilaf.
Untuk itu Rasulullah SAW memerintahkan para pedagang untuk menebus
kesalahan atau kekurangan yang berlangsung selama transaksi dengan
bersedekah. Sedekah memiliki kekuatan yang besar dalam menghapus dosa
seperti mentari yang melelehkan salju. Selain itu sedekah juga dapat
membuka pintu rezeki.

2.3 Implementasi Supermarket dalam prespektif islam

Penerapan-penerapan prinsip syariah yang telah dijelaskan di atas di


implementasikan dalam suatu pemasaran syariah (supermarket syariah) antara lain :
1. Kejujuran (Al-Shidq)
Implementasi dalam supermarket syariah yaitu pedagang di supermarket
syariah haruslah jujur dalam melaksanakan transaksi jual belinya. Kejujuran
pedagang dapat dilihat dari :
a. Penetapan harga dari modal yang telah dikeluarkan. Artinya harga suatu
barang diperhitungkan setelah modal secara keseluruhan diperhitungkan
untuk mendapatkan barang tersebut. Ketika akan menetapkan harga,
kenaikannya dari harga modal tidak boleh lebih dari seratus persen. Kenaikan
paling tinggi dari harga modal hanyalah lima puluh persen. Ketika seorang
penjual menaikkan harga seratus persen sebenarnya ia telah melakukan
perbuatan zhalim terhadap pembeli
b. Kenaikan harga di Supermarket Syariah harus sesuai dengan harga yang
dianggap rasional dan lajim dalam Ekonomi Syari’ah. Karena apabila
pentapan harga pada supermarket syariah tinggi akan menyebabkan adanya
salah satu pihak yang yang dirugikan, ketika harga ditetapkan lajim maka
tidak ada pihak lain yang terasa terdazalimi.
2. Kesetaraan (al-Musawwah)
Kualitas barang yang diperjual belikan di supermarket syariah disesuaikan
dengan penetapan harga dari kualitas barang yang telah dikeluarkan. Artinya
harga suatu barang diperhitungkan sesuai dengan kualitas barang. Ketika akan
menetapkan harga, kenaikannya dari harga barang harus sesuai dengan kualitas
barang tersebut. Ketika seorang penjual menaikkan harga yang tidak sesuai
dengan kualitas barang maka ia telah melakukan perbuatan zhalim terhadap
pembeli.
Pada dasarnya jual beli disyaratkan sahnya jual beli harus memiliki
persyaratan berikut :
1. Keridloan antara penjual dan pembeli. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat
An- Nisa ayat 29 :

Yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu “.
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya jual beli itu dari keridloan” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
Baihaqi, dan Shahih Al Abani). Tidak sah jual beli jika dengan paksaan dari
salah satunya terhadap yang lainya secara tidak haq.
2. Orang yang berakad memang diperbolehkan melakukan transaksi, seperti ia
sudah baligh, berakal, merdeka, dan pintar. Dari sini melihat bagaimana luar
biasanya Al-Quuran menjarkan tentang transaksi jual beli ini. Yang menarik
adalah cerita mengenai Abu Huraira ra, seorang pedagang pakaianyang
besar dijamannya. Lalu datang seorang dari desa hendak menjual barang
dagangan dari Abu Hanifah, sementara orang ini tidak tahu harga pasar. Abu
Hanifah meminta agar orang tersebut mendatangi beberapa toko lain untuk
melihat penawaran yang tertinggi, dengan harga itulah Abu Hanifah
menawarkan barang dagangannya.
3. Penjual memiliki barang dagangan yang dijual, atau ia berdiri sebagai pemilik
barang tersebut, seperti wakil, wali , wasiat, atau yang diberikan hak. Tidak
sah jual beli seseorang terhadap barang yang bukan miliknya. Sabda
Rasulullah Nabi Muhammad SAW kepada Al- Hakim bin Hamza ra “ Jangan
kau menjual apa yang bukan milikmu “. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i,
Tirmidzi, Ibnu Majah, Shohih Al-Alabani). Makelar boleh selama ini
menempati posisi sebagai pemilik barang selama sesuai dengan kaidah yang
syar’i.
4. Yang dijual adalah yang dibolehkan untuk dimanfaatkannya. Seperti
makanan, minuman, pakaian, keandaraan, properti dan lain sebagainya.
Tidak boleh menjual barang yang diharamkan untuk dimanfaatkan seperti
khomr, babi, bangkai, alat-alat musik dan lain sebagainya. Kecuali alat-alat
musik yang memang dibolehkan. Seperti rebana yang diperbolehkan karena
ada dalilnya. Atau seperti CD jika isinya sesuai dengan syari’at seperti kajian,
lagu-lagu islami, maka diperbolehkan. Tapi kalau bertentangan dengan
syariat islam, maka tidak diperbolehkan. Sesuai dengan hadits dari Jabir ra,
Rosulullah Muhammad SAW bersabda “ Sesungguhnya jika Allah
mengharamkan suatu kaum dari memakan sesuatu, maka Allah juga
mengaramkan hasil jual beli dari sesuatu tersebut”. (HR. Ahmad dan abu
Daud). Jadi kalau barangnya diharamkan, maka jual beli barang tersebut juga
ikut diharamkan. Tidak juga diperbolehkan menjual anjing. Hadits dari Ibnu
Mas’ud ra, “ Rasulullah Muhammad SAW melarang hasil jual beli anjing”.
5. Menjual sesuatu itu hanya atas barang yang mampu untuk diserahkanya.
Makanya yang dinamakan future trading itu haram, karena yang
diperjualbelikan hanya sekedar catatan saja bukan barangnya senidiri.
Karena yang tidak mampu diserahkan, dianggap tidak ada, sehingga tidak
boleh diperjual belikan. Ia termasuk ke dalam jual beli Gharar, yaitu penipuan
dimana secara dhohir jelas namun isinya membodohi. Hendaklah barang
yang diperjual belikan itu diketahui oleh kedua belah pihak dengan melihat
atau menyaksikan ketika berakad, atau dengan menjelaskan sifat-sifatnya.
Contoh, ketika kita hendak membeli mesin, boleh hanya dengan menjelaskan
sifatnya saja. Karena setiap sesuatu yang tidak diketahui adalah gharar, dan
gharar itu dilarang. Tidak diperbolehkan berjual beli sesuatu yang tidak
melihat tapi ia tidak tahu, atau biasa disebut ghaib dari majelis akad.
6. Harga dari barang yang hendak diakadkan harus jelas, dengan membatasi
harga barang yang hendak diakadkan dan kita mengetahui harga barang
tersebut. Umpanya kita tahu harga suatu barang adalah 500, tapi kita kesal
karena ada suatu tempat yang menjualnya dengan harga 5000 yang jauh
lebih tinggi dari harga yang kita ketahui. Ini tidak sah jual belinya, kecuali
terpaksa. Atau misalkan kita ridlo dengan harga yang ditawarkan, maka tidak
menjadi suatu masalah.
3. Keadilan dan Kebenaran (al- ‘adhilah)
Dalam hal ini berkaitan dengan ukuran takaran dan timbangan. Seorang
penjual harus membuat takaran atau timabangan yang benar. Sehingga dari segi
penjual atau pembeli tidak merasa ada yang menipu atau ditipu. Larangan
mengurangi takaran atau timbangan telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT
dalam Surat Al- Muthaffin ayat 1-3 :

Yang Artinya : “ 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2. (yaitu)

orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi. 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain
mereka mengurangi “ .
Pelayanan Supermarket Syariah kepada konsumen, merupakan sesuatu hal penting
pula dalam implementasi supermarket prespektif islam. Konsumen akan merasa puas
melakukan transaksi apabila pelayanan yang diberikan oleh produsen kepada konsumen
maksimal seperti dengan menerapkan pelayanan :
1. Senyum
Senyum merupakan perbuatan yang dianjurkan dalam agama Islam terdapat
banyak manfaat dan keutamaan dari senyuman yang diberikan untuk orang lain.
Senyuman bernilai Ibadah, Rosulullah bersabda : “ Senyummu ketika berjumpa
saudaramu adalah ibadah.” (HR al-Baihaqi no 7935). Senyuman menghargai
kebaikan, dari Abu Dzarr Radiyallahu ‘anhu ia berkata : Rosulullah SAW
bersabda “ janganlah kamu memandang rendah sedikitpun suatu kebajikan,
walaupun sekedar kamu bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-
seri.menjadi obat hati, jiwa dan fikiran.Rosulullah SAW bersabda “ janganlah
kamu terlalu membebani jiwamu dengan segala keseriusan hidup. Hiburkanlah
dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu karena jikalau jiwa terus dipaksa
memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi keruh” (HR Ibnu Majah no.
1130) Dapat menenangkan hati yang marah dan emosi orang lain dan diri sendiri.
Anas bin Malik meriwayatkan, dia berkata “ suatu hari aku dan para sahabat
berjalan bersama-sama rosulullah SAW ketika itu baginda memakai selimut dari
daerah Najran yang ujungnya agak kasar. Tiba-tiba baginda bertemu dengan
seorang Badawi (arab pedusunan) tanpa disangka, lelaki itu langsung menarik
selimut Rasulullah SAW dengan kuat sehingga aku melihat kesan merah di bahu
baginda, lelaki badawi itu dengan kasar berkata “ suruh orangmu memberi harta
Allah kepadaku yang engkau simpan sekarang juga!” kelakuan kasar dan
sombong si Badawi tersebut membuat para sahabat sangat marah dan ingin
mengajarnya. Namun Rosulullah SAW melayani sikap si Baduwi lelaki kasar itu
dengan senyuman dan berkata kepada kami dengan senyum manis pula “ berilah
lelaki ini makanan apa saja yang dia mau. Kami lantas memberi makan si Badui
yang dia pinta. Dan kami tidak jadi mengajar si Badui karena Senyuman
Rosulullah SAW.” (HR at- Tabrani no. 7695) , serta senyuman merupakan amal
sholih yang murah namun bernilai tinggi.
2. Salam
Salam merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Islam sendiri
memprioritaskan pemberian salam sebagai hal yang sunnah, sedangkan
menjawab salam itu adalah wajib. Rasulullah SAW bersabda : “ Kalian tidak
masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga saling
mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan
kalian akan saling mencintai ? sebarkalah salam diantara kalian.” (HR. Muslim).
Salam dapat diberikan dengan cara “ Assalamualaikum” ataupun “selamat pagi" ,
“selamat siang” maupun “selamat malam” pada saat bertemu dengan orang lain
3. Sapa
Sementara sapaan termasuk teguran “selamat datang” pada awal pelayanan
dan pengucapan “terima kasih” pada akhir pelayanan. Engel, Roger, & Paul
(2007) menyatakan bahwa ucapan terimakasih merupakan salah satu pengukuh
yang efektif bagi loyalitas konsumen.
Suatu kebutuhan dapat dipenuhi atau dipuaskan dengan kebutuhan yang lainya
secara bersama. Hal ini secara sederhana dapat dijelaskan ketika seorang konsumen
berbelanja pada suatu tempat. Tujuan konsumen itu bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan fisiologisnya dengan membeli barang-barang yang dibutuhkan namun
konsumen tersebut ingin memenuhi juga kebutuhan akan hubungan yang baik dengan
cara mendapatkan pelayanan yang maksimal dari penyedia barang. Pelayanan senyum,
salam sapa ini sangatlah tepat diterpakan pada Supermarket Syariah.
Selain implementasi Supermarket Syariah yang telah dijelaskan diatas ,
impelementasi Supermarket Syariah juga harus sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan yang telah dipraktekan pada zaman Nabi
Muhammad SAW yaitu :
1. Berbisnis Cara Nabi Muhammad SAW
Muhammad adalah Rasulullah, Nabi terakhir yang diturunkan untuk
menyempurnakan ajaran-ajaran Alah SWT yang menjadi suri tauladan umat- Nya.
Namun nabi Muhammad juga merupakan manusia biasa beliau makan, minum,
berkeluarga, dan bertetangga, berbisnis dan berpolitik, serta sekaligus memimpin
umat.
Nabi Muhammad sebagai seorang pedagang memeberikan contoh yang baik
dalam setiap transaksi bisnisnya. Beliau melakukan transaksi secara jujur adil dan
tidak pernah membuat pelangganya mengeluh, apalagi kecewa. Beliau selalu
menepati janji dan mengantarkan barang daganganya dengan standar kualitas sesuai
dengan permintaan pelanggan. Reputasinya sebagai pedagang yang benar dan jujur
telah tertanam dengan baik sejak muda. Beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung
jawab terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
2. Nabi Muhammad SAW sebagai Syariah Marketer
Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya berbisnis (berdagang),
karena dengan berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi
keluarga tanpa tergantung atau menjadi beban orang lain. Beliau pernah berkata “
Berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya
dihasilkan dari berdagang ” . Alquran juga memberikan motivasi untuk berbisnis pada
firman Allah SWT Quran surat Al- Baqarah ayat 198 :

Yang Artinya : “ tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat. Berdzikirlah
(dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang yang sesat “ .
3. Nabi Muhammad sebagai pebisnis yang jujur
Dalam transaksi bisnisnya sebagai pedagang profesional tidak ada tawar
menawar dan pertengkaran antara Nabi Muhammad SAW dengan pelangganya,
sebagaimana sering disaksikan pada waktu itu di pasar-pasar sepanjang jazirah Arab.
Segala permasalahan antara Muhammad dengan pelangganya selalu diselesaikan
dengan adil dan jujur, tetapi bahkan tetap meletakkan prinsip-prinsip dasar untuk
hubungan dagang yang adil dan jujur tersebut.
Nabi Muhammad SAW benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang
adil dalam transaksinya-transaksinya. Beliau telah mengikis habis transaksi-transaksi
dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur penipuan, riba, judi,
gharar, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap.
Beliau juga melakukan standardisasi timbangan da ukuran, serta melarang orang-
orang menggunakan timbangan dan ukuran lain yang tidak dapat dijadikan pegangan
standar. Nabi Muhammad juga mengatakan “pedagang pada hari kebangkitan akan
dibangkitkan sebagi pelaku kejahatan, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah,
jujur, dan selalu berkata benar “. (HR Al-Tarmidzi, Ibn Majah, dan Al Darimi)
4. Nabi Muhammad menghindari bisnis haram
Selain itu Nabi Muhammad melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena
sistemnya maupun karena ada unsur-unsur yang diharamkan didalamnya.
Memperjual-belikan benda-benda yang dilarang dalam Alquran adalah haram.
Misalnya, melarang mengkonsumsi daging babi, darah, bingkai, dan alkohol,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadits berikut :
“ Sesungguhnya Allah dan Rosul- Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi
dan patung” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim no.4132 )
Terdapat 4 hal yang menjadi faktor kunci sukses manusia dalam mengelola suatu
bisnis agar mendapat nilai-nilai moral yang tinggi, antara lain :
1. Shiddiq (Benar atau Jujur)
Seorang pemimpin haruslah senantiasa berperilaku benar dan jujur
sepanjang kepemimpinanya, jika pemimpin bersifat siddiq pebisnis haruslah
menjiwai seluruh perilakunya dalam berinteraksi dengan pemasaran, dalam
berhubungan dengan pelanggan, dalam berinteraksi dengan nasabah dan
dalam membuat perjanjian dengan mitra bisnisnya.
2. Amanah (terpercaya)
Pebisnis haruslah dapat dipercaya, bertanggung jawab, juga bermakna
keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai
yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah
3. Fathanah (Cerdas)
Dapat diartika sebagai Intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin
yang fathonah adalah pemimpin yang memahami, mengerti, dan menghayati
secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibanya. Dalam
bisnis implikasi ekonomi sifat fathana adalah dengan segala aktivitas dalam
manajemen suatu perusahaan harus dengan kecerdasan, dengan
mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan.
4. Tabligh (Komunikatif)
Yang berarti komunikatif dan argumentatif. Dalam bisnis orang yang memiliki
sifat ini akan menyampaikan sesuatu dengan benar dan dengan tutur kata
yang tepat. Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah
dipahaminya, berdiskusi dan melakukan presentasi dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan dipahami sehingga orang tersebut dengan mudah
memahami pesan bisnis yang ingin kita sampaikan.
Pembisnis harus mampu menerapkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW
dalam menjalankan maupun mengelola bisnisnya agar terbentuknya suatu bisnis atau
usaha yang sukses dengan mendapatkan nilai moral yang tinggi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Supermarket syariah merupakan media pemasaran yang digunakan oleh perusahaan


dalam menjual barang atau produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi produk yang dijual, bentuk-bentuk
pelayanan yang disediakan maupun fasilitasnya, sekaligus permodalan dari suatu usaha
tersebut. Penerapan prinsip-prinsip syariah dalam sebuah konsep supermarket syariah ini
merupakan ciri khas kebudayaan Islam yang membedakan dengan kebudayaan lainya.
Dalam aktivitas bisnis tersebut tidak lain semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah
SWT untuk mencapai Falah yaitu kebahagiaan didunia maupun akhirat. Oleh karena itu
penerapan prinsip-prinsip syariah dalam sebuah konsep supermarket syariah sangatlah
penting, agar terbentuknya supermarket yang menjamin tersedianya produk halal, thayib
dan barakah. Serta model pelayanannya pula secara islami dengan menerapkan prinsip
keramahan (senyum, salam, sapa) , prinsip keadilan dan persaudaraan.
Dalam melakukan suatu bisnis berbasis syariah (Supermarket Syariah) ada beberapa
poin yang harus terpenuhi yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu empat karakteristik
bisnis islami yaitu : Teistis (rabaniyyah), Etis (akhlakiyyah), Realistis (al-waqi’iyah),
Humanistis (insaniyyah). Selain itu dalam mengelolah suatu usaha supermarket yang
berdasarkan prinsip ekonomi islam, pengelolaan tersebut harus dilandasi dasar-dasar
moral yang mengedepankan nilai-nilai etika didalamnya antara lain kejujuran (As- Shidiq),
kesejahteraan (al- musawah), keadilan dan kebebasan (al- adhilah). Pembisnis islam juga
harus mampu menerapkan bisnis sesuai ajaran Rosulullah SAW dan memiliki sifat-sifat
yang dimiliki Rosulullah yakni Shiddiq (benar dan jujur), Amanah (terpercaya, kredibel),
Fathanah (Cerdas), dan Tabligh (komunikatif).
Supermarket yang berperan dalam syariah ini diartikan bahwa supermarket yang
berbasis syariah yang dapat bekerja dan bersikap profesional dalam dunia bisnisnya,
karena dengan profesionalitas dapat menumbuhkan kepercayaan kepada konsumen,
seperti apa yang telah di contohkan Nabi Muhammad SAW. Syariah yang berperan dalam
supermarket ini bermakna suatu pemahaman akanpentingnya nilai-nilai etika dan moralitas
pada pemsaranya. Sehingga supermarket tersebut tidak hanya serta merta menjalankan
bisnisnya demi keuntungan pribadi saja melainkan juga untuk untuk mencari Ridlo Allah
SWT dan mencapai falah yakni kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

3.2 Saran

Untuk terciptanya supermarket yang sesuai dengan ajaran Islam (supermarket


syariah). Perlu adanya prinsi-prinsip yang susuai dengan syariah yang diterapkan dalam
Supermarket yang dilandasi dasar-dasar moral yang mengedapankan nilai-nilai etika
didalamnya.
Dalam menjalankan bisnis (supermarket syariah) ini “kehalalan” sebaiknya sangatlah
diperhatikan baik mengenai yang dijual, permodalan, dan pelayanan yang diberikan.
Karena dari segi kehalalan ini merupakan hal utama yang membedakan supermarket
syariah dengan supermarket yang lain, yang sudah tentu mengandung unsur keberkahan
didalamnya.
Dalam menjalankan kegiatan bisnis supermarket syariah sebaiknya tidak hanya
berorientasi pada keuntungan duniawi saja, akan tetapi juga untuk berorientasi pada
akhirat. Karena pada hakikatnya aktfitas bisnis tersebut tidak lain semata-mata hanya
untuk beribadah kepada Allah SWT untuk mencapai falah yakni kebahagiaan baik di dunia
maupun di akhirat.

3.3 Temuan
Terdapat beberapa hal baru yang ditemukan oleh penulis setelah melakukan analisis
review terhadap beberapa jurnal dan sumber lainnya mengenai Supermarket dalam
Prespektif Islam. Pertama, kepedulian Islam terhadap masalah muamalah khususnya
dalam jual-beli telah dimulai sejak permulaan Islam ditemukan. Nabi Muhammad SAW
sangat menganjurkan umatnya berbisnis (berdagang) karena dengan berbisnis dapat
menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi kehidupan. Islam telah memberikan
solusi yang telah dipraktekan sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Saat itu
Nabi Muhammad SAW telah mengikis habis transaksi-transaksi dagang dari segala
macam praktik yang mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidak pastian
(gharar), keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap.
Nabi juga melakukan standarisasi timbangan dan ukuran, serta melarang orang-orang
tidak mempergunakan standar timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan
pegangan
Pada zaman Nabi ketika Nabi Muhammad SAW menjadi saudagar telah memberikan
contoh bagaimana menjalankan bisnis yang sesuai dengan Islam yaitu berbisnis dengan
cara Nabi Muhammad Saw, memberikan contoh yang baik dalam setiap transaksi
bisnisnya, jujur dan adil tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh apalagi kecewa.
Nabi Muhammad juga melarang beberapa jenis perdagangan baik karena sistemnya
maupun karena ada unsur-unsur yang diharamkan didalamnya. Memperjual-belikan
benda-benda yang dilarang dalam Al-Quran .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Miftah, (2015) “Mengenal Marketing dan Marketing Syariah”, Jurnal Ekonomi Islam,
Vol.6, No.2
Departemen agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya
Febriana, Widiana, (2013),” Efek pelayanan senyum, salam, sapa petugas kasir terhadap
kepuasan konsumen supermarket”, Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1
Hanudin Amin Abdul-Rahim Abdul-Rahman Dzuljastri Abdul Razak, (2014),” Theory of
Islamic consumer behaviour”, Journal of Islamic Marketing, Vol, 5 Issue: 2
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula. 2008. Syariah Marketing. Jakarta:
Mizan Pustaka
Jason Dean, (2014), “ Muslimes values and market value: a sociological perspective”,
Journal of Islamic Marketing, Vol.5 No.1
Khusniya Purwani, Joko Susilo (2012),” The Importence of Islamic atmosphere in the retail
business a new alternative in managing retail business case studies on syariah mini
market: syar’e mart UII, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol.1 No.3
Kotler, Philip dan Gary Amstrong.2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prehallindo
Kotler, Philip dan Gary Armstrong.2010. Principles of Marketing (Edisi 13). United States of
America. : Pearson
Mehran Najmaei, Shaheen Mansoori, Zukarnain Zakaria, Markus Raueiser, (2017), “
Marketing from Islamic Prespective, Tapping into the Halal Market”, Journal of
Marketing Management and Consumer Behaviour, Vol. 1 Issue : 5
Muhammad Arham, (2010) “Islamic prespectives on marketing”, Journal os Islamic
Marketing, Vol.1 Issue: 2
Muhammad Fazil Ahmad, (2015), “ Antecendents of halal brand personality”, Journal of
Islamic Marketing, Vol. 6 Issue: 2
Rosa E. Rios Hernan E. Riquelme Yesser Abdelaziz , (2014),” Do halal certification country
of origin and brand name familiarity matter?”, Asia Pasific Journal of Marketing and
Logistics, Vol. 26 Isuue: 5
Sopiah dan Syihabudin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Edisi 1. Yogyakarta : ANDI.

Anda mungkin juga menyukai