Anda di halaman 1dari 13

Supermarket syariah

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Mart (pasar modern) yang sudah memiliki nama-nama besar seperti Carrefour,
Indomaret, Alfa Mart, Giant, Lotte Mart, dan lainnya yang sebagian besar dimiliki oleh
pihak asing dan diterapkan berdasarkan prinsip konvensional telah mencengkram
pasar-pasar rakyat. Akibatnya secara perlahan-lahan perdagangan yang dilakukan
rakyat kecil akan tersingkir.
Ditambah lagi dengan permasalahan mengenai kehalalan suatu produk yang ditawarkan
pada Mart tersebut. Di dalam ajaran Islam terdapat aturan halal dan haram yang telah
memerintahkan kita hanya memakan makanan yang halal dan baik saja, dua kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, yang dapat diartikan halal dari segi syariah dan baik dari segi kesehatan, gizi,
estetika, dan lainnya. Padahal berbagai makanan dan minuman serta produk lain dijual bebas di
pasaran, tidak terkecuali pada supermarket atau minimarket dan sejenisnya. Maka tidak
mengherankan jika masih banyak produk ditawarkan di sana merupakan produk yang masih
belum ada label halal dari LP-POM MUI maupun dari BPOM RI. Harusnya ada perlindungan
untuk konsumen dengan adanya pencantuman label halal dan tanggal kadaluarsa suatu produk.
Kasus Ajinomoto pada tahun 2000 menjadi kasus yang sangat besar setelah proses
pembuatannya dinyatakan haram oleh Komisi Fatwa MUI. Ajinomoto melakukan penggantian
jenis nutrisi dengan menggunakan bahan yang mengandung enzim babi. Produk haram itu
kemudian
ditarik
dan
dimusnahkan
dari
pasaran,
dan
setelah
Ajinomoto
mengganti bactosoytone dengan bahan lain yang halal, MUI mengeluarkan sertifikat halal untuk
produk Ajinomoto versi baru. [1]
Melihat dari apa yang terjadi, munculah gagasan untuk dikembangkannya Mart
dengan konsep syariah. Di dalamnya terdapat sistem bagi hasil yang tentu tidak
merugikan baik produsen maupun pedagang dan fokus utama penjualan tidak hanya
mengenai profitabilitas saja tetapi juga mengandung unsur sosial bagi masyarakat
yang kurang mampu. Selain itu tingkat kehalalan baik dari permodalan, produk yang
ditawarkan, sampai pelayanan dan fasilitas yang ada juga terjamin.

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan Mart (Pasar Modern)
Apakah yang dimaksud dengan Mart yang diterapkan berdasarkan konsep syariah?

1.
2.

3.
4.

Bagaimana peluang perkembangan Mart Syariah di Indonesia?


Bagaimana pelaksanaan Mart Syariah yang sudah ada di Indonesia?

C.

Manfaat dan Tujuan


Manfaat:
Menambah wawasan keilmuan mengenai bisnis Islam khususnya dalam praktek Mart Syariah di
Indonesia.
Tujuan:
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Mart (Pasar Modern)
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Mart yang diterapkan berdasarkan konsep syariah.
Mengetahui peluang perkembangan Mart Syariah di Indonesia.
Mengetahui bagaimana pelaksanaan Mart Syariah yang sudah ada di Indonesia.

1.
2.
3.
4.

A.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Umum Mart (Pasar Modern)
Mart (Pasar Modern) adalah pasar yang dibangun pemerintah, swasta, atau koperasi yang
berbentuk mall, supermarket, departemen store, dan shopping center. Pengelolaan pasar modern
dilakukan secara modern, bermodal relatif kuat, dan dikelola oleh seorang pengusaha besar.
Kenyamanan berbelanja menjadi faktor yang sangat diperhatikan di pasar modern. Proses tawarmenawar tidak dapat dilakukan seperti di pasar tradisional karena setiap barang yang dijual di
pasar modern sudah dilengkapi dengan label harga yang pasti.[2] Contoh dari pasar pasar
modern adalah pasar swalayan, hipermarket, supermarket, minimarket, dan toko serba ada. Di
dalamnya dijual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti yang ada di dalam pasar tradisional.
Hal lain yang merupakan ciri khas dari pasar modern adalah adanya mesin kasir yang
digunakan dalam penjualan, biasanya terdapat satu buah atau lebih di dalamnya, tergantung besar
kecilnya usaha tersebut.
Misalkan superrmarket atau hipermarket sebenarnya memiliki pengertian yang sama
seperti minimarket, namun memiliki tempat yang lebih luas dan lebih besar daripada minimarket.
Mesin kasir yang digunakan untuk melakukan penjualan jumlahnya juga lebih banyak daripada
minimarket.
Sehingga perbedaan istilah minimarket, supermarket, dan hipermarket, dan lainnya hanya
terletak pada format, ukuran, dan fasilitas yang diberikan saja, sedangkan untuk barang-barang
yang dijual sebagian besar adalah sama.

Minimarket berukuran kecil antara 100 m2 sampai dengan 999 m2, supermarket berukuran
sedang antara 1.000 m2 sampai dengan 4.999 m2, sedangkan hipermarket berukuran besar antara
5.000 m2 ke atas. Jumlah kasir yang berada di dalamnya juga berbeda. Misalkan untuk
minimarket hanya memiliki satu kasir, supermarket memiliki lima kasir, sedangkan untuk
hipermarket memiliki lebih dari lima kasir.
Dalam menjalankan suatu usaha, perusahaan ritel yang berbentuk pasar modern biasanya
tidak terbatas hanya membuka satu tipe atau satu format swalayan saja. Ada beberapa perusahaan
ritel di Indonesia yang beroperasi swalayan dan memiliki beberapa format, antara lain seperti,
Macan Group di Medan Indonesia beroperasi format Minimarket dengan merk Macan Mart dan
format supermarket Mcan Yaohan-Hero Group di Jakarta beroperasi format supermarket Hero.
Hipermarket Giant-Alfa Group beroperasi format supermarket Alfa dan Minimarket Alfa Mart.
B.

Prinsip Syariah yang Diterapkan dalam Konsep Mart (Pasar Modern)


Mart (pasar modern) merupakan pasar yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah, baik
dari segi produk yang dijual, bentuk-bentuk pelayanan yang disediakan atau fasilitas, sekaligus
permodalan dari usaha tersebut.
Syariah adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari petunjuk dan larangan yang diberikan
Allah SWT kepada umat manusia.[3] Usaha untuk memahami dan menginterprestasikan
peraturan dari Allah tersebut menghasilkan fiqih yaitu ilmu yang mengatur tentang tata cara
beribadah yang benar. Fiqih merupakan hasil interprestasi ulama atas syariah tersebut. Dalam
menjalani kehidupannya manusia harus tunduk kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan agar
kehidupannya menjadi lebih aman, tentram, dan sekaligus membawa kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi orang lain.
Penerapan prinsip syariah dalam sebuah konsep Mart (pasar modern) merupakan ciri khas
kebudayaan Islam yang membedakan dengan falsafah kebudayaan lainnya. Menurut falsafah AlQuran semua aktivitas yang dapat dilakukan oleh manusia patut mendapatkan falah[4], yaitu
istilah yang dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan dunia akan akhirat. Jika falah ini
dicapai maka manusia akan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, suatu keadaan di mana
kedua aspek tersebut tidak menimbulkan konflik kepentingan.[5]
Dalam bidang ekonomi, Islam menjelaskan bahwa aktivitas dan tujuan ekonomi dianggap
sebagai suatu kaidah atau cara untuk mencapai kehidupan. Keselarasan ekonomi harus
disesuaikan dengan tujuan yang terakhir yaitu untuk mendapatkan falah. Prinsip ekonomi Islam
bertujuan untuk mengembangkan kebajikan semua pihak sebagaimana yag dinyatakan oleh
konsep falah yang terdapat di dalam Al-Quran.[6] Untuk mencapai falah keputusan yang dibuat
dalam aktivitas ekonomi harus mengandung dasar-dasar moral yang mengedepankan nilai-nilai

1.

2.

3.

1.

2.

etika di dalamnya. Sehingga sistem ekonomi Islam harus dijalankan sesuai dengan prinsip-pinsip
yang terdapat nilai moral di dalamnya, antara lain sebagai berikut:
Kejujuran (Al-Shidq)
Kejujuran adalah ruh dari sistem ekonomi syariah. Kejujuran menjadi bukti adanya komitmen
akan pentingnya perkataan, tindakan dan semua yang terkait dengan perikatan dalam sistem
ekonomi syariah sehingga dapat dijadikan pegangan dalam muamalah.[7]
Kesetaraan (al-Musawah)
Kesetaraan adalah bagian penting dari nilai ketauhidan karena setiap pihak melaksanakan
muamalah dengan tanggung jawab bukan hanya dalam kaitannya dengan pemilik perusahaan
tetapi juga kepada Allah SWT.
Keadilan dan Kebenaran (al-adhilah)
Keadilan dan kebenaran sangat penting karena ketiadaan rasa keadilan akan mempengaruhi hasil
dari transaksi tersebut. Misalnya, dalam transaksi jual beli atau sewa. Faktor keadilan dan
kebenaran menjadi penting untuk saling dirasakan oleh semua pihak.[8]
Selain prinsip-prinsip di atas, terdapat pula prinsip-prinsip ajaran Rasulullah yang dapat
dijadikan acuan dalam menjalankan bisnis yang sesuai ajaran Islam, antara lain:
Mengetahui pengetahuan tentang hukum jual beli dalam Islam
Seorang muslim yang berniat terjun ke dalam dunia bisnis harus membekali dirinya dengan
pengetahuan tentang jual beli sesuai dengan tuntunan agama Islam. Mengetahui ilmu jual beli
tersebut dimaksudkan agar mereka tidak terjerumus ke dalam transaksi ribawi.

Barang siapa yang berbisnis tanpa memahami hukum jual beli, maka ia akan terjerumus
dalam transaksi ribawi.[9]
Pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari rizki itu adalah wajib, namun agama tidaklah
mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan. Setiap orang dapat memilih usaha dan
pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan faktor-faktor lingkungan masing-masing. Salah
satu bidang pekerjaan yang boleh dipilih ialah berdagang sepanjang tuntunan syariat Allah dan
rasul-Nya. Pada prinsipnya hukum jual beli/dagang dalam Islam adalah halal. Prinsip hukum ini
ditegaskan dalam Al-Quran dan sunnah serta ijma ulama.[10]
Pada dasarnya mereka juga mencari untung dan laba sebagaimana saudagar-saudagar pada
umumnya, tetapi tidaklah menjadikan keuntungan materiil itu sebagai tujuan akhir. Keuntungan
atau laba yang diperolehnya akan dijadikan sebagai sarana taqarrub, mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Saudagar muslim dalam melakukan aktivitas dagangnya dihayati oleh fungsi hidup
yang digariskan Allah dalam Al-Quran, yakni taabbud, menghambakan diri kepada Allah SWT.
[11]
Jujur dan Amanah

3.

a.
b.
c.
d.
e.


Pedagang yang jujur dan amanah bersama para nabi, para pecinta kebenaran dan orangorang yang mati syahid. (HR. Tirmidzi)
Yang dimaksud jujur dalam berbisnis adalah memberi keterangan produk sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya. Tidak berbohong dalam menyebutkan bahan baku, tempat asal barang itu
didatangkan, termasuk biaya produksinya.[12]
Membatasi hanya bisnis yang halal
:
Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik? Rasulullah
bersabda: pekerjaan seseorang dengan tangannya dan bisnis yang halal.
Dalam hadits ini, Rasulullah menegaskan hanya bisnis halal yang direkomendasikan untuk
umatnya. Artinya, seorang muslim hanya boleh berbisnis dalam bidang usaha yang halal.
[13] Dalam penentuan mana yang halal atau yang haram, hanya Allahlah yang berhak
menetukan halal dan haram, baik dalam kitabnya (Al-Quran) ataupun melalui lidah Rasul-Nya
(Sunnah). [14] Tugas manusia tidak lebih hanya menerangkan hukum Allah tentang halal dan
haram itu. Sehingga apa-apa yang tidah diharamkan dalam Al-Quran maupun sunnah hukumnya
halal.
Salah satu hal penting dalam menjalankan bisnis yang halal yaitu dengan menjauhi riba. Karena
riba dilarang dalam ajaran Islam. Riba adalah tambahan yang diberikan oleh pihak peminjam
kepada pihak yang meminjam sebagai kompensasi dan tenggang waktu yang ditetapkan.
[15] Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga (interest ataupun usury) lebih
bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi, sehingga kurang
mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkannya.[16] Islam menawarkan solusi atas
permasalahan tersebut, yaitu adanya sistem bagi hasil (profit sharing), sebuah sistem yang
berorientasi pada pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia. Bagi hasil atau profit
sharing merupakan pembagian laba. Secara definitif, profit sharing diartikan sebagai distribusi
beberapa bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan.
Dasar pijakan yang digunakan dalam penentuan dan penggunaan sistem bagi hasil :
Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari
masyarakat (QS Al-Baqarah: 190)
Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial (QS Ali-Imran:103)
Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata (QS Al-Isra :16)
Melindungi kepentingan ekonomi lemah (QS An-Nisa:10)
Membangun organisasi yang berprinsip syariah, sehingga terjadi proses yang kuat membantu
yang lemah.

f. Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta pertukaran barang dan
jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri.
Peranan bagi hasil bagi stabilitas dan distribusi pendapatan:
a. Sistem bagi hasil akan menciptakan suatu tatanan ekonomi yang merata..
b. Efisiensi sistem bagi hasil adalah lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem bunga.
c. Jika dalam suatu usaha bersama yang menggunakan konsep bagi hasil mengalami resiko, maka
masing-masing pihak akan berpartisipasi dalam kerugian dan keuntungan.
4.
Membayar zakat dan banyak bersedekah
a.
Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Barang siapa yang mengakui dirinya muslim dan
memiliki harta sampai nishab (ukuran tertentu yang ditetapkan Allah) maka ia berkewajiban
mengeluarkan zakat. Zakat berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta. Oleh karena
itu seorang pedagang/pebisnis yang sudah memiliki harta mecapai nishab, ia harus mengeluarkan
zakat sebagaimana kewajiban setiap muslim. Zakat merupakan hak fuqara yang diamanahkan
oleh Allah kepada si kaya.

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak meminta. (QS adz-Dzariyat: 19)
Allah telah menjelaskan akibat orang-orang yang menolak mengeluarkan zakat, bahwa perbuatan
mereka tidak membawa kebaikan sama sekali, bahkan sebaliknya.[17]
b.
Sedekah
Al-Quran dan sunnah menganjurkan umat muslim untuk mengeluarkan sedekah di setiap saat,
bahkan Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda.

Sedekah adalah bukti akan keimanan seseorang, puasa adalah perisai dan sedekah menghapus
dosa sebagaimana mentari melelehkan salju. (HR. Ibnu hibban)
Seseorang yang memiliki kelebihan harta jangan khawatir hartanya akan berkurang akibat
bersedekah, karena Rasulullah telah menjanjikan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta.
[18] Allah telah memberikan jaminan untuk menggantinya bahkan dengan yag lebih banyak dan
lebih baik. Di samping itu, sedekah juga dapat menghapus dosa sehingga kelak dijauhkan dari
neraka.
Bagi seseorang yang bergelut di dunia bisnis, tentu sulit untuk menghindari hal-hal yang samar
antara halal dan haram (syuhbat), karena manusia tidak bisa lepas dari salah dan khilaf. Sebagai
pebisnis, Rasulullah SAW sangat memahami hal ini sehingga beliau memerintahkan para
pedagang untuk menebus kesalahan atau kekurangan yang berlangsung selama transaksi dengan
bersedekah. Sedekah memiliki kekuatan menghapus dosa seperti mentari yang bisa melelehkan

salju. Di samping sebagai penebus kesalahan yang berlangsung selama transaksi, sedekah juga
dapat membuka pintu rezeki sebagaimana telah dijelaskan di muka. Oleh karenanya para
pebisnis yang ingin sukses dan berkah harus mau mengeluarkan sedekah, agar dapat pengganti
yang berlipat ganda dari Allah berupa keuntungan yang halal. Sedekah juga berfungsi sebagai
wujud kepedulian terhadap sosial masyarakat, dan menjadi ciri dalam bermuamalah.
C.

Peluang Pengembangan Mart Syariah di Indonesia


Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan
sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap kurang lebih 18,9 juta
orang setelah sektor pertanian yang mampu menyerap sekitar 41,8 juta orang. Industri ritel
terbagi menjadi dua jenis: (1) Ritel Tradisional; dan (2) Ritel Modern. Ritel tradisional diwakili
oleh pasar-pasar tradisional dan warung-warung kecil di pinggir jalan. Sedangkan ritel modern
diwakili oleh Carrefour, Ramayana, Indomart, Alfa mart, dan sebagainya.[19] Selanjutnya
makalah ini hanya fokus membahas mengenai ritel modern atau pasar modern.
Persaingan bisnis pasar modern di Indonesia semakin ketat terkait dengan kabar bahwa Carrefour
Group peritel nomor dua terbesar di dunia berniat mengambil alih saham PT Makro Indonesia.
Namun, rencana tersebut mendapat kritikan dari berbagai kalangan sebab Carrefour berpotensi
memonopoli ritel di tanah air dan berpeluang menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.
Pada mulanya pasar ritel modern di Indonesia dikuasai oleh beberapa pemain lama yang sudah
berkecimpung dalam usaha ini. Hero, Indomaret, Ramayana, Matahari, Alfa adalah beberapa
nama yang dikenal sebagai pemain utama dalam industri ritel Indonesia. Namun serbuan
hipermarket asing yang begitu gencar di tahun 2000-an menjadikan peta persaingan bisnis ritel
menjadi semakin sengit.
Pasar ritel modern selain memiliki tempat yang nyaman, barang-barangnya pun memiliki standar
yang tinggi dan berkualitas karena biasanya perusahaan ritel modern akan
menjaga image perusahaan. Selain pelayanannya pun bagus dan juga barang yang tersedia
lengkap, dari barang elektronik sampai dengan dairy products. Namun, pada pasar ritel modern
tidak dapat dilakukan tawar-menawar. Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Lima tahun yang lalu hampir semua supermarket Indonesia berada
di Jabodetabek, tapi sekarang hanya 50%-nya. Pembangunan supermarket sudah meluas ke
pulau-pulau lainnya. Bisnis modern terutama ritel selalu melakukan transformasi sebagai
respon economic turbulence yang terjadi pada tahun 2008. Persaingan yang ketat membuat
beberapa ritel dunia aktif melakukan penetrasi pasar ke emerging market yang banyak di negara
berkembang. Survei A.T. Kearney (2008) dalam Global Retail Development Index 2008 yang
diadakan pada negara berkembang atas 25 faktor makro ekonomi yang menjadi pertimbangan

D.

1.

bagi ritel untuk memasuki negara tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke 15 yang berarti
meningkat sembilan peringkat dari tahun 2007.[20]
Perkembangan usaha ritel modern nasional selama lima tahum terakhir sungguh
mencengangkan. Menurut survei AC Nielsen (2006), jumlah pusat perdagangan, baik
hipermarket, pusat kulakan, supermarket, minimarket, convenience store, maupun toko
tradisional meningkat hampir 7,4% selama periode 2003-2005. Dari total outlet sebanyak
1.752.437 buah pada tahun 2003 menjadi 1.881.492 buah outlet di tahun 2005. Perkembangan
yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia memiliki potensi yang sangat
menjanjikan bagi usaha ritel.[21]
Kontribui supermarket masih sangat kecil pada pertengahan tahun 1990-an. Namun pada tahun
2005 kontribusinya meningkat menjadi 30%, khususnya untuk ritel makanan. Setiap tahunnya
supermarket mengalami pertumbuhan sebesar 15%. Sedangkan pasar tradisional hanya tumbuh
sebesar 5% pertahunnya. Akibatnya dengan cepat supermarket menggantikan warung kecil di
kota-kota dan secara bertahap menggantikan pasar tradisiional.
Untuk pasar modern, pembinaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan cara memberdayakan
pusat perbelanjaan dan toko modern.[22]
Dari paparan di atas sangat jelas bahwa bisnis ritel modern mempunyai peluang yang
sangat besar di Indonesia. Apalagi didukung dengan adanya survei yang menyatakan
bahwa pertimbangan utama konsumen dalam memilih produk adalah kehalalan (56%), harga
(24%), rasa (18%), dan hadiah (2%). Tingkat kehalalan suatu barang masih menjadi yang utama
bagi konsumen.[23]
Hal ini tentu menambah semangat positif bahwa bisnis ritel yang berbau syariah akan
mempunyai peluang besar untuk berkembang di Indonesia. Penerapan kepedulian terhadap umat
yang ada di dalam minimarket syariah yaitu dengan adanya pengelolaan, penyaluran zakat serta
shodaqah ke warga sekitar minimarket, juga menjadi keunggulan tersendiri yang membedakan
dengan minimarket konvensional.
Aplikasi Mart Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Toko Santri Syariah Surakarta)
Berikut ini adalah salah satu Mart Syariah yang berada di Indonesia, yaitu Toko Santri Syariah
Surakarta. Mengenai bagaimana perkembangan serta pelaksanaan toko tersebut, penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Sejarah Singkat berdirinya Toko Santri Syariah Surakarta
Diririkan oleh DR. Soeparno ZA yang sebelumnya pada tahun 1967 beliau membuka pabrik jas
hujan. Dia berhasil menciptakan mesin serta kesuksesannya dalam berbisnis membuat beliau
dianugrahi gelar Doktor Honoris Causa dari Amerika Serikat. Soeparno mulai bermain di sektor
hilir, yaitu berbisnis retail . Pada tahun 1978 ia mendirikan toko kelontong yang menjual
bermacam-macam karpet dan kebutuhan sejenisnya. Toko tersebut diberi nama Santri Syariah.

Adapun nama Santri Syariah sengaja dipakai beliau dengan maksud agar usahanya memeperoleh
berkah dan ridho dari Allah SWT.[24]
Perkembangan Usaha Toko Santri Syariah[25]
Permodalan
Kerja keras dan keuletan membuat toko Santri Syariah terus berkembang. Modal awal untuk
mendirikan toko Santri ini diambil dari laba bisnis pembuatan jas hujan atau mantel.
Lapangan Usaha
Awal berdirinya toko Santri berada di Jalan Yos Sudarso nomor 21 Nonongan, Solo. Seiring
perkembangannya maka dibuka cabang-cabang toko Santri disekitar daerah Solo dan sekitarnya.
Dampak Sosial
Sangat membantu kegiatan masyarakat sekitarnya, sebagai sponsor kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial di daerah Solo. Ditambah program berbagi sedekah pada hari Jumat dan program
perawatan masjid yaitu berupa pemberian karpet secara cuma-cuma. Kemudian perbaikan sarana
MCK untuk warga yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku.
Klasifikasi barang yang dijual
Dalama memilih barang, toko Santri mencari yang sering dibutuhkan orang. Penentuan jenis dan
kuantitas barang yang dijual menggunakan prinsip syariat Islam yaitu barang yang halal dan
thayib karena diyakini akan berpengaruh terhadap keberkahan usaha. Prinsip bisnis toko Santri
bukan hanya tentang keuntungan semata, namun juga niat untuk ibadah serta mencari
keberkahan Allah SWT. Dalam hal ke-thayyiban barang, toko Santri sangat memeperhatikannya
karena menyangkut dengan kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap toko Santri.
Perlakuan toko Santri terhadap Konsumen
Pembeli adalah raja, maka dari itu harus dilayani sebaik mungkin. Beberapa prinsip dasar yang
mendasari toko Santri dalam melayani konsumen diantaranya yaitu:
Ramah dan murah senyum
Cepat dalam pelayanan
Sabar melayani konsumen
Jujur terhadap kualitas barang yang dijual
Barang yang sudah dibeli dapat dikembalikan ke toko Santri jika terdapat kecacatan dengan

syarat tertentu.
Kemudian ada beberapa hal khusus yang diberikan kepada konsumen dengan syarat even
tertentu, misalnya:
Pembelian dengan jumlah tertentu akan mendapat fasilitas antar sampai tujuan
Pemberian kalender pada akhir tahun
Buka puasa gratis saat bulan puasa

2.
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Sumber daya manusia di toko santri Syariah

Pekerja

Keunggulan dan yang membedakan toko Santri dalam penanganan sumber daya manusia adalah
perhatiannya terhadap kualitas kepribadian, ibadah, serta akhlak pekerja yang sangat
diutamakan. Terlihat dalam proses rekrutmen pekerja yaitu dengan syarat-syarat nuansa religius:
Beragama Islam
Pendidikan minimal SMA
Taat beribadah
Jujur dalam bekerja
Diutamakan yang tidak merokok
3.
Penegakkan praktek syariah yang telah dilakukan oleh toko Santri Syariah, antara lain:
1. Menerapkan 2,5% laba untuk zakat
Meskipun sebagian laba disisihkan untuk zakat, namun tidak mengganggu kestabilan keuangan
perusahaan.
2. Toko ditutup sementara ketika waktu solat
Penutupan toko sementara ini dimulai ketika tiba waktu sholat dzuhur dan ashar. Pembeli juga
dipersilahkan untuk menunggu di dalam toko sambil memilih barang maupun ikut melaksanakan
sholat berjamaah di Mushola yang telah disediakan.
3. Garansi
Apabila terdapat kecacatan atau tidak tepat dalam ukuran, berat ataupun kualitas, maka
diperbolehkan untuk mengembalikan barang tersebut mendapat ganti sesuai yang dikehendaki
pembeli, sehingga konsumen lebih nyaman jika terjadi kerusakan.[26]

BAB III
KESIMPULAN
Dari semua yang telah disampaikan penulis di atas mengenai adanya Mart Syariah sebagai
bentuk kepedulian terhadap umat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Mart Syariah
merupakan sebuah pasar yang terdapat prinsip-prinsip syariah dalam menjalankannya.

Kehalalan baik mengenai yang dijual, permodalan, dan pelayanan yang diberikan
merupakan hal utama yang membedakan dengan pasar modern konvensional, yang sudah tentu
mengandung unsur keberkahan di dalamnya.
Adanya pemberian zakat, sodaqah kepada masyarakat sekitar juga merupakan ciri khas lain
dari Mart Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa Mart Syariah tidak hanya fokus kepada usaha
untuk mencari laba saja, tetapi juga memperhatikan unsur kepedulian sosial terhadap sesama.
Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas yang mengerti agama dalam
menjalankan Mart Syariah, semakin menambah sempurna Mart Syariah ini. Adanya sumber daya
manusia yang berkualitas akan menunjang penerapan nilai-nilai keagamaan seperti nilai
kejujuran menjadi mudah diaplikasikan dalam Mart syariah. Pelayanan yang memuaskan
terhadap konsumen juga mudah dijalankan dan ditingkatkan dengan adanya sumber daya
manusia yang berkualitas.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

DAFTAR PUSTAKA
http://rudipower.blogspot.com/2010/04/mini-market-syariah.html diambil pada tanggal 8
November 2013 pukul 13.37 WIB
Republika, 12 Agustus 2005 dalam Wiwik dkk
Yasin, Mohammad dan Sri Ethicawati.2007. Ekonomi (IPS Terpadu) SMP kelas VIII. Jakarta:
Ganeca Exact
Tan, Inggrid.2009. Bisnis Dan Investasi Sistem Syariah: Perbandingan Denga Sistem
Konvensional.Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Siddiqi, Muhammad Nejatullah.1991. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Warsono, Sony dan Jufri.2011. Akuntansi Transaksi Syariah: Akad Jual Beli Di Lembaga Buka
Bank.Jakarta:Asgard Chapter.
Yaqub, Hamzah.1984. Kode Etik Dagang Menurut Islam :Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi.Bandung: CV. Diponegoro.
Yasin,Yuli.2010. 10 Prinsip Bisnis Rasulullah.Ciputat: Kataelha
Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf. 1982. Halal Dan Haram Dalam Islam. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Kuncoro, Mudrajad.2009. Ekonomika Indonesia; Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis
Global.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

11.
12.

Sudarsono, Heri .2003.Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan


Ilustasi.Yogyakarta: Ekonisia.
Adimas Fahmi Firmansyah dibimbing oleh Gusnam Haris, S.Ag., M. Ag.2013. Praktek Etika
Bisnis Islam: Studi Kasus pada Toko Santri Syariah Surakarta.Yogyakarta: Perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[1]http://rudipower.blogspot.com/2010/04/mini-market-syariah.html diambil pada tanggal 8 November 2013 pukul


13.37 WIB dengan sedikit perubahan
[2] Mohammad Yasin dan Sri Ethicawati, Ekonomi (IPS Terpadu) SMP kelas VIII , ( Jakarta: Ganeca Exact, 2007 ),
hlm. 26
[3] Inggrid Tan, Bisnis Dan Investasi Sistem Syariah: Perbandingan Denga Sistem Konvensional, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009 ), hlm. 5
[4] Falah jangan disalahtafsirkan dengan istilah kebajikan yang dipakai dalam kehidupan ekonomi modern.
Kebajikan lebih mengacu pada kesejahteraan dunia dan akhirat. Islam percaya akan adanya hari kiamat, dan
untuk mendapatkan kebajikan di akhirat, maka manusia harus melakukan usaha yang sama semasa di dunia.
Menurut Islam, manusia harus melakukan kebajikan semasa di dunia agar mendapatkan rahmat di dunia dan juga di
akhirat.
[5] Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 3
[6] Ibid., hlm. 5
[7] Sony Warsono bin Hardono dan Jufri, Akuntansi Transaksi Syariah: Akad Jual Beli Di Lembaga Buka Bank,
(Jakarta: Asgard Chapter, 2011), hlm. 6
[8] Ibid, hlm. 7
[9] Yuli Yasin, 10 Prinsip Bisnis Rasulullah, (Ciputat: Kataelha, 2010), hlm. 5
[10] Hamzah Yaqub, Kode Etik Dagang Menurut Islam :Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1984), hlm. 35
[11] Ibid, hlm. 41
[12] Yuli Yasin, 10 Prinsip Bisnis Rasulullah, (Ciputat: Kataelha, 2010), hlm. 18
[13] Ibid, hlm.72
[14] Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram Dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), hlm. 22
[15] Yuli Yasin, 10 Prinsip Bisnis Rasulullah, (Ciputat: Kataelha, 2010), hlm. 74
[16] Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan Ilustasi, (Yogyakarta: Ekonisia,
2003), hlm. 20
[17] Yuli Yasin, 10 Prinsip Bisnis Rasulullah, (Ciputat: Kataelha, 2010), hlm. 129
[18] Ibid, hlm. 132
[19] Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Indonesia; Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global, (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2009), hlm. 355
[20] Ibid, hlm. 357
[21] Ibid, hlm. 358
[22] Ibid, hlm. 360

[23] Republika, 12 Agustus 2005 dalam Wiwik dkk


[24] Adimas Fahmi Firmansyah dibimbing oleh Gusnam Haris, S.Ag., M. Ag., Praktek Etika Bisnis Islam: Studi
Kasus pada Toko Santri Syariah Surakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), hlm.
44
[25] Ibid., hlm. 46
[26] Ibid., hlm. 51

Anda mungkin juga menyukai