Dosen pengampu
Di susun oleh
Muhammad Ridhwan F
2111417027
2018
BAB I
PEMBAHASAN
“Roestam Effendi”
Analisis gaya dalam puisi Roestam Effendi dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi
1. Gaya bunyi
Dalam puisi bukan beta bijak berperi terdapat pola-pola bunyi nilai seni dan sastra.
Misalnya terdapat aliterasi dan asonasi.
2. Gaya kata
Kata yang digunakan dalam puisi bukan beta bijak berperi didominasi bahasa
melayu dan bahasa daerah lainnya, sehingga untuk orang umum maknanya tidak langsung
mudah dipahami.
Diksi yang dipilih dalam puisi tersebut erat kaitannya dengan makna, keselarasan
bunyi, dan urutan kata. Diksi yang dipakai lebih menekankan pada penggunaan dialek
daerah minang dengan bahasa melayu, berarti penyair melakukan aspek penyimpangan
penggunaan dialek dan penggunaan register (ragam bahasa tertentu). Selain itu, penyair
juga melakukan penyingkatan kata, seperti :
- Didengungkan menjadi dengungan
- Kemudahan menjadi madahan
- Nekat menjadi menekat
- Mengalun menjadi alun
Tujuan dari penyingkatan kata tersubut agar diperoleh suatu keselarasan bunyi.
Diksi-diksi yang terdapat dalam puisi tersebut seperti, beta, bijak, berperi (berkata),
madahan (pujian), mair (maut; kematian), seloka (puisi yang mengadung ajaran), mair,
singkiri (menghindari), sukma, laun (pelan-pelan), mat (irama), digamat (berlagu), nak
(hendak), mamang, dan alun.
3. Gaya kalimat
Didalam puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” memiliki 4 majas yaitu :
a. Majas hiperbola
- Bukan beta budak negeri
- Meski menurut undangan mair
b. Majas personifikasi
- Dapat terkurung kikisan memang
- Dapat melemah bingkaian pantun
c. Majas tautology
- Untaian rangkaian seloka lama
d. Majas repetisi
- Bukan beta bijak berperi
- Bukan beta budak negeri
- Bukan beta bijak berlagu
- Bukan beta berbuat baru
4. Rima
Rima adalah persamaan bunyi akhir kata. Rima dalam puisi “bukan beta
bijak berperi” mempunyai pola a b a b , yang berselang-seling, baik jumlah kata
maupun suku katanya, jumlah suku kata dan bentuk irama dalam puisi tersebut
seperti pantun, yang seharusnya banyak dihindari dari banyak penyair.
Dalam puisi ini memilikim tipografi yang teratur karena memiliki jumlah
suku kata yang sama yaitu 8-12 suku kata. Dan jumlah katanya tidak begitu
berbeda jauh dan persamaan bunyi yang serupa. Semua itu agar irama dan rimanya
menjadi teratur dan semakin indah untuk diperdengarkan dan dinikmati pembaca.
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam puisi roestman effendi terdapat
berbagai gaya dari gaya bunyi yang didalam nya ada aliterasi dan asonansi, gaya kata yang
menggunakan dialek daerah minang dan bahasa daerah lainnya, dan gaya kalimat, dalam
gaya kalimat terdapat 4 jenis majas yaitu majas hierbola, majas personifikasi, majas
tautology, dan majas repetisi. Dan untuk rimanya sendiri mempunyai pola a b a b, dan
memiliki 8-12 suku kata dan memiliki ciri khas seperti pantun yang membuat puisi ini
berbeda dari yang lain.
2. Penutup
Demikianlah makalah ini disusun mengenai analisis puisi bukan beta bijak berperi,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan
dan referensi. Sekian penutup dari saya semoga berkenan dihati dan saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.