Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) DI GUDANG


PERBEKALAN FARMASI RUMAH SAKIT Prof. dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Disusun oleh:

Aditya Putra 13/357825/FA/09809

Nurma Wahyuningtyas 1307062036

Afiyat Wahyuni Anar 13811200

Sri Agustiningsih 1320262568

Dian Sukma 13811141

PKPA RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FEBRUARI - MARET 2014

PURWOKERTO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini menuntut para pemberi pelayanan kesehatan

agar memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek

yang sangat penting. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan harus

dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.

Obat dan perbekalan farmasi merupakan bagian dari rencana pengobatan pasien, oleh

karenanya manajemen rumah sakit harus berperan secara kritis untuk memastikan

keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat

yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang

berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-

obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan

Mirip/NORUM, atau sering disebut Look Alike Sound Alike / LASA).

Obat-obat LASA berpotensi untuk membingungkan staf pelaksana, sehingga menjadi

salah satu penyebab medication error yang cukup sering. Hal ini merupakan suatu

keprihatinan yang juga terjadi di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di

pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama

merek atau generik serta kemasan. Solusi LASA ditekankan pada penggunaan protokol

untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah

yang dicetak lebih dulu, serta pembuatan resep secara elektronik.

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai pencegahan dalam kesalahan dalam

proses pengambilan obat LASA, maka perlu dilakukan pencatatan dan pendataan obat-obat

yang tergolong LASA dan memberikan solusi terhadap penanganannya.


B. Tujuan

Melakukan evaluasi penempatan dan penyimpanan obat LASA di Gudang Perbekalan

Farmasi Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

World Healt Organisation (WHO, 2007), menetapkan 9 (sembilan) solusi life saving

keselamatan pasien rumah sakit yang disusun oleh lebih dari 100 Negara dengan

mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong seluruh RS-RS se-Indonesia untuk

menerapkan sembilan solusi keselamataan rumah sakit baik secara langsung maupun

bertahap. Salah satu dari 9 solusi life saving itu adalah Obat Rupa dan Ucapan Mirip (Look-

Alike, Sound-Alike) atau biasa disingkat dengan LASA.

Kesalahan pengambilan dan penyerahan obat akibat kemiripan pada nama obat

merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Medication Error (Lambert, et al., 1999).

LASA (Look Alike Sound Alike) berhubungan dengan obat-obatan yang secara visual

mempunyai kemiripan dalam bentuk fisik atau kemasan dan nama obat dengan kesamaan

ejaan serta cara pengucapan (pelafalan).

Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa sudah ada sekitar 33.000 merek obat terdaftar

dan 8.000 nama obat nonproprietary (generik) yang telah beredar di pasaran (Rados, 2005),

sedangkan di Kanada diperkirakan ada 24.000 produk terapi pengobatan (Michener, 2004).

The Institute for Safe Medication Practices (ISMP) telah mempublikasikan delapan halaman

yang berisi daftar pasangan obat-obatan yang sering terlibat dalam medication error (ISMP,

2011). Ada cukup banyak obat yang tergolong ke dalam LASA dimana sering menyebabkan

kesalahan dalam pengambilan obat di seluruh dunia. Contohnya dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Contoh pasangan obat LASA yang sering menyebabkan kesalahan di beberapa

negara

(WHO, 2007)

Dengan semakin berkembangnya obat dan banyaknya brand yang beredar di pasaran,

kemungkinan adanya sebagian obat dengan nama atau pelafalan yang mirip akan turut

semakin besar. Nama obat yang rumit dan bentuk pengemas yang sama antar produk juga

dapat mengarah kepada medication error. Peningkatan terhadap potensi kejadian medication

error terkait LASA telah dibahas dalam rapat besar Joint Commission’s Sentinel Event Alert

(Joint Commission, 2001).

Penekanan pada pelayanan kesehatan yang berbasis Patient Safety kini sudah banyak

diatur dalam perundangan baik nasional maupun internasional. Salah satu organisasi di

bawah WHO, International Non-proprietary Names Expert Group, bekerja khusus untuk

mengembangkan nama non-proprietary (nama generik) bahan obat farmasi yang berlaku

secara internasional dan diterima di seluruh dunia (WHO, 2007). Menurut Permenkes RI No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA masuk ke

dalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi

menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2011)

Beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya kesalahan yaitu (McCoy,

2005 dan Hoffman & Proulx, 2003):


• Tulisan tangan yang tidak jelas
• Penulisan nama obat yang tidak lengkap
• Keterbatasan pengetahuan terkait nama obat
• Produk yang baru tersedia
• Kemasan atau label yang mirip
• Penggunaan klinis yang sama
• Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama
• Order tidak jelas
• Order lisan yang tidak tepat
• Kurangnya pemeriksaan/verifikasi kembali
• Banyaknya jumlah obat
• Lingkungan kerja yang buruk.

B. Pencegahan Kesalahan Akibat LASA

Untuk mencegah terjadinya kesalahan akibat obat-obatan yang termasuk dalam

kategori LASA, dapat menggunakan beberapa cara berikut, yaitu:

1. Tallman Lettering/Tallman letters


Sistem penulisan nama obat dengan cara Tallman lettering/tallman letters dapat

diterapkan pada kemasan, etiket obat, kemasan/wadah obat di IFRS, rekaman data obat

pasien, hingga mesin pendispensing otomatis. Penulisan secara Tallman lettering/tallman

letters dilakukan dengan menggunakan besar huruf yang berbeda sebagai penekanan.

Metode Tallman digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama dengan

nama obat lain yang mirip. Diharapkan dengan memberi huruf kapital, petugas akan lebih

berhati-hati dengan obat yang tergolong LASA. Di Amerika Serikat, beberapa studi

menunjukkan penggunaan huruf kapital ini terbukti dapat membantu membedakan nama

obat-obat yang mirip (Filik, et al. 2004) dan mengurangi medication error akibat nama

obat yang look-alike (Filik, et al. 2006 dan Grasha, 2000).


Rekomendasi penamaan secara Tallman Lettering/Tallman letters ditetapkan oleh FDA

dan ISMP (Institute for Safe Medication Practices) misalnya seperti (ISMP, 2011):
a. ChlorproMAZINE
b. ChlorproPAMIDE
c. PredniSONE
d. PredniSOLONE
e. DimenHYDRINATE
f. DiphenhydrAMINE
g. HydrALAzine
h. HydrOXYsine
2. Pemisahan lokasi obat-obatan dengan nama dan pelafalan yang mirip pada seksi atau rak

terpisah.
3. Penggunaan sistem pengkodean (misal: barcode) dalam pemesanan, penerimaan, restok,

dispensing, dan administrasi obat (Montone, 2007).


4. Penandaan stiker obat LASA pada tempat penyimpanan atau label yang eye catching.
5. Pemberian informasi kepada pasien agar tetap waspada terhadap adanya kemungkinan

salah ambil obat untuk obat-obat LASA.


6. Perlu dilakukannya pengecekan ulang obat LASA sebelum diberikan pada pasien.
7. Hindari pemesanan obat-obat dengan pelafalan yang mirip (sound alike) melalui verbal

atau telepon. Pastikan lagi dengan mencatat nama obat yang dimaksud dan lakukan

konfirmasi ulang dengan membacakan kembali (Gowri, et al. 2013).


8. Menghimbau para dokter untuk (Montone, 2007):
a. Mengikuti kebijakan/aturan PFT yang telah disepakati tentang penulisan resep (order

harus lengkap)
b. Menulis resep dengan tulisan yang jelas terbaca (huruf tegak kapital)
c. Perhatian lebih jika melakukan order obat secara verbal atau melalui telepon
d. Menghindari singkatan (misal: q.d bisa salah interpretasi : o.d atau q.i.d. Tuliskan saja

“setiap hari/sekali sehari”)


e. Menuliskan aturan pakai yang jelas, dan hindari penulisan aturan “gunakan sesuai

petunjuk”
f. Mengindari singkatan yang tidak baku : AZT  Aztreonam atau Azathioprine; PCT

untuk Paracetamol atau PZT untuk Pirazinamid


g. Selalu menuliskan angka 0 di depan desimal : 0,5 g, bukan : ,5 g, atau lebih baik

langsung dengan menuliskan 500 mg dibandingkan 0,5 g


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Look Alike Sound Alike (LASA) adalah kesalahan obat yang terjadi karena

kebingungan terhadap nama obat, kemasan dan etiket/labeling. Kesalahan obat tersebut dapat

disebabkan oleh order yang tidak jelas, ada order lisan yang tidak tepat, kurangnya

pemeriksaan/verifikasi kembali, banyaknya jumlah jenis obat, lingkungan kerja yang buruk.

Kemiripan nama dua jenis obat bisa berisiko tinggi menimbulkan kerancuan dan

kebingungan dalam distribusi obat, sehingga bisa meningkatkan medication error.

Penyimpanan obat di Gudang Perbekalan Farmasi RSMS terbagi dalam beberapa

ruang dengan menyesuaikan anjuran suhu penyimpanan oleh produsen obat, kemudian dibagi

kembali berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan secara alfabetis. Secara umum

penyimpanan obat sudah baik dengan penyusunan yang rapi dan teratur. Namun dari hasil

pengamatan belum terlihat adanya penandaan atau label untuk obat-obatan yang

dikategorikan LASA.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan obat adalah

petugas hanya fokus dalam melihat nama obat, tanpa memperhatikan kekuatan sediaan yang

tersedia. Hal inilah yang menjadi alasan agar sebaiknya obat dengan nama yang sama dan

dengan kekuatan sediaan yang berbeda diletakkan dalam posisi rak yang berbeda agar

kekeliruan tersebut dapat diminimalisir. Kemudian, untuk obat-obatan dengan bentuk fisik
atau kemasan yang mirip juga sebaiknya dipisahkan. Berikut merupakan daftar obat LASA

yang terdapat di bagian Gudang Perbekalan Farmasi :

Tabel 1. Daftar Obat Look Alike


No Nama Obat
1 Acarbose 50 mg Acarbose 100 mg
2 Actapin 5 mg Actapin 10 mg
3 Albuman 20% 100 mL Albuman 10% 50 mL
4 Allupurinol 300 mg Allupurinol 100 mg
5 Alphentin 100 Alphentin 300
6 Alprazolam 0.5 mg Alprazolam 1 mg
7 Amdixal 5 Amdixal 10
8 Amikasin 250 mg inj Amikasin 500 inj
9 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg
10 Amoksan drop Amoksan sirup
11 Apolar-N Apolar
12 Benocetam 800 Benocetam 1200
13 Brainact 250 Brainact 500
14 Buvanest 0.5% Buvanest spinal heavy 0.5%
15 Canderin 16 Canderin 8
16 Candesartan 8 mg Candesartan 16 mg
17 Captopril 25 mg Captopril 12.5 mg
18 Cardace 2.5 Cardace 5
19 Cefazol Cefizox
20 Ceftriaxon inj Cefotaxime inj
21 Celebrex 100 Celebrex 200
22 Cendo floxa TM Cendo efrisel TM
23 Ceremax iv Ceremax infus
24 Clonidine 0.15 mg Captopril 25 mg
25 Cylovid 200 Cyclovid 500
26 Cysplatin 10 mg inj Cysplatin 50 mg inj
27 Diphenhidramin inj Ephedrin inj
28 Doxorubicin 10 mg Doxorubicin 50 mg
29 Elkana Elkana CL
30 Flamicort 40 mg Flamicort 50 mg
31 Flexamine 30 g Flexamine 15 g
32 Frego 5 mg Frego 10 mg
33 GCM GCM Forte
34 Glimepiride 2 mg Glimepiride 1 mg
35 Glucobay 50 Glucobay 100
36 Glucovance 500mg/5mg Glucovance
37 Haloperidol 0.5 mg Haloperidol 1.5 mg
38 Humalog Humalog mix 25
39 Imboost force Imboost
40 Iopamiro 300/30 mL Iopamiro 370/50 mL
41 Irbesartan 150 mg Irbesartan 300 mg
42 Kalxetin 20 mg Kalxetin 10 mg
43 Ketorolac 10% inj Ketorolac 30% inj
44 Lipitor 40 mg Lipitor 20 mg
45 Lodomer 2 Lodomer 5
46 Lyrica 75 Lyrica 150
47 Meloxicam 15 mg Meloxicam 7.5 mg
48 Merlopam 2 Merlopam 0.5
49 Methyl prednisolon 4 mg Methyl prednisolon 16 mg
50 Mikasin 250 inj Mikasin 500 inj
51 Mydriadil 10% ED Mydriadil 5%
52 Neurotam 800 Neurotam 1200
53 Norvask 5 mg Norvask 10 mg
54 Novomix Novorapid
55 Olmetec 20 mg Olmetec 40 mg
56 Oscal 0.25 Oscal 0.5
57 Paxus 6 mg/mL Paxus 30 mg/mL
58 Pionix 15 Pionix 30
59 Piracetam 400 mg Piracetam 800 mg
60 Piroxicam 20 mg Piroxicam 10 mg
61 Pravinat 10 Pravinat 20
62 Propranolol 10 mg Propranolol 40 mg
63 Propyretic 160 supp Propyretic 240 supp
64 Ramixal 5 Ramixal 2.5
65 Retivit plus Retivit cap
66 Rifampisin 450 mg Rifampisin 600 mg
67 Salbutamol 4 mg Salbutamol 2 mg
68 Salofalk 500 Salofalk 250
69 Sanmol drop Sanmol sirup
70 Santa-e 400 Santa-e 100
71 Scabimite 30 g Scabimite 10 g
72 Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg
73 Spiriva refill Spiriva combo
74 Tenapril 2.5 mg Tenapril 5 mg
75 Twynsta 40/5 mg Twynsta 80/10 mg
76 Valsartan-NI 80 mg Valsartan-NI 160 mg
77 Ventolin nebules Ventolin inhaler
78 Vinblastine Vincristine
79 Vitamin A 6.000 IU Vitamin A 20.000 IU
80 Vometa drop Vometa sirup
81 Xitrol SM Heris acyclovir

Tabel 2. Daftar Obat Sound Alike


No Nama Obat
1 doBUTAMIN doPAMIN
2 niCARDIPIN niFEDIPIN
3 dimenHYDRINATE diphenHIDRAMIN
4 CEfaZOl CEfiZOx
Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya

kesalahan dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke satelit farmasi lainnya. Beberapa

obat di Gudang Perbekalan Farmasi masih menempatkan obat LASA pada rak saling

berdekatan satu sama lain. Pemberikan informasi kepada tenaga farmasi mengenai nama obat

pun harus selalu diperhatikan sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan obat.

Penandaan juga dapat dilakukan untuk lebih menegaskan bahwa dalam deretan rak obat

tersebut terdapat obat LASA, yaitu dengan menempelkan label bertuliskan “LASA” dengan

pemberian warna tertentu.

Sistem penyimpanan obat yang berada dalam satu rak sangat memungkinkan untuk

terjadinya LASA, sehingga perlu adanya suatu strategi dalam penyusunan obat-obatan untuk

meminimalisir kesalahan-kesalahan tadi. Dari sisi penyimpanan obat dan perbekalan farmasi

dapat kita adopsi dari Tallman lettering yaitu menggunakan penebalan, atau warna huruf

berbeda pada pelabelan nama obat, misalnya :

Tabel 3. Contoh penamaan dengan menggunakan Tallman Lettering


Nama Obat Nama Obat Tallman lettering

Ceftriaxon cefTRIAXON

Cefotaxim cefOTAXIM

Solusi lain yang dapat kita terapkan untuk menghindari terjadinya kesalahan akibat

LASA di Gudang Perbekalan Farmasi, yaitu :

1) Diusahakan untuk menghindari order obat secara lisan terutama melalui telepon. Bila

terpaksa order melalui telepon, maka diperlukan adanya verifikasi ulang jenis obat

apa yang di order untuk menghindari kesalahan pengambilan dan pengiriman obat.
2) Satelit farmasi yang melakukan order obat diminta untuk mengidentifikasi kembali

obat yang telah diantar dengan teliti, disesuaikan nama dagang, nama generik,

indikasi, serta kekuatan sediaannya.


3) Apoteker mengetahui dengan pasti persediaan obat-obatan yang termasuk kategori

LASA
4) LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain, ditulis dengan huruf

kapital dan diberi penandaan atau label LASA.

Gambar 1. Contoh desain label LASA

Aplikasi stiker atau penandaan LASA pada obat-obat yang berpotensi LASA di

Gudang Perbekalan Farmasi RSMS dapat dilakukan dengan cara menempelkan stiker

“LASA” pada rak jika obat tersebut berdekatan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum penyimpanan obat di Gudang Perbekalan Farmasi sudah baik, tetapi

untuk obat-obatan yang tergolong LASA masih perlu penanganan lebih lanjut seperti

penandaan atau labeling pada rak untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan obat.

B. Saran

Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang tataletak obat di rak-rak Gudang

Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo, terutama untuk pemisahan obat-

obat kategori LASA, dan pemberian label “LASA” atau kode tertentu untuk menghindari

terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat.


DAFTAR PUSTAKA

Filik, R., Purdy, K., Gale, A., & Gerrett, D. (2004). Drug name confusion: evaluating the
effectiveness of capital (“Tall Man”) letters using eye movement data. Social Science &
Medicine , 59 (12), 2597-2601.
Filik, R., Purdy, K., Gale, A., & Gerrett, D. (2006). Labeling of medicines and patient safety:
evaluating methods of reducing drug name confusion . Human Factors , 48 (1), 39 - 47.
Gowri, R., Narayanan, N., Maheswaran, A., Lavanya, Y., Geethanjali, M., & Karthick, B.
(2013). Perilous effect of SALA drugs – Root cause Assessment and intimidation.
World Journal of Pharmaceutical Research , 3 (1), 1450 – 1459.
Grasha, A. (2000). Cognitive systems perspective on human performance in the pharmacy:
implications for accuracy, effectiveness, and job satisfaction. Alexandria (VA): NACDS
.
Hoffman, J., & Proulx, S. (2003). Medication errors caused by drug name confusion. Drug
Safety , 26, 445 - 452.
ISMP. (2011, June). ISMP's List of Confused Drug Names. Retrieved March 17, 2014, from
Institute for Safe Medication Practices:
https://www.ismp.org/tools/confuseddrugnames.pdf
Joint Commission. (2001, May 1). Sentinel Event Alert, Issue 19: Look-alike, sound-alike
drug names. Retrieved March 17, 2014, from The Joint Commission:
http://www.jointcommission.org/assets/1/18/SEA_19.pdf
Lambert, et al., B. (1999). Similarity as a risk factor in drug-name confusion errors. Medical
Care , 37 (12), 1214 - 1225.
McCoy, L. (2005). Look-alike, sound-alike drugs review: include look-alike packaging as an
additional safety check. Joint Commission Journal on Quality and Patient Safet , 31
(1), 47 - 53.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 . Indonesia : Jakarta.
Michener, J. (2004, January). Look-Alike and Sound-Alike Drug Names – A Step Forward.
Hospital News . Retrieved March 17, 2014, from Institute for Safe Medication Practices
– Canada: https://www.ismp-canada.org/download/hnews/HNews0401.pdf
Montone, R. (2007). Medication Safety Overview. Retrieved March 17, 2014, from Institute
for Safe Medication Practices:
http://www.ismp.org/safetycontest/winners_2007/thirdplace/Medication_Safety_Overvi
ew_0707.pdf
Rados, C. (2005, July - August). Drug Name Confusion: Preventing Medication Errors. FDA
Consumer Magazine . Retrieved March 17, 2014, from MedicineNet:
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=53208
WHO . (2007, May). Patient Safety Solution. Retrieved March 17, 2014, from World Health
Organization International: http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-
Solution1.pdf

Anda mungkin juga menyukai