Kunjungan Ke Laboratorium Geologi Kelautan Kab Cirebon
Kunjungan Ke Laboratorium Geologi Kelautan Kab Cirebon
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sementara pemilihan hari keberangkatan dipilih hari yang bertepatan dengan hari
peringatan hari Nusantara yakni pada tanggal 13 Desember 2014. Hal ini karena
P3GL merupakan salah satu instansi pemerintah yang memperingati Hari Nusantara
yang ke – 15.
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melihat dan mengetahui berbagai peralatan
yang digunakan dalam kegiatan penelitan geologi dan geofisika kelautan, meliputi
seismik dan geomagnet.
2
BAB II
KEGIATAN KUNJUNGAN
3
BAB III
Pada awalnya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang Geologi
Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang
Manejemen Informasi dan bagian umum, dengan jumlah sumber daya manusia
mencapai 164 orang. Sebagian sarana dan prasarana yang dimiliki kelembagaan ini
berasal dari P3G.
Berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dan sedang
dilakukan yaitu pemetaan sistematik dan penelitian sistematik. Untuk itu untuk
mendukung segala kegiatan – kegiatan tersebut, PPGL telah membangun beberapa
kapal peneliti seperti Geomarin I yang di operasikan untuk mendukung kegiatan
pemetaan geologi kelautan bersistem skala 1:250.000 di perairan dangkal.
Pada masa itu, PPPGL berkembang dengan semangat menuju kemandirian, sejalan
dengan lingkungan strategis globalisasi, AFTA, perkembangan industri kelautan
yang pesat, otonomi daerah dan kemitraan. Dalam peraturan Mentri ESDM No. 0018
Tahun 2010 yang mengukuhkan kembali PPPGL sebagai penunjang dalam upaya
meningkatkan kembali investasi sektor ESDM terutama penyediaan data klaim atas
wilayah batas landasan kontinen, peningkatan status cekungan di laut. Sesuai
dengan tugas dan fungsinya, PPPGL bertugas melakukan penelitian dan
pengembangan geologi kelautan di seluruh wilayah laut yang ada di negara ini,
dalam rangka penunjangan pembangunan dalam sektor Energi dan Sumber Daya
Mineral.
4
Pada tahun 2003 hingga tahun 2008 PPPGL membangun kapal riset survei geologi
kelautan yang lebih canggih yang diberi nama “GEOMRIN III” melalui APBN. Kapal
ini bertugas untuk melakukan pemetaan di laut dalam.
5
BAB IV
HASIL KEGIATAN
6
Ekonomi Eksklusif Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh, dimana laut
pedalaman yang berada diantara pulau-pulau menjadi wilayah yang dikuasai penuh
sebagai wilayah nasional yang disebut Tanah Air Indonesia atau Nusantara.
- Pembagian Laut
Berdasarkan hukum laut internasional yang ditetapkan PBB dalam UNCLOS (United
Nations Confrence on the Law of The Sea, 1982) yang telah disetujui oleh 159
negara termasuk Indonesia, maka pembagian laut yang ada di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. 0 – 3 mil : Teritorial Sea Baseline
2. 3 – 12 mil : Costal Water (Batas Pantai)
3. 0 – 12 mil : Teritorial Sea (Laut Teritorial)
4. 12 – 24 mil : Configureus Zone (Zona Tambahan)
5. 24 – 200 mil : Exlusive Economic Zone ( Zona Ekonomi Eksklusif )
6. 24 – 350 mil : Continent Shelf ( Landasan Kontinen )
7
Terdapat perbedaan antara Zona Ekonomi Eksklusif dengan Landasan Kontinen
dalam hal pengelolaan kekayaan lautnya, dimana dalam Zona Ekonomi Ekslusif
boleh mengelolah kekayaan lautnya, sementara pada batas landasan kontinen hak
pengelolaannya hanya sebatas di permukaannya saja.
- Menjadikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia (Visi Presiden Joko Widodo,
2014)
Dalam acara debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo sempat
menyampaikan visi nya untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Butir – butir visi tersebut diantaranya :
1. Membangun Kembali Budaya Maritim Indonesia
2. Menjaga dan Mengelola Kedaulatan Pangan Laut
3. Konektivitas Maritim – Membangun Pelabuhan
4. Diplomasi Maritim – Pengakuan Kedaulatan Laut Indonesia
5. Pertahanan Maritim
4.1.2. Batas Maritim Indonesia dan Poros Maritim Dunia oleh Dr. Ir. Eka Djunarsjah
Dr. Ir. Djunarsjah adalah seorang ahli oseanografi Indonesia lulusan Institute
Teknologi Bandung (ITB) yang pada peringatan Hari Nusantara di Kantor P3GL
Cirebon, berkesempatan menjadi narasumber dengan mengangkat tema seputar
Batas maritim Indonesia dengan judul “Batas Maritim Indonesia dan Poros Maritim
Dunia”. Pemaparan beliau berlangsung selama + 1,5 jam. Dari hasil seminar
tersebut beberapa poin penting yang berhasil penyusun himpun adalah sbb :
a. Data spasial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menurut Badan
Informasi Geospasial (BIG) tahun 2013 menyatakan bahwa Indonesia memiliki
pulau sebanyak 13.466 yang sudah terverifikasi, panjang garis pantai sepanjang
99.093 km, luas wilayah daratan seluas 1.922.570 km2, luas perairan mencapai
3.257.483 km2.
b. Klaim Batas Maritim Terluar (Unilateral)
Penentuan batas mritim terluar suatu negara dapat ditentukan sendiri / kalaim
secara sepihak (Unilateral). Hal ini dapat terjadi apabila setelah penentuan
batas terluar yang di serahkan ke PBB, tidak terjadi klaim yang sama pada
daerah yang sama oleh negara yang lain, maka batas tersebut telah ditetapkan
sebagai batas terluar secara sepihak (Unilateral).
c. Batas Maritim Indonesia
Ada 10 Negara tetangga yang mempunyai batas maritim secara langsung
dengan Indonesia, diantaranya :
1. Batas Maritim Republik Indonesia – Australia
Secara garis besar, batas maritim Indonesia – Australia dituangkan kedalam
3 perjanjian, yaitu :
- Perjanjian batas landas kontinen di tandatangani di Canbera pada tanggal
18 Mei 1971 dan diratifikasi dengan Kepres No.42 tahun 1971, terdiri dari
16 titik koordinat di laut Arafura, perairan pantai Selatan Papua dan
perairan Utara pantai Utara Papua.
8
- Perjanjian perbatasan pada tanggal 9 Oktober 1972 dan diratifikasi
dengan Kepres No.66 tahun 1972 tanggal 4 Desember 1972, di Selatan
Kep. Tanimbar pada laut Arafura dan Selatan P. Roti dan P. Timor.
- Perjanjian perbatasan maritim tanggal 16 Maret 1997 yaitu meliputi ZEE
dan batas landas kontinen Indonesia – Australia dari perairan Selatan P.
Jawa, termasuk perbatasan maritim di Pulau Ashmore dan Pulau
Christmas.
9
Inventarisasi data perbatasan maritim antara kedua negara tersebut mulai
dilaksanakan pada bulan Februari 2014, dengan melakukan studi literatur
dan pencarian peta-peta yang dapat mendukung diplomasi tim Delri dalam
perundingan batas maritim Indonesia – India yang akan datang, khusunya
terkait perundingan batas ZEE.
10
a. Mengatur penetapan batas Dam Caise sebelah Utara dan Selatan
Sungai Fly berdasarkan prinsip Thalweg (alur pelayaran) sebagai
batas alamiah berdasarkan perjanjian yang di buat oleh pemerintah
kolonial Belanda dan Inggris di kawasan tersebut.
b. Menetapkan Garis Batas Laut Wilayah di Selatan Irian Jaya dan
menetapkan Garis Batas Dasar Laut (Landas Kontinen) di Selatan Irian
Jaya.
Hingga saat ini belum ada perundingan untuk menetapkan garis batas
maritim kedua negara, karena masih menunggu penyelesaian batas darat.
11
a. Segmen Timur I (perairan di sekitar Changi-Batam) dan
b. Segmen Timur II (perairan sekitar South Ledge-Middle Rock-Pedra
Branca)
9. Perbatasan RI – Thailand
Perjanjian ini disetujui oleh kedua negara tersebut yang di tandatangani di
Bangkok pada tanggal 17 Desember 1971, dimana pemerintah Republik
Indonesia telah meratifikasi dengan Keppres RI No. 21 tahun 1972 tanggal
11 Maret 1972.
Menurut Dr. Ir. Eka Djunarsja, terdapat 12 jenis objek yang terdapat di ruang
perairan, diantaranya :
12
3. Sumber Daya Migas
4. Budidaya
5. Jaringan Pipa dan Kabel Bawah Laut
6. Penangkapan Ikan
7. Perkapalan ( Pelayaran )
8. Pembuangan Sampah di Laut
9. Harta Karun Bawah Laut
10. Konservasi
11. Kultur Adat, dan
12. Sumber Daya Energi Terbaharukan
- Metode Ayakan
Metode ini dipergunakan untuk butiran – butiran batuan yang relatif kasar, dimana
sampel yang akan diuji terlebih dahulu harus di hancurkan hingga menjadi sedimen
lepas. Sampel tersebut kemudian di ayak ke dalam suatu rangkaian saringan yang
mempunyai lubang bukaan yang berbeda setiap tingkatannya. Beberapa seri
ayakan/saringan yang digunakan dalam analisa besar butir jenis ini antara lain :
ASTM sieve series, Tyler sieve series dan IMM series.
Dalam proses pengujiannya, terdiri dari beberapa tahapan – tahapan kerja yaitu :
- Sampel harus di panaskan terlebih dahulu kedalam oven selama 1 – 2 hari dengan
suhu 100 – 110OC.
- Setelah itu sampel di timbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat awal
- selanjutnya sampel diberi air dengan saringan pan ukuran 4 O < dan 4 O >
- Masukkan sisa air saringan kedalam baskom lalu kemudian di diamkan agar
mengendap hingga jernih airnya selama 1 hari, kemudian sampel dikeringkan
kembali kedalam oven
- Setelah sampel kering, sampel tersebut di saring dengan menggunakan saringan
pan dengan 7 tingkat kerpatan saringan
- lalu saringan tersebut diletakkan di sieve shaker selama + 15 menit
- Kemudian sampel dari pan saringan 1 – 6 kedalam baskom
13
- Sampel yang tersisa pada pan saringan terakhir di ayak kembali dengan pan
saringan 7 tingkat yang lebih rapat dari saringan sebelumnya.
- setelah itu diletakkan kembali kedalam sieve shaker dengan waktu yang sama ( 15
menit )
- Setelah selesai, masing – masing sampel yang di hasilkan di masukkan kedalam
plastik sampel lalu kemudian diberi label.
- sampel – sampel tersebut ditimbang kembali untuk mengetahui berat sampel
setelah di lakukan pengujian tersebut.
- nilai dari berat masing – masing sampel dicocokkan dengan form yang ada, untuk
mengetahui besaran butir tersebut.
Gambar 4.2. Oven yang Digunakan Untuk Memanaskan Sampel yang Diuji
14
Gambar 4.3. Sieve Shaker yag Digunakan
15
- Lalu kocok gelas tabung dengan gagang untuk mengocok 2 kali lalu diamkan
selama 24 menit kemudian ambil dengan pipet 5 (tabung gelas 5)
- Kemudian pisahkan air dengan endapan sedimen
- Selanjutnya, masukkan endapan sedimen kedalam beaker glass
- masukkan kedalam oven untuk proses pengeringan
- Lalu dilakukan penimbangan untuk mengetahui beratnya
- Untuk mengetahui hasil identifikasinya, lakukan pembandingan dengan form
ukuran besar butir yang telah tersedia.
Gambar 4.4. Gelas Tabung yang Digunakan Dalam Metode Analisa Pipet
Gambar 4.5. Tabel yang Digunakan Untuk Penyocokan Hasil Uji Sampel
16
sampel. Di dalam ruangan ini tersusun beberapa rak – rak yang telah terisi oleh sampel –
sampel untuk setiap daerah. Sampel sampel tersebut di letakkan di dalam sebuah tabung
berbentuk silinder dengan panjang + 0,5 meter. Untuk setiap sampel di tulis nama suatu
daerah sesuai dengan lokasi pengambilan sempel tersebut. Diruangan ini juga terdapat
ruangan pendingin tempat menyimpan sampel yang di ambil di dasar laut. Suhu yang di
tetapkan biasanya berkisar antara 7 – 10OC, sesuai dengan suhu rata-rata di dasar laut. Hal
ini dimaksudkan agar tidak merubah keadaan sampel tersebut seperti warna, komposisi
kimia, kandungan air, dll. Setiap sampel-sampel tersebut juga dilengkapi dengan titik-titik
koordinat tempat pengambilannya, sehingga tidak akan terjadi tertukarnya sampel suatu
tempat dengan sampel yang ada di tempat lainnya. Beberapa jenis sampel yang ada
diruangan tersebut berasal dari sampel gravity core maupun sampel multi core dengan
panjang 2 – 3 meter. Kedalaman laut tempat pengambilan sampel tersebut beragam, mulai
dari ratusan hingga ribuan meter dibawah permukaan laut. Sampel – sampel yang telah
dikemas merupakan sampel yang sudah di katalogkan, sementara sampel yang belum
dikemas adalah sampel yang belum dikemas. Bahkan menurut penuturan pemandu, ada
beberapa sampel yang di ambil sejak tahun 90an yang belum dikatalogkan. Kode warna
yang terdapat dalam sampel tersebut merupakan kode wilayah, laut jawa dan laut
sulawesi memiliki kode warna yang berbeda.
- Sedimen Trap
17
Alat ini berbentuk segi-empat yang disetiap sudutnya terdapat pipa – pipa dengan lobang
yang berdimensi sekitar 20 cm. Alat ini berfungsi untuk mengetahui arah sedimentasi /
pengendapan. Mekanisme kerjanya adalah dengan menangkap material – material
sedimen kedalam 4 lobang yang ada. Lobang yang paling banyak menangkap sedimen
tersebut menunjukkan asal dari arah sedimentasinya.
Alat ini diletakkan di lokasi yang sudah dipilih dengan waktu antara 1 – 3 hari.
- Gravity Core
Gravity core adalah peralatan yang digunakan untuk mengabil sampel di bawah
permukaan laut. Bentuk sampel yang dihasilkan berbentuk core/inti dengan panjang 2 – 3
meter. Alat ini tersusun dari beberapa rangkaian seperti : pipa coring yang telah diberi
beban, kabel pengait. Mekanisme kerja alat ini mengandalkan gaya gravitasi dengan
menjatuhkannya kedalam laut pada sedimen lunak di dasar laut.
18
Gambar 4.3.2. Gravity Core
- Grab Sampling
Metode pengambilan sampel dengan alat ini dipergunakan untuk mengambil sampel
permukaan dasar laut secara cepat dan efektif.
Alat ini terdiri dari grab sampler dan core sampler.
- Muti Core
Alat ini digunakan untuk mengambil sampel dengan jumlah yang cukup banyak sekaligus.
Peralan ini terdiri dari 12 tabung yang dapat mengambil 12 sampel sekaligus.
19
Gambar 4.3.4. Multi Core
Salah satu metode yang dijelaskan oleh pendapim adalah metode Channel / Sistem
Pantul Dangkal. Dimana Dalam metode /sistem ini terdiri dari beberapa rangkaian
peralatan yaitu sumber energi, sumber suara, alat penerima dan alat pencatat.
Dalam metode ini, setelah sistem energi dikirim ke sumber suara yaitu boomer /
sparker/ air gun/ water gun, maka suara yang di hasilkan oleh boomer tersebut akan
dikirim ke dasar laut yang kemudian diterima oleh hydrophone/streamer. Kemudian di
filter dan diperkuat oleh suatu alat sebelum dicatat oleh alat pencatat.
a. Sumber Energi
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan energi dalam metoda
seismik.
20
b. Air Gun
Air gun digunakan untuk menghasilkan suara yang akan dipantulkan ke dasar laut.
c. Streamer/Hydrophon
Aalat ini merupakan alat penangkap suara yang di hasilkan oleh air
gun/boomer/sparker.
21
d. Alat Pencatat Seismik
Alat ini berfungsi untuk mencatat hasil dari gelombang suara ke dalam sebuah garis –
garis (seismik).
e. Alat Navigasi
Alat ini berfungsi untung mengetahui lokasi keberadaan melalui sinyal satelit yang
diterimanya. Alat ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi, untuk itu penggunaan
nya cukup mahal.
22
f. Kapal Geomarin II
Kapal ini merupakan kapal yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penelitian/penyelidikan di daerah sekitar pantai.
23
24
BAB V
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari laporan ini adalah sbb :
1. Kunjungan / Kuliah lapangan yang diadakan ke Kantor Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelauta (P3GL) dilakukan dalam rangka
memperingati hari Nusantara yang ke 14.
2. Lokasi Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang
dikunjungi terletak di Jl. Kalijaga No. 101, Kab. Cirebon
3. Beberapa rangkaian acara yang diikuti selama kegiatan kunjungan tersebut
diantaranya mengikuti seminar hari Nusantara, kunjungan ke laboratorium
geologi, kunjungan ke laboratorium geofisika dan kunjungan ke kolam uji
4. Pembicara dalam seminar Hari Nusantara adalah Ir. Subaktian Lubis, M.Sc
dan Dr. Ir. Djunarsjah, MT
5. Laboratorium Geologi yang ada di lokasi kunjungan terdiri dari beberapa
ruang yaitu : ruang pengujian/analisa sampel, ruang penyimpanan sampel,
dan ruang penyimpanan alat-alat pemboran ( alat pengambilan sampel )
6. Laboratorium geofisika yang dikunjungi berisi alat-alat geofisika kelautan
yang digunakan dalam pengambilan data dengan menggunakan beberapa
metoda seperti seismik dan magnet,
7. Kolam Uji yang ada digunakan sebagai kolam untuk melakukan
pengujian/simulasi terhadap pengambilan data menggunakan metode
seismik.
5.2. Saran
Berdasarkan pengalaman yang dirasakan dalam mengikuti acara tersebut, maka
menurut penyusun maka acara tersebut sangat baik. Disamping memberikan
wawasan mengenai ruang lingkup kerja geologi kelautan, peserta juga dapat
mengetahui berbagai metode kerja, proses – proses pengerjaan serta peralatan
yang digunakan dalam lingkup kerja geologi kelautan.
Untuk itu penyusun mengharapkan kedepannya, kegiatan seperti ini akan terus
berlanjut bahkan mungkin dengan intensitas yang lebih tinggi.
25
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.mgi.esdm.go.id
- http://www.litbang.esdm.go.id
- http://www.kemenhan.go.id
26