PKH...OH...PKH
Selamat datang PKH, selamat datang hidup baru! Kami adalah sebagian
manusia tak seberapa yang beruntung bisa menjadi bagian dari program PKH.
Kami adalah bagian dari pendamping PKH di Kecamatan Belitangjaya Kab. OKU
Timur, sebuah kecamatan yang desa-desanya cukup jauh dari pusat kabupaten.
Jangkauan daerah kami sangat luas, tapi masih susah signal (skip this part :D).
Untungnya, pemerintah daerah cukup memperhatikan keadaan masyarakat
sehingga tidak tertinggal informasi, contohnya mengenai PKH ini. Kami adalah 4
serangkai (Agung, Cholisa, Mas’ud, dan Solehan), yang ditugaskan untuk
mendampingi program PKH di Kec. Belitangjaya.
Sebenarnya, kami tak kenal satu sama lain. Tetapi setelah satu kali
pertemuan, kami langsung bisa membaur dan bersahabat dengan baik dan
kompak. Awalnya kami pun tak terlalu paham dengan tugas PKH yang kami kira
kinerjanya itu sangat formal (kecuali mas Mas’ud yang sudah lebih dulu terjun
bebas di PKH tercinta :D). Namun, seiring berjalannya waktu, kami pun mulai
memahami bahwa pekerjaan ini sangat mulia. Kami tidak hanya menjadi
perpanjangan tangan pemerintah, tetapi juga sahabat masyarakat sekaligus
bagian dari keluarga mereka (this is not so formal anyway). Kami merasa punya
tanggungjawab untuk memperhatikan mereka mulai dari lansia, anak-anak
sekolah, sampai balita. Inilah salah satu hal yang membuat kami kenal dan dekat
dengan warga desa terutama yang menjadi Keluarga Penerima Manfaat (bukan
pencitraan karena mau nyalon lurah loh ya hehehe).
“Assalamualaikum.”
Perjalanan kami menjadi anggota PKH masih seumur jagung muda yang
belum ada manis-manisnya. Pengalaman kerja masih minim, namun pengalaman
hidup jangan ditanya, minim juga sih hehehe. Justru dari interaksi kami dengan
masyarakat mengajarkan banyak hal, pengalaman yang tak ternilai, what a
priceless thing that made us speechless! (kemInggris dikit ya gaes). Mereka
mencontohkan kesabaran yang tak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti
belum sabar. Mereka menunjukkan keikhlasan, yang tak kasat mata seperti surat
Al-Ikhlas yang tak ada kata ikhlas di dalamnya. Mereka pun mengajari rasa
syukur yang mungkin selama ini masih kami abaikan, masih merasa kurang padahal
rezeki selalu lancar. Harusnya kami lebih paham, karena sudah mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi. Kami merasa hina dina dan terenyuh melihat
kesederhanaan para Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
~THE END~