Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN INFEKSI CHLAMYDIA TRACHOMATIS

DENGAN INFERTILITAS PADA WANITA DI MAKASSAR

Correlation Between Chlamydia trachomatis Infection with Women


Infertility in Makassar

ALEXANDER MARVIN

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii

HUBUNGAN INFEKSI Chlamydia trachomatis DENGAN


INFERTILITAS PADA WANITA
DI MAKASSAR

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Biomedik


Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu

Disusun dan diajukan oleh

ALEXANDER MARVIN SUSATYA

kepada

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Alexander Marvin Susatya

No. Pokok : P1507213093

Program Studi : Biomedik

Konsentrasi : Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, 04 Juni 2017

Yang menyatakan

Alexander Marvin Susatya


v

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yesus,

atas segala berkat, karunia serta perlindungan-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini sebagaimana mestinya sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 pada

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar.

Penulis bermaksud memberikan informasi ilmiah mengenai

hubungan infeksi Chlamydia trachomatis dengan infertilitas pada wanita

terutama di kota Makassar yang dapat menjadi bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Dr. dr. A Mardiah Tahir, Sp.OG(K) sebagai pembimbing

I dan Dr.dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG(K) sebagai pembimbing II atas

bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan

minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan sampai dengan

penulisan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. dr. St.

Maisuri T. Chalid, Sp.OG(K) sebagai pembimbing statistik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam bidang statistik dan

pengolahan data dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada dr. Umar Malinta, Sp.OG(K) dan Prof.dr. John

Rambulangi, Sp.OG(K) sebagai penyanggah yang memberikan kritik dan

saran dalam menyempurnakan penelitian ini.


vi

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Prof. Dr. dr. Nusratuddin Abdullah,

Sp.OG(K), MARS (periode 2013 sampai dengan Maret 2017) dan

Prof. Dr. dr. Syahrul Rauf, Sp.OG(K) (periode Maret 2017 sampai

sekarang); Ketua Program Studi Dr. dr. Deviana Soraya Riu,

Sp.OG; Sekretaris Program Studi, dr. Nugraha Utama Pelupessy,

Sp.OG(K), seluruh staf pengajar beserta pegawai di Departemen

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin yang memberikan arahan, dukungan dan motivasi

kepada penulis selama pendidikan.

2. Penasihat akademik penulis dr. Johnsen Mailoa, Sp.OG(K) yang

telah mendidik dan memberikan arahan selama mengikuti proses

pendidikan.

3. Teman sejawat peserta PPDS-1 Obstetri dan Ginekologi atas

bantuan dan kerjasamanya selama proses pendidikan

4. Paramedis dan staf Departemen Obstetri dan Ginekologi di seluruh

rumah sakit jejaring atas kerjasamanya selama penulis mengikuti

pendidikan.

5. Kedua orang tua penulis Guwandi Prasada Susatya dan Imelda

Nancy Sanjata, telah memberikan restu untuk penulis melanjutkan

pendidikan, disertai dengan doa, kasih sayang, dan dukungan yang


vii

luar biasa selama penulis menjalani pendidikan.

6. Adik kandung penulis Richard Anderson dan Billy Marciano,

saudara-saudara dan keluarga besar yang telah memberikan kasih

sayang yang tulus, dukungan, doa dan pengertiannya selama

penulis mengikuti proses pendidikan.

7. Pasien yang telah bersedia mengikuti penelitian ini sehingga

penelitian dapat berjalan sebagaimana mestinya.

8. Semua pihak yang namanya tidak tercantum namun telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga tesis memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya serta Ilmu Obstetri dan Ginekologi pada

khususnya di masa yang akan datang.

Makassar, 27 Juni 2017

Alexander Marvin Susatya


viii

ABSTRAK

ALEXANDER MARVIN.Hubungan infeksi Chlamydia trachomatis dengan


infertilitas pada wanita di Makassar (dibimbing oleh Mardiah Tahir,
Sharvianty Arifuddin,Maisuri Chalid,Umar Malinta, John Rambulangi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penderita infeksi


Chlamydia trachomatis wanita usia reproduktif di Makassar serta
hubungan infeksi Chlamydia trachomatis denga infertilitas pada wanita

Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional.


Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan Departemen Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin periode
Desember 2016 – Maret 2017. Total sampel yang diperoleh adalah 40
untuk kelompok wanita infertil dan 40 sampel untuk kelompok wanita fertil.

Dari hasil yang didapat menunjukan jumlah sampel positif


(terdeteksi) terhadap DNA Chlamydia trachomatis pada pemeriksaan PCR
swap vagina lebih tinggi pada kelompok infertil sebanyak 17,5%
sedangkan pada kelompok fertil yaitu sebanyak 2,5% tetapi secara
statistik infeksi Chlamydia trachomatis dengan infertilitas tidak memiliki
hubungan yang bermakna (p=0,057), selain itu ditemukan juga bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara infeksi Chlamydia trachomatis
dengan vaginal discharge (nilai p =0,611)

Kata Kunci: Infeksi Chlamydia trachomatis, Wanita fertil, wanita infertil


ix

ABSTRACT

ALEXANDER MARVIN. Correlation between Chlamydia trachomatis


infection with female infertility in Makassar (advised by Mardiah Tahir,
Sharvianty Arifuddin, Maisuri Chalid,Umar Malinta, John Rambulangi)

The objective of the study is to determine the number of Chlamydia


trachomatis infection in reproductive women in Makassar and correlation
between Chlamydia trachomatis infection with women infertility.

The study used a cross sectional method. It was conducted at the


Teaching Hospital, Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of
Medicine, Hasanuddin University from December 2016 - March 2017.
There were 40 samples for the infertile women group and 40 samples for
the fertile women group.
Based on the research findings, the number of Chlamydia
trachomatis DNA positive samples (detected) on the vaginal swap
examination using PCR was higher in the infertile group (17.5%),
meanwhile there was only 2.5% in the fertile group. However, the
relationship between infertility and Chlamydia trachomatis infection was
not statistically significant (p = 0.057). Moreover, there was no significant
relationship between Chlamydia trachomatis infection and vaginal
discharge (p value = 0.611).
Keywords: Chlamydia trachomatis infection, fertile woman, infertile
woman
x

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

DAFTAR SINGKATAN xvi

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

I. Tujuan Umum 3

II. Tujuan Khusus 3

D. Manfaat Penelitian 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Infertilitas 5

I. Definisi 5

II. Etiologi 6

B. Chlamydia trachomatis 8
xi

I. Morfologi 10

II. Siklus hidup 12

III. Patogenesis 14

IV. Manifestasis klinis 16

V. Penatalaksanaan 17

VI. Pencegahan 18

C. Tes diagnostik 19

I. Kultur 21

II. Nucleic acid amplification 22

III. Deteksi antigen dan metode genetic probe 22

IV. Pemeriksaan Chlamydia rapid 22

D. Kerangka teori 24

E. Kerangka konsep 25

III. METODE PENELITIAN 26

A. Desain penelitian 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian 26

C. Populasi Penelitian 26

D. Sampel dan cara pengambilan Sampel 26

E. Perkiraan besar sampel 27

F. Kriteria inklusi dan eksklusi 27

G. Ijin penelitian dan kelayakan etik 28

H. Cara Kerja 29

I. Identifikasi variabel 33
xii

J. Hipotesis Penelitian 33

K. Definisi operasional dan kriteria obyektif 33

L. Alur penelitian 35

M. Metode analisis 36

N. Jadwal penelitian 36

O. Personalia penelitian 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37

A. Hasil Penelitian 37

1. Karakteristik Sampel 38

2. Hubungan Vaginal Discharge Terhadap


Infeksi Chlamydia trachomatis 39

3. Hubungan infeksi primer atau sekunder dengan


infeksi Chlamydia trachomatis 41
4. Perbandingan jumlah penderita Chlamydia trachomatis
antara wanita infertil dengan fertil serta hubungan
antara infertilitas dengan infeksi Chlamydia trachomatis 42

B. Pembahasan 44

V. SIMPULAN DAN SARAN 51

A. Simpulan 51

B. Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 58
xiii

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1 Penyebab infertilitas 6

2 Patotipe dan serotype Chlamydia trachomatis 11

3 Rekomendasi metode diagnostik berdasarkan tipe 23


spesimen untuk Chlamydia trachomatis.

4 Karakteristik Sampel Penelitian 38

5 Hubungan vaginal discharge terhadap infeksi 39


Chlamydia trachomatis

6 Hubungan infeksi primer atau sekunder dengan 41


infeksi Chlamydia trachomatis

7 Hubungan infeksi Chlamydia trachomatis terhadap 42


terjadinya infertilitas
xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1 Penyebab infertilitas 7

2 Kasus infeksi Chlamydia trachomatis dan PID . 9

3 Chlamydia trachomatis di dalam sel host: Lingkaran merah 12


adalah elementary body (EB) dan lingkaran biru adalah
reticulate body (RB).

4 Skema siklus perkembangan Chlamydia trachomatis 13

5 Mucopurulen servicitis 17

6 Kerangka teori 24

7 Kerangka konsep 25

8 Prosedur swab vagina 30

9 PCR amplifier DNA 32

10 Alur penelitian 35

11 Gambaran vaginal discharge pada pasien dengan infeksi 40


Chlamydia trachomatis

12 Perbandingan jumlah penderita infeksi Chlamydia 43


trachomatis pada wanita fertil dan infertil
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1 Naskah Penjelasan bagi Responden 58

2 Surat Persetujuan Mengikuti Penelitian 60

3 Profil Peserta Penelitian 61

4 Data Primer 62
xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG / SINGKATAN

Lambang / singkatan Arti dan keterangan

UK United Kingdom
CDC Center for Disease Control and
Prevention

PID pelvic inflammatory disease

RNA asam ribonukleat


PCR Polymerase Chain Reaction
DNA Deoksiribonukleat
EB elementary body

RB reticulate bod

MOMP major outer membrane protein


HSPG heparin sulphate-like proteoglycans

FGF2 Fibroblast Growth Factor-2

TARP actin-recruiting phosphor protein


MTOC microtubule organization centre

NAATS Nucleic Acid Amplification Test


AD antigen detection

NAH nucleic acid hybridization

NAA nucleic acid amplification

TMA transcription-mediated amplification

SDA strand displacement amplification

WUS wanita usia subur


TFR total fertility rate

PPV positive predictive value


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infertilitas merupakan suatu masalah kesehatan umum yang terjadi

pada 1 dari 10 pasangan. Pada suatu populasi umum, Sekitar 80%

wanita akan mencapai konsepsi tanpa membutuhkan nasehat dan

pengobatan dalam 12 bulan pertama setelah menikah. Dan lainnya (20%)

membutuhkan bantuan dari klinik fertilitas, setengahnya (10%) terdiri dari

pasangan dengan infertilitas primer atau tidak ada riwayat kehamilan

sebelumnya, sementara setengah lainnya mengalami infertilitas sekunder

atau kesulitan dalam mencapai konsepsi setelah kehamilan awal.

Walaupun terdapat peningkatan pengetahuan mengenai infertilitas di

masyarakat tetapi hanya setengah dari seluruh pasangan infertil yang

pergi mencari terapi. Penelitian terhadap prevalensi infeksi Chlamydia

trachomatis pada wanita Timur Tengah, dari 919 wanita dijumpai

sebanyak 23 wanita (2,6%) terinfeksi oleh Chlamydia trachomatis. Malik et

al. (2009) menjumpai 4,8% (18/432 wanita infertil asimptomatik) telah

terdeteksi terinfeksi Chlamydia trachomatis. Berdasarkan hasil penelitian

yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Jakarta didapatkan prevalensi infeksi Chlamydia trachomatis di jaringan


2

cervix dan jaringan tuba pada 25 pasien infertil adalah 16%(4/25). (Alfarraj

et al., 2015; Malik et al., 2009)

Penyebab infertilitas dapat berasal dari kondisi kesehatan wanita.

Faktor kesehatan wanita yang terganggu antara lain disfungsi ovulasi,

endometriosis, nutrisi yang jelek, gangguan hormon, kista ovarium infeksi

pelvis, tumor, dan lain-lain. Gangguan transport sperma dari cervix ke

tuba fallopii yang merupakan 40 – 50% penyebab infertilitas.

Pada wanita infeksi Chlamydia trachomatis dikenal dengan “silent

disease” karena hampir sepertiga wanita yang terinfeksi tidak

menimbulkan gejala atau asimptomatik. Bila ada gejala, biasanya muncul

1-3 minggu setelah terjadi infeksi. Pada wanita yang terinfeksi Chlamydia

trachomatis dan tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang

panggul, diharapkan pada wanita muda dilakukan skrining untuk

menghindari gejala yang serius pada wanita terinfeksi yang tidak diobati,

misalnya nyeri pelvis yang kronik, penyakit radang panggul, kehamilan

ektopik, dan infertilitas.

Penelitian seperti ini masih jarang dilakukan di Indonesia sehingga

jumlah penderita infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita infertil

masih belum dapat dilaporkan. Dimana untuk wilayah Sulawesi Selatan,

Makassar pada khususnya sendiri belum ada penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui jumlah penderita serta hubungan infeksi Chlamydia

trachomatis yang dapat menimbulkan infertilitas


3

B. Rumusan Masalah

Berapa banyak wanita yang ditemukan terinfeksi Chlamydia

trachomatis pada usia reproduktif dan hubungannya dengan infertilitas

pada wanita di Makassar?

C. Tujuan Penelitian

I. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan jumlah penderita infeksi Chlamydia

trachomatis pada wanita fertil dan infertil di Makassar dan hubungannya

dengan infertilitas.

II. Tujuan Khusus

1. Menentukan jumlah infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita infertil

di Makassar

2. Menentukan jumlah infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita fertil di

Makassar

3. Membandingkan jumlah penderita infeksi Chlamydia trachomatis pada

wanita fertil dan infertil di Makassar

4. Menentukan hubungan infeksi Chlamydia trachomatis terhadap

terjadinya infertilitas pada wanita di Makassar


4

D. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui angka kejadian penderita infeksi Chlamydia trachomatis

pada wanita infertil dan fertil di Makassar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pemahaman yang lebih baik mengenai infeksi Chlamydia trachomatis

terutama dalam hubungannya dengan terjadinya infertilitas pada

wanita

3. Diketahuinya peranan infeksi Chlamydia trachomatis pada infertilitas

wanita sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk

mengatasi infertilitas pada wanita.

4. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan dasar pemeriksaan

Chlamydia trachomatis sebagai skrinning awal pada wanita-wanita

yang mengalami infertilitas di Makassar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas

I. Definisi

Infertilitas secara umum didefenisikan sebagai tidak terjadinya

kehamilan pada wanita usia reproduktif (15-49 tahun) dalam setahun

hubungan seksual tanpa proteksi. Sekitar 90% pasangan seharusnya

hamil tidak lebih dari 12 bulan selama hubungan seksual tanpa proteksi.

(Afifah et al., 2013; Aubuchon et al., 2012; Fritz and Speroff, 2011)

Kehamilan yang terjadi setelah lebih dari 12 bulan disebut

subfertilitas. Namun beberapa kadang mendefinisikan istilah subfertilitas

untuk menggambarkan wanita reproduktif yang tidak steril namun

mengalami penurunan kemampuan untuk hamil. Sedangkan kehamilan

yang kemungkinan terjadi dalam satu siklus haid disebut fekundabilitas

yang diperkirakan 20% dialamin oleh pasangan fertile. (Aubuchon et al.,

2012; Fritz and Speroff, 2011)

Infertilitas dapat diklasifikasikan menjadi infertilitas primer dan

infertilitas sekunder. Infertilitas primer diartikan belum pernah hamil pada

wanita yang telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan

secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi dan infertilitas sekunder

diartikan tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam waktu 1 tahun


6

atau lebih pada wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual

secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah

hamil, namun kehamilan tidak harus dengan kelahiran hidup. (Aubuchon

et al., 2012)

II. Etiologi

Infertilitas diperkirakan dialami 1 dari 7 pasangan heteroseksual di

United Kingdom (UK). Penyebab utama infertilitas di UK dilaporkan 25%

ovulatory disorders, 20% tubal damage, 30% faktor infertilitas pria, 10%

uterine atau peritoneal disorder dan 15% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Sedangkan penyebab infertilitas di Amerika Serikat

kebanyakan disebabkan oleh anovulasi, penyakit tuba, faktor cervix, dan

endometriosis. (Mohan and Siladitya, 2012; NICE Clinical Guideline, 2013)

Tabel 1. Penyebab infertilitas (Aubuchon et al., 2012)

Prevalensi relatif etiologi infertilitas Persentase


Faktor pria 20-30%
Faktor kedua pria dan wanita 10-40%
Faktor wanita 40-55%
Infertilitas tidak dapat dijelaskan 10-20%
Ovulatory dysfunction 20-40%
Faktor tubal atau peritoneal 20-40%
Penyebab lainnya 10-15%
7

Faktor fubal dan peritoneal diperkirakan 30% sampai 40% dari

kasus infertil pada wanita, faktor cervical tidak lebih dari 5%, faktor

patologi uterin 15% dan sisanya tidak diketahui penyebabnya. (Aubuchon

et al., 2012)

Peningkatan permasalahan infertilitas yang signifikan juga

diakibatkan oleh peran infeksi Chlamydia trachomatis yang ditularkan

melalui transmisi seksual. Infertilitas yang berhubungan Chlamydia

trachomatis dilaporkan 55% kasus di India yang diperiksa dari 96 wanita

infertil selama periode kunjungan 1 tahun.(Malik et al., 2009)

Selain itu, menurut penelitian lain bahwa penyebab infertilitas yang

diteliti dari 110 wanita yang infertil ditemukan 27,4% faktor tuba, faktor

gangguan ovulasi 20%, faktor usia 2,7% dan selebihnya faktor yang tidak

dapat dijelaskan.(Roupa et al., 2009)

Gambar 1 Penyebab infertilitas. (Fritz and Speroff, 2011)


8

Penyebab infertilitas mengalami pergeseran jumlah kasus dari

faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan

peritoneum merupakan penyabab yang tersering pada beberapa

penelitian kasus infertil yaitu berkisar 30-40% kasus (Gambar 1).

(Aubuchon et al., 2012; Fritz and Speroff, 2011; NICE Clinical Guideline,

2013; Roupa et al., 2009)

Kerusakan atau osbtruksi tuba fallopii pada infertilitas berhubungan

dengan penyakit peradangan panggul dan infeksi Chlamydia trachomatis

yang sebagian besar bersifat “silent disease” karena hampir sepertiga

wanita yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik.(Boivin

et al., 2009)

B. Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis merupakan bakteri tersering yang ditularkan

dari hubungan seksual terutama di negara berkembang yang

menyebabkan penyakit pada genitalia, rektal dan okular. Chlamydia

trachomatis awalnya dianggap sebagai virus karena ukurannya yang

sangat kecil dan siklus hidupnya yang bersifat patogen intraseluler (Fan

and Zhong, 2015; Harryman et al., 2014)

Chlamydia trachomatis pertama sekali diisolasi dari pasien

trachoma dengan menggunakan embrio ayam yang pernah dilaporkan

secara serius pada tahun 1956 dan 1057. Strain Chlamydia trachomatis

diketahui sebagai penyebab infeksi menular seksual utama secara global


9

dan bakteri penyebab infeksi kebutaan di dunia. Tingkat insidensi yang

pernah dilaporkan pada kasus infeksi menular seksual di Amerika Serikat

berkisar 4-5 kali lebih tinggi pada gonorrhea dan 100 kali lebih tinggi pada

sipilis.(Fan and Zhong, 2015; Mishori et al., 2012)

Gambar 2. Kasus infeksi Chlamydia trachomatis dan PID5 (Brunham


and Rappuoli, 2013).

Chlamydia trachomatis merupakan bakteri Gram negative yang

menginfeksi epitelium columnar cervix, uretra dan rectum. Menurut Center

for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2009, tingkat

infeksi Chlamydia trachomatis pada infeksi menular seksual berkisar 426

kasus per 100.000 penduduk atau berkisar 24% peningkatan kasus dari

tahun 2006 di Amerika Serikat. Kasus infeksi Chlamydia trachomatis juga


10

dilaporkan tinggi di Columbia. CDC memperkirakan 2,8 juta kasus infeksi

Chlamydia trachomatis pertahunnya di Amerika Serikat.(Mishori et al.,

2012)

Tingginya kasus infeksi Chlamydia trachomatis dinegara Columbia,

mengharuskan negera tersebut menjalankan program kesehatan

masyarakat untuk mengkontrol infeksi Chlamydia trachomatis. Usaha ini

terbukti telah memperbaiki kesehatan reproduksi wanita dan menunjukkan

penuruan kasus pelvic inflammatory disease (PID) sebanyak lebih dari

80% kasus (Gambar 2). (Brunham and Rappuoli, 2013)

I. Morfologi

Chlamydia trachomatis memiliki ukuran genom sekitar 500-1000

kilobase dan genom Chlamydia trachomatis serovar D merupakan genom

pertama yang secara lengkap diketahui. Genom serovar D mengandung

1.046.519-bp dan 7.493-bp plasmid.(Fan and Zhong, 2015)

Serovar Chlamydia trachomatis sudah diidentifikasi ada sebanyak

15 serovar atau serotipe, yaitu: A, B, Ba, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L1, L2

dan L3 (Tabel 2).(Fan and Zhong, 2015)

Chlamydia trachomatis memiliki asam ribonukleat (RNA) dan asam

deoksiribonukleat (DNA). Chlamydia trachomatis merupakan

mikroorganisme intraselular yang sangat sensitive terhadap suhu dan

harus disimpan dalam pendingin pada suhu 40C segera setelah sampel

diambil. Bakteri ini mempunyai dinding sel yang tidak dapat mensintesis
11

ATP, sehingga mengharuskan bakteri ini untuk hidup secara intraselular

sebagai parasite obligat intraselular.(Fan and Zhong, 2015)

Tabel 2. Patotipe dan serotype Chlamydia trachomatis (Fan and


Zhong, 2015)

Patotipe Serovar Transmisi Penyakit Akut Komplikasi


Okular A-C Kontak, Konjungtiva Trachomatous
Fomite (Trachoma) trichiasis, buta
Genital D-K Seksual Pria: uretritis,
epididymitis,
proctitis

Wanita: uretritis,
vaginitis, cervicitis,
endometritis,
salpingitis, proctitis
Perinatal Konjungtivitis bayi,
pneumonia
L1, L2, Seksual Ulkus genitalia,
L3 proctitis,
limpadenopati

DNA dan RNA terdapat pada elementary body (EB) dan reticulate

body (RB). RB berisi sekitar empat kali RNA dari pada DNA, sedangkan

EB sebagai besar DNA dikonsentrasikan pada nucleoid sentral yang

padat elektron (Gambar 3). (Fan and Zhong, 2015)


12

Gambar 3. Chlamydia trachomatis di dalam sel host: Lingkaran


merah adalah elementary body (EB) dan lingkaran biru adalah
reticulate body (RB). (Fan and Zhong, 2015)

II. Siklus Hidup

Chlamydia trachomatis memiliki siklus perkembangan bifasik yang

unik sama seperti Chlamydia lainnya, yang mana mengandung 2 bentuk

sel yang bertukar-tukar yaitu EB dan RB. EB merupakan sel yang tidak

membelah, infeksius dan berproliferasi, sedangkan RB merupakan sel

yang tidak infeksius dan memiliki ukuran diameter yang besar sekitar 300-

400nm (Gambar 4). (Fan and Zhong, 2015)

Elementary body merupakan bentuk disperse dan analog dengan

spora, stabil terhadap lingkungan. EB memiliki diameter ±0,3µm dengan

nuclear yang pada electron dan menginduksi endositosisnya sendiri bila

terpapar dengan sel target (Gambar 4). EB memiliki afinitas tinggi

terhadap sel host dan dengan cepat dapat menginfiltrasi sel host. Adesi
13

potensial yang lain terdiri dari major outer membrane protein (MOMP),

protein membrane luar yang utama, glycosylated MOMP dan protein

permukaan. Sesudah EB memasuki sel host ikatan disulfide dari protein

membrane EB. Saat di dalam endosome, glikogen diproduksi dan EB

berubah menjadi RB yang berukuran lebih besar yaitu sekitar 0,5-1 µm

dan tanpa nukleoid yang padat electron. RB bertambah besar ukurannya

dan membagi berulang-ulang dengan cara pembelahan biner setiap 2 jam

hingga 3 jam setiap generasi. RB mempunyai masa inkubasi 7-21 hari

pada host, tidak mempunyai dinding sel dan dideteksi sebagai suatu

inklusi sel. (Brooks et al., 2010; Fan and Zhong, 2015)

Gambar 4. Skema siklus perkembangan Chlamydia trachomatis.(Fan


and Zhong, 2015)
14

Vakuola yang tersisi akan terisi dengan EB yang didapat dari RB

untuk membentuk sebuah inklusi sitoplasma. RB berubah kembali menjadi

bentuk elementary dan dilepas dengan eksositosis. EB yang baru

terbentuk dibebaskan dari sel host untuk menginfeksi sel baru. Siklus

perkembangan ini berlangsung selama 24-48 jam. (Brooks et al., 2010;

Fan and Zhong, 2015)

III. Patogenesis

Penyakit yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang

merupakan pathogen intraseluler yang dapat menimbulkan inflamasi

kronis dan infeksi persiten. Mekanisme patologi yang mendasari

perkembangan penyakit ini belum diketahui dengan jelas. (Harryman et

al., 2014; Zenilman et al., 2013)

Chlamydia trachomatis menginfeksi epitelium mukosa traktus

genitalia pria dan wanita, rectum, konjungtiva serta tidak menutup

kemungkinan dapat menginfeksi faring karena oral seks juga dapat

menularkan mikroorganisme ini. Ada bukti yang menunjukkan bahwa

banyak individu yang terinfeksi Chlamydia trachomatis menujukkan hasil

tes pemeriskaan laboratorium yang negatif, rata-rata durasi wanita

terinfeksi asimtomatik sekitar 16-17 bulan. (Harryman et al., 2014)

Struktur dinding sel yang unik merupakan faktor virulensi dari

Chlamydia trachomatis. Kolonisasi Chlamydia trachomatis melekat pada

reseptor asam sialik pada mata, tenggorokan atau genitalia. Bakteri ini

menetap pada bagi tubuh yang tidak dapat dicapai oleh fagosit, sel T dan
15

sel β. Chlamydia trachomatis juga mempu menginhibisi fusi fagolisosom

pada fagosit. Dilaporkan lebih dari 20 tahun yang lalu bahwa EBs

Chlamydia trachomatis melekat pada sel epitel melalui heparin sulphate-

like proteoglycans (HSPG). Namun baru-baru ini Fibroblast Growth Factor-

2 (FGF2) dapat berikatan dengan Chlamydia trachomatis dan masuk

melalui serovar L2 dan E. Ikatan FGF2 secara langsung dengan EBs dan

berfungsi sebagai molekul perantara untuk memfasilitasi interaksi EBs

dengan reseptor FGF pada membrane sel. Mekanisme yang terjadi pada

infeksi Chlamydia trachomatis merupakan reaksi yang diperantarai oleh

sistem imunitas. (Fan and Zhong, 2015)

Infeksi Chlamydia trachomatis baru akan dideteksi jika telah

mensekresi actin-recruiting phosphor protein (TARP), yaitu berupa actin-

nucleatng protein yang akan masuk ke dalam sitoplasma sel host.

Kemudian akan terbentuk antibody yang selanjutnya menjadi actin-binding

TARP yang mampu memblok Chlamydia trachomatis untuk masuk ke sel

host. Kondisi sekresi TARP menunjukkan patogenik yang kritikal. TARP

memediasi masuknya Chlamydia trachomatis. Setelah 2 jam masuknya

EB Chlamydia trachomatis ke dalam sel host, EB bergerak ke dalam

microtubule organization centre (MTOC) yang berada di dalam apparatus

Golgi. Pergerakkan ini mengakibatkan sintesis protein Chlamydial baru

akibat transkripsi sel bakteri. (Fan and Zhong, 2015)

Peningkatan kasus infeksi Chlamydia trachomatis sebagai

penyebab tersering pada infeksi menular seksual membutuhkan


16

pengembang vaksin Chlamydia trachomatis yang efektif. Ada bukti bahwa

terdapat peran Sel B dan antibodi sebagai pertahanan tubuh dalam infeksi

Chlamydia trachomatis. Menurut penelitian yang dilakukan secara in vivo

pada hewan coba, bahwa transfer epitopes dari antibodi monoclonal dapat

melawan immunodominant epitopes, sepertei major outer membrane

protein (MOMP) yang dapat melindungan hewan coba dari infeksi

Chlamydia trachomatis pada saluran genitalia.(Li and Mcsorley, 2015)

IV. Manifestasis Klinis

Lebih dari 70% wanita dan 50% pria dengan infeksi Chlamydia

trachomatis adalah asimptomatis. Gejala yang dapat timbul tidak spesifik.

Wanita dapat mengeluhkan vaginal discharge yang abnormal atau disuria

atau mucopurulent cervicitis (Gambar 5). Gejala dapat timbul biasanya

dalam 1-3 minggu setelah terpapar. (Harryman et al., 2014)

Infeksi Chlamydia trachomatis gejala dapat berkembang menjadi

perdarahan rectum dan discharge. Gejala infeksi Chlamydia faringel

jarang terjadi. Kira-kira 1-3% akan berkembang menjadi sexually acquired

reactive arthritis (SARA). (Harryman et al., 2014; Zenilman et al., 2013)

Gejala yang dapat mengarahkan kecurigaan infeksi Chlamydia

trachomatis adalah:(Fritz and Speroff, 2011; Zenilman et al., 2013)

1. riwayat penyakit menular seksual

2. Dysuria

3. Keluarnya cairan mukopurulent dari uretra

4. Vaginal discharge
17

5. Nyeri perut bagian bawah

6. Adanya tegang pada perut bagian bawah

7. Keluarnya cairan yang mukopurulen dari rectum

Gambar 5. Mucopurulent cervicitis (Harryman et al., 2014)

V. Penatalaksanaan

Pengobatan lini pertama infeksi Chlamydia trachomatis adalah

azithromycin 1 g dosis tunggal atau doxycycline 100 mg per 12 jam

selama 7 hari. Pasien yang telah menjalani pengobatan dianjurkan untuk

menghindari kontak seksual meskipun menggunakan kondom, selama 7

hari setelah pengobatan dimulai dan begitu juga dengan pasangan

seksualnya, termasuk menghindari oral seksual. Alternatif pengobatan

yang lain dapat diberikan eritromisin 500 mg oral empat kali sehari dalam

7 hari, atau levofloxacin 500 mg oral setiap 24 jam selama 7 hari atau
18

ofloxacin 300 mg oral setiap 12 jam selama 7 hari. (Center Disease

Control and Prevention, 2015; Harryman et al., 2014)

Pengobatan infeksi Chlamydia trachomatis mencegah komplikasi

kesehatan reproduksi dan menularkan melalui transmisi seksual dan

mengobati pasangan seksual yang dapat mencegah infeksi kembali dan

infeksi ke pasangan seksual yang lain. Pengobatan Chlamydia

trachomatis harus disegarakan pada semua pasien dengan hasil tes

laboratorium positif.(Center Disease Control and Prevention, 2015)

Doxycycline kontraindikasi pada kehamilan trimester ke-2 dan ke-3.

Menurut data bahwa ofloxacin dan levofloxacin menunjukkan risiko yang

rendah pada fetus selama kehamilan, namun toksik selama menyusui,

dan menunjukkan kerusakan kartilago neonatus pada penelitian studi

hewan coba. Penggunaan azithromycin lebih aman dan efektif pada ibu

hamil. Rekomendasi regimen yang dianjurkan azithromycin 1 g oral dosis

tunggal. Alternative regimen pada ibu hamil dapat diberikan amoxicilling

500 mg oral per 8 jam selama 7 hari atau eritromisin 500 mg oral per 6

jam selama 7 hari.(Center Disease Control and Prevention, 2015)

VI. Pencegahan

Hal yang dapat dianjurkan kepada pasien sebagi pencegahan,

yaitu:(Marrazzo et al., 2013)

1. Gunakan kondom sebagai proteksi selama melakukan aktivitas

seksual.

2. Semua kontak seksual untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.


19

3. Melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual lainnya.

C. Tes Diagnostik

Spesimen untuk pemeriksaan langsung dari biakan dikumpulkan

dari tempat yang terinfeksi dengan swab atau kerokan dari permukaan sel

epitel yang terkena. Biakan dari discharge purulent tidak adekuat, dan

material purulent harus disingkirkan sebelum mengambil spesimen.

Beberapa lokasi pengambilan swab, terdiri dari:(Chernesky, 2005;

Hospital and Clinics of Minnesota, 2013)

1. Untuk urethritis, swab spesimen diambil dari beberapa sentimeter ke

dalam uretra

2. Untuk cervicitis, spesimen diambil dari permukaan sel kolumner dari

kanal endoservikal

3. Kerokan endometrium merupakan sampel yang baik

Namun pengambilan swab vagina dapat mengurangi hambatan

pemeriksaan karena menawarkan kenyamanan, meningkatkan

kenyamanan dan menghilangkan faktor takut. Beberapa keuntungan lain

dari spesimen swab vagina antar lain:(Roche Diagnostics Corporation,

2014)

1. Spesimen swab vagina merupakan jenis pengambilan spesimen yang

lebih disukai pasien dan memiliki sensitivitas yang sama dengan

spesimen swab cervikal, serta tidak perbedaan spesifisitas. Sampel

servikal di ambil ketika pemeriksan panggul selesai dilakukan, namun


20

spesimen swab vagina dapat dilakukan pada saat pemeriksaan

panggul sedang dilakukan

2. Spesimen swab vagina dianjurkan apabila dilakuan pemeriksaan

menggunakan Nucleic Acid Amplification Test (NAATS)

Swab, kerokan dan spesimen jaringan sebaiknya ditempatkan

dalam medium transport. Medium yang dipakai mempunyai sukrosa 0,2

mol/L dalam buffer fosfat 0,02 M, Ph 7,0-7,2 dengan 5% serum janin anak

sapi. Media transport sebaiknya mengandung antibiotic untuk menekan

bakteri selain spesies Chlamydia trachomatis. Gentamycin 10 µg/mL,

Vancomycin 100µg/mL dan amphotericin B 4µg/mL dapat dipakai dalam

kombinasi karena antibiotik ini tidak menghambat Chlamydia trachomatis.

Spesimen yang tidak dapat diproses dengan segera, dapat dimasukkan

ke dalam lemari pendingan selama 24 jam, sebaiknya dibekukan pada

suhu -60 0C.(Chernesky, 2005; Obstetrics LOP Committee, 2011)

Sampel yang adekuat adalah mengandung sedikitnya satu sel

kolumnar atau sel metaplastik setiap sediaan, sampel tidak adekuat bila

salah satu atau lebih dari yang tersebut berikut: 1) Tidak ada komponen

sel; 2) Tidak ada sel kolumnar atau metaplastik; 3) Hanya ada sel epitel

skuamosa atau polimorfonuklear. Rekomendasi sampel berdasarkan

metode yang digunakan untuk pemeriksaan Chlamydia trachomatis

disajikan pada Tabel 3. Pemeriksaan terdiri dari mikroskopis, kultur,

metode diagnostik antigen detection (AD), nucleic acid hybridization


21

(NAH) dan nucleic acid amplification (NAA). (Chernesky, 2005; Hospital

and Clinics of Minnesota, 2013; Obstetrics LOP Committee, 2011)

I. Kultur

Kultur adalah prosedur yang hanya dianjurkan untuk

mengkonfirmasi adanya organisme. Antigen, nucleic acid atau antibody

dapat menunjukkan hasil yang lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan

yang lain. Metode kultur biasanya dilakukan terbatas pada penelitian dan

bukan pemeriksaan rutin pada pasien. (Chernesky, 2005; Zenilman et al.,

2013)

Kebanyakkan tidak semua Chlamydia dapat tumbuh pada kultur sel

akibat inoculum yang tidak adekuat. Sel McCoy ditumbuhkan dalam

monolayers diatas coverslips pada dram atau shell vial. Beberapa

laboratorium menggunakan nampan mikordilusi yang bagian bawahnya

datar, tetapi kultur dengan metode ini tidak sensitif seperti metode shell

vial. Sel McCoy diberi cycloheximid untuk menghambat metabolismenya

dan meningkatkan kepekaan terhadap isolasi chlamidia. Inoculum dari

spsimen usapan disentrifugasi dalam monolayer dan disimpan pada suhu

35-37 0C selama 48-72 jam. Monolayer kedua dapat diinokulasikan dan

sesudah inkubasi ditanam pada monolayer yang lain untuk meningkatkan

kepakaanya. Monolayer diperiksa dengan immunofluorescence langsung

untuk melihat inklusi sitoplasma. (Chernesky, 2005)


22

II. Nucleic acid amplification

Metode nucleic acid amplification (NAA) terdiri dari amplifying

urutan DNA atau RNA Chlamydia trachomatis menggunakan polymerase

chain reaction (PCR), transcription-mediated amplification (TMA) atau

strand displacement amplification (SDA). Tes metode diagnostik ini lebih

sensitif dan spesifik dari pada metode kultur sel (Tabel 3). (Chernesky,

2005; Zenilman et al., 2013)

Keuntungan lain pemeriksaan NAAT (PCR, TMA atau SDA) adalah

mampu mendeteksi Chlamydia trachomatis pada sampel urin. Menurut

data dari 29 penelitian. (Zenilman et al., 2013)

III. Deteksi antigen dan metode genetic probe

Deteksi antigen dan metode genetic probe merupakan pemeriksan

yang invasif, menggunakan swab cervix atau urethra. Sensitifitas dari

metode deteksi antigen 80-95% dibandingkan kultur. Sementara metode

genetic probe memiliki sensitifitas 80-95% (Zenilman et al., 2013)

IV. Pemeriksaan Chlamydia rapid

Meskipun pemeriksaan NAAT menggantikan metode kultur sebagai

gold standar baru, namun tidak selalu tersedia. Selain itu, pemeriksaan

NAA sangat mahal. Beberapa pemeriksaan immunoassay telah banyak

berkembang, dengan dasar ikatan monoclonal antibody dengan antigen

Chlamydia trachomatis dari spesimen. (Zenilman et al., 2013)


23

Tabel 3. Rekomendasi metode diagnostik berdasarkan tipe spesimen


untuk Chlamydia trachomatis. (Chernesky, 2005)

Spesimen Mikroskopi Kultur Metode AD NAH NAA


Konjungtiva + + + + -
Nasofaringel - + - - +
Cervical - + + + +
Uretra - + + + +
Rektal - + + - +
Vulval - - - - +
Vaginal - - - - +
introitus - - - - +
Meatus - - - - +
Urine - - - - +
Pus - + - - +
Semen - - - - +
24

D. Kerangka Teori

Faktor Etiologi infertilitas


1. Faktor pria
2. Faktor kedua pria dan wanita
3. Faktor wanita
4. Infertilitas tidak dapat dijelaskan
5. Faktor lain : immunologi, psikologi

Kultur

Nucleic acid amplification


Infeksi Chlamydia Tes Deteksi antigen dan
trachomatis (5) Diagnostik metode genetic probe

Pemeriksaan
Chlamydia rapid

Kerusakan atau osbtruksi Pelvic Inflamantory Diseases (PID)


tuba fallopii (faktor tuba)

Infertilitas

Keterangan :

: Faktor yang tidak di teliti

: Faktor yang di teliti

Gambar 6. Kerangka teori


25

E. Kerangka Konsep

Infeksi Chlamydia
Infertilitas
trachomatis

Heat shock Reaksi actin-recruiting


protein imunitas phosphor protein

Keterangan

: Faktor yang tidak di teliti

: Faktor yang di teliti

: Variabel Tergantung

: Variabel Bebas

: Variabel antara

Gambar 7. Kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

sectional survey untuk mengetahui jumlah penderita infeksi Chlamydia

trachomatis pada wanita fertil dan infertil serta hubungan infeksi

Chlamydia trachomatis terhadap infertilitas pada wanita .

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo dan jejaring. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan

Desember 2016 sampai Maret 2017.

C. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian adalah pasien dengan masalah infertil

yang datang berobat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah

sakit jejaring.

D. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel penelitian adalah pasien dengan masalah infertil yang

datang berobat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit


27

jejaring yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutive random

sampling. Sebagai kelompok kontrol adalah pasien yang fertil.

E. Perkiraan Besaran Sampel

Besarnya sampel diambil dengan menggunakan rumus

n = (Zα + Zβ).Sd

Zα = Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai

α yang ditentukan (α = 0,05) → Zα = 1,96

Zβ = Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai

β yang ditentukan (α = 0,15) → Zβ = 1,03

Sd = Rerata simpangan baku

d = Presisi (tingkat ketepatan) = 0,05

Perkiraan besarnya sampel minimal adalah 40 untuk masing-

masing kelompok.

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

A. Sampel

1) Wanita usia reproduktif (15-49 th), telah menikah minimal 1 tahun,

belum mempunyai anak atau pernah memiliki anak minimal 1 tahun

tanpa riwayat pemakaian kontrasepsi


28

2) Suami sampel dinyatakan fertil

3) Tidak ada riwayat mengalami gangguan haid

4) Tidak ada riwayat operasi kehamilan ektopik, apendik, pelvis atau

tuba

5) Tidak ada riwayat penyakit ginekologik atau kelainan anatomi pada

traktus genitalis

6) Pasien bersedia mengikuti penelitian

B. Kontrol

1) Wanita usia reproduktif, telah menikah dan memiliki anak

2) Pasien bersedia mengikuti penelitian

2. Kriteria Eksklusi

1) Sampel mengalami kerusakan pada saat pengiriman

2) Sampel tidak dapat terdeteksi pada pemeriksaan PCR

G. Ijin Penelitian dan Kelayakan Etik

Peneliti meminta kelayakan etik (ethical clearance) sebelum

penelitian ini dilakukan kepada komisi etik penelitian biomedik pada

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Sebelum pasien

menandatangani surat izin penelitian (informed consent) sebagai protokol,

pasien diberikan penjelasan secara lisan dan tertulis tentang latar

belakang, maksud dan tujuan penelitian. Keikutsertaan pasien dalam

penelitian dilakukan secara sukarela dengan tetap mengutamakan

pelayanan dan selalu mengindahkan cara-cara etik yang berlaku


29

H. Cara Kerja

1. Alokasi Subyek

Subyek adalah wanita usia reproduktif yang bersedia ikut

penelitian dan memenuhi kriteria inklusi.

2. Cara Kerja

a. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu K-Y Jelly, kapas alkohol

7%, kapas kering, disinfeksitan dan garam fisiologis, reaction vessels,

pipette tipe 1000 uL, reagent vessels, deep-weel plates, masterix tube,

pipette tips 200 uL, 96-well optical plates, optical covers, abbott sample

preparation system DNA, abbott realtime CT control kit, abbott realtime

CT Amplification reagent kit dan multi-collect spesimen collection

kit.(Abbot Molecular, 2005; Qiagen, 2010)

b. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1) Spekulum steril; 2)

APD lengkap; 3) Lampu pemeriksaan; 4) CareCT PCR Kit I; 5) HC

Swab Specimen Collection Kit; 6) Sarung tangan; 7) Spuit 3 cc; 8)

Baskom; 9) Tabung reaksi yang telah ditutup kapas berlemak; 10)

QiaAmp DNA Mini Kit; (Abbot Molecular, 2005; Qiagen, 2010)


30

c. Prosedur pengumpulan data

1) Diagnosis infertil

Pasien usia reproduktif yang tidak mengalami kehamilan dalam

minimal 1 tahun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa

proteksi dan tanpa metode kontrasepsi.

2) Prosedur pengambilan swab vagina

Pasien terlebih dahulu diberikan informasi tentang tujuan tindakan

pengambilan swab vagina. Selanjutnya pasien disuruh berbaring

pada kursi yang telah disiapkan khusus untuk pengambilan sampel

swab vagina dengan menekuk lutut hingga dekat paha. Labia

mayora di bersihkan dengan garam fisiologis.(Obstetrics LOP

Committee, 2011)

Gambar 8. Prosedur swab vagina. (APTIMA, 2013)


31

Kemudian masukkan cocor bebek ke lubang vagina, buka cocor

bebek hingga terlihat cervix, lalu oleskan lidi kapas pada bagian

tersebut sebanyak dua kali pengambilan. Setelah itu, kembalikan

posisi cocor bebek pada posisi semula, keluarkan perlahan dan

rendam pada baskom yang berisi disinfektan. Lalu lidi kapas

dimasukkan pada tabung reaksi dan ditutup rapat dengan kapas

berlemak yang terbungkus kertas perkamen.(Obstetrics LOP

Committee, 2011) Spesimen swab vaginal harus ditransport ke

laboratorium dengan suhu 20C hingga 300C dan diperiksa paling

lama 60 hari setelah dilakukan pengambilan spesimen. Namun bila

disimpan pada suhu minus 20 0C hingga minus 700C dapat disimpan

sampai 12 bulan setelah pengambilan Spesimen.(APTIMA, 2013;

Obstetrics LOP Committee, 2011)

3) Prosedur pemeriksaan DNA Chlamydia trachomatis

Pemeriksaan DNA Chlamydia trachomatis dilakukan dengan teknik

amplifikasi nukleat yaitu polymerase chain reaction (PCR). Test ini

memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.(Abbot Molecular,

2005; Jaton et al., 2006; Qiagen, 2010; Tayoun et al., 2015)

Prosedur pemeriksaan PCR dilakukan tahap sebagai berikut:

a) Membuat PCR mix, 20µl/tabung

b) Masukkan 5µl sampel (ekstrak DNA) ke dalam PCR mix

c) Amplifikasi yang digunakan adalah dengan thermocycler (Techne-

Flexigen, TC-412, Cambride-UK)


32

d) Menjalankan mesin PCR dengan program sebagai berikut:

 Denaturasi 950C selama 1 menit

 Annealing 550C selama 1 menit

 Elongasi 720C selama 15 menit

 Dilakukan dalam 40 siklus

e) Evaluasi/deteksi hasil PCR:

 Memasukkan hasil PCR sebanyak 10µl ke dalam plate Elisa

 Menambahkan reagen deteksi sebanyak 50µl. Inkubasi 30

menit pada temperature kamar

 Mencuci dengan PBS-T 3 kali

 Menambahkan substrat 50µl. Inkubasi 30 menit

 Tambahkan stop reaction 50µl

 Baca dengan ELISA Reader pada OD 450 nm

Gambar 9. PCR amplifier DNA. (Biozatix, 2014)


33

I. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini beberapa variabel dapat diidentifikasi

berdasarkan peran dan skalanya :

1. Variabel bebas adalah DNA Chlamydia trachomatis

2. Variabel tergantung adalah infertilitas

J. Hipotesis Penelitian

1. Jumlah penderita infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita infertil

lebih tinggi di bandingkan dengan wanita fertil

2. Terdapat hubungan antara infeksi Chlamydia trachomatis dengan

infertilitas pada wanita

K. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

a. Definisi Operasional

1. Pemeriksaan DNA Chlamydia trachomatis: Pemeriksaan Chlamydia

trachomatis menggunakan reagen untuk menentukan ada tidaknya

infeksi Chlamydia trachomatis

2. Infertilitas: Kelompok wanita yang gagal mendapatkan kehamilan

sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara

teratur tanpa menggunakan kontrasepsi.

3. Wanita usia reproduktif merupakan wanita yang berusia 15-49

tahun dan masih dapat memiliki keturunan.


34

4. Suami fertil jika riwayat pernah menikah dan memiliki anak

sebelumnya dan telah dilakukan analisis sperma dalam maksimal 3

bulan terakhir.

b. Kriteria Obyektif

1. DNA Chlamydia trachomatis

a) Positif

b) Negatif

2. Infertilitas

c) Fertil

d) Infertil
35

L. Alur Penelitian

Ethical clearance

Pasien yang berobat di Rumah Sakit Wahidin


Sudirohusodo dan jejaring

Informed consent
(80 pasien)

Infertil (40 pasien) Fertil (40 pasien)

Pemeriksaan DNA Pemeriksaan DNA


Chlamydia trachomatis Chlamydia trachomatis

Positif Negatif Positif Negatif


(7 orang) (33 orang) (1 orang) (39 orang)

Analisis penelitian

Gambar 10. Alur penelitian


36

M. Metode Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square untuk

membandingkan data. Dikatakan terdapat hubungan yang bermakna bila

nilai p < 0,05. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan program

komputer dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.(Notoatmodjo S.,

2010)

N. Jadwal Penelitian

Persiapan : Januari 2016

Pengumpulan data : Desember 2016 – Maret 2017

Pengolahan data : Maret 2017

Penulisan laporan : April 2017

Lama penelitian : 5 bulan

N. Personalia Penelitian

Pelaksana : dr Alexander Marvin

Pembantu Pelaksana : PPDS Obgin FK Unhas

Pembimbing Utama : Dr dr Mardiah Tahir SpOG(K)

Pembimbing Kedua : Dr dr Sharvianty Arifuddin SpOG(K)

Penyanggah Satu : dr Umar Malinta SpOG(K)

Penyanggah Kedua : Prof Dr dr John Rambulangi SpOG(K)

Pembimbing Statistik : Dr.dr st Maisuri T Chalid SpOG(K)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu bulan Desember

2016 sampai Maret 2017 di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan

jejaring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah

penderita infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita fertil dan infertil di

Makassar. Pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode consecutive random sampling. Total sampel yang

diperoleh sebanyak 80 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi, dengan 40 sampel kelompok infertil sebagai kelompok kasus dan

40 sampel kelompok fertil sebagai kelompok kontrol. Tidak terdapat

sampel yang masuk kriteria ekslusi pada penelitian ini.


38

1. Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dapat diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Sampel Penelitian

Kelompok
Jumlah
Karakteristik Infertil Fertil
n % n % n %
Usia
a. 15-30 tahun 15 37.5 17 42.5 32 40.0
b. 31-40 tahun 25 62.5 17 42.5 42 52.5
c. > 40 tahun 0 0.0 6 15.0 6 7.5
Pekerjaan
a. Tidak bekerja 24 60 30 75 54 67,5
b. Bekerja 16 40 10 25 26 32,5
Pendidikan
a. < SMA 12 30.0 12 30.0 24 30.0
b. ≥ SMA 28 70.0 28 70.0 56 70.0
RIwayat Kontrasepsi
a. Pakai 6 15.0 9 22.5 15 18.8
b. Tidak pakai 34 85.0 31 77.5 65 81.2
Lama Menikah
a. ≤ 5 tahun 17 42,5 15 37,5 32 40,0
b. 6-10 tahun 12 30,0 18 45,0 30 37,5
c. > 10 tahun 11 27,5 7 17,5 18 22,5

Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian

besar sampel berusia dengan rentang 15-30 tahun dan 31-40 tahun yang

masing-masing berjumlah 32 orang (40,0%) dan 42 orang (52,5%), serta

paling banyak sampel tidak bekerja 54 orang (67,5%) dan berpendidikan


39

di atas jenjang sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 56 orang

(70,0%). Selain itu, sampel pada penelitian ini cenderung tidak memakai

kontrasepsi 65 orang (81,2%) dan banyak yang telah menikah pada usia

pernikahan ≤5 tahun sebanyak 32 orang (40,0%) dimana terdapat 17

orang yang mengalami infertilitas.

2. Hubungan Vaginal Discharge Terhadap Infeksi Chlamydia


trachomatis

Hasil penelitian hubungan vaginal discharge dengan infeksi


Chlamydia trachomatis pada wanita infertil dapat dilihat pada Tabel 5 di
bawah ini.

Tabel 5. Hubungan vaginal discharge terhadap infeksi Chlamydia


trachomatis

PCR
Nilai
Vaginal Tidak Jumlah
Kelompok Terdeteksi p
Discharge Terdeteksi
n % n % n %
Ada 2 25.0 6 75.0 8 100
Wanita infertil 0.611
Tidak Ada 5 15.6 27 84.4 32 100
Ada 0 0.0 8 100.0 8 100
Wanita fertil 1.000
Tidak Ada 1 3.1 31 96.9 32 100

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien dengan masalah

infertil yang ingin berobat masalah infertil di Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo dan jejaring sebanyak 40 orang dimana hanya 8 orang

yang mengeluh dengan vaginal discharge (20 %) sedangkan wanita fertil


40

dari 40 orang juga didapatkan 8 orang yang mengeluh vaginal discharge

(20). Dari 8 pasien infertil yang datang dengan keluhan vaginal discharge

hanya ditemukan 2 orang (25,0%) terdeteksi DNA Chlamydia trachomatis,

sedangkan pada wanita fertil yang mengalami vaginal discharge

semuanya tidak dideteksi DNA Chlamydia trachomatis. 5 pasien infertil

yang terdeteksi Chlamydia trachomatis tidak pernah mengeluh adanya

vaginal discharge. Berdasarkan perhitungan statistik juga ditemukan tidak

ada hubungan bermakna antara infeksi Chlamydia trachomatis dengan

vaginal discharge (nilai p =0,611)

5 (71,42 %)

2 (28,57 %)
1 (100 %)

Gambar 11. Gambaran vaginal discharge pada pasien dengan infeksi


Chlamydia trachomatis

Berdasarkan Gambar 11. menunjukkan bahwa dari 1 pasien fertil

yang terdeteksi dengan Chlamydia trachomatis ternyata tidak mengalami

vaginal discharge. Sedangkan kelompok infertil yang terdeteksi dengan

infeksi Chlamydia trachomatis sejumlah 7 orang, hanya 2 orang yang


41

mengeluh vaginal discharge (28,57%). Hal ini menunjukan bahwa vaginal

discharge tidak memiliki hubungan dengan infeksi Chlamydia trachomatis

yang sesuai dengan teori bahwa infeksi Chlamydia trachomatis pada

wanita bersifat asimptomatik

3. Hubungan infeksi primer atau sekunder dengan infeksi Chlamydia


trachomatis

Hasil penelitian hubungan infeksi primer atau sekunder dengan


infeksi Chlamydia trachomatis dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hubungan infeksi primer atau sekunder dengan infeksi


Chlamydia trachomatis

PCR
Tidak Jumlah Nilai PR
Infertil Terdeteksi
Terdeteksi p (95% CI)
n % n % n %
Primer 6 18.8 26 81.3 32 100
1.500
Sekunder 1 12.5 7 87.5 8 100 1.000
(0.209-10.758)
Jumlah 7 17.5 33 82.5 40 100

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan

menggunakan Chi-square pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value

1,000 (p>0,05) sehingga tidak ada hubungan infeksi primer atau sekunder

dengan infeksi Chlamydia trachomatis meskipun jumlah infeksi Chlamydia

trachomatis lebih banyak ditemukan pada infertil primer dibandingkan

dengan infertil sekunder. Perlunya sampel infertil primer dan infertil

sekunder sehingga dapat menunjukkan ada atau tidaknya hubungan

infeksi Chlamydia trachomatis dengan infertil primer dan sekunder.


42

4. Perbandingan jumlah penderita infeksi Chlamydia trachomatis


antara wanita infertil dengan fertil serta hubungan antara
infertilitas dengan infeksi Chlamydia trachomatis

Hasil penelitian hubungan infeksi Chlamydia trachomatis terhadap


terjadinya infertilitas dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Hubungan infeksi Chlamydia trachomatis terhadap


terjadinya infertilitas

PCR
Tidak Jumlah
Kelompok Terdeteksi Nilai p
Terdeteksi
n % n % n %
Wanita Infertil 7 17.5 33 82.5 40 100.0
Wanita fertil 1 2.5 39 97.5 40 100.0 0.057
Jumlah 8 10.0 72 90.0 80 100.0

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan

menggunakan Chi-square pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value

0,057 (p>0,05) sehingga tidak ada hubungan infeksi Chlamydia

trachomatis terhadap terjadinya infertilitas secara statistik meskipun

jumlah infeksi Chlamydia trachomatis lebih banyak pada wanita inferti. Hal

menunjukan perlunya sampel lebih banyak lagi untuk menunjukan

prevalensi infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita infertil.

Hasil penelitian perbandingan sampel yang terinfeksi Chlamydia

trachomatis pada wanita fertil dan infertil dapat dilihat pada Gambar 11 di

bawah ini.
43

Gambar 12. Perbandingan jumlah penderita infeksi Chlamydia


trachomatis pada wanita fertil dan infertil

Berdasarkan Gambar 12. menunjukkan bahwa perbandingan

jumlah sampel dengan hasil pemeriksaan positif (terdeteksi) terhadap

DNA Chlamydia trachomatis pada pemeriksaan PCR swap vagina lebih

tinggi pada kelompok infertil yaitu sebanyak 17,5% dan pada kelompok

fertil sebanyak 2,5%. Sedangkan hasil pemeriksaan negatif (tidak

terdeteksi) terhadap DNA Chlamydia trachomatis pada pemeriksaan PCR

swap vagina lebih tinggi pada kelompok fertil yaitu sebanyak 97,5%. Hal

ini menunjukkan bahwa infeksi Chlamydia trachomatis lebih cenderung

ditemukan pada wanita infertil dibandingan dengan wanita fertil.


44

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai Maret

2017. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara langsung

dari pasien dengan masalah infertil yang ingin berobat masalah infertil di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan jejaring. Pemeriksaan DNA

Chlamydia trachomatis dilakukan dengan teknik amplifikasi nukleat yaitu

polymerase chain reaction (PCR) di Laboratorium Klinik Prodia Makassar.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan 80 sampel penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita infertil

paling banyak pada rentang usia 31-40 tahun yang berjumlah 42 orang

(52,5%). Hal ini sesuai dengan data National Center for Health Statistics

Amerika Serikat bahwa wanita infertil yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan paling banyak pada rentang 35-39 tahun (24,7%) dan 40-44

tahun (29,7%), sedangkan pada rentang 15-29 tahun dan 30-34 tahun

cenderung lebih sedikit yaitu masing-masing sekitar 8,1% dan

9,1%.(Nasional Survey of Family Growth, 2013) Meskipun demikian,

Indonesia merupakan negara di Asia yang memiliki jumlah wanita usia

subur (WUS) tertinggi yaitu 65%, bila dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN lainya seperti WUS Vietnam 25,3%, WUS Filipina 23%

dan WUS Thailand 17,9%. Sementara nilai total fertility rate (TFR) di

Indonesia masih lebih rendah daripada TFR rata-rata negara ASEAN

dengan angka infertilitas 16,8% pada rentang usia 25-29 tahun. Hal
45

menunjukkan bahwa infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia.(Hestiantoro, 2013; Primadi, 2013)

Pada penelitian ini usia tidak diteliti hubungannya dengan angka

kejadian infeksi Chlamydia trachomatis pada infertilitas meskipun pada

penelitian yang dilakukan oleh Kavanagh et al. (2013) ditemukan bahwa

terdapat hubungan antara usia dengan infeksi Chlamydia trachomatis

pada pasien infertil dan merupakan faktor risiko terjadi tubal factor

infertility (TFI) yang diikuti oleh infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita

di Skotlandia.(Kavanagh et al., 2013) Hubungan usia dengan infeksi

Chlamydia trachomatis sering dihubungan dengan perilaku seksual.

Menurut Menon et al. (2016) menyatakan bahwa perilaku seksual dengan

banyak pertner seksual secara signifikan meningkatkan risiko infeksi

Chlamydia trachomatis. Wanita infertilitas dengan infeksi Chlamydia

trachomatis diperkirakan sekitar 37% memiliki partner seksual 3 orang

atau lebih dalam waktu 42 bulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa vaginal discharge tidak

memiliki hubungan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Geisler et al. (2015)

bahwa vaginal discharge yang abnormal tidak memiliki hubungan dengan

infeksi Chlamydia trachomatis pada nilai p=0,85.(Geisler et al., 2015)

Namun, menurut penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Zemouri et

al. (2016) mendapatkan hasil yang berbeda bahwa gejala vaginal

discharge dapat digunakan untuk menentukan infeksi vaginal oleh


46

Chlamydia trachomatis dan vaginal discharge flowchart memiliki tingkat

pencapaian hasil yang baik dengan sensitivitas sekitar 91,68%,

spesifisitas 99,97% dan positive predictive value (PPV) 99,93%.(Zemouri

et al., 2016) Sedangkan, bila dilihat dari kecenderungan persentase

vaginal discharge terhadap infeksi Chlamydia trachomatis seperti pada

Gambar 10, didapatkan bahwa vaginal discharge lebih cenderung terjadi

pada kelompok wanita infertil. Hal yang sama juga disampaikan oleh

penelitian Geisler et al. (2015) bahwa vaginal discharge lebih sering

ditemukan sebagai simptomatis infeksi urogenital sekitar 54 pasien dari

109 total pasien atau sekitar 50%.(Geisler et al., 2015) Menurut Wangnapi

et al. (2014) bahwa vaginal discharge dapat dijadikan diagnosis

simptomatis sekitar 26,5% infeksi vaginalis termasuk yang disebabkan

oleh Chlamydia trachomatis.(Wangnapi et al., 2015)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

infeksi primer atau sekunder dengan infeksi Chlamydia trachomatis

meskipun jumlah infeksi Chlamydia trachomatis lebih banyak ditemukan

pada infertil primer dibandingkan dengan infertil sekunder. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et al. di Aligarh

bahwa dari 52 kasus infertil simtomatik (47,3%) ditemukan 28 (54%) kasus

infertil primer dan 24 (46%) infertil sekunder. Selain itu dari 100 kasus

infertil, Malik et al. menemukan 74 kasus ditemukan infertil primer dan 36

kasus ditemukan infertil sekunder.(Malik et al., 2012) Hasil penelitian ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lavorato et al. (2015)
47

bahwa tidak ada hubungan signifikan antara infeksi Chlamydia

trachomatis dengan infertilitas primer dan sekunder dengan nilai p=0,736.

Didapatkan dari penelitian ini bahwa tidak ada hubungan infeksi

Chlamydia trachomatis terhadap terjadinya infertilitas Namun dari sampel

yang diteliti didapatkan bahwa infeksi Chlamydia trachomatis lebih banyak

pada wanita infertil dibandingkan dengan wanita fertil. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Verweij et al. (2015) bahwa

antibodi Chlamydia trachomatis secara signifikan sering ditemukan pada

kelompok wanita infertil yang menderita TFI dengan nilai

p<0,0001.(Verweij et al., 2015) Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian

Menon et al. (2016) bahwa terdapat respon proinflamasi CXCL 10,

CXCL11, HLA-A dan IL-1β yang diinduksi oleh sel mononuclear pada

wanita dengan infeksi pada Chlamydia trachomatis berhubungan dengan

terjadinya infertilitas dan hal ini diduga mendasari terjadinya infertilitas

pada infeksi Chlamydia trachomatis.

Menurut Menon et al. (2015) bahwa terjadinya interaksi pathogen

dan host sehingga berkembangnya infertilitas pada infeksi Chlamydia

trachomatis disebabkan oleh infeksi asenden ke saluran reproduksi

bagian atas pada beberapa wanita sehingga berkembang terjadinya

patologi tuba. Hal ini dibuktikan dengan adanya deteksi positif DNA

Chlamydia trachomatis pada endometrium, tuba fallopi dan ovarium

sekitar 56% pada wanita dengan kehamilan ektopik atau TFI. Selain itu,

ada juga dugaan bahwa delayed hipersensitivitas yang diinduksi oleh


48

cHSP60 antigen Chlamydia yang dapat meniadakan respon aktivitas

imunitas selama berkembangnya kondisi patologi.(Menon et al., 2015)

Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian Marvast et al. (2016)

dengan masa follow-up pasien selama 24 bulan didapatkan bahwa infeksi

Chlamydia trachomatis yang dideteksi pada 250 wanita infertil di Iran

ditemukan sekitar 15,6% menunjukkan hasil serologi IgG positif. Penelitian

ini juga menyimpulkan bahwa adanya risiko TFI pada pasien dengan

infeksi Chlamydia trachomatis.(Dehghan Marvast et al., 2016) Sementara

penelitian Zhu et al. (2017) mendapatkan bahwa adanya tingkat insidensi

infeksi Chlamydia trachomatis yang lebih tinggi pada wanita infertil

disebabkan oleh peningkatan risiko infeksi secara anatomi dan tingginya

risiko infeksi menular seksual (IMS) pada wanita.(Zhu et al., 2017)

Tingginya angka penderita Chlamydia trachomatis pada wanita

infertil di bandingkan wanita fertil juga di temukan pada penelitian yang

dilakukan di Surabaya. Pada penelitian di Surabaya Chlamydia

trachomatis ditemukan pada tuba yang mengalami kerusakan pada wanita

infertil yang dilakukan laparaskopi sebesar 14,8%. Hal ini menunjukan

bahwa Chlamydia trachomatis menyebabkan kerusakan pada tuba

sehingga menyebabkan infertilitas.(Sariroh and Primariawan, 2015)

Rumah Sakit Cipto Mangukusumo juga pernah melakukan

penelitian tentang Chlamydia trachomatis dan didapatkan penderita

Chlamydia trachomatis di jaringan tuba dan servix pada 25 pasien infertil

adalah 16 persen (4/25). Hasil ini hampir sama dengan yang ditemukan di
49

Makassar yaitu 17,5 % (7/40). Hal ini menunjukan masih tinggi angka

kejadian Chlamydia trachomatis di kota-kota besar di Indonesia.

Terdapat beberapa kekurangan yang terjadi selama penelitian

seperti jumlah sampel yang terlalu kecil sehingga sulit mengetahui

prevalensi Chlamydia trachomatis pada wanita infertil di Makassar. Selain

itu juga waktu penelitian yang terlalu singkat karena keterbatasan waktu

peneliti. Harga pemeriksaan PCR Chlamydia trachomatis yang masih

terlalu mahal sehingga sulit untuk dijadikan pemeriksaaan rutin pada

wanita infertil di Makassar. Selain itu, desian penelitian ini merupakan

penelitian dengan desain cross sectional survey dimana peneliti

melakukan penelitian terhadap variabel hanya satu kali. Banyak faktor lain

yang tidak diteliti yang berhubungan dengan infertilitas.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara infeksi Chlamydia

trachomatis terhadap terjadinya infertilitas pada penelitian ini juga dapat

disebabkan adanya multifaktor lain, yang tidak diperiksa pada penelitian

ini seperti heat shock protein dan translocated actin recruiting phosphor

protein (TARP) yang disintesis selama infeksi dan dapat menunjukkan

patogenik yang kritikal.(Mehlitz and Rudel, 2013)

Hasil penelitian ini bebeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Malik et al. (2012) di Aligarh pada 130 wanita infertil, dimana ditemukan

31 kasus terinfeksi Chlamydia trachomatis dan terdapat hubungan

signifikan antara infeksi Chlamydia trachomatis dengan infertilitas dengan

p<0,01.(Malik et al., 2012) Perbedaan hasil ini disebabkan karena jumlah


50

sampel kasus pada penelitian Malik et al. lebih banyak yaitu sebanyak 130

kasus, jumlah sampel kelompok kontrol (30 sampel) tidak sama dengan

jumlah sampel kelompok kasus (100 sampel), dan metode pemeriksaan

Chlamydia trachomatis dilakukan dengna 2 metode yaitu teknik kultur dan

monoclonal antibody test. Semantara pada penelitian kami, sampel hanya

berjumlah 40 kasus, jumlah kelompok kasus dan kelompok kontrol sama

yang masing-masing 40 sampel, dan metode pemeriksaan Chlamydia

trachomatis hanya menggunakan 1 motode pemeriksaan yaitu teknik

amplifikasi nukleat.

Selain itu secara manifetasi klinis dari penelitian kami ditemukan

kecenderungan peningkatan infeksi Chlamydia trachomatis pada wanita

infertil tetapi tidak dapat dijelaskan secara stastistik hal ini mungkin

disebabkan oleh karena infertilitas bersifat multifactorial dimana infeksi

Chlamydia trachomatis hanya salah satu faktor penyebabnya. Pada

penelitian ini kami juga tidak melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik

seperti Heat shock protein maupun acute recruiting protein yang di

anggap sebagai cara Chlamydia trachomatis menyebabkan infertilitas

dengan merusak silia-silia pada tuba fallopi.

Kelebihan penelitian ini terletak pada metode diagnostik yang

digunakan yaitu metode nucleic acid amplification (NAA) untuk

mendeteksi RNA Chlamydia trachomatis, yang merupakan tes metode

diagnostik yang lebih sensitif dan spesifik dari pada metode kultur sel.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan

kesimpulan bahwa pada sampel penelitian ini wanita infertil yang terinfeksi

Chlamydia trachomatis hanya sedikit yang mengeluh vaginal discharge, 2

dari 7 pasien (28,57%) dan didapatkan infeksi Chlamydia trachomatis

lebih banyak pada wanita infertil sebanyak (17,5%) dibandingkan wanita

fertil (2,5%), meskipun infeksi Chlamydia trachomatis tidak memiliki

hubungan dengan terjadinya infertilitas pada wanita. Hubungan Infeksi

Chlamydia trachomatis terhadap infertilitas belum dapat disingkirkan

karena Chlamydia trachomatis lebih banyak ditemukan pada wanita infertil

dibandingkan yang wanita fertil,.

II. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metodologi

yang berbeda dan modalitas pemeriksaaan DNA Chlamydia

trachomatis yang berbeda

2. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah

Chlamydia trachomatis menyebabkan infertilitas dengan pemeriksaan

lain, seperti heat shock protein.


52

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan

pemeriksaan DNA Chlamydia trachomatis sebagai pemeriksaan rutin

pada pasien infertil di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan

jejaring.
DAFTAR PUSTAKA

Abbot Molecular 2005. Collect Specimen Collection Kit. 1–75.

Afifah, T., Saptarini, I., Amaliah, N., Rizkianti, A., Ning Sulistiyowati and
Mulyani, S. 2013. Kesehatan Reproduksi. Laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI.

Alfarraj, D. A., Somily, A. M., Alssum, R. M., Abotalib, Z. M., El-sayed, A.


A. and Al-mandeel, H. H. 2015. The Prevalence of Chlamydia
trachomatis Infection Among Saudi Women Attending The
Infertility Clinic in Central Saudi Arabia. Saudi Med J. 36: 61–66.

APTIMA 2013. Clinician-Collection Procedure Guide Vaginal Swab


Device. Molecular Diagnostics. 1.

Aubuchon, M., Burney, R. O., Schust, D. J. and Yao, M. W. M. 2012.


Infertility and Assisted Reproductive Technology. Deborah L.
Berek (ed.) Berek and Novak’s Gynecology. 15th ed.
Philadelphia: Lippicontt williams and wilkins.

Biozatix 2014. Alat laboratorium Thermal Cycler (PCR). Available from:


http://www.biozatix-news.com/alat-laboratorium-thermal-cycler-
pcr/ [Accessed 9 June 2017].

Boivin, J., Bunting, L., Collins, J. and Nygren, K. 2009. International


Estimates of Infertility Prevalence And Treatment Seeking:
Potential Need And Demand For Infertility Medical Care. Hum
Reprod. 24: 2379–80.

Brooks, G., Butel, J. and Morse, S. 2010. Medical Mycology. Jawetz,


Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. 26th ed. United
States of America: McGraw Hill.
54

Brunham, R. C. and Rappuoli, R. 2013. Chlamydia trachomatis Control


Requires A Vaccine. Vaccine. 31: 1892–7.

Center Disease Control and Prevention 2015. Chlamydial Infections in


Adolescents and Adults. 2015 Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines. United States of America.

Chernesky, M. A. 2005. The Laboratory Diagnosis Of Chlamydia


trachomatis Infections. J Infect Dis Med Microbiol. 16: 39–44.

Dehghan Marvast, L., Aflatoonian, A., Talebi, A. R., Eley, A. and Pacey, A.
A. 2016. Relationship between Chlamydia trachomatis and
Mycoplasma genitalium infection and pregnancy rate and
outcome in Iranian infertile couples. Andrologia.

Fan, H. and Zhong, G. 2015. Chlamydia trachomatis. Molecular Medical


Microbiology, Three-Volume Set. 2nd ed. New York: Elsevier Ltd.

Fritz, M. A. and Speroff, L. 2011. Female Infertility. Clinical Gynecologic


Endocrinology and Infertility. 8th ed. Philadelphia: Lippicontt
williams and wilkins.

Geisler, W. M., Uniyal, A., Lee, J. Y., Lensing, S. Y., Johnson, S., Perry, R.
C. W., Kadrnka, C. M. and Kerndt, P. R. 2015. Azithromycin
versus Doxycycline for Urogenital Chlamydia trachomatis
Infection. New England Journal of Medicine. 373: 2512–2521.

Harryman, L., Blee, K. and Homer, P. 2014. Chlamydia trachomatis And


Non-Gonococcal Urethritis. Medicine. 1–6.

Hestiantoro, A. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas. Himpunan


Endokrinologi Reproduksi Dan Fertilitas Indonesia (HIFERI). 1–
90.

Hospital and Clinics of Minnesota 2013. Microbiology / Virology


Chlamydia Trachomatis Culture. Laboratory Service Manual.
55

Jaton, K., Bille, J. and Greub, G. 2006. A Novel Real-Time PCR to Detect
Chlamydia trachomatis in First-Void Urine Or Genital Swabs.
Journal of Medical Microbiology. 5: 1667–74.

Kavanagh, K., Wallace, L. A., Robertson, C., Wilson, P. and Scoular, A.


2013. Estimation of the risk of tubal factor infertility associated
with genital chlamydial infection in women: a statistical modelling
study. International Journal of Epidemiology. 42: 493–503.

Li, L. and Mcsorley, S. J. 2015. A Re-evaluation of The Role of B Cells In


Protective Immunity to Chlamydia infection. Immunology Letters.
2–7.

Malik, A., Jain, S., Hakim, S., Shukla, I. and Rizvi, M. 2012. Chlamydia
trachomatis infection & female infertility. Indian J Med Res. 770–
5.

Malik, A., Jain, S., Rizvi, M., Shukla, I. and Hakim, S. 2009. Chlamydia
trachomatis Infection In Women With Secondary Infertility.
Fertility and Sterility. 91: 91–5.

Marrazzo, J., Hynes, N. A. and Bloom, A. 2013. Treatment of Chlamydia


trachomatis Infection. Uptodate inc. 21.2.

Mehlitz, A. and Rudel, T. 2013. Modulation of host signaling and cellular


responses by Chlamydia. Cell Communication and Signaling :
CCS. 11: 90.

Menon, S., Timms, P., Allan, J. A., Alexander, K., Rombauts, L., Horner,
P., Keltz, M., Hocking, J. and Huston, W. M. 2015. Human and
Pathogen Factors Associated with Chlamydia trachomatis-
Related Infertility in Women. Clinical Microbiology Reviews. 28:
969–85.

Mishori, R., Mcclaskey, E. L. and Winklerprins, V. J. 2012. Chlamydia


56

Trachomatis Infections: Screening, Diagnosis, and Management.


American Family Physician. 12: 1127–32.

Mohan, S. and Siladitya, B. 2012. Demographic of Infertility and


Management of Unexplained Infertility. Best Practise & Research
Clinical Obstetrics and Gynaecology. 26: 729–38.

Nasional Survey of Family Growth 2013. Key Statistics from the National
Survey of Family Growth - I Listing: Infertility. CDC. 67: 1–19.

NICE Clinical Guideline 2013. Fertility : Assessment and Treatment for


People with Fertility Problems. London: Royal College of
Obstetricians and Gynaecologist.

Notoatmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Obstetrics LOP Committee 2011. Clinical Policies, Procedures &


Guidelines : Vaginal Swab-High. Royal Hospital For Women. 1.

Primadi, O. 2013. Situasi Keluarga Berencana (KB) di Indonesia. Buletin


Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. 2: 1–10.

Qiagen (2010) Care CT PCR Kit Instruction Manual, in: Shenzhen,.

Roche Diagnostics Corporation 2014. Specimen collection and transport


for Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae testing. 3:
1–7.

Roupa, Z., Polikandrioti, M., Sotiropoulou, P., Faros, E., Koulari, A. and
Wozniak, G. 2009. Causes of Infertility in Women at
Reproductive Age. Health Science Journal. 80–7.

Sariroh, W. and Primariawan, R. Y. 2015. Tingginya Infeksi Chlamydia


trachomatis pada Kerusakan Tuba Fallopi Wanita Infertil.
Majalah Obstetri & Ginekologi. 23: 69–74.
57

Tayoun, A. N. A., Burchard, P. R., Caliendo, A. M., Scherer, A. and


Tsongalis, G. J. 2015. A Multiplex PCR Assay for The
Simultaneous Detection of Chlamydia trachomatis, Neisseria
gonorrhoeae, and Trichomonas vaginalis. Experimental and
Molecular Pathology. 30: 1–5.

Verweij, S. P., Kebbi-Beghdadi, C., Land, J. A., Ouburg, S. and Morré, S.


A. 2015. Waddlia chondrophila and Chlamydia trachomatis
antibodies in screening infertile women for tubal pathology.
Microbes and Infection. 17: 745–748.

Wangnapi, R. A., Soso, S., Unger, H. W., Sawera, C., Ome, M., Umbers,
A. J., et al. 2015. Prevalence and risk factors for Chlamydia
trachomatis , Neisseria gonorrhoeae and Trichomonas vaginalis
infection in pregnant women in Papua New Guinea. Sexually
Transmitted Infections. 91: 194.1-200.

Zemouri, C., Wi, T. E., Kiarie, J., Seuc, A., Mogasale, V., Latif, A. and
Broutet, N. 2016. The Performance of the Vaginal Discharge
Syndromic Management in Treating Vaginal and Cervical
Infection: A Systematic Review and Meta-Analysis. PLOS ONE.
11: e0163365.

Zenilman, J. M., Hynes, N. A. and Bloom, A. 2013. Genital Chlamydia


trachomatis Infections in Women. Uptodate Inc. 21.2. Maret: .

Zhu, Y., Yin, B., Wu, T., Ye, L., Chen, C., Zeng, Y. and Zhang, Y. 2017.
Comparative study in infertile couples with and without
Chlamydia trachomatis genital infection. Reproductive Health.
14: 5.
58

Lampiran 1

Naskah Penjelasan Untuk Responden

Kepada YTH

Ibu calon subjek penelitian

Di Tempat

Selamat pagi Ibu, saya dr. Alexander, dokter peneliti peserta

program pendidikan dokter obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar yang akan mengadakan penelitian

untuk menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar dokter ahli obstetri dan ginekologi. Penelitian yang akan diadakan

tersebut berjudul “Hubungan Infeksi Chlamydia trachomatis Dengan

Infertilitas Pada Wanita di Makassar”. Hasil penelitian ini dapat

digunakan untuk mengetahui peranan infeksi Chlamydia trachomatis pada

infertilitas wanita sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk

mengatasi infertilitas pada wanita.

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan infeksi

Chlamydia trachomatis dengan infertilitas pada wanita di Makassar.

Penelitian akan dimulai dengan pengisian formulir penelitian,

dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan genikologi. Setelah

memenuhi persyaratan penelitian, peneliti akan melakukan pengambilan

swab vagina yaitu mengambil cairan dari jalan lahir yang kemudian
59

diperiksakan di laboratorium. Semua biaya pemeriksaan dalam

penelitian ini tidak dipungut dari Ibu, tetapi ditanggung oleh saya

(peneliti).Semua pasien yang mengikuti penelitian ini di jamin

kerahasiaannya.

Bila ibu setuju berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon

menandatangani lembar persetujuan yang disediakan. Kesediaan dan

partisipasi ibu sangat saya harapkan. Atas perhatian yang ibu berikan

saya ucapkan terima kasih

Identitas Peneliti

Nama : Alexander Marvin

Alamat : PPDS Obgin Fak. Kedokteran Unhas

Telepon : 08111218876
60

Lampiran 2

Surat Persetujuan Mengikuti Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap
mengenai penelitian Hubungan infeksi Chlamydia trachomatis dengan
infertilitas pada wanita di Makassar, maka dengan penuh kesadaran
dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini. Bila saya ingin mendapatkan penjelasan
lebih lanjut saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti.

Peserta Penelitian Saksi

(..............................) (...................................)
61

Lampiran 3

Profil Peserta Penelitian


Hubungan infeksi Chlamydia trachomatis dengan infertilitas pada wanita di
Makassar

I. Identitas Pribadi
1. Nama :
2. Medical Record (MR) :
3. Umur : tahun
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan :

II. Anamnesis
1. Penggunaan kontrapsepsi : a. Ada b. Tidak ada
2. Lama pasangan seksual : …….. tahun
3. Lama menikah : …….. tahun

PEMERIKSAAN KHUSUS
Vaginal discharge :

PEMERIKSAAN PCR : Chlamydia trachomatis ( )


Lampiran 4

Data Primer Kelompok Kasus

Usia Menikah Vaginal Status PCR C.


No Nama Pekerjaan Pendidikan Kontrasepsi
(th) (th) Discharge Fertilitas trachomatis
1 Nurwinda 23 IRT SMA tidak pakai 3 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
2 Nur Zatriani 28 IRT SMA tidak pakai 5 ada infertil primer Tidak terdeteksi
3 Yanti 32 Pegawai S1 tidak pakai 8 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
4 Hastati 40 IRT SD Pakai 12 tidak ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
5 Ranti 22 Mahasiswa S1 tidak pakai 3 ada infertil primer Tidak terdeteksi
6 Ridha Swi 22 Pegawai D3 tidak pakai 2 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
7 Irmayanti 31 IRT SMA tidak pakai 11 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
8 Arianti 32 IRT SMA tidak pakai 9 tidak ada infertil primer terdeteksi
9 Salamang 32 IRT SMP tidak pakai 7 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
10 Siti Aminah 33 Wiraswasta SMA tidak pakai 11 tidak ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
11 Arianty 29 Pegawai SMA tidak pakai 9 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
12 Nursofiah 32 IRT SD tidak pakai 5 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
13 Yohana 38 IRT SMP tidak pakai 15 tidak ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
14 Surah 40 IRT SD Pakai 12 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
15 Nindy 28 Pegawai S1 tidak pakai 5 ada infertil primer terdeteksi
16 Asniah, Hj 33 IRT SMP tidak pakai 9 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
17 Syantah Dwi 36 IRT SMA Pakai 14 tidak ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
18 Nurbidiya 35 IRT D3 tidak pakai 12 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
19 Hajrah 30 IRT SD tidak pakai 4 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
20 Hasmawati 29 Pegawai SMA tidak pakai 4 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
21 Muzdatul K 28 Dokter S2 tidak pakai 2 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
22 Nia Kurniati 34 IRT D3 tidak pakai 7 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
23 Umajayang 31 IRT SMP tidak pakai 3 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
24 Rosdiana 35 IRT SMP tidak pakai 5 tidak ada infertil primer terdeteksi
25 Rismawati 36 IRT SMA tidak pakai 8 ada infertil sekunder terdeteksi
26 Sapna Aswar 29 Perawat D3 tidak pakai 6 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
27 Mardiyah 27 Perawat D3 tidak pakai 4 tidak ada infertil primer terdeteksi
28 Hasna 31 IRT SMA tidak pakai 7 tidak ada infertil primer terdeteksi
29 Nurfitri 30 Perawat D3 tidak pakai 2 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
30 Andi Nurhawati 40 Pegawai S1 tidak pakai 4 tidak ada infertil primer terdeteksi
31 Nurul Fitriani 34 Perawat D3 tidak pakai 3 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
32 Rida 37 IRT SMP tidak pakai 4 ada infertil primer Tidak terdeteksi
33 Hendriana 39 IRT SD Pakai 15 ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
34 Sriwahyuni 24 Wiraswasta SMA tidak pakai 6 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
35 Fitriani 26 IRT SMA tidak pakai 6 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
36 Herlina 25 Wiraswasta SMA tidak pakai 2 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
37 Asmawati 36 Pegawai S1 Pakai 8 ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
38 Fitna Ariyani 34 IRT SMA tidak pakai 6 tidak ada infertil primer Tidak terdeteksi
39 Atika 40 IRT SD Pakai 10 tidak ada infertil sekunder Tidak terdeteksi
40 Naini 37 IRT SMA tidak pakai 9 ada infertil primer Tidak terdeteksi
Data Primer Kelompok Kontrol

Usia Menikah Vaginal Status PCR C.


No Nama Pekerjaan Pendidikan Kontrasepsi
(Th) (Th) Discharge Fertilitas trachomatis
1 Rahmawati 44 IRT SD Pakai 13 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
2 Kartini 32 IRT SMP Pakai 6 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
3 Hamsia 45 IRT SD Pakai 15 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
4 Yuliana 33 Pegawai S1 tidak pakai 8 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
5 Syamsinar 27 IRT SMA tidak pakai 7 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
6 Ence 24 Wiraswasta SMA tidak pakai 4 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
7 Jamrud 37 IRT SMA tidak pakai 12 ada fertil Tidak terdeteksi
8 Neni 29 IRT SMA tidak pakai 9 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
9 Siti 25 IRT SMP tidak pakai 2 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
10 Muarni 27 Pegawai S1 tidak pakai 4 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
11 Serlin 31 IRT SD tidak pakai 7 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
12 Anti Rahwati 40 IRT SMA Pakai 6 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
13 Misdar 31 IRT SMA tidak pakai 3 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
14 Masrin 42 Wiraswasta SMA Pakai 11 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
15 Sumiati 33 IRT SMP tidak pakai 9 tidak ada fertil terdeteksi
16 Asmiati 29 Perawat D3 tidak pakai 5 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
17 Asfarin 44 IRT SMP Pakai 14 ada fertil Tidak terdeteksi
18 Fatmawati 25 IRT SMP tidak pakai 5 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
19 Santi 23 IRT SMA tidak pakai 3 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
20 Amriani 32 Wiraswasta S1 tidak pakai 8 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
21 Murkaniwati 29 IRT SMA tidak pakai 4 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
22 Dinda 24 IRT SMA tidak pakai 5 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
23 Fatmasari 26 Pegawai S1 tidak pakai 2 ada fertil Tidak terdeteksi
24 Giska 26 Pegawai SMA tidak pakai 6 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
25 Risna 27 IRT SMA Pakai 6 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
26 Adriani 33 IRT SMP tidak pakai 12 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
27 Hadija 27 IRT SMA tidak pakai 7 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
28 Fitri 29 IRT SMA tidak pakai 3 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
29 Darma 42 IRT SD tidak pakai 15 ada fertil Tidak terdeteksi
30 Masadina 32 IRT SMA Pakai 7 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
31 Ayu Asriati 31 IRT SMP tidak pakai 7 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
32 Nurafni 35 IRT SMP tidak pakai 5 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
33 Mala 28 Wiraswasta SMA tidak pakai 4 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
34 Hj Salado 37 IRT SMA tidak pakai 11 ada fertil Tidak terdeteksi
35 Rawin Prisanti 32 IRT SMA tidak pakai 14 ada fertil Tidak terdeteksi
36 Hj Andi Sumiati 36 IRT SMA tidak pakai 2 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
37 Hasnia 31 IRT SMA tidak pakai 9 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
38 Jamria 28 Pegawai S1 Pakai 2 ada fertil Tidak terdeteksi
39 Siti Mutnainah 41 IRT SMA tidak pakai 11 tidak ada fertil Tidak terdeteksi
40 Hj Nuraisrah 36 IRT SMA tidak pakai 8 ada fertil Tidak terdeteksi

Anda mungkin juga menyukai