MAKASSAR
2020
ii
TESIS
Program Studi
Ilmu Obstetri dan Ginekologi
dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
sanksi atas perbuatan saya tersebut dan diproses sesuai dengan hukum
yang berlaku
Yang menyatakan
v
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yesus,
Hasanuddin Makassar.
dan Dr. dr. St. Nur Asni, SpOG pembimbing statistik atas bantuan dan
ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Syahrul
penelitian ini.
besarnya kepada :
1. Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
pendidikan.
5. Istri saya, Margaret Diana serta kedua orang tua penulis, Alan dan
ABSTRAK
Hasil : Dari total 63 sampel, terdapat 40 tumor ganas dan 23 tumor jinak
berdasarkan hasil patologi anatomi. ADNEX Risk Model dan RMI 3
memprediksi 35 tumor ganas dan 28 tumor jinak. Nilai ACC, SENS, SPEC,
PPV dan NPV dari RMI 3 (79.37, 77.5, 82.6, 88.6, dan 67.9%)
lebih tinggi dari ADNEX Risk Model (73.02, 72.5, 73.9 82.9 dan 60.7%).
RMI 3 memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap semua
status menopause dan paritas (p = 0.0001 untuk premenopause, p =
0.0054 untuk pascamenopause, p = 0.000 untuk nulipara dan p = 0.0046
untuk paritas >1) untuk sedangkan ADNEX Risk Model signifikan pada
status semua status paritas dan kelompok premenopause saja (p =
0.0004 untuk premenopause, p = 0.0633 untuk pascamenopause, p =
0.001 untuk nulipara dan p = 0.0275 untuk paritas >1).
ABSTRACT
THE COMPARISON OF ADNEX RISK MODEL WITH RMI (RISK OF
MALIGNANCY INDEX) 3 IN DISCRIMINATING PREOPERATIVE
BENIGN AND MALIGNANT OVARIAN MASS
Yohanes Iddo Adventa, Sharvianty Arifuddin, Syahruni Syahrir, St. Nur
Asni, Syahrul Rauf, Rudy B. Leonardy
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN....................................................................... ii
PRAKATA.............................................................................................. v
ABSTRACT............................................................................................ ix
A. Latar Belakang....................................................................... 1
A. Tumor Ovarium....................................................................... 7
B. Faktor Risiko........................................................................... 9
a. Anamnesis ......................................................................... 22
E. RMI………………………..………………………...…………..... 29
G. Kerangka Konsep.................................................................... 42
H. Hipotesis ................................................................................ 42
D. Sampel Penelitian................................................................... 48
F. Besaran sampel...................................................................... 49
K. Waktu Penelitian..................................................................... 59
xii
A. Simpulan………………………….…………............................... 79
B. Saran………………………………………………………………. 79
I. LAMPIRAN…………………………………………………..……..88
xiii
DAFTAR TABEL
nomor halaman
3.
4. Diagnosis TumorOvarium 67
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
3. Stimulasi Gonadotropin 13
4. Deplesi Folikel 13
6. Kalkulasi RMI I 32
11.Kerangka Teori 41
12.Kerangka Konsep 42
13. AlurPenelitian 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
3. Formulir Penelitian 93
5. Dummy Table 97
xvi
ACC Accuracy
Adnexa
C Celcius
CI Confidence Interval
CT Computed Tomography
KB Keluarga Berencana
LH Luteinizing Hormone
ml mililiter
mm milimeter
Excellence
karsinoma ovarium
PA Patologi Anatomi
PK Patologi Klinik
RI Republik Indonesia
RS Rumah Sakit
SENS Sensitivity
SPES Spesifivity
U Unit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang dengan insiden 9,4 per 100.000 perempuan dan mortality rate 5,1
5,0 per 100.000 dan mortality rate 3,1 per 100.000 (Chen, et al., 2017). Di
adalah 21,8 – 28,3 per 100.000; 60 – 69 tahun adalah 36,2 – 41,5 per 100.000;
dan ≥70 adalah 47,6 – 56,7 per 100.000. Mayoritas kanker ovarium didiagnosis
pada stadium lanjut dengan metastasis sebanyak 61%. Risiko kanker ovarium
meningkat 2% tiap tahunnya pada usia <50 tahun dan 11% pada usia ≥ 50
Salah satu faktor resiko utama dari 2 hipotesis yang masih dianut
adneksa jinak, borderline, kanker stadium 1, kanker stadium II – IV, atau suatu
Tumor Analysis (IOTA) berdasarkan data klinis dan ultrasound yang direkrut di
sudah ditentukan oleh IOTA yang terdiri dari 3 variabel klinis, usia, serum CA
125, tipe senter, dan 6 variabel ultrasonografi. ADNEX Risk Model dapat dibeli
secara online sebagai aplikasi di android (Google Play) dan iPhone (iTunes)
dan merupakan suatu alat diagnostik yang praktis (Karimi, et al. 2015).
umum digunakan sejak dekade terakhir ini. RMI merupakan sistem skoring
munculnya RMI 2, RMI 3, dan RMI 4 pada tahun 2009. Penggunaan RMI 2
Dalam studi Aliya B. Aziz dan Nida Najmi tahun 2015 yang berjudul Is Risk
Developing Countries, RMI dengan cut-off 200 merupakan suatu alat yang
Dalam hal ini, dilakukan penilaian ADNEX Risk Model membedakan tumor
ovarium jinak dan ganas prabedah dibandingkan dengan salah satu jenis RMI,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Melihat sensitivitas dan spesifisitas ADNEX Risk Model dengan RMI 3
c. Melihat pengaruh status paritas terhadap ADNEX Risk Model dan RMI
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaatpelayanan
RMI 3 dalam membedakan tumor ovarium jinak dan ganas prabedah serta
keganasan dapat didiagnosis lebih akurat sesuai dengan status paritas dan
menopause pasien.
6
2. Manfaatpenelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumor Ovarium
dengan tumor atau massa adneksa yang terdiri dari massa ovarium, saluran
merupakan bagian dari massa adneksa ini dapat ditemukan di semua usia
mulai dari fetus hingga usia tua dan berbagai macam variasi yang luas dari
massa ini. Secara prinsip, evaluasi tumor ini dilakukan untuk membedakan
antara suatu kondisi yang akut atau suatu keganasan (Muto, 2018).
95%, termasuk tumor jenis borderline. Kurang lebih seperempat pasien ada
pada stadium 1 dan memiliki angka harapan hidup panjang yang lebih baik.
8
Bagaimanapun juga tidak ada tes skrining yang efektif untuk kanker iovarium
dan sedikit sekali yang menunjukkan gejala awal. Sebagai akibatnya, dua per
tiga kasus adalah kasus stadium lanjut. Debulking yang agresif diikuti
populasi dilakukan dan kriteria yang termasuk di dalamnya. Dalam suatu studi
prevalensi lesi adneksa pada pemeriksaan USG adalah 7,8% (prevalensi kista
ginekologi rutin dan 2,5% memiliki kista adneksa unilokuler simpel. Adapun
(Muto, 2018).
sejak 1990, kanker ovarium sekarang adalah kanker kesembilan tertinggi pada
perempuan. Pada tahun 2015, 21.290 kasus baru dan 14.180 kematian
diperkirakan, dan kanker ini tetap menjadi penyebab kematian kelima (Siegel,
9
2015). Terestimasi pada tahun 2016, lebih dari 22.000 kasus baru dan lebih
dari 14.200 kematian dari kanker ovarium di Amerika. Insiden dan tingkat
mortalitas telah menurun perlahan selama 4 dekade, hal ini disebabkan oleha
B. Faktor Risiko
Ada banyak jenis massa adneksa dan dalam mendiagnosis massa ini sebagai
juga dipengaruhi oleh usia dan status reproduktif pasien serta kaitannya
menopause
nulipara menarche awal ras kulit putih
terlambat
residensi di
meningkatnya Amerika Utara riwayat kanker
riwayat keluarga
usia dan Eropa Utara payudara
al., 2010)
lebih jarang pada perempuan kelompok usia anak dan remaja dibanding usia
torsi adneksa atau keganasan ovarium sebanyak kurang lebih 10 - 20%. Tumor
11
sel geRMInal merupakan tumor ovarium yang paling sering pada kelompok
usia ini dengan proporsi 35% dibanding dewasa sebanyak 20% (Muto, 2018).
payudara dan ovarium dimana kurang lebih adalah 10%, hipotesis siklus
ovulasi repetitif dan pasien yang tidak memiliki anak memiliki risiko meningkat
hingga 2 kali untuk terjadinya tumor ovarium. Pada nulipara, mereka dengan
riwayat infertilitas memiliki risiko yang lebih tinggi, meskipun alasan ini belum
hidup tidak memiliki peningkatan risiko tumor ovarium. Secara umum, risiko
Selain teori ovulasi adapaun teori lain yang terkait yaitu hipotesis
Gambar 4. Deplesi Folikel. Deples folikel memiliki prinsip yang sama seperti
teori stimulasi gonadotropin, dimana terjadi peningkatan stimulasi
gonadotropin dan hilangnya fungsi supresi lokal yang mempromosikan
transformasi dan tumorigenesis sel epitel ovarium. (Rampersad, 2015)
14
berulang dan kaitannya dengan paritas terhadap tumor ovarium. Dalam studi
terdahulu yang dilakukan oleh Vachon, et al. dalam studinya yang berjudul
tumor ovarium dalam studi yang dilakukan oleh McGuire et al. dalam
Ovarian Cancer Risk in Older Women, juga ditemukan hasil yang serupa.
15
kaitan stimulasi ovarium berulang terhadap paritas seperti pada studi lain yang
ovarium dan risiko ini lebih rendah pada usia premenopause (Moorman, 2016).
serupa dalam studinya yang berjudul Hormonal and Reproductive Factors and
Tipe 1 dan 2. Salah satu hasil studinya mengatakan paritas berbanding terbalik
protektif, hal ini mungkin disebabkan oleh karena amenorea yang memanjang.
dengan terapi sulih hormon setelah menopause yang memiliki risiko meningkat
(Hoffman, 2016).
dan kebanyakan adalah bersifat jinak. Hal ini disebabkan patogenesis dari
hormon reproduktif. Tumor ovarium dan juga saluran indung telur muncul lebih
pada semua pasien. Insiden tumor ovarium ini meningkat seiring dengan
bertambahnya usia (1,8 – 2,2 per 100.000 wanita usia 20 – 29 tahun banding
adneksa dan abses tuboovarial dapat muncul pada kelompok usia ini, namun
halnya substansi eksogen yang terkandung dalam Pil KB Kombinasi dan terapi
menopause terlambat dan paparan estrogen lama pada terapi sulih hormon.
dengan sejumlah ovulasi, dan risiko juga meningkat pada nulipara namun
hingga lebih dari 10 tahun. Berbeda juga dengan kanker endometrium pada
Dalam studi yang dilakukan oleh Ko-Hui Tung et al., dicari hubungan
Paparan estrogen yang tinggi dan juga progesterion yang tinggi selama
penurunan dramatis dari umpan balik negatif steroid gonad dan peptida
Studi lain yang berjudul Hormonal Risk Factors dor Ovarian Cancer in
2008).
kurun waktu yang lama atau operasi eksplorasi. Hal ini disebabkan keganasan
harus dieksklusi dari massa apapun yang tidak jelas jinak atau tidak, termasuk
lain yang bisa ditemukan adalah kista ovarium simpleks yang digambarkan
dengan kavitas kista berisi cairan anekoik dengan dinding tipis, massa ovarium
hemoragik), atau massa adneksa yang bersifat jinak lain (kista paraovarial atau
apakah jinak atau ganas. Tipe massa adneksa ganas tersebut antara lain :
1. Tumor ovarium.
Kanker yang merupakan tipe histologis yang paling sering adalah
tinggi, tuba fallopi, dan peritoneal memiliki klinis yang sama dan
massa adalah ganas. Jika ganas kemudian, eksplorasi operatif dilakukan untuk
3. Faktor risiko
4. Hasil laboratorium
Sayangnya, tidak ada teknik biopsi invasif yang minimal untuk tumor ovarium.
dalam kaitannya skrining tumor ovarium, pada 570 perempuan yang dicurigai
(3,5%). Jika massa dapat diangkat tanpa adanya disrupsi dengan teknik yang
beberapa berasal juga dari struktur lain, seperti saluran indung telur. Tumor
ovarium sendiri secara umum dapat berupa : kista fisiologis (folikuler atau
[kista dermoid]), atau tumor ovarium yang juga dapat merupakan suatu
22
dibedakan dengan tumor saluran indung telur yang secara umum dapat berupa
: kehamilan ektopik, hidrosalping, atau karsinoma tuba fallopi. Ovarium dan
adneksa berasal dari jaringan ini dan dapat melekat serta berkaitan dengan
panggul atau radiologis secara insidental pada banyak pasien. Pasien dengan
massa adneksa yang diketahui atau dicurigai harus melakukan evaluasi secara
karakteristik serta gejala atau temuan pada pemeriksaan fisik yang berkaitan.
1. Anamnesis
harus ditanya mengenai gejala yang berkaitan dengan kanker. Tumor ovarium
dapat muncul dengan gejala nyeri perut dan panggul, kembung, atau gejala di
system pencernaan dan traktus urinarius. Gejala ini secara tipikal ringan
hingga sedang dan dapat muncul dalam hitungan minggu hingga bulan.
Secara alternatif, adalah umum jika tumor ovarium bersifat asimtomatik atau
muncul pada stadium lanjut dengan gejala akut. Sangat jarang massa ganas
ruptur atau mengalami torsi dan muncul dengan nyeri akut. Tumor ovarium
yang mensekresi hormon dapat muncul dengan gejala yang berkaitan dengan
Adanya faktor risiko KOE atau tipe histologis lain dari tumor ovarium
uterus, dan kolon. Mereka dengan riwayat keluarga sugestif sindrom tumor
ovarium herediter (sindrom mutasi gen BRCA atau Lynch) harus dikonseling
mengenai tes genetik. Perempuan dengan sindrom ini memiliki risiko tinggi
tumor ovarium dan harus menjalankan evaluasi operatif jika massa adneksa
diaplikasikan :
24
2. Studi Radiologis
yang lebih jelas pada struktur pelvis dengan artifak yang lebih samar dan tidak
Diagnosis definitif dari tipe massa adneksa dapat dibuat hanya dengan
evaluasi operatif. Massa ovarium dengan gambaran yang sulit ditentukan pada
untuk mengevaluasi abdomen atau organ lain pada pasien dengan kecurigaan
radiologi yang paling berguna untuk membedakan tumor jinak dan tumor
ovarium stadium awal. Secara umum tumor ganas adalah berlokus-lokus, solid
atau ekogenik, dan besar (>5 cm), dan mereka memiliki septa tebal dengan
membedakan massa jinak dari tumor ovarium preoperatif, tidak ada yang
struktur sekitar. Asites, jika ada, mudah terdeteksi, namun secara umum,
radiologi toraks untuk mendeteksi efusi paru atau adanya metastasis. Barium
3. Studi laboratorium
Serum untuk KOE yang paling sering digunakan adalah CA 125. Dalam
operatif. Biomarker yang dapat digunakan untuk merujuk pasien dengan curiga
28
KOE ke ahli ginekologi onkologi dalah OVA1 dan Risk of Malignancy Algorithm
(Muto, 2018).
ada tes yang tersedia untuk mencapai tingkat akurasi yang memuaskan.
Kebanyakan strategi skrining diarahkan pada karier BRCA1 dan BRCA2, dan
juga perempuan dengan riwayat kanker payudara dan ovarium kuat. Secara
kesuksesan yang terbatas. Oleh karenanya, karier mutasi BRCA1 dan BRCA2
125 direkomendasikan.
normal namun dapat diproduksi oleh tumor ovarium jinak dan ganas. CA 125
disintesis pada sel epitel ovarium yang terkena dan sering disekresi dalam
yang lebih sensitive telah ada dan ROCA ini dibuat berdasarkan pengukuran
(negative palsu). Nilai positif palsu dapat berkaitan dengan banyak hal jinak
Pada tumor sel geRMInal dan sex cord-stromal dapat mensekresi hormon
atau substansi lain yang dapat dideteksi preoperatif untuk evaluasi diagnostik.
Pada banyak kasus, diagnosis tipe histologis ini dibuat berdasarkan evaluasi
RMI adalah salah satu yang paling banyak digunakan dan tersedia
secara luas serta efektif dalam sistem triase pada perempuan dengan tumor
ovarium. Meskipun skor RMI I menggunakan batas nilai 200 (sensitivitas 78%,
(70%) tapi dengan spesifisitas lebih besar (90%). CT abdomen dan panggul
harus dilakukan pada semua perempuan pascamenopause dengan tumor
ovarium yang memiliki RMI I lebih dari sama dengan 200 dan diarahkan ke
ginekologi onkologi.
tindakan triase efektif perempuan ke risiko rendah atau tinggi keganasan. RMI
pertama kali dikenalkan oleh Jacobs et al. pada tahun 1990 dan kemudian
berkembang menjadi RMI II, RMI III, dan RMI IV namun tidak ada manfaat
klinis bermakna. RMI I masih menjadi yang paling banyak digunakan, tersedia
CA 125 (IU/ml), status menopause (M), dan skor ultrasonografi (U) sehingga
pascamenopause.
31
3. Serum 125 diukur dalam IU/ml dan dapat bervariasi dari 0 dan ratusan
kecurigaan hingga 78% (CI 71-85%) dan 87% (CI 83-91%) untuk nilai cut-off
RMI dan awal keganasan dapat juga tidak mengakibatkan peningkatan skor
dan skor RMI I lebih dari sama dengan 200, maka dilakukan pemeriksaan
radiologi lebih lanjut dengan CT scan pada abdomen dan pelvis serta merujuk
ke ginekologi onkologi.
25, antara 25-250, dan lebih dari 250 memiliki risiko keganasan kurang dari
3%, sekitar 20%, dan sekitar 75% berturut-turut berdasarkan data validasi
sebagai pilihan dengan cut-off 250 dan guideline SIGN terhadap tumor ovarium
Adapun jenis skoring lain, seperti OVA1 dan Risk of Malignancy Algorithm
Dalam studi yang dilakukan oleh Mojgan et al. yang berjudul Diagnostic
Value of the Risk of Malignancy Index (RMI) for Detection of Pelvic
pada 200 massa pelvik, pasca operasi, dan yang dirujuk ke departemen
onkologi di RS Shahid Sadoughi di Iran selama kurang lebih 4 tahun. 4 jenis
menggunakan cut off points, kurva ROC, sensitivitas, spesifisitas, nilai preditif
positif, dan negatif serta akurasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
memiliki sensitivitas dan spesifisitas berturut-turut adalah 66% dan 91%. RMI
RMI 3 memiliki nilai 68% dan 85%. Dalam diskusinya disimpulkan bahwa RMI
parameter lain di 4 jenis RMI untuk mendiferensiasi lesi jinak non invasif dari
lesi ovarium ganas invasif. Dalam studinya dilakukan kalkulasi tiap pasien pada
4 jenis RMI dan kemudian mengkalikannya dengan skor paritas (P) untuk
menilai skor RMI parity (RMIP). Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa RMIP
1-3 merupakan alat yang reliable untuk diagnosis preoperatif massa adneksa
RMI 1 RMI 2
M = 1 jika premenopause M = 1 jika premenopause
M = 3 jika pascamenopause M = 4 jika pascamenopause
U = 0 jika tidak ada gambaran U = 0 jika tidak ada gambaran
U = 1 jika ada 1 gambaran U = 1 jika < 1 gambaran
U = 3 jika > 2 gambaran U = 4 jika > 2 gambaran
RMI 3
M = 1 jika premenopause
M = 3 jikapascamenopause
U = 1 jika < 1 gambaran
U = 3 jika > 2 gambaran
2009)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Clarke et al. tahun 2009 yang
Masses dikatakan memiliki akurasi yang sama baiknya. Hal ini juga dikatakan
juga pada studi yang dilakukan oleh Clara Ong, et al. dalam penelitiannya di
Population, tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara RMI 1,
2 ,3, dan 4. Studi lain yang juga menilai 4 jenis RMI di Jepang tahun 2014 yang
menyimpulkan hasil yang serupa yaitu tidak ada perbedaan yang bermakna
antara RMI 1, 2, 3, dan 4 secara statistik (Clarke, 2009; Ong, 2013, Yamamoto,
2014).
tipe tumor ovarium ganas : borderline, kanker stadium I, kanker stadium II – IV,
dibandingkan dengan alat yang sudah ada sebelumnya yang hanya mampu
2015)
dan tipe senter dimana pasien dirujuk untuk pemeriksaan ultrasonografi. Tipe
senter dibagi menjadi onkologi dan rumah sakit lain. Prediktor ultrasonografi
adalah diameter maksimal dari lesi (mm), proporsi jaringan solid (%), jumlah
proyeksi papiler (0, 1, 2, 3, >3), adanya lebih dari sama dengan 10 lokus kista
Dalam studi yang dilakukan oleh Calster et al. dalam judul penelitiannya
Evaluating the Risk of Ovarian Cancer Before Surgery Using the ADNEX Model
Nilai Area Under Curve (AUC) dari ADNEX Risk Model dalam
membedakan tumor jinak dan ganas adalah 0.954 (95% confidence interval
membandingkan ADNEX Risk Model dengan alat diagnostik lain yang memiliki
nilai sensitivitas 78.70% dan spesifisitas 93% (Calster, 2014; Jumel, 2017).
Banyak studi lain yang sudah dilakukan dalam mengevaluasi model ini,
dalam studi yang dilakukan oleh oleh Epstein, et al. dalam judulnya Subjective
Studi lain oleh Meys, et al. yang melakukan validasi performa ADNEX
Risk Model dan membandingkan dengan model lain yang sudah ada yang
of the ADNEX model and comparison with other frequently used ultrasound
851, studi ini membandingkan ADNEX Risk Model dengan simple rules, LR2
dan RMI didapatkan hasil bahwa ADNEX memiliki sensitivitas yang paling
dengan status menopause, di studi ini dipaparkan bahwa massa ganas lebih
oleh Sebastian, et al., dilakukan validasi ADNEX Risk Model di dua senter
ginekologi di Polandia dan Spanyol. Studi ini melibatkan 204 pasien di Polandia
ADNEX Risk Model sangat tinggi dalam mendiferensiasi tumor adneksa jinak
dan ganas. Dalam diskusinya juga dikatakan bahwa di salah satu senter
perhitungannya, model ini hanya fokus pada usia pasien. Status menopause
2016).
41
G. Kerangka Teori
usia↑
Kanker ovarium
Ovulasi Trauma Transformasi
berulang epitel keganasan
Faktor risiko
Menarche
awal
Menopause
terlambat
Nuliparitas
diagnosis
anamnesis
pemeriksaan
fisik
Ultrasound-
RMI
sonography
pemeriksaan ADNEX RISK
penunjang Tumor marker : MODEL
Ca - 125
Patologi Diagnosis
Anatomi pasti
H. Kerangka Konsep
Menopause Paritas
ganas
ADNEX RISK
MODEL Tumor
ovarium
jinak
RMI 3
: variabel terikat
I. Hipotesis Penelitian
ADNEX Risk Model lebih sensistif dan spesifik dalam membedakan
J. Definisi Operasional
pengambilan
darah; atau
2. subjekberusia
lebih dari sama
dengan 5 tahun
dan periode
menstruasi
terakhir tidak
diketahui
Premenopause
ditetapkan jika
1. Subjek penelitian
masih menstruasi
dalam 1 tahun
terakhir; atau
2. Subjek berusia
<50 tahun dan
periode
menstruasi
terakhir tidak
diketahui
5. Skor U Skor USG atau skor U USG PPDS Obgin, Alat USG kategorik
adalah skor dokter SpOG, (1) 3
ultrasonografi yang atau dokter (0) 1
akan diberikan nilai : 0, SpOG (K)
1, 2, dan 3. Parameter
dalam pemberian nilai
adalah : kista
multilokuler, bagian
padat, bukti
metastasis, asites, dan
lesi bilateral.
Apabila < 1 parameter
adalah 1, jika
memenuhi 2-5 maka
skor adalah 3.
6. Skor M Skor M adalah status anamnesis PPDS Obgin kategorik
menopause. Jika (1) 3
premenopause, maka (0) 1
skor adalah 1,
sedangkan jika
pascamenopause
maka skor adalah 3.
7. CA125 (U/ml) CA125 adalah CA125 II Petugas Cobas numerik (1 angka di
penanda tumor ECLIA laboratorium e411 dan belakang koma)
ovarium dinilai (Electrochemilu PK cobas
berdasarkan minescence e601
pemeriksaan darah. Immunoassay)
8. RMI 3 RMI adalah suatu alat matematis PPDS Obgin Kalku- numerik (1 angka di
(numerik) tervalidasi untuk lator belakang koma)
memprediksi suatu
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain potong lintang
Desember 2019.
C. Populasi Penelitian
Perempuan dengan massa pelvik yang didiagnosis tumor ovarium, rencana
D. Sampel Penelitian
Perempuan dengan massa pelvik yang diduga tumor ovarium ganas,
mengikuti penelitian.
E. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
penelitian.
50
2. Kriteria Eksklusi
tumor ovarium.
pengambilan darah.
F. Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan untuk pengujian dua sisi diperoleh
2
{𝑍 1 − 𝛼⁄2 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍 1 − 𝛽 √𝑃 1 (1 − 𝑃 1 ) + 𝑃 2 (1 −
𝑛 = 𝑃 )}
2 (𝑃1 − 𝑃2 ) 2
2
{2.56√2𝑥0.483(1 − 0.4835) + 1.96√0.667(1 − 0.667) + 0.300(1 − 0.300)}
𝑛=
(0.667 − 0.300)2
𝑛 = 63
51
kesalahan tipe I (α) dua arah (two sided) sehingga nilai Z sebesar
1.96
b. Kesalahan tipe II
Kesalahan tipe II (β) yang dipakai sebesar 0,01 (1%) sehingga nilai
Z sebesar 2.56
c. P1
Proporsi yang dipakai sebesar 0.667 (66.7%) diperoleh dari
d. P2
Proporsi yang dipakai sebesar 0.300 (30.0%) diperoleh dari
G. Alur Penelitian
1. Persiapan penelitian
koordinator penelitian.
penelitian ini.
operasi.
j. Sertifikasi laboratorium
55
3. Informed Consent
a. Tim peneliti (PPDS Obgin atau dokter konsultan ginekologi onkologi)
pertanyaannya.
rumah sakit.
4. Pemeriksaan CA 125
pemeriksaan CA 125.
suhu 2-8 oC, dan dikirim ke laboratorium RSWS atau RS Unhas yang
komponen gambaran USG pada RMI 3 dan ADNEX Risk Model dilakukan
57
ovarium.
Perhitungan skor RMI 3 dan ADNEX Risk Model dituliskan pada lembar
rumus yang ada sesuai dangan teori pada RMI 3 dan secara otomatis pada
Komponen ADNEX Risk Model yang dinilai oleh sejawat radiologi antara
lain : diameter maksimal dari lesi, diameter maksimal bagian padat dari lesi,
apakah jumlah lokus lebih dari 10, jumlah proyeksi papiler, acoustic shadow
6. Pemeriksaanhistopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi ini dilakukan blinding, yang berarti
pemeriksaan ini, diketahui apakah tumor ovarium ganas atau jinak, serta
konsisten, dan logis. Pada data yang sudah bersih dilakukan pengolahan
statistik dengan paket Stata versi 14 untuk disusun dalam tabel tunggal
maupun tabel silang sesuai tujuan penelitian. Data demografi dan klinik
sebaran data dengan analisis. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari
a. Univariate
b. Bivariate
Analisis bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antara
uji chi square. Uji ini dipilih karena variable yang digunakan dalam
J. Etika
menolak.
hak untuk dijamin kerahasiaan atas setiap jawaban dan data yang
diberikan.
K. Waktu Penelitian
Persiapan : 2 minggu
L. Personalia Penelitian
M. Anggaran Penelitian
Biaya pembelian aplikasi ADNEX Risk Model di playstore ditanggung oleh
peneliti.
63
N. Jadwal Penelitian
pemeriksaan CA 125
BAB IV
sebanyak 93 sampel yang terdiagnosis tumor ovarium yang kemudian dari total
n (%) mean
usia (tahun)
> 60 tahun 6 (9.5)
50-59 tahun 16 (25.3)
42.51
40-49 tahun 18 (28.5)
30-39 tahun 13 (20.6)
< 30 tahun 10 (15.9)
menopause
premenopause 38 (60.3)
pascamenopause 25 (39.7)
pendidikan
≤ 9 Tahun 35 (55.6)
>9 Tahun 28 (44.4)
pekerjaan
bekerja 9 (14.3)
tidak bekerja 54 (85.7)
IMT
underweight 14 (22.2)
normal 33 (52.4)
21.81
overweight 12 (19.0)
obesitas 4 (6.4)
paritas
0 31 (49.2)
1-2 16 (25.4) 1.60
3-5 12 (19.0)
>5 4 (6.3)
IMT = Indeks Massa Tubuh
66
sampel (28.5%) dan rata-rata usia 42.51 tahun. Berdasarkan teori, massa
adneksa dapat ditemukan pada perempuan semua usia, dari fetus hingga tua.
asimtomatik usia 25-40 tahun, lesi adneksa pada pemeriksaan USG adalah
7.8% (kista ovarium 6.6%). Pada studi serial lain, dilakukan USG transvaginal
ginekologis, 2.5% memiliki kista adneksa unilokuler simpel. Pada penelitian ini,
lebih 10-20%). Tumor sel germinal merupakan tumor yang paling umum pada
kanker ovarium anak dan remaja, dengan persentase 35% dibanding dewasa,
jinak. Hal ini disebabkan banyak massa adneksa jinak berkaitan dengan fungsi
reproduksi. Hal tersebut juga tampak pada tabel 1, dapat dilihat proporsi
67
ini. Jenis massa adneksa lain berkaitan dengan siklus mentsruasi dan hormon
pada populasi pasien ini. Pada penelitian ini (tabel 3) dapat dilihat sebaran
jenis histopatologi tumor ovarium pada sampel, teratoma adalah jenis tumor
jinak terbanyak dengan proporsi 7.9% dibanding tumor jinak lain. Untuk jenis
Kebanyakan adalah kistik parsial dan berasal dari sel epitel. Insiden kanker
ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya usia (1.8 – 2.2 per 100,000
perempuan usia 20-29 tahun banding 9-15.2 per 100,000 perempuan usia 40-
atau Tubo-Ovarian Abcess (TOA) juga dapat muncul, namun lebih jarang dan
usia di atas 50 tahun adalah neoplasma ganas. Pada tabel 2, dapat kita lihat
bahwa tumor ganas jenis adenokarsinoma serosa dan musin memiliki proporsi
proporsi 44.4% dan 85.7%. selain itu dilihat dari IMT, proporsi IMT normal
mendominasi populasi sampel (52.4%). Hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah
keganasan ovarium. Pada studi yang dilakukan oleh Tworoger dan Huang
(2016), secara keseluruhan hubungan antara adiposity dan risiko kanker
ovarium hanya bersifat positif lemah, hubungan yang lebih kuat hanya tampak
prospektif. Dikatakan juga IMT yang lebih tinggi hanya berkaitan dengan
invasif. Kedua tipe ini memiliki hubungan yang kuat pada studi-studi yang lebih
berkaitan dengan pembentukan tumor musin (Tworoger & Huang, 2016). Pada
signifikan dan 3 studi menunjukkan hubungan yang negatif antara risiko kanker
Dari tabel 3 didapatkan dari 63 sampel, jumlah tumor ovarium jinak dan
ganas baik pada ADNEX Risk Model dan RMI 3 memiliki proporsi yang sama,
dengan jumlah tumor dan jinak adalah 35 dan 28 sampel (55.6% dan 44.4%).
Namun, persamaan angka ini belum menunjukkan nilai efektivitas yang sama
pada kedua alat prediktor jika dibandingkan dengan jumlah tumor jinak dan
bersifat novel jika dibandingkan dengan alat yang sudah ada sebelumnya yang
beberapa studi lain, jika dibandingkan dengan simple rules, LR2 dan RMI
dikatakan ADNEX Risk Model memiliki sensitivitas yang paling tinggi namun
ADNEX Risk Model memiliki kemampuan yang sama, bahkan sedikit lebih baik
(Van Calster, et al., 2014). Sebuah penelitian terbaru di China yang menilai
Tabel 4. Hasil Luaran RMI 3 dan ADNEX Risk Model Tumor Ovarium
hasil RMI 3
total ACC SENS SPEC PPV NPV nilai p
PA ganas jinak
Ganas 31 9 40
Jinak 4 19 23 79.37 77.5 82.6 88.6 67.9 0.000
total 35 28 63
ADNEX
ganas jinak
Ganas 29 11 40
Jinak 6 17 23 73.02 72.5 73.9 82.9 60.7 0.0002
Total 35 28 63
RMI = Risk of Malignancy Index, ACC = Accuracy, SENS = Sensitivity, SPEC
= Specificity, PPV = Positive Preditive Value, NPV = Negative Preditive Value
72
Dari tabel 4 dapat kita ketahui meskipun jumlah prediksi ADNEX Risk
Model dan RMI 3 memiliki jumlah prediksi tumor jinak dan ganas yang sama,
masing-masing tumor yang diprediksi jinak atau ganas dengan hasil PA.
Berturut-turut nilai ACC, SENS, SPEC, PPV dan NPV dari RMI 3 (79.37, 77.5,
82.6, 88.6, dan 67.9%) lebih tinggi dari ADNEX Risk Model (73.02, 72.5, 73.9
ADNEX Risk Model bersifat novel jika dibandingkan dengan alat yang sudah
ada sebelumnya. Pada studi yang dilakukan oleh Meys, et al. (2017) yang
lain, didapatkan hasil yang berbeda. Nilai SENS, SPEC, PPV dan NPV dari
ADNEX Risk Model berturut-turut adalah 98, 62, 58 dan 98%. Kecuali
spesifisitas, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan RMI yang dianalisis
Studi yang dilakukan oleh Sztuber, et al. (2016) yang melibatkan 204
pasien di Polandia dan 123 pasien di Spanyol juga menunjukkan hal yang
sama dimana ditambahkan nilai ACC dalam penilaian efektivitas ADNEX Risk
ACC, SENS, SPEC, PPV dan NPV di Polandia berturut-turut 79.9, 94.3, 72.4,
73
dan 64.1. Hal yang serupa juga didapatkan di Spanyol dengan nilai ACC,
SENS, SPEC, PPV dan NPV berturut-turut 81.3, 97.1, 75.3, 60, dan 98.5. Nilai
akurasi ADNEX Risk Model dikatakan juga lebih rendah dalam studi ini
95.1% di Spanyol).
Pada beberapa studi ADNEX Risk Model memang tidak selalu memiliki
efektivitas yang lebih baik dibanding dengan prediktor lain. Hu, et al. (2017)
dalam studinya yang melibatkan 136 sampel yang dianalisis secara retrospektif
mengatakan akurasi dan sensitivitas ADNEX Risk Model adalah 78.70% dan
MRI. Nilai diagnostik keduanya tidak berbeda secara statistik (P>0.05). Nilai
ACC, SENS, SPEC, PPV dan NPV pada ADNEX Risk Model pada studi ini
berturut-turut adalah 78.7, 93.0, 72.0, 60.6 dan 95.7%. ADNEX Risk Model
yang juga dapat menilai setiap stadium keganasan, dikatakan juga tidak ada
perbedaan diagnostik dalam menilai stadium pada kedua prediktor dalam studi
Hu, et al. Dalam konklusinya dikatakan ADNEX Risk Model tidak cukup akurat
Adapun beberapa hal yang bisa diidentifikasi pada alat prediktor ini
dalam menilai keganasan suatu tumor adneksa seperti yang dibahas oleh Hu,
et al. sebagai contoh, prediktor usia dalam ADNEX Risk Model harus ≥14 tahun
dan diameter tumor yang harus lebih dari ≥8 mm. Perbaikan prediktor model
74
ini diharapkan dapat mengakomodasi data di luar rentang yang ada untuk
aplikabilitas yang lebih baik. Seperti dikutip, dapat juga ditambahkan parameter
posterior, serta sinyal aliran darah dan resistensi jika perlu. Selain itu pada
penelitian ini dilakukan penginputan semua nilai CA 125 pada semua tumor,
walaupun prediksi dengan ADNEX Risk Model bisa dilakukan tanpa menginput
nilai CA 125. Seperti yang diketahui bahwa tumor ganas tipe musin lebih
sampel penelitian ini, cukup banyak tumor ganas tipe musin (20.6%).
Pada tabel 4, dapat juga kita lihat bahwa perbedaan prediksi yang
terbesar adalah pada tumor ovarium yang diprediksi oleh ADNEX Risk Model
jinak, namun terdiagnosis pada patologi anatomi ganas, yaitu 11 sampel. Dari
11 sampel tersebut diantaranya 5 tumor ganas tipe musin, 1 tipe clear cell dan
kurang dari 100 dan hanya 2 dari 11 tumor ganas ini yang memiliki CA-125
>600. Hal ini menunjukkan bahwa prediksi sebagian besar tumor ganas tipe
musin, clear cell dan disgerminoma pada prediksi ADNEX Risk Model bersifat
kurang relevan. Selain itu penggunaan tumor marker yang kurang tepat (CA-
125) pada tumor ganas tipe musin dan beberapa tipe non-serosa juga
tersebut diantaranya 6 tumor ganas tipe musin dan 1 tumor yolk sac. Lima dari
6 tumor ganas tipe musin ini merupakan tumor musin yang terprediksi jinak
oleh ADNEX Risk Model namun ganas pada patologi anatomi. Hal ini semakin
menunjukkan bahwa prediksi tumor musin yang tidak cukup akurat, tidak
hanya terjadi pada ADNEX Risk Model, namun juga pada RMI 3. Variabel CA-
125 menjadi variabel yang berpengaruh baik pada perhitungan ADNEX Risk
al. dan Hu, et al. adalah studi retrospektif, sehingga parameter yang
dengan kemungkinan beberapa data diestimasi. Berbeda dengan studi ini yang
parameter USG untuk penilaian model ini. Kelebihan studi-studi mereka adalah
jumlah sampel yang lebih banyak dibandingkan dengan penelitian ini karena
alasan studi retrospektifnya yang bisa mengambil sampel dalam rentang waktu
lebih panjang. Meskipun alat diagnostik ini tidak sempurna, namun ADNEX
Risk Model memiliki kelebihan dalam menilai stadium dibanding alat prediktor
menopause dan paritas, pada tabel 5 dapat diketahui efektivitas dari ADNEX
Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran ADNEX Risk Model lebih reliabel pada
memiliki nilai p<0.05 (0.0001 dan 0.0054). Hasil yang bervariasi tampak pada
studi yang dilakukan oleh Nohuz, et al. (2018) dalam menilai reliabilitas skor
yang sudah dibahas juga pada studi Sztubert, et al. (2016), meskipun ADNEX
Risk Model mampu membedakan tumor jinak dan ganas dengan baik serta
terlibat dalam model ini. Studi tersebut menemukan bahwa akurasi diagnostik
kelompok pascamenopause, sama seperti pada studi ini. Studi grup IOTA tidak
Pada tabel 5, juga dapat kita lihat bahwa kedua nilai p ADNEX Risk
Model adalah signifikan untuk kelompok nulipara dan paritas > 1. Nilai p
ADNEX Risk Model kelompok nulipara = 0.001 dan kelompok paritas > 1 =
0.0275, dimana kedua nilai ini bermakna secara statistik. Hal ini menunjukkan
studi sebelumnya yang dilakukan oleh Yavuzcan, et al. (2014) pada 153
RMI 1-4 dalam evaluasi massa adneksa didapatkan bahwa paritas memiliki
parameter RMI terdahulu. Dengan nilai cut-off 300, nilai ACC, SENS, SPEC,
dan PPV, serta nilai p bermakna secara statistik (termasuk RMI 3). Paritas
merupakan faktor protektif yang kuat terutama pada KOE dan efek
menunjukkan penurunan 60% risiko KOE pada perempuan paritas >3 jika
pada paritas >5, dan peningkatan paritas juga melindungi perempuan dari
ADNEX Risk Model dapat berkorelasi dengan baik dalam analisis dengan
Pada studi ini, dilakukan evaluasi pengaruh paritas pada RMI 3 dan
ADNEX Risk Model sebagai determinan paparan estrogen jangka panjang dan
jumlah total ovulasi. Teori yang terlibat adalah ovulasi yang tidak terganggu
gonadotropin, efek yang serupa pada kontrasepsi oral. Selain itu kadar
Risk Model meskipun belum ada studi sebelumnya yang sama dengan
Semua nilai diagnostik ini mengacu pada sebuah kesimpulan bahwa ADNEX
Risk Model tidak selalu lebih baik dalam menilai keganasan dibanding
prediktor terdahulu. Baik dalam ACC, SENS, SPEC, dan PPV; meksipun studi
terdahulu hanya mampu melihat nilai akurasi dan spesifisitas yang lebih
rendah, pada studi ini efektivitasnya justru lebih baik pada RMI 3. Dalam hal ini
juga RMI yang dipakai dalam penelitian adalah RMI 3, meskipun dikatakan
tidak ada perbedaan yang bermakna pada keempat jenis RMI, namun
tumor ovarium borderline dan tumor jinak pada 162 perempuan secara
retrospektif, didapatkan AUC RMI 1 memiliki nilai yang paling tinggi dibanding
3 RMI lainnya. RMI 1 juga memiliki nilai spesifisitas yang paling tinggi,
penelitian ini tampak juga pada penelitian Ray, A., et al. yang membandingkan
massa adneksa jinak dan ganas pada 3 Rumah Sakit Pendidikan, didapatkan
80
hasil yang juga mendukung RMI 1. Hasil ini didapatkan dengan menggunakan
cut off 29.29 untuk ADNEX Risk Model yang dikatakan memiliki sensitivitas
75% dan 77.8% untuk RMI 1 (Ray, A., et al., 2019). Perbedaan yang tampak
pada penelitian ini dengan Ray, A., et al. adalah jenis RMI dan nilai cut off value
yang jauh lebih rendah dari yang dipakai. Perbedaan nilai parameter gambaran
USG patologis yang dipakai pada RMI 1 dan 3 memiliki angka yang cukup
membuat nilai RMI menjadi jinak. Angka CA-125 and parameter status
menopause menjadi tidak bermakna. Selain itu cut off yang dipakai tentu
Nilai cut off keganasan yang lebih rendah membuat angka keganasan lebih
tinggi atau bahkan sebaliknya tergantung populasi sampel yang didapat. Hal
ini tampak pada penelitian ini dimana tumor ganas pada ADNEX lebih rendah
dari yang seharusnya ganas pada pemeriksaan PA, begitu juga pada
kelompok RMI. Hal ini juga tampak pada nilai sensitivitas dan spesifisitas yang
berbeda pada penelitian Ray, A., et al yang mencapai angka 100%, sedangkan
tidak demikian pada penelitian Meys, et al. dimana nilai spesifisitas menjadi
kelemahan dari ADNEX Risk Model. Meys, et al. menggunakan cut off >10%
sebuah senter sangat penting untuk memiliki sensitivitas yang tinggi, dengan
menggunakan cut off yang rendah untuk keganasan (contoh : 5-10%). Untuk
senter lain, mungkin lebih dipilih spesifisitas yang lebih tinggi dengan
menggunakan cut off value keganasan (contoh : 30%). Hal ini bertujuan untuk
membatasi jumlah false positif. Strategi spektrum luas berbeda pada masing-
masing negara dengan sistem kesehatan serta protokol rujukan yang berbeda
juga. Dalam memilih cut off tergantung dari klinis, senter, dan protokol lokal
jenis senter tertentu yang menilai massa adneksa juga menjadi salah satu hal
yang mempengaruhi angka yang diinput dalam parameter secara real time.
Studi retrospektif hanya menilai massa adneksa berdasarkan data yang sudah
ada dan dikatakan juga beberapa nilai parameter dilakukan estimasi. Banyak
studi mencoba menilai validasi model ini. Pada studi yang dilakukan oleh Viora,
et al. (2020) yang berjudul The ADNEX model to triage ADNEXal masses: An
external validation study and comparison with the IOTA two-step strategy and
bahkan lebih akurat. Dalam penelitian ini, dilakukan validasi ADNEX secara
82
menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Dalam salah satu studi validasi
nilai AUC 0.937 yang menunjukkan ADNEX memiliki kemampuan validasi yang
baik sesuai dengan studi ADNEX terdahulu (Sayasneh, et al., 2016; Viora, et
al., 2020).
83
BAB 6
A. Simpulan
1. ADNEX Risk Model dan RMI 3 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
2. RMI 3 lebih sensitif dan spesifik dalam membedakan tumor ovarium jinak
3. RMI 3 sensitif dan spesifik dalam membedakan tumor ovarium jinak dan
ADNEX Risk Model sensitif dan spesifik pada semua status paritas dan
B. Saran
ADNEX Risk Model jika akan dibandingkan dengan alat prediktor lain.
Daftar Pustaka
Abdulrahman, G., et al. 2014, The Risk Of Malignancy Index (RMI) in Women
Sep;53(3):376-81.
Biggs, W.S., & Marks, S.T. 2016. Diagnosis and Management of Adnexal
Calster, B., Hoorde, K. & Valentin, L. 2014. Evaluating The Risk Of Ovarian
Calster, B., et al. 2015. Practical Guidance for Applying the ADNEX Model from
(https://www.uptodate.com/contents/screening-for-ovarian-cancer
Chen, L. & Berek, J. 2017. Patient Education : Ovarian Cancer Diagnosis And
(https://www.uptodate.com/contents/ovarian-cancer-diagnosis-and-
Clarke, S.E., et al. 2009. Risk of Malignancy Index in the Evaluation of Patients
Epstein, E., et al. 2015. Subjective Ultrasound Assessment, the ADNEX Model
Foong, K. W., & Bolton, H. 2017. Obesity and ovarian cancer risk: A systematic
148-156.
Karimi, M., Mojaver, S., & Rouhi, M. 2015. Diagnostic Value Of The Risk Of
1510.
Karimi-Zarchi, M. 2015. Diagnostic Value of the Risk of Malignancy Index (RMI)
Koushik, A., et al. 2016. Hormonal and Reproductive Factors and The risk of
McGuire, V., et al. 2016. Partity and Oral Contraceptive Use in Relation to
Jun;49(6):784-792.
Moorman, P., et al. 2008. Hormonal Risk Factors dor Ovarian Cancer in
Premenopausal and Postmenopausal Women. Am J Epidemiol. 2008
(https://www.uptodate.com/contents/approach-to-the-patient-with-an-
Nohuz, E., De Simone, L., & Chêne, G. 2018. Reliability of IOTA score and
Reproduction.
Gynecol. 2015;2(1):14-23
Ray, A., et al. 2019. Diagnostic accuracy of the risk of malignancy index 1
Sayasneh, A., et al. 2016. Evaluating the risk of ovarian cancer before surgery
Siegel ,R.L., Miller, K.D., & Jemal A. 2015. Cancer Statistics 2015. CA Cancer
Spencer, C.P., & Robarts, P.J. 2006. RCOG Green-top Guideline No. 34:
Management Of ADNEXal Masses In Pregnancy. The Obstetrician &
Gynaecologist. 2006;8:14–19.
Sep;142(3):490-5.
Triana, E., et al. 2019. The Accuracy of Modified Risk Malignancy Index (RMI)
10.32771/inajog.v7i3.900.
Tworoger, S. S., & Huang, T. 2016. Obesity and Ovarian Cancer. Recent
Vachon, C., et al. 2002. Association of Parity and Ovarian cancer Risk by
Viora, E., et al. 2020. The ADNEX model to triage ADNEXal masses: An
Elsevier. 8 -12.
Yavuzcan, A., et al. 2014. Addition of Parity to The Risk of Malignancy Index
Des:53(4):518-522.
Research, 12(1)
92
Lampiran 1
PRABEDAH
metastasis (Hippisley, 2012). Di dunia, pada tahun 2008, kurang lebih 225.000
9,4 per 100.000 perempuan dan mortality rate 5,1 per 100.000. Ada yang
keganasan ginekologi terbanyak ketiga dengan insiden 5,0 per 100.000 dan
mortality rate 3,1 per 100.000 (Chen, 2017). Di Indonesia sendiri berdasarkan
kanker ovarium. Risiko terjadinya kanker ovarium berkurang pada ibu yang
ovarium dan berbagai macam tumor marker dalam upayanya sebagai alat
in the ADNEXa) Risk Model merupakan suatu alat diagnostik yang dapat
merupakan suatu alat diagnostik yang umum digunakan sejak dekade terakhir
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengetahui ketepatan ADNEX Risk
dengan RMI 3 yang sudah umum digunakan dan pengaruhnya dengan status
sukarela dan mengijinkan kami mewawancarai ibu dan ibu bersedia mengisi
formulir kuesioner penelitian saya. Bila ibu bersedia, kami mengharapkan ibu
sukarela dan tanpa unsur paksaan, oleh karena itu ibu berhak menolak atau
hal antara lain data pribadi ibu, dan mencatat hasil pemeriksaan ibu ke dalam
suatu form untuk dibuat analisis datanya. Kami menjamin keamanan dan
Bila ibu merasa masih ada hal yang belum jelas atau belum dimengerti
dengan baik, maka ibu dapat menanyakan atau meminta penjelasan pada
Lampiran 2
nama : ...................................................................................
umur : ...................................................................................
alamat : ...................................................................................
Lampiran 3
FORMULIR PENELITIAN
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS ADNEX
RISK MODEL DENGAN RMI (RISK OF MALIGNANCY INDEX) 3
DALAM MEMBEDAKAN TUMOR OVARIUM JINAK DAN
GANAS PRABEDAH
IDENTITAS PASIEN
1. nama : ...............................................................
2. rumah sakit/ no. reg : ...............................................................
3. tanggal penelitian : ...............................................................
4. tanggal lahir/usia : ...............................................................
5. pekerjaan : a. tidak bekerja b. bekerja,..............
6. pendidikan : ...............................................................
7. suku bangsa : ...............................................................
8. alamat : ...............................................................
9. nomor handphone : ...............................................................
10. pekerjaan suami : ...............................................................
11. pendidikan suami : ...............................................................
12. BPJS : a. KIS b. mandiri kelas I / II / III
13. nomor BPJS : ...............................................................
7. KB sebelumnya : ...............................................................
8. riwayat penyakit sebelumnya : ......................................................
9. riwayat alergi : ...............................................................
10.cara datang :- datang sendiri
- pengantar Sp.OG
- pengantar poliklinik
- rujukan dari...........................................
11. diagnosis pada saatMRS :
............................................................................................................
............................................................................................................
...............................................................................................
1
2
3
99
Lampiran 4
peneliti
Lampiran 5
DUMMY TABLE
3-5
>5
Tabel 4. Hasil Luaran RMI 3 dan ADNEX Risk Model Tumor Ovarium
hasil RMI 3
total ACC SENS SPEC PPV NPV nilai p
PA ganas jinak
Ganas
Jinak
total
ADNEX
ganas jinak
Ganas
Jinak
Total