Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN RADIOLOGI REFE

BAGIAN RADIOLOGI REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2023

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DETEKSI DINI TUMOR PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

NADILA ARDYANI NAHARDI

111 2022 1043

PEMBIMBING :

dr. Febie Irsandy S., Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan

bahwa :Nama : Nadila Ardyani Nahardi

Stambuk : 111 2022 1043

Judul : Tubular Carcinoma Of The Breast : Advantages


And Limitations Of Breast Tomosynthesis

Telah menyelesaikan tugas dan telah mendapat perbaikan. Tugas ini


dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Menyetujui, Makassar, September 2023

Dokter Pendidik Klinik Penulis

dr. Febie Irsandy S., Sp.Rad Nadila Ardyani Nahardi


NIM : 111 2022 1043
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT,karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka
telaah jurnal ini dapat diselesaikan. Salam dan salawat semoga
selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan kaum yang mengikuti ajaran
beliau hingga akhir zaman.

Telaah jurnal yang berjudul “Tubular Carcinoma Of The


Breast : Advantages And Limitations Of Breast Tomosynthesis” ini
disusun sebagaipersyaratan kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia. Penulis mengucapkan rasa terima
kasih sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
tugas ilmiah ini hingga selesai, terkhusus kepada dr. Febie Irsandy
S., Sp.Rad sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan tugas
ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna, untuk


saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
penyempurnaan penulisan karya ini. Terakhir penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri.

Makassar, September 2023


Penulis
RAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2023

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DETEKSI DINI TUMOR PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

NADILA ARDYANI NAHARDI

111 2022 1043

PEMBIMBING :

dr. Febie Irsandy S., Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan

bahwa :Nama : Nadila Ardyani Nahardi

Stambuk : 111 2022 1043

Judul : Tubular Carcinoma Of The Breast : Advantages


And Limitations Of Breast Tomosynthesis

Telah menyelesaikan tugas dan telah mendapat perbaikan. Tugas ini


dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Menyetujui, Makassar, September 2023

Dokter Pendidik Klinik Penulis

dr. Febie Irsandy S., Sp.Rad Nadila Ardyani Nahardi


NIM : 111 2022 1043
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT,karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka
telaah jurnal ini dapat diselesaikan. Salam dan salawat semoga
selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan kaum yang mengikuti ajaran
beliau hingga akhir zaman.

Telaah jurnal yang berjudul “Tubular Carcinoma Of The


Breast : Advantages And Limitations Of Breast Tomosynthesis” ini
disusun sebagaipersyaratan kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia. Penulis mengucapkan rasa terima
kasih sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
tugas ilmiah ini hingga selesai, terkhusus kepada dr. Febie Irsandy
S., Sp.Rad sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan tugas
ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna, untuk


saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
penyempurnaan penulisan karya ini. Terakhir penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri.
Makassar, September 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor didefinisikan sebagai keadaan perkembangan tidak

terkendali sel yang abnormal dan memiliki kemampuan untuk

berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Berdasarkan data dari

International Agency for Research on Cancer (IARC),

diperkirakan setidaknya satu dari lima penduduk laki-laki dan

satu dari lima penduduk wanita di dunia akan menderita tumor

sepanjang hidupnya serta satu dari delapan penduduk tersebut

akan meninggal akibat tumor.1

Tumor payudara menjadi salah satu kasus tumor paling

sering terjadi dengan terhitung lebih dari 1,5 juta wanita di dunia

terdiagnosis tumor payudara setiap tahunnya. Menurut data dari

Badan Litbangkes tahun 2019, tumor payudara menempati posisi

pertama sebagai kasus kejadian tumor terbanyak di Indonesia

dengan prevalensi sebesar 19,18% disusul oleh tumor serviks

sebesar 10,69% dan tumor paru-paru sebesar 9,89% 2. Data ini


didukung dengan data tahun 2018 oleh GLOBOCAN yang

menyatakan tumor payudara menjadi kasus terbanyak penyakit

tumor kedua di dunia dengan persentase 11,7% setelah tumor

paru-paru (1). Pada penelitian di Amerika Utara, statistik survival

rate pada pasien tumor payudara bernilai lebih dari 80% pada 5

tahun terakhir akibat pendeteksian dini sehingga mencegah dari

progresivitas penyakit apabila sudah di stadium akhir. 3

Terdapat berbagai pendapat berbeda mengenai etiologi

utama dari tumor payudara, namun hingga saat ini belum dapat

dipastikan penyebab pasti penyakit ini selain dari akibat

multifactorial yang kompleks dengan kemungkinan adanya

keterkaitan gen dan faktor lingkungan. Selain itu, faktor lain

seperti IMT berlebih, golongan lansia, penggunaan hormon,

konsumsi alkohol dan rokok, serta paparan radiasi secara rutin

diperkirakan dapat meningkatkan risiko terkena tumor payudara.

Didasari dengan banyaknya faktor risiko dan angka insiden yang

tinggi, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa

program deteksi dini baik secara klinis dan non klinis yang bisa

diakses oleh diri sendiri ataupun pelayanan kesehatan utama.

Diagnosis penyakit yang lebih dini dapat menyebabkan hasil

intervensi yang lebih baik pada mereka yang menderita penyakit

dan mengurangi kejadian penyakit yang muncul pada tahap

lanjut.
Deteksi dini menggunakan alat-alat radiografi merupakan

modalitas yang paling sensitif dan efektifitasnya tinggi karena

dapat mengurangi angka kematian akibat tumor payudara hingga

40% 4.

Alat pencitraan yang dapat digunakan adalah USG,

Mamografi, dan MRI Payudara dimana nantinya dapat

diklasifikasi menggunaan kategori BI-RADS. Setiap alat

pencitraan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-

masing sebagai modalitas mendeteksi massa atau temuan

patologis pada payudara. Deteksi dini menggunakan pencitraan

ini di Indonesia masih sangat jarang dilakukan terutama pada

wanita-wanita usia diatas 40 tahun yang memiliki resiko tinggi

terkena tumor payudara. Dengan referat ini diharapkan

pengetahuan dan pemahaman tentang USG, Mamografi dan

MRI dalam deteksi dini tumor payudara dapat membantu

meningkatkan efektifitas alat-alat ini sehingga angka morbiditas

dan mortalitas akibat tumor payudara dapat dikurangi secara

eksesif. 4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara

Payudara pada wanita merupakan salah satu organ penting

yang secara umum berfungsi sebagai tempat produksi ASI. Secara

anatomi, payudara berada pada regio thorax, bagian anterior otot

pektoralis mayor, dan menempel pada dinding tulang sternum yang

disambungkan oleh ligamen. Sisi medial dari payudara juga terletak

di atas fasia serratus anterior dan otot abdomen oblik eksternal.

Setiap payudara memiliki setidaknya 15-20 lobus yang memiliki

duktus pada setiap lobus menuju bagian puting atau areola

payudara. Jaringan lain pada payudara yaitu jaringan lemak dan

jaringan fibrosa sebagai pelindung dan penyokong bentuk

payudara tersebut. Payudara secara anatomi juga memiliki 2

lapisan fascia yang dibagi berdasarkan kedalamannya. Jaringan

payudara terletak di bagian basal dari dermis kulit dan terhubung

melalui ligamen suspensorium Cooper. Ligamen suspensorium

cooper ini adalah jaringan ikat yang memiliki hubungan manifestasi


klinis dengan gambaran mengkerut seperti jeruk pada pasien tumor

payudara.5

Struktur penting lain diluar dari payudara itu sendiri adalah

nodus limfa. Kelenjar getah bening atau nodus limfa adalah organ

diluar organ payudara berbentuk seperti kacang yang berfungsi

dalam sistem imun membantu melawan infeksi. Dikarenakan nodus

limpa menyaring dan membawa cairan getah bening dari payudara

ke organ limfa, maka metastasis atau penyebaran tumor melalui

dan pada nodus limfa sangat sering terjadi yang menandakan

keparahan dari tumor payudara tersebut (6). Kelompok nodus limpa

di dekat payudara terletak di ketiak (dikenal sebagai nodus limpa

aksila), di atas tulang selangka, ataupun di leher.5

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

2.2 Definisi Tumor Payudara


Tumor payudara merupakan penyakit dimana kondisi sel di

jaringan payudara mengalami abnormalitas yang menyebabkan sel

tersebut berkembang dan membelah diri secara massive dan tidak

terkontrol lalu nantinya akan membentuk sebuah jaringan baru yang

disebut jaringan tumor. Apabila sel tersebut masih dapat

mempertahankan fungsinya maka dapat disebut sebagai tumor

jinak, namun bila sel tersebut kehilangan fungsi awalnya maka

disebut sebagai tumor ganas/cancerous4. Menurut data yang

dipublikasikan oleh WHO 90% dari massa yang ditemukan di

payudara bukanlah sel cancerous namun bisa gumpalan tumor jinak

seperti fibroadenomas dan kista ataupun infeks.1

2.3 Epidemiologi Tumor Payudara

Tumor payudara termasuk kasus tumor paling sering terjadi

pada wanita amerika dengan estimasi 15% - 30% diantara semua

kasus tumor terbaru pada wanita di tahun 2019. Secara

epidemiologi, insiden tertinggi tumor payudara terjadi di Negara

Amerika Serikat dan Negara di Benua Eropa sedangkan yang

terendah berada di Benua asia. Di Indonesia sendiri, tumor payudara

merupakan jenis kasus tumor paling banyak pada wanita dengan

dugaan adanya peningkatan insiden dan mortality rate 5–10 tahun

yang akan datang2. Pada tahun 2020 tercatat 2,3 juta wanita

terdiagnosis tumor payudara dan 685.000 diantaranya menjadi


kasus mortalitas. Meskipun begitu, angka keselamatan pada insiden

tumor payudara mencapai angka lebih dari 75% di tahun 2014-

20187. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya program edukasi

tentang perlakuan skrining dini dengan SADARI sebagai early

diagnostic tools yang menyebabkan pasien dapat di terapi sebelum

sampai Di tahap yang Lebih Parah.4

2.4 Faktor Risiko Tumor Payudara

Faktor risiko tumor payudara ada yang dapat dicegah dan

diubah seperti BMI(obesitas), perilaku merokok, paparan radiasi,

faktor lingkungan, dan penggunaan alat kontrasepsi serta hormone

replacement therapy. Namun ada juga faktor yang tidak dapat

dicegah seperti jenis kelamin wanita, umur lansia, riwayat

menstruasi yang cepat, riwayat kehamilan pada usia tua, riwayat

menyusui, dan faktor genetik. Faktor risiko pertama adalah berjenis

kelamin wanita dimana setidaknya satu dari delapan wanita di dunia

akan mengalami tumor payudara dalam hidupnya. Hal ini

disebabkan karena sel payudara pada wanita secara konstan

terekspos dengan hormon estrogen dan progesteron sebagai

growth-promoting hormone. Hormon ini nantinya akan berikatan

dengan reseptornya masing-masing dan menstimulasi proliferasi

dan perkembangan sel yang memiliki efek toksik dengan

mengekspresikan gen neoplastik yang sangat responsif dengan


estrogen sehingga terjadi penumpukan kerusakan genomik. Faktor

risiko selanjutnya yaitu umur individu diatas 35 tahun. Pada suatu

studi cohort yang dilakukan di Prancis, dari 6481 pasien tumor

payudara pada tahun 1990 – 2014, 556 diantaranya merupakan

pasien dibawah umur 35 tahun dan 5925 lainnya berumur diantara

36 sampai 50 tahun. Hal ini disebabkan beberapa hal seperti

kontinuitas paparan rokok, alkohol, sinar UV, dan kafein serta proses

imunitas pada lansia yang sudah menurun dan sering terjadi

malfungsi maka dapat menstimulasi spesi oksigen reaktif / ROS

yang menginduksi terjadinya mutasi pada sel normal didalam

payudara.

Faktor risiko lainnya adalah riwayat menstruasi dan

kehamilan. Wanita yang menstruasi pertamanya didapat pada umur

dibawah 12 tahun dan kehamilan pertama diatas 30 tahun memiliki

risiko lebih tinggi terkena tumor payudara4. Paparan radiasi juga

termasuk sebagai faktor risiko terjadinya tumor payudara namun

tidak semua bentuk radiasi dapat memicu tumor payudara. Menurut

NCI, jenis radiasi yang dapat menjadi faktor risiko dari tumor

payudara dan biasa disebut dengan ionizing radiation (IR).

2.5 Patofisiologi Tumor Payudara

Pada sel normal apabila sel tersebut sudah rusak maka sel

tersebut akan dieliminasi dan terjadi apoptosis secara natural,


namun pada sel tumor maka sel tersebut tidak akan diperbaiki dan

malah membelah secara agresif menjadi sel yang defektif. Salah

satu penyebab terjadinya tumor adalah penurunan regulasi dari gen

p53, a tumour suppressor gene, yang menyebabkan ke abnormal-an

proses apoptosis dan pertumbuhan dari sel tumor tersebut8.

Secara etiopatogenesis, tumor payudara diawali akibat proses

alterasi molekuler sel yang menyebabkan pertumbuhan tidak

terkontrol pada level sel9. Tumor payudara dapat timbul pada sel-sel

lapisan epitel dari saluran duktus (85%) atau lobulus (15%) di

jaringan kelenjar payudara8. Awalnya, pertumbuhan tumor terbatas

pada duktus atau lobulus (“in situ”) di mana umumnya asimtomatik

dan memiliki potensi penyebaran yang minimal (metastasis).

Namun, dengan seiring waktu, tumor in situ (stadium 0) ini dapat

berkembang dan menyerang jaringan payudara di sekitarnya (tumor

payudara invasif) kemudian menyebar ke kelenjar getah bening

terdekat (metastasis regional) atau ke organ lain di dalam tubuh

(metastasis jauh). Tumor payudara memiliki beberapa mutasi

genetik yang dapat dideteksi. Pada penelitian menyebutkan

setidaknya terdapat 3 mutasi genetik yang pernah ditemukan, yaitu

BRCA1, BRCA2, dan PALB-2 10. Wanita yang membawa gen mutasi

BRCA1 dari orangtuanya, memiliki prevalensi risiko sebesar 60-80%

untuk terjadi tumor payudara.


2.6 Anamnesis dan Diagnosis pada Tumor Payudara

Tumor payudara termasuk tumor yang tumbuh sangat lambat

sehingga pada kebanyakan kasus untuk diagnosis tahap awal

kemungkinan pasien asimtomatik dan terdeteksi karena tes

screening acak yang dilakukan secara tidak sengaja. Pasien

biasanya datang kepada dokter dengan keluhan adanya massa/

benjolan pada bagian dalam/luar kulit payudara dengan kecepatan

tumbuh ataupun keluhan keluarnya discharge/cairan pada bagian

puting payudara. Selain itu, keluhan nyeri dan perubahan bentuk

payudara juga dapat menjadi penyebab pasien datang ke rumah

sakit.11

Terdapat beberapa pertanyaan penting pada history taking

yang dapat membantu menegakan diagnosis seperti kapan pasien

mengetahui adanya benjolan dan juga deskripsi benjolan/massa

tersebut. Riwayat penggunaan hormon estrogen, riwayat merokok

dan alkohol, serta riwayat penyakit keluarga terutama tumor juga

dapat membantu penegakan diagnosis definitif11. Apabila pasien

merupakan ibu dengan menyusui, dapat ditanyakan intensitas asi dan

status paritas pasien karena kedua hal tersebut berkaitan dengan

faktor risiko tumor payudara itu sendiri.

Pemeriksaan fisik pada benjolan payudara diawali dengan

inspeksi yang meliputi payudara kanan dan kiri. Terdapat beberapa

tahap pada proses inspeksi, yaitu dimulai ketika pasien sedang


berada pada posisi duduk dengan kedua lengan relaksasi, kemudian

ketika pasien mengangkat kedua lengan, dan tahap inspeksi terakhir

pasien diminta mengkontraksikan otot dinding dada dengan

menekankan kedua telapak tangan ke panggul. Pemeriksa dapat

diperhatikan pemeriksaan lokalisir lesi, regionalis, dan sistemik.

Biasanya dapat ditemukan perubahan pada ukuran dan bentuk

payudara yang tampak tidak simetris, adanya perubahan tekstur dan

warna kulit pada bagian payudara, inversi dan abnormalitas pada

puting, dan pembengkakan pada bagian axillar. Status lokalis dari

massa juga diperhatikan dalam segi lokasi, ukuran, konsistensi,

batas tumor, penempelan tumor pada otot pektoral, dinding dada,

dan apakah dapat ditemukan gambaran khas Peau de orange

dengan/tidak ulserasi. 12

Dalam penentuan diagnosis tumor payudara, selain

anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium pasien

juga dapat disarankan sebagai penunjang diagnosis seperti

melakukan pemeriksaan darah rutin serta pemeriksaan kimia darah

sesuai dengan ekspetasi terjadinya metastasis tumor 12.

Pemeriksaan FNAB/Biopsi jarum halus sebagai media penegak

penilaian sitologi juga dapat dilakukan sebagai pembantu penentuan

apakah tumor payudara pasien termasuk jinak atau ganas.

Penegakan diagnosis yang berhubungan dengan terapi dan

pengobatan dapat dilakukan dengan pengklasifikasian sesuai


dengan stadium tertentu berdasarkan progresifitas penyakit. Adapun

stadium yang digunakan berdasarkan AJCC Edisi 8 dengan sistem

TNM yang terbaru. TNM, merupakan pembagian yang berdasarkan

tumor primer (T), kelenjar getah bening regional (N), dan metastasis

(M). Untuk penjelasan sistem TNM dan pembagian stadium dapat

diperhatikan pada gambar di bawah ini. 13

Gambar 2.2 Pembagian Klasifikasi TNM

Salah satu modalitas lain yang sangat penting untuk

penegakan diagnosis tumor payudara adalah modalitas imaging

yang dapat dilakukan dengan mammography, ultrasonography

(USG Payudara), dan Magnetic resonance imaging (MRI payudara)

karena sangat membantu dalam menentukan lokasi tumor

payudara14
2.7 Deteksi Dini Sadari

Pada tahun 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

telah mempublikasikan “7 Langkah SADARI” sebagai salah satu

gerakan bentuk deteksi dini tumor payudara tanpa menggunakan alat

dan kerumah sakit. (14). Untuk penjabaran langkah-langkah SADARI

dapat dilihat pada tabel 2.1 yang biasanya dilakukan 7-10 hari setelah

hari pertama menstruasi.

Tabel 2.1. Langkah SADARI (Periksa Payudara Sendiri)15


NO LANGKAH GAMBAR

1 Amati dengan teliti payudara Anda di muka

cermin, tanpa berpakaian dengan kedua

tangan diangkat keatas kepala. Perhatikan

bila ada benjolan, perubahan bentuk pada kulit

dan puting, serta payudara secara

keseluruhan. Amati dengan teliti, Anda sendiri

yang lebih mengenal tubuh Anda.

2 Rapatkanlah telapak tangan dengan kuat

sehingga payudara menonjol ke depan dan

amati kembali apakah ada benjolan, kulit


mengerut seperti kulit jeruk atau cekungan

seperti lesung pipi dan puting susu yang

tertarik ke dalam.

3 Pencet dan urutlah pelan-pelan daerah di

sekitar puting sampai ke arah ujung puting dan

amatilah apakah keluar cairan yang tidak

normal, seperti putih kekuning-kuningan yang

terkadang bercampur darah seperti nanah.

Pada wanita menyusui, bedakan dengan ASI

4 Pada posisi berbaring letakkan bantal

dibelakang punggung, Tangan kanan

diletakkan dibelakang kepala, dan gunakan

tangan kiri untuk memeriksa payudara

sebelah kanan

5 CARA MERABA: Rabalah dengan ujung dari

tiga jari tengah yang dirapatkan. Lakukan

gerakan memutar dengan tekanan lembut

tetapi mantap, dimulai dari pinggir luar sampai

ke puting dengan mengikuti arahputaran jarum

jam.
6 Lakukan hal yang sama seperti pada gambar

4 dan 5, tetapi dengan tangan kiri dibawah

kepala, sedang tangan kanan meraba

payudara kiri Anda.

7 Berilah perhatian khusus pada bagian-bagian

yang diberi tanda merah seperti ditunjukkan

pada gambar disamping sebab disitulah yang

sering ditemukan tumor payudara.

2.8 Pemeriksaan Radiografi Sebagai Deteksi Dini pada Tumor

Payudara

2.8.1 Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) adalah salah satu teknik

pencitraan medis yang penting dalam deteksi dini kanker

payudara. Metode ini bersifat aman, non-invasif, dan tidak

memerlukan paparan radiasi seperti mamografi. USG

payudara menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk

menciptakan gambar dari dalam payudara. Gelombang suara

yang dikirimkan melalui probe atau transduser yang

ditempatkan di atas kulit payudara. Ketika gelombang suara

memantul kembali, komputer menghasilkan gambar

berdasarkan pola pantulannya.


USG payudara dapat digunakan sebagai bagian dari

pemeriksaan rutin untuk wanita dengan faktor risiko tertentu,

seperti riwayat keluarga dengan kanker payudara atau

memiliki jaringan payudara yang padat. Kelebihan USG

dibanding dengan mamografi adalah penggunaanya yang

tidak memakai radiasi, sehingga lebih dianjurkan pada ibu

hamil dan menyusui serta wanita dibawah usia 40 tahun.

Selain itu, alat ini relatif lebih sering ditemukan di berbagai

fasilitas kesehatan dibandingkan mamografi dan USG.

Namun, kualitas gambar USG sangat bergantung pada

keahlian dan pengalaman operator yang melakukan

pemeriksaan. Operator yang kurang berpengalaman dapat

menghasilkan gambar yang kurang akurat atau kurang

informatif. Selain itu, USG memiliki keterbatasan dalam

kedalaman penetrasi gelombang suara. Hal ini berarti untuk

abnormalitas yang sifatnya masih in USG mungkin tidak

efektif dalam menangkap dan memvisualisasi patologis

tersebut.

Pada USG, gambar yang dibuat dapat membedakan

massa kistik berisi cairan dari massa padat yang biasanya

merupakan tumor serta membantu menunjukkan massa

tersebut apakah mencurigakan dan memerlukan biopsi. USG

merupakan modalitas diagnostik yang sangat berguna pada


jaringan payudara yang padat, dimana sering kali mendeteksi

kanker payudara yang tidak terlihat pada mamografi,

sehingga pada penggunaannya biasanya apabila pada hasil

mamografi ditemukan hal-hal yang membingungkan,

penggunaan USG dapat menjadi konfirmasi temuan-temuan

tersebut.

Karakteristik USG payudara yang menggambarkan ganas

biasanya berupa lesi heterogen, kasar, hipoekoik batas yang

tidak tegas, berspikula dan tidak beraturan, dengan posterior

acoustic shadowing dan mikrokalsifikasi intralesi, serta pada

pemeriksaan USG Doppler dapat ditemukan vaskularisasi

intralesi. Tanda sekunder lesi ganas adalah penebalan kutis

dan ligamentum Cooper, distorsi parenkim, infiltrasi ke kutis,

otot pektoralis dan fasianya. Sedangkan lesi jinak biasanya

teratur, batas tegas, dengan wider than taller. Pada benjolan

payudara dengan tanda infeksi yang jelas, maka hasil USG

dapat menyerupai keganasan payudara, yaitu massa

hipoekoik yang ireguler dengan ekstensi tubular multipel,

terkadang massa berlobulasi dengan distorsi

parenkim, acoustic shadowing, dan dapat juga ditemukan

adanya penebalan kulit, edema dan pembesaran kelenjar

aksila.
Gambar 2.3 menunjukkan karakterisasi lokal dari lesi yang

mencurigakan (U4). Lesi padat yang tidak beraturan yang

menyusup ke dalam parenkim payudara (panah).

2.8.2 Mammografi

Mamografi merupakan tes imaging atau pencitraan

menggunakan x-ray dosis rendah untuk mencari,

menginterpretasikan, dan mengidentifikasi abnormalitas pada

daerah di payudara, tonjolan, serta deposit kalsium

(microcalcifications). (16). Penggunaan alat ini dapat menjadi

pembantu diagnosis apabila pasien datang dalam keadaan

simtomatik(mamografi diagnostik) namun juga dapat sebagai

sarana screening klinis yang dapat dilakukan oleh oleh pasien

asimtomatik (mamografi skrining). Menurut penelitian yang

dilakukan, ditemukan presentase penurunan mortalitas sebesar


41% (dengan 95% CI) pada tumor yang berakibat fatal dalam 10

tahun setelah diagnosis di antara wanita yang berpartisipasi

dalam skrining dan pengurangan 25% dalam insiden tumor

payudara lanjut (didefinisikan sebagai tumor payudara invasif

berukuran> 20 mm dan/atau dengan 4 metastasis kelenjar getah

bening aksila)17

Keistimewaan mamografi terletak pada kemampuannya

untuk mendeteksi mikrokalsifikasi, deposit kalsium kecil yang

seringkali merupakan tanda dini kanker payudara.

Microkalsifikasi ini biasanya merupakan tanda carcinoma in situ

yang sulit di deteksi oleh USG. Di lain sisi, mamografi dapat

digunakan secara optimal hanya pada wanita diatas usia 40

tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita dibawah 40 tahun,

kepadatan payudaranya masih tinggi sehingga dapat false positif

terhadap patologis yang di temui. Pemeriksaan mamografi pada

usia 40 – 50 tahun disarankan dilakukan satu tahun sekali dan

pada usia diatas 50 tahun dilakukan enam bulan sekali.

Pada saat penggunaannya, pasien diminta untuk berdiri

tegak menghadap mesin dan meletakan kedua payudara

diantara 2 film plate yang nantinya akan menekan payudara dari

sisi atas sehingga foto yang dihasilkan lebih jelas dan detail.

Pemeriksaan tonjolan atau massa pada payudara

memperhatikan tiga komponen penilaian yaitu bentuk massa


(oval, bulat, atau ireguler), margin massa (circumscribed,

obscured, microlobulated, indistinct, atau speculated) dan

densitas massa (tinggi, normal, rendah, atau berbentuk lemak.

Gambar 2.4 Margin Massa Pada Mamografi

Pemerikaan kalsifikasi dengan mamografi juga dilakukan

dengan memperhatikan morfologi dan bentuk distribusinya.

Selain itu, diperhatikan dari bentuk dan letak lesi (lateralisasi,

clock face, kedalaman, dan jarak dengan putting), distortasi, limfa

nodus, dan simetrisitas bentuk payudara18. Hasil mamografi

dapat dikategorikan menjadi 6 kategori yang disebut BIRADS

(Breast Imaging Reporting & Data System). Kategorisasi ini

berdasarkan komposisi payudara, bentuk dan ukuran massa,

mikrokalsifikasi, dan temuan-temuan patologis lainnya.

Pengkategorian ini difungsikan untuk mengetahui pemeriksaan

lanjutan yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosis tumor

payudara.
Gambar 2.5 Kategori BIRADS 19

Gambar 2.6 Wanita berusia 77 tahun dengan kanker payudara

invasif. A dan B, Mediolateral oblik (A) dan craniocaudal (B)

energi rendah (gambar kiri) dan energi tinggi (gambar kanan)

mammogram digital yang ditingkatkan kontrasnya menunjukkan

tumor indeks pada posisi jam 11 (tanda panah besar, A).

Penyakit multifokal (tanda panah kecil, A; tanda panah, B) dan

multisentris (tanda panah) juga terlihat sebagai fokus yang

meningkat. 18
2.8.3 MRI Payudara

Mamografi, Ultrasonografi, dan Magnetic Resonance

Imaging (MRI) dianggap sebagai modalitas pencitraan yang

paling umum digunakan untuk mendiagnosis kanker

payudara. Magnetic Resinance Imaging (MRI) mampu

mendeteksi lesi kecil yang tidak dapat dideteksi oleh

mamografi dan ultrasonografi. Melalui berbagai penelitian,

MRI payudara dengan kontras yang ditingkatkan telah

ditetapkan sebagai modalitas skrining untuk wanita dengan

risiko keluarga untuk pertumbuhan kanker payudara.

Pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi

dua kali lipat dari mamografi dan spesifisitas sekitar 97%,

dengan kisaran nilai prediktif positif yang sama untuk biopsi

dibandingkan dengan mamografi.20

MRI juga dikatakan dapat menentukan ukuran dan

luasnya tumor dengan lebih baik untuk merencanakan

pembedahan. MRI untuk skrining belum terlalu populer pada

wanita dengan risiko sedang karena kekhawatiran akan

spesifisitas yang rendah yang menyebabkan biopsi

tambahan, waktu dan biaya teknologi. Juga terbukti bahwa

mamografi dengan sensitivitasnya yang lebih rendah terbatas

pada wanita dengan payudara yang padat. Mamografi juga

dituding dapat mendeteksi kanker yang lebih tersembunyi.


MRI payudara menggunakan pemberian kontras intravena

(Gadolinium) tetapi tidak dibatasi oleh kepadatan payudara

dan secara khusus mendeteksi lesi tingkat tinggi.21

Gambar sagital dari MRI payudara pada wanita berusia 69 tahun


dengan karsinoma duktal invasif subtipe triple-negatif.22

Pada (a) Gambar dari T1-Weighted MRI yang

ditingkatkan kontras pra-kemoterapi menunjukkan massa

yang membesar dan bulat. Diameter maksimal massa diukur

sebesar 3,3 cm. (b) Gambar dari T2-Weighted MRI pra-

kemoterapi menunjukkan massa bulat dengan edema

peritumoral (panah). (c) Pada gambar yang diperoleh setelah

selesainya enam siklus kemoterapi, massa menunjukkan pola

penyusutan konsentris. Diameter maksimal massa residual


diukur 1,4 cm pada fase pasca-kontras awal. (d) Gambar dari

T2-Weighted MRI pasca-kemoterapi menunjukkan massa

yang tidak jelas dengan edema peritumoral yang menghilang

(panah). Pemeriksaan histopatologi bedah menunjukkan

karsinoma duktal invasif berukuran 1,5 cm. 22


BAB 3

KESIMPULAN

Tumor payudara adalah salah satu jenis tumor yang paling umum

terjadi di seluruh dunia, dengan dampak signifikan pada kesehatan wanita.

Di Indonesia, tumor payudara menduduki peringkat pertama dalam kasus

kejadian tumor, dengan prevalensi yang signifikan. Deteksi dini memiliki

peran kunci dalam meningkatkan prognosis dan kesempatan

penyembuhan. Statistik menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup

pada pasien tumor payudara yang terdeteksi secara dini lebih dari 80%

pada lima tahun terakhir. Oleh karena itu, program deteksi dini menjadi

sangat penting, dengan penggunaan modalitas pencitraan radiografi seperti

USG, mamografi, dan MRI payudara yang telah terbukti efektif dalam

mengurangi angka kematian akibat penyakit ini hingga 40%. Namun,

penting untuk diingat bahwa penggunaan alat pencitraan ini di Indonesia

masih kurang umum, terutama pada wanita yang berusia di atas 40 tahun

yang memiliki risiko lebih tinggi terkena tumor payudara.

Dengan meningkatnya pemahaman tentang peran dan kegunaan

alat pencitraan seperti USG, mamografi, dan MRI dalam deteksi dini tumor

payudara, diharapkan akan terjadi peningkatan signifikan dalam efektivitas

penggunaan alat-alat ini. Hal ini dapat mengarah pada penurunan angka

morbiditas dan mortalitas akibat tumor payudara yang signifikan, sehingga

mengurangi dampak negatif penyakit ini pada masyarakat


DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. (2020). Latest global cancer data:

Cancer burden rises to 19.3 million new cases and 10.0 million

cancer deaths in 2020. International Agency for Research on

Cancer, december, 13–15.

2. Pangribowo, S. (2019). Beban Kanker di Indonesia. Pusat

Data Dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,

1–16.

3. DeSantis, C. E., Bray, F., Ferlay, J., Lortet-Tieulent, J.,

Anderson, B. O., & Jemal, A. (2015). International variation in

female breast cancer incidence and mortality rates. Cancer

Epidemiology Biomarkers and Prevention, 24(10), 1495–

1506. https://doi.org/10.1158/1055-9965.EPI-15-0535

4. Winters, S., Martin, C., Murphy, D., & Shokar, N. K. (2017).

Breast Cancer Epidemiology, Prevention, and Screening. In

Progress in Molecular Biology and Translational Science (Vol.

151). Elsevier Inc.

https://doi.org/10.1016/bs.pmbts.2017.07.002

5. Pandya, S., & Moore, R. G. (2011). Breast development and

anatomy. Clinical Obstetrics and Gynecology, 54(1), 91–95.

https://doi.org/10.1097/GRF.0b013e318207ffe9

6. Kothari, C., Diorio, C., & Durocher, F. (2020). The importance

of breast adipose tissue in breast cancer. International Journal


of Molecular Sciences, 21(16), 1–33.

https://doi.org/10.3390/ijms21165760

7. Xu, D. (2020). Cancer registration statistics, England: final

release, 2018. Office for National Staticis, 1–13.

https://www.gov.uk/government/statistics/cancer-registration-

statistics-england-2018-final-release/cancer-registration-

statistics-england-final-release-2018

8. Abdulkareem, I. (2013). Aetio-pathogenesis of breast cancer.

Nigerian Medical Journal, 54(6), 371.

https://doi.org/10.4103/0300-1652.126284

9. Tan, P. H., Ellis, I., Allison, K., Brogi, E., Fox, S. B., Lakhani,

S., Lazar, A. J., Morris, E. A., Sahin, A., Salgado, R., Sapino,

A., Sasano, H., Schnitt, S., Sotiriou, C., van Diest, P., White,

V. A., Lokuhetty, D., & Cree, I. A. (2020). The 2019 World

Health Organization classification of tumours of the breast.

Histopathology, 77(2), 181–185.

https://doi.org/10.1111/his.14091

10. Hartley, T., Cavallone, L., Sabbaghian, N., Silva-Smith, R.,

Hamel, N., Aleynikova, O., Smith, E., Hastings, V., Pinto, P.,

Tischkowitz, M., Tomiak, E., & Foulkes, W. D. (2014).

Mutation analysis of PALB2 in BRCA1 and BRCA2-negative

breast and/or ovarian cancer families from Eastern Ontario,

Canada. Hereditary Cancer in Clinical Practice, 12(1), 1–9.


https://doi.org/10.1186/1897-4287-12-19

11. Moyer, V. A. (2013). Medications for Risk Reduction of

Primary Breast Cancer in Women: U.S. Preventive Services

Task Force Recommendation Statement. Annals of Internal

Medicine. doi:10.7326/0003-4819-159-10-201311190-00718

12. Panigroro, S., Hernowo, B. S., & Purwanto, H. (2019).

Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara (Breast Cancer

Treatment Guideline). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), 1–

50. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf

13. Detterbeck, F. C., Boffa, D. J., Kim, A. W., & Tanoue, L. T.

(2017). The Eighth Edition Lung Cancer Stage Classification.

Chest, 151(1), 193–203.

https://doi.org/10.1016/j.chest.2016.10.010

14. Jafari, S. H., Saadatpour, Z., Salmaninejad, A., Momeni, F.,

Mokhtari, M., Nahand, J. S., Rahmati, M., Mirzaei, H., &

Kianmehr, M. (2018). Breast cancer diagnosis: Imaging

techniques and biochemical markers. Journal of Cellular

Physiology, 233(7), 5200–5213.

https://doi.org/10.1002/jcp.26379

15. Kemenkes RI. (2016). Enam Langkah SADARI untuk Deteksi

Dini Kanker Payudara - Direktorat P2PTM. KEMENKES

Indonesia, November, 4–5.

16. Autier, P., & Boniol, M. (2018). Mammography screening: A


major issue in medicine. European Journal of Cancer, 90, 34–

62. https://doi.org/10.1016/j.ejca.2017.11.002

17. Duffy, S. W., Tabár, L., Yen, A. M. F., Dean, P. B., Smith, R.

A., Jonsson, H., Törnberg, S., Chen, S. L. S., Chiu, S. Y. H.,

Fann, J. C. Y., Ku, M. M. S., Wu, W. Y. Y., Hsu, C. Y., Chen,

Y. C., Svane, G., Azavedo, E., Grundström, H., Sundén, P.,

Leifland, K., … Chen, T. H. H. (2020). Mammography

screening reduces rates of advanced and fatal breast

cancers: Results in 549,091 women. Cancer, 126(13), 2971–

2979. https://doi.org/10.1002/cncr.32859

18. Polat, D. S., Evans, W. P., & Dogan, B. E. (2020). Contrast-

Enhanced Digital Mammography: Technique, Clinical

Applications, and Pitfalls. American Journal of

Roentgenology, 215(5), 1267–1278.

https://doi.org/10.2214/AJR.19.22412

19. D’Orsi CJ, Sickles EA, Mendelson EB, Morris EA, et al. ACR

BI-RADS® Atlas, Breast Imaging Reporting and Data System.

Reston, VA, American College of Radiology; 2013

20. Rahman, M., Hussain, M. G., Hasan, M. R., Sultana, B., &

Akter, S. (2020, March). Detection and Segmentation of

Breast Tumor from MRI Images Using Image Processing

Techniques. In 2020 Fourth International Conference on

Computing Methodologies and Communication (ICCMC) (pp.


720-724). IEEE.

21. Radhakrishna S, Agarwal S, Parikh PM, Kaur K, Panwar S,

Sharma S, et al. Role of magnetic resonance imaging in

breast cancer management. South Asian J Cancer 2018;7:69-

71.

22. Mann, R. M., Cho, N., & Moy, L. (2019). Breast MRI: state of

the art. Radiology, 292(3), 520-536.

Anda mungkin juga menyukai