Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melahirkan merupakan sesuatu yang di tunggu seseorang yang sedang hamil, banyak
ditemukan proses persalinan yang lama pada ibu hamil saat melahirkan. Keadaan ini sangat
menyiksa ibu dan beresiko pada kematian bayi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan
muncunya alat yang dapat mempercepat proses persalinan yaitu dengan Vacum.
Selama berabad-abad berbagai alat yang mempunyai rancangan mirip klem telah
digunakan untuk membantu kelahiran janin, namun selama 300 tahun telah berkembang ide
yang memanfaatkan prinsip traksi bantuan vacuum sebagai suatu metode yang membantu
usaha ekspulsi dari ibu.konsep ini berawal dari penggunaan vacum untuk reduksi fraktur
depresi kranium pada awal 1600 an. Tanpa memperhatikan desain cawan vacum,
pemeliharaan terpenting adalah keberhasilan memelihara kevacuman.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Tujuan umum
Agar pembaca mengetahui apa yang disebut dengan Ekstraksi Vacum
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui alat-alat ekstraksi vacum
2. Mengetahui teknik tindakan Ekstraksi Vacum
3. Mengetahui keuntungan tindakan Ekstraksi Vacum
4. Mengetahui kerugian dari tindakan Ekstraksi Vacum
5. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatian dalam tindakan Ekstraksi Vacum
6. Mengetahui bahaya-bahaya dari tindakan Ekstraksi Vacum
7. Mengetahui masalah keperawatan pada ibu post ekstraksi vacum
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ekstraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari
malstrom. Bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan
ibu dan ekstraksi pada bayi. serta mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vacum ekstraktor.
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malstrom.prinsip dari
cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum ( tekanan negative ) melalui suatu cup
pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul kaput secara artivisiil dan cup akan melekat
erat pada kepala bayi.
Pengaturan tekanan harus di turunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan
kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya
timbul caput succedaneum.

B. Alat-alat Ekstraksi Vacum


a. Mangkok ( cup )
Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk
dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu
mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan
bahwa mangkuk plastic kurang traumatis di banding dengan mangkuk logam. mangkuk
umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm.
pada punggung mangkuk terdapat:
1. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
2. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa
penghubung
3. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of
direction)
4. Pada vacum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk
menghisap cairan atau udara.
b. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan
pemegang.

c. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan
negative. pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan
botol.

d. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang
mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
a. Saluran manometer
b. Saluran menuju ke mangkuk
c. Saluran menuju ke pompa penghisap

e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

C. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ).
Sekitar vulva ditutup dengan kain steril
b. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan
tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya
dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
c. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -
0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan
tekanan negative yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan dapat
terbentuk dengan baik
d. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir
atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
e. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan
dengan cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul. Ibujari dan jari
telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada
kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar
ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah
berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga
kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negative dihilangkan dengan cara
membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada
persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

D. Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekwensi SC
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang
kepala, samping kepala ataupun dahi.
c. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan
melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan
sendirinya.
d. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan
ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh
terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh
terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan
pada otak.
e. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan
fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).

E. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum


Kerugian dari tindakan vacum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup
sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai
apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress
( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal di banding dengan forcep biasa.
F. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum
a. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
b. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
c. Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
d. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
e. Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar
( diameter 7 cm )
f. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
g. Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

G. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Bahaya dalam melakukan tindakan ekstraksi vacum
1. Terhadap Ibu
Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
2. Terhadap Anak
 Perdarahan dalam otak
 Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari
 Kerusakan pada kulit kepala
b. Bahaya-bahaya yang disebabkan oleh tenaga medis yang kurang berpengalaman
yaitu:
1. Luka dan lecet
Luka dan lecet ringan di permukaan kulit kepala bayi merupakan salah satu resiko
ringan yang biasa terjadi akibat penggunaan alat vacum ataupun perlakuan
bantuan tarikan yang dilakukan oleh tenaga medis dan bisa diobati dengan
obataupun perlakuan bantuan tarikan yang dilakukan oleh tenaga medis dan bisa
diobati dengan obat antiseptik biasa.
2. Caput atau kepala bayi lonjong
Kepala bayi yang lonjong bisa diakibatkan oleh tekanan negatif vacum yang
berfungsi sebagai penarik kepala bayi agar mudah dilakukan bantuan penarikan.
Namun kepala bayi yang lonjong ini bisa kembali ke bentuk aslinya. Faktanya,
pada beberapa persalinan normal kepala bayi juga bisa saja menjadi lonjong yang
disebabkan oleh lamanya persalinan, bukaan persalinan kecil sedangkan kekuatan
mengejan besar atau ketuban pecah di awal.
3. Jalan lahir
Perlukaan yang lebih luas ataupun perdarahan di jalan lahir bisa saja terjadi akibat
proses penarikan kepala yang tidak seirama dengan proses mengejan, pinggul
yang sempit, ukuran janin yang terlalu besar ataupun bukaan jalan lahir yang
terlalu sempit.
4. Perdarahan area kepala
Terjadinya resiko perdarahan di bawah kulit kepala atau yang biasa disebut
cephalohematom ataupun perdarahan di dalam rongga kepala atau yang biasa
disebut intrakranial hemorhagik bisa saja terjadi akibat tarikan yang terlalu kuat
oleh tenaga medis pada saat calon ibu mengejan. Perdarahan di bawah kulit
kepala bisa hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa hari sedangkan
perdarahan pada rongga kepala harus dilakukan tindakan medis yang ketat dan
terencana.

H. Syarat – Syarat Vacum


1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2. Presentasi kepala
3. Cukup bulan ( tidak prematur )
4. Tidak ada kesempitan panggul.
5. Anak hidup dan tidak gawat janin.
6. Penurunan H III / IV ( dasar panggul ).
7. Kontraksi baik.
8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9. Ketuban sudah pecah / dipecahkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas /istirahat
a. Klien melaporkan adanya kelelahan
b. Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi
c. Adanya letargi
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.
3. Integritas Ego
a. Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang
dialami.
b. Klien kelihatan gelisah.
c. Klien kelihatan putus asa
4. Eliminasi
a. Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, di sertai tekanan intra
abdomen dan tekanan uterus.
b. Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan
c. Distensi kandung kemih
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.
b. Timbul amnesia diantara kontraksi
c. Klien mengatakan nyerinya tidak mampu di control.
6. Pernapasan
Terjadi peningkatan pernafasan.
7. Seksualitas
a. Cairan amnion keluar
b. Pembukaan belum penuh/penuh
c. Janin tidak maju
B. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu dengan persalinan
menggunakan vakum ekstraksi adalah :
5. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon
fisiologis persalinan
6. Resiko tinggih trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
7. Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi maternal
8. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
9. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomi
10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon
fisiologis persalinan
Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi
Rasional : sentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan
untuk tenaga dan dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan
nyeri.
b. Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
Rasional : mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal
c. Informasikan klien awitan kontraksi
Rasional : klien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara
kontraksi ini dapat merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat
kontraksi mulai dan dapat berdampak negative pada kontrolnya
d. Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan petugas
yang tidak dibutuhkan
Rasional : lingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal
untuk istirahat dan relaksasi diantara kontraksi
e. Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhana
Rasional : mendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan
mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
2. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada
deselarasi.
Intervensi :
a. Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic
dan frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan
doptone. Jumlahkan selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi
selama 10 menit. Lanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan
diantaranya dan setelah kontraksi
 Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-
lebihkan, bradikardia dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress,
hipoksia, asidosis, atau sepsis
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
 Rasional : tekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi
lebih dari 50 mm Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang
intravilos.
c. Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau
sindrom vena kava.
 Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien
keposisi rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke
uterus dan plansenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.
d. Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau
kurang.
 Rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak
memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilos.
e. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan
internal (lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
 Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi , dan presentasi dapat
mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
f. Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna
vertebralis iskial.
 Rasional: Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang
dari 2 cm/jam untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.
g. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada
klien PKA.
 Rasional: Resiko cedera atau kematian janin/neonatal meningkat dengan
melahirkan per vagina bila presentasi selain verteks.
h. Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi
kening,kening dan dagu.
 Rasional: Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih
besar dari tengkorak janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau
presentasi wajah, 13 cm pada presentasi dagu.

3. Resiko tinggi maternal berhubungan dengan disfungsi maternal.


Kriteria hasil: menyelesaikan kelahiran tanpa komplikasi.
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina steril untuk menentukan persiapan dan kematangan
serviks dan posisi janin, ulangi sesuai indikasi dengan reaksi klien
 Rasional: Penonjolan lunak,parsial, pemeriksaan berulang menentukan
kemajuan persalinan, tetapi untuk menghindari infeksi harus di batasi
seminimal mungkin
b. Periksa TD dan nadi setiap 15 menit.
 Rasional: Mengkaji kesejahteraan ibu dan mendeteksi terjadinya hipertensi
dan hipotensi.
c. Palpasi fundus untuk mengevaluasi frekuensi dan durasi kontraksi observasi
stimulasi berlebihan. Catat intensitas tonus istirahat diantara kontraksi jika kateter
digunakan.
 Rasional: Pemantauan uterus eksternal menandakan frekuensi, bukan
intensitas dari kontraksi. Stimulasi yang berlebihan menyebabkan rupture
uterus dan pelepasan plasenta premature.
d. Pantau masukan dan keluaran. Ukur berat jenis urin , palpasi kandung kemih.
 Rasional: Penurunan resiko infeksi atau memberikan deteksi dini terjadinya
infeksi adanya kandungan mikonium, menandakan distress janin.
e. Perhatikan adanya kram abdomen, pusing,mual/muntah, adanya letargi, hipotensi
dan takikardi.
 Rasional: Intoksikasi air dapat terjadi tergantung pada kecepatan atau jenis
cairan yang diberikan.
f. Bantu sesuai kebutuhan dengan pemasangan kateter intra uterus.
 Rasional: Pemantauan internal secara adekuat memperbanyak intensitas dan
frekuensi kontraksi dan membantu mengidentifikasi stimulasi berlebihan dan
kemungkinan rupture uterus karena pemberian oksitosin berlebihan.
g. Observasi pencegahan yang aman berhubungan dengan penggunaan infus dan
memberi label yang tepat pada larutan oksitosin.
 Rasional: Kesalahan atau fluktuasi dalam kecepatan pemberian dapat
menyebabkan obat yang diberikan kurang atau berlebihan mengakibatkan
tidak adekuatan kontraksi atau terjadi ruptur uterus.

4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan


Kriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi
persalinan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal
 Rasional : mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang
berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak
negative terhadap hasil persalinan.
b. Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien bahwa
ia tidak akan ditinggal sendirian
 Rasional : rasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.
c. Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasi
 Rasional : membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri
dalam korteks serebral, menigkatkan rasa control.
d. Pantau DJJ dan tekanan darah ibu
 Rasional : ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
endrokrin, dengan kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin,
meningkatkan tekanan darah dan nadi
e. Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.
 Rasional : meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan
masalah klien tentang kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu
meningkatkan epineprin, dapat menghambat aktivitas miometrium. Stres
yang berlebihan menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP menurun
untuk digunakan dalam kontraksi
f. Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah tinggi
pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan
pembacaan tepat saat klien rileks )
 Rasional : stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik
yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan
ekskresi kalium, kehilanhkan kalium dapat menurunkan aktivitas miometrik.
g. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.
 Rasional : stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses
Persalinan dan menambah lamanya persalinan, dimana terjadi
ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin yang dapat meningkatkan
disfunsi pola pole persalinan.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy


Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi,
tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
Intervensi :
a. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
 Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat
mengganggu kebutuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan
endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi.
b. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi,
anoreksia dan malaise
 Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama
menandakan adanya infeksi.
c. Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus ekstrem
 Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2
cm/hari, kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau
terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan
plasenta/infeksi
d. Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan normal dari
rubra menjadi serosa
 Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis
akan berbau busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru
ke serosa sampai ke alba
e. Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
 Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada
jaringan uterus
f. Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis
 Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga
postpartum karena naiknya infeksi ke traktus uretra, ke kandung kemih dan
kemungkinan ke ginjal
g. Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan
kemudian ubah terapi sesuai indikasi
 Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran
darah. Pilihan antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Intervensi
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelamin
 Rasional : persalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi
malam hari peningkatan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.organisasikan perawatan
untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang
ekstra. Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan
lingkungan yang tenang
 Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan
menurunkan ransang, jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat
memperpanjang proses perbaikan pasca partum
c. Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai asi.
 Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan
penurunan repleks secara psikologis.
d. Berikan obat-obatan misalnya analgesic.
 Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai
kebutuhan.
e. Anjurkan pembatasan jumlah dan lamanya waktu kunjungan
 Rasionalnya : kelelahan berlebihan dapat diakibatkan dari penggunaan waktu
kunjungan yang sering dan teman-teman yang berarti.

D. Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. Dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan pada pasien.

E. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
1. Ibu dapat melakukan adaptasi terhadap nyeri yang timbul sebagai respon fisiologis
dari persalinan atau nyeri akibat tindakan mekanik.
2. Resiko terjadi trauma maternal dapat diatasi
3. Resiko terjadinya trauma fetal dapat dihindari
4. Ibu dapat menurunkan stres emosional, ketakutan dan defresi akibat dari disfungsi
persalinan yang dihadapi
5. Infeksi akibat tindakan persalinan dapat dihindari
6. Gangguan pola tidur dapat diatasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekstraksi vacum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negative ( sedot ) pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vacuum ( ventouse )
dari maelstrom.
Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit trauma pada jaringan
ibu. Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada
penggunaan alat ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan
pemaksaan persalina pervaginan dengan segala resiko.
Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati perineum dapat lebih
mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari perlunya episiotomi.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini kita sebagi perawat mampu melakukan
tindakan vacuum ekstraksi sesuai dengan prosedur keperawatan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Azzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC


Bagian Obstetri dan Genokologi. (1997). Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: FKUI
Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI

http/:www.vacum ekstraksi.co.id

Anda mungkin juga menyukai