Anda di halaman 1dari 2

Mitos Tahi Lalat Bikin Takut Nikah ?

Ketika sedang ngobrol ngalor ngidul bareng teman-teman, entah siapa yang memulai, tiba-
tiba pembicaraan telah memasuki ranah tahi lalat. Saya agak kaget mendengar bahwa posisi
tahi lalat di bawah hidung ataupun di belakang leher ternyata memiliki konotasi yang kurang
baik dalam arti membawa petaka, utamanya jika tahi lalat itu milik perempuan. Konon
katanya, perempuan yang memiliki tahi lalat di dua tempat tersebut akan mengalami kesialan
dalam pernikahan mereka, pengantin pria tidak akan berumur panjang setelah menikah
dengan perempuan bertahi lalat di bawah hidung, juga di belakang leher. Tentu saja ini hanya
mitos, boleh percaya, boleh tidak, tetapi sebaiknya jangan percaya. Langsung saja, setelah
mendengar hal tersebut, saya periksa satu-satu tahi lalat di tempat terlarang itu, meski agak
kesulitan saat memeriksa leher bagian belakang, terpaksa saya harus meminta bantuan
doraemon dalam hal ini, untuk mengeluarkan alat canggihnya, yang sekiranya dapat
membantu saya *ngacoah* dan hasilnya adalah saya terbebas dari dua tahi lalat terkutuk itu.
Perasaan saya mengharu biru saking senangnya.

Sebenarnya saya bukan orang yang mudah terhasut kepercayaan yang sifatnya gaje begitu.
Dalam menerima sebuah informasi, tingkat keabsahannya harus teruji, minimal sanadnya
jelas. Menurut saya pribadi, mitos tahi lalat ini terkesan horor, lebih horor dari film pengabdi
setan yang konon bisa membuat malam-malam menjadi panjang ~hiiiih tetapi tak lantas
membuat saya takut untuk menikah, toh saya memang nggak punya tahi lalat di dua tempat
terkutuk itu, jadi kenapa ikutan pusing ? Lagipula ini hanya masalah secuil daging hitam di
bawah hidung atau sebutlah di belakang leher, apa hubungannya dengan batas usia seseorang
? Dua hari dua malam, saya memikirkan utang yang belum dibayar alasan yang bisa di terima
logika, ternyata saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Urusan mati itu milik
yang Maha Kuasa, bukan ditentukan oleh posisi tahi lalat, isn't right beibeh ?

Saya terkekeh ketika teman-teman yang terlibat obrolan tahi lalat dan kebetulan
"memilikinya", antusias ingin mencoba salep penghilang tahi lalat. Saya nggak tahu ini akan
ampuh atau tidak, saya juga belum pernah nyoba kok, tetapi bagaimana jika area yang di
olesi salep, malah terlihat seperti panu ? Tahi lalatnya hanya berubah warna, identitas
sejatinya tetaplah tahi lalat. Hiks.

Ini sangat lucu, hanya karena sebuah tahi lalat, dan itu jadi beban. Saya merasa beruntung tak
punya tahi lalat yang nangkring di bawah hidung ataupun di belakang leher. Seandainya ada
barang sebiji yang nongol, saya nggak tahu tindakan apa yang tepat saya lakukan, mungkin
saya akan menyayanginya sepenuh hati. Jelasnya saya tidak mungkin menggunakan
kekerasan dalam menyingkirkannya dari dunia yang kelam ini. Mencungkilnya menggunakan
pisau, terdengar berbahaya dan ekstrem tapi layak di coba bagi yang mau. Untungnya, tahi
lalat yang saya punya berposisi di atas cuping hidung, bukan di bawah hidung, dan
berdasarkan ilmu ketahilalatan posisi strategis tersebut tidak meninggalkan bau mistis,
kecuali menambah manis wajah pemiliknya. Ah masa sih ? ~cerminmanacermin

Wahwihwuhh, ternyata tahi lalat bisa jadi sebuah masalah juga yah, saya kira tahi lalat adalah
hal yang paling tidak ada pengaruhnya terhadap hidup manusia rupanya tahi lalat bisa
menjadi momok yang menakutkan juga bagi segelintir orang. Tetapi, jangan takut menikah
hanya gara-gara sebuah tahi lalat yah Sista, percayalah pada yang Maha Kuasa, bahwa
apapun yang terjadi tak lepas dari kehendak-Nya.

Juga jangan menyalahkan tahi lalatmu deh. Jika saja kamu mengalami kesialan sungguh itu
bukan kesalahannya. Salahkan saja lalat yang buang tahi di sembarang tempat itu.
*~Upssoowriiii

Profil Penulis

Nama Lengkap : Pratiwi

Domisili : Watampone, Sulawesi Selatan

Nomor Kontak : 085242801595

Akun Media Sosial

LineID : pratiwiwy

Twitter : @pratiwiwyy

WA : 085242801595

Penulis adalah lulusan Universitas Negeri Makassar, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
yang bercita-cita menjadi Guru yang merangkap sebagai Penulis. Aktif menulis puisi, prosa,
dan esai di akun pribadi Line dengan nama pena Topi Baja.

Anda mungkin juga menyukai