Puneet Malhotra
PENDAHULUAN
Hubungan terakhir dalam pengangkutan oksigen dari udara atmosfer ke sel dikenal
sebagai respirasi internal atau oksigenasi jaringan yang melibatkan pertukaran gas antara
kapiler dan sel-sel jaringan (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Pengangkutan oksigen ke jaringan untuk metabolisme sel melalui tiga tahap proses.
Lebih dari 90 persen konsumsi oksigen tubuh digunakan oleh satu enzim,
sitokrom oksidase selama proses fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan adenosine
triphosphate (ATP). Ini adalah cara paling efisien untuk menghasilkan ATP karena total
38 molekul ATP dihasilkan per molekul glukosa. Respirasi seluler aerobik tergantung
pada pasokan oksigen yang efisien ke mitokondria, yang merupakan fungsi dari interaksi
terkoordinasi antara sistem pernapasan dan peredaran darah. Ketika pasokan oksigen
tidak mencukupi, metabolisme anaerobik masuk dan menghasilkan hanya 2 molekul ATP
per molekul glukosa (Gambar 5.2). Selain itu, ion H + yang terbentuk dapat menyebabkan
asidosis metabolik sistemik. Oksigenasi jaringan sering terganggu pada pasien kritis
dengan pompa jantung paru yang buruk dan mengoptimalkan pengiriman oksigen untuk
memenuhi permintaan oksigen memiliki potensi untuk meningkatkan luaran pada pasien
ini.
Gambar 5.2 Metabolisme aerob melalui fosforilasi oksidatif di mitokondria menghasilkan 19 kali
energi (ATP) dibanding glikolisis anaerob.
Kisaran normal untuk DO2 adalah 520-570 mL / menit / m2 dan dalam kondisi
fisiologis yang normal DO2 jauh melebihi konsumsi oksigen (110-160 mL / min / m2). "
kapasitas cadangan " ini memungkinkan tubuh untuk mengatasi penurunan pengiriman
oksigen tanpa mengorbankan respirasi aerobik terlebih dahulu.
Preload
Preload adalah beban yang dikenakan pada otot sebelum onset kontraksi dan identik
dengan panjang awal (atau peregangan) dari serat jantung. Peningkatan preload
menambah panjang otot dan mengarah ke kontraksi jantung yang lebih kuat (fenomena
Frank-Starling). Faktanya, pada jantung normal, volume diastolik / preload adalah
kekuatan utama yang mengatur kekuatan kontraksi ventrikel. Hal Ini bernilai untuk
mencegah hipovolemia dan memperbaiki defisit volume segera ketika hal itu terjadi.
Hubungan antara preload dan curah jantung tidak linier dan juga dipengaruhi oleh
perubahan pemenuhan ventrikel dan geometri. Karena volume akhir-diastolik ventrikel
tidak mudah diukur saat bedside, tekanan akhir-diastolik (EDP) dan tekanan vena sentral
(CVP) lebih umum digunakan untuk mengukur preload dalam praktik klinis.
Afterload
Afterload adalah jumlah dari semua kekuatan pengeluaran ventrikel. Hal ini dipengaruhi
oleh tekanan arteri aorta dan pulmonal, resistensi vaskular sistemik dan pulmonal, dan
kepatuhan otot ventrikel. Karena penentuan kekuatan ini kompleks, tekanan ventrikel kiri
sistolik biasanya digunakan sebagai ukuran afterload. Selain itu, karena afterload adalah
gaya transmural, afterload dipengaruhi oleh tekanan pleura di permukaan jantung.
Tekanan pleura positif dapat membuat pengosongan ventrikel dengan memfasilitasi
perpindahan ke dalam dinding ventrikel selama sistol dan ini adalah salah satu mekanisme
dimana ventilasi tekanan positif non-invasif bermanfaat pada edema paru kardiogenik.
Kontraktilitas
Mengacu pada sifat kontraktil intrinsik dari sel miosit jantung dan dipengaruhi oleh kadar
katekolamin serta konsentrasi kalsium ekstraseluler. Kontraktilitas jantung diukur secara
tidak langsung dengan kardiografi impedansi dan ekokardiografi doppler.
Pasokan O2 Seluler
Meskipun semua arteri dalam tubuh membawa konsentrasi O2 yang identik, distribusi O2
tidak sama dengan semua sel. Hal Ini karena faktor-faktor berikut:
Pemanfaatan O2 Seluler
Penggunaan metabolik O2 dalam sel terjadi akibat oksidasi asam piruvat dalam siklus
Krebs (Gambar 5.2). Rangkaian reaksi ini terjadi di mitokondria dan menghasilkan 38
molekul ATP. Ketersediaan O2 sangat penting dalam produksi ATP dari adenosine
difosfat (ADP) dalam siklus Krebs. Proses pembentukan ATP yang sebenarnya disebut
fosfolirasi oksidatif sebagai fosfat ditambahkan ke ADP dengan menggunakan energi dari
oksidasi. Dengan tidak adanya metabolisme O2, jadinya kurang efisien dan hanya 2
molekul ATP yang dihasilkan oleh metabolisme glukosa (anaerobik glikolisis).
Selanjutnya, hasil metabolisme anaerobik menghasilkan asam laktat, yang dapat
menyebabkan asidosis metabolik sistemik.
3. VO2 juga dapat diukur secara langsung dengan bantuan sistem spirometer rebreathing
yang diisi dengan oksigen; CO2 ekspirasi diserap dari sistem dan setiap perubahan volume
gas dalam spirometer mencerminkan VO2
Kurva DO2-VO2
Hubungan antara pengiriman O2 dan serapan O2 dijelaskan pada kurva Gambar 5.4.
Ketika DO2 turun di bawah normal, O2ER meningkat secara proporsional untuk menjaga
konstanta VO2. Ketika O2ER mencapai level maksimumnya (50-60%), penurunan lebih
lanjut DO2 menyebakan penurunan proporsional VO2. Karena dalam kondisi fisiologis
yang normal, DO2 jauh melebihi VO2, oksigenasi jaringan dalam jumlah besar tidak
terpenuhi. Namun ketika DO2 jatuh di bawah tingkat kritis tertentu, VO2 tergantung
pasokan dan kondisi ini, dimana metabolisme sel dibatasi oleh pasokan O2 disebut
dysoxia. Titik pengiriman O2 kritis ini (DO2 kritis) bervariasi antara 150 hingga 1000 mL
/ menit / m2 pada pasien yang kritis, meskipun rata-rata sekitar 300 mL / menit / m2.
Ketika DO2 turun di bawah tingkat ini, terjadi hipoksia jaringan, laktat darah meningkat
dan prognosis menjadi buruk. Dengan demikian, pemeliharaan DO2 yang melebihi titik
pengiriman kritis sangat penting dalam manajemen pasien kritis. Hal ini terutama benar
ketika PEEP digunakan karena PEEP dapat dikaitkan dengan penurunan DO2 meskipun
perbaikan PaO2 karena efeknya pada curah jantung.
Gambar. 5.4: Grafik yang menggambarkan hubungan antara pengiriman oksigen (DO2) dan
serapan O2 (VO2). Ketika DO2 turun di bawah normal, ekstraksi O2 meningkat secara
proporsional untuk menjaga VO2 konstan dan oleh karena itu, "suplai independen". Ketika DO2
turub di bawah level kritis VO2 menjadi "suplai dependent"
Penilaian klinis
Pemeriksaan klinis harus menjadi langkah pertama dalam menilai oksigenasi jaringan.
Sejumlah tanda-tanda yang mudah diketahui (penurunan kesadaran, oligura, tanda-tanda
vital yang tidak normal, pengisian ulang kapiler yang tertunda) sering menunjukkan
disfungsi organ spesifik sebagai sekuel hipoksia jaringan. Namun, tanda-tanda klinis
sering tidak sensitif karena terjadi terlambat selama hipoksia jaringan. Pengukuran
langsung atau tidak langsung dari oksigenasi jaringan lokal dari organ yang diduga
menderita hipoksia akan memfasilitasi penilaian. Probe oksigen jaringan lokal telah
digunakan di unit perawatan intensif dalam beberapa kasus (misalnya otak). Nilai normal
dari parameter oksigenasi jaringan ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Nilai normal dan perhitungan dari parameter oksigenasi jaringan